Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TA’RIF DAN KLASIFIKASI ILMU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kitabul’Ilmi

yang diampu oleh;

Tedhi Setiadhi, M.Sos

Disusun oleh :

Resa Destiana

Nazmi Nur

Nenden Rahel Fauziah

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DAARUT TAUHIID BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaniirahim

Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan tema “TA’RIF DAN KLASIFIKASI
ILMU” dapat di selesaikan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat,serta semua ummatnya hingga saat ini. Dan
semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafa’atnya .

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran kitaabul
‘ilmi. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang keutamaan
ilmu bagi para pembaca dan juga penulis. Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah yang
di berikan oleh Ustadz Tedhi Setiadhi,M.Sos. Semoga karya tulis ini dapat mengantarkan
ilmu dan pengetahuan yang luas. Walaupun karya tulis ini memiliki kekurangan didalamnya,
oleh sebab itu kami membutuhkan kritik dan sarannya agar bisa menjadi lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1

C. Tujuan............................................................................................................................1

BAB II.......................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

A. Pengertian Ilmu.............................................................................................................2

B. Klasifikasi Ilmu.............................................................................................................9

BAB III....................................................................................................................................14

PENUTUP...............................................................................................................................14

A. Kesimpulan..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim. Islam mewajibkan
umatnya untuk giat dalam menuntut ilmu, baik ilmu tentang dunia maupun ilmu
tentang akhirat. Dengan kaidah ilmu tersebut memberikan maslahat atau kebaikan
kepada umat. Allah SWT sangat mengapresiasi hamba-Nya yang giat menuntut ilmu,
sehingga Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu.
Ilmu adalah cahaya, dengan ilmu manusia dapat meraih dunia dan dengan
ilmu manusia dapat meraih akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang
terdapat dalam kitab ta’lim muta’alim :

‫ َو َم ْن َأ َرا َدهُ َم<<<<ا فَ َعلَيْ<<<< ِه ب<<<<اِل ِع ْل ِم‬،‫<<<<ال ِع ْل ِم‬


ْ ِ‫ َو َم ْن َأ َرا َد اآل ِخ<<<< َرهَ فَ َعلَيْ<<<< ِه ب‬،‫َم ْن َأ َرا َد ال<<<< ُّد ْنيَا فَ َعلَيْ<<<< ِه بِ<<<<اْ ِلع ْل ِم‬

Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia


menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu,
dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia
menguasai ilmu," (HR Ahmad).
Islam senantiasa mengajarkan untuk selalu berkorban dan memperbanyak
amal shalih diantaranya menuntut ilmu, sekecil apa pun pengorbanan itu
Allah pasti akan membalasnya, bahkan balasannya sering kali lebih besar dari
apa yang dilakukannya. Allah akan memudahkan jalan menuju surga dan
para malaikat mendo’akan serta membentangkan sayap-sayapnya untuk menaungi
orang yang sedang menuntut ilmu.
Jadi dapat dikatakan bahwa ilmu sangatlah penting bagi setiap manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ta’rif ilmu
2. Apa saja Macam-macam Klasifikasi ilmu

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Ta’rif ilmu

1
2. Untuk mengetahui Macam-macam Klasifikasi ilmu

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu
Abdul Hamid M Djamil, Lc dalam bukunya bertajuk Agar Menuntut Ilmu Jadi
Mudah menjelaskan, ilmu adalah suatu aktivitas (proses), metode (prosedur), dan
pengetahuan (produk). Ilmu tidak akan diperoleh kecuali melalui aktivitas manusia
dalam menggali, mempelajari, atau menghafal serta menuliskannya.
 Secara Bahasa kata ilmu berasal dari kata arab yakni ‘alima yang memiliki
makna mengetahui atau perbuatan yang bertujuan untuk mengetahui segala
sesuatu. Dan juga kata ilmu ini berasal dari Bahasa latin yakni science yang
bermakna pengetahuan, mengetahui atau memahami.
 Secara istilah ilmu adalah bentuk pengetahuan tentang sesuatu yang datang
dari Allah, yang mana ilmu tersebut diturunkan kepada para nabi dan rosul
serta alam yang diciptakannya termasuk manusia dan apa saja yang ada

2
diantara langit dan bumi ini, atau pengetahuan yang sistematis dan bersifat
ilmiah.
 Secara umum ilmu memiliki arti kepandaian atau pengetahuan yang
berkenaan dengan bidang yang tersusun secara sistematis meurut kaidah dan
metode yang bisa digunakan untuk menjelaskan serta memahami hal yang
terkait dengan bidang ilmu tersebut.

Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Secara bahasa, al-ilmu


adalah lawan dari al-jahl (kebodohan), yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti.

Secara istilah dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu adalah ma’rifah
(pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahl (ketidaktahuan). Menurut ulama lainnya,
ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.
Dalam kitabul ’ilmi karya Syaikh Muhammad Sholih Al Utsaimin
Rahimahumullah ilmu terbagi kepada dua bagian yaitu:
1. Ilmu doruri: ilmu yang diperoleh secara langsung oleh panca indra kita tanpa
harus melakukan penelitian/mendatangkan dalil dan sebagainya. Contohnya
seseorang mengetahui bahwasannya api itu panas.
2. Ilmu nadori: ilmu yang hanya bisa diperoleh dengan melakukan
penelitian/dengan mendatangkan dalil-dalil. Contohnya seperti membasuh
bagian-bagian wudhu yang diperintahkan oleh Allah SWT.

1. Ilmu Menurut Al-Qur’an


Ilmu sendiri berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima-ya’lamu yang
berarti tahu atau mengetahui. Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk
selalu belajar. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menggunakan akal pikiran
yang sudah dikaruniakan Allah kepada manusia. Allah menciptakan manusia dari
tidak tahu apa-apa menjadi tahu. Menurut Ahmad Satori Ismail dalam buku Sepuluh
Pilar Da’wah Di Era Globalisasi, (Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003), hlm. 48.
Mengemukakan bahwa Islam juga agama yang memposisikan ilmu dalam posisi
mulia.
Dalam pandangan al-Qur’an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan
manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi

3
kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan al-
Qur’an pada Q.S al-Baqarah(2): 31 dan 32 yaitu:

ۤ
ٰ ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َم ٰل ِٕى َك ِة فَقَا َل اَ ۢ ْنبِـُٔوْ نِ ْي بِا َ ْس َم ۤا ِء ٰهُٓؤاَل ۤ ِء اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
َ‫ص ِدقِ ْين‬ َ ‫َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااْل َ ْس َم ۤا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬
‫ك َأنتَ ْٱل َعلِي ُم ْٱل َح ِكي ُم‬ َ َّ‫ك اَل ِع ْل َم لَنَٓا ِإاَّل َما عَلَّ ْمتَنَٓا ۖ ِإن‬ َ َ‫وا ُسب ٰ َْحن‬ ۟ ُ‫قَال‬

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman,
“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-
orang yang benar!” Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Jadi ilmu menurut Al Qur’an adalah keistimewaan yang menjadikan manusia
unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.

2. Ilmu Menurut Hadits


Terdapat sebuah hadits dari Rasulullah Saw didalam shohihain dari hadits
mu’awiyah r.a bahwa beliau Saw pernah bersabda:

‫َمن ي ُِر ِد هللاُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدي ِن‬


“Barang siapa yang dikehendaki kebaikan ada padanya, maka Allah akan
pahamkan dia dalam agamanya.”
Jadi salah satu ciri kebaikan dan tanda kebahagiaan seorang hamba adalah
diberikan kefahaman dalam hal agama.
Inilah salah satu tanda Allah ‫ ﷻ‬dalam memberikan rencana kebaikan dalam
kehidupan kita. Jika kita diberikan hidayah oleh-Nya, maka seharunya kita bersyukur
karena masih diberikan jalan untuk mengenal dan mempelajari agama-Nya.

