Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ PEMIKIRAN ILMU KALAM (JABARIYAH DAN QODARIYAH) “

DOSEN PENGAMPU :
M. Samsul Ma’arif, M.Ag.

DISUSUN OLEH :

1. Febby Ramadona (2323310027)


2. Fia Nik’matul Huda (2323310030)
3. Mekel (2323310037)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan kepada kita. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Baginda Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan
umatnya, Amin. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas dari dosen
mata kuliah dengan judul “Pemikiran Ilmu Kalam (Jabariyah Dan Qodariyah)“
Makalah ini disusun perdasarkan apa yang penulis dapat dari dosen mata
kuliah dan sumber-sumber dari berbagai buku pemandu, namun demikian penulis
menyadari jika adanya kekurangan-kekurangan di dalam makalah ini dan oleh
karena kekurangan itu untuk dapat terlengkapi melalui bimbingan dan arahan dari
dosen pembimbing.
Cukup sekian yang dapat penulis ungkapkan dalam kata pengantar ini,
semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bengkulu, Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Ruang lingkup Ilmu Kalam .......................................................................................... 6
B. Ruang lingkup Jabariyah ............................................................................................. 8
C. Ruang lingkup Qodariyah ......................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah SWT adalah Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan. Allah SWT
Maha Kuasa atas segala sesuatu yang mempunyai kehendak yang bersifat mutlak
terhadap ciptaanNya. Dari sifat Allah SWT yang berkehendak dan berkekuasaan
mutlak ini, mulailah timbul berbagai pertanyaan dan persoalan dikalangan
cendikiawan Islam (kaum mutakallimin) pada masa ahir abad ke 2 Hijriyah. Pada
masa itu banyak hal baru mulai ditemukan, termasuk usaha-usaha menerjemahkan
paham-paham di luar Islam seperti filsafat Yunani. Kaum muslimin tergerak untuk
mendalami filsafat Yunani untuk membantah masalah-masalah yang dilontarkan
pihak Nasrani, terutama dalam bidang kebebasan bertindak (free will).1
Beberapa aliran/pandangan yang muncul dikalangan kaum muslimin terhadap
permasalahan ini. Salah satunya menjadi bahan makalah ini,
yaitu jabariyah dan qodariyah. Seringnya timbul masalah keagamaan di tengah-
tengah masyarakat dikarenakan setiap masyarakat akan menghayati dan merespon
ajaran Islam dengan cara yang berbeda, atau kerap kali dikarenakan pada
perbedaan paham dan aliran yang mereka anut. Meskipun mayoritas umat Islam
mengaku mempraktikan sunnah-sunnah nabi Muhammad SAW, namun secara
ideologi dan emosional terikat dengan aliran-aliran yang berbeda.2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dan ruang lingkup dari ilmu kalam ?
2. Apa Konsep dan pengertian dari pemikiran jabariyah dan qodariyah ?

1
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2007. Judul Asli: Al-Syakhshiyah al-Islamiyah. Buku
Terjemah: Syakhshiyah Islam. Tim HTI Press. Jakarta.
2
Nasir, Salihun A, Pengantar Ilmu Kalam, Rajawali Pers, 1991.

4
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan masalah yang akan dibahas
di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1 . Untuk mengetahui definisi dan ruang lingkup dari ilmu kalam
2 . Untuk mengetahui Konsep dan pengertian dari pemikiran jabariyah dan
qodariyah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Pemikiran Ilmu Kalam


1. Pengertian Ilmu Kalam
Jika secara harfiah, istilah “kalam” ini artinya ‘perkataan’ atau ‘percakapan’.
Sementara secara terminologi, ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan
mengenai wujud Allah SWT, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat
yang tidak ada pada-Nya, sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya, hingga Rasul
Allah untuk menetapkan kebenaran akan kerasulannya. Jika masing merasa
asing dengan nama ilmu ini, wajar saja sebab biasanya orang-orang menyebut
Ilmu Kalam ini sebagai Ilmu Tauhid.3
2. Definisi Ilmu Kalam Menurut Para Ahli
Beberapa ulama juga turut mengemukakan mengenai definisi dari Ilmu Kalam
ini, misalnya:
a. Menurut Al-’iji, Ilmu Kalam adalah sebuah ilmu yang memberikan
kemampuan untuk menetapkan aqidah agama Islam dengan mengajukan
argumen guna melenyapkan keraguan yang ada.
b. Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ini adalah sebuah ilmu yang
mengandung adanya argumen-argumen secara rasional untuk membela
aqidah iman dan mengandung penolakan terhadap golongan bid’ah
(perbuatan-perbuatan baru tanpa ada contoh sebelumnya) yang di dalam
aqidah, menyimpang dari mazhab salah dan ahlussunnah. Beliau juga
berpendapat bahwa ilmu ini nantinya berisikan alasan-alasan mengapa kita
harus mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman, tentu saja dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisikan bantahan terhadap orang-
orang yang menyeleweng dari kepercayaan Salaf dan ahlus-Sunnah.4
Adapun mengapa ilmu ini disebut dengan Ilmu Kalam, karena:

3
Iskandar, Arief B. 2009. Materi Dasar Islam: Islam mulai akar daunnya. Al Azhar Press.
Bogor
4
Sahara Pakpahan, Elfianti. “Pemikiran ilmu kalam”. Jurnal Alhadi. Vol. 2 No. 2.
Januari- Juni 2016.

6
a. Persoalan yang terpenting untuk dijadikan pembicaraan pada abad
permulaan Hijriah adalah ‘apakah Kalam Allah (Al-Quran) itu termasuk
Qadim atau Hadis?’. Maka dari itu, keseluruhan dari ilmu menggunakan
nama tersebut dan menjadikannya sebagai salah satu bagian terpenting
dalam kajiannya.
b. Dasar dari Ilmu Kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil pikiran ini
tampak jelas terutama dalam pembicaraan para Mutakallimin (ahli teologi
Islam).5
3. Nama Lain dalam Ilmu Kalam
Penggunaan istilah “kalam” dalam Ilmu Kalam ini kerap kali menjadikan orang
awam merasa asing akan keberadaannya. Maka dari itu, terdapat nama lain
untuk Ilmu Kalam ini, yakni:
a. Ilmu Tauhid
Dinamakan sebagai Ilmu Tauhid sebab membicarakan mengenai keesaan
Allah SWT. Menurut ulama-ulama Ahl al-Sunnah, Tauhid adalah bahwa
Allah SWT itu Esa dan dzat-Nya, tidak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-
Nya, yang azali, tiada tara bandingan bagi-Nya, Esa dalam perbuatan-
perbuatan-Nya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
b. Ilmu Ushuluddin
Dinamakan sebagai Ilmu Ushuluddin karena membahas mengenai prinsip-
prinsip agama Islam. Tidak hanya prinsip-prinsip agama saja, tetapi juga
pada prinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang qat’i (Al-Quran dan
hadis Mutawatir) serta dalil-dalil fikiran.
c. Ilmu Aqidah atau Aqa’id
Dinamakan sebagai Ilmu Aqidah atau Aqa’id karena membicarakan
mengenai kepercayaan Islam. Syekh Thahir al-Jazairi (1851-1919) juga
menerangkan bahwa akidah Islam ialah hal-hal yang diyakini oleh umat
muslim, artinya mereka menetapkan atas kebenaran yang ada.6

5
Ghazali, Adeng Muchtar, Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Modern,
Pustaka Setia, Bandung, cet. ke-1, 2005.
6
Hanafi, A,. Pengantar pemikiran ilmu kalam Islam, Pustaka al-Husna, Jakarta, cet. ke-2,
1980.

7
B. Ruang lingkup Jabariyah
1. Pengertian Jabariyah
Jabariyah adalah sebuah paham dan kelompok menyimpang (bid’ah) di dalam
akidah yang muncul pada abad akhir ke-2 Hijriah di Khurasan, Iran. Atau pada
masa generasi sahabat dan tabi’in. Kata Jabariyah berasal dari
kata jabara yang berarti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu.
Dalam bahasa Inggris, Jabariyah disebut fatalism atau predestination yaitu
paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari
semula oleh Tuhan.7
2. Latar Belakang Kemunculan
Awal kemunculan paham ini tidak ada literatur yang kuat yang dapat menjadi
pijakan sejarah. Misalnya ada pendapat menuturkan bahwa paham ini muncul
sejak zaman sahabat dan masa Bani Umayyah. Ketika itu para ulama
membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan manusia ketika
berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan. Ada juga pendapat yang
menuturkan bahwa paham ini diduga telah muncul sebelum Islam datang ke
masyarakat Arab. Dengan kiasan kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh
gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka.
Dalam situasi demikian masyarakat arab tidak melihat jalan untuk mengubah
keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan.
Sehingga menyebabkan mereka jatuh kepada paham fatalisme.8
Ada pendapat bahwa paham Jabariyah yang muncul pada generasi Sahabat
karena ada benih-benih itu terlihat dalam 2 peristiwa sejarah berikut ini:
a. Khalifah Umar bin Khattab pernah menangkap seseorang yang ketahuan
mencuri. Ketika diintrogasi, Pencuri itu berkata, ”Tuhan telah menentukan
aku mencuri.” Kalimat inilah yang menjadi persoalan.
b. Pada pemerintahan Bani Umayyah, pandangan tentang Jabariyah semakin
mencuat ke permukaan. Abdullah bin Abbas r.a, melalui suratnya

