Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEUTAMAAN ULAMA DAN PENUNTUT ILMU


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Kitabul Ilmi
Dosen Pengajar : Ustadz Tedhi Setiadhi, M.Sos

Disusun Oleh :

1. Maulana Anshori (1220220016)


2. Muhammad Irham (1220220020)
3. Ega Aulia Sidiq (1220220010)
4. Jahid Amaludin (1220220015)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DAARUT TAUHIID
Kata Pengantar

Bismillahirrahmannirrahim.
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Kitabul Ilmi, dengan Judul : “Keutamaan Ulama dan Penuntut Ilmu”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadair sepenuhnya bahwamakalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Bandung, 27 Oktober 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

Contents
Kata Pengantar................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................2
1.1 Latar Belakang......................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3 Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4
2.1 Allah memuji orang yang berilmu.....................................................................4
2.2 Orang yang berilmu diangkat derajatnya oleh allah..........................................5
2.3 Persaksiannya disandingkan dengan persaksian Allah dan Malaikat-Nya........6
2.4 Merekalah orang yang takut kepada Allah........................................................7
2.5 Pewaris Para Nabi..............................................................................................8
2.6 Manusia Terbaik................................................................................................9
2.7 Didoakan oleh penduduk langit dan bumi.........................................................9
2.8 Malaikat merendahkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu........10
2.9 Dijauhkan dari laknat Allah.............................................................................13
2.10 Diberi cahaya pada wajahnya, didunia dan diakhirat......................................13
2.11 Allah membedakan antara orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. . .15
BAB III PENUTUP......................................................................................................17
3.1 Kesimpulan......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 Latar Belakang

Ulama merupakan figur sentral di tengah-tengah masyarakat, hal ini karena


peranan ulama adalah sebagai pewaris Nabi yang mempunyai tugas untuk menjadi
tauladan dan pembimbing bagi manusia sebagai umat-Nya untuk menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat, istilah ulama berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk jamak
dari kata “alim” dan artinya adalah orang yang menguasai Ilmu secara mendalam.
Peranan ulama bukan hanya menjawab masalah-masalah spiritual masyarakat saja,
akan tetapi ulama juga menjadi tumpunan harapan masyarakat untuk menjawab semua
tantangan zaman yang muncul dalam arus globalisasi sekarang ini. Hal ini dilakukan
untuk memelihara nilai-nilai Islam menuju kehidupan yang sejahtera baik di dunia
maupun akhirat.
Dalam usaha memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh
masyarakat, maka pemecahannya harus dengan melihat perkembangan yang terjadi di
dalam masyarakat dan pemaparan serta penyajiannya harus sesuai dengan keadaan
waktu dan ruang yang ada, sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan baik ulama
sebagai pembimbing atau masyakarat sebagai orang yang dibimbing oleh ulama, maka
hal ini akan memuaskan dari kedua belah pihak.
Dapat diketahui bahwasanya para ulama sebagai pewaris dari para Nabi melalui
pemahaman, pemaparan serta pengalaman al-qur’an yang bertugas memberikan
petunjuk dan bimbingan guna mengatasi permasalahan social yang berkembang
didalam masyarakat.
Kewajiban ulama yang sangat mulia adalah menunaikan amar ma’ruf nahi munkar.
Seorang ulama harus aktif dalam menegakkan kalimat tauhiid dan mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat. Seorang ulama harus mampu mengemban misi para
nabi kepada seluruh masyarakat dalam keadaan sesulit apapun. Amanat untuk
menegakkan agama islam pada setiap sisi kehidupan menuntut peran aktif ulama
dengan perjuangan, kesabaran, keikhlasan, dan sikap tawakalnya seorang ulama harus
menjadi pemimpin umat yang mempelopori amar ma’ruf nahi munkar.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja keutamaan-keutamaan ulama dan penuntut ilmu ?

3
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mengetahui dan memahami keutamaan-keutamaan ulama dan penuntut ilmu

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Allah memuji orang yang berilmu


ِ ‫ي اَ ْنزَ َل َعلَ ْي َك ا ْل ِك ٰت َب ِم ْنهُ ٰا ٰيتٌ ُّم ْح َكمٰ تٌ هُنَّ اُ ُّم ا ْل ِك ٰت‬
‫ب َواُ َخ ُر ُمت َٰشبِ ٰهتٌ ۗ فَا َ َّما الَّ ِذيْنَ فِ ْي قُلُ ْوبِ ِه ْم‬ ْٓ ‫ه َُو الَّ ِذ‬
‫هّٰللا‬
‫اس ُخ ْونَ فِى‬ ِ ‫َز ْي ٌغ فَيَتَّبِ ُع ْونَ َما تَشَابَهَ ِم ْنهُ ا ْبتِ َغ ۤا َء ا ْلفِ ْتنَ ِة َوا ْبتِ َغ ۤا َء تَْأ ِو ْيلِ ٖ ۚه َو َما يَ ْعلَ ُم تَْأ ِو ْيلَ ٗ ٓه اِاَّل ُ َۘوال َّر‬
ِ ‫ا ْل ِع ْل ِم يَقُ ْولُ ْونَ ٰا َمنَّا بِ ٖ ۙه ُك ٌّل ِّمنْ ِع ْن ِد َربِّنَا ۚ َو َما يَ َّذ َّك ُر آِاَّل اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬.
7‫ب‬
“Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di
antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan
yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada
kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk
mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah.
Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-
Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran
kecuali orang yang berakal.” Q.S Ali Imran : 7
Al Allamah As Sa’di setelah menjelaskan tafsir ayat ini beliau mengatakan :
“Allah Ta’ala memuji orang-orang yang mendalam ilmunya dengan 6 sifat, yang
merupakan sumber kebahagiaan bagi setiap hamba, yaitu:
1. Ilmu. Yang merupakan jalan menuju kepada Allah. Yang menjelaskan
hukum-hukum Allah dan syariatnya.
2. Kedalaman ilmu. Ini merupakan derajat yang lebih tinggi lagi daripada
sekedar berilmu. Karena keilmuan yang mendalam berarti ia memiliki ilmu
yang kokoh dan kebijaksanaan yang mendalam. Allah telah memberikan
ilmu kepada orang tersebut baik yang Zhahir maupun yang batin. Maka
kedalaman ilmunya itu bisa mengungkap hal-hal yang Nampak samar dalam
syariat ini, baik dalam ilmu, keadaan dan perbuatan.
3. Mereka meminta kepada Allah ampunan dan pertolongan agar terhindar dari
apa yang menimpa orang-orang sesat yang menyimpang.
4. Mereka mengakui nikmat Allah berupa hidayah dengan perkataan mereka,
“Ya Rabb kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah engkau beri petunjuk kepada kami.”
5. Dengan semua ini, mereka juga meminta limpahan rahmat Allah, yang
disana tercakup tercapainya semua kebaikan dan terhindanya semua
keburukan.