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Sebagaimana


sabda Rasulullah Saw:
َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari
sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-
Jaami’ish Shaghiir no. 3913)

4
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa menuntut ilmu atau belajar
merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia. Karena dengan belajar, seseorang
bisa berubah dari tidak tahu menjadi tahu. Selain itu dengan belajar, akhlak atau
tingkah laku seseorang bisa berubah dari buruk menjadi baik (perubahan tingkah
laku).

3. Ilmu Menurut Perkataan Para Sahabat


Atsar (sisa,peninggalan atau bekas sesuatu yang datangnya bukan dari Nabi
Saw) yaitu dari Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu berkata: ilmu itu lebih
berharga dari harta.
Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar dalam kitab ‘Ushfuriyah mengisahkan
bahwa suatu ketika ada segerombolan masyarakat yang bertanya kepada Ali bin Abi
Thalib terkait manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta? Kemudian Ali bin
Abi Thalib memberikan jawaban yang berbeda bagi setiap penanya. Meskipun
pertanyaan yang diajukan segerombolan masyarakat itu tetap sama. Tetapi Ali bin Abi
Thalib menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang berbeda.
Pertama, ilmu lebih utama dari harta dikarenakan ilmu merupakan warisan
para nabi, sementara harta adalah warisan Fir’aun, Qarun, Syadad, dan sebagainya.
Pendapat Ali bin Abi Thalib ini senada dengan hadis Nabi saw. riwayat Abu Daud,
Ibnu Majah, dan ad-Darimi yang berbunyi:

ٍّ ‫من َأ َخ َذهُ َأ َخ َذ بِح‬


‫ظ َوافِ ٍر‬ ْ َ‫ ف‬،‫إن األ ْنبِيا َء لَ ْم يُو ِّرثُوا ِدينَاراً َوال ِدرْ هَما ً وإنَّما و َّرثُوا ْال ِع ْل َم‬
َّ

“Sesungguhnya para Nabi ‘Alaihimush Shalatu was Salam tidak mewariskan


emas maupun perak yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Maka barangsiapa yang
mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang sempurna.” (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi)
Hadis itu menyebutkan bahwa para nabi tidak mewariskan harta berupa dinar
atau dirham, tetapi para nabi mewariskan ilmu yang kemudian diambil oleh para
ulama.
Kedua, ilmu lebih utama dari harta, karena harta akan berkurang jika
digunakan, sementara ilmu jika digunakan akan bertambah. Hal ini seperti yang
disebutkan dalam sebuah hadis, yaitu “Barang siapa yang mengajarkan suatu ilmu
pada orang lain, maka Allah akan mengajarkan ilmu baru yang belum diketahuinya.”

5
Ketiga, ilmu lebih utama dari harta karena harta harus dijaga dari pencuri,
sementara ilmu tidak perlu dijaga dari pencuri.
Keempat ilmu lebih utama dari harta karena harta akan lenyap sebab
bergantinya zaman. Sementara ilmu tidak akan lenyap dan tidak akan rusak sebab
bergantinya zaman, melainkan akan terus berkembang sampai akhir zaman. Dengan
kata lain, ilmu itu akan terus lestari sampai hari akhir nanti. Kelima, ilmu lebih utama
dari harta karena ilmu dapat menerangi hati, sementara harta mengeraskan hati. Hal
serupa disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad saw. bahwa “ilmu itu cahaya,
sementara harta adalah pangkal dari segala keburukan”, termasuk di dalamnya adalah
kerasnya hati.

4. Ilmu menurut tabi’n,tabi’ut tabi’in

Abi Sufyan Atsauri merupakan salah seorang dari tabiin, ia menjelaskan tentang
salah satu proses mencari ilmu, beliau berkata:

‫أول العلم الصمت و الثاني اإلستماع و الثالث الحفظ و الرابع العمل به و الخامس نشره‬

Artinya : Ilmu itu, pertama diam (memperhatikan), kedua mendengarkan


(menyimak), ketiga mengingat, keempat mengamalkan, kelima Menyampaikkannya
(menyebarkannya).

5. Ilmu Menurut Para Salaf dan Khalaf

Imam As-Syafi’i berkata: “Tiada ibadah yang lebih utama setelah shalat
wajib daripada menuntut ilmu.” (An-Nawawi, Al-Majmu’: 33).

