SYARIF HIDAYATULLAH, MA
MUTAZILAH
Aliran Mutazilah merupakan salah satu aliran yang tertua dalam sejarah
Artinya: Seseorang tidak berhak dinamakan Mutazilah, sehingga bersatu padanya
lima pokok ajaran. Yaitu: tauhid, adil, janji dan ancaman, tempat di antara dua
tempat dan amar maruf nahi munkar. Apabila padanya telah sempurna kelima
ajaran ini, dinamakan Mutazilah.
Tauhid
Tauhid adalah prinsip dan dasar pertama dalam akidah Islam. Jadi prinsip ini bukan hanya milik
Mutazilah, melainkan milik semua umat Islam. Akan tetapi, Mutazilah mempermasalahkannya
lebih mendalam dan filosofis.
Mutazilah memiliki penafsiran yang khusus mengenai masalah ini dan mereka
mempertahankannya, sehingga mereka menamakan dirinya ahlul adli wat tauhid. Yang pertama
mengajarkan ajaran ini adalah Washil bin Atha dan Amr bin Ubaid.
Dari prinsip at-Tauhid, lahir beberapa pendapat Mutazilah, diantaranya :
a. Menafikan sifat-sifat Allah. Mutazilah tidak mengakui adanya sifat pada Allah. Apa yang
dipandang orang sebagai sifat, bagi Mutazilah tidak lain adalah zat Allah itu sendiri. Alasannya,
menurut Mutazilah jika Tuhan mempunyai sifat berarti ada dua yang qadim (Terdahulu), yaitu
zat dan sifat. Sedangkan bagi Mutazilah, yang qadim itu hanya satu, yaitu Allah. Menurut
Mutazilah Laa qadima illa Allah (tidak ada yang qadim kecuali Allah).
b. Al-Quran adalah makhluk. Karena itu, Al-Quran diciptakan dan tidak qadim.
c. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat kelak. Yang dapat dilihat dengan
mata kepala bukanlah Tuhan.
d. Tuhan tidak sama dengan makhluk (tajassum). Oleh karena itu, setiap ada ayat Al-Quran
yang menunjukkan seolah-olah ada persamaan antara Tuhan dengan makhluk seperti
mempunyai tangan, mata dan telinga, ayat itu ditawilkan sehingga tidak ada lagi kesan bahwa
KHAWARIJ
Khawarij adalah aliran teologi pertama dalam Islam.
Aliran ini muncul bersamaan dengan aliran Syiah.
Pada mulanya aliran ini hanya bersifat aliran politis, yaitu orang-orang yang orang keluar dari
barisan Ali bin Abi Thalib, karena memandang Ali telah berbuat salah dengan menerima
arbitrase (tahkim), karena itulah mereka disebut Khawarij (kelompok/orang-orang yang keluar),
Persoalan politik ini akhirnya membawa khawarij kepada persoalan teologi, yaitu siapa yang
kafir dan siapa yang tidak, maksudnya siapa yang telah keluar dari Islam (murtad) dan siapa
yang masih tetap dalam Islam.
Khawarij menyebut dirinya sendiri Syurah, yang berarti golongan yang mengorbankan diri
karena Allah.
Mereka juga biasa disebut al-Haruriyah, dari kata Harura, yaitu tempat mereka berkumpul
setelah kelura dari kelompok Ali dan kemudian menjadi pusat kegiatan mereka.
Mereka juga biasa disebut al-Muhakkimah, karena mereka terkenal dengan semboyan mereka:
Laa Hukma illa li Allah (Tidak ada hukum kecuali hukum Allah).
Mereka juga disebut al-Mariqah oleh lawan-lawannya, al-Mariqah berasal dari kata maraqa,
Doktrin-Doktrin Khawarij
Khawarij terdiri dar orang-orang Arab Baduwi yang hidup di padang pasir yang
tandus, mereka biasanya bersifat sederhana, garang, keras hati, tidak takut mati,
merdeka dan tidak tergantung pada orang lain.
Meskipun sudah masuk Islam, namun sikap kebaduwian mereka tidak berubah,
mereka cenderung memahami prinsip-prinsip keimanan secara sempit.
Mereka keluar dari golongan pendukung Ali karena mereka tidak setuju dengan
arbitrase/Tahkim yang digunakan Ali untuk menyelesaikan masalah dengan
Muawiyah.
Menurut keyakinan mereka, semua masalah harus diselesaikan dengan merujuk
kepada hukum-hukum yang diturunkan oleh Allah SWT, sesuai dengan Al-Quran,
Surah al-Maidah ayat 44:
...
Siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan oleh Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang kafir.
Menurut mereka, berdasarkan ayat ini, Ali, Muawiyah dan semua yang menyetujui
tahkim/arbitrase menurut mereka telah menjadi kafir, karena menetapkan hukum
tidak berdasakan hukum Allah yang ada dalam Al-Quran.
Selanjutnya mereka menyinggung soal iman dan kafir, menurut paham Khawarij,
Doktrin-Doktrin Khawarij
Jadi setelah pada mulanya mereka hanya memandang kafir kepada orang yang
mengingkari Allah dan Rasul-Nya, ditambah orang-orang yang menyetujui
arbitrase/tahkim, tapi kemudian mereka meluaskannya juga kepada semua orang
yang melakukan dosa besar.
Mengenai kekhalifahan, mereka memandang bahwa setiap Muslim meskipun non
Quraisy, bahkan non Arab bisa menjadi khalifah, selama ia memiliki kapasitas untuk
memangku jabatan itu.
Menurut mereka seorang khalifah tetap pada jabatannya selama ia berlaku adil,
melaksanakan syariat serta jauh dari kesalahan dan penyelewengan, tetapi jika ia
menyimpang maka wajib dijatuhkan dari jabatannya atau dibunuh.
MURJIAH
Kata murjiah berasal dari Bahasa Arab, irja atau arjaa yang berarti penundaan,
mengakhirkan dan pengharapan, sedangkan kata murjiah sendiri berarti orang yang
menunda atau orang yang memberikan harapan.
Maka kelompok ini disebut Murjiah karena mereka adalah kelompok yang menunda
keputusan mengenai orang-orang yang berselisih dan berdosa besar (apakah ia
tetap mumin atau sudah kafir) hingga ke hari perhitungan dihadapan Allah pada
hari kiamat.
Jadi mereka tidak mau memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah, juga
tidak mau memutuskan apakah pelaku dosa besar itu tetap mumin atau sudah kafir.
Kelompok ini pada mulanya muncul sebagai golongan yang ingin bersikap netral dan
tidak mau ikut-ikutan mengkafirkan seorang Muslim.
Doktrin-Doktrin Murjiah
Ajaran pokok Murjiah bersumber dari gagasan irja atau arjaa yang diaplikasikan
pada banyak permasalahan., baik polotik maupun teologis.
Maka kelompok ini biasa disebut sebagai the quietists (kelompok diam/bungkam,)
karena mereka selalu diam terhadap permasalahan-permaslahan politik.
Adapun dibidang teologi, doktrin irja dikembangkan ketika menanggapi persoalanpersoalan yang muncul pada zamannya.
Misalnya mengenai orang yang berdosa besar, menurut mereka orang mumin yang
melakukan dosa besar tetap mumin, bukan kafir, selama ia tetap mengakui Allah
sebagai Tuhannya dan Muhammad SAW sebagai rasul-Nya.
Kelompok ini berpendapat bahwa yang terpenting dalam kehidupan beragama
adalah aspek iman baru kemudian amal shalih. Maka apabila seorang yang masih
memiliki iman melakukan dosa besar maka ia tetap mumin bukan kafir. Adapun
hukuman bagi dosa besar itu terserah pada Allah, apakah kelak ia akan diampuni
atau tidak.
JABARIYAH
Kata jabariyah berasal dari Bahasa Arab Jabara yang berarti memaksa.
Jabariyah disini berarti suatu kelompok atau aliran yang menafikan perbuatan secara
hakiki dan menyandarkannya pada Allah, maksudnya manusia tidak memiliki
kehendak sendiri juga tidak mempunyai pilihan, semuanya sudah ditentukan Tuhan,
Dengan kata lain menurut mereka manusia dalam setiap perbuatannya, manusia itu
terpaksa, tanpa adanya kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya.
Menurut sebagian sejarawan, paham ini pertama kali disebarkan oleh orang Yahudi,
sedangkan sebagian lagi berpendapat bahwa aliran ini pertama kali dibuat oleh
orang muslim sendiri yaitu Jad bin Dirham dan disebarkan oleh Syuraih bin Haris.
Doktrin-Doktrin Jabariyah
Manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Manusia tidak memiliki daya, kehendak dan
pilihan sendiri.
Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain Tuhan.
Iman adalah membenarkan dengan hati, dalam hal ini mereka mirip dengan konsep
iman menurut Murjiah.
Kalamullah / Kalam Tuhan (Al-Quran) adalah makhluk. Allah Maha Suci dari
keserupaan
dengan
makhluk seperti
berbicara, untuk
mendengar
dan melihat.
Ayat-Ayat
yang
digunakan
oleh Jabariyah
ajarannya:
Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat kelak.
... ...
niscaya mereka (juga) tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki (alAnam ayat 111)
...
...
dan bukan kamu yang melempar ketika melempar, tetapi Allah-lah yang
melempar (al-Anfal ayat 17)
...
padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu (alShaffat ayat 96)
...
...
tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak (pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh al-mahfuzh) sebelum Kami
QADARIYAH
Kata qadariyah berasal dari Bahasa Arab qadara yang berarti kemampuan atau
kekuatan.
Qadariyah disini berarti suatu aliran atau paham yang meyakini bahwa setiap
perbuatan manusia itu adalah kehendaknya sendiri tanpa adanya intervensi dari
Tuhan, maksudnya adalah manusia dalam menentukan kehidupannya adalah
berdasarkan keinginan dan kekuatannya sendiri, dengan demikian manusia tidak
terpaksa tunduk kepada ketentuan Tuhan.
Menurut sebagian cendekiawan, aliran ini pertama kali disebarkan oleh Mabad alJuhni dan Ghailan al-Dimasyqi, sedangkan menurut sebagian lagi, aliran ini
disebarkan oleh orang-orang Kristen yang dipekerjakan di istana-istana Khalifah.
Doktrin-Doktrin Qadariyah
Manusia menentukan kehidupannya berdasarkan kieinginana dan kekuatannya
sendiri (free act free will).
Maka jika seseorang berbuat baik dan diberikan ganjaran surga kelak, dan bila
berbuat jahat diberi ganjaran neraka, itu berdasarkan pilihan pribadinya, bukan
karena takdir Tuhan.
Menurut qadariyah takdir bukan berarti nasib manusia telah ditentukan terlebih
dahulu, tetapi takdir menurut mereka adalah ketentuan Allah yang telah diciptakanNya bagi alam semesta beserta isinya, yaitu sunnatullah.
Contohnya menurut mereka adalah: manusia tidak mempunyai sirip seperti ikan
yang bisa berenang dilautan lepas. Akan tetapi manusia memiliki manusia memiliki
daya pikir kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil, sehingga bisa
meniru ikan dan berenang di lautan lepas.
Maka menurut mereka tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala
perbuatan manusia kepada Tuhan.
...
maka siapa yang ingin beriman maka hendaklah ia beriman, dan siapa yang ingin (kafir),
maka biarkanlah ia kafir (al-Kahfi ayat 29)
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar),
kamu berkata: Darimana (datangnya) kekalahan ini? Katakanlah: Itu dari (kesalahan)
dirimu sendiri (Ali Imran ayat 165)
...
...
sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (al-Rad ayat 11)
...
Siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk
(kemudharatan) dirinya sendiri (al-Nisa ayat 111)
AL-ASYARIYAH
Al-Asyariyah atau Al-Asyairah adalah pengikut dari ajaran Abu Hasan Al-Asyari. Ia
lahir di Bashrah pada 260 H dan wafat di Baghdad pada tauhn 304 H.
Awalnya ia adalah pengikut aliran Mutazilah, merupakan murid dari tokoh Mutazilah
yang terkenal, Ali al-Jubbai, ia menganut aliran ini hingga umur 40 tahun.
Ada beberapa pendapat mengenai keluarnya Abu Hasan Al-Asyari dari aliran
Mutazilah:
1.Pendapat pertama mengatakan bahwa alasannya adalah Abu Hasan Al-Asyari
bermimpi bahwa Nabi Muhammad SAW berkata kepadanya agar meninggalkan aliran
yang sedang dianutnya, yaitu Mutazilah dan memegang pendirian sebagaimana
orang-orang sebelumnya yang berpegang kepada sunnah beliau.
2. Pendapat kedua mengatakan bahwa alasannya adalah munculnya kegelisahan
dalam diri Abu Hasan Al-Asyari menegnai ajaran-ajaran Mutazilah dan ia pun sering
mengadakan perdebatan dengan gurunya.
3.Pendapat ketiga mengatakan bahwa alasannya adalah Abu Hasan Al-Asyari
merupakan pengikut mazhab fiqh Syafii, sedangkan al-Syafii sendiri mempunyai
paham bahwa Al-Quran adalah Kalamullah yang tidak diciptakan (bukan makhluk),
AL-MATURIDIYAH
Al-Maturidiyah adalah kelompok pengikut dari Abu Manshur Al-Maturidi. Ia lahir pada
abad ke-3 Hijriyah, di maturidi, Samarkand dan wafat pada tahun 333 H. Ia adalah
pengikut mazhab fiqh Hanafi, ia mempelajari ilmu Kalam dari Nasr bin Yahya al-Balkhi
(Wafat 268 H).