5
6. Allah mengabarkan bahwa mereka itu beriman dan yakin terhadap hari
kiamat dan mereka takut kepada-Nya.
2.2 Orang yang berilmu diangkat derajatnya oleh allah
Allah Ta’ala berfirman,
ٍ ‫يَ ْرفَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ا ْل ِع ْل َم د ََر َجا‬
‫ت‬
 “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11) 
Ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan
diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Orang yang beriman dan memiliki ilmu
pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk
megendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan. Ini artinya
tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang-orang yang
tidak berilmu. Akan tetapi bahwa orang-orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia
akan lemah
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
‫ ِإ ْذ ا ْل ُم َراد‬، ‫ضل‬
ْ َ‫ َو ِر ْف َعة ال َّد َر َجات تَ ُد ّل َعلَى ا ْلف‬. ‫يَ ْرفَع هَّللا ا ْل ُمْؤ ِمن ا ْل َعالِم َعلَى ا ْل ُمْؤ ِمن َغ ْير ا ْل َعالِم‬: ‫سيرهَا‬
ِ ‫فِي تَ ْف‬ ‫قِي َل‬
، ‫صيت‬
ِّ ‫سن ال‬ ْ َ‫ َو ِر ْف َعت َها ت‬، ‫ َوبِ َها ت َْرتَفِع الد ََّر َجات‬، ‫بِ ِه َك ْث َرة الثَّ َواب‬
ْ ‫ش َمل ا ْل َم ْعنَ ِويَّة فِي ال ُّد ْنيَا ِب ُعلُ ِّو ا ْل َم ْن ِزلَة َو ُح‬
‫سيَّة ِفي اآْل ِخ َرة ِب ُعلُ ِّو ا ْل َم ْن ِزلَة فِي ا ْل َجنَّة‬
ِّ ‫َوا ْل ِح‬
“Salah satu tafsir ayat tersebut adalah Allah mengangkat derajat seorang mukmin yang
berilmu di atas mukmin yang tidak berilmu. Sedangkan pengangkatan derajat itu
menunjukkan atas keutamaan, karena yang dimaksud dengannya (pengangkatan
derajat) adalah pahala yang banyak yang dengannya diangkatlah derajatnya.
Diangkatnya derajat itu terkandung makna yang abstrak, berupa kedudukan yang tinggi
dan nama yang masyhur di dunia. Dan terkandung pula makna yang konkret, yaitu
berupa kedudukan yang tinggi di surga.” (Fathul Baari, 1: 92)
Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan, yaitu janganlah kamu mengira bila kamu
memberikan kelapangan kepada saudaramu yang datang atau bila ia diperintahkan
untuk keluar, laludia keluar, akan mengurangi haknya. Bahkan itu merupakan
ketinggiandan perolehan martabat di sisi Allah SWT. Sedang Allah SWT
tidakakan menyia-nyiakan hal itu. Bahkan dia akan memberikan balasan
kepadanya di dunia dan di akhirat. Karena orang yang merendahkandiri karena
Allah SWT, maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya dan akan mempopulerkan

6
namanya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, yaitu, Maha
Mengetahui orang yang berhakuntuk mendapatkan hal itu dan orang yang tidak
berhak untuk mendapatkannya.
2.3 Persaksiannya disandingkan dengan persaksian Allah dan
Malaikat-Nya
Persaksian dari Allah bagi orang yang berilmu. Dan yang dipersaksikan adalah hal
yang berkaitan erat dengan inti keimanan mereka. Yaitu persaksian dari Allah tentang
syahadat atau tauhidnya orang-orang yang berilmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
ْ ِ‫ش ِه َد اللَّـهُ َأنَّهُ اَل ِإلَ ٰـهَ ِإاَّل ُه َو َوا ْل َماَل ِئ َكةُ َوُأولُو ا ْل ِع ْل ِم قَاِئ ًما بِا ْلق‬
﴾١٨﴿ ‫س ِط ۚ اَل ِإلَ ٰـهَ ِإاَّل ه َُو ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َح ِكي ُم‬ َ
“Allah mempersaksikan -dan persaksian Allah pasti benar- bahwasannya tidak ada
yang patut disembah dengan benar selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan malaikat
juga mempersaksikan -makhluk-makhluk yang selalu taat kepada Allah, ini juga
persaksiannya juga pasti benar-, kemudian orang-orang yang berilmu di kalangan
manusia -Allah memilih orang-orang yang berilmu- juga mempersaksikan, tidak ada
yang patut disembah dengan benar selain Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha
Perkasa lagi Maha Sempurna hukum dan hikmahNya.” (QS. Ali Imran[3]: 18)
Segi keutamaan ilmu yang pertama, disebutkan oleh Ibnul Qayyim Rahimahullahu
Ta’ala dalam pembahasan ini berdasarkan ayat Al-Qur’an yang mulia ini. Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengakui persaksian orang-orang yang berilmu untuk
mempersaksikan sesuatu yang paling agung kedudukannya, yaitu tauhid. Tidak ada
yang lebih mulia daripada kalimat tauhid, Laa Ilaaha Illallah. Menetapkan bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya yang benar untuk disembah, segala sembahan selian
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kerusakan dan keburukan. Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengambil dikalangan manusia untuk mempersaksikan sesuatu yang sangat
besar ini, yaitu tauhid dan Allah hanya mengambil orang-orang yang berilmu, yaitu
yang memahami petunjuk agamaNya.
Maka ayat ini menunjukkan keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu.
Kenapa ini dikatakan keutamaan dan kemuliaan?
Pertama, Allah mengambil persaksian mereka tanpa golongan manusia yang lain,
hanya orang yang berilmu yang diambil persaksiannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
gandengkan dengan malaikat, seandainya mereka tidak punya keistimewaan maka
mereka tidak akan mungkin dimuliakan. Jadi ini menunjukkan adalah keutamaan dan
kemuliaan orang yang berilmu.

