Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

TEOLOGI ISLAM
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam semester dua.

Disusun oleh :
(Kelompok 1, Kelas Farmasi B)
Nur Amelia Khodijah

11151020000055

Zahrotul Anis

11151020000060

Afifah Amatullah

11151020000066

Sahrul Fauzi

11151020000090

Dosen Pengampuh : Siti Nadroh M, Ag

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MARET 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan
sebagaiman mestinya. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah kepada
rasulullah Muhammad SAW, kepada sahabat-sahabatnya, dan kepada umatnya
hingga akhir zaman.
Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang dengan
kegigihan dan keikhlasannya membimbing kami sehingga kami bisa mengetahui
sedikit demi sedikit apa yang sebelumnya kami tidak ketahui. Juga tak lupa
teman-teman seperjuangan yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini.
Makalah ini kami buat dengan sesederhana mungkin dan jika ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini, kami berharap dan memohon saran serta kritikan
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini ke depannya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ciputat, 20 Maret 2016

Penyusun

2|Page

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................2


Daftar isi ..........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................4
B. Rumusan Masalah .................................................................4
C. Tujuan Makalah ....................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teologi Islam ......................................................5
B. Perbedaan Teologi dengan Ilmu Tauhid, Aqidah,
Keimanan dan Ushuluddin ...................................................6
C. Sejarah Lahirnya Teologi Islam ..........................................10
D. Pokok-pokok Masalah dalam Teologi Islam ......................25
E. Menyikapi Perbedaan Paham Teologi Islam ......................30
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................32
TABEL .................................................................................................. 33
LAMPIRAN ..................................................................................39

3|Page

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Ilmu teologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tuhan dan segala
yang berkaitan dengan-Nya. Imu teologi termasuk salah satu nama lain dari
ilmu kalam. Nama-nama lain dari ilmu kalam selain teologi islam adalah ilmu
tauhid, aaid dan ushuluddin.
Banyak sekali masayarakat umum yang beragama islam tidak
mengetahui tentang pengetahuan dari agama yang mereka anut, terutama
muslim. Maka dari itu, kami sebagai penulis membuat makalah ini agar
masyarakat bisa lebih memahami arti dari keyakinan kita terhadap islam dan
juga bisa mengenal tuhan kita yaitu Allah SWT secara lebih mendalam.

B. RumusanMasalah
a. Mengetahui pengertian dari teologi islam
b. Mengetahui perbedaan antara ilmu teologi dengan ilmu-ilmu lainnya
c. Mengetahui sejarah adanya teologi dalam islam
d. Mengetahui pokok-pokok masalah dalam teologi islam
e. Mengetahui cara dalam menyikapi perbedaan dalam teologi islam

C. TujuanMakalah
Setelahterselesaikannyamakalahini,
semogamakalahinidapatmembermanfaatbagipembacadanlebihmemahamilagia
paitu teologi islam, perbedaanya dengan ilmu-ilmu yang lain serta masalahmasalah yang ada didalamnya.

4|Page

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teologi Islam
Teologi menurut bahasa yunani yaitu theologia. Yang tersusun
dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang artinya ilmu.
Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan . menurut William L.
Resse, Teologi berasal dari bahasa Inggris yaitu theology yang artinya
discourse or reason concerning god (diskursus atau pemikiran tentang
tuhan) dengan kata-kata ini Reese lebih jauh mengatakan, teologi
merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta
independensi filsafat dan ilmu pengetahuan. Gove mengatkan bahwa
teologi merupakan penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan
pengalaman agama secara rasional1.
Sedangkan pengertian teologi islam secara terminologi terdapat
berbagai perbedaan. Menurut abdurrazak, Teologi islam adalah ilmu yang
membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait dengan-NYA
secara rasional. Muhammad Abduh :
Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang
sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepadaNya, sifat-sifat yang sma sekali wajib di lenyapkan dari pada-Nya; juga
membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka,
meyakinkan apa yang ada pada diri mereka, apa yang boleh di hubungkan
kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkanya kepada diri
mereka2

Abdur Razak dan Rosihan Anwar, Ilmu kalan, (Pustaka Setia: Bandung, 2006), Cet II, hlm. 14
Muhammad Abduh, Risalah tauhid, terj, Firdaus A.N, (Bulan Bintang: Jakarta, 1979) , hlm. 36

5|Page

B. Perbedaan Teologi dengan Ilmu Tauhid, Aqidah,Keimanan dan


Ushuluddin
1. Akidah
Akidah berasal dari kata aqad berarti pengikatan. Akidah adalah
apa yang diyakini seorang. Jika dikatakan, : dia mempunyai aqidah
yang benar, berarti akidahnya bebas dari keraguan. Akidah
merupakan perbuatan hati, yaaitu kepercayaan hati dan pembenaranny
terhadap sesuatu. Adapun makna Akidah secara Syara adalah iman
kepada Allah, paraa Malaikat-Nya, kitab-kitab -Nya, para rasul-Nya,
hari akhir, serta kepada qadarbaaik dan qadar buruk.3
Akidah juga dapat dimaksudkan sebagai pendapat dan fikiran atau
anutan yang mempengaaruhi jiwa manusia, lalu menjadi sebagai suatu
suku dari manusia sendiri, dibela dan dipertahankan bhwa hal itu
adalah benar. Harus dipertahankan dan diperkembangkan.4
Syekh Tahir Al Jazairy (1851-1919) menerangkan bahwa:5
Akidah islam ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-ornagislam,
artinya mereka menetapkan aataas kebenarannya.
Tiap-tiap manusia mempunyai beberapa itikad sedikit ataupun
banyak. Semakin banyak pengalamanya semakin subur mafiraatnya.
Semakin bertambah ilmunya semakin bertambah pulaaitikadnya dan
lapangnnya.6
Akidah yang benar hanya satu, yaitu akidah yang sesuai dengan
akidah Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Akidah Ahlussunnah
Wal Jamah adalah yang sesuai dengan aakidahRasulllah SAW dan
akidah para sahabatnya.7

http://fzil.wordpress.com/2011/04/28/ilmu-kalam-ilmu-akidah-ilmu-tauhid/, diakses 10/03/2016,


21.00 WIB
4
Lihat Drs. h. Salihun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, 1996, hal. 6-7
5
Lihat M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, 1992, hal. 42
6
Lihat M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, 1992, hal. 42
7
Lihat H. M. Daud Zamzami, dkk, pemikiran Ulama Dayah Aceh, 2007, hal6.

6|Page

2. Ushuluddin
Ilmu Ushuluddin adalah ilmu yang membahas pokok-pokok
(dasar) agama, yaitu akiah, tauhid, dan Itikad (keyakinan) tentang rukun
Iman yang enam, beriman kepada:8
a. Allah SWT
b. Al-Quran dan kitab-kitab suci samawi
c. Nabi Muhammad dan para Rasul
d. Para Malaikat
e. Perkara ghaib
f. Takdir baik dan buruk
Menurut ulama-ulama Ahli Sunnah:
Ilmu Ushuluddin ialah ilmu yang membahas padanya tentang prinsipprinsip kepercayaan agama dengaan dalil-dalil yang qathI (Al-Quran
dan hadis mutawatir) dan dalil-dalil akal fikiran.9
Sebutan

lain

bagi

Ilmu

Ushuludinadalah

Ilmu

Teologi

(Ketuhanan), karena membahas tentang ke-Tauhidan (ke-Esaan) Allah,


sifat, dan asma (nama) Allah.10
Sebutan lain yang lebih populer adalah Ilmu Kalam karena bahasan
yang sedang ramai dibahas pada saat lahirnya Ilmu Kalam adalah masalah
kalam (firman Allah). Disamping itu, pembahasan ilmu ini menggunakan
metode

ilmu

mantiq

(logika)

sedangkan

kata

mantiq

secara

etomologibahsa sinonim dengan kalam.11


3. Teologi
Teologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Theos yang berarti
Tuhan dan Logos yang berarti Ilmu, Jadi bila diartikan teologi adalah
Ilmu tentang Tuhan, yaitu suatu pengetahuan yang menyelidiki tentang
Tuhan dari perspektif akal atau pikiran, seperti kebenaran adanya tuhan,
bagaimana sifat dan kehendak tuhan, dan lain sebagainya. Dengan kata
8

http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu%20Ushuludin.htm
Lihat Drs. H. Salihun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, 1996, hal. 6
10
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu%20Ushuludin.htm, diakses 10/03/2016, 21.00 WIB
11
Ibid
9

