Anda di halaman 1dari 90

Mengenal Isim-isim yang marfu’ (‫)مرفوع‬, manshub (

‫)منصوب‬, dan majrur (‫)مجرور‬

Definisi marfu’, manshub, dan majrur


Isim-isim yang marfu’ adalah isim-isim yang ber-i’rob rofa. Jama’ dari marfu’ adalah
marfu’aat
Isim-isim yang manshub adalah isim-isim yang ber-i’rob nashob. Jama’ dari manshub
adalah manshubaat.
Isim-isim yang majrur adalah isim-isim yang ber-i’rob jar. Jama’ dari majrur adalah
majruroot.

Misal
Pada kalimat ‫( تـ ةةعـلـ ـةم ةأحَةمدد اللغةة العربيةة في المسجدد‬ta’allama Ahmadu al-lughutal ‘arobiyyata
fil masjidi ) = Ahmad belajar bahasa arab di masjid.

Kata ‫ مأحَممدد‬ber-I’rob rofa’ sebab sebagai subjek (fa’il) dengan tanda dhommah (diakhir
katanya). Karena ber-I’rob rofa’, maka kata kata ‫ مأحَممدد‬tersebut dikatakan marfu’. Isim
menjadi marfu’ dalam 6 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fa’il).

Kata ‫ اللغةم‬ber-I’rob nashob sebab sebagai objek (maf’ul bih) dengan tanda fathah. Karena
ber-I’rob nashob, maka kata kata ‫ اللغةم‬tersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub
dalam 11 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maf’ul bih).

Kata ‫ المسجدد‬ber-I’rob jar sebab didahului huruf jar (yaitu ‫ )في‬dengan tanda kasroh. Karena
ber-I’rob jar, maka kata kata ‫ المسجدد‬tersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam
2 keadaan, diantaranya “didahului huruf jar”.

Keadaan-keadaan yang menyebabkan


suatu isim menjadi marfu’, manshub,
atau majrur
Isim-isim yang marfu’
Suatu isim menjadi marfu’ dalam 7 keadaan:
1. Mubtada’ (‫)المبتدأ‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat.
Misal : ‫ب جديدد‬
‫( الكتا د‬Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru
Kata ‫ =( الكتاب‬buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.
2. Khobar Mubtada’ (‫)الخبر‬
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’.
Pada kalimat ‫ب جديدد‬ ‫ الكتا د‬di atas, kata ‫ =( جديدد‬baru) merupakan khobar, karena
menyempurnakan makna mubtada’

3. Isim kaana ( ‫ )اسم كان‬dan saudara-saudaranya


Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya.
Misal : ‫ب جديددا‬‫( كان الكتا د‬Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu
baru.
Kata ‫ب‬‫ =( الكتا د‬buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya
mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi
“isim kaana”.

4. Khobar Inna (‫ )خبر إنن‬dan saudara-saudaranya


Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya.
‫( إـن الكتا ة‬inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
Misal : ‫ب جديدد‬
Kata ‫ =( جديدد‬baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya
khobar mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’
lagi, tetapi “khobar inna”

5. Fa’il (‫)الفاعل‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif)
dan menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang
mensifati perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.
Misal : ‫ب رسالةد‬ ‫( قةـرأ الطال د‬Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah
membaca surat.
Kata ‫ب‬‫ =( الطال د‬siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif
(yaitu membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca
adalah siswa), jadi siswa itu sebagai subjek.

6. Naibul Fa’il (‫)نائب الفاعل‬


Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lil majhul (setelah kata kerja
pasif) dan menempati kedudukan fa’il setelah dihapusnya fa’il tersebut.
Misal : ‫ت الرسالةد‬
‫( قـ ددرأ ت‬Quri’at ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.
Kata ‫ =( الرسالةد‬surat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja
pasif (yaitu dibaca)

Isim-isim yang manshub


Suatu Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan:

1. Khobar Kaana (‫)خبر كان‬


Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya.
Misal : ‫ب جديددا‬ ‫ ( كان الكتا د‬Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu
baru.
Kata ‫ =( جديددا‬baru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi,
tetapi “khobar kaana”.
2. Isim Inna (‫)اسم إن‬
Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.
Misal : ‫ب جديدد‬ ‫( إـن الكتا ة‬inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
Kata ‫ب‬‫ =( الكتا م‬buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya
mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi
“isim inna”

3. Maf’ul Bih (‫)المفعول به‬


Yaitu isim manshub yang menunjukkan pada orang atau sesuatu yang dikenai
suatu perbuatan. Dengan kata lain, maf’ul bih = objek.
Misal : ‫ب رسالةد‬
‫( قةـرأ الطال د‬Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah
membaca surat.
Kata ‫ =( رسالةد‬surat) merupakan maf’ul bih, karena yang dibaca adalah surat, jadi
surat itu sebagai objek (maf’ul bih).

4. Maf’ul Muthlaq ( ‫)المفعول المطلق‬


Yaitu isim manshub yang merupakan isim mashdar yang disebutkan untuk
menekankan perbuatan, atau menjelaskan jenis atau bilangannya.
Misal : ‫س حَدـفظا د‬ ‫( حَفظ د‬hafizhtu ad darsa hifzhon) = Saya benar-benar
‫ت الدر ة‬
menghafal pelajaran.
Kata ‫( حَدـفِظا د‬penghafalan) merupakan maf’ul muthlaq, karena merupakan isim
masdar yang berfungsi untuk menekankan perbuatan, bermakna “benar-benar
menghafal”

5. Maf’ul Li ajlih ( ‫)المفعول لجله‬


Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fi’il untuk menjelaskan sebab
terjadinya perbuatan (merupakan jawaban dari “mengapa” perbuatan itu terjadi)
Misal : ‫ي إكراما د دلمحمدد‬
‫ضةر عل ي‬
‫( ةحَ ة‬hadhoro ‘Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali
hadir karena memuliakan Muhammad.
Kata ‫( إكراما د‬penghormatan) merupakan maf’ul liajlih, karena menjelaskan sebab
Ali hadir, yaitu karena memuliakan ( ‫ )إكراما د‬Muhammad.

6. Maf’ul Ma’ah ( ‫)المفعول معه‬


Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah wawu yang maknanya bersama
untuk menunjukkan kebersamaan.
‫( استيقظ د‬istaiqozhtu wa tagriida at-Thuyuuri) = Saya
Misal : ‫ت و تغريةد الطيور‬
bangun bersamaan dengan kicauan burung-burung.
Kata ‫=( تغريمد‬kicauan) merupakan maf’ul ma’ah, karena didahului oleh huruf
wawu ma’iyah, yang bermakna kebersamaan.

7. Maf’ul Fih ( ‫)المفعول فيه‬


Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zaman (waktu) atau
tempat terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “kapan” atau
“dimana” perbuatan tersebut terjadi).
‫( سافر ت‬saafarot at-thooirotu lailan) = Pesawat itu mengudara
Misal : ‫ت الطائرةد ليل‬
di malam hari.
Kata ‫ =( ليل‬malam hari) merupakan maf’ul fih, karena menjelaskan zaman
(waktu).

8. Haal (‫)الحال‬
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan
maf’ul bih ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari
“bagaimana” terjadinya perbuatan tersebut)
Misal : ‫( جاء الولد باكيا‬jaa-a al waladu baakiyan) = Anak itu datang dalam keadaan
menangis.
Kata ‫=( باكيا‬menangis) merupakan haal, karena menjelaskan keadaan subjek.

9. Mustatsna (‫)المستثنى‬
Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna
untuk menyelisihi hokum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna =
pengecualian.
Misal : ‫ب إل زيداد‬
‫ضةر الطل د‬
‫( ةحَ ة‬hadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir
kecuali Zaid
Kata ‫ =( زيداد‬Zaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh ‫=( إل‬kecuali) yang
merupakan alat istitsna.

10. Munada’ (‫)المنادى‬


Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida’ (kata panggil).
Misal : ‫( يا رجل‬yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki!
Kata ‫ =( رجل‬seorang lelaki) merupakan munada’, karena didahului oleh ‫=( يا‬
wahai) yang merupakan salah satu alat nida’.

11. Tamyiiz (‫)التمييز‬


Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari
kalimat sebelumnya yang rancu.
Misal : ‫ت عشرين كتابا‬‫( اشتري د‬Istaroitu ‘Isyriina kitaaban) = Saya membeli dua
puluh buku.
Kata ‫ =( كتابا‬buku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan ”dua
puluh”, jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya
membeli dua puluh”.

Isim-isim yang majrur


Suatu isim menjadi majrur dalam 2 keadaan:

1. Di dahului oleh huruf jar (‫)سبقه حَرف جر‬


‫( خرج د‬khorojtu minal manzili) = Saya keluar dari rumah.
Misal : ‫ت من المنزدل‬
Kata ‫ =( المنزدل‬rumah) merupakan isim majrur, karena didahului oleh ‫( دمن‬min =
dari) yang merupakan huruf jar.
2. Mudhof Ilaih (‫)مضاف إليه‬
Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.
Misal : ‫ت خا ةتدةم حَديدد‬
‫( اشتري د‬Isytaroitu khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.
Kata ‫ =( حَديدد‬besi) merupakan mudhof ilaih, karena disandarkan kepada ‫=( خا متدمم‬
cincin) yang maknanya cincin yang terbuat dari besi.

Tambahan
Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim
menjadi marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata
sebelumnya marfu’ maka isim tersebut menjadi marfu’, jika manshub maka manshub, dan
jika majrur maka majrur. Keadaan tersebut dinamakan Taabi’ (‫)تابع‬.

Misal :
‫( جاء رجدل كريدم‬jaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia

‫ت رجلد كريما د‬
‫( رأئ د‬ra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia

‫( مردر برجدل كريدم‬marortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki
yang mulia.

Perhatikan setiap kata ‫( كريم‬kariim) pada tiga kalimat di atas, i'robnya sesuai dengan kata
sebelumnya.
Pada kalimat pertama i'robnya rofa' karena sebelumnya (yaitu ‫ ) رجدل‬ber-i'rob rofa'.
Pada kalimat kedua, i'robnya nashob' karena sebelumnya (yaitu ‫ )رجلد‬ber-i'rob nashob.
Demikian juga pada kalimat ketiga, i'robnya jar karena sebelumnya (yaitu ‫ ) رجدل‬ber-i'rob
jar.

Taabi’ (‫ )تابع‬ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at (‫)النعت‬, athof (‫)العطف‬, taukid (
‫)التوكيد‬, dan badal (‫)البدل‬.
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis na'at.

Semua keadaan-keadaan di atas akan dijelaskan secara detail pada kesempatan


mendatang, insyaAllah.
(selesai)

Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan I’rob rofa’, nashob, dan jar, serta sebutkan tanda-
tandanya bagi setiap jenis isim (lihat pelajaran sebelumnya)
2. Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’?
3. Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi manshub?
4. Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi majrur?
5. Sebutkan contoh kalimat yang berbeda untuk masing-masing keadaan di atas
(semampunya)
Pengertian Nahwu (‫)النحو‬
Nahwu adalah ilmu yang mempelajari kaidah untuk mengenal fungsi-fungsi kata
yang masuk pada kalimat, mengenal hukum akhir kata, dan untuk mengenal cara
mengi’rob. (Mulakhos Qowaidul Lughoh).

 Mengenal fungsi-fungsi kata yang masuk dalam kalimat.

Seperti fungsinya sebagai subjek (fa'il), objek (maf'ulun bihi), dll.

 Mengenal hukum akhir kata.

Seperti ‫( أحَمدد‬Ahmadu), harokat akhirnya adalah dhommah, karena diakhiri dengan


"u".

 Mengenal cara meng'irobnya.

I'rob di dalam ilmu nahwu ada 4, rofa', nashob, jar, dan jazm. InsyaAllah akan
dijelaskan pada pembahasan berikutnya.

Contoh kalimat:

َ‫( ةرأى أحَمدد إبراهيمة‬ro'a ahmadu ibrohiima)

‫ = رأى‬melihat

Ahmad = ‫أحَمدد‬

.Ibrahim = ‫إبراهيم‬

Dari kalimat di atas,

kata "‫ "أحَمدد‬berharokat akhir dhommah (Ahmadu),

dan kata "‫" إبراهيةم‬berharokat akhir fathah (Ibrohiima).

Di dalam ilmu nahwu, akan dipelajari bahwa setelah kata kerja (dalam kalimat tersebut
kata kerjanya ‫)رأى‬, maka:

 kata benda yang berharokat akhir dhommah fungsinya sebagai subjek,


 dan yang berharokat akhir fathah fungsinya sebagai objek.