7
Kedua, digandengkannya persaksian orang-orang yang berilmu dengan persaksian
Allah. Allah mempersaksikan, kemudian Allah menyebutkan malaikat dan di kalangan
manusia orang-orang yang berilmu. Bahkan menggunakan satu kata kerja “syahida“.
Digandengakannya persaksian Allah yang pasti benarnya dengan persaksian makhluk-
makhlukNya, menunjukkan ini pengakuan akan benarnya persaksian para makhluk
tersebut.
Ketiga, digandengkannya persaksian orang-orang yang berilmu dengan persaksian
para malaikat, makhluk-makhluk Allah yang selalu taat kepadaNya.
َ‫اَّل يَ ْعصُونَ اللَّـهَ َما َأ َم َر ُه ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َمرُون‬
“Mereka tidak pernah mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam apa yang
Allah perintahkan dan selalu melakukan apa yang Allah perintahkan.” (QS. At-
Tahrim[66]: 6)
Ini menunjukkan kemuliaan orang yang berilmu karena digandengkan
persaksiannya dengan persaksian makhluk-makhluk Allah yang selalu taat, yang selalu
melaksanakan perintahNya.
Keempat, didalam kandungan ayat diambilnya persaksian orang-orang yang
berilmu ini berarti terdapat rekomendasi dari Allah kepada mereka, terdapat pujian dan
pengakuan akan benarnya akhlak mereka, benarnya iman mereka, benarnya
pemahaman dan pengamalan agama mereka. Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala
merekomendasikan orang-orang yang berilmu karena sesungguhnya Allah Subhanahu
wa Ta’ala tidak akan mengambil persaksian dari makhlukNya kecuali orang-orang
yang terpercaya, orang-orang yang memang membawa, memahami dan mengamalkan.
Makanya Allah mengambil persaksian malaikat karena mereka bisa dipercaya dan
selalu taat kepada Allah, kemudian Allah mengambil orang-orang yang berilmu.

2.4 Merekalah orang yang takut kepada Allah


Imam Ahmad -rahimahullah- berkata: “Inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah”.
(Lihat Fadhlu `Ilmis-Salaf `Alal-Khalaf, halaman 52).
Ibnu Mas`ud -radhiyallahu `anhu- berkata: “ Cukuplah rasa takut kepada Allah itu
disebut dengan ilmu, dan cukuplah tertipu dengan tidak mengingat Allah itu disebut
sebagai kejahilan”. (Riwayat Ath-Thabrani dalam Al-Mu`jamul Kabir no. 8927).
Orang yang memiliki rasa takut kepada Allah adalah sebaik-baik makhluk, oleh karena
itu Allah berfirman:
‫ُأولَِئ َك ُه ْم َخ ْي ُر ا ْلبَ ِريَّة‬

8
Artinya: “…… mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. (Surat Al-Bayyinah: 7).
Siapakah mereka??? Silahkan baca sampai ayat berikutnya Allah berikan jawaban:
ِ ‫ذَلِ َك لِ َمنْ َخ‬
ُ‫ش َي َربَّه‬
Artinya: “……Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang TAKUT KEPADA
TUHANNYA”. (Surat Al-Bayyinah: 8).
Dan akan lebih mudah lagi untuk dipahami dengan membaca firman Allah Ta`ala:
‫ِإنَّ َما يَ ْخشَى هَّللا َ ِمنْ ِعبَا ِد ِه ا ْل ُعلَ َما ُء‬
Artinya: “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para
ulama…”. (Surat Fathir: 28).
2.5 Pewaris Para Nabi
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Ilmu
merupakan warisan para nabi dan para nabi tidak mewariskan dirham dan tidak pula
dinar, akan tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu. Barang siapa yang mengambil
warisan ilmu tersebut, sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak dari warisan
para nabi tersebut. Engkau sekarang berada pada kurun (abad, –red.) ke-15, jika engkau
termasuk dari ahli ilmu engkau telah mewarisi dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan ini termasuk dari keutamaan-keutamaan yang paling besar.” (Kitabul ‘Ilmi,
hlm.16)
Dari sini kita ketahui bahwa para ulama ituadalah orang-orang pilihan. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
ۡ َ‫ثُ َّم َأ ۡو َر ۡثنَا ۡٱل ِك ٰتَ َب ٱلَّ ِذين‬
‫ٱصطَفَ ۡينَا ِم ۡن ِعبَا ِدنَ ۖا‬
Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba hamba kami.” (Fathir: 32)
Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Kemudian Kami menjadikan orang-orang yang menegakkan (mengamalkan) Al-Kitab
(al-Qur’an) yang agung sebagai pembenar terhadap kitab-kitab yang terdahulu yaitu
orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, mereka adalah dari umat
ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/577)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Ayat ini sebagai syahid
(penguat) terhadap hadits yang berbunyi al-‘ulama waratsatil anbiya (ulama adalah
pewaris para nabi).” (Fathul Bari, 1/83)
Al-Imam asy-Syaukani rahimahullah mengatakan bahwa maknanya adalah, “Kami
telah mewariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari hamba-hamba Kami
yaitu al-Kitab (al-Qur’an). Kami telah tentukan dengan cara mewariskan kitab ini