7|Page

lain, Teologi adalah pengetahuan tentang Tuhan dan manusia dalam


pertaliannya dengan Tuhan, baik disandarkan kepada wahyu maupun
disandarkan pada penyelidikan akal pikiran.
Teologi Islam atau Ilmu Tauhid memiliki banyak pengertian yang
telah diterangkan oleh beberapa teolog dan tokoh-tokoh pemikir Islam,
diantaranya;
Menurut Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905),
Tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-sifat
yang wajib tetap bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya dan
tentang sifat-sifat yang sama sekali yang wajib ditiadakan (mustahil)
daripada-Nya.

Juga

membahas

tentang

Rasul-rasul

Allah

untuk

menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib pada dirinya, hal-hal


yang jaiz dihubungkan (dinisbatkan) pada diri mereka dan hal-hal yang
terlarang (mustahil) menghubungkannya kepada diri mereka.
Menurut Ibnu Khaldun (1333-1406),
Ilmu Tauhid ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan
kepercayaan-kepercayaan

iman,

dengan

mempergunakan

dalil-dalil

pikiran dan berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang


menyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahli sunnah
Menurut Sayyid Husein Afandi al-Jisr At-Tarabulsi (18451909),
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu tauhid itu ialah ilmu yang
membahas padanya tentang menetapkan (meyakinkan) kepercayaan agama
dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan (nyata)
4. Tauhid
Adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan
Allah. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik meruakan konsekuensi
dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.12
Tauhid menurut salaafi dibagi menjadi 3 macam, yakni:13
12

http://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid. diakses 10/03/2016, 21.00 WIB


Ibid

13

8|Page

1. Rububiyah
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang
memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara,
memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta
menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdaapat dalam
Q.S Az-Zumar ayat 62:
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara
segala sesuatu
Hal seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada
seorangpun yang mengingkarinya.
2. Uluhiyah
Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Sesuai dengan fiman Allah dalam
Q.S Ali-Imran ayat 18:
Allah menyatakan bahwa tida ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia yang menegakkan kedilan. Para malaikat
dan orang orangyaang berilmu (juga menyatak demikian).
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang
Mahaperkasa lagi maha Bijaksan.
3. Asma wa Sifat
Beriman

bahwa

Allah

memiliki

nama

dan

sifat

baik(asmaulhusna) yang sesuai dengan keagungan-Nya.14


5. Ilmu kalam atau Keimanan
Kalam menurut bahasa ialah ilmu yang membicarakan/membahas
tentang masalah ke-Tuhanan/ketauhidan (meng-Esakan Tuhan), atau
kalam menurut loghatnya ialah omongan atau perkataan.15
Sedangkan menurut istilah Ilmu Kalam ialah sebagai berikut:
a) Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berisi alasan
alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan
14
15

Ibid
Ibid

9|Page

menggunakan dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orangorang yang menyeleweng dari kepecayaan aliran golongan salaf
dan ahli sunah
b) Menurut

Husain

Tripoli,

Ilmu

Kalam

ialah

ilmu

yang

membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan


keagamaan agama Islam dengan bukti- bukti yang yakin
c) Menurut Syekh Muhammad Abduh definisi Ilmu Kalam adalah
ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib
bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz bagi-Nya dan tentang sifat-sifat yang
ditiadakan dari-Nya dan juga tentang rasul-rasul Allah baik
mengenai sifat wajib, jaiz dan mustahil dari mereka
d) Menurut Al-Farabi definisi Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang
membahas Dzat dan Sifat Allah beserta eksistensi semua yang
mungkin mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai
masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam
e) Menurut Musthafa Abdul Razak, Ilmu Kalam ialah ilmu yang
berkaitan dengan akidah imani

yang di

bangun dengan

argumentasi-argumentasi rasional16
Adanya nas-nas yang kelihatannya saling bertentangan, sehingga
datang orang- orang yang mengumpulkan ayat tersebut dan
memfilsafatinya. Contohnya; adanya ayat-ayat yang menunjukkan adanya
paksaan (jabr), (Q.S. Al-Baqarah(2): 6, Al-Muddsir(74):17

C. Sejarah Lahirnya Teologi Islam


Setelah Usman wafat ali, sebagai calon terkuat, menjadi khalifah
yang keempat. Tetapi segera ia mendapatkan tantagan dari pemukapemuka yang ingin pula menjadi khalifah, terutama Talhah dan Zubeir
dari Mekkah yang mendapat sokongan dari Aisyah. Tantangan dari
Aisyah Talhah Zubeir ini dipatahkan Ali dalam pertempuran yang
16

Ibid

10 | P a g e

terjadi di Irak tahun 656.Talhah dan Zubeir mati terbunuh dan Aisyah
dikirim kembali ke Mekkah.
Tantangan kedua datang dari Muawiyah, Gubernur Damaskus dan
keluarga yang dekat bagi Usman. Sebagaimana halnya Talhah dan
Zubeir, ia tak mau mengakui Ali sebagai khalifah. Ia menuntut kepada
Ali supaya menghukum pembunuh-pembunuh Usman, bahkan ia
menuduh Ali turut campur dalam soal pembunuhan itu.17Salah seorang
pemuka pemberontak-pemberotak Mesir, yang dating ke Madinah dan
kemudian membunuh Usman adalah Muhammad Ibn Abi Bakar, anak
angkat dari Ali Ibn Abi Talib.18Dan pula Ali tidak mengambil tindakan
keras terhadap pemberontak-pemberontak itu, bahkan Muhammad Ibn
Abu Bakar diangkat menjadi Gubernur Mesir.19
Dalam pertempuran yang terjadi antara kedua golongan ini di
Siffin, tentara Ali dapat mendesak tentara Muawiyah sehingga yang
tersebut akhir ini bersiap-siap untuk lari.Tetapi tangan kanan Muawiyah,
Amr Ibn al-As yang terkenal sebagai orang licik, minta berdamai dengan
mengangkat al-Quran ke atas.Qurra yang ada di pihak Ali mendesak
ali supaya menerima tawaran itu dan dengan demikian dicarilah
perdamaian dengan mengadakan arbritase. Sebagai pengantara diangkat
dua orang: Amr Ibn al-As dari pihak Muawiyah dan Abu Musa alAsyari dari pihak Ali. Dalam pertemuan mereka, kelicikan Amr
mengalahkan perasaan takwa Abu Musa.Sejarah mengatakan antara
keduanya terdapat pemufakatan untuk menjatuhkan kedua pemuka yang
bertentangan, Ali dan Muawiyah.Tradisi menyebutkan bahwa Abu Musa
al-Asyari, sebagai yang tertua, terlebih dahulu berdiri mengumumkan
kepada orang ramai putusan mejatuhkan kedua pemuka yang bertentangan
itu. Berlainan dengan apa yang telah disetujui, Amr Ibn al-As,

17

Tarikh al-Tabari (Selanjutnya disebut Tarikh), Kairo, Dar al-Maarif 1963, Jilid V, hlm. 7.
Ibid., Jilid IV, hlm. 353, 357, 391, dan 393, Jilid III, hm. 426 dan Jilid V, hlm. 154.
19
Ibid., Jilid IV, hlm. 555.
18