Al-Maturudi lebih luas penggunaan akal sebagai dalilnya dari Al-Asyari, tetapi
sebagai tokoh Ahlussunnah, Al-Maturidi juga menggunakan metode dan sikap
tawasshuth / jalan tengah, yaitu antara tidak tidak berbuat jika tidak terdapat nash
dan larut tidak terkendali dalam menggunakan nalar.
Penyebaran ajaran Al-Maturidi tidak lepas dari keberadaan pengikut-pengikutnya,
seperti Abu Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi (421-493 H), yang dalam beberapa hal
berbeda pendapat dengan Al-Maturidi sendiri.
Maka aliran ini terbagi dua, yaitu Al-Maturidiyah Samarkand, yang merupakan
pengikut-pengikut Abu Mansur Al-Maturidi sendiri, dan Al-Maturidiyah Bukhara yang
Pemikiran-Pemikiran Wahabi
Mengajak untuk membuka kembali pintu ijtihad.
Menekankan untuk selalu merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah, serta tidak
menerima persoalan apapun tentang aqidah yang tidak bersandar kepada dalil yang
langsung dan jelas dari Al-Quran dan As-Sunnah.
Mengajak untuk kembali dan berpegang teguh kepada manhaj/metode para
salafus shalih (Generasi pertama dan terbaik dari umat Islam, yang terdiri dari
para sahabat, tabiin, dan tabi at-tabiin) dalam memahami dalil dan berdasarkan
kepadanya.
Menyeru kepada pemurnian tauhid, menuntut kepada umat Islam untuk
mengembalikan tauhid sebagaiman pada masa awal Islam, serta membersihkan
aqidah umat Islam dari syirk, khurafat dan bidah.
Menetapkan asma (nama-nama) dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah
ditetapkan-Nya untuk diri-Nya sendiri atau ditetapkan melalui Rasul-Nya.
Aliran Ilmu
Kalam
Unsur Iman I
Unsur Iman II
Orang yang
Berdosa Besar
Khawarij
Tashdiq bi al-Qalb
(Membenarkan
Dengan Hati)
Iqrar bi al-Lisan
(Ucapkan dengan
Perkataan)
Amal bi al-Arkan
(Melakukan dengan
Perbuatan)
Menjadi Kafir
Murjiah
Tashdiq bi al-Qalb
Tetap Mumin
Mutazilah
Tashdiq bi al-Qalb
Iqrar bi al-Lisan
Amal bi al-Arkan
al-Jabariyah
Tashdiq bi al-Qalb
Tetap Mumin
al-Asyariyah
Tashdiq bi al-Qalb
Tetap Mumin
al-Maturidiyah
Samarkand
Tashdiq bi al-Qalb
Iqrar bi al-Lisan
Amal bi al-Arkan
Tetap Mumin
al-Maturidiyah
Bukhara
Tashdiq bi al-Qalb
Iqrar bi al-Lisan
Tetap Mumin
Mengetahui
Tuhan
Kewajiban
Mengetahui
Tuhan
Mengetahui
Baik dan
Buruk
Kewajiban
Mengetahui
Baik dan
Buruk
Corak
Ilmu
Kalam
Mutazilah
Akal
Akal
Akal
Akal
Rasional
al-Asyariyah
Akal
Wahyu
Wahyu
Wahyu
Tradisional
al-Maturidiyah
Samarkand
Akal
Dimungkinkan
kewajibannya
dengan Akal
Akal
Wahyu
Rasional
al-Maturidiyah
Bukhara
Akal
Wahyu
Akal
Wahyu
Tradisional
Kehendak
Daya
Perbuatan
al-Qadariyah
Manusia
Manusia
Manusia
al-Jabariyah
Tuhan
Tuhan
Tuhan
Mutazilah
Manusia
Manusia
Manusia
al-Asyariyah
Tuhan
al-Maturidiyah
Samarkand
Manusia
Manusia
Manusia
al-Maturidiyah Bukhara
Tuhan
Kekuasaan Tuhan
Mutazilah
al-Asyariyah
al-Maturidiyah Samarkand
al-Maturidiyah Bukhara
Mutazilah
al-Asyariyah
al-Maturidiyah Samarkand
al-Maturidiyah Bukhara