Misal
Pada kalimat ( تـ ةةعـلـ ـةم ةأحَةمدد اللغةة العربيةة في المسجددta’allama Ahmadu al-lughutal ‘arobiyyata
fil masjidi ) = Ahmad belajar bahasa arab di masjid.
Kata مأحَممددber-I’rob rofa’ sebab sebagai subjek (fa’il) dengan tanda dhommah (diakhir
katanya). Karena ber-I’rob rofa’, maka kata kata مأحَممددtersebut dikatakan marfu’. Isim
menjadi marfu’ dalam 6 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fa’il).
Kata اللغةمber-I’rob nashob sebab sebagai objek (maf’ul bih) dengan tanda fathah. Karena
ber-I’rob nashob, maka kata kata اللغةمtersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub
dalam 11 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maf’ul bih).
Kata المسجددber-I’rob jar sebab didahului huruf jar (yaitu )فيdengan tanda kasroh. Karena
ber-I’rob jar, maka kata kata المسجددtersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam
2 keadaan, diantaranya “didahului huruf jar”.
5. Fa’il ()الفاعل
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif)
dan menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang
mensifati perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.
Misal : ب رسالةد ( قةـرأ الطال دQoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah
membaca surat.
Kata ب =( الطال دsiswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif
(yaitu membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca
adalah siswa), jadi siswa itu sebagai subjek.
8. Haal ()الحال
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan
maf’ul bih ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari
“bagaimana” terjadinya perbuatan tersebut)
Misal : ( جاء الولد باكياjaa-a al waladu baakiyan) = Anak itu datang dalam keadaan
menangis.
Kata =( باكياmenangis) merupakan haal, karena menjelaskan keadaan subjek.
9. Mustatsna ()المستثنى
Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna
untuk menyelisihi hokum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna =
pengecualian.
Misal : ب إل زيداد
ضةر الطل د
( ةحَ ةhadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir
kecuali Zaid
Kata =( زيدادZaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh =( إلkecuali) yang
merupakan alat istitsna.
Tambahan
Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim
menjadi marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata
sebelumnya marfu’ maka isim tersebut menjadi marfu’, jika manshub maka manshub, dan
jika majrur maka majrur. Keadaan tersebut dinamakan Taabi’ ()تابع.
Misal :
( جاء رجدل كريدمjaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia
ت رجلد كريما د
( رأئ دra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia
( مردر برجدل كريدمmarortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki
yang mulia.
Perhatikan setiap kata ( كريمkariim) pada tiga kalimat di atas, i'robnya sesuai dengan kata
sebelumnya.
Pada kalimat pertama i'robnya rofa' karena sebelumnya (yaitu ) رجدلber-i'rob rofa'.
Pada kalimat kedua, i'robnya nashob' karena sebelumnya (yaitu )رجلدber-i'rob nashob.
Demikian juga pada kalimat ketiga, i'robnya jar karena sebelumnya (yaitu ) رجدلber-i'rob
jar.
Taabi’ ( )تابعini dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at ()النعت, athof ()العطف, taukid (
)التوكيد, dan badal ()البدل.
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis na'at.
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan I’rob rofa’, nashob, dan jar, serta sebutkan tanda-
tandanya bagi setiap jenis isim (lihat pelajaran sebelumnya)
2. Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’?
3. Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi manshub?
4. Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi majrur?
5. Sebutkan contoh kalimat yang berbeda untuk masing-masing keadaan di atas
(semampunya)
Pengertian Nahwu ()النحو
Nahwu adalah ilmu yang mempelajari kaidah untuk mengenal fungsi-fungsi kata
yang masuk pada kalimat, mengenal hukum akhir kata, dan untuk mengenal cara
mengi’rob. (Mulakhos Qowaidul Lughoh).
I'rob di dalam ilmu nahwu ada 4, rofa', nashob, jar, dan jazm. InsyaAllah akan
dijelaskan pada pembahasan berikutnya.
Contoh kalimat:
= رأىmelihat
Ahmad = أحَمدد
.Ibrahim = إبراهيم
Di dalam ilmu nahwu, akan dipelajari bahwa setelah kata kerja (dalam kalimat tersebut
kata kerjanya )رأى, maka:
Sehingga kalimat tersebut diartikan, "Ahmad melihat Ibrahim", bukan "Ibrahim melihat
Ahmad", karena Ahmad sebagai subjek (yang berharokat akhir dhommah) dan Ibrahim
sebagai objek (yang berharokat akhir fathah).
Cara meng'irobnya:
adalah kata benda berfungsi objek yang nashob dan tanda nashobnya dengan أبراهيةم
fathah
Pembahasan tentang I'rob rofa', nashob, jar, dan jazm akan dipelajari lebih detail pada
pembahasan-pembahasan berikutnya.
Kata ()الكلمة
Kata (dalam ilmu nahwu diistilahkan al-kalimah) terdiri dari 3 jenis.
( أةةسددasadun) = singa,
( ةزتهةرةدzahrotun) = bunga,
( قةةمدرqomarun) = bulan,
( ةيودمyaumun) = hari,
( ادتستدتقلدلistiqlaalun) = kemerdekaan.
.
Kita dapat mengenal isim pada kalimat dengan ciri-ciri berikut:
o س شرقة ت
Diawali dengan alim lam, seperti ت الشم د, maka kata س
الشم دadalah
isim sebab diawali alim lam.
( دمتنmin) = dari,
( إلىila) = ke,
( دفيfi) = di,
ب
( دbi) = dengan,
( ةوwa) = dan,
( أتوaw) = atau,
Pertanyaan:
1. Apa pengertian ilmu nahwu?
2. Sebutkan contoh-contoh isim, fi'il, dan huruf! (selain contoh-contoh di atas)
Pelajaran Nahwu 2 ()الجملة المفِيدة
Setelah mempelajari kata (isim, fi'il, dan huruf), kita masuki pembahasan baru, yaitu
kalimat sempurna. Dalam bahasa arab diistilahkan dengan جتملةةد الدمفدتيةدةد
( ال دjumlah mufidah).
Peringatan!
Lafadz س( ادتجلد تIjlis) = duduklah, sekalipun hanya terdiri dari satu kata, tetapi dikategorikan
kalimat sempurna, sebab asal kalimatnya adalah ت س أةتن ة
( ادتجلد تIjlis anta) = duduklah kamu,
hanya saja kata "ت ( "أن ةanta) nya tidak disebutkan.
Untuk selanjutnya kita ganti istilah "kalimat sempurna" dengan istilah jumlah mufidah.
1. Jumlah Ismiyyah.
Yaitu jumlah yang diawali dengan isim. Seperti:
Ahmad adalah seorang siswa. Jumlah = (Ahmadu thoolibun) ب أةحَمدد طالد د o
sehingga dinamakan jumlah ( أحَمدkalimat) tersebut diawali dengan
ismiyyah
o
!Perhatian
perubahan
Maksudnya adalah perubahan dari dhommah ke fathah, dari fathah ke kasroh, dari
dhommah ke sukun, dst.
akhir kata
I'rob hanya membahas akhir kata saja, tidak di depan dan tidak di tengah kata.
karena perbedaan 'amil yang masuk ke dalam kalimat.
Perbedaan 'amil akan mengakibatkan perbedaan kedudukan suatu kata di dalam
kalimat. Jadi perubahan akhir kata disebabkan oleh kedudukannya (sebagai
subjek, objek, dst) yang berbeda-beda di dalam kalimat.
secara lafadz
Tanda akhir katanya jelas, terlihat, dan terbaca, seperti dhommah, fathah, kasroh.
atau muqoddaroh.
Tanda akhir katanya tidak terlihat dan tidak terbaca, dan ini dialami oleh kata-kata
yang berakhiran huruf 'illah (huruf berpenyakit). Huruf-huruf 'illah ada 3 : alif (/ ى
)ا, ya ()ي, dan wawu ()و.
Contoh I'rob
Kalimat ( ةجـاةء زيةـتددjaa-a Zaidun) = Zaid telah datang.
Kalimat ت ةزتيداد
( ةرأتي دro-aitu Zaidan) = Saya melihat Zaid.
Kata "Zaid" ( )زيةتـدpada ketiga kalimat di atas mengalami perubahan di akhir katanya
secara lafadz (jelas terlihat dhommah, fathah, dan kasrohnya). Jika kata "Zaid" ()زيةتـد
diganti dengan "Musa" (سى )دمتو ة, maka perubahannya tidak secara lafadz, tetapi secara
muqoddaroh, karena kata سى دمتو ةmengandung huruf 'illah di akhirnya , yaitu alif ()ى.
Maka kalimatnya akan menjadi:
Musa telah dating = (jaa-a Muusaa) سى ةجـاةء دمتو ة
Macam-macam I'rob
Tadi sudah sekilas disinggung tentang macam-macam i'rob. I'rob terdiri dari 4 macam:
1. Rofa' ()ةرتفدع
4. Jazm ()ةجتزدم
Catatan pertama:
o isim (kata benda) hanya memiliki 3 jenis i'rob, yaitu rofa', nashob, dan
jarr.
o fi'il madhi (kata kerja masa lampau), i'robnya tidak ada, karena fi'il madhi
tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.
o huruf, i'robnya juga tidak ada, huruf dihukumi mabni seperti fi'il madhi,
yaitu tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.
Catatan kedua:
Ada beberapa isim yang tidak bisa mengalami perubahan di akhir katanya, seperti
( هذاhadza) = ini, ( الذيalladzi) = yang, ( ةمةتىmataa) = kapan, dll.
Isim-isim ini dinamakan isim mabni, sementara isim-isim yang dapat mengalami
perubahan di akhir katanya (yang memiliki i'rob) dinamakan isim mu'rob.
Catatan ketiga:
Tidak semua tanda rofa' itu dhommah, tanda nashob itu fathah, tanda jarr itu
kasroh, tanda jazm itu sukun.
Tanda-tanda tersebut hanya berlaku untuk isim mufrod (seperti "Zaid" dan
"Musa" pada contoh di atas) dan jama' taksir (yang bukan ghoiru
munshorif).
Adapun isim-isim lainnya, seperti isim mutsanna, isim jama' muannats salim, isim
jama' mudzakkar salim, isim asmaa-ul khomsah, isim ghoiri munshorif, isim
maqshur, dan isim manqush memiliki tanda-tanda rofa', nashob, dan jarr yang
agak berbeda. InsyaAllah akan dibahas pada Pelajaran Nahwu 4 (tanda-tanda
i'rob untuk semua isim tersebut).
Catatan keempat:
Tidak semua yang rofa' itu subjek, Tidak semua yang nashob itu objek, dan Tidak
semua yang jarr itu yang diawali oleh huruf jarr.
o isim yang ber-i'rob rofa', selain fa'il (subjek), juga naibul fa'il, mubtada',
khobar, isim kaana, dan khobar inna..
o isim yang ber-i'rob nashob, selain maf'ulun bihi (objek), juga khobar
kaana, isim inna, maf'ul muthlaq, istitsna, haal, tamyiz, dll
o isim yang ber-i'rob jarr, selain majrur (yang didahului oleh huruf jarr),
juga mudhof ilaihi.
o fi'il (mudhori') yang ber-i'rob nashob adalah yang didahului oleh alat-alat
penashob, seperti ( أةتنan), ( حَتىhatta), dll.
o fi'il yang ber-i'rob jazm adalah yang didahului oleh alat-alat penjazm,
seperti ( ةلـتمlam), dll.
o fi'il yang ber-i'rof rofa' adalah yang tidak didahului oleh alat penashob
ataupun alat penjazm.
Pertanyaan:
(untuk dijawab sendiri)
1. Apa pengertian i'rob? Jelaskan!
2. Apa maksud secara lafadz dan secara muqoddaroh?
3. Sebutkan macam-macam i'rob dan masing-masing tanda aslinya! Apakah tanda-
tanda itu berlaku untuk semua jenis isim dan fi'il?
4. I'rob apa yang tidak ada pada isim dan i'rob apa yang tidak ada pada fi'il mudhori'
5. Apakah fi'il madhi dan huruf memiliki i'rob?
6. Apa yang dimaksud dengan isim mu'rob dan isim mabni?
7. Apakah i'rob rofa' hanya untuk subjek saja dan i'rob nashob hanya untuk objek
saja?
Isim mabni adalah isim yang harokat / huruf terakhirnya TIDAK dapat berubah
walaupun kedudukannya berubah di dalam kalimat.
Misalnya : kalimat ( هةدذدهhaadzihi = ini), di dalam kalimat tidak akan pernah mengalami
perubahan harokat/ huruf di akhir katanya, jadi selalu ( هةدذدهhaadzihi)
Macam-macam isim mabni terdiri dari dhomir, isim isyaroh, isim maushul, isim syarat,
isim istifham, dll. Pembahasan mengenai isim mabni ini akan diuraikan pada Pelajaran
Shorof 4 yang akan datang, insyaAllah.
Sementara Isim mu'rob adalah isim yang harokat / huruf terakhirnya dapat berubah
dengan berubahnya kedudukannya di dalam kalimat.
Misalnya: kalimat جل
( الةر دar-rajul = seorang laki-laki) di dalam kalimat bisa berakhiran
dhommah (ar-rajulu), atau berakhiran fathah (ar-rajula), atau berakhiran kasroh (ar-
rajuli).
Perubahan akhir kata ini bergantung pada kedudukannya (sebagai subjek, objek,
mubtada', khobar, dll) di dalam kalimat, atau sesuai dengan i'robnya
Macam-macam isim mu'rob terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jama' mudzakkar salim,
jama' muannats salim, jama' taksir, isim maqshur, isim manqush, isim ghoiru munshorif,
dan asma-ul khomsah.
Keterangan :
Jadi, tidak semua tanda rofa' itu dhommah, tanda nashob itu fathah, dan tanda jar itu
kasroh. Tanda-tanda asli itu hanya berlaku pada isim mufrod dan jama' taksir saja (coba
lihat pada tabel di atas). Ada sebagian isim yang mirip dengan tanda asli tersebut seperti
isim jama' muannats salim dan isim ghoiru munshorif. Hafalkanlah tabel di atas
dengan cara Anda
Catatan:
Tidak semua yang rofa' itu subjek, Tidak semua yang nashob itu objek, dan Tidak semua
yang jarr itu yang diawali oleh huruf jarr.
Nanti akan dibahas pada pelajaran berikutnya, kedudukan-kedudukan apa saja yang
menyebabkan isim (kata benda) ber-i'rob rofa', nashob, dan jarr. Sebagai bayangan,
isim yang ber-i'rob rofa', selain subjek (fa'il), juga naibul fa'il, mubtada', khobar,
isim kaana, dan khobar inna..
isim yang ber-i'rob nashob, selain objek (maf'ulun bihi), juga khobar kaana, isim
inna, maf'ul muthlaq, istitsna, haal, tamyiz, dll
isim yang ber-i'rob jarr, selain yang didahului oleh huruf jarr (majrur), juga
mudhof ilaihi.
Semuanya itu akan dibahas secara mendetail pada pelajaran berikutnya. InsyaAllahu
ta'ala
(selesai)
2. Ganti isim mutsanna pada contoh di atas dengan isim asmaul khomsah, serta
terapkan pada kalimat sesuai dengan contoh di atas!
7. I'rob apa yang tidak disebutkan pada tabel tersebut? Dan kenapa tidak disebutkan?
Pelajaran Shorof 1 (Pembagian Isim)
23 Juni 2009 pukul 5:28
Sebelum memasuki Pelajaran Nahwu 3 tentang I'rob ()العراب, kami akan menjelaskan
terlebih dahulu pembagian (macam-macam) isim. Pembagian isim ini dibahas di ilmu
shorof.
Ilmu nahwu mempelajari kata setelah kata tersebut masuk ke dalam kalimat, adapun
shorof mempelajari kata sebelum kata tersebut masuk ke dalam kalimat.
Ilmu Nahwu mempelajari hukum akhir kata, adapun ilmu shorof mempelajari
pembentukan dan perubahan kata, dan umumnya di awal dan tengah kata.
Catatan:
1. )ةجـتمـدع الـدمـةذـكـر ال ة
Jama' Mudzakkar Salim (سـادلـدم
Misal:
Para muslim (سدلـدمـتيـةن
دمـ ت- ( )دمـتسدلـدمـتوةنmuslimuuna atau
muslimiina)
4.
5.
3. )ةجـتمـدع الةتـتكدسـتيـ د
Jama' Taksir (ر
Misal :
سـ د
Asmaaul khomsah (ة المخـيمـ م سممـادء
)ال ي/ Isim-isim
yang lima.
Yaitu lima macam isim yang bentuk dan perubahannya sama, yaitu:
.Yang memiliki harta <-- دذي مةـادل- ةذا ةمـادل- دذو مةـال .5
)الممـيق د
Isim Maqshur (صور
Yaitu isim yang berakhiran alim laazimah ()ى, yang sebelumnya berharokat
fathah.
Misal:
Yaitu isim yang berakhiran ya' laazimah ()ي, yang sebelumya berharokat kasroh.
Misal:
Pertanyaan:
Diantara keistimewaan bahasa arab adalah kaya akan kata-kata, misalkan pada dhomir
(kata ganti). Berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya memiliki 7 kata ganti (dia,
kamu, kalian, mereka, kami, kita, dan saya)), di dalam bahasa Arab kata gantinya ada 12.
Antara kata ganti untuk dua orang dengan lebih dari dua orang dibedakan di dalam
bahasa Arab, tidak terdapat pada bahasa Indonesia bahkan pada bahasa Inggris (read :
Bahasa Internasional).
Di antara keistimewaan bahasa arab juga adalah singkat dan padat, misalnya, jika kita
ingin mengungkapkan "dia sedang menulis", maka cukup dengan menggunakan kalimat
yaktubu dan ini sekaligus menunjukkan bahwa yang sedang menulis itu adalah seorang
laki-laki, adapun jika yang menulisnya itu seorang perempuan, maka kita gunakan
kalimat taktubu saja. Singkat dan padat. Dan banyak lagi keunggulan bahasa arab di atas
bahasa lain.
Pada pelajaran kali ini, kita akan membahas tentang tentang dhomir, fi'il madhi, fi'il
mudhori'.
Berikut penjelasannya:
Kemudian di sebelahnya ada kolom "arti" yang merupakan arti dari masing-
masing dhomir.
dst...
Kolom berikutnya (nomor 2 dari kanan) adalah fi'il madhi dari masing-masing
dhomir.
Karena arti kata fa'ala = melakukan, maka:
dst...
dst...
Hafalkan tabel 1 di atas secara berurutan (dari atas ke bawah) berserta artinya,
tentunya dengan cara Anda sendiri
Catatan 1:
Fi'il madhi memiliki banyak pola (wazan), diantaranya adalah fi'il tsulasi mujarrod (fi'il
yang tersusun dari tiga huruf).
Fi'il madhi tsulasi mujarrod ini memiliki 6 macam pola, yaitu:
Fa'ala - yaf'alu (seperti pada contoh di atas)
Fa'ala - yaf'ulu
Fa'ala - yaf'ilu
Fa'ila - yaf'alu
Fa'ila - yaf'ilu
Fa'ula - yaf'ulu
Perhatikan bahwa fi'il madhi yang berpola fa'ala memiliki tiga kemungkinan fi'il
mudhori' (yaitu yaf'alu, yaf'ulu, dan yaf'ilu). Fi'il madhi yang berpola fa'ila memiliki
dua kemungkinan fi'il mudhori' (yaitu yaf'alu dan yaf'ilu).
Sementara fi'il madhi yang berpola fa'ula hanya memiliki satu kemungkinan fi'il
mudhori' (yaitu yaf'ulu).
Sementara kata "fataha" ةفـتةةحfi'il mudhori'nya yaftahu. Kenapa tidak yaftuhu? Padahal
sama-sama berpola fa'ala seperti kata "kataba". Jawabanya: karena di kamus seperti
itu.
Catatan 2
Selain fi'il tsulasi mujarrod, ada lagi fi'il tsulasi maziid, yaitu pola fa''ala, faa'ala, af'ala,
ifta'ala, infa'la, tafaa'ala, tafa''ala, if'alla, istaf'ala, if'au'ala, if'awwala, dan if'aalla.
Ada juga fi'il ruba'i mujarrod, yaitu fa'lala, dan terakhir fi'il ruba'i mazid, yaitu tafa'lala,
if'anlala, dan if'allala.
Masing-masing memiliki pola fi'il mudhori' tersendiri. Pada pelajaran shorof 2 ini, kita
batasi pembahasan fi'il hanya fi'il tsulatsi mujarrod saja.
Catatan 3 (penting!)
Tabel di atas itu adalah contoh dari fi'il tsulatsi mujarrod yang berpola fa'ala - yaf'alu.
Jika pola fi'ilnya fa'ila - yaf'alu, maka tinggal mengganti harokat tengahnya, misalnya
ية ت- ( ةسدمةعsami'a - yasma'u) = mendengar,
kata سةمدع
cara mentasrif fi'il madhinya:
Tabel 2 di bawah ini merupakan contoh-contoh fi'il madhi dengan mudhori'nya yang
berpola fa’ula – yaf’ulu, fa’ila – yaf’alu, fa’ala – yaf’ulu, fa’ala – yaf’alu
Tabel 2:
Kosakata
Coba Anda tasrif salah satu kata di dalam tabel tersebut (baik fi'il madhi atau
mudhori'nya). Selamat mencoba.
(selesai)
Pelajaran Shorof 3 : Fi'il Amr ()ففععلْل اللعمفر
Pengertian:
( ادتقـةرتأiqro’) = bacalah!
Misalnya:
( ةكتة ةkataba) = "menulis", maka kita
Kita ingin membentuk fi’il amr dari kata ب
harus mengetahui bahwa bentuk fi’il mudhori’nya yaitu ب ( يةـكـتد دyaktubu)
تـكـتبmenjadi اكتب
3. Kemudian beri harokat ! (harokat alif sesuai dengan 'ain fi'il (huruf ditengah kata),
dan huruf akhir disukunkan)
( ادتكـتد تuktub)
اكتبmenjadi ب
( ادتكـتد تuktub) , yang
( يةتكـتد دyaktubu) menjadi ب
Sehingga, secara keseluruhan ب
artinya : "tulislah olehmu".
Catatan 1:
Aturan ini hanya berlaku untuk fi’il-fi’il madhi yang terdiri dari tiga huruf.
Catatan 2
Pengecualian untuk fi’il mudhori’ yang ‘ain fi’il (huruf tengahnya) fathah, maka harokat
alifnya tidak sesuai (tidak fathah juga), akan tetapi dikasroh.
Misalnya: kata ( فتح – يفتحfataha – yaftahu), fi’il mudhori’nya yaftahu (tengah-
tengahnya fathah). Maka fi’il amr nya adalah iftah (bukan aftah).
Catatan 3:
Catatan 4:
Fi’il Amr pada contoh-contoh di atas hanya untuk orang kedua tunggal yang laki-laki
(untuk dhomir anta).
Jadi, ب( ادتكـتد تuktub) arti sempurnanya adalah "tulislah olehmu (kamu 1 lk)"
Adapun untuk dhomir antuma (2 lk atau 2 pr), antum (> 2 lk), anti (1 pr), antunna
(>2 pr), maka sedikit berbeda, perhatikan tabel berikut:
Latihan
- Fi’il Madhi
Dhamir mustatir yang terkandung dalam fi’il madhi hanya dua, yaitu هدةوdan دهةي.
Contoh :
ةذهة ة
(Dia telah) pergi = ب
ةذهةبة ت
(Dia perempuan telah) pergi = ت
- Fi’il Mudhari
Dhamir mustatir yang terkandung dalam fi’il mudhari adalah: ( أةةناsaya), ت( أةتن ةengkau laki-
laki), ( نةتحدنkami/kita), ( هدةوdia laki-laki), dan ( دهةيdia perempuan).
Contoh :
(Saya sedang) duduk = س أةتجلد د
(Engkau sedang) duduk = س تةتجلد د
(Kami/kita sedang) duduk = س نةتجلد د
(Dia laki-laki sedang) duduk = س يةتجلد د
(Dia perempuan sedang) duduk = س تةتجلد د
- Fi’il Amr
( أةتن ةengkau
Dhamir mustatir yang terkandung dalam fi’il amr hanya ada satu saja, yaitu: ت
laki-laki).
Contoh :
Pergilah! = ب! ادتذهة ت
Duduklah! = س ! ادتجلد ت
! ادتكتد ت
Tulislah! = ب
LATIHAN
Bacalah kalimat-kalimat di bawah ini dengan teliti dan perhatikan perbedaan antara
dhamir munfashil dan muttashil serta jabatannya masing-masing :
Dhamir Nashab Muttashil dan Dhamir Jarr Muttashil itu adalah sebagai berikut :
Contoh :
هةةذا بةتيدتي ةو ةذا ة
Ini rumahku dan itu rumahnya = ك بةتيتدهد
Ini hadiah dariku untukmu = ك ة ر د
هةدذده هةدديـة دمني ل ة
Saya mengirim surat kepadanya = ت الررةسالةةة ادلةتيده اةترةستل د
Keterangan macam dhamir nashab muttashil dan dhamir jarr muttashil akan dijelaskan
pada materi pelajaran selanjutnya...in sya Allah.
Dhamir Nashab Muttashil, artinya adalah kata ganti nama yang terletak di tempat nashab
(maf’ul bih). Dan biasanya berhubungan dengan fi’il (kata kerja).
Contoh :
Anjing itu dipukul oleh Zaid = ضةربةهد ةزتيدد اةتلةكتل د
ب ة
Saya menyukainya = أةةنا اددحَيبهد
Berilah ia uang! = اةتعدطده ندقدتوددا
Kata-kata ضةربةهد ُ ة، اددحَيبدهdan اةتعدطدهdalam contoh di atas terdiri dari fi’il (ب
ضةر ة ُ اددحَ ي، )اةتعدطdan
ُ ة،ب
dhamir (ُ ده،ُ ده، )دهyang menjadi maf’ul bih (objek penderita) yang disebut dhamir nashab
muttashil. Jadi apabila dhamir muttashil ini berhubungan dengan fi’il dan menjadi objek
penderita, maka dinamakan dhamir nashab muttashil.
DHAMIR MUTTASHIL
Contoh :
ةدةرتس د
Saya telah belajar = ت
Engkau telah belajar = ت ةدةرتس ة
Kamu semua adalah sebaik-baik umat = دكتنتدتم ةختيةر أدـمدة
Keterangan macam dhamir rafa’ muttashil akan dijelaskan pada materi pelajaran
selanjutnya...in sya Allah.
ISIM MABNI
)ةال ـ
A. Dhamir (ضدمتيدر
Yaitu isim mabni yang menunjukkan kepada pihak yang berbicara (mutakallim), yang
diajak berbicara (mukhathab), atau pihak yang dibicarakan (ghaib). Dalam bahasa
Indonesia disebut “kata ganti nama”.
ضدمتيدر اتلدمتنفة د
1. Dhamir Munfashil (صدل )ةال ـ
Dhamir munfashil adalah kata ganti nama yang terpisah dari kata yang lain atau berdiri
sendiri.
Dhamir munfashil ada dua macam :
(1) Dhamir Rafa’ Munfashil, artinya: kata ganti nama yang terletak di tempat rafa’
(mubtada, khabar, fa’il, atau na’ib fa’il).
Contoh :
Saya = أةةنا
Engkau (lk.) = ت أةتن ة
Kamu berdua (lk. pr.) = أةتنتدةما
Kamu banyak (pr.) = أةتنتدـن
Dia (pr.) = دهةي
Mereka banyak (lk.) = هدتم
Kami/kita = نةتحدن
Engkau (pr.) = ت أةتن د
Kamu banyak (lk.) = أتنتدتم
Dia (lk.) = هدةو
Mereka berdua (lk. pr.) = هدةما
Mereka banyak (pr.) = هدـن
(2) Dhamir nashab munfashil, artinya: kata ganti nama yang terletak di tempat nashab
(maf’ul bih).
Contoh :
Saya = يادـيا ة
Engkau (lk.) = ك ادـيا ة
Kamu berdua (lk. pr.) = ادـيادكةما
Kamu banyak (pr.) = ادـيادكـن
Dia (pr.) = ادـياةها
Mereka banyak (lk.) = ادـياهدتم
Kami/kita = ادـياةنا
Engkau (pr.) = ك ادـيا ة
Kamu banyak (lk.) = ادـيادكتم
Dia (lk.) = ادـياهد
Mereka berdua (lk. pr.) = ادـياهدةما
Mereka banyak (pr.) = ادـياهدـن
1. ISIM MABNI
Isim mabni ( )اة ت دلتسدم اتلةمتبدنيadalah setiap kata yang tidak mengalami perubahan bunyi pada
huruf akhirnya sekalipun jabatannya berubah-ubah.
Contoh :
Ini pena = هةةذا قةلةدم
Saya membeli ini = ت هةةذا ادتشتةةرتي د
Saya menulis dengan ini = ت بدهةةذا ةكتةتب د
ة
Kata ( هةذاini) dalam contoh di atas tidak berubah-ubah bunyi huruf akhirnya sekalipun
jabatannya berubah-ubah. Kata هةةذاdalam kalimat pertama seharusnya dibaca dhammah
(/u/) karena menjabat sebagai mubtada, dan dalam kalimat kedua seharusnya dibaca
fathah (/a/) karena menjabat sebagai maf’ul bih, dan pada kalimat ketiga seharusnya
dibaca kasrah (/i/) karena didahului oleh huruf jar (ب
) د.
Ada isim yang huruf akhirnya mabni atas sukun (artinya: tetap dibaca sukun selamanya).
Contoh: ي = الـدذ تyang.
Ada pula yang huruf akhirnya mabni atas fathah.
Contoh: ت = أةتن ةengkau.
Ada pula yang huruf akhirnya mabni atas dhammah.
Contoh: = دمتندذsemenjak.
Ada pula yang huruf akhirnya mabni atas kasrah.
Contoh : = هةدذدهini.
1. Orang yang durhaka itu tidak mengajak kepada kebaikan = ع ادةلى اتلةختيدر اةتلةفادس د
ق لةتم يةتد د
2. Orang yang sakit itu belum / tidak sanggup berlari = ي ض لةتم يةتستةدطتع أةتن يةتجدر ة اةتلةمدرتي د
ت
3. Kami berharap kesejahteraan dari Allah = نةتردجو الةعافديةةة دمةن اد
4. Orang yang mulia tidak rela dengan kejahatan = ضى دبالـشرر اةتلةكدرتيدم ةل يةتر ة
5. Janganlah berjalan di muka bumi dengan congkak = ض دمتةةكبردرا ش دفي اتلةتر د ةل تةتم د
6. Janganlah engkau mengadili kecuali dengan kebenaran = ق ض ادـل دباتلةح ر ةل تةتق د
7. Janganlah engkau takut kecuali kepada Allah = ل تةةخف ادل اة ـ ت ة
8. Saya ingin berjalan di tepi pantai = اددرتيدد اةتن اةتمدشةي ةعةلى الـشادطدئ
9. Bacalah yang banyak, maka ilmumu akan bertambah = ك ادتقةرتأ ةكثدتيدرا فةيةدزتيةد دعتلدم ة
10. Kami tidak akan rela kecuali dengan kemenangan = صدر ضى ادـل دبالنـ ت لةتن نةتر ة
Maf'ulun bih adalah isim manshub yang menjadi objek pekerjaan fa'il.
Contoh kalimat:
Saya membaca buku. Maka kata al-kitaba (buku) = (Qoro-tu al-kitaba ) ب قـرأ د
ت الـكـتـا د
.adalah objek
Allah = (Wa ahallallahul bai'a wa harromar ribaa ) و أحَل ا البيع و حَرم الربا
.menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS Al Baqoroh : 275)
Pada ayat di atas, kata "jual beli" dan "riba" adalah maf'ulun bih. Kata "jual beli"
adalah maf'ulun bih dari kata kerja "menghalalkan", dan "riba" adalah maf'ulun bih dari
kata kerja "mengharamkan".
1. Isim mu'rob seperti contoh di atas. Kata al-kitab, al-bai'a, ar-riba, dll adalah
contoh isim mu'rob.
2. Isim mabni (Dhomir muttasil, dhomir munfashil, isim isyaroh, isim
maushul). Contoh : ( رأيتكroaituka) = Saya melihat kamu. Dhomir "ka" (kamu)
adalah dhomir muttasil yang menempati kedudukan nashob sebagai maf'ulun bih).
Definisi Fa'il
Fa'il (subjek) adalah isim marfu' yang terletak setelah fi'il ma'lum (kata kerja aktif) dan
merupakan pelaku dari suatu pekerjaan.
Penerangan
Fai'l itu hampir sama dengan subjek (di dalam bahasa Indonesia), hanya saja fa'il harus
terletak setelah fi'il (kata kerja). Jadi kalau kita mau buat kalimat "Ahmad duduk", dalam
bahasa arab kata kerjanya diawal sebelum fa'il (subjek), س أحَمدد ( جل ةjalasa Ahmadu). Fa'il
terdapat pada jumlah fi'liyyah (kalimat yang diawali dengan fi'il), sementara pada jumlah
ismiyyah (kalimat yang diawali dengan isim), seperti ( أحَمدد جلسAhmadu jalasa), maka
kata أحَمددbukan dikatakan fa'il, tapi mubtada', karena kata أحَمددmerupakan isim yang
terletak di depan kalimat, sementara fa'il harus terletak setelah fi'il.
Dan" = (wa qodoo robbuka alla ta'buduu illa iyyahu ) و قضي ربك أل تعبدوا إل إياه
robbmu menetapkan bahwa janganlah kalian menyembah selain Dia" (QS Al
Isro' : 23)
Kaedah-kaedah Fa'il
1. Jika fa'ilnya muannats, maka fi'ilnya ditambah ta' ta'nits (kadang hukumnya wajib,
kadang boleh-boleh saja)
2. Jika fa'ilnya mufrod, atau mustanna, atau jama', maka fi'il selalu dalam keadaan
mufrod
Misal :
Sudah Paham?
“ Ilmu shorof adalah ibu atau induk segala ilmu, sedangkan ilmu nahwu itu
bapaknya”.
Adapun perbedaan ilmu shorof dan ilmu nahwu adalah jika ilmu shorof membahas
suatu kata sebelum masuk di dalam susunan kalimat, sedangkan ilmu nahwu membahas
suatu kata ketika sudah masuk didalam susunan kalimat. Ilmu nahwu juga merupakan
ilmu yang pertama kali harus dikaji sebelum mengkaji disiplin ilmu-ilmu yang lain. Dalam
nadhom I’mrithi dikatakan:
إدذ اتلةكلةدم ددتونةهد لةتن يدتفهةةما# ةوالنـتحدو أةتوةلى أةـولد أةتن يدتعلةةما
“Ilmu yang pertama kali harus dikaji adalah ilmu nahwu, karena tanpanya
suatu pembicaraan tidak akan dapat dipahami”
Untuk itu, sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, penulis
merasa terpanggil untuk berpartisipasi menyusun sebuah buku pembelajaran
nahwu & shorof ini, sebagai sebuah pengabdian dan upaya membantu para siswa
dalam memahami ilmu nahwu dan shorof, serta mempermudah proses belajar
bagi para siswa khususnya.
Tujuan pembelajaran buku ini adalah agar peserta didik dapat mengenal dan
memahami dasar-dasar ilmu nahwu & shorof serta mengetahui cara meng-I’rab
suatu teks kalimat berbahasa arab dengan baik dan benar. Oleh karena itu, Untuk
mencapai tujuan tersebut, didalam buku ini terdapat tujuh belas pembahasan, yang
mana pada setiap pembahasannya terdapat materi pembahasan dilanjutkan dengan
latihan-latihan soal serta diberikan contoh cara meng-I’rab dan latihan meng-I’rab
teks kalimat dalam bahasa arab, dilengkapi juga 60 ta’rifaat (berbagai definisi).
Sehingga harapan penulis setelah mempelajari dan memahami buku ini peserta
didik akan terbiasa menulis, berbicara dan menyusun teks-teks berbahasa arab,
serta peserta didik dapat mengenal lebih jauh kaidah-kaidah ilmu nahwu &
shorof.
Akhirnya, penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis, sehingga penulisan buku ini bisa
terselesaikan walau dengan berbagai kekurangan dan kesalahan-kesalahan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada abi wa ummi yang dengan kasih
sayang, kesabaran, ketabahan, dukungan dan dorongan-nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan buku ini. Penulis berharap buku ini dapat memberi
kontribusi dalam pengembangan ilmu-ilmu agama Islam dan mendapat ridha dari
Allah SWT. Amieeen……….
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, yang telah terjadi sebelum masa
berbicara. Seperti :
أقأرأأ
“Telah membaca”.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah.
Seperti :
أقأرأأ ت
ت
أقأراأأت
Kata kerja menunjukkan kejadian sesuatu pada saat berbicara atau setelahnya,
pantas digunakan untuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung.
ض أتتموُ ت
ت يِ أأأر ضس إبأ أ نأنأف س
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati…
Seperti:
َف تيأرى
سأوُ أ أوُأأنن أ
سأعأيته أ
أوُأأأن أت ت
صوُتموُا أخأيسر لأتكأم إإأن تكأنتتأم أتأعلأتموُأن
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-
masingnya dari limpahan karunia-Nya.
لأأم أيأقأرأأ
Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang
empat yaitu أ – ن – ي – تdisingkat menjadi أنيت.
أضرب
يــضرب
يــضرباَن
يــضربوُن
يــضربن
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male
atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh
تــضرب
َتــضربا
تــضربوُن
تــضربين
تــضربن
Kata kerja untuk memerintah atau mengharap sesuatu yang dihasilkan setelah
masa berbicara. contoh:
اأقرأأ
IQRO’ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan
perintah. contoh
اأقأرأأنن
Pengertian Kalimah-kalimah kategori ISIM FI’IL adalah Lafadz yang menunjukkan arti
pekerjaan/Fi’il ( )الفعلakan tetapi tidak dapat menerima tanda-tanda Fi’il (kata kerja).
1. Isim Fi’il Madhi menunjukkan arti seperti Fi’il Madhi (Kata kerja bentuk
lampau). Contoh:
ت
( مهيممها مHaihaatah)menunjukkan arti “Telah jauh”.
ت لدةما دتوةعددوةن
ت هةتيةها ة
هةتيةها ة
jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu
شتتامن
( مSyattaanah) menunjukkan arti “Telah terpisah/bercerai-berai”
2. Isim Fi’il Mudhari’ menunjukkan arti seperti Fi’il Mudhari’ (Kata kerja bentuk
sedang atau akan). Contoh:
ي
( مو يWaeh)menunjukkan arti “Saya heran/saya takjub/saya kagum”.
3. Isim Fi’il Amar menunjukkan arti seperti Fi’il Amar (Kata perintah). Contoh:
صيه
( مShoh!) menunjukkan arti “Diamlah!” ْ( آدميينAamien) menunjukkan arti
“Kabulkanlah!”
1. Isim Fi’il Murtajal adalah Kalimah yang mana pembawaan awal pemakaiannya
sebagai Isim Fi’il. Sebagaimana pada contoh-contoh diatas.
2. Isim Fi’l Manqul adalah Kalimah yang dipakai juga pada selain Isim Fiil,
kemudian ditukil menjadi Isim Fi’il.
Penggunaan Isim Fiil tetap dalam satu bentuk keadaan, baik untuk tunggal, dual, jamak,
atau baik untuk male, female. Kecuali jika penggunaannya menggunakan huruf Kaf ()ك
maka dapat berubah tergantung keadaan pada kata ganti/Dhamir. semisal , ةعلةتيدكــتم,ةعلةتيدكـن
ةعلةتي ة, ةعلةتيدك,ةعلةتيدكةما
ك
Status Isim Fi’il adalah Sima’i ( )سماعيkalimah bangsa pendengaran, artinya bawaan dari
orang Arab. Kecuali ada Isim Fi’il berpola/berwazan فةةعاةلsemisal قةةتاةل, نةةزاةلmaka yang
seperti ini, diqiyaskan kepada tashrif Fi’il Tsulatsi yang Mutashorrif tanpa Naqish.
Semua Isim Ashwat diserupakan hukumnya kepada Isim Fi’il, artinya tetap menggunakan
satu bentuk lafal dalam penunjukan suatu makna, beramal tapi tidak dapat diamali, baik
untuk tunggal, dual, jamak, male dan female.
1. Lafazh-lafazh yg ditujukan kepada Hewan yg tidak berakal atau tidak dapat berbicara
(seperti anak kecil). contoh:
“ هةتيددHaid!” atau “ ةهادHaad!” dipakai untuk membentak Unta yang lambat jalannya agar
kencang.
2. Untuk menceritakan Bunyi/suara dari hewan atau benda mati dll. contoh:
Selanjutnya pada subpage “Pembahasan kata kerja” kali ini, adalah tentang Mujarrad dan
Mazid. Sebagian pembahasan ini, telah saya posting pada subpage belajar I’lal.
Kata kerja/kalimah fi’il terbagi menjadi Mujarrad dan Mazid. Fi’il Mujarrad adalah Fi’il
yang semua huruf-hurufnya asli. Fi’il Mazid adalah fi’il yang ditambahi satu haruf atau
lebih pada huruf-hurufnya yg asli.
Fi’il Tsulatsi yang Mazid (kalimah bangsa 3 huruf asli berikut tambahan 1/ 2/ 3 Huruf):
Fi’il Ruba’i yang Mazid (kalimah bangsa 4 huruf asli berikut tambahan 1 / 2 huruf):
Dengan demikian kalimah fi’il dalam bahasa arab, secara pertimbangan jumlah hurufnya
terdapat empat bentuk; 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf dan 6 huruf. dan kalau dipertimbangkan
dari jumlah wazannya terdapat 22 bentuk wazan.
1. Tidak musti semua kalimah fi’il mujarrad bisa diberlakukan untuk fi’il mazidnya,
contoh: س ُلةيـــ ة، “bukan” “ ةخلselain” dan semisalnya dari semua fi’il Jamid.
Begitupun sebaliknya tidak musti tiap kalimah fi’il bentuk mazid bisa berlaku
untuk bentuk mujarradnya, contoh: اتجلةـوةذ, “tergesa-gesa” “ اتعةرتنةدىmengeras” dan
semisalnya dari fi’il-fi’il yang berwazan اتفةعـوةلatau اتفةعتنةلى. Begitupun juga tidak
musti bentuk fi’il mazid yang satu, bisa dipakai bentuk fi’il Mazid yang lain, akan
tetapi semua pemakaian bentuk kalimah terlaksana secara sima’i atau bawaan
bangsa Arab. Kecuali sebagai pelainan, yaitu untuk Fi’il-fi’il Tsulatsi Lazim yang
akan kita Muta’addikan dengan cara memasang Hamzah pada awal kalimah,
misalnya: “ ةخةرةجkeluar” dimuta’addikan menjadi “ أةتخةرةجmengeluarkan”.
2. Bilamana pada fi’il madhi itu berpola wazan ‘( فةةعلain fi’ilnya berharkah fathah),
maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan antara يةتفةعدلatau يةتف
دعدلatau يةتفدعدل. (‘ain fi’ilnya berharkah fathah/dhammah/kasrah). Dan bilamana fi’il
madhi itu berwazan ‘( فةدعلain fi’ilnya berharkah kasrah), maka dapat dipastikan
bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan يةتفةعدلatau jarang berwazan ‘( يةتفدعــدلain
fi’ilnya berharkah fathah/kasrah) saja. Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فةدعل
(‘ain fi’ilnya berharkah dhammah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il
mudhari’nya berwazan ‘( يةتفدعدلain fi’ilnya berharkah dhammah) saja.
3. Wazan-wazan fi’il bangsa tiga huruf yang paling banyak ditemukan dalam
penggunaanya menurut urutannya adalah sebagai berikut: pertama yang paling
banyak ditemukan adalah kalimah fi’il berpola wazan فةةعــةل – يةتفدعــدل, berikutnya
wazan فةةعــةل – يةتفدعــدل, kemudian wazan فةةعــةل – يةتفةعــدل, kemudian wazan فةدعــةل – يةتفةعــدل,
kemudian wazan فةدعةل – يةتفدعدل, hingga yang paling jarang yaitu berpola wazan – فةدعةل
يةتفدعدل.
4. Untuk mengamati wazan kalimah bagsa tiga huruf, perlu diperhatikan adalah
bentuk wazan fi’il madhi-nya berikut fi’il mudhari’nya secara bersamaan,
dikarenakan berbeda-bedanya bentuk fi’il mudhari’ untuk satu pola wazan fi’il
madhi. Dan ada juga yang cukup memperhatikan bentuk Fi’il Madhinya saja,
yaitu untuk tiap-tiap kalimah yang berwazan fi’il madhi dengan satu bentuk fi’il
mudhari tanpa berbeda-beda, seperti wazan فةدعةلdengan satu bentuk fi’il mudhari’
يةتفدعدل.
5. Ketentuan kalimah fi’il tsulatsi dalam mengikuti suatu wazan tertentu dari 6
wazan tsulatsi mujarrad di atas, bergantung pada ketentuan secara sima’i dari
orang arab. Maka tidak bisa dikokohkan melalui pengetahuan secara kaidah-
kaidah. Kecuali ada sedikit kemungkinan yang paling mendekati dengan melihat
kaidah-kaidah berikut ini:Untuk Fi’il Madhi yang ‘ain fi’ilnya berharkah fathah,
apabila huruf awalnya (fa’ fi’ilnya) terdiri dari huruf hamzah atau wau, maka
lazimnya banyak berpola wazan فةةعةل – يةتفدعـدلcontoh: – أةسـر – يأدسـر | أةتـى – يـأدتي | وةعـد
يدعدdan tidak lazim seperti contoh: أةخد – يأدخدذ | أةكل – يأدكــل | أةمــر – يــأدمر.Apabila fi’il
madhinya termasuk kalimah bina’ Mudha’af yang Muta’addi, maka yang
banyak berpola wazan فةةعةل – يةتفدعدلseperti contoh: صــيد صـــد – ي د
مـد – يدمــيد | ةdan apabila
terdiri dari Bina’ Mudha’af Lazim maka yang banyak berpola wazan فةةعةل – يةتفدعدل
seperti contoh:ف | شـد – يدشند نخ ـ.
ف – يدخ ن
Apabila fi’il madhinya termasuk kalimah bina’ Ajwaf ya’iy atau bina’ Naqish
ya’iy, maka yg banyak ikut wazan فةةعةل – يةتفدعدلseperti: بــاع – يــبيع | رةمـى – يردمــيdan
bilamana termasuk bina’ ajwaf wawi atau Naqish wawi, maka yg banyak ikut
wazan فةةعةل – يةتفدعدلseperti: ةقام – يدقوم | دةعا – يددعو. dll.
6. Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan فةدعةل – يةتفدعدلsemuanya adalah fi’il lazim. kata
kerja seperti wazan ini adalah menunjukkan tabi’at/sifat/watak. seperti contoh:
ضل – حَدسن – قدبح
“ ظدرف – ف دcerdas” – “utama” – “bagus” – “jelek”. dll.
7. Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan فةدعةل – يةتفةعـدلapabila ia Lazim, maka sering
menunjukkan tentang kebahagiaan atau kesusahan. contoh: ب “ طةدر ةbingung” فةدرةح
“gembira” “ ةحَــدزةنsedih”. atau sering menunjukkan tentang Berisi atau Kosong
seperti “ شبدةعkenyang” “ عدطشhaus”. atau banyak menunjukkan tentang cacat atau
sempurna. contoh ش “ ةعدم ةtrahum/mata kabur/min” “ غيدةدbengkok/miring” dll.
8. semua fi’il yang berwazan فةةعةل – يةتفةعدلdapat dipastikan ‘Ain fi’il atau lam fi’il-nya
terdiri dari huruf Halaq ()ح – خ – ع – غ – هـ – أ. contoh: فةتح – نةشأdll.
11. Untuk mengetahui bentuk Bina’ pada tiap-tiap kalimah Bahasa Arab, terlebih
dahulu kita harus mengenal bentuk Fi’il Madhinya. Asal bentuk Fi’il Madhi ada
dua macam:
14. Apabila pada Fi’il Madhinya tersebut berjumlah empat huruf asal, maka
dinamakan Fi’il Ruba’i Mujarrad, dimana wazannya ada satu, sebagaimana tabel
berikut:
WAZAN MAUZUN
Sebagaimana kita pelajari sebelumnya, bahwa bentuk dasar Kalimah Fi’il itu ada dua,
Fi’il Tsulatsi (Fi’il bangsa tiga huruf) dan Fi’il Ruba’i (Fi’il bangsa empat huruf).
Masing-masing dari Tsulatsi dan Ruba’i tersebut ada yang mujarrod: artinya tidak ada
huruf tambahan pada Fi’il Madhinya, sebagaimana contoh yang telah diposting pada
halaman-halaman sebelumnya. Kemudian ada yang Mazid: artinya pada Tsulatsi dan
Ruba’i tersebut ada tambahan huruf, sehingga dinamakan Fi’il Tsulatsi Mazid atau Fi’il
Ruba’i Mazid.
Ada yang ditambah satu huruf, seperti ( أةتفةعةلdengan ditambahi huruf Hamzah’ didepan Fa’
Fi’il). ( ةفاةعةلada tambahan Alif diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ( فةـعةلada tambahan ‘Ain,
menjadi double ‘Ain). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Ruba’i
Ada yang ditambah dua huruf, seperti ( تةةفاةعةلtambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Alif
diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ( اتنفةةعةلtambahan Alif dan Nun sebelum Fa’ Fi’il). تةفةـعةل
(tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Double ‘Ain). ( اتفتةةعةلtambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il
dan Ta’ diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ( اتفةعـــلtambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan
Double Lam). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi
Ada yang ditambah hingga tiga huruf, seperti: ( اتستةتفةعةلditambah Alif, Sin dan Ta’ sebelum
Fa’ Fi’il). ( اتفةعاـلditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Alif sebelum ‘Ain Fi’il dan Double
Lam). ( اتفةعتوةعةلditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Wau sebelum ‘Ain Fiil dan ‘Ain sebelum
Lam Fi’il). ( اتفةعتنةلـةلditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Lam
sesudah Lam Fi’il). ( اتفةعتنةلىditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan
Alif Layyinah sesudah Lam Fi’il). ( اتفةعـــوةلtambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il, Dua Wau
sebelum Lam Fi’il). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Sudasi
WAZAN MAUZUN
Ada yang ditambah satu huruf, seperti ( تةفةتعلةةلdengan ditambahi Ta’ didepan Fa’ Fi’il).
Disebut Fi’il Ruba’i Mazid Khumasi
Ada yang ditambah dua huruf, seperti ( اتفةعتنلةةلtambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Nun
diantara ‘Ain Fi’il dan Lam Fi’il pertama). ( افةعلةـلtambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan
Double Lam pada Lam Fi’il kedua). Disebut Fi’il Ruba’i Mazid Sudasi.
WAZAN MAUZUN
الفِديعدل ايلمجادمدد
Fi’il Jamid (statis)
Fi’il Jamid Adalah Kalimah Fi’il yang hanya mempunyai satu bentuk Shighah. Baik
hanya berbentuk Fi’il Madhi saja. atau hanya berbentuk Fi’il Amar saja. Atau ada hanya
berbentuk Fi’il Mudhari’ saja tapi jarang.
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Madhi saja:
FI’IL MADHI
TERJEMAH CONTOH
JAMID
س
بديئ م
Celaan,
Kecaman
س التردجدل أدبو لممه م
ب بديئ م
Seburuk-buruknya lelaki adalah Abu Lahab
نديعمم Pujian,
Sanjungan
نديعمم التردجدل أدبو بميكدر
Sebaik-baiknya lelaki adalah Abu Bakar
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Amar saja:
FI’IL
AMAR TERJEMAH CONTOH
JAMID
تممعلتيم Percayalah!
تممعلتيم أمعن العرمبا بملمدء
Percayalah! Sesungguhnya Riba itu membawa petaka
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Mudhari’ saja:
Fi’il Mutasharrif adalah kalimah fi’il yang dapat berubah bentuknya sesuai tashrif
ishtilahiy. Fi’il Mutasharrif terbagi dua:
Fi’il Tam Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tersedia dalam tiga bentuk Fi’il
Tiga Serangkai (Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar) seperti نصرdan دحَرج.
Fi’il Naqis Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tidak tersedia untuk semua
bentuk Fi’il Tiga Serangkai. Baik hanya berbentuk Mudhari’ dan Madhi saja, atau
Mudhari’ dan Amar saja, Seperti contoh pada table.
× يممكادد مكامد
× شدك يديو د شمكأميو م
!مديع ع
يممد د ×
!مذير يممذدر ×
Tata cara men-tashrif/pengubahan fi’il mudhri’ yang dibuat dari asal Fi’il Madhi adalah
pada awal kalimah fi’il madhi tsb ditambahi dengan Huruf Mudhara’ah ()ا – ن – ي – ت.
Huruf Mudhara’ah-nya diharkati dhammah apabila ditambahi pada Fi’il Madhi yang
berjumlah empat huruf. contoh table:
يديكدردمَ أميكمرمَ
يدفِمعردح فمترمح
يدمقاتددل مقاتممل
يدمديحَدردج مديحَمرمج
Huruf Mudhara’ah-nya diharkati Fathah apabila ditambahi pada Fi’il Madhi yang
selain berjumlah empat huruf. Lihat tabel berikut:
يدفِمعردح !فمعريح
يدمقاتددل !مقاتديل
يدمديحَدردج !مديحَدريج
يمتممكلتدم !تممكلتيم
يمتممبامعإدد !تممبامعإيد
يمتممديحَمردج !تممديحَمريج
Dan bilamana setelah pembuangan Huruf Mudhara’ah pada awal kalimahnya berupa
sukun, maka ditambahi Hamzah pada awal kalimah tsb. contoh table:
Hamzah Washal berupa Hamzah secara pengucapan dan berupa Alif secara tulisan. Diucapkan ketika
menjadi permulaan saja. dan gugur ketika berada pada tengah-tengah penuturan kalimat, sekiranya
didahului oleh satu huruf atau satu kalimah.
Hamzah Washal adalah Hamzah zaidah berfungsi sebagai perantara atau penyambung kepada pengucapan
huruf mati atau sukun yang berada setelahnya. Hamzah Washal terdapat pada kalimah fi’il,
kalimah isim maupun kalimah huruf.
1. Terdapat pada Fi’il Madhi dan Fi’il Amar dari fi’il 5 huruf atau 6 huruf (Khumasiy dan
Sudasiy)
LIHAT TABEL NO. 1:
1. Terdapat pada kalimah isim Masdar dari fi’il 5 huruf atau 6 huruf
LIHAT TABEL NO. 1:
2. Terdapat pada kalimah isim sepuluh atau sebutan al-Asmaul-‘Asyarah ()السماء العشرة.
LIHAT TABEL NO. 3:
1. Hanya terdapat pada satu Kalimah Huruf yaitu AL ( )الyang berfungsi mema’rifatkan
Isim Nakirah ataupun AL zaidah.
LIHAT TABEL NO. 4:
Hamzah Qatha’ berupa Hamzah yang selalu diucapkan dengan ber-harkah fathah, dhammah atau kasrah.
Tidak gugur pengucapannya baik di awal permulaan kalimat atau ditengah-tengah kalimat. Dan tidak gugur
sekalipun berada diantara dua kalimah yang tersambung. tertulis di atas Alif bilamana berharkah fathah
atau dhammah, dan dibawah Alif bilamana berharkah kasrah. Bentuknya seperti bentuk kepala Ain ( )ء.
Hamzah Qatha’ terdapat pada selain kategori kalimah-kalimah yang telah disebutkan diatas sebagai
Hamzah washal. baik pada kalimah Fi’il, Kalimah Isim dan Kalimah Huruf.
4. Terdapat pada Fi’il Madhi Tsulatsi Bina’ Mahmuz (bisa dilihat di page belajar i’lal
subpage bentuk bina’)
LIHAT TABEL NO. 6:
1. Semua kalimah Isim yang berawalah Hamzah , tentunya Hamzah Qatha’, selain
pada “Isim yg sepuluh” dan “Isim Masdar dari kalimah Fi’il Khumasi dan Sudasi”
LIHAT TABEL NO. 8:
1. Semua Kalimah Huruf yang berawalah Hamzah tentunya Hamzah Qatha’, kecuali
huruf “AL” Pema’rifah.
LIHAT TABEL NO. 7:
HAMZAH WASHAL TABLE NO. 1, Fi’il Madhi, Fi’il Amar dan Isim Masdar dari bangsa 5-6 huruf.
ايندك م
سامراد سيرادينمك د سمراينمك م
ايجتدممامعإا د اديجتمدميع ايجتممممع
ايحَدممرامراد اديحَممتر ايحَممتر
ISIM MASDAR SUDASI FI’IL AMAR SUDASI FI’IL MADHI SUDASI
IDZA SYARAT ISIM DHAMIR ISIM DHAMIR ISIM ZHAHIR ISIM ZHAHIR
إمذا أين م
ت أمنا أميحَممدد إبمرادهييدم
Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal
Meninggalkan komentar Go to comments
Kata kerja dalam Bahasa Arab / kalimah fi’il, ada yang shahih dan ada yang mu’tal.
Pengertian Fi’il Shahih adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari
huruf illah ()و – ا – ي. Pengertian Fi’il Mu’tal adalah kalimah fi’il yang salah satu atau
dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah ()و – ا – ي.
صدحييدح دوايلدميعتملل
ال ت
BAB SHAHIH DAN MU’TAL
1. Fi’il Shahih
Adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari huruf illah ()و – ا – ي.
1. Fi’il Bina’ Shahih/Salim (lihat Bina’ shahih di page Belajar I’lal – BINA’ SHAHIH)
2. Fi’il bina’ Mahmuz (tentang Bina’ Mahmuz di page Belajar I’lal – BINA’ MAHMUZ)
3. Fi’il bina’ Mudha’af (tentang Bina’ Mudha’af di page Belajar I’lal – BINA’
MUDHA’AF)
1. Fi’il Mu’tal
Adalah kalimah fi’il yang salah satu atau dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah (– و – ا
)ي.
1. Fi’il Bina’ Mitsal (tentang Bina’ Mitsal di page Belajar I’lal – BINA’ MITSAL)
2. Fi’il bina’ Ajwaf (tentang Bina’ Ajwaf di page Belajar I’lal – BINA’ AJWAF)
3. Fi’il bina’ Naqish (tentang Bina’ Naqish di page Belajar I’lal – BINA’ NAQIS)
4. Fi’il bina’ Lafif Mafruq (tentang Bina’ Lafif Mafruq di page Belajar I’lal – BINA’
LAFIF)
5. Fi’il bina’ Lafif Maqrun (tentang Bina’ Lafif Maqrun di page Belajar I’lal – BINA’
LAFIF)
◊◊◊
Untuk Bina’ shahih atau Fi’il Salim, ia tidak mengalami perubahan dalam mengikuti
standar wazannya (tashrif ishthilahi) pun ketika musnad/disandarkan kepada Isim Dhamir
atau Isim Zhahir –tunggal/dual/jamak (tashrif secara lughawi). Contoh untuk bina’
نم م:
shahih صمر
MUSNAD
FI’IL MUDHARI’ FI’IL MADHI
KEPADA
1. Bina’ Mahmuz, jika pada awal kalimahnya terdapat dua hamzah beriringan, maka
hamzah yang kedua diganti Huruf Mad yang sesuai dengan harkah hamzah yang pertama
(lihat » Kaidah I’lal ke 11).
→ Pelainan bagi lafazh أةةخةذ – أةةكةل – أةةمرyang harus membuang hamzah kedua-duanya pada
bentuk Fi’il Amarnya menjadi دختذ – دكتل – دمتر.
ةرأة تdibuang Hamzahnya ‘ain fi’ilnya pada bentuk fi’il mudhari’ dan fi’il
→ Juga lafazh ى
amarnya, menjadi ى – ةر يدةر ت.
ة
→ Juga lafazh ى أةةر تyg berwazan أةتفةعةلdibuang Hamzah ‘ain fi’ilnya pada semua bentuk
tashrifannya, menjadi ى – أةةر أةةر ت.
ى – يدةر ت
2. Bina’ Mudha’af, harus mengalami proses Idgham yaitu memasukkan salah satu dari
dua huruf yang sejenis pada salah satu yang lannya, contoh ةمـد – يةدميد. ( lihat » Kaidah I’lal
ke 10)
→ Jika huruf yang pertama berharkah dan yang kedua sukun, maka tidak boleh di-
idgham bilamana sukunnya karena bersambung dengan dhamir rafa’ mutaharrik, contoh:
ةمةدتد د
ت – يةتمددتدن
→ Jika dijazemkan pada Fi’il Mudhari’nya atau jika dibentuk Fi’il Amar. maka boleh
memilih dua pilihan; tetap di-idgham atau tanpa di-idgham. contoh: لم يةدمند – دمندatau – لم يةتمددد
ادتمددد. Bilamana di-idghamkan maka boleh harkah terakhir diharkati Fathah karena ringan,
atau diharkati Kasrah karena asal takhallush, atau diharkati Dhammah karena mengikuti
harkah ‘Ain Fi’il-nya. maka untuk lafazh مندboleh tiga pemilihan karakah. dan untuk
lafadz ض ع نboleh dua pemilihan harakah.
3. Bina’ Mitsal, dibuang Fa’ Fi’ilnya pada bentuk Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar-nya
bilamana ia Bina’ Mitsal Wawiy dan ‘Ain Fi’ilnya ber-harkah kasrah. contoh: – يعد – يزن
عد – زن. (lihat » Kaidah I’lal ke 7).
4. Bina’ Ajwaf, dibuang ‘Ain Fi’ilnya, jika huruf terakhir disukunkan karena jazm atau
dibentuk Fi’il Amar. contoh: لم يقم – لم يبع – لم يخف – قم – بع – خف. (lihat » Kaidah I’lal ke 9
)
→ Demikian juga dibuang Ain Fi’ilnya, bilamana bersambung dengan Dhomir Rofa’
Mutaharrik, contoh: قمت – بعنا – خفتم – يقمن – يبعن – خفن. dalam hal ini huruf pertamanya ada
yang diharkati Dhammah ataupun Kasrah, untuk menunjukkan pada bentuk huruf yang
dibuang wau atau ya’, seperti contoh قمتdan بعت. dan terkadang diharkati Kasrah untuk
menunjukkan pada Harkahnya huruf yang dibuang, seperti kita lihat pada contoh خفتم.
5. Bina’ Naqish, dibuang Lam Fi’ilnya bilamana bersambung dengan dhamir Wau Jama’
atau Ya’ muannats mukhatabah kemudian pada ‘ain fi’ilnya diharkati dengan harkah yang
sesuai dengan huruf dhamir tsb seperti contoh ضوا – تةتددعتين ةر دkecuali jika Lam Fi’ilnya
yang dibuang itu berupa Alif, maka ‘Ain fi’ilnya tetap lazim berharkah Fathah contoh:
سةعوا – تخةشين. (proses lanjutan dari Kaidah I’lal ke 5 dan juga Kaidah I’lal ke 1)
→ Juga dibuang Lam Fi’ilnya bilamana ia berupa Alif (atau setelah proses Kaidah I’lal
ke 1 ) dan bersambung dengan Ta’ ta’nits contoh: ت – ةرةمةتا ةرةم ت. Tapi bilamana ia
bersambung dengan selain dhamir Wau atau Ya’ (dari dhamir bariz muttashil), maka tidak
boleh dibuang akan tetapi dikembalikan pada huruf asalnya (sebelum proses Kaidah
ت – ةرةمتي د
I’lal ke 1) demikian ini untuk Fi’il tiga huruf contoh ت – ةغةزةوا – ةرةمةيا ةغةزتو د. dan
diganti Ya’ bilamana termasuk pada fi’il empat huruf, contoh: ت – ادتهتةةدةيا – يدتستةتدةعتيةن أةتغةزتي د.
6. Bina’ Lafif Mafruq, berlaku pengamalan seperti yang dialami Bina’ Mitsal dan Bina’
Naqish.
7. Bina’ Lafif Maqrun, berlaku pengamalan seperti yang dialami Bina’ Naqish saja.
Bina’ Shahih
Meninggalkan komentar Go to comments
Bina’ Shahih adalah setiap kalimah yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya bukan terdiri
dari Huruf Illat ( ) و – ا – ي, bukan Huruf Hamzah ( ) ء, juga ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya
bukan huruf kembar. Contoh:
ب – فمتممح
ضمر م نم م
صمر – م
Pengertian huruf-huruf tersebut diukur dan wazan fi’ilnya. Apabila kalimah tsb tergolong
Fi’il Tsulatsi, maka tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil dan Lam Fiil. Sedangkan golongan
Fi’il Ruba’i, tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil, Lam Fiil Pertama dan Lam Fiil Kedua.
Bina’ Mudha’af
Meninggalkan komentar Go to comments
Bina’ Mudha’af adalah Kalimah yang A’in fi’il dan Lam fi’ilnya terdiri dari huruf
kembar. Contoh:
Bina’ Mahmuz
Meninggalkan komentar Go to comments
Bina’ Mahmuz artinya: Kalimah yang asal huruf-hurufnya ada Huruf Hamzah. Apabila
posisi Huruf Hamzah menempati Fa’ Fi’il, maka dinamakan Bina’ Mahmuz Fa’.
Contoh:
أممممل
Apabila Huruf Hamzah berada pada ‘Ain Fi’il, dinamakan Bina’ Mahmuz ‘Ain.
Contoh :
سأ ممل
م
Apabila Huruf Hamzah menempat posisi Lam Fi’il, maka disebut Bina’ Mahmuz Lam.
Contoh :
قممرأم
Perlu diingat:
3. Bina’ Mitsal
4. Meninggalkan komentar Go to comments
5. Bentuk Kalimah Bina’ Mitsal adalah Kalimah yang fa’ fiilnya berupa Huruf ‘Illat.
Apabila Huruf ‘Illat-nya berupa huruf wau ( )وmaka dinamakan:
ضأع – أوُإجل أ
أوُأعأد – أوُ أ.7
8. Apabila fa’ fi’ilnya berupa huruf illat Ya’ ()ي, maka dinamakan:
س – أيأفأع
سأر – أيإب أ
أي أ.10
11. Bina’ Ajwaf
12. Meninggalkan komentar Go to comments
13. Pengertian Kalimah bentuk Bina’ Ajwaf adalah Kalimah yang ‘Ain Fiil nya
berupa huruf ‘illah. Bilamana pada Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah Wau ( )وmaka
dinamakan:
17. Bilamana Huruf Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah ya’ ()ي, maka disebut:
23. Macam-macam Kalimah Bina’ Naqis adalah: Apabila Lam Fi’il nya berupa huruf
illah. Jika huruf illat nya wau, dinamakan Bina’ Naqish Wawi contoh :
أغأزا – أ.24
َسترأوُ – أرأجا
25. Asal bentuknya: غزو – رجو
26. Dan bilamana Huruf Illat nya dari Huruf Ya’, disebut Bina’ Nakis Ya’i contohnya:
سأرىَ – أرأمىَ – أر إ
ِّضأي أ.27
28. Asal bentuk nya سري – رمي
31. Apa itu Kalimah Bina’ Lafif? Bina Lafif adalah setiap Kalimah yang kedua huruf
nya terdiri dari huruf ‘illah. Dua huruf illat tersebut, bilamana menempati pada
Fa’ fiil dan Lam fi’il, dinamakan Bina’ Lafif Mafruq contoh nya :
34. Apabila kedua huruf illah itu menempati pada ‘Ain fiil dan Lam fiil, disebut Bina’
Lafif Maqrun contoh nya :
شأوُىَ – أقإوُ أ
يِ – أرإوُ أ
ِي أ.35
Kaidah I’lal Ke 1 » Wawu/Ya’ diganti Alif
Meninggalkan komentar Go to comments
Praktek I’lal :
صــاةن ةikut pada wazan فةةعــةل. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan
ةasalnya صــةوةن
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi صاةن ة.
ةبا ةasalnya بةيةةعikut pada wazan فةةعةل. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya
ع
ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ع ةبا ة.
ةغــةزاasalnya ةغــةزةوikut pada wazan فةةعــةل. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi غزا.
ةرةمــتىasalnya ةرةمــةيikut pada wazan فةةعــةل. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ةرةمةي. (*Alif pada lafazh ةرةمتى
dinamakan Alif Layyinah).
Perhatian:
36. Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya
bukan asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh لدلعلْوااعللقعولم.
37. Apabila setelah wawu atau ya’ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan sbb:
1. Jika Wawu atau Ya’ tsb bukan pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh di-I’lal,
karena dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: لخلوعرلننق, لطفوعينل,لبلياَنن.
2. Jika Wawu dan Ya’ tsb berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah
I’lal ini. Contoh ليعخلشعولنasalnya ليعخلشلْيعولن. Namun disyaratkan huruf yg mati/sukun
setelah Wawu dan Ya’ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya’ tasydid, maka yang
demikian juga tidak boleh di-I’lal. Contoh: لغلزلوا,ي لعللفو ي,َلرلمليا.
أيقتأوُتم.44
45. يةدقــتودمasalnya يةتقــدودمikut pada wazan يةتفدعــدل. harkah wawu dipindah pada huruf
sebelumnya, karena wawu-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg
mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadi يةقدتودم
أيإبأيتع.46
47. يةبدتيدعasalnya يةتبيددعikut pada wazan يةتفدعدلharkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya,
karena Ya’-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk
menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadi يةبدتيدع
48. Perhatian:
ِّ أمأرإميي.57
58. ةمتردمرَيasalnya ي ةمتردمتو دmengikuti wazan ةمتفدعتودل. wau diganti ya’ karena berkumpul
dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi
يةمتردمتي د. Kemudian ya’ yang pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu
jenis, maka menjadi ةمتردمرَي
59.
ُ أيأغتزأو.65
66. يةتغدزتوasalnya يةتغدزدوmengikuti wazan يةتفدعدل. Wau di ujung akhir kalimah ber-harakah
dhammah, maka disukunkan menjadi يةتغدزتو.
ِّ أيأرإمأي.67
يةتردم دmengikuti wazan يةتفدعدل. Ya’ di ujung akhir kalimah ber-harkah
68. يةتردمتيasalnya ي
dhammah, maka disukunkan menjadi يةتردمتي.
69. Perhatian:
أغاَضز.70
71. ةغازasalnya ةغازوmengikuti wazan ةفاعدل. Wau diganti Ya’, karena jatuh sesudah
د دد د
harakah kasrah, maka menjadi يةغادز د, kemudan Ya’ disukunkan karena beratnya
harkah dhammah atas Ya’ maka menjadi ي ةغــادز ت, kemudian Ya’ dibuang untuk
menolak bertemunya dua mati yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi ةغادز
ساَضر أ.72
ة د سار دmengikuti wazan ةفاعدل. Ya’ disukunkan karena beratnya harakah
73. سارasalnya ية د د
dhammah atas Ya’ maka menjadi ي ةسادر ت, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak
bertemunya dua mati yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi ةسادر
اأأوُاضق.74
75. قة ةوةواقدــ دmengikuti wazan فةةوادعــدلwau pada fa’ fi’il diganti Hamzah,
اةوا دasalnya ي
karena kedua wau berkumpul dalam satu kalimah, maka menjadi اةةواقدتي. Kemudian
Ya’ dibuang untuk meringankannya, maka menjadi ق اةةوا د. Dan didatangkanlah
tanwin sebagai pengganti dari Ya’ yang dibuang, maka menjadi ق اةةوا د.
Praktek I’lal:
يمدعدد
يةدعددasalnya يةتودعددmengikuti wazan يةفةدعدل. wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah
nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi يةدعدد
ضدع
يم م
ضدع يةتو دmengikuti wazan يةفةدعدل. wau dibuang karena ada diantara fathah dan
ية ةasalnya ضدع
kasrah nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi ضــدع ية د. Kemudian
Dhad-nya difathahkan untuk meringankan huruf ithbaq juga huruf Halaq yaitu ‘Ain,
maka menjadi ضدع ية ة
Perhatian:
Huruf Mudhara’ah : أ – ن – ي – ت
Huruf Halaq : أ – ح – خ – ع – غ – هـ
Huruf Ithbaq : ص – ض – ط – ظ
Praktek I’lal:
ِّتيأزنكأي
يدةزركتيasalnya يدةزركدوikut wazan يدفةرعدل, wau diganti Ya’ karena jatuh sesudah harkah
kasrah, maka menjadi يدةزركتي
أغاَإز
Praktek I’lal:
صأن
ت
إسأر
ُس أوُاإحضد أأأو إِإاأذا اأجأتأمأع فإأيِّ أكلإأمضة أحأرأفاَإن إمأن إجأن ض
Praktek I’lal:
أمند
ةمـدasalnya ةمــةدةدikut pada wazan فةةعـةل, huruf dal yang pertama disukunkan untuk
melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi ةمــتدةد, kemudian huruf Dal yang
pertama di-idgamkan pada huruf Dal yang kedua, maka menjadi ةمـد
َّتمسد/َّتمند/تمند
دميد/دمـد/ دمردasalnya ادتمددتدmengikuti wazan ادتفدعتل, harkah Dal yang pertama dipindah pada
huruf sebelumnya untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi اددمــتدتد,
bertemu dua huruf mati/sukun yaitu kedua Dal, maka Dal yang kedua diberi
harkah untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, baik diberi harkah kasrah
karena kaidah; “apabilah ada huruf mati mau diberi harkah, berilah harkah
kasrah”. atau diberi harkah fathah karena ia paling ringannya harkah. atau diberi
harkah dhammah, karena mengikuti harkah ‘Ain fi’il pada fi’il mudhari’nya,
maka menjadi اددمتددد/اددمتدةد/اددمتددد, kemudian Dal yang pertama di-idgham-kan pada Dal
yg kedua maka menjadi اددميد/اددمـد/اددمرد, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena
sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi دميد/دمـد/دمرد.
انت أ
صل أ
Praktek I’lal:
ْآمممن
َ آةمنةasalnya أةتأةمةنmengikuti wazan ;أةتفةعةلberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan
yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti alif, karena ia sukun dan
sebelumnya ber-harkah fathah. maka menjadi آةمةن
أديودميل
َ أدتودملتasalnya أدتؤدملmengikuti wazan ;أدتفدعتلberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan
yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan
sebelumnya ber-harkah dhammah. maka menjadi أدتودمل
َادييدديم
َ ادتيددمتasalnya إتئددمmengikuti wazan ادتفدعتلberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan
yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti Ya’, karena ia sukun dan
sebelumnya ber-harkah kasrah. maka menjadi ادتيددم.
دخيذ
دختذasalnya أدتأدخذmengikuti wazan ;أدتفدعتلberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan
yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan
sebelumnya ber-harkah dhammah. maka menjadi أدتودخذkemudian wau-nya dibuang untuk
meringankan ucapan, maka menjadai أددخذselanjutnya hamzah-nya dibuang karena sudah
tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi دختذ
Perhatian :
Wau pada lafazh أدتودخذdibuang untuk meringankan ucapan, sedangkan pada lafazh أدتودمل
cukup tanpa membuang wau, karena menjaga dari keserupaan dengan fi’il amar-nya
lafazh ةماةل – يةدمتودل – دمتل.
Praktek I’lal:
صيودن
مم د
صـــتودن ةم تmengikuti wazan ةمتفدعـــتودلharkah wau dipindah pada huruf
ةم دasalnya صـــدوتودن
sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat
maka menjadi صتوتودن ( ةم دlihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (dua wau) untuk
menolak beratnya mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam
Sibawaehi) maka menjadi صتودن ةم د.
سييدر
مم د
ةمدستيدرasalnya ةمتسيدتودرmengikuti wazan ةمتفدعتودلharkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya
karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka
menjadi ( ةمدستيتودرlihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (ya’ dan wau) untuk
menolak beratnya mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam
Sibawaehi)maka menjadi ةمدستيدر.
Share this:
إدمذا مكامن مفادء اديفتممعمل مدالد أيو مذالد أيو مزاديا قدلدبميت متادؤهد مدالد
ب التتــادء فِ موإنتمما تديقلم د سدرالنليط د
ق بدمها بميعمد مهدذده ايلدحدريو د لددع ي
صلدهد اديدتممرأم مو ادتذمكمر
دبالتدادل لدقديربددهمما مميخمردجا نميحدو ادتدمرأم أم ي
صلدهد اديذتممكمر مو اديزمدمجمر أم ي
.صلدهد اديزتممجمر أم ي
Bilamana Fa’ Fi’il wazan berupa huruf Dal, atau Dzal, atau Zay, maka huruf Ta’
(Ta’ zaidah wazan ) اديفتممعملyang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti Dal,
demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta’ dengan Dal’ karena dekatnya
makhraj keduanya. contoh: ادتدمرأمasalnya اديدتممرأمdan ادتذمكمرasalnya اديذتممكمرdan اديزمدمجمرasalnya
اديزتممجمر.
Praktek I’lal:
ادتدمرأم
ادـدةرأةasalnya ادتدتةـــةرأةmengikuti wazan ادتفتةةعـــةلTa’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi ادتدةدةرأة. kemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang
kedua karena satu jenis, maka menjadi ادـدةرأة.
ادتذمكمر
ادـذةكـــةرasalnya ادتذتةةكــةرmengikuti wazan ادتفتةةعــةلTa’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi ادتذةدةكــةر. kemudian Huruf Dal diganti Dzal kerena dekatnya
makhraj keduanya, maka menjadi ادتذةذةكةرkemudian dzal yang pertama di-idghamkan pada
dzal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ادـذةكةر. (juga boleh dibaca Dal dengan di-
i’lal sbb: kemudian Huruf Dzal diganti Dal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka
menjadi ادتدةدةكةرkemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena
satu jenis, maka menjadi ادـدةكةر.)
اديزمدمجمر
ادتزةدةجــةرasalnya ادتزتةةجــةرmengikuti wazan ادتفتةةعــةلTa’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Zay dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi ادتزةدةجةر.
إدمذا مكامن مفادء اديفتممعمل موادوا أيو ميادء أيو مثادء قدلدبميت مفادؤهد متادء
ْســادكدنْ لدممــا بميينمدهممــا دمــين فِ اللتييــدنْ ال ت
ق بدمحــير دسدرالنليط د لددع ي
ْفِ اللتييــدن ف دلمتن محَــير م صــ د ج مودممنامفادة ايلمو ي دممقامربمدة ايلمميخمر د
صــلدهد صــمل أم ي ســةد نميحــدو ادتت م مميجدهــيومرةد موالتتــادء مميهدميو م
.صــلدهد اديثتممغــمر سمر مو ادتتمغــمر أم يصلدهد اديوتم م سمر أم ي
صمل مو ادتت ماديوتم م
ب متـادء اديفتممعـمل ثم ادء )دمدهممةد( موإين مكانميت مثـادء يمدجـيودز قديلـ د
.صلدهد اديثتممغمرسيتدة نميحدو ادثتمغمر أم ي دلتعمحادددهمما دفيِ ايلمميهدميو د
Bilamana Fa’ Fi’il wazan اديفتممعملberupa huruf wau, atau Ya’, atau Tsa’, maka huruf
Fa’ Fi’ilnya tersebut harus diganti Ta’ karena sukarnya mengucapkah huruf
“Layn” (ْ )لميينsukun dengan huruf yang diantara keduanya termasuk berdekatan
Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf “layin” ( )و – يbersifat Jahr
sedangkan huruf Ta’ bersifat Hams. Contoh: صمل ادتت مasalnya صمل ادتت مasalnya
اديوتم مdan ســمر
م م ي
اديوتم مdan ادتتغمرasalnya ادثتمغمر. (penting) dan apabila Fa’ Fi’il-nya tsb berupa huruf Tsa’,
سمر
boleh mengganti Ta’nya wazan اديفتممعــملdengan Tsa’, karena keduanya sama-sama
bersifat Hams. contoh: ادثتمغمرasalnya اديثتممغمر.
Praktek I’lal:
ادتت م
صمل
ادتـ ةasalnya صةل
صةل ادتوتة ةmengikuti wazan ادتفتةةعةلWau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan
huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya,
karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi صــةل ادتتتة ة
kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka
menjadi صةل ادتـ ة.
ادتت م
سمر
ادتـةسةرasalnya ادتوتةةسةرmengikuti wazan ادتفتةةعةلWau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan
huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya,
karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi
ادتتتةةسةرkemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis
maka menjadi ادتـةسةر.
ادتتمغمر
ادتـةغةرasalnya ادتثتةةغةرmengikuti wazan ادتفتةةعةلhuruf Tsa’ diganti Ta’ karena sama-sama bersifat
Hams, maka menjadi ادتتتةةغةرkemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena
dua huruf yang sejenis maka menjadi ادتـةغةر
عت
Dan boleh juga dibaca Tsa’ ادثعمغمرdengan Praktek I’lal sbb:
نـ
ادثنةغةرasalnya ادتثتةةغةرmengikuti wazan ادتفتةةعةلhuruf Ta’ diganti Tsa’ karena sama-sama bersifat
Hams, maka menjadi ادتثثةةغةرkemudian Tsa’ pertama di-idghamkan pada Tsa’ kedua karena
dua huruf yang sejenis maka menjadi ادتـةغةر
ادتتمخمذ
ادتـةخةذasalnya ادتئتةةخةذmengikuti wazan ادتفتةةعةلhuruf Hamzah yang kedua diganti Ya’ karena ia
sukun dan sebelumnya ada huruf berharkah kasrah, maka menjadi ادتيتةةخةذkemudian huruf
Ya’ diganti Ta’ (tanpa mengikuti kias*) maka menjadi ادتـةخةذ.
* Pergantian Ya’ dengan Ta’ tidak mengikuti Qias yakni termasuk dari perihal Syadz.
إمذا مكامن مفادء تمفِمتعمل موتممفِامعإمل متادء أميو مثــادء أيو مدالد أيو مذالم
طــادء ضــاددا أميو م صــاددا أميو م شييدنا أميو م سييدنا أميو د
أميو مزاديا أيو د
ج ثدتم
ب متائددهمما بدمما يدمقادربدهد دفيِ ايلمميخمر د أميو م
ظادء يمدجيودز قميل د
أديددغمم د
ْت يالديوملىَ دفيِ التثانديتدة بميعمد مجيعــدل أمتودل ايلدمتمقمــادربمييدن
صــدلب مهيمــمزدة ايلمو ي ســدة ممــمع ايجتدلم د دميثــمل الثتــاندييِ لديلدممجانم م
س س أع ي
صــلدهد تمتمــتر م ســادكدنْ نميحــدو ادتتــمر د لديديمدكمنْ يادليبتدمدادء دبال ت
صــلدهد متــمدثتمر وادتذتكــمر صــلدهد تممثامقــمل موادتدتثــمر أع ي موادتثامقــمل أع ي
ســــتممعصــــلدهد تممزتجــــمر مواد ت صــــلدهد تمــــمذتكمر موادتزتجــــمر أع ي أع ي
قصـــتد م
ق مو اد ت شـــقت م
ق أصـــله تم م شـــقت مســـتممع مواد ت صـــلدهد تم مأع ي
ضـــترمع موادظتتهـــمر صـــلدهد تم م ضـــترمع أع ي ق مواد ت صـــتد مصـــلدهد تم م أع ي
.طامهمرصلدهد تم م طامهمر أع ي صلدهد تمظمتهمر مواد ت أع ي
Bilamana Fa’ Fi’il wazan تمفِمتعملdan تممفِامعإملberupa huruf ظ, ط, ض، ص, ش, س، ز، ذ، د، ث،ت،
maka boleh Ta’ dari kedua wazan tersebut diganti dengan huruf yang mendekati
dalam Makhrajnya, kemudian huruf yang pertama di-idghamkan pada huruf yang
kedua, demikian ini setelah huruf yang pertama dari kedua huruf yang berdekatan
makhrajnya tersebut, dijadikan serupa dengan huruf yang kedua. berikut
memasang Hamzah Washal agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati.
contoh: س تمتمتر مdan ادتثاقمملasalnya تممثاقمملdan ادتدث تمرasalnya تممدث تمرdan تذتكمرasalnya تممذتكمرdan ادتزتجمرasalnya
ادت تمر دasalnya س
تممزتجمرdan ستممع
اد تasalnya ســتممع شـق ت م
تم مdan ق شــق ت م
اد تasalnya ق تم مdan ق
صـتد م
اد تasalnya ق تم مdan ضــترمع
صــتد م تم مdan
اد تasalnya ضــترمع
ادظتتهمرasalnya ظتهمر اد تasalnya طامهمر
تم مdan طامهمر تم م.
Praktek I’lal :
ادتتمر م
س
ادتـةر ةasalnya س
س تةتةـــر ةmengikuti wazan تةفةـعــةلhuruf Ta’ yang pertama disukunkan sebagai
sebab syarat idgham maka menjadi س تتتةـر ةmaka Ta’ yang pertama di-idghamkan pada Ta’
yang kedua karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya
agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi س ادتـةر ة
ادتثاقممل
ادـثاةقــةلasalnya تةةثاةقــةلmengikuti wazan تةةفاةعــةلhuruf Ta’ diganti Tsa’ karena berdekatan
Makhrojnyamaka menjadi ثةةثاقةةلkemudian huruf Tsa’ yang pertama disukunkan sebagai
sebab syarat idgham maka menjadi ثةةثاقةةلmaka Tsa’ yang pertama di-idghamkan pada Tsa’
yang kedua karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya
agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi ادـثاقةةل
Perhatian :
I’lal dalam Kaidah ke 19 ini cuma bersifat Jaiz atau boleh, bukan suatu ketentuan musti.
Sebagai pengalaman bagi kita, karena ini jarang ditemukan. dan yang banyak digunakan
adalah berupa bentuk asalnya.
–••Ο••–
Naibul Fa’il adalah Isim yg dirofa’kan baik secara lafzhan atau mahallan, menggantikan
dan menempati tempatnya Fa’il yg tidak disebutkan, dan Fi’ilnya dibentuk Mabni
Majhul. Baik isim yg menggantikan itu asalnya berupa Maf’ul bih atau serupanya sepeti
Zhorof, Masdar dan Jar-majrur.
Contoh bentuk kalimat setelah Fa’ilnya dibuang dan Fi’ilnya dibentuk Mabni Majhul:
أديكدرمَ الغريب
UKRIMA AL-GHOORIBU = Orang asing itu dihormati
Pada contoh ini lafazh AL-GHOORIBU adalah Naibul Fa’il menggantikan Fa’ilnya yg
dibuang. Lafazh UKRIMA adalah kalimah Fi’il Madhi yang dibentuk Mabni Majhul.
Dengan demikian apabila Fa’ilnya dibuang karena suatu alasan baik alasan bangsa
Lafzhiy atau bangsa Ma’nawiy (lihat Motif al-Hadzf/alasan membuang lafazh) maka
pembuangan Fa’il ini menimbulkan dua keputusan:
1. Merubah Fi’ilnya ke bentuk Majhul
2. Menempatkan Pengganti Fa’il pada posisi Fa’il berikut hukum2nya, semisal: harus
Rofa’, harus berada setelah Fi’ilnya, sebagai pokok kalimat, hukum ta’nits pada fi’ilnya,
dan lain-lain
–••Ο••–
الكتاب سلـنيه
AL-KITAABU SALNII HI = Mintalah kitab itu padaku..!
Jika dhamir yg pertama tidak lebih khusus dari dhamir yg kedua, maka wajib
menggunakan dhamir Munfashil. Contoh:
Atau jika kedua dhamir itu tidak nashab semuanya yakni salah satunya, maka wajib
menggunakan Dhamir Muttashil contoh:
النظامَ أحَببـته
AN-NIZHAAM AHBABTU HU = aku menyukai undang-undang itu.
PERHATIAN:
Dalam permasalahan pertama ini, lebih diutamakan menggunakan dhamir Muttashil
daripada dhamir Munfashil, mengingat pada hukum asalnya (lihat Penggunaan Bentuk
Dhamir » Alfiyah Bait 63) beserta dikokohkan oleh dalil dalam Al-Qur’an, contoh:
فم م
سيميكدفِيـمكدهدم ت
اد
FASAYAKFIIKAHUMU-LLAAHU = Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka
(Al-Baqarah : 137)
سأ ميلـدكدمومها
إدين يم ي
IN YAS-ALKUMUUHAA = Jika Dia meminta harta kepadamu (Muhammad : 47)
Share this:
–••Ο••–
jangan mengatakan:
أكرمت إياك
AKROMTU IYYAKA = aku memulyakanmu
Terkadang di beberapa tempat ada yg harus menggunakan dhamir Munfashil karena tidak
memungkinkan menggunakan dhamir Muttashil diantaranya adalah:
1. Dhamir dikedepankan dari Amilnya karena suatu motif semisal untuk Faidah Qashr,
contoh:
يديخدردجومن التر د
سومل موإدتيادكيم
mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu (Al-Mumtahanah : 1)
ي موايلتتـــيفِدرييدع
إتيا م¤صادل دجدعلمب دفيِ اينفِد م مودذو اينتد م
صا د
شـــدكلم
س دم يلميي م
Dhamir yang Manshub pada Dhamir Munfashil, dijadikannya seperti lafazh
“IYYAAYA”, berikut cabang-cabangnya tanpa ada kesulitan (mudah dalam
menentukannya).
–••Ο••–
Telah dijelaskan bahwa Dhamir Munfasil dari segi mahal I’robnya ada dua macam:
1. Mahal Rofa’ (Dhamir Munfashil Marfu‘ > lihat penjelasannya Dhamir Munfasil
Marfu’ » Alfiyah Bait 61)
2. Mahal Nashab (Dhamir Munfashil Manshub).
–·•Ο•·–
1. Dhamir Bariz Muttashil/Dhamir Muttashil (telah dijelaskan pada bait lalu lihat
Pengertian Dhamir Muttashil, Alfiyah Bait 55-56)
2. Dhamir Bariz Munfashil/Dhamir Munfasil.
Dhamir Munfashil adalah Isim Dhamir yang dapat dijadikan permulaan dan bisa berada
setelah lafazh ILLA.
Firman Allah:
هم العدعو فاحَذرهم
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka (Al-
Munaafiquun : 4)
Firman Allah:
2. Mahal Nashab (Dhamir Munfashil Manshub > akan dijelaskan pada bait selanjutnya
Insyaallah).
Rinciannya sbb:
–·•Ο•·–
Telah dijelaskan pada pelajaran dahulu bahwa dhamir ada dua golongan 1. Isim Dhamir
Bariz (mempunyai bentuk lafazh) dan 2. Isim Dhamir Mustatir (tidak mempunyai bentuk
lafaz).
Dhamir Mustatir ( )ضامر مستترatau dhamir yang tidak berbentuk Lafazh, ada dua macam
1. Wajib Mustatir dan 2. Jaiz Mustatir
Contoh َ أقومpada kalimat diatas, mempunyai Fa’il (subjek) yang berupa Isim Dhamir
Mustatir yang wajib. takdirannya adalah ( أناsaya), maka posisi dhamir ini tidak bisa
digantikan isim zhahir semisal أقوم خالد. Atau tidak bisa digantikan isim dhamir munfashil
semisal أقوم أناdengan maksud sebagai Fa’ilnya, bisa juga dilafalkan demikian, akan tetapi
ia bukan Fail tapi sebagai taukid bagi damir mustatir.
Isim Dhamir wajib mustatir menempati pada 10 kategori kalimah. lihat tabel berikut :
1
Fi’il Amar untuk satu mufrad (laki- ستمقديم مكمما أددمير م
ت مفــا ي
laki)
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,
sebagaimana diperintahkan kepadamu
2
Fi’il Mudhari’ yang diawali Hamzah
Mudhara’ah untuk Mutakallim (aku
موأدفمعو د
ض أميمدري إدملىَ ا
lk/pr) Dan aku menyerahkan urusanku kepada
Allah
ص معإلمييمك أميحَ م
ْسمن نميحدنْ نمقد ل
ايلقم م
Fi’il Mudhari’ yang diawali Nun
3 Mudhara’ah untuk Mutakallim Ma’al
Ghair (kami lk/pr)
ص
ص د
Kami menceritakan kepadamu kisah yang
paling baik
4
Fi’il Mudhari’ yang diawali Ta’
Mudhara’ah untuk Mukhatab Mufrad
تديؤدتيِ ايلدميلمك ممينْ تم م
شادء
(kamu satu laki-laki) Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki
7 Fi’il Ta’ajub
ق
صيد م مما أميحَ م
سمنْ ال ع
Alangkah indahnya kenyataan ini
مودبايلموالدمدييدنْ إديحَ م
سادنا
8 Isim Masdar yang menggantikan
tugas Fi’ilnya
Dan kepada kedua orang tua, berbuat
baiklah!
سدم م ت
اد مما أديندهمر مالتددمَ مودذدكمر اد ي
س مال ع
ْستن معإلمييده فمدكيل لميي م
10 Perangkat Istitsna semisal ليس
موال ل
ظيفِمر
Apa yang dapat menumpahkan darah
dengan diiringi sebutan nama Allah,
makanlah, selain gigi dan kuku
Pengertian dhamir yang Jaiz Mustatir adalah: Isim Dhamir mustatir dimana posisinya
bisa digantikan oleh Isim Zhahir pun oleh Isim Dhamir Munfashil. yaitu kalimah Fi’il
untuk Mufrad Ghaib (subjek orang ketiga tunggal male) contoh:
kalimah Fi’il untuk Mufrad Ghaibah (subjek orang ketiga tunggal female) contoh:
مومقالميت دلديختدده قد ع
صيده
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan
ت
ق مهييمها م
صدديي د
ال ت
jauh sekali dari kebenaran.
ق لدمما مممعدهيم
صعد د سودل دمينْ دعإيندد ت
اد دم م مولمتما مجامءدهيم مر د
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan
apa (kitab) yang ada pada mereka
Share this:
–·•Ο•·–
Telah dijelaskan pada pelajaran dahulu dalam bab Mu’rab dan Mabni, bahwa semua
lafazh dhamir adalah mabni. Dan tentunya kemabnian isim dhamir tersebut menempati
pada mahal/posisi irabnya masing-masing.
Untuk Dhamir Muttashil ( )ضمير متصلdidalam mahal irabnya terdapat tiga kategori:
(1). Hanya menempati pada Mahal Rofa’ saja. yaitu ada 5 bentuk dhamir:
2- Alif Tatsniyah (ْ)الف الثنين. (untuk dhamir hadir juga ghaib) contoh:
3- Wau Jamak ()واو الجماعإة, (untuk dhamir hadir juga ghaib) contoh:
فمدكدلــييِ موا ي
شمردبــييِ موقمعر ي
ي معإييدنا
maka makan (kamu pr) , minum (kamu pr) dan bersenang hatilah kamu (pr)
5- Nun Jamak muannats (( )نون الناثdhamir hadir juga ghaib) contoh:
(2). sama bisa menempati pada Mahal Nashab dan Jar saja . yaitu ada 3 bentuk
dhamir:
(3). Sama bisa menempati pada Mahal Rafa’, Nashab dan Jar . yaitu 1 bentuk
dhamir berupa “Naa” (( )ناdhamir hadir).
contoh:
مربـ تـمنا دإنـ تـمنا آممــتنا مفايغفِدير ملــمنا دذدنومبــنا مودقــمنا معإمذا م
ب
التنادر
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman (kami), maka ampunilah (kami)
segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka
Ada juga bentuk isim dhamir yang sama bisa digunakan pada semua mahal i’rab (rafa’,
nashab dan jar) yaitu هدتمdan ي. Namun statusnya tidak seperti ناyang digaribawahi oleh
Kiyai Mushannif Ibnu Malik tsb. karena khusus ناadalah satu-satunya bentuk isim dhamir
Muttashil dan Mutakallim yang dapat digunakan pada semua kedudukan i’rab.
Contoh هم:
مودمنـيـدهيم ممينْ يمدقودل ايئمذين دليِ مولم تميفِتدعنيِ أملم دفيِ ايلفِديتنمدة
طواسقم د م
Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi
berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.”
Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah
Contoh ي:
Sebagai dhamir mua’annats mukhatabah (kamu pr) ketika mahal Rafa':
فمدكدلــييِ موا ي
شمردبــييِ موقمعر ي
ي معإييدنا
maka makan (kamu pr) , minum (kamu pr) dan bersenang hatilah kamu (pr)
أمدن ا ي
شدكير دلــييِ مولدموالدمدييمك
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu
Kesimpulan Bait diatas: semua dhamir adalah Mabni. diantara isim dhamir ada yang
mencocoki bentuknya dalam mahal jar dan mahal nashab. kemudian digaris bawahi oleh
Mushannif bahwa dhamir “ ناnaa” mencocoki bentuknya untuk semua mahal i’rab yang
tiga (rafa’-nashab-jar) sebagaimana contoh dalam bait: بدةنا ةفإَنـةنا ندتلةنا. disebutkan bahwa
dhamir yang berupa Alif tatsniyah, Wau jamak dan Nun jamak muannats, adalah dhamir
mahal Rafa’ bisa digunakan untuk Ghaib juga Hadir* (*mukhatab saja). sebagimana
contoh bait: ةقاةما واتعلةةما.
Share this:
مودذو اتع م
مولم يمدليِ إلت ايختدميــــامراد¤ صادل دمينهد مما لم يديبتممدا
أمبــمدا
Dhomir Muttashil adalah Isim Dhomir yang tidak bisa dijadikan permulaan dan tidak
boleh mengiringi إلselama masih bisa memilih demikian..
–·•Ο•·–
(1). Dhamir Bariz ( )بارز: adalah Isim Dhamir yang mempunyai bentuk penampakan
lafazh secara hakikiyah (kongkrit) atau secara hukmiyah (abstrak).
أميكمرمـي د
ت ايلمغدريي م
ب
Aku memulyakan orang asing itu.
م
ممجامء التدذ ي
ي أميكمريم د
ت
seorang yang aku mulyakan telah datang
(maksudnya: أميكمريمدتــهدyang aku memulyakan-nya. maka dhamir yang berupa “ ـهnya” pada
contoh kalimat diatas, ada secara hukumnya).
(2). Dhamir Mustatir ()مستتر: adalah Isim Dhamir yang tidak mempunyai bentuk lafazh.
contoh:
محَافديظ معإملىَ ال ت
صلمدة
Peliharalah… shalat !
( )ضمير بارز متصلDhamir Bariz Muttashil/dhamir muttashil: adalah dhamir yang tidak
bisa dijadikan permulaan kalimat dan tidak bisa berada setelah lafazh إلsecara ikhtiar (
“ )اختياراpemilihan”, maksud ikhtiar adalah longgar atau lowong dalam susunan kalimat
tidak sempit semisal pada dharurah syi’ir. Contoh Dhamir Muttashil:
ت لديلدممحا م
ضمردة ستممميعـ د
اد ي
Aku mendengarkan ceramah
Contoh syawahid syair yang melafalkan dhamir bariz muttashil jatuh sesudah إلsecara
Syadz:
(syahid pada syair diatas adalah pada lafazh إدلعهدdimana dhamir muttashil jatuh setelah إدلن
adalah Syad, yakni tidak boleh kecuali pada dharurah syi’il)
Demikian juga Dhamir muttashil jatuh sesudah “Illa” pada syair berikut:
Share this:
Pengertian Isim Dhamir (kata ganti): Isim Jamid yang menunjukkan pada Mutakallim
(orang pertama), Mukhatab (orang kedua) atau Ghaib (orang ketiga). contoh:
أمنا معإمريف د
ِت موادجبديي
Aku mengetahui kewajibanku
ت تميحتمدردمَ أممبامك
أين م
Engkau menghormati ayahmu
ضــده الدميؤدمدنْ يم د
صيودن دعإير د
Seorang Mu’min menjaga kehormatan dirinya.
Maksud Isim Jamid: tidak mempunyai asal bentuk pun tidak terdapat bentuk
pecahannya. Dhamir Mutakallim dan dhamir Mukhatab keduanya disebut dhamir hadir,
karena suatu yang didhamirkan ada secara hadir pada waktu pengucapan.
Share this:
Memuat...
Kategori:Bait 54 Tag:Isim Dhamir
ايلنتدكمرةد موايلمميعدرفمةد
Bab Nakirah dan Makrifah
Kalimah Isim/kata benda dibagi menjadi Isim Nakirah (tak tentu) dan Isim Ma’rifah
(tertentu).
°°°
Isim Nakirah
Definisi Isim Nakirah adalah: Kalimah isim menunjukkan pada sesuatu secara kesatuan
yang tidak ditentukan. contoh:
ب مجامء م
طالد د
Penuntut telah datang
ف قمددممَ م
ضيي د
Tamu telah tiba
(1). Kalimah Isim dapat dipasangi AL dan membekaskan ma’rifah atau menjadikannya
tertentu. contoh:
دكمتا د
مردجدل،ب
Buku, Laki-laki
ب نمفِديي د
س الدكمتا د،ع
شمجا د
التردجدل د
Laki-laki itu pemberani, Buku itu sangat bagus.
(2). Kalimah Isim menduduki kedudukan Isim yang dapat dipasangi AL, seperti lafazh دذتو
artinya “pemilik” sinonim dengan lafazh ب
صادحَ د
“ ةpemilik“. contoh
pada contoh ini maksudnya adalah ب دعتلدم “ ةpemilik Ilmu” maka lafadz دذتوadalah isim
صادحَ د
nakirah yang tak dapat dijodohkan dengan AL, akan tetapi ia menduduki kedudukan Isim
yang dapat dipasangi AL pemberi bekas ma’rifah, yaitu lafazh ب صادحَ د
ة.
°°°
Isim Ma’rifah
Definisi Isim Ma’rifah adalah: Kalimah isim menunjukkan pada sesuatu secara
kesatuan yang tertentu. contoh:
أمين م
ت دميخلد د
ص
Enkau seorang yang tulus.
(1). Kalimah Isim tidak dapat dipasangi AL, pun tidak menduduki kedudukan Isim dapat
dipasangi AL. Contoh:
ِمجامء معإلديي
Sayyidina Ali telah datang.
(2). Kalimah Isim dapat menerima AL, akan tetapi tidak membekaskan ma’rifat. contoh:
مجامء ايلمعتبا د
س
Sayyidina ‘Abbas telah datang.
°°°
1. Isim Dhamir, menurut qaul yg shahih merupakan paling ma’rifahnya dari isim-isim
ma’rifah setelah lafazh Jalalah. contoh:
أين م،أمنا
دهمو،ت
aku, kamu, dia
مهدؤلمدء، مهدذده،مهمذا
ini (male), ini (female), ini (jamak)
ْ التدذييمن،ِ التتديي،ي
التدذ ي
yang tunggal (lk), yang tunggal (pr), yang jamak(lk/pr)
ب ال ت،ب
طالد د ايلدكمتا د
kitab itu, siswa itu
7. Isim Nakirah Maqshudah (dari sebagian Munada, jika dimaksudkan kepada satu orang
tertentu) contoh:
ب أمدجيب ميا م
طالد د
hai siswa… jawablah!
Kesimpulan pembahasan Bait: Isim Nakirah adalah isim yang dapat dipasangi AL yang
membekaskan ma’rifah, atau isim menempati kedudukan isim yang dapat dipasangi AL.
selain isim Nakirah dinamakan Isim Ma’rifah. disebutkan 6 jenis Isim alam: Isim
Dhamir, Isim Alam, Isim Isyarah, Isim Maushul, Isim yg dima’rifahkan oleh AL, Isim
Mudhaf pada isim ma’rifah, dan tidak diuraikan yang ke 7 yaitu Nakirah
Maqshudah, karena sempitnya Nadzam.
Share this:
KEGIATAN-KEGIATAN PESANTEREN
A.TAHSIN AL-QUR-AN
B.NAGHOM
C.BELAJAR TAKHTIM
D.BELAJAR ALBARJANZI/MARHABAN
E.DA’WAH
F.TAHFIZH
AN PENGELOLA
J.