11 | P a g e

mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan Ali yang telah diumumkan


al-Asyari, tetapi menolak penjatuhan Muawiyah.20
Bagaimanapun

paristiwa

ini

merugikan

bagi

Ali

dan

menguntungkan bagi Muawiyah. Yang legal menjadi khalifah sebenernya


hanyalah ali, sedangka Muawiyah kedudukannya tak lebih dari
Gubernur daerah yang tak mau tunduk kepada Ali sebagai khalifah.
Dengan adanya arbritase ini kedudukannya telah naik menjadi khalifah
yang tidak resmi.Tidak mengherankan kalau putusan ini ditolak Ali dan
tak mau meletakkan jabatannya, sampai ia mati terbunuh di tahun 661 M.
Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr al-As untuk
mengadakan arbritase, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak
disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat bahwa hal serupa
itu tidak dapat diputuskan oleh arbritase manusia.Putusan hanya datang
dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam alQuran.La hukma illa lillahi (tidak ada hokum selain hokum dari Allah)
atau la hakama illa Allah (tidak ada pengantara selain dari Allah), menjadi
semboyan mereka.21
Mereka memandang Ali Ibn Abi Talib telah berbuat salah, dan
oleh karena itu mereka meninggalkan barisannya. Golongan mereka inilah
dalam sejarah Islam terkenal dengan nama al-Khawarij, yaitu orang yang
keluar dan memisahka diri atau seceders.
Karena memandang Ali bersalah dan berbuat dosa, mereka
melawan Ali.Ali sekarang menghadapi dua musuh, yaitu Muawiyah dari
satu pihak dan Khawarij dari pihak lainya.Karena selalu mendapat
serangan dari pihak kedua ini, Ali terlebih dahulu memusatkan usahanya
untuk menghancurkan kaum Khawarij, tetapi setelah mereka ini kalah,
tentara Ali telah terlalu capai untuk tempur terus meneruskan
pertempuran dengan Muawiyah. Muawiyah tetap berkuasa di Damaskus

20
21

Ibid., Jilid V, hlm. 70-71.


Ibid., Jilid IV, hlm. 55 dan 57.

12 | P a g e

dan setelah Ali Ibn Abi Talib wafat is dengan mudah dapat memperoleh
pengakuan sebagai khalifah umat Islam pada tahun 661 M.
Persoalan-persoalan yang terjadi dalam lapangan politik sebagai
digambarkan di atas inilah yang akhirnya membawa kepada timbulnya
persoala-persoalan teologi.Timbullah persoalan siapa yang kafir dan siapa
yang bukan kafir dalam arti siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa
yang masih tetap dalam Islam.
Khawarij memandang bahwa Ali, Muawiyah, Amr Ibn al-As,
Abu Musa al-Asyari dan lain lain yang menerima arbitrase adalah kafir,
karena al-Quran mengatakan :
22

Dari ayat inilah mereka mengambil semboyan La hukma illa lillah.


Karena keempat pemuka Islam di atas telah dipandang kafir dalam arti
bahwa mereka telah keluar dari Islam, yaitu murtad atau apostate, mereka
mesti idbunuh. Maka kaum Khawarij mengambil keputusan untuk
membunuh mereka berempat, tetapi menurut sejarah hanya orang yag
dibebani membunuh Ali Ibn Abi Talib yang berhasil dalam tugasnya.19
Lambat laun kaum Khawarij pecah menjadi beberapa sekte.
1. Al-Muhakkimah
Al-Muhakkimah adalah mereka yang keluar dari barisan Ali
ketika berlangsung peristiwa tahkim dan kemudian berkumpul disuatu
tempat yang bernama Harura, bagian dari negeri Kufah. Pimpinan
mereka diantaranya Abdullah bin al-Kawa, Utab bin al-Awar,
Abdullah bin Wahab al-Rasiby. Al-Muhakkimah ini adalah golongan
Khawarij pertama yang terdiri dari pengikut-pengikut Ali. Merekalah
yang berpendapat bahwa Ali, Muawiyah, kedua pengantar Amr Ibnu
al-Ash dan Abu Musa al-Asyari serta semua orang yang menyetujui
tahkim sebagai orang-orang yang bersalah dan menjadi kafir.
22

Al-maidah (5) 44. Siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang telah diturunkan
Allah, adalah kafir.

13 | P a g e

Demikian ini pula orang yang berbuat zina menurut mereka adalah
dosa besar, kafir dan keluar dari Islam. Begitu pula orang yang
membunuh sesama manusia tanpa sebab-sebab yang sah adalah dosa
besar, keluar dari Islam dan menjadi kafir. Demikian pula dengan
dosa-dosa besar lainnya, dapat mengakibatkan dapat keluar dari Islam
dan kafir.[23]
2. Al-Azariqah
Al-Azariqah adalah bagian dari golongan Khawarij yang dapat
menyusun barisan baru yang besar dan kuat. Daerah kekuasaannya
terletak diperbatasan Irak dan Iran. Jika nama Muhakkimah dinisabkan
pada peristiwa tahkim, maka nama Azariqah dinisabkan pada tokohnya
bernama Nafi Ibn al-Azariqah. Para pengikut golongan ini, menurut albaghdadi berjumlah lebih dari dua puluh ribu orang. Khalifah yang
pertama mereka pilih adalah Nafi sendiri, dan kepadanya mereka
memberi gelar Amir al-Muminin. Tokoh ini kemudian wafat pada
pertempuran di Irak pada tahun 686 M.
Sekte al-Azariqah ini sikapnya lebih radikal dari alMuhakkimah. Mereka mengubah tern kafir menjadi musyrik dan
polytheis dan tern yang disebut terakhir ini lebih tinggi kedudukannya
daripada kufur. Keradikalan sub sekte ini antara lain terlihat pada
pendapat-pendapatnya, seperti boleh membunuh anak kecil yang tidak
sealiran dengan mereka, menghukum anak-anak musyrik di dalam
neraka

beserta

orang

tuanya,

menghukum

orang-orang

yang

melakukan dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil secara kontinu dapat


menjadi kafir, orang yang melakukan dosa besar disebut kafirmillah,
kelau dari Islam secara total dan kekal dalam neraka beserta orangorang kafir.24
3. Al-Najdat

23

M. Yusran Asumsi, Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h.31
Ibid, hlm. 31-31

24

14 | P a g e

Al-Najdat adalah golongan Khawarij yang ketiga. Nama


golongan ini diambil dari nama pemimpinnya yang bernama Najdah
Ibn Amir al-Hanafiah dari Yamamah. Mereka ini pada mulanya ingin
bergabung dengan kaum Azariqah. Namun rencana ini tidak terwujud,
karena terjadi perselisihan paham antara al-Azariqah dan al-Najdat.
Para pengikut Nafi Ibnu al-Azraq yang bernama Abu Fudaik, Rasyid
al-Tawil dan Atitah al-Hanafiah dalam hal tidak menyetujui paham alAzariqah yang mengatakan bahwa orang Azraqy yang tak mau
berhijrah ke dalam lingkungan al-Azaqariah adalah musyrik. Mereka
juga tidak menyetujui pendapat al-Azaqariah yang embolehkan
membunuh anak istri orang-orang Islam yang tak sepaham dengan
mereka. Selanjutnya mereka memisahkan diri dari Nafi dan pergi ke
Yaman. Disinilah mereka dapat menarik Najdah ke pihak mereka
dalam upaya menentang paham yang dikemukakan Nafi sebagai man
disebutkan di atas.
Berlainan dengan al-Azaqariah, Najdah berpendapat bahwa
orany yang berdosa besar dan dapat menjadi kafir serta kekal dalam
neraka hanyalah orang Islam yang tak mau sepaham dengan
golongannya. Sedangkan pengikutnya jika mengaerjakan dosa besar,
betul mendapat balasan siksa, tetapi bukan dalam neraka dan kemudian
akan masuk surga.
Seterusnya mereka berpendapat bahwa yang diwajibkan bagi
setiap orang Islam ialah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, mengetahui
haram membunuh orang Islam dan percaya kepada selalu ruh apa yang
diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya itu. Orang yang tidak
mengetahui semua ini tidak dapat diampuni dosanya. Dalam hal selain
dari yang disebutkan, orang Islam tidak diwajibkanmengetahuinya.
Sedangkan jika seseorang muslim mengerjakan sesuatu yang haram
dengan tidak mengetahui bahwa itu haram, maka ia dimaafkan.
Dari pendapat tiga aliran Khawarij sebagaimana disebutkan,
terlihat bahwa pendapat nereka itu memperlihatkan keadaan yang