9
kepada para ulama dari umat engkau wahai Muhammad yang telah Kami turunkan
kepadamu. Tidak ada keraguan bahwa ulama umat ini adalah para sahabat dan orang-
orang setelah mereka. Sungguh Allah subhanahu wa ta’ala telah memuliakan mereka
atas seluruh hamba dan Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan mereka sebagai umat di
tengah-tengah agar mereka menjadi saksi atas sekalian manusia, mereka mendapat
kemuliaan demikian karena mereka umat nabi yang terbaik dan sayyid bani Adam.”
(Fathul Qadir, hlm. 1418)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٍّ ‫ ِإنَّ اَأْل ْنبِيَا َء لَ ْم يُ َو ِّرثُوا ِدينَاراً َوالَ ِد ْرهَما ً ِإنَّ َما َو َّرثُوا ا ْل ِع ْل َم فَ َمنَ َأ َخ َذهُ َأ َخ َذ بِ َح‬،‫ِإنَّ ا ْل ُعلَ َما َء َو َرثَةُ اَأْل ْنبِيَا ِء‬
‫ظ َوافِ ٍر‬
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan
dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil
warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. al-Imam at-Tirmidzi di
dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), ad-Darimi di
dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimah-
nya, serta dinyatakan sahih oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh al-Albani
rahimahullah mengatakan, “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud
no. 3096, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan
Shahih at-Targhib, 1/33/68)
2.6 Manusia Terbaik
Orang alim merupakan orang yang dikehendaki sebagai orang baik.
ْ ‫َمنْ يُ ِر ِد هللاُ بِ ِه َخ ْي ًرا يُفَقِّ ْههُ فِى ال ِّد ْي ِن َويُ ْل ِه ْمهُ ُر‬
‫شدَه‬
Artinya, “Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi
pemahaman dalam agama dan diilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu
Nu’aim).
‫َخ ْي ُر ُك ْم َمنْ تَ َعلَّ َم ا ْلقُ ْرآن َو َعلّ َمه‬
"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Alqur'an dan mengajarkannya H.R
Bukhori
2.7 Didoakan oleh penduduk langit dan bumi
:‫ يَقُو ُل‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫س ِمعْتُ َر‬ َ : ‫ قَا َل‬،ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫ َر‬،‫َوعَنْ َأبِ ْي الد َّْردَا ِء‬
ِ ِ‫ض ُع َأ ْجنِ َحتَ َها لِطَال‬
‫ب ا ْل ِع ْل ِم ِرضا ً ِب َما‬ َ ‫سهَّ َل هللاُ لَهُ طَ ِر ْيقا ً ِإلَى‬
َ َ‫ َوِإنَّ ال َماَل ِئ َكةَ لَت‬،‫الجنَّ ِة‬ َ ً ‫ط ِر ْيقا ً يَ ْبتَ ِغي فِ ْي ِه َع ْلما‬َ ‫سلَ َك‬َ ْ‫َمن‬
ْ َ‫ َوف‬،‫الح ْيتَانُ فِي ال َما ِء‬
‫ض ُل ا ْل َعالِ ِم َعلَى ا ْل َعابِ ِد‬ ِ ‫ض َحتَّى‬ ِ ‫ت َومنْ ِفي اأَل ْر‬ ِ ‫س َم َوا‬َّ ‫ستَ ْغفِ ُر لَهُ َمنْ ِفي ال‬ ْ َ‫ َوِإنَّ ا ْل َعالِ َم لَي‬،‫صنَ ُع‬
ْ َ‫ي‬
‫ َوِإنَّ ا ْل ُعلَ َما َء َو َرثَةُ اأَل ْنبِيَا ِء َوِإنَّ اَأل ْنبِيَا َء لَ ْم يُ َو ِّرثُوا ِد ْينَاراً َواَل ِد ْرهَما ً َوِإنَّ َما َو َّرثُوا‬،‫ب‬ِ ‫ساِئ ِر ا ْل َك َوا ِك‬
َ ‫ض ِل ا ْلقَ َم ِر َعلَى‬ ْ َ‫َكف‬
‫ فَ َمنْ ََأ َخ َذهُ ََأ َخ َذ بِ َحظِّ َوافِ ٍر‬،‫ا ْل ِع ْل َم‬