7
Ghazali, Adeng Muchtar, Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Modern,
Pustaka Setia, Bandung, cet. ke-1, 2005.
8
Rozak, Abdul. 2011. Ilmu Kalam.pemikiran jabariyah (Bandung: Cv. Pustaka Setia).

8
memberikan reaksi kertas kepada penduduk Syria yang diduga
berpaham Jabariyah.
Berkaitan dengan kemunculan paham Jabariyah, ada yang mengatakan bahwa
kemunculannya oleh pengaruh pemikiran asing yaitu pengaruh agama Yahudi
bermazhab Qurra dan agama Nasrani bermazhab Yacobit. Jadi, intinya masih
ada perbedaan pendapat dari beberapa tokoh sejarah. Paham ini disebarkan
oleh Jahm bin Shafwan (124 H/745 M), sehingga juga dikenal dengan
nama Jahmiyah. Ia berkata bahwa manusia itu tidak memiliki kekuasaan untuk
memilih. Manusia melakukan apapun sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT. Dalam hal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu
di udara dibawa angin menurut arah yang diinginkanNya atau bagaikan kayu
ditengah-tengah gelombang yang terobang ambing yang ditentukan oleh lautan
yang membawanya.9
3. Doktrin-doktrin Pokok Jabariyah
Para penganut paham ini ada yang ekstrim, ada pula yang bersikap moderat.
Jahm bin Shafwan termasuk orang yang ekstrim, sedangkan yang moderat
antara lain adalah : Husain bin Najjar, Dhirar bin Amru, dan Hafaz al Fardi
yang mengambil jalan tengah antara Jabariyah dan Qadariyah. Berikut
beberapa paham yang dikembangkan para ulama Jabariyah diantaranya:
a. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Bahwa segala perbuatan manusia
merupakan paksaan dari Allah SWT dan merupakan kehendakNya yang
tidak bisa ditolak oleh manusia.
b. Manusia tidak punya kehendak dan pilihan. Ajaran ini dikemukakan oleh
Jahm bin Shofwan.
c. Surga dan neraka tidak kekal, begitu pun dengan yang lainnya, hanya Allah
SWT yang kekal.
d. Iman adalah ma’rifat dalam hati dengan hanya membenarkan dalam hati.
Artinya bahwa manusia tetap dikatakan beriman meskipun ia

9
Zainimal. “Mu’tazilah Dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam”. Tarikhuna: Journal Of
History And History Education. Vol. 3. No. 1. 2021.

9
meninggalkan fardhu dan melakukan dosa besar. Tetap dikatakan beriman
walaupun tanpa amal.
e. Kalam Allah (Al Qur’an) adalah makhluk. Allah SWT Mahasuci dari segala
sifat keserupaan dengan makhluk-Nya, maka Allah tidak dapat dilihat
meskipun di akhirat kelak, oleh karena itu Al-Qur’an sebagai makhluk
adalah baru dan terpisah dari Allah, tidak dapat disifatkan kepada Allah
SWT.
f. Allah SWT tidak mempunyai sifat serupa makhluk seperti berbicara,
melihat, dan mendengar.10

C. Ruang lingkup Qadariyah


1. Pengertian Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya
kemampuan dan kekuatan. Dalam bahasa Inggris free will yaitu kemauan
bebas. Adapun menurut pengertian Istilah, Qadariyah dalah suatu paham yang
percaya bahwa segala tindakan manusia tidak dipaksakan oleh Allah SWT
tetapi manusia memiliki kemampuan (qadar) untuk berusaha sendiri. Itulah
sebabnya akhirnya golongan ini disebut dengan “Qadariyah”. Paham ini
merasuk ke pemikiran dunia Islam yang menyebabkan banyaknya orang yang
terselewengkan, hanyut oleh pikiran melayang yang akhirnya jatuh ke jurang
kesesatan, bahkan pemikiran ini telah mengganggu persatuan umat.11
Nama lain Qadariyah adalah Muktazilah yakni golongan yang bergerak dalam
tiga fungsi, yaitu agama, filsafat dan politik. Akan tetapi kata
penamaan Qadariyah lebih identik dengan kelompok yang bertikai dalam
masalah takdir dan perbuatan manusia.12