15 | P a g e

kaku, keras dan ekstrim sehingga pendapat-pendapatnya itu kurang


berkembang di masyarakat.25
Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij dapat disimpulkan:
Pertama orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan
harus di bunuh dan orang-orang yang terlibat dalam perang jamal
(perang antara Aisyah, Talhah, dan Zubair, dengan Ali bin Abi Thalib)
dan

para

pelaku

tahkim

mambenarkannya dihukum kafir.

termasuk

yang

menerima

dan

26

Konsep kafir turut pula mengalamai perubahan. Yang dipandang


kafir bukan lagi hanya orang yang tidak menentukan hukum dengan alQuran, tetapi orang yang berbuat dosa besar, yaitu murtakib al-kabair
atau capital sinners, juga dipandang kafir.
Persoalan orang berbuat dosa inilah kemudian yang mempunyai
pengaruh besar dalam pertumbuhan teologi selanjutnya dalam Islam.
Persoalannya ialah: Masihkah ia bisa dipandang orang mukmin ataukah ia
sudah menjadi kafir karena berbuat dosa besar itu?
Persoalan ini menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam.
Pertama aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang berdosa besar
adalah kafir, dlam arti keluar dari Islam atau tegasnya murtad dan oleh
karena itu ia wajib dibunuh. Aliran kedua ialah aliran Murjiah yang
menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap masih mukmin
dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, terserah kepada
Allah SWT untuk mengampuni atau tidak mengampuninya.
Sekte-sekte dan ajaran pokok Murjiah
Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murjiah tampaknya
dipicu oleh perbedaan penadapat di kalangan para pendukung Murjiah

25

Ibid, hlm. 32-33


Ibid, hlm. 33

26

16 | P a g e

sendiri. Dalam hal ini, terdapat problem yang cukup mendasar ketika para
pengamat mengklasifikasikan.
Pada umunmnya kaum Murjiah di golongkan menjadi dua golongan
besar, yaitu Golongan Moderat dan golongan Ekstrim.

a) Golongan Moderat
Tokoh-tokoh kelompok moderat adalah Hasan bin Muhammad
bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah (Imam Hanafi), Abu Yusuf dan
beberapa ahli hadits. Golongan moderat berpendapat bahwa orang yang
berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka. Tetapi akan
dihukum dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya,
dan ada kemungkinan bahwa tuhan akan mengampuni dosanya dan oleh
karena itu tidak akan masuk neraka.
Golongan Murjiah yang moderat ini termasuk Al-Hasan Ibn
Muhammad Ibn Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan
beberapa ahli Hadits. Menurut golongan ini, bahwa orang islam yang
berdosa besar masih tetap mukmin. Dalam hubungan ini Abu Hanifah
memberikan definisi iman sebagai berikut: iman adalah pengetahuan
dan pengakuan adanya Tuhan, Rasul-rasul-Nya dan tentang segala yang
datang dari Tuhan dalam keseluruhan tidak dalam perincian iman tidak
mempunyai sifat bertambah dan berkurang, tidak ada perbedaan iman.
Dengan gambaran serupa itu, maka iman semua orang islam di
anggap sama, tidak ada perbedaan antara iman orang islam yang berdosa
besar dan iman orang islam yang patuh menjalankan perintah-perinyah
Allah. Jalan pikiran yang dikemukakan oleh Abu Hanifah itu dapat
membawa kesimpulan bahwa perbuatan kurang penting dibandingkan
dengan iman.27
b) Golongan Ekstrim

27

Hasjmy, Syiah dan Alhusnah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), hlm. 42

17 | P a g e

Adapun yang termasuk ke dalam kelompok ekstrim adalah AlJahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah dan AlHasaniyah, Al-Ghailaniyah, As-Saubaniyah, Al-Marisiyah, dan AlKaramiyah. Pandangan tiap kelompok ini dapat dijelaskan sebagi
berikut:
Al-Jahmiyah
Adapun golongan Murjiah ekstrim adalah Jahm bin Safwan
dan pengikutnya disebut al-Jahmiah. Golongan ini berpendapat
bahwa orang Islam yang percaya pada Tuhan, kemudian menyatakan
kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir, karena kafir dan
iman tempatnya bukan dalam bagian tubuh manusia tetapi dalam
hati sanubari. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa orang yang
telah

menyatakan

iman,

meskipun

menyembah

berhala,

melaksanakan ajaran-ajaran agama Yahudi degan menyembah


berhala atau Kristen dengan menyembah salib, menyatakan percaya
pada trinitas, kemudian mati, tidaklah menjadi kafir, melainkan tetap
mukmin dalam pandangan Allah. Dan orang yang demikian bagi
Allah merupakan mukmin yang sempurna imannya.28
Ash-Shalihiyah
Bagi kelompok pengikut Abu Al-Hasan Al-Salihi iman
adalah megetahui Tuhan dan Kufur adalah tidak tahu pada Tuhan.
Dalam pengertian bahwa mereka sembahyang tidaklah ibadah
kepada Allah, karena yang disebut ibadat adalah iman kepadanya,
dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa dan haji
bukanlah ibadah melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.
Al-Yunusiyah
Kaum Yunusiyah yaitu pengikut- pengikut Yunus ibnu Aun
an Numairi berpendapat bahwa iman itu adalah mengenai Allah, dan
28

Muhammad Imarah, Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy, (Surabaya: Logos Wacana Ilmu, 1991), hlm.

33-34

18 | P a g e

menundukkan diri padanya dan mencintainya sepenuh hati. Apabila


sifat-sifat tersebut sudah terkumpul pada diri seseorang, maka dia
adalah mukmin. Adapun sifat-sifat lainnya, seperti taat misalnya,
bukanlah termasuk iman, dan orang yang meninggalkan bukanlah
iman, dan orang yang meninggalkan ketaatan tidak akan disiksa
karenanya, asalkan saja imannya itu benar-benar murni dan
keyakinannya itu betul-betul benar.29
Al-Ubaidiyah
Al-Ubaidiyah di pelopori oleh Ubaid Al-Muktaib. Pada
dasarnya pendapat mereka sama dengan sekte Al-Yunusiyah.
Melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau perbuatan
jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa
dan perbuatan- perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan
orang yang bersangkutan. Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman
berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit, tidak
merusak iman seseorang sebagai musyrik atau politheist.
Al-Hasaniyah
Kelompok ini mengatakan bahwa, saya tahu Tuhan
melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang
diharamkan itu adalah kambing ini, maka orang tersebut tetap
mukmin bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan, saya
tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Kabah, tetapi saya tidak tahu
apakah Kabah di India atau di tempat lain, orang yang demikian
juga tetap mukmin.
Al-Ghailaniyah
Al-Ghailaniyah di pelopori oleh Ghailan Ad-Dimasyqi.
Menurut mereka, iman adalah marifat kepada Allah SWT melalui
nalar dan menunjukkan sikap mahabah dan tunduk kepada-Nya.
As-Saubaniyah