Sehingga kalimat tersebut diartikan, "Ahmad melihat Ibrahim", bukan "Ibrahim melihat
Ahmad", karena Ahmad sebagai subjek (yang berharokat akhir dhommah) dan Ibrahim
sebagai objek (yang berharokat akhir fathah).

Cara meng'irobnya:

adalah kata kerja (ro'a) ‫ةرةأى‬


.adalah kata benda berfungsi subjek yang rofa' dan tanda rofa'nya dengan dhommah ‫أحَمدد‬

adalah kata benda berfungsi objek yang nashob dan tanda nashobnya dengan ‫أبراهيةم‬
fathah

Pembahasan tentang I'rob rofa', nashob, jar, dan jazm akan dipelajari lebih detail pada
pembahasan-pembahasan berikutnya.

Pelajaran Nahwu 1 (‫)الكلمة‬

Kata (‫)الكلمة‬
Kata (dalam ilmu nahwu diistilahkan al-kalimah) terdiri dari 3 jenis.

1. Isim (‫ = )السم‬kata benda.


Yaitu kata yang menunjukkan makna orang, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda
mati, tempat, waktu, atau kata benda abstrak.
Contoh:

‫( ةردجدل‬rojulun) = seorang lelaki,

‫( أةةسدد‬asadun) = singa,

‫( ةزتهةرةد‬zahrotun) = bunga,

‫( قةةمدر‬qomarun) = bulan,

‫( القا ةدهةرةد‬Alqoohiroh) = Kairo,

‫( ةيودم‬yaumun) = hari,

‫( ادتستدتقلدل‬istiqlaalun) = kemerdekaan.

.
Kita dapat mengenal isim pada kalimat dengan ciri-ciri berikut:

o ‫أنا في البةتي د‬, maka kata ‫ت‬


Berakhiran kasroh, seperti ‫ت‬ ‫ البي د‬adalah isim, sebab
berakhiran kasroh.
o Berakhiran tanwin, seperti ‫جلد‬‫ت ةر د‬‫رأي د‬, maka kata ‫ ةردجلد‬adalah isim, sebab
berakhiran tanwin.

o ‫س شرقة ت‬
Diawali dengan alim lam, seperti ‫ت‬ ‫الشم د‬, maka kata ‫س‬
‫ الشم د‬adalah
isim sebab diawali alim lam.

o ‫نةظةتر د‬, karena ‫إلى‬


Di dahului huruf jar (kata depan), seperti ‫ت إلى السماء‬
merupakan huruf jar, maka kata setelahnya yaitu ‫ السماء‬adalah isim.

2. Fi'il (‫ = )الدفعل‬kata kerja.


Yaitu kata yang menunjukkan suatu makna yang berkaitan dengan waktu (lampau,
sekarang, dan akan datang).
Contoh:

‫ب‬‫( ةكتة ة‬kataba) = dia (lk) telah menulis.


‫( يةتكتد د‬yaktubu) = dia (lk) sedang/akan menulis.
‫ب‬
3. Huruf (‫ف‬ ‫ = )الحتر د‬kata depan, kata penghubung, atau kata sambung.
Yaitu kata yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali jika disandingkan dengan
kata lain.
Contoh:

‫( دمتن‬min) = dari,

‫( إلى‬ila) = ke,

‫( دفي‬fi) = di,

‫ب‬
‫( د‬bi) = dengan,

‫( ةو‬wa) = dan,

‫( أتو‬aw) = atau,

‫( ثدـم‬tsumma) = kemudian, dll.

Pertanyaan:
1. Apa pengertian ilmu nahwu?
2. Sebutkan contoh-contoh isim, fi'il, dan huruf! (selain contoh-contoh di atas)
Pelajaran Nahwu 2 (‫)الجملة المفِيدة‬
Setelah mempelajari kata (isim, fi'il, dan huruf), kita masuki pembahasan baru, yaitu
kalimat sempurna. Dalam bahasa arab diistilahkan dengan ‫جتملةةد الدمفدتيةدةد‬
‫( ال د‬jumlah mufidah).

Kalimat Sempurna (‫مفِدييمدة د‬


‫ال د‬ ‫)الدجيملمةد‬
Kalimat sempurna adalah setiap lafadz yang terdiri dari dua kata atau lebih dan
memberikan makna yang sempurna.
Misalnya :
 Lafadz ‫زتيدد‬ ‫( ةقـاةم ة‬Qooma Zaidun) = Zaid berdiri, terdiri dari dua kata dan
memberikan makna yang sempurna, maka dinamakan kalimat sempurna.
 Lafadz ‫ي‬ ‫( أبو ةعلد ي‬Abu 'Aliyyin) = Bapaknya Ali ..., terdiri dari dua kata, tapi tidak
memberikan makna sempurna (tidak ada keterangan yang menjelaskan keadaan
Bapak Ali), sehingga tidak dapat dikatakan kalimat sempurna, baru dikatakan
kalimat sempurna jika lafadznya
‫ض‬‫( أبو عليي ةمرتي د‬Abu 'Aliyyin Mariidhun) = Bapaknya Ali sakit.

Peringatan!
Lafadz ‫س‬‫( ادتجلد ت‬Ijlis) = duduklah, sekalipun hanya terdiri dari satu kata, tetapi dikategorikan
kalimat sempurna, sebab asal kalimatnya adalah ‫ت‬ ‫س أةتن ة‬
‫( ادتجلد ت‬Ijlis anta) = duduklah kamu,
hanya saja kata "‫ت‬ ‫( "أن ة‬anta) nya tidak disebutkan.

Untuk selanjutnya kita ganti istilah "kalimat sempurna" dengan istilah jumlah mufidah.

Pembagian Jumlah Mufidah


Jumlah mufidah di dalam bahasa arab terbagi kepada dua:

1. Jumlah Ismiyyah.
Yaitu jumlah yang diawali dengan isim. Seperti:
Ahmad adalah seorang siswa. Jumlah = (Ahmadu thoolibun) ‫ب‬ ‫أةحَمدد طالد د‬ o
sehingga dinamakan jumlah ‫( أحَمد‬kalimat) tersebut diawali dengan
ismiyyah
o

Zainabu taktubu) ‫سـةالةد‬ ‫ب ةتـتكدتـ د‬


‫ب در ة‬ ‫ ةزتيـةنـ د‬Demikian juga dengan kalimat o
.Zainab menulis sebuah surat = (risalaatan
2. Jumlah Fi'liyyah.
Yaitu jumlah yang diawali dengan fi'il. Seperti:
Telah berpergian Muhammad. = (Saafaro Muhammadun) ‫ساةفـةر محمدد‬ ‫ة‬ o
‫ة‬ ‫ة‬
‫ ةسافـةر‬dimana ,(Saafaro) ‫ ةسافـةر‬Jumlah (kalimat) tersebut diawali dengan
merupakan fi'il, sehingga dinamakan jumlah fi'liyyah
o

Telah = (Dhoroba al-waladu kalban) ‫ب الةولةدد ةكتلبا د‬


‫ضةر ة‬
‫ ة‬Demikian juga kalimat o
memukul anak itu seekor anjing

!Perhatian

: Dalam Bahasa Indonesia, kedua jumlah fi'liyyah di atas diterjemahkan

;Muhammad telah berpergian


Anak itu telah memukul seekor anjing

Pelajaran Nahwu 3 (‫)العإراب‬

Pengertian I'rob (‫)العإراب‬


I'rob adalah perubahan akhir kata karena perbedaan 'amil yang masuk pada kata
tersebut, baik secara lafadz (jelas) atau muqoddaroh (tersembunyi). (Sumber: matan
Al Ajrumiyyah)

 perubahan
Maksudnya adalah perubahan dari dhommah ke fathah, dari fathah ke kasroh, dari
dhommah ke sukun, dst.
 akhir kata
I'rob hanya membahas akhir kata saja, tidak di depan dan tidak di tengah kata.
 karena perbedaan 'amil yang masuk ke dalam kalimat.
Perbedaan 'amil akan mengakibatkan perbedaan kedudukan suatu kata di dalam
kalimat. Jadi perubahan akhir kata disebabkan oleh kedudukannya (sebagai
subjek, objek, dst) yang berbeda-beda di dalam kalimat.
 secara lafadz
Tanda akhir katanya jelas, terlihat, dan terbaca, seperti dhommah, fathah, kasroh.
 atau muqoddaroh.
Tanda akhir katanya tidak terlihat dan tidak terbaca, dan ini dialami oleh kata-kata
yang berakhiran huruf 'illah (huruf berpenyakit). Huruf-huruf 'illah ada 3 : alif (/ ‫ى‬
‫)ا‬, ya (‫)ي‬, dan wawu (‫)و‬.

Contoh I'rob
 Kalimat ‫( ةجـاةء زيةـتدد‬jaa-a Zaidun) = Zaid telah datang.

Kata ‫( زيةـتدد‬Zaidun) berakhiran dhommah. Kenapa dhommah?


Karena 'amil dari kalimat ini (yaitu ‫ = ةجـاةء‬telah datang) menyebabkan kedudukan
Zaid menjadi subjek (yang datang adalah si Zaid). Secara kaidah (yang nanti akan
lebih dijelaskan lagi), bahwa subjek ber-i'rob rofa', dan tanda rofa' adalah
dhommah.

 Kalimat ‫ت ةزتيداد‬
‫( ةرأتي د‬ro-aitu Zaidan) = Saya melihat Zaid.

Kata ‫( ةزتيداد‬Zaidan) berakhiran fathah. Kenapa fathah?


Karena 'amil dari kalimat ini (yaitu ‫ت‬ ‫ = ةرأتي د‬saya melihat) menyebabkan
kedudukan Zaid menjadi objek (yang dilihat adalah si Zaid). Secara kaidah (yang
nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa objek ber-i'rob nashob, dan tanda nashob
adalah fathah.

 ‫( ةمةرتر د‬marortu bi Zaidin) = Saya berpapasan dengan Zaid.


Kalimat ‫ت بدةزتيدد‬

Kata ‫( ةزتيدد‬Zaidin) berakhiran kasroh. Kenapa kasroh?


Karena 'amil dari kalimat ini adalah huruf jarr (yaitu : ‫ب‬
‫( د‬bi) = dengan), dan setiap
kata benda yang didahului oleh huruf jarr, maka i'robnya adalah jarr (khofadh),
dan tandanya adalah dengan kasroh.

Kata "Zaid" (‫ )زيةتـد‬pada ketiga kalimat di atas mengalami perubahan di akhir katanya
secara lafadz (jelas terlihat dhommah, fathah, dan kasrohnya). Jika kata "Zaid" (‫)زيةتـد‬
diganti dengan "Musa" (‫سى‬ ‫)دمتو ة‬, maka perubahannya tidak secara lafadz, tetapi secara
muqoddaroh, karena kata ‫سى‬ ‫ دمتو ة‬mengandung huruf 'illah di akhirnya , yaitu alif (‫)ى‬.
Maka kalimatnya akan menjadi:
Musa telah dating = (jaa-a Muusaa) ‫سى‬ ‫ ةجـاةء دمتو ة‬

.Saya melihat Musa = (ro-aitu Muusaa) ‫سى‬ ‫ةرأتي د‬


‫ت دمتو ة‬ 

.Saya berpapasan dengan Musa = (marortu bi Muusa) ‫سى‬ ‫ةمةرتر د‬


‫ت بددمتو ة‬ 

Macam-macam I'rob
Tadi sudah sekilas disinggung tentang macam-macam i'rob. I'rob terdiri dari 4 macam:
1. Rofa' (‫)ةرتفدع‬

Tanda aslinya adalah dhommah

2. Nashob (‫ب‬ ‫)نة ت‬


‫ص د‬

Tanda aslinya adalah fathah

‫)ةختف د‬, untuk selanjutnya kita gunakan "jarr".


3. Jarr (‫ )ةجرَر‬atau Khofad (‫ض‬

Tanda aslinya adalah kasroh

4. Jazm (‫)ةجتزدم‬

Tanda aslinya adalah sukun


Catatan

 Catatan pertama:
o isim (kata benda) hanya memiliki 3 jenis i'rob, yaitu rofa', nashob, dan
jarr.

o fi'il mudhori' (kata kerja masa sekarang/akan datang), i'robnya juga 3,


yaitu rofa', nashob, dan jazm.

o fi'il madhi (kata kerja masa lampau), i'robnya tidak ada, karena fi'il madhi
tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.

o huruf, i'robnya juga tidak ada, huruf dihukumi mabni seperti fi'il madhi,
yaitu tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.

 Catatan kedua:

Tidak semua isim memiliki i'rob.