Dalam kitabul ‘ilmi disebutkan bahwa Ilmu merupakan ibadah yang paling
utama dan yang paling mulia, karena Allah menurunkan perintah pertama kepada
Rasulullah “Iqra” (bacalah) ini isyarat bahwa ilmu adalah ibadah yang paling utama
dan setiap ibadah yang lain dilandasi dengan ilmu.

Diantara pokok-pokok dalam menuntut ilmu agama yang diajarkan oleh ulama
salaf adalah:

6
a) Membenarkan niat
b) Bertahap dalam menuntut ilmu agama
c) Mempelajari adab terlebih dahulu
d) Menggandengkan ilmu dengan amal
e) Memperhatikan dengan benar kepada siapa dia menuntut ilmu agama.

Sedangkan ilmu menurut para Khalaf yaitu seperti yang disebutkan oleh Abu Hasan
Asy’ari atau sering disebut imam Al Asy’ari oleh muslim sunni dalam kitab Adab Al’alim
Wa Al muta’alim menyebutkan bahwa setiap murid hendaknya memulai pada pelajaran yang
sifatnya fardu ‘ain yaitu belajar empat jenis ilmu yakni:

 Ilmu tauhid,yakni ilmu yang membahas masalah ketuhanan


 Ilmu tentang sifat-sifat Allah
 Ilmu fiqih, yaitu ilmu untuk mengetahui dan mengantarkan pada ketaatan kepada
Allah
 Ilmu tasawuf yakni ilmu tentang bagaimana mensucikan jiwa,menjernihkan
akhlak, serta membangun dhoir dan batin untuk dapat memperoleh kebahagiaan
abadi.

6. Ilmu menurut Ahli Bahasa

a. The Liang Gie


Ilmu yakni adalah rangkaian kegiatan manusia yang rasional dan kognitip
dengan metode berupa macam-macam prosedur dan susuan Langkah yang
kemudian akan menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis
mengenai berbagai gejala kealaman,kemasyarakatan atau individu untuk
tujuan mencapai kebenaran yang sebenar-benarnya. Mendapatkan pemahaman
dan memberikan penjelasan atau melakukan penerapan.
b. Minto Rahayu
Ilmu merupakan pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku
secara umum.
c. Mohammad Hatta

7
Ilmu yakni merupakan sebuah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum secara kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,yang
mana meurut kedudukannya yang tampak dari luar, maupun dalam
d. Nazir
Ilmu merupakan pengetahuan yang sifatnya umum dan sistematik, yang mana
pengetahuan dari mana dapat disimpulkan keterangan tertentu menurut
kaidah-kaidah umum.
e. Popper
Ilmu yakni ialah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi.
f. Dr. Maurice Bucaille
Ilmu merupakan kunci untuk mengungkapkan banyak hal dalam bentuk
apapun, baik dalam jangka waktu Panjang maupun jangka waktu pendek.
g. E. Cantote 1977
Ilmu merupakn suatu hasil aktivitas manusia yang memiliki makna dan
metode.
h. Schulz
Ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif serta konsistensi dengan
realita.
i. John G. Kemeny
Ilmu yakni adalah bentuk pengetahuan yang dikumpulkan dengan metode
ilmiah sebagai prosedur.

j. J. Haberer 1972
Ilmu merupakan suatu hasil kegiatan manusia yang menjadi kumpulan teori,
metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.
k. Harsojo
Ilmu merupakan sekumpulan akumulasi pengetahuan yang telah
disistematiskan.
l. Prof. Dr Syed Naquid Alattas
Ilmu merupakan ketibaan makna dalam diri seseorang yang bisa menyebabkan
perubahan berdasarkan ilmu yang dicapai atau didapat olehnya.
m. Ashely montagu

