Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ HUBUNGAN ILMU KALAM FILSAFAT DAN TASAWUF “


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Tauhid Ilmu Kalam

Disusun Oleh:
Eso Putra Said (1901040)
Syahrani Tri Saputri (1901101)

Dosen Pengampu :
M. Yusuf, S.Pd.I, M.S.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
SYEKH BURHANUDDIN PARIAMAN
TAHUN 1442 H/2021 M

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah untuk kita semua, karena samapi detik ini masih
diberikan kesempatan untuk hidup di dunia untuk memperbaiki diri menjadi orang
yang lebih baik lagi.
Shalawat serta salam kami limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
semoga kelak di yaumul akhir kita mendapat syafaat darinya. Aamiin. Kami
ucapkanAlhamdulillah makalah ini telah selesai dikerjakan dengan sebaik-
baiknya. Adapun makalah ini berjudul “Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan
Tasawuf ”.
Dengan terbentuknya makalah ini semoga bermanfaat untuk kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu untuk
diperbaiki. Maka dari itu, untuk para pembaca kami senantiasa  menerima kritik
dan saran dari Anda semua.

Pariaman,  April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah. ......................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Kalam,Filsafat dan Tasawuf............................... 5
B. Hubungan Ilmu Kalam dengan Filsafat........................................ 10
C. Hubungan Ilmu Kalam dengan Tasawuf...................................... 12
D. Persamaan dan perbedaan Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf...... 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................... 16
B. Saran................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Kalam lahir setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Diawali dengan
permasalahan pengangkatan khalifah yang selanjutnya setelah Rasulullah, hingga
membahas soal jabr (takdir) yang nantinya di namai dengan kaum Jabariyyahdan
ikhtiyar (free will) yang nantinya di namai dengan sebutan kaum Qadariyyah.
Akhirnya terpecahlah beberapa aliran yang membahas antara kedua itu dengan
dalilnya masing-masing.
Seiring berjalannya waktu semakin banyaklah sekte-sekte Islam yang
mencoba menerangkan tentang Sifat Tuhan dan apapun yang berhubungan dengan
ketuhanan. Namun kelompok - kelompok ini mempunyai metodologi yang
berbeda, ada yang menggunakan Filsafat secara mendominasi ada pula yang tidak
memberikan kewenangan berfikir dalam mendalami ilmu kalam ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu kalam, filsafat dan tasawuf ?
2. Bagaimana hubungan ilmu kalam dengan filsafat ?
3. Bagaimana hubungan ilmu kalam dengan tasawuf ?
4. Apa persamaan dan perbedaan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf ?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian ilmu kalam, filsafat,dan tasawuf.
2. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu kalam, filsafat dan tasawuf.
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan ilmu kalam, filsafat dan
tasawuf.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


a. Pengertian Ilmu Kalam
Setidaknya ada tiga istilah yang populer tentang ilmu kalam, yaitu ilmu
kalam, ilmu tauhid, dan teologi. Ketiga istilah ini disinyalir muncul karena
perbedaan perspektif dalam melihat persoalan ilmu kalam. Dari ketiga istilah ini
kemudian muncul beberapa definisi atau pengertian tentang ilmu kalam.
Pertama, ilmu kalam Dalam bahasa arab “kalam” biasa diartikan dengan “
kata-kata” ,yakni sabda tuhan atau kata manusia. Disini ilmu kalam dimaknai
dengan ilmu pembicaraan, karena dengan pembicaraanlah pengetahuan ini dapat d
jelaskan, dan dengan pembicaraan yang tepat kepercayaan yang benar dapat
ditanamkan. Disebut “ilmu kalam” karena yang dibahas adalah kalam tuhan dan
kalam manusia. Jika yang dimaksud dengan kalam adalah “firman tuhan”, maka
kalam tuhan (baca: Al-Qur’an) pernah menimbulkan perdebatan sengit dikalangan
umat islam pada abad kedua dan ketiga Hijriah. Salah satu perdebatan itu adalah
tentang apakah kalam allah baru atau qodim? Karena firman tuhan pernah
diperdebatkan, maka dinamakan ilmu kalam, jika yang dimaksud kalam adalah
kata-kata manusia, maka kaum teologi dalam islam selalu menggunakan dalil
logika untuk mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing, kaum
teologi dalam islam memang dinamakan mutakalimin, karena mereka ahli debat
yang pintar memainkan kata-kata.
Kedua, ilmu kalam adalah ilmu yang dikaitkan dengan allah, perbuatan
dan sifat-sifatnya, oleh sebab itu ilmu kalam biasa disebut juga sebagai ilmu
ushuluddin atau ilmu Tahwid, yakni ilmu yang membahas tentang penetapan
aqaid diniyah dengan dalil (petunjuk) yang konkret. Maka, ilmu kalam adalah
rangkaian argumentasi rasional yang disusun secara sistematik untuk
memperkukuh kebenaran akidah agama islam.1