10
ُّ ‫َر َواهُ َأبُ ْو دَا ُو َد َوالت ِّْر ِم ِذ‬
‫ي‬

Dari Abu al-Darda' ra. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya
kepada pencari ilmu, karena ridha terhadap apa yang ia perbuat. Sesungguhnya,
penghuni langit dan bumi sampai ikan-ikan di laut pun memintakan ampun bagi orang
yang berilmu. Keutamaan seorang berilmu dibandingkan ahli ibadah seperti keutamaan
bulan purnama dibandingkan semua bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama
adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau
pun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya
berarti ia telah mendapatkan bagian yang banyak. (HR Abu Daud dan al-Tirmizi)
Dari Abu Umamah Al Bahili radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda:
‫س ا ْل َخ ْي َر‬
ِ ‫صلُّ ْونَ َعلَى ُم َعلِّ ِمي النَّا‬ ِ ‫ت َواَأل ْر‬
َ ُ‫ لَي‬,‫ض َحتَّى النَّ ْملَةَ فِي ُج ْح ِرهَا‬ َّ ‫ِإنَّ هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ َوَأ ْه َل ال‬
ِ ‫س َما َوا‬
“Sesungguhnya para malaikat, serta semua penduduk langit-langit dan bumi, sampai
semut-semut di sarangnya, mereka semua bershalawat (mendoakan dan memintakan
ampun) atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” [HR. Tirmidzi no.
2685. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Shahih]
Para salaf mengatakan, telah disepakati, bahwa amar ma’ruf nahi munkar itu wajib
bagi insan. Namun wajibnya adalah Fardhu Kifayah. Hal ini sebagaimana jihad dan
mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud Fardhu Kifayah adalah
jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya,
walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya. Begitu pula oleh
orang yang asalnya mampu, namun saat itu tidak bisa untuk melakukan amar ma’ruf
nahi mungkar yang diwajibkan.
2.8 Malaikat merendahkan sayap-sayap mereka kepada para
penuntut ilmu
ً ‫َض ُع َأ ْجنِ َحتَ َها ِر‬
ِ ِ‫ضا لِطَال‬
‫ب ا ْل ِع ْل ِم‬ َ ‫َوِإنَّ ا ْل َمالَِئ َكةَ لَت‬
Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.”
(HR. Abu Daud, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223) Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih). Arti hadits tersebut kata para ulama, para malaikat itu
merendahkan diri di hadapan penuntut ilmu dan menaruh hormat padanya
Arti hadits tersebut kata para ulama:

11
1. Para malaikat itu merendahkan diri di hadapan penuntut ilmu dan menaruh hormat
padanya.
Ibnul Qayyim juga menjelaskan dalam Miftah Dar As-Sa’adah (1: 63) bahwa malaikat
meletakkan sayapnya sebagai bentuk merendahkan dirinya pada penuntut ilmu serta
sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan karena penuntut ilmu telah membawa
warisan nabi.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata,

َ َ‫ آهَّلل ِ َما َأ ْجل‬:‫ قَا َل‬.َ ‫سنَا نَ ْذ ُك ُر هَّللا‬


‫س ُك ْم‬ َ َ‫ َما َأ ْجل‬:‫ فَقَا َل‬،‫س ِج ِد‬
ْ َ‫ َجل‬:‫س ُك ْم؟ قَالُوا‬ ْ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َعلَى َح ْلقَ ٍة فِي الم‬ ِ ‫َخ َر َج ُم َعا ِويَةُ َر‬
‫صلَّى‬
َ ِ ‫س ْو ِل هَّللا‬ُ ‫ست َْحلِ ْف ُكم تُ ْه َمةً لَ ُك ْم َو َما َكانَ َأ َح ٌد ِب َم ْن ِزلَتِي ِمنْ َر‬
ْ ‫ َأ َما ِإنِّي لَ ْم َأ‬:‫ قَا َل‬، َ‫سنَا ِإالَّ َذاك‬
َ َ‫ َما َأ ْجل‬:‫ِإالَّ َذاكَ؟ قَالُ ْوا‬
‫” َما‬:‫ص َحابِ ِه فَقَا َل‬ ْ ‫سلَّ َم َخ َر َج َعلَى َح ْلقَ ٍة ِمنْ َأ‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ ِإنَّ َر‬:‫سلَّ َم َأقَ َّل َع ْنهُ َح ِديثا ً ِمنِّي‬
َ ِ ‫س ْو َل هَّللا‬ َ ‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ َ‫”آهَّلل ِ َما َأ ْجل‬:‫ قَا َل‬.‫ َو َمنَّ بِ ِه َعلَ ْينَا‬،‫الم‬
‫س ُك ْم ِإالَّ َذا َك؟‬ ِ ‫س‬ ْ ‫ َونَ ْح َم ُدهُ َعلَى َما َهدَانَا لِِإل‬،َ ‫سنَا نَ ْذ ُك ُر هَّللا‬
ْ َ‫ َجل‬:‫س ُك ْم؟ “قَالُ ْوا‬ َ َ‫َأ ْجل‬
‫ َولِكنَّهُ َأتَانِي ِج ْب ِر ْي ُل فََأ ْخبَ َرنِي َأنَّ هَّللا يُبَا ِهي بِ ُك ُم‬،‫ست َْحلِ ْف ُك ْم تُ ْه َمةً لَ ُك ْم‬
ْ ‫”َأ َما ِإنِّي لَ ْم َأ‬:‫ قَا َل‬.‫سنَا ِإالَّ َذا َك‬
َ َ‫ َوهَّللا ِ َما َأ ْجل‬:‫قَالُ ْوا‬
َ‫ال َمالَِئ َكة‬
“Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu keluar mendatangi sekumpulan orang di masjid,
lalu ia berkata, ‘Apakah yang menyebabkan kalian duduk di sini?’ Mereka menjawab,
‘Kami duduk untuk berdzikir (mengingat) Allah.’ Mu’awiyah berkata, ‘Apakah—demi
Allah—tidak ada yang menyebabkan kalian duduk ini melainkan karena berdzikir
(mengingat) Allah saja?’ Mereka menjawab, ‘Ya, tidak ada yang menyebabkan kami
semua duduk ini, kecuali untuk itu.’
Mu’awiyah lalu berkata, ‘Sebenarnya aku bukan ingin meminta sumpah dari kalian
karena adanya kecurigaan terhadap kalian. Dan tidak ada seorang pun, dengan
kedudukanku dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling sedikit
haditsnya daripada aku sendiri. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada suatu ketika keluar mendatangi sekumpulan orang dari kalangan sahabat-
sahabatnya, lalu beliau bersabda, ‘Apakah yang menyebabkan kalian duduk ini?’ Para
sahabat menjawab, ‘Kami duduk untuk berdzikir (mengingat) Allah dan memuji-Nya
karena Dia telah menunjukkan kami semua kepada Islam dan mengaruniakan
kenikmatan Islam itu kepada kami.’ Beliau bersabda, ‘Apakah—demi Allah—tidak ada
yang menyebabkan kalian duduk ini melainkan karena itu? Sesungguhnya aku bukan
ingin meminta sumpah dari kalian karena adanya kecurigaan terhadap kalian
semua, tetapi Jibril datang kepadaku dan memberitahukan sesungguhnya Allah
membanggakan kalian di hadapan para malaikat.’” (HR. Muslim, No. 2701)