8
Ilmu merupakan pengetahuan dalam satu system yang berasal dari
studi(pembelajaran) pengamatan dan percobaan dalam menentukan dasar
prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
n. Izuddin Taufiq
Ilmu adalah penelusuran atau pencarian pencarian informasi atau data melalui
pengamatan, pengkajian dan juga eksperimen, yang memiliki tujuan yakni
menetapkan hakikat, landasan dasar dan juga asala usulnya.
o. John G.K
Ilmu yakni adalah bentuk dari segala pengetahuan yang dikumpulkan dengan
menggunakan metode ilmiah yang merupakan hasil dari suatu proses yang
dibuat dengan menggunakan metode ilmiah tersebut.
p. Ralp Ross & Ernest Van Den Haag
Menurut mereka ilmu yakni merupakan sesuatu yang empiris,rasional,umum
dan sistematik, yang mana dari keempat aspek tersebut terjadi secara serentak.
q. Karl Pearson
Ilmu yakni keterangan yang stabil serta komprehensif mengenai suatu fakta
dari pengalaman dengan istilah yang cukup sederhana.
r. Harold H. titus
Ilmu didefinisikan sebagai common science yang diatur dan diorganisasikan,
mengadakan pendekatan terhadapat benda atau peristiwa dengan
menggunakan cara atau metode observasi yang teliti serta kritis.
s. Prof. Dr. A baequni
Ilmu (Science) merupakan general cesencus dari masyarakatan yang terdiri
dari scientist.

t. D. Bernal 1977
Ilmu merupakan suatu pranata atau metode yang membentuk keyakinan
mengenai alam semesta maupun manusia.
u. N. S. Asmadi
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuanyang padat dan proses mengetahui
melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali.
v. Dr. H. Ali As’ad
Ilmu yakni merupakan suatu sifat yang jika dimiliki seseorang maka menjadi
jelaslah apa yang terlintas didalam pengertiannya.

9
B. Klasifikasi ilmu

1. Ilmu fardlu a’in


Dalam buku Ihya’ ‘Ulum ad-Din, Al-Ghazali membagi ilmu ke dalam dua
jenis yakni ilmu Yang fardhu’ain dan ilmu yang fardhu kifayah.  Ilmu fardhu ‘ain
adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap manusia.
Fardhu ain adalah kegiatan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim
secara individu. Arti fardhu ain tersebut bermakna juga bahwa seorang muslim
yang memenuhi syarat harus menjalankan kewajibannya sebagai muslim dalam
sejumlah aktivitas ibadah. Selain itu, ibadah dengan hukum fardhu ain ini juga
tidak bisa diwakilkan. Sehingga harus dijalankan oleh individu secara sendiri
contohnya saja sholat lima waktu. Dalam sholat lima waktu tentunya seorang
muslim tidak dapat diwakilkan atau diganti dalam menjalankannya. Misalnya saja
dalam menjalankan sholat lima waktu harus dilaksanakan pada saat itu juga dan
tidak bisa diganti di waktu lain atau diwakilkan orang lain. Sedangkan apabila
seorang muslim meninggalkannya, maka dapat bernilai dosa. Serta jika
menjalankannya maka pahala yang akan diperoleh. Itulah yang diartikan dengan
fardhu ain dalam aktivitas ibadah seorang muslim.
Contoh contoh ibadah fardu ‘ain, Zakat,puasa,haji,memberi nafkah kepada
istri,mencari ilmu,dan sebagainya.
Rosululloh saw bersabda,"Bertakwalah kepada Tuhanmu (Allah), tegakkan
shalat lima waktumu, berpuasalah di bulanmu (ramadan), tunaikanlah zakat harta-
hartamu, dan taatilah para pemimpinmu, niscaya kalian semua akan masuk ke
dalam surga Tuhanmu." (HR. Tirmidzi (616), danAbuDawud(1955))

2. Ilmu Fardlu Kifayah


Fardhu kifayyah adalah kewajiban umat muslim dalam aktivitas tertentu
apabila sudah ada yang menjalankannya maka gugurlah kewajiban umat muslim
secara keseluruhan. Contoh dalam fardhu kifayyah yakni dalam mengurus jenazah
dari memandikan hingga sampai ke liang lahat atau menguburkan. Sementara itu
fardhu kifayah dapat bernilai dosa untuk semua umat muslim dalam suatu
kelompok tersebut apabila tidak ada yang melakukannya. Sedangkan jika sudah