Ada beberapa isim yang tidak bisa mengalami perubahan di akhir katanya, seperti
‫( هذا‬hadza) = ini, ‫( الذي‬alladzi) = yang, ‫( ةمةتى‬mataa) = kapan, dll.
Isim-isim ini dinamakan isim mabni, sementara isim-isim yang dapat mengalami
perubahan di akhir katanya (yang memiliki i'rob) dinamakan isim mu'rob.

 Catatan ketiga:

Tidak semua tanda rofa' itu dhommah, tanda nashob itu fathah, tanda jarr itu
kasroh, tanda jazm itu sukun.
Tanda-tanda tersebut hanya berlaku untuk isim mufrod (seperti "Zaid" dan
"Musa" pada contoh di atas) dan jama' taksir (yang bukan ghoiru
munshorif).

Adapun isim-isim lainnya, seperti isim mutsanna, isim jama' muannats salim, isim
jama' mudzakkar salim, isim asmaa-ul khomsah, isim ghoiri munshorif, isim
maqshur, dan isim manqush memiliki tanda-tanda rofa', nashob, dan jarr yang
agak berbeda. InsyaAllah akan dibahas pada Pelajaran Nahwu 4 (tanda-tanda
i'rob untuk semua isim tersebut).

 Catatan keempat:

Tidak semua yang rofa' itu subjek, Tidak semua yang nashob itu objek, dan Tidak
semua yang jarr itu yang diawali oleh huruf jarr.

Nanti akan dibahas pada pelajaran berikutnya, kedudukan-kedudukan apa saja


yang menyebabkan isim (kata benda) ber-i'rob rofa', nashob, dan jarr. Dan apa
saja yang menyebabkan fi'il mudhori' (kata kerja sekarang/masa depan) ber-i'rob
rofa', nashob, dan jazm. Sebagai bayangan,

o isim yang ber-i'rob rofa', selain fa'il (subjek), juga naibul fa'il, mubtada',
khobar, isim kaana, dan khobar inna..
o isim yang ber-i'rob nashob, selain maf'ulun bihi (objek), juga khobar
kaana, isim inna, maf'ul muthlaq, istitsna, haal, tamyiz, dll
o isim yang ber-i'rob jarr, selain majrur (yang didahului oleh huruf jarr),
juga mudhof ilaihi.
o fi'il (mudhori') yang ber-i'rob nashob adalah yang didahului oleh alat-alat
penashob, seperti ‫( أةتن‬an), ‫( حَتى‬hatta), dll.
o fi'il yang ber-i'rob jazm adalah yang didahului oleh alat-alat penjazm,
seperti ‫( ةلـتم‬lam), dll.
o fi'il yang ber-i'rof rofa' adalah yang tidak didahului oleh alat penashob
ataupun alat penjazm.

Semuanya itu akan dibahas secara mendetail pada pelajaran berikutnya.

Pertanyaan:
(untuk dijawab sendiri)
1. Apa pengertian i'rob? Jelaskan!
2. Apa maksud secara lafadz dan secara muqoddaroh?
3. Sebutkan macam-macam i'rob dan masing-masing tanda aslinya! Apakah tanda-
tanda itu berlaku untuk semua jenis isim dan fi'il?
4. I'rob apa yang tidak ada pada isim dan i'rob apa yang tidak ada pada fi'il mudhori'
5. Apakah fi'il madhi dan huruf memiliki i'rob?
6. Apa yang dimaksud dengan isim mu'rob dan isim mabni?
7. Apakah i'rob rofa' hanya untuk subjek saja dan i'rob nashob hanya untuk objek
saja?

Pelajaran Nahwu 4 : Tanda-tanda I'rob untuk Isim


Mu'rob
Isim ditinjau dari i'rob dan bina' (bisa atau tidaknya berubah pada huruf/harokat
terakhirnya) dibagi menjadi dua yaitu isim mabni dan isim mu'rob.

Isim mabni adalah isim yang harokat / huruf terakhirnya TIDAK dapat berubah
walaupun kedudukannya berubah di dalam kalimat.
Misalnya : kalimat ‫( هةدذده‬haadzihi = ini), di dalam kalimat tidak akan pernah mengalami
perubahan harokat/ huruf di akhir katanya, jadi selalu ‫( هةدذده‬haadzihi)

Macam-macam isim mabni terdiri dari dhomir, isim isyaroh, isim maushul, isim syarat,
isim istifham, dll. Pembahasan mengenai isim mabni ini akan diuraikan pada Pelajaran
Shorof 4 yang akan datang, insyaAllah.

Sementara Isim mu'rob adalah isim yang harokat / huruf terakhirnya dapat berubah
dengan berubahnya kedudukannya di dalam kalimat.
Misalnya: kalimat ‫جل‬
‫( الةر د‬ar-rajul = seorang laki-laki) di dalam kalimat bisa berakhiran
dhommah (ar-rajulu), atau berakhiran fathah (ar-rajula), atau berakhiran kasroh (ar-
rajuli).

Perubahan akhir kata ini bergantung pada kedudukannya (sebagai subjek, objek,
mubtada', khobar, dll) di dalam kalimat, atau sesuai dengan i'robnya

Macam-macam isim mu'rob terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jama' mudzakkar salim,
jama' muannats salim, jama' taksir, isim maqshur, isim manqush, isim ghoiru munshorif,
dan asma-ul khomsah.

Berikut adalah tabel tanda-tanda i'rob untuk masing-masing isim mu'rob :

Keterangan :

Pada tabel di atas, terdapat empat kolom.


 kolom pertama :
--> menunjukkan jenis-jenis isim mu'rob yang terdiri dari isim mufrod, isim
maqshur, manqush, dst
 kolom kedua:
--> menerangkan tanda rofa' dari masing-masing isim mu'rob beserta contohnya.
 kolom ketiga:
--> menerangkan tanda nashob dari masing-masing isim mu'rob beserta
contohnya.
 kolom keempat:
--> menerangkan tanda jarr dari masing-masing isim mu'rob beserta contohnya.

Misalnya : Isim mutsanna


Pada tabel di atas:
Tanda rofa'nya adalah dengan alif (‫)ا‬, contohnya ‫( دمسلما ةدن‬muslimaani)
Tanda nashob-nya adalah dengan ya' (‫)ي‬, contohnya ‫( دمسلةمتيدن‬muslimaini)
Tanda jar-nya adalah dengan ya' (‫ )ي‬juga sama dengan tanda nashobnya,
contohnya ‫( دمسلةمتيدن‬muslimaini).

Contoh penerapannya di dalam kalimat pada isim mutsanna tersebut:

 Kalimat ‫( جا ةةء دمسلةمادن‬jaa-a Muslimaani) = Dua orang muslim telah datang.

Kenapa ‫( دمسلةمادن‬muslimaani) ? Karena kedudukan "Dua orang muslim" itu sebagai


subjek (yang datang adalah dua orang muslim). Secara kaidah (yang nanti akan
lebih dijelaskan lagi), bahwa subjek (fa'il) ber-i'rob rofa', dan karena ber-i'rob
rofa' maka tandanya dengan alif (sesuai dengan tabel di atas), sehingga
penulisannya ‫( دمسلةمادن‬muslimaani).

 ‫( رأي د‬ro-aitu Muslimaini) = Saya melihat dua orang muslim itu.


Kalimat ‫ت دمسلةميدن‬

Kenapa ‫( دمسلةمتيدن‬muslimaani) ? Karena kedudukan "Dua orang muslim" itu


sebagai objek (yang dilihat adalah dua orang muslim). Secara kaidah (yang nanti
akan lebih dijelaskan lagi), bahwa objek ber-i'rob nashob', dan karena ber-i'rob
nashob maka tandanya dengan ya' (sesuai dengan tabel di atas), sehingga
penulisannya ‫( دمسلةمتيدن‬muslimaini).

 ‫( ةمةرر د‬marortu bi muslimaini) = Saya berpapasan dengan dua


Kalimat ‫ت بددمسلةميدن‬
orang muslim.

Kenapa ‫( دمسلةمتيدن‬muslimaini) ? Karena kata "Muslimaini" itu diawali dengan huruf


jar (yaitu bi). Secara kaidah (yang nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa setiap
kata yang didahului oleh huruf jar adalah ber-i'rob jar (atau khofadh), dan karena
ia ber-i'rob jar maka tandanya dengan ya' (sesuai dengan tabel di atas), sehingga
penulisannya ‫( دمسلةمتيدن‬muslimaini).

Jadi, tidak semua tanda rofa' itu dhommah, tanda nashob itu fathah, dan tanda jar itu
kasroh. Tanda-tanda asli itu hanya berlaku pada isim mufrod dan jama' taksir saja (coba
lihat pada tabel di atas). Ada sebagian isim yang mirip dengan tanda asli tersebut seperti
isim jama' muannats salim dan isim ghoiru munshorif. Hafalkanlah tabel di atas
dengan cara Anda

Catatan:
Tidak semua yang rofa' itu subjek, Tidak semua yang nashob itu objek, dan Tidak semua
yang jarr itu yang diawali oleh huruf jarr.

Nanti akan dibahas pada pelajaran berikutnya, kedudukan-kedudukan apa saja yang
menyebabkan isim (kata benda) ber-i'rob rofa', nashob, dan jarr. Sebagai bayangan,
 isim yang ber-i'rob rofa', selain subjek (fa'il), juga naibul fa'il, mubtada', khobar,
isim kaana, dan khobar inna..
 isim yang ber-i'rob nashob, selain objek (maf'ulun bihi), juga khobar kaana, isim
inna, maf'ul muthlaq, istitsna, haal, tamyiz, dll
 isim yang ber-i'rob jarr, selain yang didahului oleh huruf jarr (majrur), juga
mudhof ilaihi.

Semuanya itu akan dibahas secara mendetail pada pelajaran berikutnya. InsyaAllahu
ta'ala

(selesai)

Pertanyaan (untuk dijawab sendiri):

1. Apa pengertian isim mabni dan isim mu'rob? Sebutkan macam-macamnya!

2. Ganti isim mutsanna pada contoh di atas dengan isim asmaul khomsah, serta
terapkan pada kalimat sesuai dengan contoh di atas!

3. Tanda-tanda asli hanya berlaku pada isim apa saja?

4. Apa tanda jar untuk isim ghoiru munshorif

5. Apa tanda nashob untuk isim manqush?

6. Apa tanda rofa' untuk isim maqshur?

7. I'rob apa yang tidak disebutkan pada tabel tersebut? Dan kenapa tidak disebutkan?
Pelajaran Shorof 1 (Pembagian Isim)
23 Juni 2009 pukul 5:28

Sebelum memasuki Pelajaran Nahwu 3 tentang I'rob (‫)العراب‬, kami akan menjelaskan
terlebih dahulu pembagian (macam-macam) isim. Pembagian isim ini dibahas di ilmu
shorof.

Sekilas tentang Ilmu Shorof


Ilmu shorof adalah ilmu yang mempelajari kaidah pembentukan dan perubahan kata.

Yang membedakannya dengan ilmu nahwu:

 Ilmu nahwu mempelajari kata setelah kata tersebut masuk ke dalam kalimat, adapun
shorof mempelajari kata sebelum kata tersebut masuk ke dalam kalimat.
 Ilmu Nahwu mempelajari hukum akhir kata, adapun ilmu shorof mempelajari
pembentukan dan perubahan kata, dan umumnya di awal dan tengah kata.

Pembagian Isim (kata benda)

 Isim ditinjau dari jenisnya :

1. Isim Mudzakkar (‫)دمـةذـكـدر‬


Yaitu isim yang menunjukkan pada laki-laki atau yang dilaki-laki-kan.
Misal:
Bapak (‫ب‬ ‫ ;)أة د‬seorang lelaki (‫ ;)ةردجـدل‬murid laki-laki (‫)دتـتلدمـتيـدذ‬
Pena (‫ ;)ةقـةلـدم‬buku (‫ب‬‫)دكـتـا ة د‬.
2. Isim Muannats (‫ث‬ ‫)دمةؤنـ د‬
Yaitu isim yang menunjukkan pada perempuan atau yang diperempuan-
kan.
Misal:
Ibu (‫ ; )أ درَم‬seorang wanita (‫ ; )ادتمـةرأةدة‬murid wanita (‫ ;)تدتلدمـتيـةذدة‬tangan (‫; )ةيـدد‬
papan tulis (‫سـبدتوةردة‬‫ ; ) ة‬bumi (‫ض‬ ‫)التر د‬

Catatan:

Di antara tanda (ciri) bagi isim muannats :

 Nama perempuan atau yang menunjukkan perempuan.