12
Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu secara mutlak, terutama lagi bagi orang-
orang yang rasikh (mendalam) dalam ilmu. Merekalah yang mengenal Allah, sifat-Nya,
perbuatan-Nya, agama, dan rasul-Nya. (Miftah Daar As-Sa’adah, 1:288)
2. Para malaikat itu menyertai penuntut ilmu sampai ikut serta duduknya penuntut
ilmu di dalam majelis ilmu
Imam Al-Ajurri Rahimahullah menyebutkan sanadnya sampai ke sahabat Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau
bersabda:
ُ‫شيَ ْت ُه ُم ال َّر ْح َمة‬
ِ ‫سونَهُ بَ ْينَ ُه ْم ِإاَّل َحفَّتْ بِ ِه ُم ا ْل َماَل ِئ َكةُ َو َغ‬
ُ ‫َاب هَّللا ِ َويَتَدَا َر‬
َ ‫ت هَّللا ِ يَ ْتلُونَ ِكت‬ ٍ ‫س قَ ْو ٌم فِى بَ ْي‬
ِ ‫ت ِمنْ بُيُو‬ َ َ‫َما ت ََجل‬
ُ‫سبُه‬ ْ ُ‫َو َذ َك َر ُه ُم هَّللا ُ فِي َمنْ ِع ْن َدهُ َو َمنْ بَطََّأ بِ ِه َع َملُهُ لَ ْم ي‬
َ ‫س ِر ْع بِ ِه َن‬

“Tidaklah suatu kaum duduk di rumah dari rumah-rumah Allah mereka membaca
kitabullah, mereka mempelajarinya, kecuali akan turun kepada mereka malaikat dan
mereka akan diliputi rahmat dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyebutkan
mereka di hadapan para makhlukNya yang ada di sisiNya. Dan barangsiapa yang
terlambat amalannya maka tidak akan dicepatkan oleh nasabnya.”
Maksud sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Tidaklah suatu kaum duduk-
duduk” di sini beliau menyebutkan dua orang atau lebih yang ikut serta dalam satu
kegiatan. Dan di sini mengandung makna motivasi dan anjuran bagi orang-orang untuk
saling tolong-menolong, saling bantu-membantu, saling dukung-mendukung untuk
mempelajari Al-Qur’an. Karena setiap orang butuh untuk diberi motivasi, diberi
dorongan, dikuatkan untuk selalu menghadiri pengajian dan untuk memperhatikan
kegiatan-kegiatan tersebut. Dan seseorang yang menginginkan kebaikan kepada
saudaranya, ia selalu membantu saudaranya untuk menghadiri pelajaran dan kajian dan
sejenisnya.
3. Para malaikat begitu memuliakan dan mangagungkan para penuntut ilmu
4. Para malaikat memberikan bantuan kepada penuntut ilmu agar apa yang di cita-
citaan para penuntut ilmu tercapai maksud dan tujuan nya
5. Para malaikat memuliakan penuntut ilmu agar menjadikannya jalan mencapai
ridho -Nya Allah SWT
6. Para malaikat itu mendoakan para penuntut ilmu karena membentangkan sayap
sama seperti membentangkan tangan untuk berdo’a. Sebab sayap burung adalah ibarat
tangan pada kita. Lihat pembahasan Abul ‘Abbas Al-Qurthubi dalam Al-Mufhim
Asykala min Talkhis Kitab Muslim.

13
Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bagaimanakah kemuliaan dan kedudukan
seorang penuntut ilmu (agama) di hadapan para malaikat. Di sini juga mengajarkan
pada kita untuk menaruh hormat pada setiap orang yang mempelajari ilmu agama
seperti para penghafal Al-Qur’an, para pelajar hadits nabawi, dan yang mendalami ilmu
agama lainnya.
2.9 Dijauhkan dari laknat Allah
Orang-orang yang berilmu dan yang mau bersusah payah mencari ilmu senantiasa
mendapatkan perlindungan Allah SWT. Ketika manusia terkena laknat sebab ulah
keburukannya di dunia semisal kara mengumbar nafsu dunia, bermusuh-musuhan, iri dan
dengki serta lainnya, maka orang-orang yang berilmu dan yang mencari ilmu justru masuk
dalam golongan orang-orang yang terselamatkan.
Sebagaimana dalam kitab at Targib wat Tarhib menuliskan sebuah hadits Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.

‫او ُم َت َع ِّل ًما‬ َ ‫ َال ُّد ْن َيا َم ْل ُع ْو َن ٌة َم ْل ُع ْونٌ َما ِف ْي َها ِااَّل ِذ ْك َرهَّللا ِ َو َم‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫اوااَل ُه َوعَا ِل ًم‬ َ ‫و َقا َل‬.
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو‬ َ

Nabi Muhammad SAW bersabda: Dunia itu dilaknati, dan segala sesuatu yang ada di
dalamnya dilaknati. Kecuali zikir kepada Allah dan segala sesuatu yang menyokoh
terjadinya zikir, dan orang yang punya ilmu serta orang yang mau belajar.
Karenanya orang-orang yang berilmu dan yang mencari ilmu terselamatkan dunianya
dan akhiratnya. Ia dapat mengetahui hal-hal yang dibolehkan dan dilarang oleh syariat.
Sehingga ia dapat terhindar dari segala sesuatu yang membuatnya terjerumus dalam
kehinaan.
Sebab itu pula adanya orang berilmu dan taat kepada Allah yang tinggal tengah suatu
kaum maka akan menyelamatkan kaum tersebut dari kebodohan, kesusahan, dan keburukan
dunia.