10
ada yang melakukannya maka gugurlah tanggung jawab atau kewajibannya.
Seperti yang dijelaskan dalam Q.S Ali-Imran:104:

ٰۤ ُ
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ول ِٕى‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung." (Q.S Ali-Imran: 104)

3. Ilmu Yang Terlarang


Menurut ijma para ulama ilmu terlarang ialah lmu yang diharamkan kepada kaum
muslimin untuk mempelajarinya, karena tidak semua ilmu wajib dipelajari, ada ilmu-
ilmu yang terlarang dan haram untuk dipelajari yaitu:
a. Ilmu sihir
Menurut istilah kata as-sihr menunjukkan segala sesuatu yang dilakukan
secara halus dan lembut atau rahasia dan sebab-sebab yang menimbulkannya
sangat tersembunyi.
Ilmu sihir itu dilakukan melalui ketaatan dan ketundukkan kepada syaithan
dengan melakukan kerusakan dan kejahatan yang dibisikkannya (syaithan).
Firman Allah : QS Al-Baqarah : 102

‫الس<حْ َر‬ ِّ ‫اس‬ َ َّ‫ـط ْينَ َكفَ<رُوْ ا يُ َعلِّ ُم<<وْ نَ الن‬ ِ ‫ك ُسلَيْمٰ ۚنَ َو َما َکفَ َر ُسلَيْمٰ نُ َو ٰلـ ِك َّن ال َّش ٰي‬ ِ ‫َواتَّبَعُوْ ا َما تَ ْتلُوا ال َّش ٰي ِطيْنُ ع َٰلى ُم ْل‬
‫<<ز َل َعلَى ْال َملَـ َک ْي ِن بِبَابِ<< َل هَ<<ارُوْ تَ َو َمارُوْ ۗتَ َو َم<<ا يُ َعلِّمٰ ِن ِم ْن اَ َح<< ٍد َح ٰتّى يَقُ<<وْ اَل ۤ اِنَّ َم<<ا نَحْ نُ فِ ْتنَ<<ةٌ فَاَل‬ ۤ
ِ ‫َو َم<<ا اُ ْن‬
ٰ ‫تَ ْكفُ ۗرْ فَيتَعلَّموْ نَ م ْنهُما ما يُفَ ِّرقُوْ نَ به ب ْينَ ْالمرْ ء و َزوْ ج ۗهوما هُم بض ۤا ِّر ْينَ به م ْن اَح ٍد ااَّل با ْذن‬
َ‫اللّ ۗ ِه َويَتَ َعلَّ ُم<<وْ ن‬ ِ ِِ ِ َ ِ ِٖ َ ِ ْ َ َ ِٖ َ ِ َ َ ِٖ َ َ ِ ُ َ َ
ْ‫س َم<<ا َش< َروْ ا بِ< ٖ ۤ<ه اَ ْنفُ َس<هُ ۗ ْملَو‬ َ ‫َما يَضُرُّ هُ ْم َواَل يَ ْنفَ ُعهُ ۗ ْم َولَقَ ْد َعلِ ُموْ ا لَ َم ِن ا ْشت َٰرٮهُ َما لَ<<هٗ فِى ااْل ٰ ِخ< َر ِة ِم ْن َخاَل ۗقٍ< َولَبِْئ‬
َ‫َکانُوْ ا يَ ْعلَ ُموْ ن‬

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan
sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-
syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada
manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil
yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada
seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan

11
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari
kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara
seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi
mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan
tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya
keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
dengan sihir, kalau mereka mengetahui.