Misal :
Fatimah (‫)فاتمة‬, ibu (‫)أ ديم‬

 Adanya ta’ marbutoh (‫)ة‬


Misal:

Kebun (‫ ; )ةحَدد يـتةقـدة‬mobil (‫ســيـاةردة‬


‫ ; ) ة‬guru perempuan (‫)دمةدررةسـدة‬

Ada juga beberapa isim muannats yang tidak memiliki tanda-tanda


di atas.
Misal :
Tangan (‫ ; )ةيـدد‬telinga (‫ ; )أ ددذدن‬api (‫ ; )ةنـادر‬langit (‫سـةمـادء‬
‫ ;)ال ة‬bumi (
‫ ; )التر د‬matahari (‫س‬
‫ض‬ ‫ ; )الةشـتم د‬jiwa (‫س‬ ‫ت‬
‫; )نةفـ د‬dll.

 Isim ditinjau dari jumlahnya:

1. Isim Mufrod (‫)دمـتفـةردد‬


Yaitu isim yang menunjukkan jumlah tunggal (satu), baik mudzakkar
ataupun muannats.
Misal:
Seorang muslim (‫سـدلـدم‬ ‫ ; )دم ت‬seorang muslimah (‫دمتسـدلـةمـدة‬.

2. Isim Mutsanna (‫)دمـةثــنـى‬


Yaitu isim yang menunjukkan jumlah dua.
Misal:
Dua orang muslim (‫ســدلـةمـتيدن‬
‫ دم ت‬- ‫( )دمـتسـدلـةمادن‬muslimaani atau muslimaini);
Dua orang muslimah (‫سدلـةمـةتـتيـدن‬‫ دمـ ت‬- ‫( )دمتسـدلـةمــةتـادن‬muslimataani atau
muslimataini).

Cara membuat isim mutsanna:


“harokat akhir dari isim mufrod diganti fathah, kemudian akhir
kata tersebut ditambahkan alif dan nun atau ya dan nun,
dengan nun-nya dikashroh”

3. Isim Jama' (‫)ةجتمدع‬


Yaitu Isim yang menunjukkan jumlah banyak (lebih dari dua):

1. ‫)ةجـتمـدع الـدمـةذـكـر ال ة‬
Jama' Mudzakkar Salim (‫سـادلـدم‬
Misal:
Para muslim (‫سدلـدمـتيـةن‬
‫ دمـ ت‬- ‫( )دمـتسدلـدمـتوةن‬muslimuuna atau
muslimiina)

Cara membuat isim jama' mudzakkar salim:

“akhir kata isim mufrod ditambahkan dengan wawu dan


nun yang didahului oleh harokat dhommah atau dengan ya’
dan nun yang didahului oleh harokat kasroh, dengan nun
berharokat fathah”

4.

2. Jama' Muannats Salim (‫سـادلـدم‬ ‫)ةجـتمـدع الـدمـةؤـنـ د‬


‫ث ال ة‬
Misal:
‫( )دمـتسدلـةمـا د‬muslimaatun atau
‫ دمـتسـدلـةمـا د‬- ‫ت‬
Para muslimah (‫ت‬
muslimaatin)

Cara membuat jama' muannats salim:

“ta’ marbutoh pada isim mufrod muannats dihilangkan,


kemudian harokat akhir dijadikan fathah, lalu ditambahi
dengan alif dan ta’”

5.

3. ‫)ةجـتمـدع الةتـتكدسـتيـ د‬
Jama' Taksir (‫ر‬
Misal :

 para lelaki (‫رةجـادل‬


‫) د‬, isim mufrodnya (‫)ةردجـدل‬

 para ulama (‫عـةلـةمـادء‬


‫) د‬, isim mufrodnya (‫)ةعادلـدم‬

 ‫)دكـدتـ د‬, isim mufrodnya (‫ب‬


buku-buku (‫ب‬ ‫)دكةتـا د‬

 gunung-gunung (‫)دجـةبـادل‬, isim mufrodnya (‫)ةجـبةدل‬

Jama' taksir memiliki banyak pola dan tidak teratur,


tidak seperti halnya jama' mudzakkar salim dan
jama' muannats salim yang hanya memiliki satu
pola. Untuk mengetahui jama' taksir suatu isim,
maka sering-seringlah “melihat kamus”.

 ‫سـ د‬
Asmaaul khomsah (‫ة‬ ‫المخـيمـ م‬ ‫سممـادء‬
‫ )ال ي‬/ Isim-isim
yang lima.

Yaitu lima macam isim yang bentuk dan perubahannya sama, yaitu:

Bapakmu <-- ‫ك‬


‫ أبـيـت ة‬- ‫ك‬
‫ أبةـا ة‬- ‫ك‬
‫أدبـو ة‬ .1

Saudaramu <-- ‫ك‬


‫ أدخيـ ة‬- ‫ك‬ ‫أدخـو ة‬
‫ أخـا ة‬- ‫ك‬ .2

Iparmu <-- ‫ك‬


‫ ةحَـمدـي ة‬- ‫ك‬
‫ حَـ ةةمـا ة‬- ‫ك‬
‫ةحَـدمـو ة‬ .3

Mulutmu <-- ‫ك‬


‫ دفـيــ ة‬- ‫ك‬
‫ فةـا ة‬- ‫ك‬
‫فدـو ة‬ .4

.Yang memiliki harta <-- ‫ دذي مةـادل‬- ‫ ةذا ةمـادل‬- ‫دذو مةـال‬ .5

 ‫)الممـيق د‬
Isim Maqshur (‫صور‬

Yaitu isim yang berakhiran alim laazimah (‫)ى‬, yang sebelumnya berharokat
fathah.
Misal:

Pemuda (‫)الةفـةتى‬, Petunjuk (‫)الدهـةدى‬, Musa (‫سى‬


‫)دمـو ة‬

 Isim Manqush (‫)الممنـيدقوص‬

Yaitu isim yang berakhiran ya' laazimah (‫)ي‬, yang sebelumya berharokat kasroh.
Misal:

Pemberi petunjuk (‫)الةهـاددي‬, Hakim (‫)الةقـاضي‬, Pezina (‫)الـةزاندـي‬

 Isim Ghair Munsharif (ِ‫رف‬ ‫دمين م‬


‫ص د‬ ‫)مغيير‬
Yaitu isim yang tidak bisa ditanwin di akhir katanya,
Misal:
o ‫)عائد ة‬, tidak bisa dibaca tanwin : (‫)عائدةشدة‬
Aisyah (‫شدة‬

o Ibrohim (‫)إبراهيدم‬, tidak bisa dibaca tanwin : (‫)إبراهيدم‬

o ‫)ةم ة‬, tidak bisa dibaca tanwin : (‫)ةمةسادجدد‬


Masjid-masjid (‫سادجدد‬

Pertanyaan:

1. Apa perbedaan ilmu nahwu dan shorof?


2. Sebutkan macam-macam isim ditinjau dari jenis dan jumlahnya, disertai dengan
contoh.
3. Buatlah isim mufrod berikut menjadi isim mutsanna dan jama'
mudzakkar/muannats salim:

(Tholibun = murid) ‫ب‬ ‫ة‬


‫طالد د‬ o

(Mu'minatun = seorang mukminah) ‫دمؤدمنةةد‬ o

4. Cari di kamus apa jama' taksir dari (‫عتيدن‬


‫'() ة‬Ainun = mata)
5. Apa saja kelima isim yang disebut asmaaul khomsah
6. Apa beda isim maqshur dengan isim manqush?
7. Apa yang dimaksud Isim Ghair Munshorif

Pelajaran Shorof 2: Dhomir, Fi'il Madhi, Fi'il Mudhori'


19 Oktober 2009 pukul 6:05

Diantara keistimewaan bahasa arab adalah kaya akan kata-kata, misalkan pada dhomir
(kata ganti). Berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya memiliki 7 kata ganti (dia,
kamu, kalian, mereka, kami, kita, dan saya)), di dalam bahasa Arab kata gantinya ada 12.
Antara kata ganti untuk dua orang dengan lebih dari dua orang dibedakan di dalam
bahasa Arab, tidak terdapat pada bahasa Indonesia bahkan pada bahasa Inggris (read :
Bahasa Internasional).

Di antara keistimewaan bahasa arab juga adalah singkat dan padat, misalnya, jika kita
ingin mengungkapkan "dia sedang menulis", maka cukup dengan menggunakan kalimat
yaktubu dan ini sekaligus menunjukkan bahwa yang sedang menulis itu adalah seorang
laki-laki, adapun jika yang menulisnya itu seorang perempuan, maka kita gunakan
kalimat taktubu saja. Singkat dan padat. Dan banyak lagi keunggulan bahasa arab di atas
bahasa lain.
Pada pelajaran kali ini, kita akan membahas tentang tentang dhomir, fi'il madhi, fi'il
mudhori'.
Berikut penjelasannya:

Dhomir = kata ganti, seperti dia, kamu, mereka, dll.


Fi'il Madhi = kata kerja lampau, bermakna telah.
Fi'il Mudhori' = kata kerja sekarang atau yang akan dating
PERHATIKAN&HAPALLAH KATA-KATA PADA TABEL-TABEL
DIBAWAH INI

Tabel 1 : Dhomir, Fi'il Madhi, dan Fi'il Mudhori'


Keterangan:

 Kolom paling kanan menunjukkan dhomir dalam keadaan rofa'.

 Kemudian di sebelahnya ada kolom "arti" yang merupakan arti dari masing-
masing dhomir.

‫( هدةو‬huwa) = Dia (1 lk)

‫( هدةما‬huma) = Mereka (2 lk)

‫( هدتم‬hum) = Mereka (> 2 lk)

‫( دهةي‬hiya) = Dia (1 pr)

dst...

 Kolom berikutnya (nomor 2 dari kanan) adalah fi'il madhi dari masing-masing
dhomir.
Karena arti kata fa'ala = melakukan, maka:

‫( فةةعةل‬fa'ala) = dia (1 lk) telah melakukan

‫( فةةعلة‬fa'alaa) = mereka (2 lk) telah melakukan

‫( فةةعلدوتا‬fa'aluu) = mereka (>2 lk) telah melakukan

‫( فةةعلة ت‬fa'alat) = dia (1 pr) telah melakukan


‫ت‬

dst...

 Kolom paling kanan menunjukkan fi'il mudhori' dari masing-masing dhomir.


َ‫( يةتفةعةلد‬yaf'alu) = dia (1 lk) sedang/akan melakukan

‫( يةتفةعلةدن‬yaf'alaani) = mereka (2 lk) sedang/akan melakukan

‫( يةتفةعلدوةن‬yaf'aluuna) = mereka (>2 lk) sedang/akan melakukan

‫( تةفةةعدل‬taf'alu) = dia (1 pr) sedang/akan melakukan

dst...

Hafalkan tabel 1 di atas secara berurutan (dari atas ke bawah) berserta artinya,
tentunya dengan cara Anda sendiri

Ada beberapa catatan yang perlu disampaikan:

Catatan 1:

Fi'il madhi memiliki banyak pola (wazan), diantaranya adalah fi'il tsulasi mujarrod (fi'il
yang tersusun dari tiga huruf).
Fi'il madhi tsulasi mujarrod ini memiliki 6 macam pola, yaitu:
 Fa'ala - yaf'alu (seperti pada contoh di atas)
 Fa'ala - yaf'ulu

 Fa'ala - yaf'ilu
 Fa'ila - yaf'alu
 Fa'ila - yaf'ilu
 Fa'ula - yaf'ulu

Perhatikan bahwa fi'il madhi yang berpola fa'ala memiliki tiga kemungkinan fi'il
mudhori' (yaitu yaf'alu, yaf'ulu, dan yaf'ilu). Fi'il madhi yang berpola fa'ila memiliki
dua kemungkinan fi'il mudhori' (yaitu yaf'alu dan yaf'ilu).

Sementara fi'il madhi yang berpola fa'ula hanya memiliki satu kemungkinan fi'il
mudhori' (yaitu yaf'ulu).

‫ ةكتة ة‬yang berpola fa'ala, ada 3 kemungkinan fi'il mudhori', yaitu


Misalkan kata "kataba" ‫ب‬
yaktabu, yaktubu, atau yaktibu. Mana yang benar?
Jawabannya: yaktubu.

Sementara kata "fataha" ‫ ةفـتةةح‬fi'il mudhori'nya yaftahu. Kenapa tidak yaftuhu? Padahal
sama-sama berpola fa'ala seperti kata "kataba". Jawabanya: karena di kamus seperti
itu.

