Anda di halaman 1dari 12

TAUHID

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam


Dosen Pengampu : Mohammad Rofiq

Disusun oleh: Nur Anjeli ( 2022008 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
JAKARTA
2021

Jl. Ulujami Raya No.1 Ulujami Jakarta 12520, Tlpn. 021-71050 800, Fax.
021 738865288 Jakarta, 2021-2022
KATA PENGANTAR

Assamualaiku Wr. Wb
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam tatap
tercurah limpahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhir nanti.
Dan tak terlupakan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
ini dari mata kuliah ilmu Kalam dengan judul “Tauhid”.
saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk itu, kami mangharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang
telah membimbing saya dalam mata kuliah Ilmu Kalam ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Penyusun

22, September 2021


DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………..……………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………..…………………...…………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………….……………..…………..
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………..………………………
1
B. Rumusan masalah ………………………………………..……………..
1
C. Tujuan pembahasan ………………………………………………..……
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ilmu tauhid ……………………………...…………………..
2
B. Nama lain ilmu tauhid ……..……………………………………………
2
C. Macam-macam ilmu tauhid ……………….…………...………………..
2
1. Tauhid rububiyah ……………………………………………………
3
2. Tauhid uluhiyah ……………………………………………………..
4
3. Tauhis al-asma was-shifat ………………………………………….. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………..….……………..
12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….……………………..
13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana jamak diketahui, Nabi Muhammad saw adalah
pamungkas dari para nabi dan rasul. Nabi Muhammad saw juga menjadi nabi
dan rasul paling mulia. Segala kemuliaan dan keagungan yang dimiliki nabi
sebelumnya juga dimiliki Nabi Muhammad saw, namun tidak semua
kemuliaan dan keagungan yang dimilikinya dimiliki para nabi sebelumnya.
Karenanya, Allah mengutus Nabi Muhammad saw sebagai pamungkas dan
penyempurna ajaran para nabi sebelumnya.
Ilmu tauhid membahas ajaran dasar agama islam. Karna itu setiap
orang muslim berkeinginan memperdalam seluk beluk agamanya melalui
ilmu tauhid tersebut.
Tujuan ilmu tauhid adalah untuk memantapkan keyakinan atau
kepercayaan agama dengan jalan akal fikiran disamping kemantapan hati bagi
seseorang yang percaya pada-Nya dengan mempertahankan kepercayaan –
kepercayaan tersebut dan berusaha menghilangkan berbagai keraguan yang
masih melekat pada diri sesorang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ilmu tauhid ?
2. Apa nama lain dari ilmu tauhid ?
3. Ada berapa macam ilmu tauhid terbagi ?
4. Apa pengertian dari masing-masing macam ilmu tauhid ?

C. Tujuan pembahasan
1. Mengetaui apa itu ilmu tauhid
2. Mengehauin nama lain dari ilmu tauhid
3. Mengetahui macam-macam ilmu tauhid
4. Mengetahui pengertian dari macam-macam ilmu tauhid

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengetian Ilmu Tauhid


Menurut bahasa “Tauhid” adalah bentuk Masdar, dari wahhada-
yuwahhidu
(dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti
dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan
satu saja, kemudian baru menetapkannya1. yang artinya mempercayai keEsaan
Allah SWT.
Secara istilah syar’i makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu
satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya.2 Dari makna ini
sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan keimanan oleh
manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan
makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah
sebagai satu-satunya sesembahan saja.

1
Syarh Tsalatsatil Ushul, 39
2
Ibid
Pengertian secara istilah yang lebih lengkap yaitu pendapat Prof. M
Thahir Abd. Muin, ialah suatu ilmu yang menyelidiki dan membahas soal-
soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan bagi sekalian utusan-
utusan-Nya. Demikian juga ia mengupas soal-soal yang mungkin atau yang
sesuai dengan akal fikiran, sebagai alat untuk membuktikan adanya dzat yang
mewujudkan. Lebih dari itu ia mengupas soal-soal sam’iyat yaitu dalil-dalil
yang diambil dari al-qur’an dan hadits, untu mempercayai sesuatu dengan
yakin.
Ilmu tauhid secara umum diartikan sebagai ilmu yang membicarakan
tentang cara-cara menetapkan aqidah agama dengan menggunakan dalil-dalil
yang menyakini baik dalil naqli maupun dalil aqli.