2.10 Diberi cahaya pada wajahnya, didunia dan diakhirat


Imam at-Tirmidzi dan selain beliau meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin
Mas’ud radhiallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ٌ ‫ ثَاَل‬، ُ‫ب َحا ِم ِل فِ ْق ٍه ِإلَى َمنْ ه َُو َأ ْفقَهُ ِم ْنه‬
ُ ‫ث اَل يُ ِغ ُّل َعلَ ْي ِهنَّ قَ ْل‬
‫ب‬ َّ ‫ فَ ُر‬، ‫س ِم َع َمقَالَتِي فَ َوعَاهَا َو َحفِظَ َها َوبَلَّ َغ َها‬ َ ‫ض َر هَّللا ُ ا ْم َرًأ‬
َّ َ‫ن‬
‫ فَِإنَّ ال َّد ْع َوةَ تُ ِحيطُ ِمنْ َو َراِئ ِه ْم‬، ‫ َولُزُو ُم َج َما َعتِ ِه ْم‬، َ‫سلِ ِمين‬ ْ ‫ص َحةُ َأِئ َّم ِة ا ْل ُم‬
َ ‫ َو ُمنَا‬، ِ ‫ص ا ْل َع َم ِل هَّلِل‬
ُ ‫ ِإ ْخاَل‬: ‫سلِ ٍم‬
ْ ‫ُم‬

“Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah) kepada orang yang


mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya, dan menyampaikannya.
14
Berapa banyak orang yang membawa ilmu agama kepada orang yang lebih paham
darinya. Ada tiga perkara yang tidak akan dengki hati muslim dengannya:
mengikhlaskan amal karena Allah, menasihati pemimpin kaum muslimin, dan berpegang
kepada jamaah mereka karena doa mereka meliputi dari belakang mereka.”
Hadits ini diriwayatkan lebih dari satu orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ada sekitar 20 orang sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits ini.
Renungkanlah dengan mendalam pelajaran dari hadits ini. Renungkanlah seruan yang
penuh berkah yang diserukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang-
orang yang menghafalkan sabda beliau. Orang yang mendengarkan hadits, kemudian
memahaminya, dan menyampaikannya sebagaimana yang ia dengar dan kadar yang ia
pahami,, maka akan Allah berikan cahaya di wajahnya.
Apabila Anda ingin menjadi kelompok Nabi dan sukses menghadapi tantatang
kehidupan di abad 15 H ini, maka renungilah hadits Nabi berikut ini. Kemudian
menyambut seruannya itu, seruan sebaik-baik manusia, Muhammad bin
Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Makna dari kalimat “Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah)
kepada orang yang mendengarkan sabdaku” adalah Allah menjadikan wajah seseorang
bercahaya, menarik, dan berwibawa. Menarik secara kasat mata maupun secara batinnya.
Menarik secara batinnya adalah pemiliknya menghiasi diri dengan indahnya sunnah,
berpegang teguh dengannya, dan menghafalkannya. Dan keindahan dari dalam ini
merupakan sebuah keberkahan yang merupakan buah dari penerimaannya terhadap
sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengannya.
Kemudian sabda beliau ini “Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah)
kepada orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya, dan
menyampaikannya”. Adalah empat kalimat yang Allah berikan manfaat yang begitu
besar dengan kalimat-kalimat tersebut. “Mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya,
menghafalnya, dan menyampaikannya”.
Dari hadits ini para ulama mengambil pelajaran:
1. Seseorang harus mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ini adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim. Seorang muslim harus memberikan
porsi waktu dalam kesehariannya untuk mendengarkan sabda-sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak pantas bagi seorang muslim, melewati
hari-hari atau bahkan bulan tanpa meluangkan waktu untuk mendengarkan hadits Nabi
dan mengambil pelajaran darinya.
2. Memahami hadits Nabi.
15
Jika kita telah mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
bersemangatlah untuk memahaminya. Bersungguh-sungguhlah memberi perhatian
padanya dan memahaminya sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penuturnya.
3. Menghafalnya.
Ketika seseorang sudah mendengar, lalu memahaminya, maka tingkatan berikutnya
adalah menghafalkan hadits tersebut agar ia senantiasa tersimpan dalam pikiran.
4. Menyampaikannya kepada orang lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan “kemudian menyampaikannya”.
Menghafal hadits, memberikan perhatian padanya, dan menyampaikannya kepada orang
lain adalah bentuk penerimaan seseorang terhadap seruan Nabi dan kesuksesannya dalam
menyambut ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2.11 Allah membedakan antara orang yang berilmu dengan yang


tidak berilmu
Al-Imam Ibnul Qayyim berkata bahwa segi keutamaan ilmu yang kedua adalah Allah
Subhanahu wa Ta’ala menafikan persamaan antara orang-orang yang berilmu dengan
selain mereka. Disebutkan bahwa tidak sama antara dua golongan manusia ini
sebagaimana Allah meniadakan persamaan antara penghuni surga dengan penghuni
neraka. Subhanallah. Ini menunjukkan bahwa ilmu merupakan sebab yang menjadikan
seorang hamba akan dimudahkan masuk surga sebagaimana kejahilan merupakan sebab
yang menjadikan seseorang tidak mendapatkan petunjuk dan akhirnya masuk ke dalam
neraka. Na’udzubillahimindzalik..
Sebagaimana penduduk surga dan neraka itu tidaklah sama.
Allah Ta’ala berfirman,
ْ َ‫قُ ْل َه ْل ي‬
َ‫ستَ ِوي الَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمون‬
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

َ‫اب ا ْل َجنَّ ِة ُه ُم ا ْلفَاِئ ُزون‬ ْ ‫اب ا ْل َجنَّ ِة ۚ َأ‬


ُ ‫ص َح‬ ْ ‫اب النَّا ِر َوَأ‬
ُ ‫ص َح‬ ْ ‫ستَ ِوي َأ‬
ُ ‫ص َح‬ ْ َ‫اَل ي‬
“Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah;
penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 20)