Adapun kata "hasuna" ‫سةن‬


‫ ةحَ د‬fi'il mudhori'nya pasti yahsunu, karena pola fa'ula hanya
memiliki satu kemungkinan, yaitu yaf'ulu.

Catatan 2

Selain fi'il tsulasi mujarrod, ada lagi fi'il tsulasi maziid, yaitu pola fa''ala, faa'ala, af'ala,
ifta'ala, infa'la, tafaa'ala, tafa''ala, if'alla, istaf'ala, if'au'ala, if'awwala, dan if'aalla.

Ada juga fi'il ruba'i mujarrod, yaitu fa'lala, dan terakhir fi'il ruba'i mazid, yaitu tafa'lala,
if'anlala, dan if'allala.

Masing-masing memiliki pola fi'il mudhori' tersendiri. Pada pelajaran shorof 2 ini, kita
batasi pembahasan fi'il hanya fi'il tsulatsi mujarrod saja.

Catatan 3 (penting!)

Tabel di atas itu adalah contoh dari fi'il tsulatsi mujarrod yang berpola fa'ala - yaf'alu.
Jika pola fi'ilnya fa'ila - yaf'alu, maka tinggal mengganti harokat tengahnya, misalnya
‫ ية ت‬- ‫( ةسدمةع‬sami'a - yasma'u) = mendengar,
kata ‫سةمدع‬
cara mentasrif fi'il madhinya:

‫( ةسدمةع‬sami'a) = dia (1 lk) telah mendengar

‫( ةسدمعا ة‬sami'aa) = mereka (2 lk) telah mendengar

‫( ةسدمدعوا‬sami'uu) = mereka (> 2 lk) telah mendengar

‫( ةسدمةع ت‬sami'at) = dia (1 pr) telah mendengar


‫ت‬

‫( ةسدمةعـةتا‬sami'ataa) = mereka (2 pr) telah mendengar

‫( ةسدمتعةن‬sami'na) = mereka (> 2 pr) telah mendengar

‫( ةسدمتع ة‬sami'ta) = kamu (1 lk) telah mendengar


‫ت‬

‫( ةسدمتعـدتـةما‬sami'tumaa) = kalian (2 lk) telah mendengar

‫( ةسدمتعـدتـتم‬sami'tum) = kalian (> 2 lk) telah mendengar

‫( ةسدمـتعـ د‬sami'ati) = kamu (1 pr) telah mendengar


‫ت‬

‫( ةسدمـتعـدتـةما‬sami'tumaa) = kalian (2 pr) telah mendengar

‫( ةسدمتعــدتــن‬sami'tunna) = kalian (> 2 pr) telah mendengar

‫( ةسدمتعـ د‬sami'tu) = saya telah mendengar


‫ت‬

‫( ةسدمـتعنا ة‬sami'naa) = kami/kita telah mendengar

cara mentasrif fi'il mudhori'nya:

‫( يةتسةمدع‬yasma'u) = dia (1 lk) sedang/akan mendengar

‫( يةتسةمةعادن‬yasma'aani) = mereka (2 lk) sedang/akan mendengar

‫( يةتسةمدعوةن‬yasma'uuna) = mereka (>2 lk) sedang/akan mendengar

‫( تةتسةمدع‬tasma'u) = dia (1 pr) sedang/akan mendengar

‫( تةتسةمعادن‬tasma'aani) = mereka (2 pr) sedang/akan mendengar


‫( يةتسةمتعةن‬yasma'na) = mereka (> 2 pr) sedang/akan mendengar

‫( تةتسةمدع‬tasma'u) = kamu (1 lk) sedang/akan mendengar

‫( تةتسةمةعادن‬tasma'aani) = kalian (2 lk) sedang/akan mendengar

‫( تةتسةمدعوةن‬tasma'uuna) = kalian (> 2 lk) sedang/akan mendengar

‫( تةتسةمدعيةن‬tasma'iina) = kamu (1 pr) sedang/akan mendengar

‫( تةتسةمعادن‬tasma'aani) = kalian (2 pr) sedang/akan mendengar

‫( تةتسةمتعةن‬tasma'na) = kalian (> 2 pr) sedang/akan mendengar

‫( أتسةمدع‬asma'u) = saya sedang/akan mendengar

‫( نةتسةمدع‬nasma'u) = kami/kita sedang/akan mendengar

Tabel 2 di bawah ini merupakan contoh-contoh fi'il madhi dengan mudhori'nya yang
berpola fa’ula – yaf’ulu, fa’ila – yaf’alu, fa’ala – yaf’ulu, fa’ala – yaf’alu

Tabel 2:
Kosakata

Coba Anda tasrif salah satu kata di dalam tabel tersebut (baik fi'il madhi atau
mudhori'nya). Selamat mencoba.

(selesai)
Pelajaran Shorof 3 : Fi'il Amr (‫)ففععلْل اللعمفر‬
Pengertian:

Fi’il Amr adalah kata kerja perintah, seperti :

‫( ادتجـدلـ ت‬ijlis) = duduklah!


‫س‬

‫( ادتقـةرتأ‬iqro’) = bacalah!

‫( ادتذهةــ ت‬idzhab) = pergilah!


‫ب‬

Cara membentuknya (dari fi’il madhi):


Untuk membentuk fi’il amr dari fi’il madhi, maka langkahnya:
1. Kita harus tau bentuk fi’il mudhori’nya

Misalnya:
‫( ةكتة ة‬kataba) = "menulis", maka kita
Kita ingin membentuk fi’il amr dari kata ‫ب‬
harus mengetahui bahwa bentuk fi’il mudhori’nya yaitu ‫ب‬ ‫( يةـكـتد د‬yaktubu)

‫ ) ةيكـتد د‬kita ganti ya' di awal dengan alif, sehingga:


2. Lalu fi'il mudhori' tersebut (‫ب‬

‫ تـكـتب‬menjadi ‫اكتب‬

3. Kemudian beri harokat ! (harokat alif sesuai dengan 'ain fi'il (huruf ditengah kata),
dan huruf akhir disukunkan)

‫( ادتكـتد ت‬uktub)
‫ اكتب‬menjadi ‫ب‬
‫( ادتكـتد ت‬uktub) , yang
‫( يةتكـتد د‬yaktubu) menjadi ‫ب‬
Sehingga, secara keseluruhan ‫ب‬
artinya : "tulislah olehmu".

Catatan 1:

Aturan ini hanya berlaku untuk fi’il-fi’il madhi yang terdiri dari tiga huruf.

Catatan 2
Pengecualian untuk fi’il mudhori’ yang ‘ain fi’il (huruf tengahnya) fathah, maka harokat
alifnya tidak sesuai (tidak fathah juga), akan tetapi dikasroh.
Misalnya: kata ‫( فتح – يفتح‬fataha – yaftahu), fi’il mudhori’nya yaftahu (tengah-
tengahnya fathah). Maka fi’il amr nya adalah iftah (bukan aftah).

Catatan 3:

Fi'il amr hanya untuk dhomir (kata ganti) orang kedua.

Catatan 4:

Fi’il Amr pada contoh-contoh di atas hanya untuk orang kedua tunggal yang laki-laki
(untuk dhomir anta).
Jadi, ‫ب‬‫( ادتكـتد ت‬uktub) arti sempurnanya adalah "tulislah olehmu (kamu 1 lk)"
Adapun untuk dhomir antuma (2 lk atau 2 pr), antum (> 2 lk), anti (1 pr), antunna
(>2 pr), maka sedikit berbeda, perhatikan tabel berikut:

Bentuk fi'il amr berbeda untuk setiap dhomir


Misalkan kita ingin memeritahkan seorang perempuan (dhomir anti) untuk menulis, maka
yang diucapkan adalah ‫( داكـدتـدبي‬uktubiy)

Hafalkan dan pahamilah pola-pola di atas.

Latihan

Terjemahkan ke dalam bahasa arab !


1. angkatlah (1 lk)
2. pergilah(>2 pr)
3. bukalah(1 pr)
4. pukullah (>2 lk)
5. masuklah(2 pr)
6. tolonglah (2 lk)
7. dengarkanlah (1 lk)
8. keluarlah (1 pr)
9. pelajarilah (>2 lk)
DHAMIR MUSTATIR

Dhamir mustatir (‫ضةمائددر اتلدمتستةتدةردة‬


‫ )ةال ـ‬adalah kata ganti nama yang terkandung atau
tersembunyi (mustatir) di dalam fi’il tanpa ada bentuk nyata yang dapat diucapkan.
Contoh :
(Dia telah) menulis = ‫ب‬ ‫ةكتة ة‬
Kata ‫ب‬ ‫ة‬ ‫ة‬
‫ كت ة‬pada contoh di atas mengandung dhamir, yaitu ‫هدةو‬. Karena dhamir ‫ هدةو‬tadi tidak
tampak dan tersembunyi di dalam kata kerja (fi’il) tersebut, maka hal ini dinamakan
dhamir mustatir (dhamir yang tersembunyi).

Dhamir mustatir itu adalah dhamir-dhamir yang terdapat dalam :

- Fi’il Madhi
Dhamir mustatir yang terkandung dalam fi’il madhi hanya dua, yaitu ‫ هدةو‬dan ‫دهةي‬.
Contoh :
‫ةذهة ة‬
(Dia telah) pergi = ‫ب‬
‫ةذهةبة ت‬
(Dia perempuan telah) pergi = ‫ت‬

- Fi’il Mudhari
Dhamir mustatir yang terkandung dalam fi’il mudhari adalah: ‫( أةةنا‬saya), ‫ت‬‫( أةتن ة‬engkau laki-
laki), ‫( نةتحدن‬kami/kita), ‫( هدةو‬dia laki-laki), dan ‫( دهةي‬dia perempuan).
Contoh :
(Saya sedang) duduk = ‫س‬ ‫أةتجلد د‬
(Engkau sedang) duduk = ‫س‬ ‫تةتجلد د‬
(Kami/kita sedang) duduk = ‫س‬ ‫نةتجلد د‬
(Dia laki-laki sedang) duduk = ‫س‬ ‫يةتجلد د‬
(Dia perempuan sedang) duduk = ‫س‬ ‫تةتجلد د‬

- Fi’il Amr
‫( أةتن ة‬engkau
Dhamir mustatir yang terkandung dalam fi’il amr hanya ada satu saja, yaitu: ‫ت‬
laki-laki).
Contoh :
Pergilah! = ‫ب‬‫! ادتذهة ت‬
Duduklah! = ‫س‬ ‫! ادتجلد ت‬
‫! ادتكتد ت‬
Tulislah! = ‫ب‬
LATIHAN
Bacalah kalimat-kalimat di bawah ini dengan teliti dan perhatikan perbedaan antara
dhamir munfashil dan muttashil serta jabatannya masing-masing :

1. Saya telah pergi ke Bandung = ْ‫ت ادةلى بةتنددوتنج‬ ‫ةسافةتر د‬


‫ت‬ ‫ت‬
2. Kami telah pergi ke restoran = ‫ةذهةتبةنا ادلى الةمطةعدم‬ ‫ة‬
3. Kami mempunyai rumah yang ada kebun = ‫لةةنا ةمتندزدل بدده ةحَددتيقةةد‬
4. Kerjakanlah olehmu (perempuan) kewajiban itu = ‫ب‬ ‫ادتعةمدلي اتلةوادج ة‬
5. Berikhlaslah kamu sekalian dalam beramal = ‫صتوا دفي الةعةمدل‬ ‫ت‬ ‫اةتخلد د‬
6. Saya menghormati tamu = ‫ف‬ ‫ة‬ ‫ت‬
‫ي‬ ‫ض‬
‫ـ‬ ‫ال‬ ‫م‬
‫دد‬‫ر‬ ‫ت‬
‫ك‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ة‬
‫نا‬ ‫ة‬ ‫أ‬
7. Mereka (pr.) pergi ke Jakarta = ‫هدـن يدةسافدترةن ادةلى ةجاةكترةتا‬
8. Mereka (lk.) menyayangi anak yatim = ‫هدتم يةتعدطفدتوةن ةعةلى اتليةتدتيدم‬
9. Kami bermain bola = ‫ب اتلدكةرةة‬
‫نةتحدن نةتلةع د‬
10. Engkau (pr.) membersihkan kamar = ‫ظفدتيةن اتلدحتجةرةة‬ ‫أةتن د‬
‫ت تدنة ر‬
11. Guru menyuruh kami duduk = ‫س‬ ‫د‬ ‫ت‬ ‫ر‬
‫اةمةرةنا الدمةعلدم دبالدجلتو د‬ ‫ت‬ ‫ة‬
12. Dia (pr.) menyisir rambutnya setiap hari = ‫دهةي تةتمدشطد ةشتعةرةها دكـل يةتودم‬
13. Guru memuji kepadaku = ‫س‬ ‫ي ةمةدةح اتلدمةدرر د‬ ‫ادـيا ة‬
14. Dia membaca majalah = ‫هدةو يةتقةرأد اتلةمةجلةة‬
‫ـ‬
15. Mereka adalah pelajar = ‫طالدبدتوةن‬ ‫هدتم ة‬

Dhamir Nashab Muttashil dan Dhamir Jarr Muttashil itu adalah sebagai berikut :

- Ya Mutakallim (‫)ةيادء اتلدمتةةكلردم‬


Contoh :
Dia telah berterima kasih kepadaku = ‫ةشةكةردني‬
Ini kitabku = ‫هةةذا دكةتادبي‬

- Na Mutakallimin (‫)ةنادء اتلدمتةةكلردمتيةن‬


Contoh :
Dia telah berterima kasih kepada kami = ‫ةشةكةرةنا‬
Ini kitab kami = ‫هةةذا دكةتابدةنا‬

- Kaf Mukhathab (‫ب‬ ‫ط د‬ ‫ف اتلدمةخا ة‬‫)ةكا د‬


Contoh :
Dia telah berterima kasih kepadamu (lk.) = ‫ك‬ ‫ةشةكةر ة‬
‫ة‬
‫هةذا دكةتابد ة‬
Ini kitabmu (lk.) = ‫ك‬
Dia telah berterima kasih kepadamu (pr.) = ‫ك‬ ‫ةشةكةر د‬
Ini kitabmu (pr.) = ‫ك‬ ‫ة‬ ‫ة‬
‫هةذا دكتابد د‬
Dia telah berterima kasih kepadamu berdua (lk. pr.) = ‫ةشةكةردكةما‬
Ini kitabmu berdua (lk. pr.) = ‫هةةذا دكةتابددكةما‬
Dia telah berterima kasih kepadamu semua (lk.) = ‫ةشةكةردكتم‬
Ini kitabmu semua (lk.) = ‫هةةذا دكةتابددكتم‬
Dia telah berterima kasih kepadamu semua (pr.) = ‫ةشةكةردكـن‬
Ini kitabmu semua (pr.) = ‫هةةذا دكةتابددكـن‬

- Ha’ Ghaib (‫ب‬‫)ةهادء اتلةغائد د‬


Contoh :
Dia telah berterima kasih kepadanya (lk.) = ‫ةشةكةرهد‬
Ini kitabnya (lk.) = ‫هةةذا دكةتابدهد‬
Dia telah berterima kasih kepadanya (pr.) = ‫ةشةكةرةها‬
Ini kitabnya (pr.) = ‫هةةذا دكةتابدةها‬
Dia telah berterima kasih kepada mereka berdua (lk. pr.) = ‫ةشةكةرهدةما‬
Ini kitab mereka berdua (lk. pr.) = ‫هةةذا دكةتابدهدةما‬
Dia telah berterima kasih kepada mereka semua (lk.) = ‫ةشةكةرهدتم‬
Ini kitab mereka semua (lk.) = ‫هةةذا دكةتابدهدتم‬
Dia telah berterima kasih kepada mereka semua (pr.) = ‫ةشةكةرهدـن‬
Ini kitab mereka semua (pr.) = ‫هةةذا دكةتابدهدـن‬

DHAMIR JARR MUTTASHIL


Dhamir jarr muttashil, artinya kata ganti nama yang terletak di tempat jarr (mudhaf ilaih
atau majrur karena didahului oleh huruf jarr).

Contoh :
‫هةةذا بةتيدتي ةو ةذا ة‬
Ini rumahku dan itu rumahnya = ‫ك بةتيتدهد‬
Ini hadiah dariku untukmu = ‫ك‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫د‬
‫هةدذده هةدديـة دمني ل ة‬
Saya mengirim surat kepadanya = ‫ت الررةسالةةة ادلةتيده‬ ‫اةترةستل د‬

‫ )بةتي د‬dan dhamir (‫ ي‬dan ‫)هد‬. Dhamir


Kata ‫ بةتيدتي‬dan ‫ بةتيتدهد‬dalam contoh diatas terdiri dari isim (‫ت‬
yang terletak sesudah isim inilah yang disebut dhamir jarr muttashil, karena berada di
tempat jarr mudhaf ilaih.
Kata ‫ دمرني‬dan ‫ك‬ ‫ لة ة‬dalam contoh diatas terdiri dari harf (‫ دمتن‬dan ‫ )دل‬dan dhamir (‫ ي‬dan ‫ك‬ ‫) ة‬.
Dhamir yang terletak sesudah harf ini dinamakan dhamir jarr muttashil, karena berada di
tempat jarr (sebab didahului oleh huruf jarr).

Keterangan macam dhamir nashab muttashil dan dhamir jarr muttashil akan dijelaskan
pada materi pelajaran selanjutnya...in sya Allah.

DHAMIR NASHAB MUTTASHIL

Dhamir Nashab Muttashil, artinya adalah kata ganti nama yang terletak di tempat nashab
(maf’ul bih). Dan biasanya berhubungan dengan fi’il (kata kerja).

Contoh :
Anjing itu dipukul oleh Zaid = ‫ضةربةهد ةزتيدد‬ ‫اةتلةكتل د‬
‫ب ة‬
Saya menyukainya = ‫أةةنا اددحَيبهد‬
Berilah ia uang! = ‫اةتعدطده ندقدتوددا‬

Kata-kata ‫ضةربةهد‬ ‫ُ ة‬،‫ اددحَيبده‬dan ‫ اةتعدطده‬dalam contoh di atas terdiri dari fi’il (‫ب‬
‫ضةر ة‬ ‫ُ اددحَ ي‬،‫ )اةتعدط‬dan
‫ُ ة‬،‫ب‬
dhamir (‫ُ ده‬،‫ُ ده‬،‫ )ده‬yang menjadi maf’ul bih (objek penderita) yang disebut dhamir nashab
muttashil. Jadi apabila dhamir muttashil ini berhubungan dengan fi’il dan menjadi objek
penderita, maka dinamakan dhamir nashab muttashil.

DHAMIR MUTTASHIL

Dhamir muttashil (‫صلةدة‬‫ضةمائددر اتلدمتـ د‬


‫ )ةال ـ‬adalah kata ganti nama yang tidak dapat diucapkan
secara sendirian, melainkan harus bersambung dengan kata lain, baik bersambung dengan
kata kerja (fi’il) atau bersambung dengan isim dan harf.

Dhamir muttashil ada tiga macam :

Pertama : Dhamir Rafa’ Muttashil


Artinya kata ganti nama yang terletak di tempat rafa’ (fa’il), dan selalu bersambung
dengan fi’il (kata kerja) atau kaana (‫ )ةكاةن‬dan saudara-saudaranya. Kalau bersambung
dengan fi’il, maka selalu berada di tempat rafa’ fi’il (artinya sebagai subjek). Dan kalau
bersambung dengan ‫ ةكاةن‬dan saudara saudaranya, maka berada di tempat rafa’ isim kaana.

Contoh :
‫ةدةرتس د‬
Saya telah belajar = ‫ت‬
Engkau telah belajar = ‫ت‬ ‫ةدةرتس ة‬
Kamu semua adalah sebaik-baik umat = ‫دكتنتدتم ةختيةر أدـمدة‬

Kata ‫ت‬ ‫ ةدةرتس د‬dan ‫ت‬


‫ ةدةرتس ة‬terdiri dari fi’il (‫س‬
‫ )ةدةر ة‬dan fa’il (‫ت‬ ‫ ) ة‬. Adapun kata ‫ دكتنتدتم‬terdiri
‫) د‬dan(‫ت‬
dari (‫ )ةكاةن‬dan isim kaana (‫)تدتم‬. Kata ‫ت‬ ‫ ة‬,‫ت‬ ‫ د‬dan ‫ تدتم‬inilah yang disebut dhamir rafa’ muttashil.
Disebut muttashil, yang artinya ‘bersambung’.

Keterangan macam dhamir rafa’ muttashil akan dijelaskan pada materi pelajaran
selanjutnya...in sya Allah.
ISIM MABNI
‫)ةال ـ‬
A. Dhamir (‫ضدمتيدر‬
Yaitu isim mabni yang menunjukkan kepada pihak yang berbicara (mutakallim), yang
diajak berbicara (mukhathab), atau pihak yang dibicarakan (ghaib). Dalam bahasa
Indonesia disebut “kata ganti nama”.

Dhamir terbagi tiga :

‫ضدمتيدر اتلدمتنفة د‬
1. Dhamir Munfashil (‫صدل‬ ‫)ةال ـ‬
Dhamir munfashil adalah kata ganti nama yang terpisah dari kata yang lain atau berdiri
sendiri.
Dhamir munfashil ada dua macam :

(1) Dhamir Rafa’ Munfashil, artinya: kata ganti nama yang terletak di tempat rafa’
(mubtada, khabar, fa’il, atau na’ib fa’il).
Contoh :
Saya = ‫أةةنا‬
Engkau (lk.) = ‫ت‬ ‫أةتن ة‬
Kamu berdua (lk. pr.) = ‫أةتنتدةما‬
Kamu banyak (pr.) = ‫أةتنتدـن‬
Dia (pr.) = ‫دهةي‬
Mereka banyak (lk.) = ‫هدتم‬
Kami/kita = ‫نةتحدن‬
Engkau (pr.) = ‫ت‬ ‫أةتن د‬
Kamu banyak (lk.) = ‫أتنتدتم‬
Dia (lk.) = ‫هدةو‬
Mereka berdua (lk. pr.) = ‫هدةما‬
Mereka banyak (pr.) = ‫هدـن‬

(2) Dhamir nashab munfashil, artinya: kata ganti nama yang terletak di tempat nashab
(maf’ul bih).
Contoh :
Saya = ‫ي‬‫ادـيا ة‬
Engkau (lk.) = ‫ك‬ ‫ادـيا ة‬
Kamu berdua (lk. pr.) = ‫ادـيادكةما‬
Kamu banyak (pr.) = ‫ادـيادكـن‬
Dia (pr.) = ‫ادـياةها‬
Mereka banyak (lk.) = ‫ادـياهدتم‬
Kami/kita = ‫ادـياةنا‬
Engkau (pr.) = ‫ك‬ ‫ادـيا ة‬
Kamu banyak (lk.) = ‫ادـيادكتم‬
Dia (lk.) = ‫ادـياهد‬
Mereka berdua (lk. pr.) = ‫ادـياهدةما‬
Mereka banyak (pr.) = ‫ادـياهدـن‬

PERUBAHAN BUNYI HURUF ISIM

Menurut perubahan bunyi huruf akhirnya, isim terbagi dua :


1. Isim Mabni.
2. Isim Mu’rab.

1. ISIM MABNI
Isim mabni (‫ )اة ت دلتسدم اتلةمتبدني‬adalah setiap kata yang tidak mengalami perubahan bunyi pada
huruf akhirnya sekalipun jabatannya berubah-ubah.
Contoh :
Ini pena = ‫هةةذا قةلةدم‬
Saya membeli ini = ‫ت هةةذا‬ ‫ادتشتةةرتي د‬
Saya menulis dengan ini = ‫ت بدهةةذا‬ ‫ةكتةتب د‬
‫ة‬
Kata ‫( هةذا‬ini) dalam contoh di atas tidak berubah-ubah bunyi huruf akhirnya sekalipun
jabatannya berubah-ubah. Kata ‫ هةةذا‬dalam kalimat pertama seharusnya dibaca dhammah
(/u/) karena menjabat sebagai mubtada, dan dalam kalimat kedua seharusnya dibaca
fathah (/a/) karena menjabat sebagai maf’ul bih, dan pada kalimat ketiga seharusnya
dibaca kasrah (/i/) karena didahului oleh huruf jar (‫ب‬
‫) د‬.

Ada isim yang huruf akhirnya mabni atas sukun (artinya: tetap dibaca sukun selamanya).
Contoh: ‫ي‬‫ = الـدذ ت‬yang.
Ada pula yang huruf akhirnya mabni atas fathah.
Contoh: ‫ت‬ ‫ = أةتن ة‬engkau.
Ada pula yang huruf akhirnya mabni atas dhammah.
Contoh: ‫ = دمتندذ‬semenjak.
Ada pula yang huruf akhirnya mabni atas kasrah.
Contoh : ‫ = هةدذده‬ini.

KOSAKATA BARU (Hafalkan!)