29

Ibid, hlm. 34

19 | P a g e

As-Saubaniyah yang dipimpin oleh Abu Sauban mempunyai


prinsip ajaran yang sama dengan paham Al-Ghailaniyah. Hanya
mereka

menambahkan

bahwa

yang

termasuk

iman

adalah

mengetahui dan mengakui sesuatu yang menurut akal wajib


dikerjakan. Berarti, kelompok ini mengakui adanya kewajibankewajiban yang dapat diketahui akal sebelum datangnya syariat.30
Al-Marisiyah
Al-Marisiyah di pelopori oleh Bisyar Al-Marisi. Menurut
paham ini, iman disamping meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan
selain Allah SWT dan Muhammad SAW itu rasul-Nya, juga harus di
ucapkan secara lisan. Jika tidak di yakini dalam hati dan diucapkan
dengan lisan, maka bukan iman namanya. Adapun kufur merupakan
kebalikan dari iman.
Al-Karamiyah
Al-Karamiyah yang perintisnya adalah Muhammad bin
Karram mempunyai pendapat bahwa iman adalah pengakuan secara
lisan dan kufur adalah pengingkaran secara lisan. Mukmin dan
kafirnya sesseorang dapat di ketahui secara lisan. Sebagai aliran
yang berdiri sendiri, kelompok Murjiah ekstrem sudah tidak
didapati lagi sekarang. Walaupun demikian, ajaran-ajarannya yang
ekstrem itu masih didapati pada sebagian umat Islam. Adapun
ajaran-ajaran dari kelompok Murjiah moderat, terutama mengenai
pelaku dosa-dosa besar serta pengertian iman dan kufur, menjadi
ajaran yang umum disepakati oleh umat Islam.31
Kaum Mutazilah sebagai aliran ketiga tidak menerima pendapatpendapat di atas. Bagi mereka orang yang bedosa besar bukan kafir tetapi
pula bukan mukmin. Orang yang serupa ini kata mereka mengambil posisi
di antara kedua posisi mukmin dan kafir yang dalam bahasa Arabnya
30

Ibid, hlm. 34
Ibid, hlm. 35

31

20 | P a g e

terkenal dengan istilah almanzilah bain al-manzilitain (posisi di antara dua


posisi).

Sekte-sekte dan ajaran pokok Mutazilah :


Aliran Mutazilah terdiri atas lima prinsip utama yang diurutkan
menurut kedudukan dan kepentingannya, yaitu:
1) Keesaan (al-tauhid)
Tauhid adalah dasar Islam pertama dan utama. Sebenarnya
tauhid ini bukan milik khusus golongan Mutazilah, tetapi karena
mereka menafsirkannya sedemikian rupa dan dan mempertahankannya
dengan sungguh-sungguh maka mereka terkenal sebagai ahli tauhid.32
2) Keadilan (al-adlu)
Dasar keadilan adalah meletakkan tanggung jawab manusia
atas segala perbuatannya. Golongan Mutazilah menafsirkan keadilan
tersebut sebagai berikut: Tuhan tidak menghendaki keburukan, tidak
mencipta perbuatan manusia, manusia bisa mengerjakan perintahperintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, karena qodrat
yang dijadikan Tuhan kepada diri mereka. Ia tidak memerintah kecuali
apa yang dikehendaki-Nya dan tidak melarang apa yang dilarang-Nya.
Ia hanya menguasai kebaikan-kebaikan yang diperintahkan-Nya dan
tidak tahu menahu dari keburukan yang dilarang-Nya.
Dengan dasar keadilan ini mereka menolak pendapat golongan
Jibriyyah yang mengatakan bahwa manusia dalam segala perbuatannya
tidak mempunyai kebebasan, bahkan menganggap suatu kezaliman
menjatuhkan siksa kepadanya.33
3) Janji dan ancaman (al-Wadu wai Waidu)
Prinsip ini adalah kelanjutan dari prinsip keadilan yang harus
ada pada Tuhan. Golongan Mutazilah yakni bahwa janji Tuhan akan
32

A. Hanafi, Thelogy Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), cet.ke-5, hlm. 48


Ibid, hlm. 49

33

21 | P a g e

memberikan pahala dan ancaman-Nya akan menjatuhkan siksa atau


neraka pasti dilaksanakan, karena Tuhan sudah menjanjikan demikian.
Siapa yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan siapa yang
berbuat jahat akan dibalas dengan kejahatan pula.
4) Tempat diantara dua tempat (al manzilatu bainal manzilataini)
Tempat ini sangat penting karenanya Wasil bin Ata
memisahkan diri dari Hasan Basri. Wasil memutuskan bahwa orang
yang berbuat dosa besar selain syirik, tidak mumin tidak pula kafir,
tetapi fasik. Jadi kefasikan adalah suatu hal yang berdiri sendiri tanpa
iman dan kafir. Tingkatan orang fasik di bawah orang mumin dan di
atas orang kafir.34
5) Menyuruh kebaikan dan mmelarang keburukan ( amar maruf nahi
munkar)
Prinsip ini lebih banyak berhubungan dengan taklifi dan
lapangan fiqh daripada lapangan kepercayaan atau tauhid. Banyak
ayat-ayat al-Qur`an yang memuat prinsip ini, antara lai surat Ali Imron
ayat 104 dan Lukman ayat 117. Prinsip ini harus dijalankan oleh
setiap orang Islam untuk penyiaaran agama dan memberi petunjuk
kepada orang-orang yang sesat.35

Dalam pada itu timbul pula dalam Islam dua aliran dalam teologi
yang terkenal dengan nama al-qadariah dan al-jabariah. Menurut
qadariah manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya, dalam istilah Inggrisnya free will dan free act. Jabariah,
sebaliknya, berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dalam kehendak dan perbuatanya. Manusia dalam segala tingkah launya,
menurut paham jabariah, bertindak dengan paksa Tuhan.Segala gerak-

34

Ibid, hlm. 76
Ibid, hlm. 51

35

22 | P a g e

gerik manusia ditentukan oleh Tuhan.Paham inilah yang disebut paham


predestination atau fatalism, dalam istilah Inggris.36
Selanjutnya, kaum Mutazilah dengan diterjemahkannya bukubuku falsafah dan ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab,
terpengaruh oleh pemakaian rasio atau akal yang mempunyai kedudukan
tinggi dalam kebudayaan Yunani klasik itu, pemakaian dan kepercayaan
pada rasio ini dibawa oleh kaum Mutazilah ke dalam lapangan teologi
Islam dan dengan demikian teologi mereka mengambil corak teologi
liberal, dalam arti bahwa sungguhpun kaum Mutazilah banyak
mempergunakan rasio, mereka tidak meninggalkan wahyu. Dalam
pemikiran-pemikaran mereka selamanya terikat kepada wahyu yang ada
dalam Islam.Dan sudah barang tentu bahwa dalam soal qadariyah dan
jabariah di atas, sebagai golongan yang percaya pada kekuatan dan
kemerdekaan akal untuk berpikir, kaum Mutazilah mengambil paham
qadariyah.
Teologi mereka yang bersifat rasional dan liberal itu begitu
menarik bagi kaum intelegensia yang terdapat dlaam lingkungan
pemerintahan Kerajaan Islam Abbasiah di pemulaan abad ke-9 Masehi
sehingga Khalifah alMamun (813-833 M), putra dari Khalifah Harun alRasyid (766-809 M) pada tahu 827 M menjadikan teologi Mutazilah
sebagai mahzab yang resmi dari pemerintah, kaum Mutazilah mulai
bersikap menyiarkan ajaran-ajaran mereka secara paksa, terutama paham
mereka bahwa al-Quran bersifat makhluq dalam arti diciptakan dan bukan
bersifat qadim dalam arti kekal37 dan tidak diciptakan.38
Aliran Mutazilah yang bercorak rasional ini mendapat tantangan
keras dari golongan tradisional Islam, terutama golongan Hambali, yaitu
pengikut-pengikut