16
Dinafikan persamaan di sini sebagaimana di ayat sebelumnya dinafikan persamaan
antara orang-orang yang berilmu dan orang orang yang tidak berilmu. Ini semua
menunjukkan puncak dari keutamaan dan kemuliaan orang-orang yang berilmu.
Ilmu adalah ciri dari orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki petunjuk
baginya untuk mudah menempuh jalan-jalan menuju surga. Ini juga tidak asing bagi
kita hadits sahih yang sangat terkenal didalam shahih Imam Muslim, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
َ ‫سهَّ َل هللاُ لَهُ بِ ِه‬
‫ط ِريقًا ِإلَى ا ْل َجنَّ ِة‬ ُ ‫سلَ َك طَ ِريقًا يَ ْلتَ ِم‬
َ ‫س فِي ِه ِع ْل ًما‬ َ ْ‫َمن‬
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dengan tujuan untuk mempelajari agama
Allah, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
Berarti ilmu memang merupakan ciri yang dekat dengan penghuni surga. Bahkan
itulah sebab yang menjadikan mereka terbinbing untuk bisa meniti jalan menuju ke
surga, mengikuti jalan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan menyampaikan
kepada surga dengan taufik dan pertolongan dari Allah. Sementara penghuni neraka,
diantara ciri utama yang ada pada diri mereka yang paling besar termasuk adalah tidak
paham agama yang dengan sebab ini mereka terhalang dari semua kebaikan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyebutkan ucapan mereka seperti di dalam surat Al-
Mulk, penghuni surga mengatakan:

﴾١١﴿ ‫س ِعي ِر‬


َّ ‫ب ال‬ ْ ‫س ْحقًا َأِّل‬
ِ ‫ص َحا‬ ُ َ‫﴾ فَا ْعت ََرفُوا بِ َذنبِ ِه ْم ف‬١٠﴿ ‫س ِعي ِر‬
َّ ‫ب ال‬ ْ ‫س َم ُع َأ ْو نَ ْعقِ ُل َما ُكنَّا ِفي َأ‬
ِ ‫ص َحا‬ ْ َ‫َوقَالُوا لَ ْو ُكنَّا ن‬

“Dan mereka (penghuni neraka) berkata, seandainya dulu di dunia kami


mau  mendengarkan petunjuk/nasehat dari Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman
para sahabat, seandainya kami mau memahami petunjuk Allah, maka mestinya sekarang
kami tidak akan termasuk golongan penghuni neraka yang menyala-nyala. Mereka
mengakui dosa mereka sendiri, maka kecelakaan dan kebinasaan bagi orang yang
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk[67]: 10-11)
Jadi, perbandingan ini adalah perbandingan yang benar. Allah meniadakan
persamaan antara orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu sebagaimana
Allah meniadakan persamaan antara penghuni surga dengan penghuni neraka di dalam
dua ayat ini.

17
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Terdapat banyak dalil, baik dari Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallamyang menjelasakan tentang keutamaan, keagungan serta ketinggian
ilmu.
Diantaranya adalah :
Pertama : Firman Allah ta’ala : “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia,Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-
orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]

Ayat ini menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala


telahmenggandengan persaksian para ulama’ dengan persaksian-Nya dan persaksian para
malaikat, bahwa Dia adalah sesembahan yang benar, yang berhak diibadahi,tidak ada
Ilah yang benar melainkan Dia.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Ya Sadatina Tv , “malaikat membentangkan sayap untuk para penuntut ilmu Ustadz


Miftah Syarif” ,27 Januari 2022,https://www.youtube.com/watch?
v=v44YoB7lGaE/, [di akses pada 23 Oktober 2022]
2. Rumaysho.com, “Malaikat Pun Menaruh Hormat”, 20 September
2016,https://rumaysho.com/14376-malaikat-pun-menaruh-hormat.html
[ di akses pada 23 Oktober 2022]
3. Rumaysho.com, “ Keempat puluh dua (#63): Allah membanggakan orang yang
berada di majelis ilmu di hadapan para malaikat”, 19 Oktober
2022,https://rumaysho.com/29364-lebih-dari-100-keutamaan-orang-berilmu-dari-
kitab-miftah-daar-as-saadah.html / [di akses pada 23 Oktober 2023]
4. Radiorodja.com, “keutamaan menghadiri majelis ilmu dinaungi sayap malaikat”,28
Februari 2020, https://www.radiorodja.com/48202-keutamaan-menghadiri-majelis-
ilmu-dinaungi-sayap-malaikat/ [di akses pada 23 Oktober 2023]
5. ihram.co.id, “Orang berilmu terhindar dari laknat “ 27 Agustus 2021,
https://ihram.co.id/berita/qyh253335/orang-berilmu-terhindar-dari-laknat/ , [di akses
pada 24 Oktober 2022]
6. Rumaysho.com, “Pertama (#11): Orang berilmu berbeda dengan orang tidak
berilmu” ,19 Oktober 2022, https://rumaysho.com/29364-lebih-dari-100-keutamaan-
orang-berilmu-dari-kitab-miftah-daar-as-
saadah.html#Pertama_11_Orang_berilmu_berbeda_dengan_orang_tidak_berilmu/
[di akses pada 24 Oktober 2022]
7. radiorodja.com, “Allah Menafikan Persamaan Antara Orang-Orang Yang Berilmu
Dengan Selain Mereka”, 21 Januari 2022, https://www.radiorodja.com/48132-allah-
menafikan-persamaan-antara-orang-orang-yang-berilmu-dengan-selain-mereka/ , [di
akses pada 24 Oktober 2022]
8. khotbahjumat.com, “Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu
Agama”, 20 Desember 2014, https://khotbahjumat.com/3021-cahaya-di-wajah-
orang-orang-yang-memahami-ilmu-agama.html/ [di akses pada 24 Oktober 2022]

18

Anda mungkin juga menyukai