Burung merpati = ‫ةحَةماةمةد‬


Itik = ‫بةطـةد‬
Angsa = ‫ةوـزةد‬
Burung hantu = ‫بدتوةمةد‬
Gagak = ‫ب‬ ‫دغةرا د‬
Burung garuda = ‫نةتسدر‬
Kelelawar = ‫طةواطد‬ ‫ةو ت‬
Burung pipit = ‫صفدتودر‬ ‫دع ت‬
Burung kakatua = ‫بةتيةغادء‬
Ulat = ‫ددتوةدةد‬
Kupu-kupu = ‫فةةراةشةد‬
Lebah = ‫نةتحلةةد‬
Semut = ‫نةتملةةد‬
Lalat = ‫دذةبابةةد‬
Nyamuk = ‫ضةد‬ ‫بةدعتو ة‬
Kutu rambut = ‫قةتملةةد‬
Kutu busuk = ‫بةقـةد‬
Laba-laba = ‫ت‬ ‫ةعتنةكبدتو د‬
Kalajengking = ‫ب‬ ‫ةعتقةر د‬
Ular = ‫ةحَيـةد‬
Cicak = ‫ةوةزةغةد‬
Belalang = ‫ةجةراةدةد‬
Sayap = ‫ةجةنادح‬
Ekor = ‫ةذتيدل‬
Tanduk = ‫قةتردن‬
Bulu burung = ‫درتيةشةد‬
Sarang = ‫ش‬ َ‫دع ر‬
Sangkar = ‫ص‬ ‫قةفة د‬
Kandang = ‫ةزدرتيبةةد‬

KOSAKATA BARU (Hafalkan!)

Kuda = ‫صادن‬ ‫دحَ ة‬


Keledai = ‫دحَةمادر‬
Sapi jantan = ‫ثةتودر‬
Sapi betina = ‫بةقةةرةد‬
Kerbau = ‫س‬ ‫ةجادمتو د‬
Unta = ‫ةجةمدل‬
Kambing = ‫ةغنةدم‬
Anjing = ‫ب‬ ‫ةكتل د‬
Kucing = َ‫ُ قدطر‬،‫دهـردة‬
Babi = ‫دختندزتيدر‬
Singa = ‫اةةسدد‬
Harimau = ‫نةدمدر‬
Beruang = ‫ب‬ َ‫دد ر‬
Serigala = ‫ب‬ ‫دذتئ د‬
Kera = ‫قدتردد‬
Rusa = ‫ي‬ ‫ة‬
‫ظتب د‬
Gajah = ‫فدتيدل‬
Buaya = ‫تدتمةسادح‬
Kelinci = ‫ب‬ ‫اةترنة د‬
‫د‬
Tikus = ‫دجةرذ‬
Burung = ‫طتيدر‬ ‫ة‬
Ayam jago = ‫ك‬ ‫ددتي د‬
Ayam betina = ‫ةدةجاةجةد‬

LATIHAN FI’IL MU’RAB

1. Orang yang durhaka itu tidak mengajak kepada kebaikan = ‫ع ادةلى اتلةختيدر‬ ‫اةتلةفادس د‬
‫ق لةتم يةتد د‬
2. Orang yang sakit itu belum / tidak sanggup berlari = ‫ي‬ ‫ض لةتم يةتستةدطتع أةتن يةتجدر ة‬ ‫اةتلةمدرتي د‬
‫ت‬
3. Kami berharap kesejahteraan dari Allah = ‫نةتردجو الةعافديةةة دمةن اد‬
4. Orang yang mulia tidak rela dengan kejahatan = ‫ضى دبالـشرر‬ ‫اةتلةكدرتيدم ةل يةتر ة‬
5. Janganlah berjalan di muka bumi dengan congkak = ‫ض دمتةةكبردرا‬ ‫ش دفي اتلةتر د‬ ‫ةل تةتم د‬
6. Janganlah engkau mengadili kecuali dengan kebenaran = ‫ق‬ ‫ض ادـل دباتلةح ر‬ ‫ةل تةتق د‬
7. Janganlah engkau takut kecuali kepada Allah = ‫ل تةةخف ادل اة‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ة‬
8. Saya ingin berjalan di tepi pantai = ‫اددرتيدد اةتن اةتمدشةي ةعةلى الـشادطدئ‬
9. Bacalah yang banyak, maka ilmumu akan bertambah = ‫ك‬ ‫ادتقةرتأ ةكثدتيدرا فةيةدزتيةد دعتلدم ة‬
10. Kami tidak akan rela kecuali dengan kemenangan = ‫صدر‬ ‫ضى ادـل دبالنـ ت‬ ‫لةتن نةتر ة‬

Pelajaran Nahwu 8 : Maf'ulun Bih (‫ )مفِعول به‬/ Objek


10 April 2011 pukul 6:17

Definisi Maf'ulun bih

Maf'ulun bih adalah isim manshub yang menjadi objek pekerjaan fa'il.

Secara bahasa Indonesia disebut objek.

Contoh kalimat:

Saya membaca buku. Maka kata al-kitaba (buku) = (Qoro-tu al-kitaba ) ‫ب‬ ‫قـرأ د‬
‫ت الـكـتـا د‬
.adalah objek

Salah satu contoh yang terdapat di dalam Al-Qur'an:

Allah = (Wa ahallallahul bai'a wa harromar ribaa ) ‫و أحَل ا البيع و حَرم الربا‬
.menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS Al Baqoroh : 275)

Pada ayat di atas, kata "jual beli" dan "riba" adalah maf'ulun bih. Kata "jual beli"
adalah maf'ulun bih dari kata kerja "menghalalkan", dan "riba" adalah maf'ulun bih dari
kata kerja "mengharamkan".

Kaedah-kaedah Maf'ulun bih:


Maf'ulun bih dapat berupa:

1. Isim mu'rob seperti contoh di atas. Kata al-kitab, al-bai'a, ar-riba, dll adalah
contoh isim mu'rob.
2. Isim mabni (Dhomir muttasil, dhomir munfashil, isim isyaroh, isim
maushul). Contoh : ‫( رأيتك‬roaituka) = Saya melihat kamu. Dhomir "ka" (kamu)
adalah dhomir muttasil yang menempati kedudukan nashob sebagai maf'ulun bih).

Pertanyaan (untuk menguji


pemahaman):
1. Apa pengertian maf'ulun bih?
2. Apa i'rob maf'ulun bih? rofa', nashob, jar, atau jazm?
3. Tuliskan contoh maf'ulun bih di dalam kalimat bahasa Indonesia, kemudian
terjemahkan ke dalam bahasa arab!

Pelajaran Nahwu 7 : Fa'il (‫ )الفِاعإل‬/ Subjek


26 Agustus 2010 pukul 19:37

Definisi Fa'il
Fa'il (subjek) adalah isim marfu' yang terletak setelah fi'il ma'lum (kata kerja aktif) dan
merupakan pelaku dari suatu pekerjaan.

Penerangan
Fai'l itu hampir sama dengan subjek (di dalam bahasa Indonesia), hanya saja fa'il harus
terletak setelah fi'il (kata kerja). Jadi kalau kita mau buat kalimat "Ahmad duduk", dalam
bahasa arab kata kerjanya diawal sebelum fa'il (subjek), ‫س أحَمدد‬ ‫( جل ة‬jalasa Ahmadu). Fa'il
terdapat pada jumlah fi'liyyah (kalimat yang diawali dengan fi'il), sementara pada jumlah
ismiyyah (kalimat yang diawali dengan isim), seperti ‫( أحَمدد جلس‬Ahmadu jalasa), maka
kata ‫ أحَمدد‬bukan dikatakan fa'il, tapi mubtada', karena kata ‫ أحَمدد‬merupakan isim yang
terletak di depan kalimat, sementara fa'il harus terletak setelah fi'il.

Contoh-contoh Fa'il di dalam Al Qur'an


ketika Yusuf berkata .. " (QS Yusuf 2)" = (idz qoola yuusufu ) ‫إذ قال يوسف‬ 
Ketika Orang-orang munafik itu" = (idz jaa-akal munaafiquun ) ‫إذ جاءك المنافقون‬ 
datang kepadamu" (QS Al Munafiquun : 1)

Dan" = (wa qodoo robbuka alla ta'buduu illa iyyahu ) ‫و قضي ربك أل تعبدوا إل إياه‬ 
robbmu menetapkan bahwa janganlah kalian menyembah selain Dia" (QS Al
Isro' : 23)

Dan sangat banyak sekali contoh-contohnya.

Kaedah-kaedah Fa'il
1. Jika fa'ilnya muannats, maka fi'ilnya ditambah ta' ta'nits (kadang hukumnya wajib,
kadang boleh-boleh saja)

Misal: ‫( حَضرت المدرسة‬hadorot al-mudarrisatu) = pengajar wanita itu telah hadir

2. Jika fa'ilnya mufrod, atau mustanna, atau jama', maka fi'il selalu dalam keadaan
mufrod

Misal :

Pengajar (lk2) itu telah hadir = (hadhoro al-mudarrisu ) ‫حَضر المدرس‬ o

Dua orang pengajar (lk2) itu = (hadhoro al-mudarrisaani ) ‫حَضر المدرسان‬ o


telah hadir

Pengajar-pengajar (lk2) itu = (hadhoro al-mudarrisuuna ) ‫حَضر المدرسون‬ o


telah hadir

Pengajar (pr) itu telah hadir = (hadhorot al-mudarrisatu ) ‫حَضرت المدرسة‬ o

Dua orang pengajar (pr) = (hadhorot al-mudarrisataani ) ‫حَضرت المدرستان‬ o


itu telah hadir

Pengajar-pengajar (pr) itu = (hadhorot al-mudarrisaatu ) ‫حَضرت المدرسات‬ o


telah hadir
Perhatikan, walaupun isimnya (fa'ilnya) berbentuk mutsanna atau jama' sekalipun
tapi fi'il tetap dalam keadaan mufrod.

Sudah Paham?

Kalau sudah, ada pertanyaan untuk menguji pemahaman Anda:

Terjemahkan ke dalam bahasa arab berikut ini (gunakan jumlah fi'liyyah):

 Fathimah telah keluar


 Ahmad telah keluar
 Dua orang muslim itu telah keluar
 Para muslimah itu telah keluar
 Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang senantiasa
melimpahkah rahmat-Nya sehingga buku “Mengenal Kaidah-Kaidah Dasar
Nahwu dan Shorof” ini selesai tersusun. Shalawat dan salam semoga selalu
terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada para kerabat, sahabat
dan seluruh umat beliau sampai hari kiamat.
 Kita kaum muslim memaklumi bahwa bahasa arab adalah bahasa al-Qur’an.
Setiap orang muslim yang bermaksud menyelami ajaran Islam yang sebenarnya
dan lebih mendalam, tiada jalan lain kecuali harus menggali dari sumber aslinya,
yaitu al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, menurut kaidah
hukum Islam, mengerti akan ilmu nahwu & shorof bagi mereka yang ingin
memahami al-Qur’an, hukumnya fardhu ‘ain.
 Hubungan ilmu shorof dengan ilmu nahwu tidak dapat dipisahkan bagaikan ibu
dan bapak yaitu saling membutuhkan serta saling melengkapi sebagaimana
perkataan sebagian ulama:
‫ف اديم تالدعلدتودم ةوالنـتحدو اةبدتوةها‬ ‫ةال ـ‬
‫صتر د‬ 

 “ Ilmu shorof adalah ibu atau induk segala ilmu, sedangkan ilmu nahwu itu
bapaknya”.
 Adapun perbedaan ilmu shorof dan ilmu nahwu adalah jika ilmu shorof membahas
suatu kata sebelum masuk di dalam susunan kalimat, sedangkan ilmu nahwu membahas
suatu kata ketika sudah masuk didalam susunan kalimat. Ilmu nahwu juga merupakan
ilmu yang pertama kali harus dikaji sebelum mengkaji disiplin ilmu-ilmu yang lain. Dalam
nadhom I’mrithi dikatakan:

‫ إدذ اتلةكلةدم ددتونةهد لةتن يدتفهةةما‬# ‫ةوالنـتحدو أةتوةلى أةـولد أةتن يدتعلةةما‬
“Ilmu yang pertama kali harus dikaji adalah ilmu nahwu, karena tanpanya
suatu pembicaraan tidak akan dapat dipahami”
 Untuk itu, sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, penulis
merasa terpanggil untuk berpartisipasi menyusun sebuah buku pembelajaran
nahwu & shorof ini, sebagai sebuah pengabdian dan upaya membantu para siswa
dalam memahami ilmu nahwu dan shorof, serta mempermudah proses belajar
bagi para siswa khususnya.
 Tujuan pembelajaran buku ini adalah agar peserta didik dapat mengenal dan
memahami dasar-dasar ilmu nahwu & shorof serta mengetahui cara meng-I’rab
suatu teks kalimat berbahasa arab dengan baik dan benar. Oleh karena itu, Untuk
mencapai tujuan tersebut, didalam buku ini terdapat tujuh belas pembahasan, yang
mana pada setiap pembahasannya terdapat materi pembahasan dilanjutkan dengan
latihan-latihan soal serta diberikan contoh cara meng-I’rab dan latihan meng-I’rab
teks kalimat dalam bahasa arab, dilengkapi juga 60 ta’rifaat (berbagai definisi).
Sehingga harapan penulis setelah mempelajari dan memahami buku ini peserta
didik akan terbiasa menulis, berbicara dan menyusun teks-teks berbahasa arab,
serta peserta didik dapat mengenal lebih jauh kaidah-kaidah ilmu nahwu &
shorof.
 Akhirnya, penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis, sehingga penulisan buku ini bisa
terselesaikan walau dengan berbagai kekurangan dan kesalahan-kesalahan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada abi wa ummi yang dengan kasih
sayang, kesabaran, ketabahan, dukungan dan dorongan-nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan buku ini. Penulis berharap buku ini dapat memberi
kontribusi dalam pengembangan ilmu-ilmu agama Islam dan mendapat ridha dari
Allah SWT. Amieeen……….