36

mahzab

Ibn

Hambal.Politik

menyiarkan

aliran

Lebih lanjut mengenai hal ini dapat dibaca dalam bab IV.
Qodim sebenarnya berarti tidak bermula dan lawannya baqi, tidak berkesudahan.Oleh karena itu
dala bahasa Inggris qadim telah mulai diterjemahkan menjadi eteral in the past, dan baqi, eternal
in the future.
38
Hal ini dibicarakan lebih lanjut, infra hlm. 46 dst., 58 dst., dan 137 dst.
37

23 | P a g e

Mutazilah secara kekerasan berkurang setelah al-Mamun meninggal pada


tahun 833, dan akhirnya aliran Mutazilah sebagai mahzab resmi dari
Negara dibatalkan oleh Khalifah al-Mutawwakil pada tahun 856 M.
Dengan demikian kaum Mutazilah kembali kepada kedudukan mereka
semula, tetapi kini mereka telah mempunyai lawan yang bukan sedikit di
kalangan umat Islam.
Perlawanan ini kemudian mengambil bentuk aliran teologi
tradisional yang disusun oleh Abu al-Hasan al-Asyari (953 M). AlAsyari sendiri pada mulanya adalah seorang Mutazilah, tetapi kemudian,
menurut riwayatnya setelah melihat dalam mimpi bahwa ajaran-ajaran
Mutazilah dicap Nabi Muhamad sebagai ajaran-ajaran yang sesat, alAsyari meninggalkan ajaran-ajaran itu dan membentuk ajaran-ajaran baru
yang kemudian terkenal dengan nama teologi al-Asyari atau al-Asyairah.
Di samping alira Asyairah timbul pula Samarkand suatu aliran
yang bermaksud juga menentang aliran Mutazilah dan didirikan oleh Abu
Mansur Muhammad al-Maturidi (w. 944 M). Aliran ini kemudian terkenal
dengan nama teologi al-Maturidiah, yang sebagaimana aka terlihat nanti39
tidaklah bersifat setradisisonal aliran Asyariah, akan tetapi tidak pula
bersifat seliberal Mutazilah. Sebenarnya aliran ini terbagi dalam dua
cabang Samarkand yang bersifat agak liberal dan cabang Bukhara yang
bersifat tradisisonal.
Selain dari Abu al-Hasan al-Asyari dan Abu Mansur al-Maturidi
ada lagi seorang teolog dari Mesir yang juga bermaksud untuk menentang
ajaran-ajaran kaum Mutazilah. Teolog itu bernama al-Tahawi (w. 933 M)
dan sebagaimana hal denga al-Maturidi ia juga pengikut dari Abu Hanifah,
Imam dari Mahzab Hanafi dalam lapangan hukum Islam. Tetapi ajaranajaran al-Tahawi tidak menjelma sebagai aliran teologi dalam Islam.
Dengan demikian aliran-aliran teologi penting yang timbu dalam
Islam ialah aliran Khawarij, Murjiah, Mutazilah, Asyariah dan
Maturidiah.Aliran-aliran
39

Uraian lebih lanjut lihat hal. 75 dst.

24 | P a g e

Khawarij,

Murjiah

dan

Mutazilah

tak

mempunyai wujud lagi kecuali dalam sejarah. Yang masih ada sampai
sekarang ialah aliran-aliran asyariah dan Maturidiah, dan keduanya
disebut Ahl Sunnah wa al-Jamaah. Aliran Maturidiah bayak dianut oleh
umat Islam yang bermahzab Hanafi, sedangkan aliran Asyariah pada
umumnya dipakai umat Islam Sunni lainnya. Dengan masuknya kembali
paham rasionalisme ke dunia Islam, yang kalau dahulu masuknya itu
melalu kebudayaan Yunani klasik akan tetapi sekarang melalui
kebudayaan Barat Modern, maka ajaran-ajaran Mutazilah mulai timbul
kembali, terutama sekali di kalangan kaum intelegensia Islam yang
mendapat pendidikan Barat. Kata neo-Mutazilah mulai dipakai dalam
tulisan-tulisan mengenai Islam.40

D. Pokok-pokok Masalah dalam Teologi Islam


Harun Nasution berasumsi teologi kemunculannya di picu oleh
persoalan-persoalan politik.Persoalan-persoalan politik dimaksud yaitu
tragedi pembunuhan Utsman bin Affan dan berujung pada kudeta
yang dilakukan oleh Muawiyah terhadap khalifah sah saat itu yaitu Ali
bin Abi Thalib yang berakhir dengan peristiwa tahkim (arbitrase) yang
sangat merugikan pihak Ali bin Abi Thalib.
Dikarenakan polemik tersebut sebagian pasukan Ali bin Abi
Thalib menarik diri dari bawah bendera Ali bin Abi Thalib, mereka
menganggap Saidina Ali telah berbuat salah karena mau berdamai
(tahkim) dengan pihak Muaawiyah, apalagi mereka sudah hampir menang
dalam perang saudara tersebut. Dalam sejarah mereka dikenal dengan
khawarij yaitu orang-orang yang memisahkan diri.41
1. Timbulnya Persoalan teologi Khawarij

40

Umpamanya kaum Modernis Islam India disebut neo-Mutazilah oleh pengarang-pengarang


Barat. Robert Caspar menulis tentang Le Renouveau du Motazilisme dalam Institut Dominicain
dEtudes Orientales du Caire Melanges, IV (1957).
41
Harun Nasution, Teologi islam:Aliran-aliran sejarah perbandingan , (Ui-Press,Jakarta,1986),
h.12

25 | P a g e

Secara etimologis kata Khawarij berasal dari bahasa Arab


yaitu kharaja yang

berarti

keluar,

muncul,

timbul

atau

memberontak.Ini yang mendasari Syahrastani untuk menyebut


Khawarij terhadap orang yang memberontak imam yang sah.
Berdasarkan pengertian etimologi ini pula Khawarij berarti setiap
muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.42
Sedangkan menurut tarif ilmu teologi adalah yang
dimaksud Khawarij yaitu suatu kelompok atau aliran pengikut Ali
bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena
ketidaksepakatan

terhadap

keputusan

Ali

yang

menerima arbitrase (tahkim), dalam perang shiffin pada tahun 376


H / 648 M dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin
Abi Sufyan perihal persengketaan khalifah.43
Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watak
ekstrimitas dalam memutuskan persoalan-persoalan kalam. Hal ini
di samping didukung oleh watak kerasnya akibat kondisi geografis
gurun pasir, juga dibangun atas dasar pemahaman tekstual terhadap
nash-nash Alquran dan Hadis. Tak heran kalau aliran ini memiliki
pandangan ekstrim pula tentang status dosa besar, mereka
memandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa
tahkim, yakni Ali, Muawiyah, Amr bin Al-Ash, Abu Musa AlAsyari adalah kafir.44
2. Timbulnya Persoalan Teologi Syiah
Mengenai kemunculan Syiah dalam sejarah, terdapat
perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah,
Syiah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin
Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan

42

Rosihon Anwar, Abdul Rozak , Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.49
Harun Nasution, Teologi islam:Aliran-aliran sejarah perbandingan , (Ui-Press,Jakarta,1986),
h.11
44
Amir An-Najar, Al-kahwarij:Aqidatan wa Fikratan wafalsafatan ,Terj.Afif Muhammad , dkk,
Lentera.Cet.I, Bandung, 1993,h.5.
43

26 | P a g e

Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, Syiah baru benar-benar
muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah
yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai
respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan
Muawiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu
kelompok mendukung sikap Ali-kelak disebut Syiah, dan
kelompok lain menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij. 45
3. Timbulnya Persoalan Teologi Mutazilah
Istilah Mutazilah menunjuk ada dua golongan,golongan
pertama, (disebut Mutazilah I) muncul sebagai respon politik
murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik,
khususnya

dalam

arti

bersikap

lunak

dalam

menangani

pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya,


terutama Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair. Golongan
inilah yang mula-mula disebut kaum Mutazilah karena mereka
menjauhkan diri dari pertikaian masalah khilafah. Kelompok ini
bersifat netral politik tanpa stigma teologis seperti yang ada pada
kaum Mutazilah yang tumbuh dikemudian hari.
Golongan kedua, (disebut Mutazilah II) muncul sebagai
respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij
dan Murjiah akibat adanya peristiwa tahkim.Golongan ini muncul
karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan
Murjiah tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa
besar.46
4. Timbulnya Persoalan Teologi Murjiah
Yang di maksud kaum Murjiah di sini ialah suatu
golongan atau kaum orang-orang yang tidak mau ikut terlibat
dalam mengkafirkan tehadap sesama umat Islam seperti dilakukan
kaum Khawarij yang mengatakan bahwa semua yang terlibat
45

W.Montgomery Watt,Terj.Umar Basalim, h.10


Rosihon Anwar, Abdul Rozak , Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.98-99

46

27 | P a g e

dalam tahkim adalah kafir, dan mengatakan bahwa orang Islam


yang berdosa besar juga kafir. Bagi mereka, soal kafir atau
tidaknya orang-orang yang terlibat dalam tahkim dan orang Islam
yang berdosa besar, kita tidak tahu dan tidak dapat menentukan
sekarang.Mereka mempunyai pandangan lebih baik menangguhkan
penyelesain persoalan tersebut dan menyerahkanya kepada
keputusan Allah di hari kemudian yakni pada hari perhitungan
sesudah

hari

menangguhkan

Kiamat
atau

nanti.Karena

menunda

mereka

persoalan

berpendirian

tersebut,

mereka

kemudian disebut kaum Murjiah.47


Golongan Murjiah ini mula-mula timbul di Damaskus,
pada akhir abad pertama hijrah.Dinamakan Murjiah karena
golongan ini menunda atau mengembalikan tentang hukum orang
mukmin yang berdosa besar dan belum bertobat sampai matinya,
orang itu belum dapat dihukumi sekarang.Ketentuan persoalannya
ditunda atau dikembalikan terserah kepada Allah di hari akhir
nanti.
Lahirnya aliran Murjiah disebabkan oleh kemelut politik
setelah meninggalnya Khalifah Utsman bin Affan, yang di ikuti
oleh kerusuhan dan pertumpahan darah.
Kemelut polotik itu berlanjut dengan terbunuhnya Khalifah
Ali yang diikuti pula kerusuhan dan pertumpahan darah.Di saatsaat demikian, lahirlah aliran Syiah dan aliran Khawarij. Syiah
menentang Bani Umayah karena membela Ali dan Bani Umayyah
dianggap sebagai penghianat, mengambil alih kekuasaan dengan
cara penipuan.48
5. Timbulnya Persoalan Teologi Jabariyah

47

Hadariansyah Ab, Pemikir-pemikir teologi dalam Sejarah Pemikir Islam (Banjarmasin: Antasari
Press, 2008), h.58
48
Ahmad Hanafi, Teologi Islam/Ilmu Kalam(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1974),h.10-11

28 | P a g e

Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti


memaksa, didalam al-munjid dijelaskan bahwa nama jabariyah
berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan
mengharuskannya melakukan sesuatu..Selanjutnya, kata jabara
bentuk pertama setelah ditarik menjadi jabariyah memiliki arti
suatu kelompok atau aliran (isme).Dalam bahasa inggris, jabariyah
disebut fatalism atau predestination yaitu faham yang menyebutkan
bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha
dan qadhar tuhan.49
Berkaitan dengan kemunculan aliran jabariyah, ada yang
mengatakan bahwa kemunculannya diibatkan oleh pengaruh
pemikiran asing, yaitu pengaruh agama yahudi bermazhab Qurra
dan agama kristen bermazhab Yacobit.50
6. Timbulnya Persoalan Teologi Sunni
Sunni atau Ahlussunnah terbagi kepada dua pembagian,satu
pembagian yang umum yaitu kelompok teologi yang kontra
dengan syiah .Dalam pengertian ini adalah Mutazilah termasuk
juga Asyariah masuk dalam golongan Sunni.
Sedangkan yang di katakana Sunni dalam pengertian
khusus adalah sakte yang berada di bawah bendera Asyariah yang
ber mufarakah dengan Mutazilah.Aliran khusus ini yang sedikit
kita kaji dalam pembahasan singkat ini .51
Penamaan Ahlussunnah atau Sunni mulai serin digunakan
setelah timbulnya aliran Asyariah dan Maturudiah,dua ajaran yang
menantang ajaran-ajaran Mutazilah.Dalam hal ini Harun nasution
menukil keterangan Tasy Kubra Zadah-menjelaskan bahwa aliran

49

Aziz dahlan, sejarah pemikiran perkembangan dalam islam, (beunneubi cipta. Jakarta,1987), h.
27-29.
50
Sahiludin a. Nasir, pengantar ilmu kalam, (rajawali, 1991, Jakarta) ,h.133
51
Rosihon Anwar, Abdul Rozak , Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.81

29 | P a g e

Sunni muncul atas keberanian dan usaha Abu Al-hasan Al-Asary


sekitar tahun 300H .52
Al-Asyari keluar dari Mutazilah setelah berumur 40 tahun
mengumumkannya pada jamaah masjid Basarah dan meyatakan
akan membeberkan keburukan-keburukan Mutazilah.Menurut
Ibnu Asakir,yang melatar belakangi Al-Asyari meninggalkan
Mutazilah adalah konon Al-Asyari bermimpi bertemu Rasulullah
SAW,sebanyak tiga kali,yaitu pada malam ke-10 ,ke-20 dan ke-30
dalam bulan Ramadhan .Dalam tiga kali mimpinya ,Rasulullah
memperingatkan agar segera meninggalkan Mutazilah dan segera
membela faham yang di riwayatkan dari beliau.53
Persoalan teologi islam lahir dari ekses pertikaian politik
antara Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib, walaupun benih-benih
perbedaan pandangan sudah pernah lahir sejak nabi Muhammad
SAW dan para sahabat, namun perbedaan tersebut baru
mengkristal setelah peristiwa tahkim.
Berbagai macam sakte teologi lahir dikalangan umat islam,
dengen berbagai karakter dan pemikiran masing-masing.
Perdebatan panas mengenai iman dan kufur, perbuatan
Tuhan, sifat-sifat Tuhan, serta kehendak mutlak Tuhan dan
keadilan melahirkan berbagai persoalan teologi dengan aliran yang
bermacam-macamragam.

E. Menyikapi Perbedaan Paham Teologi Islam


Lebih arif jika umat Islam menyikapi perbedaan itu sebagai rahmat
Allah SWT. Mari, kita biarkan perbedaan-perbedaan aliran teologi dalam
Islam laksana warna-warni bunga yang mekar di tengah taman. Bukankah
52

Harun Nasution, Teologi islam:Aliran-aliran sejarah perbandingan , (Ui-Press,Jakarta,1986),

h.28
53

Rosihon Anwar, Abdul Rozak , Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.146

30 | P a g e

sebuah taman jauh lebih indah jika ditumbuhi aneka bunga dibandingkan
taman yang hanya memiliki satu macam bunga? Tidak ada kebenaran,
kecuali Allah SWT.

31 | P a g e

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1.

Teologi dari segi etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theologia.
Yang terdiri dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang
artinya ilmu. Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan.
Dalam arti umum teologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
kenyataan-kenyataan dan gejala-gejala agama yang juga membicarakan
tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, baik jalan penyelidikan
atau pemikiran murni, atau dengan jalan wahyu.

2.

Pada dasarnya teologi islam adalah sama dengan ilmu tauhid, akidah dan
ushuluddin. Karena mereka masih termasuk ilmu kalam, yaitu ilmu yang
membahas tentang segala firman-firman Allah, sifat-sifat Allah,
ketetapan Allah, dsb.

3.

Perbedaan teologi islam dengan ilmu tauhid, akidah dan ushuluddin


adalah hanya terdapat pada penyempitan pembahasannya seperti ilmu
tauhid membahas tentang keesaan Allah, akidah membahas tentang
kepercayaan atau keimanan seseorang terhadap Allah, dan ushuluddin
membahas tentang asal-usul agama islam serta pokok-pokok ajaran dasar
ilsam. Akan tetapi mereka masih membahas tentang satu hal, yaitu
tentang Allah.

32 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 2002. Teologi Islam. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia
Nasution, Harun. 1986. Teologi islam:Aliran-aliran sejarah perbandingan.
Jakarta: UIN Press.
Razak, Abdur ;Anwar, Rosihan. 2006. Ilmu kalam. Bandung: Pustaka
Setia
M.

Hasbi

Ash

Shiddieqy.

1992.Sejarah

dan

Pengantar

Ilmu

Tauhid/Kalam.
Kartanegara, Mulyadi dkk. 2010. Pengantar Studi Islam. Jakarta: UIN
Press.
Hanafi A. Theology Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cetakan ke-5, 1983
Asumsi, M. Yusran, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996
Imarah,

Muhammad, Tayyarat

Wacana Ilmu, 1991

33 | P a g e

Al-Fikr

Al-Islamy, Surabaya:

Logos

TABEL
Iman dan Kufur
Orang yang
Aliran Kalam

Khawarij

Unsur Iman

Unsur Iman Unsur Iman

Tashdiq bi al-

Iqrar bi al-

amal bi al-

Menjadi

qalb

lisan

arkan

Kafir

Tetap Mumin

Tashdiq bi al-

Iqrar bi al-

amal bi al-

Di antara kafir

qalb

lisan

arkan

dan mumin

Tetap Mumin

Tetap Mumin

Tashdiq bi al-

Murjiah

qalb

Mutazilah

Tashdiq bi al-

Jabariyah

qalb

Asyariyyah

Berdosa

Tashdiq bi alqalb

Besar

Maturidiyah

Tashdiq bi al-

Iqrar bi al-

amal bi al-

Samarqand

qalb

lisan

arkan

Maturidiyah

Tashdiq bi al-

Iqrar bi al-

Bukhara

qalb

lisan

Tetap Mumin
Tetap Mumin

Kapasitas Akal dan Fungsi Wahyu


Kewajiban
Aliran

Mengetahui

Kalam

Tuhan

Keajiban

Mengetahui Mengerjakan

Mengetahui

Baik dan

baik &

Tuhan

Buruk

Meninggakan

Corak
Kalam

Buruk
Mutazilah

Akal

Akal

Akal

Akal

Rasional

Asyariyyah

Akal

Wahyu

Wahyu

Wahyu

Tradisional

34 | P a g e

Maturidiyah
Samarqand
Maturidiyah
Bukhara

Akal

Akal

Akal

Wahyu

Rasional

Akal

Wahyu

Akal

Wahyu

Tradisional

Perbuatan Manusia
Aliran Kalam

Kehendak

Daya

Perbuatan

Qadariyah

Manusia

Manusia

Manusia

Jabariyah

Tuhan

Tuhan

Tuhan

Mutazilah

Manusia

Manusia

Manusia

Tuhan (efektif)

Tuhan

Asyariyyah

Tuhan

Manusia (tidak

(sebenarnya)

efektif)

Manusia (kiasan)

Manusia

Manusia

Maturidiyah
Samarqand

Maturidiyah
Bukhara

Manusia

Tuhan (efektif)
Tuhan
Manusia (?)

Tuhan
(sebenarnya)
Manusia (kiasan)

Kekuasaan Tuhan

35 | P a g e

Aliran Kalam

Kekuasaan Tuhan

Mutazilah

Kekuasaan Tuhan tidak mutlak lagi

Asyariyyah

Kekuasaan Tuhan bersifat mutlak

Maturidiyah Samarqand

Kekuasaan Tuhan tidak mutlak lagi

Maturidiyah Bukhara

Kekuasaan Tuhan bersifat mutlak

Keadilan Tuhan
Aliran Kalam

Keadilan Tuhan

Tuhan berkewajiban memberi hak-hak


Mutazilah

bagi manusia sesuai dengan kualitas


perbuatannya, perbuatan baik dengan
pahala, perbuatan jahat dengan siksa
Memposisikan Tuhan Yang Berkuasa

Asyariyyah

Mutlak terhadapa makhluk-Nya, Tuhan


boleh berbuat sekehendak-Nya kepada
seluruh makhluk-Nya
Tuhan berkewajiban memberi hak-hak

Maturidiyah Samarqand

bagi manusia sesuai dengan kualitas


perbuatannya, perbuatan baik dengan
pahala, perbuatan jahat dengan siksa
Memposisikan Tuhan Yang Berkuasa

Maturidiyah Bukhara

Mutlak terhadapa makhluk-Nya, Tuhan


boleh berbuat sekehendak-Nya kepada
seluruh makhluk-Nya

36 | P a g e

Perbuatan Tuhan
Kewajiban
Aliran

Tuhan

Kalam

Pada
Manusia

Berbuat
Baik dan
Terbaik

Beban
Diluar Batas

Mengirim

Janji dan

Kemampuan

Rasul

Ancaman

Tidak

Tidak

Wajib bagi

mungkin

penting

Tuhan

Manusia

Tuhan
wajib

Mutazilah

berbuat

Tuhan

yang baik

harus

dan terbaik,

selalu

menepati

berbuat

janji,

yang baik

mengirim

dan

rasul, mem

terbaik
bagi

Beri rezeki

manusia

bagi
manusia
Tidak ada
Asyariyyah

kewajiban
bagi Tuhan

Tidak
harus

Bisa saja

Sangat
penting

Tidak
wajib bagi
Tuhan

Tuhan
wajib
menepati
Maturidiyah
Samarqand

janji,

Tidak

Tidak

mengirim

harus

mungkin

rasul,
memberi
rezeki bagi

37 | P a g e

Tidak
begitu
penting

Wajib bagi
Tuhan

manusia
Maturidiyah
Bukhara

Tidak ada
kewajiban
bagi Tuhan

Tidak
harus

Tidak
Bisa saja

Penting

wajib bagi
Tuhan

Sifat Tuhan
Aliran Kalam

Pandangan Sifat Tuhan

Mutazilah

Tuhan tidak mempunyai sifat

Asyariyyah

Tuhan mesti mempunyai sifat

Maturidiyah Samarqand & Bukhara

Tuhan mesti mempunyai sifat

Firman Tuhan Al-Quran


Aliran Kalam
Mutazilah

Pandangan Tentang Al-Quran


Al-Quran tidak bersifat kekal tetapi
baharu

Asyariyyah

Al-Quran bersifat kekal

Maturidiyah Samarqand & Bukhara

Al-Quran bersifat kekal

38 | P a g e

Khilafah
Aliran Kalam

Doktrin Khilafah
Yang berhak menjadi khalifah adalah

Khawarij

semua umat islam, dan harus dipilih


secara demokratis
Yang berhak menjadi khalifah hanya

Syiah

Ali bin Abi Thalib dan para


keturunannya, dan diangkat secara
otomatis melalui garis keturunannya
Yang berhak menjadi khalifah hanya

Aswaja

keluarga dan keturunan kaum Quraisy,


dan dipilih secara musyawarah melalui
perwakilan

39 | P a g e

LAMPIRAN

Gambar 2. Muhammad Abduh


Gambar 1. Sultan Mehmed II

Gambar 3. Harun Nasution

Gambar 5. Abul Hasan Al-Asyari

40 | P a g e

Gambar 4. Washil bin Atha

Anda mungkin juga menyukai