10
Rohidin, Mu'tazilah. “Sejarah ilmu kalam dan perkembangannya”. El-Afkar. Vol. 7
Nomor II, Juli- Desember 2018.
11
Muliati. “Paham Qadariyah Dan Jabariyah (Suatu Kajian Teologi) Qadariyah
Understand And Jabariyah (A Study Of Theolog)”. Jurnal Istiqra. Volume 3 Nomor 2 Maret 2016
12
Nata, Abudin. 2005. Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Modernisme Islam. (Jakarta: PT
Raja Grafindo Perdana).

10
2. Latar Belakang Kemunculan
Mazhab Qadariyah muncul sekitar tahun 70 H (689 M). Ajaran-ajaran paham
ini banyak persamaannya dengan ajaran Mu’tazilah. Mereka berpendapat sama
misalnya, manusia mampu mewujudkan tindakan atau perbuatannya, Allah
SWT tidak campur tangan dalam perbuatan manusia itu, dan mereka menolak
segala sesuatu terjadi karena qadha dan qadar Allah SWT. Tokoh
utama Qadariyah ialah Ma’bad al Juhani Al Bisri dan Ghailan al Dimasyqi,
pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (687-705 M)
kedua tokoh inilah yang pertama kali mempersoalkan tentang Qadar. Semasa
hidupnya, Ma’bad al Juhani berguru pada Hasan Al Basri, sebagaimana Washil
bin Atha’ tokoh pendiri Mu’tazilah.13 Latar belakang kemunculan kelompok ini
juga akibat konstalasi politik kaum muslimin sebagai isyarat penentangan
kebijaksanaan politik Bani Umayyah yang kejam dan dzalim.
Apabila Jabariyah berpendapat bahwa khalifah Bani Umayyah membunuh
orang, hal itu karena sudah ditakdirkan Allah dan hal ini berarti merupakan
‘legitimasi’ kekejaman Bani Umayyah, maka firqoh Qadariyah mau
membatasi masalah takdir tersebut.14
Sejarah kemunculanya juga berawal dari majelis Imam Hasan al-
Bashri yakni salah seorang muridnya yang bernama Washil bin Atha dalam
perdebatan mengenai pelaku dosa besar apakah kafir atau mukmin, Washil
mengemukakan pendapat lain yang berbeda dari gurunya sehingga ia di usir
dari majelis itu, sehingga pengikut konsep Washil bin Atha dikenal dengan
istilah Mu’tazilah, artinya memisahakan diri dari kajian gurunya. Keterkaitan
antara Washil bin Atha dan Mu’tazilah dengan masalah takdir dan perbuatan
manusia adalah salah satu konsepnya yang mengatakan bahwa manusia bebas
dengan perbuatanya (qadariyah). Sehingga mereka berpendapat bahwa
keadilan Allah tidak memiliki makna kecuali dengan menyatakan bahwa
manusia itu bebas berkehendak (free will). Paham ini seperti yang dipahami

13
Angraini A,Qadariyah N (2010). Tugas ginekologi dismenore. Jurusan Kebidanan
Fakultas
14
Basri, Hasan Dkk. 2007. Ilmu Kalam Sejarah Dan Pokok Pikiran Aliran-Aliran.
(Bandung: Azkia Pustaka Utama).

11
oleh para filosof Yunani dengan konsep Filsafat Epicurisme atau Free Will.
Atau di era modern ini sejalan dengan konsep Deisme di Barat. Dimana
perbuatan manusia adalah bebas tanpa kehendak Tuhan.15
3. Memahami Makna Qadar
Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan benda-benda beserta khasiat-
khasiat/karakteristik (sifat-sifat) tertentu pada benda-benda tersebut. Allah
SWT telah menjadikan khasiat-khasiat itu tunduk sesuai
dengan Sunnatullah yang tidak bisa dilanggar lagi. Seluruh khasiat yang
diciptakan oleh Allah ini, baik yang terdapat pada benda-benda ataupun yang
terdapat pada manusia, inilah yang dinamakan qadar (penetapan
batasan/kadar). Sebab hanya Allah sendiri yang menciptakan benda-benda,
naluri-naluri serta kebutuhan jasmani tersebut, dan Ia menetapkan khasiat-
khasiat di dalamnya.16