B. Nama Lain Ilmu Tauhid


Ilmu tauhid digunakan juga untuk nama lain yang membahas tentang
keimanan dalam islam. Dalam buku-buku agama islam ilmu tauhid disebut
juga Ilmu Kalam, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Aqoid, dan Ilmu Teologi.
1. Ilmu kalam
Disebut ilmun kalam karena :
a. Permasalahan yang terpenting pada masa pertama ialah kalam
Allah yaitu al-qur’an apakah azali atau tidak azali.
b. makhluk atau qodim, karena itu keseluruhan pembahasan ilmu
kalam dimanai salah satu bagian yang terpenting.
c. Pembuktian keyakinan agama menyerupai logika dalam
filsafat, untuk dibedakan dengan logika, maka pembuktian ini
disebut ilmu kalam.
d. Dasar ilmu kalam adalah dalil-dalil akal fikiran, diman
pengetahuannya Nampak jelas pada pembicaraan ulama-ulama
kalam, sehingga kelihatan sebagai ahli bicara. 3
2. Ilmu Ushuluddin
Dinamakan ilmu ushuluddin jika kita lihat dari segi
kandungannya yang dibicarakannya, yaitu menganai keyakinan
atau keimanan yang merupakan dasar struktur ajaran agama islam.
Dalam masalah ini pula dikemukakan dalil-dalil yang verasal dari
al-qur’an maupun hadits.
3. Ilmu Aqoid
Dinamakan ilmu aqoid karena sasaran utama dari ilmu ini
berupaya menyakinkan tentang adanya Allah, baik dari segi dzat,
sifat, maupun perbuatannya sehingga aqidah dan keyakinan
tersebut benar-benar tertaman dalam hati. Sehingga dapat menjadi
dasae setiap amal perbuatan atau tingkah laku sehari-hari.
4. Ilmu Teologi
Secara etimologi, teologi berasal dari dua kata yaitu theos yang
berarti tuhan dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian dapat
diartikan sebagai ilmu ketuhanan. 4

C. Macam-macam Ilmu Tauhid


Pada abad ketujuh hijriah, Ibnu Taimiyah membuat sebuah konsep
tauhid yang akan kita bahas pada pembahasan ini. Konsep yang ia karang
dikenal dengan pembagian tauhid menjadi tiga macam, yakni tauhid
rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid al-asmâ’ was-shifât. Sebelum era Ibnu
Taimiyah, ketiga istilah ini sudah dikenal dan beredar luas, tetapi hanya
sebagai istilah lepas yang mandiri, bukan sebagai istilah yang terintegrasi
dalam sebuah konsep berjenjang tentang tauhid yang mempunyai beberapa

