Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

QIRATUL KUTUB
Tentang
“ MANSUBAT ISIM(Isim-isim mansub) ”

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 9
NAMA :
1. FAISALARSAD (1901041)
2. FITRIANI (1901048)
3. LUSIANA ANGGRAINI (1901060)
4. YAL SOFRI (1901113)

DOSEN PEMBIMBING :
NURASIAH AHMAD, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
SYEKH BURHANUDDIN
TAHUN AJARAN
2021-2022
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat  Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Mansubat Isim(isim-isim mansub)” tepat pada
waktunya.
           Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di
kemudian hari.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Pariaman, 28 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian isim manshub


2. Contoh isim manshub
3. Bagian isim yang manshub
4. Isim-isim yang majrur

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang kami menyusun makalah ini ialah ketika kami mendapat tugas dan
minimnya pengetahuan murid terhadap ilmu yang akan kami buat dalam makalah ini. Serta
kami berharap dalam penulisan makalah ini, dapat mewujudkan banyak murid yang
memahami lebih jauh lagi tentang isim manshub.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian isim manshub?
2. Bagaimana contoh isim manshub?
3. Bagaimana bagian isim yang manshub?
4. Bagaimana isim-isim ysng majrur?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Isim Manshub

Isim manshub menurut bahasa yaitu ism maf‟ul dari yang berarti meninggikan atau
membangun.Sedangkan menurut istilah yaitu ism yang dibaca nashab pada tempatnya dalam
suatu kalimah
Isim yang terkena I’rab Nashab disebut Isim Manshub. Yang menjadi Isim Manshub
adalah semua Isim selain Fa’il atau Naib al-Fa’il dalam Jumlah Fi’liyyah.

1) MAF’UL (‫ ) َم ْفعُوْ ل‬yakni Isim yang dikenai pekerjaan (Objek Penderita).

‫قَ َرَأ ُم َح َّم ٌد ْالقُرْ آن‬ = Muhammad membaca al-Quran

َ‫=( القُرْ آن‬ al-Quran) –> Maf’ul –> Manshub dengan tanda fathah.

2) MASHDAR ( ‫ ) َمصْ دَر‬yakni Isim yang memiliki makna Fi’il dan berfungsi untuk


menjelaskan atau menegaskan (menguatkan) arti dari Fi’il.

ً‫=قَ َرَأ ُم َح َّم ٌد ْالقُرْ آنَ تَرْ تِ ْيال‬ Muhammad membaca al-Quran dengan tartil (perlahan-lahan)

ً‫ =( تَرْ تِ ْيال‬perlahan-lahan) –> Mashdar –> Manshub dengan tanda fathah.

3) HAL ( ‫ ) َحال‬ialah Isim yang berfungsi untuk menjelaskan keadaan Fa’il atau Maf’ul


ketika berlangsungnya pekerjaan.

ِ َ‫=قَ َرَأ ُم َح َّم ٌد ْالقُرْ آنَ خ‬ Muhammad membaca al-Quran dengan khusyu’


‫اشعًا‬

ِ َ‫ =( خ‬orang yang khusyu’) –> Hal –> Manshub dengan tanda fathah.


‫اشعًا‬

4) TAMYIZ ( ‫ ) تَ ْميِيْز‬ialah Isim yang berfungsi menerangkan maksud dari Fi’il dalam


hubungannya dengan keadaan Fa’il atau Maf’ul.

ً‫=قَ َرَأ ُم َح َّم ٌد ْالقُرْ آنَ ِعبَا َدة‬ Muhammad membaca al-Quran sebagai suatu ibadah

ً‫ =( ِعبَا َدة‬ibadah) –> Tamyiz –> Manshub dengan tanda fathah.

5) ZHARAF ZAMAN (‫ )ظَرْ ف َز َمان‬atau Keterangan Waktu dan ZHARAF MAKAN (‫ظَرْ ف‬
‫ ) َم َكان‬atau Keterangan Tempat.
ً‫=قَ َرَأ ُم َح َّم ٌد ْالقُرْ آنَ لَ ْيال‬ Muhammad membaca al-Quran pada suatu malam
ً‫ =( لَ ْيال‬malam) –> Zharaf Zaman –> Manshub dengan tanda fathah.

Diantara Zharaf Zaman: ‫=( يَوْ َم‬pada hari), ‫=( اَ ْليَوْ َم‬pada hari ini), ً‫=( لَ ْيال‬pada malam hari),
َ (=pada pagi hari), ‫=( َم َسا ًء‬pada sore hari), ‫=( َغدًا‬besok), َ‫ْاآلن‬
‫=( نَهَارًا‬pada siang hari), ‫صبَاحًا‬
(=sekarang), dan sebagainya.
Diantara Zharaf Makan: ‫=( َأ َما َم‬di depan), َ‫=( َخ ْلف‬di belakang), ‫=( َو َرا َء‬di balik), ‫ق‬ َ ْ‫=( فَو‬di
ْ
atas), َ‫=( تَحْ ت‬di bawah), ‫=( ِعن َد‬di sisi), ‫=( َحوْ َل‬di sekitar), َ‫=( بَ ْين‬di antara), ‫ب‬
َ ِ‫=( َجان‬di
sebelah), dan sebagainya.

6) Mudhaf yang berfungsi sebagai MUNADA (


‫ ) ُمنَادَى‬atau Seruan/Panggilan.
ِ‫=( َرسُوْ ُل هللا‬Rasul Allah) adalah Mudhaf-Mudhaf Ilaih, bila berfungsi sebagai Munada,
maka kata ‫=( َرسُوْ ل‬Rasul) sebagai Mudhaf menjadi Manshub.
ِ‫ =يَا َرسُوْ َل هللا‬Wahai Rasul Allah
Sedangkan bila Munada itu adalah Isim Mufrad yang bukan merupakan Mudhaf-Mudhaf
Ilaih, maka Isim tersebut tetap dalam bentuk Marfu’.
Contoh:
‫ =يَا ُم َح َّم ُد‬Wahai Muhammad
7) MUSTATSNA ( ‫ ) ُم ْست َْثنَى‬atau Perkecualian ialah Isim yang terletak sesudah ISTITSNA
(‫ ) اِ ْستِ ْثنَى‬atau Pengecuali.
Contoh:
ُّ ‫ض َر‬
‫الطالَّبُ ِإالَّ زَ ْيدًا‬ َ ‫=ح‬
َ para siswa telah hadir kecuali Zaid
َّ‫=( ِإال‬kecuali) –> Istitsna (Pengecuali).
‫=( زَ ْيدًا‬Zaid) –> Mustatsna (Perkecualian) –> Manshub dengan tanda Fathah

Kata-kata yang biasa menjadi Istitsna antara lain:

‫ِإالَّ – َغ ْي َر – ِس َوى – خَ الَ – َعدَا – ِح َشا‬


Semuanya biasa diterjemahkan: kecuali, selain.

Isim yang berkedudukan sebagai Mustatsna tidak selalu harus Manshub.


Mustatsna bisa menjadi Marfu’ dalam keadaan sebagai berikut:

a) Bila berada dalam Kalimat Negatif dan Subjek yang dikecualikan darinya disebutkan.
Maka Mustatsna boleh Manshub dan boleh Marfu’.
Contoh:
‫الطالَّبُ ِإالَّ زَ ْيدًا‬ُّ ‫ = َما قَا َم‬para siswa tidak berdiri kecuali Zaid
ُّ
‫ = َما قَا َم الطالَّبُ ِإالَّ زَ ْي ٌد‬para siswa tidak berdiri kecuali Zaid
Kalimat di atas adalah Kalimat Negatif (ada kata: tidak) dan disebutkan Subjek yang
dikecualikan darinya yaitu ُ‫الطالَّب‬ ُّ (=para siswa) maka Mustatsna boleh Manshub dan
boleh pula Marfu’ (‫ زَ ْيدًا‬atau ‫) َز ْي ٌد‬.
b) Bila Mustatsna berada dalam kalimat Negatif dan Subjek yang dikecualikan darinya
tidak disebutkan sedangkan Mustatsna itu berkedudukan sebagai Fa’il maka ia harus
mengikuti kaidah I’rab yakni menjadi Marfu’.
Contoh:
‫ = َما قَا َم ِإالَّ زَ ْي ٌد‬tidak berdiri kecuali Zaid
Mustatsna menjadi Marfu’ karena berkedudukan sebagai Fa’il (‫ ) َز ْي ٌد‬dan berada dalam
Kalimat Negatif yang tidak disebutkan Subjek yang dikecualikan darinya.
B. Contoh Isim Manshub

1. Maful bih (‫)مفعول به‬

2. Maf’ul mutlaq (masdar) (‫)مفعول مطلق‬

3. Dzaraf zaman (‫)ظرف الزمان‬

4. Dzaraf makan (‫)ظرف المكان‬

5. Hal (‫)الحال‬

6. Tamyiz (‫)التمييز‬

7. Mustasna (‫)المثتثنى‬

8. Ismu la (‫)اسم ال‬

9. Munada (‫)المنادى‬

10. Maf’ul min ajlih (‫)المفعول من أجله‬

11. Maf’ul ma’ah (‫)المفعول معه‬

12. Khobar kana waakhawatuha (‫)خبر كان وأخواتها‬

13. Ismu inna waakhawatuha (‫)اسم إن وأخواتها‬

14. Na’at (‫)النعت‬

15. Athaf (‫)العطف‬

16. Taukid (‫)التوكيد‬

17. Badal (‫)البدل‬

C. Bagian Isim Yang Manshub


  Suatu Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan:

1. Khobar Kaana (‫)خبر كان‬

Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya.

Misal : ‫ ( كان الكتابُ جديدًا‬Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

Kata ‫ =( جديدًا‬baru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi,
tetapi “khobar kaana”.

2. Isim Inna (‫)اسم إن‬

Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.

Misal : ‫الكتاب جدي ٌد‬


َ َّ (inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
‫إن‬

Kata ‫—اب‬
َ —‫ =( الكت‬buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya
mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim
inna”

3. Haal (‫)الحال‬

Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan
maf’ul bih ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “bagaimana”
terjadinya perbuatan tersebut. Misal : ‫( جاء الولد باكيا‬jaa-a al waladu baakiyan) = Anak
itu datang dalam keadaan menangis. Kata ‫=( باكيا‬menangis) merupakan haal, karena
menjelaskan keadaan subjek.

4. Munada’ (‫)المنادى‬

Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida’ (kata panggil).

Misal : ‫( يا رجال‬yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki!

Kata ‫ =( رجال‬seorang lelaki) merupakan munada’, karena didahului oleh ‫ =( يا‬wahai)


yang merupakan salah satu alat nida’.

5. Tamyiiz (‫)التمييز‬
Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari
kalimat sebelumnya yang rancu.

ُ
Misal : ‫اشتريت عش——رين كتابا‬ (Istaroitu ‘Isyriina kitaaban) = Saya membeli dua puluh
buku.

Kata ‫ =( كتابا‬buku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan ”dua


puluh”, jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya
membeli dua puluh”.

6. Tawabi’

Pembahasan tentang tawabi’ dari isim manshub telah di bahas pada pembahasan
tawabi dari isim marfu’.

‫اَلتَّ َوابِ ُع‬

ٌ ْ‫ َم ْنعُو‬/ ‫ْت‬
1. ‫ت‬ ُ ‫اَلنَّع‬
ٌ ‫ْت — نَع‬

ٌ ْ‫ َم ْعطُو‬/ ‫ف‬
2. ‫ف‬ ْ ‫طفُ — ع‬
ٌ ‫َط‬ ْ ‫اَ ْل َع‬

3. ‫ ُمَؤ َّك ٌد‬/ ‫اَلتَّوْ ِك ْي ُ—د — تَوْ ِك ْي ٌد‬

4. ُ‫ ُم ْب َد ٌل ِم ْنه‬/ ‫اَ ْلبَ َد ُل — بَ َد ٌل‬

D. Isim-isim Yang Majrur

Suatu isim menjadi majrur dalam 2 keadaan:

1. Di dahului oleh huruf jar (‫)سبقه حرف جر‬


ُ
Misal : ‫خرجت من المنز ِل‬ (khorojtu minal manzili) = Saya keluar dari rumah.
Kata ‫ =( المنز ِل‬rumah) merupakan isim majrur, karena didahului oleh ‫( ِمن‬min = dari)
yang merupakan huruf jar.
2. Mudhof Ilaih (‫)مضاف إليه‬
Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.
Misal : ‫اشتريت خاَتِ َم حدي ٍد‬
ُ (Isytaroitu khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.
Kata ‫ =( حدي ٍد‬besi) merupakan mudhof ilaih, karena disandarkan kepada ‫ =( خاَتِ َم‬cincin)
yang maknanya cincin yang terbuat dari besi.
Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu
isim menjadi marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata
sebelumnya marfu’ maka isim tersebut menjadi marfu’, jika manshub maka manshub,
dan jika majrur maka majrur. Keadaan tersebut dinamakan Taabi’ (‫)تابع‬.

Misal :

‫( جاء رج ٌل كري ٌم‬jaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia

ً ‫رأئت رجالً كريما‬


ُ (ra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia

‫كريم‬
ٍ ‫( مر ُر برج ِل‬marortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki yang mulia.

Perhatikan setiap kata ‫( كريم‬kariim) pada tiga kalimat di atas, i'robnya sesuai dengan
kata sebelumnya. Pada kalimat pertama i'robnya rofa' karena sebelumnya (yaitu ‫) رج ٌل‬
ber-i'rob rofa'. Pada kalimat kedua, i'robnya nashob' karena sebelumnya (yaitu ً‫ )رجال‬ber-
i'rob nashob. Demikian juga pada kalimat ketiga, i'robnya jar karena sebelumnya (yaitu
‫رجل‬
ِ ) ber-i'rob jar. Taabi’ (‫ )تابع‬ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at (‫)النعت‬, athof (
‫)العطف‬, taukid (‫)التوكيد‬, dan badal (‫)البدل‬. Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis
na'at.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Isim manshub terbagi kepada 12 bagian yang enamnya telah disanpaikan oleh

kelompok sebelumnya, jadi kami penyusun hanya menulis setengah dari yang telah

dijelaskan oleh kelompok sebelumnya. Yaitu pengertian khobar inna, isim kana, munada,

tawabi tamyiiz dan haal.

DAFTAR PUSTAKA
https://risalahmuslim.id/kamus/isim-manshub/

http://suhansihnining.blogspot.com/2014/06/contoh-makalah-isim-isim-manshub.html

https://subpokbarab.wordpress.com/lesson/isim-manshub/

Anda mungkin juga menyukai