15
Dewan Radaksi Ensiklopedi Islam. 1994. Jilid 4. (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve).
16
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2013. Judul Asli: Nizham Al-Islam. Buku Terjemah:
Peraturan Hidup dalam Islam. Tim HTI-Press. Jakarta

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai penutup, ada kesimpulan yang kami sampaikan sebagai berikut ini
sebagai pandangan kami terhadap Jabariyah dan Qadariyah dan apa yang
menjadi persoalan dari lahirnya keduanya yakni perbuatan manusia dan qadha-
qadar.
1. Jabariyah memiliki pendapat, yang ringkasnya bahwa Allah menciptakan
hamba beserta perbuatannya. Ia ‘dipaksa’ (musayyar) melakukan perbuatannya
dan tidak bebas memilih. Ibaratnya seperti bulu yang diterbangkan angin
kemana saja. Ini adalah pendapat yang keliru menurut Jumhur Ulama terutama
Ibnu Taimiyah rahimakumullah, dan sahabat Nabi SAW Ibnu Abbas r.a.
2. Adapun Qadariyah mengatakan bahwa manusia bebas berkehendak, artinya
manusia memiliki kemampuan (qadar) untuk berusaha sendiri. Manusia
dihisab berdasarkan perbuatannya. Sebab, ia sendirilah yang menciptakannya.
Ini juga adalah paham yang keliru/salah karena Jumhur Ulama pun
menentangnya, termasul Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Hasan Al
Bashri rahimakumullah. Apalagi sampai mengatakan bahwa Al Qur’an adalah
makhluk dari sisi kajian yang Ilmu Tauhid oleh paham Mu’tazilah/Qadariyah ini,
sungguh ini kesesatan dan dapat memecah persatuan umat Islam.

B. Saran
Penulis sadar masih banyak kekerangan dalam pembuatan makalah ini,
kedepannya penulis akan lebih berhati-hati dan fokus untuk menejelaskan
makalah ini secara detail dengan sumber-sumber yang lebih banyak. Penulis juga
mengharapkan kritikan dan saran dalam pembuatan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Angraini A,Qadariyah N (2010). Tugas ginekologi dismenore. Jurusan Kebidanan


Fakultas
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2013. Judul Asli: Nizham Al-Islam. Buku Terjemah:
Peraturan Hidup dalam Islam. Tim HTI-Press. Jakarta
Basri, Hasan Dkk. 2007. Ilmu Kalam Sejarah Dan Pokok Pikiran Aliran-Aliran.
(Bandung: Azkia Pustaka Utama).
Ghazali, Adeng Muchtar, Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Modern,
Pustaka Setia, Bandung, cet. ke-1, 2005.
Ghazali, Adeng Muchtar, Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Modern,
Pustaka Setia, Bandung, cet. ke-1, 2005.
Hanafi, A,. Pengantar pemikiran ilmu kalam Islam, Pustaka al-Husna, Jakarta, cet.
ke-2, 1980.
Iskandar, Arief B. 2009. Materi Dasar Islam: Islam mulai akar daunnya. Al Azhar
Press. Bogor
Muliati. “Paham Qadariyah Dan Jabariyah (Suatu Kajian Teologi) Qadariyah
Understand And Jabariyah (A Study Of Theolog)”. Jurnal Istiqra. Volume
3 Nomor 2 Maret 2016
Nasir, Salihun A, Pengantar Ilmu Kalam, Rajawali Pers, 1991.
Nata, Abudin. 2005. Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Modernisme Islam. (Jakarta:
PT Raja Grafindo Perdana).
Rohidin, Mu'tazilah. “Sejarah ilmu kalam dan perkembangannya”. El-Afkar. Vol.
7 Nomor II, Juli- Desember 2018.
Rozak, Abdul. 2011. Ilmu Kalam.pemikiran jabariyah (Bandung: Cv. Pustaka
Setia).
Sahara Pakpahan, Elfianti. “Pemikiran ilmu kalam”. Jurnal Alhadi. Vol. 2 No. 2.
Januari- Juni 2016.
Zainimal. “Mu’tazilah Dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam”. Tarikhuna:
Journal Of History And History Education. Vol. 3. No. 1. 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai