Anda di halaman 1dari 11

Definisi marfu’, manshub, dan majrur

Isim-isim yang marfu’ adalah isim-isim yang ber-i’rob rofa. Jama’ dari marfu’ adalah marfu’aat
Isim-isim yang manshub adalah isim-isim yang ber-i’rob nashob. Jama’ dari manshub adalah
manshubaat.
Isim-isim yang majrur adalah isim-isim yang ber-i’rob jar. Jama’ dari majrur adalah majruroot.

Misal

Pada kalimat ‫أَح َم ُد اللغ َة العربي َة في المسج ِد‬ ‫تـَ َعـلـَّ َم‬ (ta’allama Ahmadu al-lughutal ‘arobiyyata fil masjidi )
= Ahmad belajar bahasa arab di masjid.

Kata ُ‫أَح َمد‬ ber-I’rob rofa’ sebab sebagai subjek (fa’il) dengan tanda dhommah (diakhir katanya).
Karena ber-I’rob rofa’, maka kata kata ُ‫أَح َمد‬ tersebut dikatakan marfu’. Isim menjadi marfu’ dalam 6
keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fa’il).

َ
Kata ‫اللغة‬ ber-I’rob nashob sebab sebagai objek (maf’ul bih) dengan tanda fathah. Karena ber-I’rob
َ
nashob, maka kata kata ‫اللغة‬ tersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan,
diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maf’ul bih). 

Kata ِ‫المسجد‬ ber-I’rob jar sebab didahului huruf jar (yaitu ‫ )في‬dengan tanda kasroh. Karena ber-I’rob
jar, maka kata kata ِ‫المسجد‬ tersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam 2 keadaan,
diantaranya “didahului huruf jar”.

Keadaan-keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, manshub, atau majrur

Isim-isim yang marfu’


Suatu isim menjadi marfu’ dalam 7 keadaan:

1. Mubtada’ (‫)المبتدأ‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat.

Misal : ‫الكتابُ جدي ٌد‬ (Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru


Kata ‫الكتاب‬ (= buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.

2. Khobar Mubtada’ (‫)الخبر‬


Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’.
Pada kalimat ‫الكتابُ جدي ٌد‬ di atas, kata ٌ‫جديد‬ (= baru) merupakan khobar, karena
menyempurnakan makna mubtada’
3. Isim kaana ( ‫ )اسم كان‬dan saudara-saudaranya
Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya.

Misal : ‫كان الكتابُ جدي ًدا‬ (Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

Kata ‫الكتاب‬ (=
ُ buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah
dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.

4. Khobar Inna ( ّ‫ )خبر إن‬dan saudara-saudaranya


Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya.

Misal : ‫الكتاب جدي ٌد‬


َ َّ‫إن‬ (inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.

Kata ٌ‫جديد‬ (= baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar
inna”

5. Fa’il (‫)الفاعل‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan
menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati
perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek. 

ً
Misal : ‫رسالة‬ ُ‫قـَرأ الطالب‬ (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.

Kata ‫الطالب‬ (=
ُ siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu
membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa), jadi
siswa itu sebagai subjek.

6. Naibul Fa’il (‫)نائب الفاعل‬


Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan
menempati kedudukan fa’il setelah dihapusnya fa’il tersebut. 

Misal : ‫أت الرسال ُة‬


ْ ‫قـ ُ ِر‬ (Quri’at ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.
ُ
Kata ‫الرسالة‬ (= surat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja pasif (yaitu
dibaca)
Isim-isim yang manshub
Suatu Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan:

1. Khobar Kaana (‫)خبر كان‬


Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya. 

Misal : ‫كان الكتابُ جدي ًدا‬ ( Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

Kata ‫جديدًا‬ (= baru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi
“khobar kaana”.

2. Isim Inna (‫)اسم إن‬


Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.

Misal : ‫الكتاب جدي ٌد‬


َ َّ‫إن‬ (inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.

Kata ‫الكتاب‬ (=
َ buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya mubtada’,
setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim inna”

3. Maf’ul Bih (‫)المفعول به‬


Yaitu isim manshub yang menunjukkan pada orang atau sesuatu yang dikenai suatu
perbuatan. Dengan kata lain, maf’ul bih = objek. 

ً
Misal : ‫رسالة‬ ُ‫قـَرأ الطالب‬ (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
ً
Kata ‫رسالة‬ (= surat) merupakan maf’ul bih, karena yang dibaca adalah surat, jadi surat itu
sebagai objek (maf’ul bih).

4. Maf’ul Muthlaq ( ‫)المفعول المطلق‬


Yaitu isim manshub yang merupakan isim mashdar yang disebutkan untuk menekankan
perbuatan, atau menjelaskan jenis atau bilangannya. 

Misal : ً ‫الدرس حـِفظا‬


َ ُ
‫حفظت‬ (hafizhtu ad darsa hifzhon) = Saya benar-benar menghafal
pelajaran. 

Kata ً ‫حـِفظا‬ (penghafalan) merupakan maf’ul muthlaq, karena merupakan isim masdar yang
berfungsi untuk menekankan perbuatan, bermakna “benar-benar menghafal”
5. Maf’ul Li ajlih ( ‫)المفعول ألجله‬
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fi’il untuk menjelaskan sebab terjadinya
perbuatan (merupakan jawaban dari “mengapa” perbuatan itu terjadi)

Misal : ‫ض َر عليُّ إكراما ً لِمحم ٍد‬


َ ‫ َح‬ (hadhoro ‘Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali hadir karena
memuliakan Muhammad.

Kata ً ‫إكراما‬ (penghormatan) merupakan maf’ul liajlih, karena menjelaskan sebab Ali hadir,
yaitu karena memuliakan ( ً ‫ )إكراما‬Muhammad.

6. Maf’ul Ma’ah ( ‫)المفعول معه‬


Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah wawu yang maknanya bersama untuk
menunjukkan kebersamaan.

ُ
Misal : ‫استيقظت و تغري َد الطيور‬ (istaiqozhtu wa tagriida at-Thuyuuri) = Saya bangun
bersamaan dengan kicauan burung-burung.

Kata  َ‫تغريد‬ (=kicauan) merupakan maf’ul ma’ah, karena didahului oleh huruf wawu ma’iyah,
yang bermakna kebersamaan.

7. Maf’ul Fih ( ‫)المفعول فيه‬


Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zaman (waktu) atau tempat
terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “kapan” atau “dimana” perbuatan
tersebut terjadi).

ْ
Misal : ‫سافرت الطائرةُ ليال‬ (saafarot at-thooirotu lailan) = Pesawat itu mengudara di malam
hari.

Kata ‫ليال‬ (= malam hari) merupakan maf’ul fih, karena menjelaskan zaman (waktu).

8. Haal (‫)الحال‬
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan maf’ul bih
ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “bagaimana” terjadinya
perbuatan tersebut)

Misal : ‫جاء الولد باكيا‬ (jaa-a al waladu baakiyan) = Anak itu datang dalam keadaan
menangis.

Kata ‫باكيا‬ (=menangis) merupakan haal, karena menjelaskan keadaan subjek.

9. Mustatsna (‫)المستثنى‬
Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna untuk
menyelisihi hokum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna = pengecualian.
Misal : ً‫ض َر الطالبُ إال زيدا‬
َ ‫ َح‬ (hadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir kecuali
Zaid

Kata ً‫زيدا‬ (= Zaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh ‫=( إال‬kecuali) yang
merupakan alat istitsna.

10. Munada’ ( ‫)المنادى‬


Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida’ (kata panggil).

Misal : ‫يا رجال‬ (yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki!

Kata ‫رجال‬ (= seorang lelaki) merupakan munada’, karena didahului oleh ‫ =( يا‬wahai) yang
merupakan salah satu alat nida’.

11. Tamyiiz (‫)التمييز‬


Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kalimat
sebelumnya yang rancu.

ُ
Misal : ‫اشتريت عشرين كتابا‬ (Istaroitu ‘Isyriina kitaaban) = Saya membeli dua puluh buku.

Kata ‫كتابا‬ (= buku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan ”dua puluh”,
jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya membeli dua puluh”.

Isim-isim yang majrur


Suatu isim menjadi majrur dalam 2 keadaan:

1. Di dahului oleh huruf jar (‫)سبقه حرف جر‬

Misal : ‫المنزل‬
ِ ُ
‫خرجت من‬ (khorojtu minal manzili) = Saya keluar dari rumah.

Kata ‫المنزل‬ (=
ِ rumah) merupakan isim majrur, karena didahului oleh ‫( مِن‬min = dari) yang
merupakan huruf jar.

2. Mudhof Ilaih (‫)مضاف إليه‬


Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.

ُ
Misal : ‫اشتريت خا َ ِت َم حدي ٍد‬ (Isytaroitu khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.
Kata ٍ‫حديد‬ (= besi) merupakan mudhof ilaih, karena disandarkan kepada ‫خاَتِ َم‬ (= cincin) yang
maknanya cincin yang terbuat dari besi.

Tambahan

Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim menjadi
marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata sebelumnya marfu’ maka
isim tersebut menjadi marfu’, jika manshub maka manshub, dan jika majrur maka majrur. Keadaan
tersebut dinamakan Taabi’ (‫)تابع‬. 

Misal :
‫جاء رج ٌل كري ٌم‬ (jaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia

ً ‫رأئت رجالً كريما‬


ُ  (ra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia

‫كريم‬
ٍ ‫برجل‬
ِ ‫مر ُر‬ (marortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki yang mulia.

Perhatikan setiap kata ‫كريم‬ (kariim) pada tiga kalimat di atas, i'robnya sesuai dengan kata
sebelumnya. 
Pada kalimat pertama i'robnya rofa' karena sebelumnya (yaitu ‫ ) رج ٌل‬ber-i'rob rofa'. 
Pada kalimat kedua, i'robnya nashob' karena sebelumnya (yaitu ً‫ )رجال‬ber-i'rob nashob. 
Demikian juga pada kalimat ketiga, i'robnya jar karena sebelumnya (yaitu ‫رجل‬ ِ ) ber-i'rob jar. 

Taabi’ (‫ )تابع‬ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at ( ‫)النعت‬, athof (‫)العطف‬, taukid (‫)التوكيد‬, dan
badal (‫)البدل‬. 
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis na'at.

Semua keadaan-keadaan di atas akan dijelaskan secara detail pada kesempatan mendatang,
insyaAllah. 
(selesai)
Marfu’ adalah salah satu kedudukan di antara empat kedudukan Nahwu, yaitu:
(marfu’/rafa’) (manshub/nashab) (majrur/khafadh) (majzum/jazm). Tanda marfu’ untuk isim
adalah: dhammah (ُ) dan Wau (... َ‫ـون‬.../
ْ ‫)ـو‬
ْ . Isim yang memiliki kedudukan marfu terdiri dari
tujuh macam, yaitu fa’il, maf’ul yang dibuang fa’ilnya, mubtada’, khabar, isim kana dan
saudaranya, khabar inna, serta isim yang mengikuti marfu’ (na’t, ‘ataf, taukid, dan badal).
Fa’il adalah isim yang berkedudukan marfu’ karena menjadi subjek (pelaku). Fail
biasanya terletak setelah fi’il (kata kerja). Jadi, fa’il hanya ada pada kalimat yang berupa jumlah
fi’liyah, yaitu kalimat yang dimulai dengan kata kerja

Fail dibagi menjadi dua:


      1.      Fail isim zahir (‫)فاعل اسم ظاهر‬, yaitu subjek yang berupa sesuatu atau nama.
      2.      Fail isim dhamir (‫)فاعل اسم ضامر‬ , yaitu subjek yang berupa kata ganti.

Maf’ul (objek) yang tidak disebutkan fa’ilnya (subjek/pelakunya) memiliki kedudukan


marfu’ karena dia menduduki tempat fa’il. Dalam bahasa indonesia, kalimat seperti ini disebut
kalimat pasif. Maf’ul yang menduduki tempat fail disebut NAIBUL FA’IL.

A.    Isim yang mengalami I’rab Rafa’ dinamakan Isim Marfu’ yang terdiri dari:
1.      Mubtada’ (Subjek) dan Khabar (Predikat) pada Jumlah Ismiyyah (Kalimat Nominal). Perhatikan
contoh-contoh Jumlah Ismiyyah di bawah ini:
‫ =اَ ْلبَ ْيتُ َكبِ ْي ٌر‬rumah itu besar
‫ =اَ ْلبَ ْيتُ َكبِ ْي ٌر َج ِم ْي ٌل‬rumah itu besar (lagi) indah
‫ =اَ ْلبَ ْيتُ ا ْل َكبِ ْي ُر َج ِم ْي ٌل‬rumah besar itu indah
‫ =اَ ْلبَ ْيتُ ا ْل َكبِ ْي ُر َج ِم ْي ٌل َغا ٌل‬rumah besar itu indah (lagi) mahal
Dalam contoh di atas terlihat bahwa semua Isim yang terdapat dalam Jumlah Ismiyah
ialah Marfu’ (mengalami I’rab Rafa’), tandanya adalah Dhammah.

2.      Fa’il (Subjek Pelaku) atau Naib al-Fa’il (Pengganti Subjek Pelaku) pada Jumlah Fi’liyyah


(Kalimat Verbal). Contoh:
‫ = َجا َء ُم َح َّم ٌد‬Muhammad dating
‫ب ُع َم ُر‬ ُ ِ‫ =يَ ْغل‬Umar menang
‫ب ا ْل َكافِ ُر‬ ُ َ‫ =يُ ْغل‬orang kafir itu dikalahkan
ُ‫ش ْيطَان‬ َّ ‫ =لُ ِعنَ ال‬syaitan itu dilaknat
‫ ُم َح َّم ٌد‬   (=Muhammad) –> Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah
‫ ُع َم ُر‬      (=Umar) –> Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah
‫ا ْل َكافِ ُر‬   (=orang kafir) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.
ُ‫ش ْيطَان‬ َّ ‫ال‬ (=syaitan) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.

B.     Suatu isim menjadi marfu’ dalam 6 keadaan:


1.      Mubtada’ (‫)المبتدأ‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat. Mubtada’ adalah isim yang memiliki kedudukan
marfu’ karena tidak terpengaruh oleh amil apapun. Hal itu terjadi karena mubtada’ berada di
awal kalimat.
Misal : ‫الكتابُ جدي ٌد‬ (Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru
Kata ‫الكتاب‬ (= buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.

2.      Khobar Mubtada’ (‫)الخبر‬
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’. Khabar adalah penjelas dari mubtada’. Karena
disandarkan pada mubtada’, maka khabar juga sama seperti mubtada’, kedudukannya marfu’.
Khabar yang marfu’ adalah khabar mufrad.
Pada kalimat ‫الكتابُ جدي ٌد‬ , kata ٌ‫جديد‬ (= baru) merupakan khobar, karena menyempurnakan makna
mubtada’

3.      Isim kaana ( ‫)اسم كان‬ dan saudara-saudaranya


Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya. Pola kalimat dengan
diawali kana adalah salah satu pola kalimat khusus dalam Bahasa Arab yang menyebabkan
ketentuan-ketentuan khusus pula. Kalimat setelah kana memiliki isim dan khabar. Isim pada
kalimat inilah yang berkedudukan marfu. Misal:‫(كان الكتابُ جديدًا‬Kaana al kitaabu jadiidan) =
(Adalah/dahulu) Buku itu baru.

Kata ‫الكتاب‬ (=
ُ buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah
dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.
Kana dan saudara-saudaranya:
1.     ‫كان‬                  (menjadi/yang terjadi)
2.     ‫ليس‬                 (bukan/tidak)
3.     ‫صار‬            (menjadi)
4.     ‫بات‬                 (semalam)
5.     ‫اصبح‬              (di waktu pagi)
6.     ‫اضحى‬             (di waktu dhuha)
7.      ‫امسى‬              (di waktu sore)
8.     ‫ظلّى‬                 (senantiasa/masuk waktu siang
9.     ‫زال‬‫ما‬           (senantiasa/masih)
10. ‫ما برح‬               (senantiasa/masih)
11. ‫ما فتئ‬             (senantiasa)
12. ‫ما انفك‬               (senantiasa)
13. ‫دام‬ ‫ما‬                  (selama/selamanya)
4.      Khobar Inna (‫إن‬ ّ ‫ )خبر‬dan saudara-saudaranya
Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya. Pola kalimat
dengan diawali inna adalah salah satu pola kalimat khusus dalam Bahasa Arab yang
menyebabkan ketentuan-ketentuan khusus pula.
Kalimat setelah inna memiliki isim dan khabar. Khabar pada kalimat inilah yang berkedudukan
marfu.
Misal : ‫الكتاب جدي ٌد‬
َ َّ  (inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
‫إن‬
Kata ٌ‫جديد‬ (= baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar
inna”

Inna dan saudara-saudaranya:


ّ ‫إ ّن‬                 (sesungguhnya)
1.     ‫أن‬/
ّ
2.     ‫ولكن‬/ ّ          (tetapi)
‫لكن‬ 
ّ                    (seakan-akan)
3.     ‫كأن‬ 
4.     ‫ليت‬                    (tidaklah)
ّ ‫لع‬                (bisa jadi, mungkin saja, semoga saja)
5.     ‫ل‬

5.      Fa’il (‫)الفاعل‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan
menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati perbuatan
tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.
Misal : ً‫قـَرأ الطالبُ رسالة‬ (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata ‫الطالب‬ (=
ُ siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu membaca),
dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa), jadi siswa itu sebagai
subjek.

6.      Naibul Fa’il (‫)نائب الفاعل‬


Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan
menempati kedudukan fa’il setelah dihapusnya fa’il tersebut.
Misal : ُ‫أت الرسالة‬
ْ ‫قـ ُ ِر‬ (Quri’at ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.
Kata ُ‫الرسالة‬ (= surat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja pasif (yaitu
dibaca).

C.    Isim-isim yang mengikuti sebuah kata yang marfu’, maka menjadi marfu’ pula. Ada empat
macam tabi’: Na’t, ‘ataf, taukid dan badal.

         Na’t adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menjadi sifat.
‫َجا َء َز ْي ٌد اَ ْل َك ِر ْي ُم‬
‫اَ ْل ُم ْسلِ ُموْ نَ ْال ُمتَّقُوْ نَ يُ ِط ْيعُوْ نَ هللا‬
         Ataf adalah isim yang mengikuti sebuah kata dengan diselingi oleh huruf ‘ataf.
‫َجا َء َز ْي ٌد ثُ َّم َك ِر ْي ٌم‬
َ ‫الطالَّبُ إِلَى ْال ُم َخا‬
‫ض َر ِة‬ ُّ ‫َب ْال ُمدَرِّ سُوْ نَ َو‬ َ ‫َذه‬
         Taukid adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menguatkan kata tersebut.
ُ‫َجا َء َز ْي ٌد نَ ْف ُسه‬
َ ‫يَتَطَهَ ُر ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ أَ ْنفُ ُسهُ ْم فِى َر َم‬
َ‫ضان‬
         Badal adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan isim itu memberi status tambahan.
َ‫َجا َء َز ْي ٌد أَ ُخوْ ك‬
َ‫اش ِدى اللُّ َغةَ ْال َع َربِيَّة‬
ِ ‫يَ ْش َر ُح ْال ُم َدرِّسُ َر‬
isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan dzat yang menyertai perbuatan
pelakunya.
Untuk membuat maf’ul ma’ah, kita harus menyelipkan wawu ma’iyyah antara maf’ul ma’ah
dengan pelaku utamanya, dan wawu ma’iyyah tersebut diterjemahkan dengan kata
“beserta”.
Contoh :

َ ‫ َجا َء االَ ِم ْي ُر َو ْال َجي‬ = Pemimpin beserta bala tentaranya telah datang.
‫ْش‬
Yang menjadi contoh maf’ul ma’ahnya adalah lafadz ‫ْش‬ َ ‫ َو ْال َجي‬ sebab ia adalah isim yang
menyertai kedatangannya pemimpin.
‫ َواسْ َت َوى ْال َما ُء َو ْال َخ َش َب َة‬ = Air itu telah merata beserta kayu.
َ ‫ َو ْال َخ‬ dimana ia menyertai
Yang menjadi contoh maf’ul ma’ahnya adalah lafadz ‫شــ َب َة‬
kemerataan air.

Read more: https://adinawas.com/pengertian-maful-maah-dalam-kaidah-
nahwu.html#ixzz61N1Pyizm

‫الص ُّْو َرةُ َج ِم ْيلُ ٌة‬ ‫المبتداء إسم مرفوع في أوّ ل الجملة‬

‫ال ُّن َظا َف ُة َوا ِج َب ٌة‬ ً


‫جملة مفيد ًة‬ ‫الخبر إسم مرفوغ يكوّ ن مع المبتدأ‬

)‫ اسم كان مرفوع بالضمة‬: ‫كان زي ٌد قائما ً (زي ٌد‬ ‫اسم كان كل مبتدأ تدخل عليه كان و أخواتها‬

‫ مادام‬,‫ مابرح‬,‫ ملفتيئ‬,‫ ماانفك‬,‫ مازال‬,‫ ليس‬,‫ صار‬,‫ بات‬,‫ ظل‬,‫ اصبح‬,‫ اضحى‬,‫ امسى‬,‫اخوات كان هي كان‬

)‫ خبر اِنّ مرفوع بالضمة‬: ‫إنّ زيداً قائ ٌم (قائ ٌم‬ ‫كل خبر لمبتدأ تدخل عليه انّ و اخواتها‬ ّ‫خبر ان‬

َ‫ ليت‬,َّ‫ لعل‬, ّ‫ لكِن‬, ّ‫ كأَن‬, ّ‫ اَن‬, ّ‫اخوات ان هي اِن‬

َ ‫اسم مرفوع تقدمه فعل و د ّل على الّذي فعل الفعل َج َرى ْال ِح‬
ُ‫صان‬ ‫الفاعل‬

28:‫ضعِيفا ً <النساء‬
َ ُ‫ليحل مكان الفاعل َو ُخ ِلقَ إلنسان‬,‫اسم مرفوع تقدم عليه فعل مبني للمجهول‬ ‫> نائب الفاعل‬
‫َن َز َل ال َم َط ُر م َِن ال َّس َما َـء‬ ‫يجر إلسم اذا سبقه بحرف الجر وهي من‪ ,‬الى‪ ,‬عن‪ ,‬على‪ ,‬في‪ ,‬الباء‪,‬الالم‬

‫يجر اإلسم باإلضافة‬

‫إلضافة هي نسبة بين إسمين‪ ,‬و بينهما عالقة على تقدير حرف جريوجب جر إلسم الثاني لَ َبسْ ُ‬
‫ت َخا َت َم َ‬
‫فض ٍة‬

‫حروف جر التي تقدير بين المضاف و المضاف اليه هي مِن‪ ,‬الالم‪ ,‬في‬
‫البيت َنظِ يْفأ ً‬
‫ُ‬ ‫خبر كان كل خبر لمبتدأ تدخل عليه كان و اخواتها َك َ‬
‫ان‬

‫صبُو ٌر‬
‫الج َم َل َ‬
‫كل مبتدأ تدخل عليه انّ و اخواتها انَّ َ‬ ‫اسم اِن‬

‫رآن وعلّم ُه‬


‫َخي ُر ُكم من تعلّ َم القُ َ‬ ‫المفعول به من وقع عليه فعل الفعل‬

‫> المفعول المطلق مصدر منصوب من لفظ الفعل‪ ,‬ليؤكد الفعل او ليبين نوعه او ليبين عدده َو َكلَّ ّم هللا م ُْو َ‬
‫سى َت ْكلِيْما ً <النساء‪164:‬‬

‫رق يجعلون اصابعهم‬ ‫ب م َِن ال َّس َما ِء فِي ِه ُ‬


‫ظلُ َم ٌ‬
‫ات َو َرعْ ٌد َو َب ٌ‬ ‫المفعول آلجله مصدر منصوب يبين سبب وقوع الفعل او حدوثه اَ ْو َك َ‬
‫ص ِّي ِ‬
‫>في آذانهم من الصواعق حذر الموت وهللا محيط بالكافرين <البقرة ‪19 :‬‬

‫>>المفعول فيه ال ظرف اسم يدل على زمان¸او يدل على مكان‪ ,‬و يتضمن معنى <<في‬

‫المريض صباحا ً‬
‫َ‬ ‫ُزرْ ُ‬
‫ت‬ ‫ظرف ومان‬

‫يمين ال َط ِر ِ‬
‫يق‬ ‫َ‬ ‫ف ال َسائ ُِق‬
‫َو َق َ‬ ‫ظرف مكان‬

‫المفعول معه اسم منصوب وقع بعد <واو> وهذه الواو تدل على اقتران االسم الذى بعدها باسم آخر قبلها فى زمن من حصول‬
‫>>الحديث‪ ,‬مع مشاركة الثانى لألول في الحديث‪ ,‬وهذه الواو بمغني<<مغ‬

‫> َفاَجْ ِمع ُْوا أَمْ َر ُك ْم َو ُ‬


‫ش َر َكآ َء ُك ْم <يونس ‪71 :‬‬

‫اسم نكرة منصوبة‪ ,‬تبيت هيئة و حالة ما قبله من فاعل‪ ,‬او مفعول‪ ,‬او هما معا‪ ,‬او غير هما عند حدوث الفعل و حصوله‬ ‫الحال‬

‫ب َقا َل َربِّ ّنجِّ يني م َِن ال َق ْو ُم ِّ‬


‫الظالِ ِمي َْن <القصص ‪21:‬‬ ‫> َف َخ َر َج ِم ْن َها َخائِفا ً َي َت َر َّق َ‬

‫المستثني عدم توافق ما بعد اداة االستثناء مع ما قبلها في حكم و المعني‪ ,‬او هو اخراج بعد <االّ> او احدى اخواتها من ادوات االستثناء‬
‫نجا السابحون اال زيداً‬ ‫من حكم ماقبله‬

‫يا نائما ً استيقِظ‬ ‫اسم يقع بعد اداة من ادوات النداء وهي يا‪ ,‬الهمزة‪ ,‬ايا‪,‬هيا‪,‬و اي‬ ‫المنادي‬

‫عِ ْندِي قِ ْن َطا ٌر َقمْحً ا‬ ‫اسم نكرة منصوب‪ ,‬جاء ليزيل اإلبهام و الغموض الذي قبله‪ ,‬و يبين المراد منه‬ ‫التمييز‬

Anda mungkin juga menyukai