1 Nunu burhanuddin, ilmu kalam dari tauhid menuju keadilan. Jakarta: kencana, 2016, hlm 9

5
Ketiga, ada pula definisi ilmu kalam seperti yang diajukan oleh Al-Farabi
dan Ibn khaldun. Al-Farabi, misalnya, menyebut ilmu kalam sebagai disiplin ilmu
yang membahas Dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin,
mulai berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesuda mati yang
berlandaskan doktrin islam. Sedsangkan Ibnu khaldun mendefinisikan ilmu kalam
sebagai disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah
iman yang diperkuat dalili-dalil rsaional. Dari kedua pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang membahas berbagai masalah
ketuhanan dengan menggunakan argumen logis maupun filosofis.
Keemapat, istilah kala dapat juga digunakan untik menunjukan keahlian
daklam menguasai cabang ilmu tertentu, sehingga orang yang menguasai ilmu itu
disebut Mutakalimin, Ashhab al-kalam al-tabi’i (ahli fisika), begitu juga ashhab
kala al-ilahi atau al-Mutakalimun fi ak-ilahi (teologi). Namun pada
perkembangan selanjutnya istilah “kalam” dalam islam lebih dititiktekankan pada
aliran teologi, seperti Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
Kelima, kalam juga diistilahkan oleh para pakar dengan beragam nama,
antara lain: Abu Hanifah (150H/767M) memberinya nama dengan istilah ‘Ilmu
Fiqih Akbar, kemudian Imam Asy-Syafi’i (204H/829M), Imam Malik
(179H/795M), dan Imam Ja’far al-Sadiq (148H/765M) membeerinya dengan
nama dengan istilah ‘Ilmu kalam.2
Keenam, kalam sebagai teologi. Rumusan lain dikemukakan oleh Harry
Austry Wolfson yang berpendapat bahwa istilah kalam adalah terjemahan dari
karya-karya filosof yunani, “theos” (Tuhan) dan “logos” (kata atau argumen).
Sehingga teologi dapat diartikan dengan ilmu atau argumen tentang Tuhan. Istilah
yang disebut belakangan ini sebnarnya merupakan transformasi dari pemikiran
teologi atau (‘ilmu al-La ut) yang telah berkembang di dunia barat pada masa
sebelumnya. Maka tidak heran jika kemudian muncul pakar yang mendefinisikan
Ilmu Kalam sebagai “ilmu ak-Lahut”, yakni discourse or reaso concerning God
(dirkursus atau pemikiran tentang Tuhan). Bahkan dengan mengutip istilah yang
diberikan oleh Wiliam Ockham,2 L Reese menyatakan bahwa Theology to be a

2 bid,10

6
disclipine resting on revealed truth and independent of both philosophy and
science (Teologi merupakan sebuah disiplin ilmu yang meletakan kebenaran
wahyu, lewat argumen filsafat dan ilmu pengetahuan yang independen). Rumusan
Wiliam Ockham tentang teologi tampaknya ada kemiripan dengan pendapat Ibn
Khaldun, seperti diutip oleh Mushthafa Abdul Raziq, yang mendefinisikan ‘ilmu
kalam sebagai ilmu al-kalam hawa ‘ilmun yatadlammanu al-hujjaja ‘an ‘aqaid al
imaniyyah bi al-adilah al-‘aqliyah (ilmu kalam yaitu sebuah disiplin ilmu
berkaitan dengan keimanan yang diperkuat dengan menggunakan argumentasi
rasional).
Berdasarkan istilah di atas memberikan pemahaman bahwa ilmu kalam
merupakan disiplin keilmuan dalam agama islam terkait berbagai argumentasi
tentang akidah iman yang diperkuat dalil-dalil rasional. Istilah tersebut juga
memeberi ruang bagi perkembangan konten ilmu kalam ke arah yang lebih
dinamis.
L Reese menyatakan bahwa Theology to be a disclipine resting on
revealed truth and independent of both philosophy and science (Teologi
merupakan sebuah disiplin ilmu yang meletakan kebenaran wahyu, lewat argumen
filsafat dan ilmu pengetahuan yang independen). Rumusan Wiliam Ockham
tentang teologi tampaknya ada kemiripan dengan pendapat Ibn Khaldun, seperti
diutip oleh Mushthafa Abdul Raziq, yang mendefinisikan ‘ilmu kalam sebagai
ilmu al-kalam hawa ‘ilmun yatadlammanu al-hujjaja ‘an ‘aqaid al imaniyyah bi al-
adilah al-‘aqliyah (ilmu kalam yaitu sebuah disiplin ilmu berkaitan dengan
keimanan yang diperkuat dengan menggunakan argumentasi rasional).
Berdasarkan istilah di atas memberikan pemahaman bahwa ilmu kalam
merupakan disiplin keilmuan dalam agama islam terkait berbagai argumentasi
tentang akidah iman yang diperkuat dalil-dalil rasional. Istilah tersebut juga
memeberi ruang bagi perkembangan konten ilmu kalam ke arah yang lebih
dinamis.3
b. Pengertian Filsafat

7
Secara etimologis, kata ‘filsafat’ berasal dari gabungan dua kata: Philein
yang berarti mencintai; dan Sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan
(wisdom), jadi dilihat dari asal katanya, filsafat berarti mencintai kebijaksanaan.
Para filsuf dan ahli filsafat atau pemikir mendefinisikan apa itu filsafat. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Plato (427-347 SM), filsafat tidak laom adalah pengetahuan tentang sesgala
sesuatu hal.
2) Aristoteles (384-322), filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
3) Al-Kindi (800-870), kegiatan manusia yang bertingkat tertingi adalah filsafat
yang merupakan ilmu pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada
sejauh mungkin bagi manusia..bagi filsafat yang paling mulia adalah filsafat
pertama, yaitu pengetagetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab
dari segala kebenaran.
4) Al-Farabi, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. 3

5) Harold H, Tinus filsafat adalah sikap tentang hidup dan alam semesta salah
satu metode berpikir reflektif dan penyelidikan yang didasarkan pada aka
.adalah seperangkat masalah...suatu perangkat teori dan sistem pemikiran.
6) Ibnu Sina (980-1037), fisika dan metafisika sebagai suatu badan ilmu yang
tak terbagi. Fisika mengamat-amati yang ada sejauh tak bergerak, metafisika
memandang yang ada sejauh itu ada dan mengarah, mengetahui seluruh
kenyataan sejauh dapat dicapai oleh manusia. Hal pertama yang dihadapi oleh
seorang filsuf adalah bahwa yang ada (berwujud) berbeda-beda. Terdapat ada
yang hanya ‘mungkin ada.
7) Ibnu Rushd (1126-1198), filsafat itu hikmah yang merupakan pengetahuan
otonom yang perlu ditimba oleh manusia sebab ia dikaruniai oleh Allah
dengan akal. Filsafat diwajibkan pula oleh Al-Qur’an agar manusia dapat
mengagumi karya Tuhan dalam persada dunia.

33 Ibid ,11
4 Nurani soyomukti, pengantar filsafat umum. Jogjakarta: ar-ruzz media. 2011, hlm 101

8
8) Immannuel Kant (1724-1804), filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang di dalamnya mencakup empat persoalan sebagai berikut.
 Apakah yang kita dapat ketahui? (dijawab oleh metafisika).
 Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh etika).
 Sampai manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama).
 Apakah ynag dinamakan manusia? (dijawab oleh antropologi).
9) Prof. Dr. N. Driyakarya S.J. (1913-1967), filsafat adalah pikiran manusia
yang radikal, artinya dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan
pendapat-pendapat ‘yang diterima begitu saja’ mencoba memperlihatkan
pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandagan dan sikap praktis.
Jika filsafat, misalnya, bicara tentang masyarakat, hukum, sosiologi,
kesulitan, dan sebagainya, di situ pandangan tidak diarahkan kepada sebab-
sebab yang terdekat (secondary cause), melainkan ke ‘mengapa’ yang
terakhir (first cause), sepanjang kemungkinan yang ada pada budi manusia
berdasarkan kekuatannya.4

c. Pengertian Tasawuf
Secara lauhghawi/etimologi (kebahasaan) sebagian ada yang berpendapat
kata tasawuf atau sufi diambil dari kata shaff, yang berarti saf atau barisan.
Dikatakan demikian, karena sufi selalu berada pada baris pertama dalam shalat.
Ada juga yang mengatakan berasal dari kata shafa yang berarti bersih, karena
hatinya selalu dihadapkan ke hadirat Allah swt., dan bentuk jamak (plural)-nya
shaffi, bukan shufi. Ada lagi yang mengatakan, berasal dari kata shuffah atau
shuffat al-masjid, serambi masjid. Tempat ini didiami oleh para sahabat Nabi
yang tidak punya tempat tinggal. Mereka selalu berdakwah dan berjihad demi
Allah semata. Dikatakan sufi, karena senantiasa menunjukan perilaku
sebagaimana para sahabat pada masa Nabi Saw. Tersebut. Disamping itu, masih
ada lagi yang berpendapat, bahwa kata sufi merupakan kata jadian dari shaf, yang
berarti bulu domba. Dikatakan demikian, karena para sufi suka memakai pakaian

45 Ibid , 101

9
kasar, tidak suka pakaian halus, dan bagus, yang penting bisa menutupi dari
ketelanjangan. Ini dilakukan sebagai tanda taubat dan kehendakannya untuk
meninggalkan kehidupan duniawi. Ada lagi yang berpendapat, kata sufi berasal
dari kata shopos (bahasa yunani) yang berarti hikmah (kebijaksanaan).
Dikatakan demikian, karena sufi selalu menekankan kebijaksanaan. Huruf
“ S ” pada kata shopos itu ditransliterasikan kedalam bahasa arab menjadi “Shad”
dan bukan “Sin” sebagaimana tampak pada kata philosphi yang ditransliterasikan
ke dalam bahasa arab menjadi falsafah. Dengan demikian kata sufi seharusnya
ditulis sufi bukan shufi. Akan tetapi, dari semua istilah tasawuf yang
dikemukakan diatas, Al-Qusyairi menganngap hanya merupakan laqab (sebutan).
Oleh karena dari semua asal kata tersebut tidak ada yang cocok dari sisi analogi
atau asal-usul bahasa Arab.
Secara istilah (terminologi) ada banyak pengertian yang dimunculkan
disini. Abu jal-Hasan asy - Syadzili (1258 M), guru spiritual terkenal dari Afrika
Utara sebagaimana dikutip Fadhalalla Haeri mengartikan, tasawuf sebagai
“praktik-praktik amalan dan latihan dalam diri seseorang melalui ibadah dan
penyembahan lain guna mengembalikan diri kepada Allah Swt.” Sementara
Ahmad Zarruq (1494 M) dari Maroko, cukup luas mendefinisikan tasawuf sebagai
“pengetahuan yang dapat menata dan meluruskan hati serta membuatnya istimewa
bagi Allah, mempergunakan. 5

pengetahuan tentang islam-secara khusus tentang hukum-yang kemudian


mengaitkan pengetahuan tersebut guna meningkatkan kualitas perbuatan, serta
memelihara diri dalam batasan-batasan hukum islam dengan harapan muncul
kearifan pada dirinya.

B. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Filsafat


Ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
Tuhan, sedangkan obyek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping
masalah alam, manusiar, dan segala sesuatu yang ada baik Ilmu Kalam maupun

5 Syamsun niam, tasawuf studies.yogykarta: ar-ruzz media.2014, hlm 25


6 Ibid ,29

10
filsafat berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan
metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan
dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri
kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat
dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas jangkauannya,
atau tentang Tuhan.
Perbedaan di antara kedua ilmu tersebut terletak pada aspek
metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika. disamping
argumentasi-argumentsi naqliah, berfungsi untuk mempertahankan keyakinan
ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. Pada dasarnya ilmu ini
menggunakan metode dialektika atau dikenal dengan istilah dialog keagamaan.
Sementara itu filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan atau
mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh)
serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh
ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.
Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh
pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (the gaining of
conceptual clarity). Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh
kerja logika, maka dalam filsafat dikenal apa yang disebut kebenaran
korespondensi. Dalam pandangan korespondensi, kebenaran adalah persesuaian
antara pernyataan fakta dan data itu sendiri. Dengan bahasa yang sederhana,
kebenaran adalah persesuaian antara apa yang ada dalam rasio dengan kenyataan
yang sebenarnya dialam nyata.
Disamping kebenaran korespondensi, didalam filsafat juga dikenal
kebenaran koherensi. Dalam pandangan koherensi, kebenaran adalah kesesuaian
antara suatu pertimbangan baru dan suatu pertimbangan yang telah diakui
kebenarannya secara umum dan permanent. Jadi kebenaran dianggap tidak benar
kalau tidak sesuai dengan kebenaran yang dianggap benar oleh ulama umum.
Disamping dua macam kebenaran diatas, didalam filsafat dikenal juga dengan

11
kebenaran pragmatik. Dalam pandangan pragmatisme, kebenaran adalah sesuatu
yang bermanfaat (utility) dan mungkin dapat dikerjakan (workability) dengan
dampak yang memuaskan. Jadi, sesuatu akan dianggap tidak benar kalau tidak
tampak manfaatnya secara nyata dan sulit untuk dikerjakan. Di dalam
pertumbuhannya ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi rasional dan
teologi tradisional.
Filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat itu sendiri. Sains
berkembang menjadi sains kealaman, sosial, dan humaniora, sedangkan filsafat
berkembang lagi menjadi filsafat klasik, pertengahan, dan filsafat modern. Dilihat
dari aspek aksiologi (manfaatnya), teologi berperan sebagai ilmu yang mengajak
orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal Tuhan secara
rasional. Adapun filsafat berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang
mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara meyakinkan melalui
pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya langsung. Dengan cara ini, orang
yang telah mempunyai rasio sangat prima diharapkan dapat mengenal Tuhan
secara meyakinkan melalui rasionya.

C. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Tasawuf


Al-Ghazali lebih dikenal sebagai sufi ketimbang mutakallim karena dalam
sejarahnya Al-Ghazali pernah mengkritik bangunan pemikiran filsafat dan ilmu
kalam. Al-Ghazali menurut M. Amin Abdullah, tidak serta merta menolak ilmu
Kalam namun ia menggarisbawahi keterbatasan-keterbatasan ilmu kalam sehingga
berkesimpulan bahwa kalam tidak dapat dijadikan sandaran oleh para pencari
kebenaran. Kalam tidak dapat mengantarkan manusia mendekati Tuhan, tetapi
hanya kehidupan sufilah yang dapat mengantarkan seseorang dekat dengan
Tuhannya. 6
Pernyataan-pernyataan tentang Tuhan dan manusia sulit terjawab hanya
dengan berlandaskan pada ilmu kalam. Biasanya, yang membicarakan
penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia adalah ilmu tasawuf.

6 M. Amin Abdullah, Op.Cit., h. 86 Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2001, h. 17

12
Disiplin inilah yang membahas bagaimana merasakan nilai-nilai akidah dengan
memperhatikan bahwa persoalan bagaimana merasakan tidak saja termasuk dalam
lingkup hal yang diwajibkan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan
definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya.
Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis
untuk merasakan keyakinan dan ketentraman. Sebagaimana dijelaskan juga
tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan. Semua itu tidak cukup hanya
diketahui batasan-batasannya oleh seseorang. Sebab terkadang seseorang sudah
tahu batasan-batasan kemunafikan, tetapi tetap saja melaksanakannya.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai
7

berikut:
1. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan
yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih
terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu
tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam.
2. Sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran
yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang
bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan
penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah
diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah
diriwayatkan oleh ulama-ulama salaf, hal itu harus ditolak.
3. Sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam.
Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung
menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional di samping muatan
naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih bebas. Di sinilah
ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam
terkesan sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran
penghayatan atau sentuhan hati.

7 M. Amin Abdullah, Op.Cit., h. 86 13Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001, h. 17

13
D. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
a. Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
Ilmu kalam, filsafat dan tasawuf mempunyai objek kajian yang mirip.
Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan
denga-Nya. Objek kajian filsafat pun adalah masalah alam, manusia, dan segala
sesuatu yang ada. Objek kajian Tasawuf adalah Tuhan, yaitu upaya-upaya
pendekatan terhadap-Nya. Jadi dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu sama-sama
membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Argumentasi filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangun atas dasar logika.
Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat
dibuktikansecara empiris, riset, dan eksperimental). Baik ilmu kalam, filsafat
maupun tasawufbertujuan sekurang-kurangnyaberurusan dengan halyang sama,
yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya mencari kebenaran tentang tuhan
dan yang berkaitan dengan-Nya.
Filsafat dengan wataknya, menghampiri kebenaran, baik tentang alam
maupun tentang manusia (yang belum atautidak dapat dijangkau ilmu
pengetahuan karena diluar atau diatas jangkauannya), atau tentang tuhan.
Sementara itu Taawuf juga dengan metodenyayang tipikal berusaha menghampiri
kebenaranberkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan.

b. Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


Perbedaan diantara ilmu kalam, filsafat dan Tasawuf terletak pada aspek
metodologinya. Ilmu kalam pada dasarnya menggunakan metode dialektikal
(jadaliah), dikenal juga dengan “dialog keagamaan”. Sebagai sebuah keagamaan,
ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan
melalui argument-argumen rasional. Sebagian ilmuan mengatakan behwa ilmu ini
berisi keyakinan-keyanian kebenaran, praktik, dan pelaksanaan ajaran agama,
serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional. 8

8 Rozak Abdul,Anwar rosihon,ilmu kalam (Bandung : Pustaka Setia , 2001)h.51-60

14
Kemudian, filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Metode yang digunakannya adalah metode rasional. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan (mengembarakan atau
mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar), integral (menyeluruh), serta
universal (mengalam). Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah
upaya yang berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan
berbagai konsep.
Sementara itu ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa
daripada rasio. Sebagai ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf
sangat subjektif sifatnya, yaitu sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang.
Metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham atau inspirasi yang adatang dari
tuhan. Kebenaran yang dihasilkandari ilmu tasawuf dikenal dengan istillah
kebenaran hudhuri. Dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang
menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Sementara filsafat berkembang
menjadi sains dan filsafat. Sains berkembang menjadi sains kealaman, soaial dan
humaniora, sedangkan filsafat berkembang menjadi filsafat klasik, pertengahan,
dan filsafat modern. Tasawuf berkembang menjadi tasawuf praktis dan tasawuf
teoritis.
Manfaat teologi diantaranya berperan sebagai ilmu yang mengajak orang
yang baru mengenal rasio untuk mengenal tuhan secara rasional sehingga tuhan
dapat dipahami secara rasional. Adapun filsafat adalah ilmu yang mengajak
kepada orang yang memiliki rasio secar prima untuk mengenal Tuhan secara lebih
bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan skosistemnya langsung. Kemudian
Tasawuf lebih berperan sebagi ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang
telah melepaskan rasionya secara bebas karena tidak memperoleh yang ingin
dicarikan.9

9 yamsun niam, tasawuf studies.yogykarta: ar-ruzz media.2014, hlm 25

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu kalam ,filsafat dan tasawuf mempunyai kajian objek yang sama,
objek kajian ilmu kalam yaitu adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya. objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah
alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. objek kajian tasawuf adalah tuhan,
yaitu upaya-upaya pendekatan terhadapnya. jadi, dari aspek objeknya ketiga ilmu
itu sama sama membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan, sedangkan
perbedaannya terletak pada aspek metodologinya, untuk itu ketiga ilmu ini saling
berkaitan dan saling bersinergi satu sama lain.

B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami akan lebih fokus dan detail dalam menyajikan materi tentang makalah ini
dengan sumber - sumber yang lebih banyak tentunya dan dapat dipertanggung
jawabkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nunu, Burhanudin,2016 ilmu kalam dan tauhid menuju keadilan ,Jakarta :

Kencana

Nurani , Soyomukti,2011 pengantar filsafat umum,Yogyakarta : Ar-ruz media

Syamsun , Niam ,2014 tasawuf studies,Yogyakarta :Ar-ruz media

Rozak abdul , Anwar Rosihon,2001 ilmu kalam , Bandung : Pustaka Setia

Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2001

Basrawi Anwar, Antara Tasawuf dan Ilmu Kalam: Suatu Tinjauan Sejarah,

Pustaka Hidayah, Jakarta, 1992

Endang Saefuddin Anshori, Ilmu Filsafat dan Agama, PT Bina Ilmu Offst,

Surabaya, 1987

17

Anda mungkin juga menyukai