3
RhomasA. Ghofir, Ilmu Tauhid (pengertian ilmu tauhid) FakultasDakwah IAIN
Walisongo Swmarang, 1997
4
LatifahNokAenul, dan Kholisoh, PahamIlmuKalam (MemahamiIlmuKalam). PT
TigaSerangkaiPustakaMandiri, 2013
agenda serius sebagaimana disebutkan nanti. Dalam perspektif Ibnu Taimiyah
yang membegi tiga macam ilmu tauhid adalah sebagai berikut:
a. Tauhid Rububiyah
Macam tauhid yang pertama adalah tauhid rububiyah. Pada
perspektif Ibnu Taimiyah, Tauhid rububiyah sebagai jenjang pertama
tauhid merupakan keyakinan bahwa pencipta serta pengatur alam
semesta hanyalah Allah SWT saja. Dalam hal ini, seluruh golongan
manusia diklaim sudah bertauhid.Ibnu Abdil Izz, salah satu pendukung
fanatik Ibnu Taimiyah menjelaskan:
‫الَ ِم‬HH‫ْس لِ ْل َع‬
َ ‫ َوأَنَّهُ لَي‬،‫ ْي ٍء‬H‫ ِّل َش‬H‫ق ُك‬ُ ِ‫ ال‬Hَ‫ار بِأَنَّهُ خ‬
ِ ‫ اإْل ِ ْق َر‬H‫ َك‬،‫ ُد الرُّ بُوبِيَّ ِة‬H‫ َو تَوْ ِحي‬Hُ‫ َوه‬:‫َوأَ َّما الثَّانِي‬
ٍ Hِ‫ َوهُ َو ْالغَايَةُ ِع ْن َد َكث‬،‫ْب فِي ِه‬
‫ير‬H َ ‫ق اَل َري‬ٌّ ‫ َوهَ َذا التَّوْ ِحي ُد َح‬،‫ت َواأْل َ ْف َعا ِل‬ ِ ‫صفَا‬ِّ ‫صانِ َعا ِن ُمتَ َكافِئَا ِن فِي ال‬
َ
ِ ِ‫ذهَبْ إِلَى نَق‬Hْ Hَ‫ ُد لَ ْم ي‬H ‫ َذا التَّوْ ِحي‬H َ‫ َوه‬،‫وفِيَّ ِة‬H ‫الص‬
ٌ‫ة‬H َ‫ ِه طَائِف‬H ‫يض‬ ُّ َ‫ ٍة ِمن‬H َ‫ر َو ْالكَاَل ِم َوطَائِف‬H
ِ Hَ‫ ِل النَّظ‬H ‫ِم ْن أَ ْه‬
‫ورةً َعلَى‬Hَ Hُ‫ا َم ْفط‬HHَ‫ ِه أَ ْعظَ َم ِم ْن َكوْ نِه‬H ِ‫ار ب‬
ِ ‫ َر‬H‫و َرةٌ َعلَى اإْل ِ ْق‬HHُ‫وبُ َم ْفط‬HHُ‫ ِل ْالقُل‬H َ‫ ب‬،‫ةٌ ِم ْن بَنِي آ َد َم‬Hَ‫َم ْعرُوف‬
ِ ‫ار بِ َغي ِْر ِه ِمنَ ْال َموْ جُودَا‬
‫ت‬ ِ ‫اإْل ِ ْق َر‬
Artinya: “Yang kedua adalah tauhid rububiyah, seperti pengakuan
bahwasanya Allah adalah pencipta segala sesuatu dan bahwasanya alam
semesta tidak mempunyai dua pencipta yang setara dalam sifat dan
perbuatannya. Tauhid ini adalah benar tanpa diragukan lagi. Ia adalah
puncak menurut banyak pemikir dan ahli kalam serta segolongan Sufi.
Tauhid jenis ini tidak ditentang oleh kelompok Bani Adam mana pun yang
dikenal, tetapi sudah ada fitrah dalam hati untuk mengakuinya lebih besar
dari fitrah untuk mengakui seluruh eksistensi lain.5
Kemudian, Ibnu Abdil Izz lebih lanjut mengklaim, seluruh
kaum musyrik non muslim tidak ada yang meyakini Tuhan
mereka sebagai sekutu Allah SWT dalam menciptakan alam
semesta. Beliau berkata:
‫ا‬HHَ‫ الُهُ ْم فِيه‬H‫انَ َح‬HH‫لْ َك‬HHَ‫ ب‬،‫ق ْال َعالَ ِم‬ِ ‫ار َكةٌ هَّلِل ِ فِي َخ ْل‬
ِ ‫َولَ ْم يَ ُكونُوا يَ ْعتَقِ ُدونَ فِي اأْل َصْ ن َِام أَنَّهَا ُم َش‬
ِ ْ‫َك َحا ِل أَ ْمثَالِ ِه ْم ِم ْن ُم ْش ِر ِكي اأْل ُ َم ِم ِمنَ ْال ِه ْن ِد َوال ُّتر‬
‫ك َو ْالبَرْ بَ ِر َو َغي ِْر ِه ْم‬
Artinya: “Mereka (kaum musyrik jahiliyah) tidak meyakini bahwa
berhala-berhala mereka adalah sekutu Allah dalam penciptaan Alam

5
Ibnu Abdil Izz, Syarh at-Thahawiyah, 79
semesta, tetapi keyakinan mereka sama seperti keyakinan kaum
musyrik lain dari berbagai umat, dari India, Turki, Barbar dan
selainnya.6
b. Tauhid Uluhiyah
Sedangkan tauhid uluhiyah, sebagai jenjang kedua, menurut
mereka adalah ajaran untuk menyembah Allah semata, berdoa kepada
Allah semata, mencintai Allah semata dan seterusnya. Tauhid jenis ini
yang dianggap sebagai misi utama Rasulullah, bukan tauhid rububiyah
yang memang sudah diakui. Ibnu Taimiyah mengatakan:  
َ َ‫ ْال ُمت‬،‫َوإِنَّ َما التَّوْ ِحي ُد الَّ ِذي أَ َم َر هَّللا ُ بِ ِه ْال ِعبَا َد هُ َو تَوْ ِحي ُد اأْل ُلُو ِهيَّ ِة‬
ُ ‫ َد هَّللا‬H َ‫أ َ ْن يُ ْعب‬HHِ‫ ب‬،‫ض ِّمنُ لِتَوْ ِحي ِد الرُّ بُوبِيَّ ِة‬
ُ ‫ونُ هَّللا‬HH‫ َويَ ُك‬،ُ ‫ ْدعَى إِاَّل هَّللا‬H ُ‫ َواَل ي‬،ُ ‫ َواَل يُخَافُ إِاَّل هَّللا‬،ِ ‫ فَيَ ُكونُ الدِّينُ ُكلُّهُ هَّلِل‬ ،‫َوحْ َدهُ اَل يُ ْش ِر ُكونَ بِ ِه َش ْيئًا‬
  ‫ َويَ ْعبُ ُدونَ هَّللا َ َويَتَ َو َّكلُونَ َعلَ ْي ِه‬،ِ ‫ َويُ ْب ِغضُونَ هَّلِل‬،ِ ‫ فَيُ ِحبُّونَ هَّلِل‬،‫أَ َحبَّ إِلَى ْال َع ْب ِد ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء‬
“Sesungguhnya tauhid yang diperintahkan oleh Allah kepada para
hamba-Nya hanyalah Tauhid Uluhiyah yang sudah mencakup tauhid
rububiyah, dengan cara menyembah Allah tanpa menyekutukannya
dengan sesuatu pun sehingga agama seluruhnya menjadi milik Allah, tak
ditakuti selain Allah, tak diseru kecuali Allah, Allah menjadi yang paling
dicintai dari apa pun sehingga cinta dan marah karena Allah, dan
menyembah Allah dan pasrah terhadap Allah.7
c. Tauhid al-Asma’ was-Shifat
Sedangkan tauhid al-asma’ was-shifat mereka definisikan sebagai:  
‫ة‬HH‫اديث النبوي‬HH‫ريم واألح‬HH‫رآن الك‬HH‫ا ورد في الق‬HH‫ل م‬HH‫ان بك‬HH‫و اإليم‬HH‫ وه‬:‫فات‬HH‫ماء والص‬HH‫د األس‬HH‫توحي‬
‫الصحيحة من أسماء هللا وصفاته التي وصف بها نفسه أو َوصفه بها رسوله على الحقيقة‬. 
  “Tauhid al-Asma’ was-Shifat, yakni beriman pada semua yang ada
dalam al-Qur’an yang mulia dan hadits-hadits nabi yang sahih yang
terdiri dari nama-nama Allah dan sifat-sifatnya yang disifati sendiri oleh
Allah dan Rasul secara hakikat.8 Sepintas, tak ada yang bermasalah dari
klasifikasi ini. Inti dari kesemuanya adalah ajakan untuk menyembah
Allah saja tanpa menyekutukan-Nya dengan apa pun dan ajakan untuk
6
(Ibnu Abdil Izz, Syarh at-Thahawiyah, 81
7
(Ibnu Taimiyah, Minhâj as-Sunnah, juz III, halaman 289-290)
8
Syahatah Muhammad Saqar, Kasyf Syubahât as-Shûfiyah, halaman 27
mengimani seluruh nama dan sifat Allah yang ada dalam Al-Qur’an dan
hadits shahih.
Simak pernyataan Ibnu Taimiyah berikut ini yang menyebutkan
para filsuf islam dan ahli kalam, di antaranya yang ia sebutkan adalah
Imam al-Ghazali, Imam Fakhruddin ar-Razi, dan Imam al-Amidi,
mengeluarkan ajakan untuk menyembah Allah semata—yang ia
istilahkan sebagai tauhid uluhiyah—dari ranah tauhid. Ia juga menuduh
bahwa para tokoh tersebut hanya tahu tauhid rububiyah saja dan
mengabaikan hakikat nama-nama dan sifat Allah. Berikut pernyataanya:  
‫ َوأَبِي‬،‫ي ْال َم ْقتُو ِل َونَحْ ِو ِه ِمنَ ْالفَاَل ِسفَ ِة‬ ِّ ‫َوهَ ِذ ِه الطَّ ِريقَةُ ِه َي ْال َم ْعرُوفَةُ لَهُ َولِ َم ِن اتَّبَ َعهُ َكال ُّس ْه َر َورْ ِد‬
‫ َذا‬Hَ‫ه‬....‫ الَّ ِذينَ َخلَطُوا ْالفَ ْل َسفَةَ بِ ْالكَاَل ِم‬،‫ي َو َغي ِْر ِه ْم ِم ْن ُمتَأ َ ِّخ ِري أَ ْه ِل ْالكَاَل ِم‬ ِّ ‫َّازيِّ َواآْل ِم ِد‬
ِ ‫َحا ِم ٍد َوالر‬
‫ُوج ع َِن ْال َحق‬ِ ‫ َو ْال ُخر‬،‫ك فِي أَ ْشيَا َء‬ ِّ ‫ب َوال َّش‬ِ ‫َم َع أَ َّن فِي ْال ُمتَ َكلِّ ِمينَ ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِملَ ِل ِمنَ ااِل ضْ ِط َرا‬
َ Hُ‫ا ه‬HH‫ ِد َم‬H‫ َوأَ ْخ َرجُوا ِمنَ التَّوْ ِحي‬... ،‫ض َع‬
‫ ِد‬H‫هُ َكتَوْ ِحي‬H‫و ِم ْن‬H ِ ‫اع اأْل َ ْه َوا ِء فِي َم َوا‬ِ َ‫ َواتِّب‬،‫ض َع‬ ِ ‫ِّ فِي َم َوا‬
َ Hُ‫ َوه‬،‫ َد الرُّ بُوبِيَّ ِة‬H‫ ِد إِاَّل تَوْ ِحي‬H‫وا ِمنَ التَّوْ ِحي‬HHُ‫ْرف‬
‫و‬H ِ ‫ق أَ ْس َما ِء هَّللا ِ َو‬
ِ ‫ َولَ ْم يَع‬،‫صفَاتِ ِه‬ ِ ِ‫ت َحقَائ‬ِ ‫ َوإِ ْثبَا‬،‫اإْل ِ لَ ِهيَّ ِة‬
  ُ‫ق ُك ِّل َش ْي ٍء َو َربُّه‬ُ ِ‫اإْل ِ ْق َرا ُر بِأ َ َّن هَّللا َ خَ ال‬
“Metode ini yang diketahui oleh Ibnu Sina dan orang-orang yang
mengikutinya seperti Suhrawardi dan filsuf lain sepertinya, Abu Hamid
al-Ghazali, ar-Razi, al-Amidi dan lain-lain dari ahli kalam muta’akhirin
yang mencampur aduk filsafat dan kalam. Hal ini terjadi meskipun
sesungguhnya para ahli kalam dari berbagai aliran punya kerancuan
dan keraguan dalam berbagai hal dan keluar dari kebenaran dalam
berbagai tema, .... dan mereka masuk dalam sebagian kebathilan yang
dibuat-buat, dan mereka mengeluarkan bagian tauhid yang sebenarnya
menjadi bagiannya, seperti tauhid uluhiyah serta penetapan hakikat
nama-nama dan sifat-sifat Allah, dan mereka tak kenal dari tauhid
kecuali tauhid rububiyah saja, yakni pengakuan bahwa Allah adalah
pencipta segala sesuatu dan pemeliharanya.9
Jadi, klasifikasi pembagian tauhid tak hanya berisi ajakan untuk
menyembah Allah tanpa menyekutukannya dengan apa pun sebagaimana
disangka beberapa orang, tapi ada agenda melempar klaim dan tuduhan

9
” (Ibnu Taimiyah, Minhâj as-Sunnah, juz III, halaman 288-289)  
pada orang-orang yang dianggap berlawanan dengan Ibnu Taimiyah dan
para pengikutnya. Tuduhan dan klaim ini kemudian dimanfaatkan dengan
baik oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, pendiri sekte Wahabiyah,
beberapa abad setelah Ibnu Taimiyah wafat. Adapun para ulama sebelum
Ibnu Taimiyah, mereka hanya menyebutkan istilah uluhiyah dan
rububiyah dalam konteks ketuhanan secara umum tanpa menjadikan
mereka sampai pada tuduhan dan klaim sebagaimana di atas.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut bahasa “Tauhid” adalah bentuk Masdar, dari wahhada-
yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu
satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini
tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala
sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru
menetapkannya yang artinya mempercayai keEsaan Allah SWT.
Nama – nama lain dari ilmu tauhid yaitu, ilmu kalam, ilmu
usshuliddin, ilmu aqoid, dan ilmu teologi.
Adapun macam-macam ilmu tauhid yaitu, tauhid rububiyah, tauhis
uluhiyah dan tauhid al-asma was shifat.
DAFTAR PUSTAKA

Syahatah Muhammad Saqar, Kasyf Syubahât as-Shûfiyah

RhomasA. Ghofir, Ilmu Tauhid (pengertian ilmu tauhid) FakultasDakwah


IAIN Walisongo Swmarang, 1997

LatifahNokAenul, dan Kholisoh, PahamIlmuKalam (MemahamiIlmuKalam).


PT TigaSerangkaiPustakaMandiri, 2013

Ibnu Abdil Izz, Syarh at-Thahawiyah,

Ibnu Taimiyah, Minhâj as-Sunnah

Anda mungkin juga menyukai