Ilmu Sihir termasuk salah satu dosa besar yang membawa kepada kehancuran.
b. Ilmu jampi-jampi(mantra)
Ilmu Mantra adalah sesuatu gendam yang digunakan untuk mengetahui
bagaimana memadukan kekuatan untuk mempengaruhi kekuatan yang lainya, 
sehingga terjadi suatu perbuatan yang aneh di alam dunia ini, melalui tulisan
dan wafak yang sangat dikenal dikalangan orang-orang yang memiliki
perhatian khusus terhadap ilmu semacam ini.
Objek ilmu matera (jimat) ini adalah essense dari bintang-bintang, rahasia
bilangan, benda yang memiliki karetiristik, dan perjalanan bintang-bintang
yang dianggap memiliki pengaruh terhadap benda-benda bumi.
Dilihat dari segi kegunaannya, maka ilmu ini sama sekali tidak memberi
manfaat dan hukumnya sama dengan ilmu sihir, sehingga diharamkan untuk
mempelajari dan menggunakannya.
c. Ilmu At Tanjim/Nujum (Astrologi)
Menurut istilah, kata at-tanjim berarti ilmu yang berkaitan dengan benda-
benda langit dan bintang-bintang untuk mengetahui kekuatan dan pengaruhnya
terhadap benda-benda bumi sebagai petunjuk atas peristiwa yang akan terjadi
di muka bumi, yaitu kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan manusia
dan makhluk bumi lainnya. Pada hakekatnya at-tanjim tidak dikatagorikan
sebagai sebuah ilmu.
Nujum dikatagorikan sebagai Ucapan  yang membingungkan (igauan) dan
pemikiran sesat yang lahir dari orang-orang yang tidak mendapat petunjuk
Allah.

12
Hukum mempelajari dan mengamalkan atau mempraktekkan ilmu nujum ini
dikatagorikan sebagai perbuatan kufur, karena menisbahkan kejadian dan
peristiwa alam seperti mati dan hidup, kemudharatan dan kemanfaatan dan
lainnya kepada selain Allah.
َ َ‫س ِع ْل ًما ِمنَ النُّجُوْ ِم ا ْقتَب‬
‫س ُش ْعبَةً ِمنَ السِّحْ ِر زَ ا َد َما َزا َد‬ َ َ‫ َم ِن ا ْقتَب‬.l

Barangsiapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, sesungguhnya ia telah mempelajari


sebagian dari ilmu sihir. Semakin bertambah (ilmu yang dia pelajari) semakin bertambah pula
(dosanya).(H.R. Abu Daud)

d. Ilmu kode/rumus (Al Jafr)


Menurut istilah Al jafr berarti sebuah ilmu untuk mengetahui rumus atau kode
yang berdasarkan kepada huruf-huruf rahasia, dimana pelakunya menyangka
bahwa dalam kode atau rumus itu terdapat petunjuk yang menunjukkan
beberapa peristiwa yang akan terjadi sampai hari kiamat.
Ilmu ini diciptakan oleh Harun bin Said Al Lajali yang mengaku dirinya
sebagai seorang tokoh aliran Syi'ah Zaidiyah.
Hal ini didasarkan pada sebuah buku yang ditulisnya yang periwayatannya
diklaim berasal dari Ja'far Ash Shadiq, salah seorang imam dari kalangan Ahlu
Al Bait (keluarga Rasulullah ), dimana didalam buku itu dibahas suatu ilmu
yang dapat mempredeksi kejadian yang akan menimpa keluarga Rasulullah.
Dilihat dari segi manfaatnya, sebenarnya ilmu Al Jafr ini tidak memberikan
manfaat apa-apa terhadap kaum muslimin.
Bahkan ilmu ini dikategorikan sebagai sampah dan racun yang
membahayakan yang bisa merusak akidah serta kepercayaan kaum Muslimin.
Dari Buku Ringkasan Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali, Sahara Intisains, tahun
2011, dalam hadits ini Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk diam,
karena manusia gemar menyelediki berbagai hal, baik melalui media yang
nyata maupun yang bersifat khayalan semata.

e. Ilmu Yang Mubah


Menurut imam Al Ghazali dalam buku ihya U’lumuddin, ilmu mubah
termasuk pengetahuan dalam kategori netral tidak dilarang. Seperti ilmu

13
mengubah syair-syair, sepanjang tidak menggunakan kata-kata vulgar atau
tidak senonoh diperbolehkan untuk dipelajari. Demikian pula, ilmu sejarah
yang mencatat peristiwa-peristiwa penting dan sejenisnya. Ilmu lain yang
termasuk kedalam ilmu kategori ilmu yang diperbolehkan(mubah) adalah
geometri,astronomi dan musik.
Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata bahwa mubah adalah:
ِ ‫َما َأ ِذنَ هللا فِ ْي فِ ْعلِه و تَرْ ِك ِه َغيْر ُم ْقت َِر ٍن بِ َذ ّم فَا ِعلِ ِه و ت‬
‫َار ِك ِه َو اَل َم ْد ِح ِه‬

“Perbuatan yang Allah izinkan dilakukan atau ditinggalkan, tanpa disertai


dengan celaan maupun pujian bagi yang melakukan atau meninggalkannya.”
Menurut Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, mubah adalah, “Perbuatan yang
tidak berkaitan dengan perintah maupun larangan secara dzatnya. Misalnya
adalah makan di malam hari bulan Ramadhan.”
Terkadang sesuatu yang hukumnya mubah, diistilahkan dengan halal. Syaikh
Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, di dalam kitab “Al-Ushul min ‘Ilmil
Ushul” mengatakan:
“Terkadang mubah dinamakan dengan halal …”
Mubah adalah sebuah status hukum terhadap suatu aktivitas dalam Islam.
Aktivitas yang berstatus hukum Mubah boleh untuk dilakukan, bahkan lebih
condong kepada dianjurkan (bersifat perintah), tetapi tidak ada janji berupa
konsekuensi berupa pahala terhadapnya. Dengan kata lain, Mubah yakni
apabila dikerjakan tidak berpahala dan tidak berdosa, jika ditinggalkanpun
tidak berdosa dan tidak berpahala. Hukum ini cenderung diterapkan pada
perkara yang lebih bersifat keduniaan. Contohnya seperti Berdoa tidak
menggunakan bahasa Arab,Menggunakan media berdakwah yang berbeda-
beda diantaranya menggunakan televisi, radio, internet, dan sebagainya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpukan bahwa ilmu memiliki arti pengetahuan yang tersusun secara
sistematis menurut kaidah dan metode yang bisa digunakan untuk menjelaskan serta
memahami hal terkait dengan bidang ilmu tersebut dan ilmu tidak akan diperoleh
kecuali melalui aktivitas menggali, mempelajari, atau menghafal serta menuliskannya.
Kemudian klasifikasi ilmu merupakan pembagian dari ilmu yang terbagi menjadi
beberapa macam yaitu, ilmu fardlu ‘ain, ilmu fardu kifayah, ilmu yang terlarang dan
ilmu mubah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian ilmu menurut para ahli, secara Bahasa, istilah dan umum(materibelajar.co.id)

Imam Badrudin Ibnu Jama’ah, (672H) Tadzirotus Sam’i Wal Mutakallim

Syaikh Muhammad Bin Sholih Al Utsaimin (14341 H) Syarh Hilyah Thalibil’Ilmi

Ustadz Saiful Yusuf L.C, (tt), Fadhilah ilmu dan penuntut ilmu

Muhammad Yasir, (1441H), Buku Berjalan Jauh Mencari Ilmu

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dan Dr. Ubaid Bin Salim Al-Amri, Solo Penerjemah,
Arif Munandar, Lc,Kiswah Media Tips Belajar Agama Diwaktu Sibuk

Syaikh Abdul Aziz Bin Abdillah Bin Baz,Fawwaz Ahmad Zamarli, Yogyakarta Media
Hidayah, Menebar ilmu Menuai Pahala

Muhammad Syaifudin Hakim, 2013 Setiap Muslim Wajib Mempelajari Agama

Yazid Bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At Takwa , Panduan Menuntut Ilmu

Yulian Purnama, Kan Aswad.Wordpress.com Kiat-Kiat Agar Belajar Ilmu Lebih Terarah

Syaiful Yusuf, Buyungchem,Wordpress.com, Fadhilah Ilmu Dan Penuntut Ilmu

Wahdah Islamiyah,Makassar, Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

16
17

Anda mungkin juga menyukai