 Pengertian Nahwu Shorof


 Meninggalkan komentar Go to comments
 NAHWU adalah kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan
keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun
(Murokkab). Termasuk didalamnya adalah pembahasan SHOROF. Karena Ilmu
Shorof bagian dari Ilmu Nahwu, yang ditekankan kepada pembahasan bentuk kata
dan keadaannya ketika mufrodnya.
 Jadi secara garis besar, pembahasan Nahwu mencakup pembahasan tentang
bentuk kata dan keadannya ketika belum tersusun (mufrod) , semisal bentuk Isim
Fa’il mengikuti wazan ‫فاعل‬, Isim Tafdhil mengikuti wazan ‫أفعل‬, berikut keadaan-
keadaannya semisal cara mentatsniyahkan, menjamakkan, mentashghirkan dll.
Juga pembahasan keadaan kata ketika sudah tersusun (murokkab) semisal
rofa’nya kalimah isim ketika menjadi fa’il, atau memu’annatskan kalimah fi’il
jika sebelumnya menunjukkan Mu’annats dll.
 Satu kata dalam Bahasa Arab disebut Kalimah (‫ )الةكلدةمة‬yaitu satu lafadz yang
menunjukkan satu arti.
 Kalimat atau susunan kata dalam Bahasa Arab disebut Murokkab (‫)الدمةرـكب‬. Jika
kalimat / susunan kata tersebut telah sempurna, atau dalam kaidah nahwunya telah
memberi pengertian dengan suatu hukum ” Faidah baiknya diam” maka kalimat
sempurna itu disebut Kalam (‫لم‬ ‫ )الةك ة‬atau disebut Jumlah (‫)الدجتمةلة‬.

 Kalimah-kalimah dalam Bahasa Arab, diringkas menjadi tiga macam:


 1. Kalimah Fiil (‫ = )الفدتعدل‬Kata kerja
 2. Kalimah Isim (‫ = )ادلتسدم‬Kata Benda
 ‫ = )الةحتر د‬Kata Tugas.
3. Kalimah Harf (‫ف‬
 Khusus untuk Kalimah Fi’il, bisa dimasuki: ‫ ســوف‬,‫ س‬,‫قــد‬, Amil Nashob ‫ ان‬dan
saudara-saudaranya, Amil Jazm, Ta’ Fa’il, Ta’ Ta’nits Sakinah, Nun Taukid, Ya’
Mukhotobah.
 Khusus untuk Kalimah Isim, bisa dimasuki: Huruf Jar, AL, Tanwin, Nida’,
Mudhof, Musnad.
 Khusus untuk Kalimah Harf, terlepas dari suatu yang dikhusukan kepada Kalimah
Fiil dan Kalimah Isim.
 Menurut wazannya, asal Kalimah terdiri dari tiga huruf, 1. Fa’ fi’il, 2. ‘Ain Fi’il,
3. Lam Fi’il (‫)فةةعلة‬. Apabila ada tambahan asal, maka ditambah 4. Lam fi’il kedua (‫ة‬
‫)فةتعةلل‬. Apabila ada tambahan huruf bukan asal. maka ditambah pula pada wazannya
dengan huruf tambahan yang sama, semisal ‫ دمتســلدمد‬ada tambahan huruf Mim
didepannya, maka ikut wazan ‫دمتفدعدل‬.

 Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’, Fi’il Amar


 Meninggalkan komentar Go to comments

 Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:

 1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:

 Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, yang telah terjadi sebelum masa
berbicara. Seperti :

‫أقأرأأ‬ 

 “Telah membaca”.

 Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah.
Seperti :

‫أقأرأأ ت‬
‫ت‬ 

 QORO’TU = “Aku telah membaca” dan

‫أقأراأأت‬ 

 QORO’AT = “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.

 2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:

 Kata kerja menunjukkan kejadian sesuatu pada saat berbicara atau setelahnya,
pantas digunakan untuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung.

 Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya


Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:

‫أقاَل أ إإننيِّ لأأيأحتزتنإنيِّ أأأن أتأذأهتبوُا إبإه‬ 

 Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat


menyedihkanku…
ِ‫ب أغددا أوُأماَ أتأدإري‬ ‫س أماَأذا أتأكإس ت‬
‫أوُأماَ أتأدإريِ أنأف س‬ 

‫ض أتتموُ ت‬
‫ت‬ ‫يِ أأأر ض‬‫س إبأ أ ن‬‫أنأف س‬
 …Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati…

 Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya :

.‫ ان‬,‫ أن‬,‫ لن‬,‫ سوُف‬,‫س‬ 

 SYIN, SAUFA, LAN, AN dan IN

 Seperti:

‫صألىَ أناَدرا أذاأت لأأه ض‬


‫ب‬ ‫سأي أ‬
‫أ‬ 

 Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

َ‫ف تيأرى‬
‫سأوُ أ‬ ‫أوُأأنن أ‬
‫سأعأيته أ‬ 

 dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).

ِّ‫أقاَل أ أرنب أأإرإنيِّ أأنتظأر إإلأأيأك أقاَل أ ألن أتأراإني‬ 

 berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar


aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat-Ku

‫أوُأأأن أت ت‬
‫صوُتموُا أخأيسر لأتكأم إإأن تكأنتتأم أتأعلأتموُأن‬ 

 Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

‫ات تكلدل نمن أ‬


‫سأعتإإه‬ ‫أوُإإن أيأتأفنرأقاَ تيأغإن ن‬ 

 Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-
masingnya dari limpahan karunia-Nya.

 Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki ‫ لةتم‬seperti contoh:

‫لأأم أيأقأرأأ‬ 

 artinya: tidak membaca.

 Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang
empat yaitu ‫ أ – ن – ي – ت‬disingkat menjadi ‫أنيت‬.

 Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama


tunggal/Aku. contoh

‫أضرب‬ 

 ADHRIBU = aku akan memukul

 Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang


pertama jamak/Kami. contoh
‫نــضرب‬ 

 NADHRIBU = kami akan memukul

 Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male,


tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh

‫يــضرب‬ 

 YADHRIBU = dia (pr) akan memukul

‫يــضرباَن‬ 

 YADHRIBAANI = dia berdua (lk-pr) akan memukul

‫يــضربوُن‬ 

 YADHRIBUUNA = mereka (lk) akan memukul

‫يــضربن‬ 

 YADHRIBNA = mereka (pr) akan memukul

 Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male
atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh

‫تــضرب‬ 

 TADHRIBU = kamu (lk)/dia (pr) akan memukul

َ‫تــضربا‬ 

 TADHRIBAA = kamu berdua (lk-pr)/dia berdua (pr) akan memukul

‫تــضربوُن‬ 

 TADHRIBUUNA = kamu sekalian (lk) akan memukul

‫تــضربين‬ 

 TADHRIBIINA = kamu (pr) akan memukul

‫تــضربن‬ 

 TADHRIBNA = kamu sekalian (pr) akan memukul

 3. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :

 Kata kerja untuk memerintah atau mengharap sesuatu yang dihasilkan setelah
masa berbicara. contoh:

‫اأقرأأ‬ 

 IQRO’ = bacalah.
 Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan
perintah. contoh

‫اأقأرأأنن‬ 

 IQRO’ANNA = sungguh bacalah.

Isim Fi’il (‫)أسماء الفعال‬


Meninggalkan komentar Go to comments

Pengertian Kalimah-kalimah kategori ISIM FI’IL adalah Lafadz yang menunjukkan arti
pekerjaan/Fi’il (‫ )الفعل‬akan tetapi tidak dapat menerima tanda-tanda Fi’il (kata kerja).

Isim Fi’il ada tiga macam:

1. Isim Fi’il Madhi menunjukkan arti seperti Fi’il Madhi (Kata kerja bentuk
lampau). Contoh:

‫ت‬
‫( مهيممها م‬Haihaatah)menunjukkan arti “Telah jauh”.

‫ت لدةما دتوةعددوةن‬
‫ت هةتيةها ة‬
‫هةتيةها ة‬
jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu

‫شتتامن‬
‫( م‬Syattaanah) menunjukkan arti “Telah terpisah/bercerai-berai”

2. Isim Fi’il Mudhari’ menunjukkan arti seperti Fi’il Mudhari’ (Kata kerja bentuk
sedang atau akan). Contoh:

‫ي‬
‫( مو ي‬Waeh)menunjukkan arti “Saya heran/saya takjub/saya kagum”.

‫ى ةكأ ةنـهد لة يدتفلددح اتلةكافددروةن‬


‫ةو ت‬
Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)

‫( أد ف‬Off) menunjukkan arti “Saya berkeluh-kesah/saya menggerutu/cih,cis”.


ِ‫ف‬

‫ةفل تةقدتل لةهدةما أد ي‬


‫ف‬
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”

3. Isim Fi’il Amar menunjukkan arti seperti Fi’il Amar (Kata perintah). Contoh:

‫صيه‬
‫( م‬Shoh!) menunjukkan arti “Diamlah!” ْ‫( آدميين‬Aamien) menunjukkan arti
“Kabulkanlah!”

Pembagian Isim Fi’il ada dua:

1. Isim Fi’il Murtajal adalah Kalimah yang mana pembawaan awal pemakaiannya
sebagai Isim Fi’il. Sebagaimana pada contoh-contoh diatas.
2. Isim Fi’l Manqul adalah Kalimah yang dipakai juga pada selain Isim Fiil,
kemudian ditukil menjadi Isim Fi’il.

Baik penukilan itu berupa Jar-majrur.


‫‘( ةعلةتي ة‬Alaiek) “Harus”, ‫ك‬
Semisal ‫ك‬ ‫( إدلةتي ة‬Ilaiek) “Ambillah” dll.Atau berupa Zharaf
Semisal ‫ك‬ ‫( ددتونة ة‬Duunak) “Ambillah” , ‫ك‬ ‫( مكانة ة‬Makaanak) “Tetaplah pada tempatnya,
‫ك‬
‫( أماةم ة‬Amaamak) “Majulah”, ‫ك‬ ‫( ورادء ة‬Waraa’ik) “Mundurlah”. dll.

Atau berupa Masdar


Semisal ‫( درةوتيةد‬Ruwaieda) “Segan” ‫( بةتلهة‬Balhah) “Cuek”. dll.

Penggunaan Isim Fiil tetap dalam satu bentuk keadaan, baik untuk tunggal, dual, jamak,
atau baik untuk male, female. Kecuali jika penggunaannya menggunakan huruf Kaf (‫)ك‬
maka dapat berubah tergantung keadaan pada kata ganti/Dhamir. semisal ,‫ ةعلةتيدكــتم‬,‫ةعلةتيدكـن‬
‫ ةعلةتي ة‬,‫ ةعلةتيدك‬,‫ةعلةتيدكةما‬
‫ك‬

Status Isim Fi’il adalah Sima’i (‫ )سماعي‬kalimah bangsa pendengaran, artinya bawaan dari
orang Arab. Kecuali ada Isim Fi’il berpola/berwazan ‫ فةةعاةل‬semisal ‫ قةةتاةل‬,‫ نةةزاةل‬maka yang
seperti ini, diqiyaskan kepada tashrif Fi’il Tsulatsi yang Mutashorrif tanpa Naqish.

Isim Aswat ‫أسماء الصوات‬


Meninggalkan komentar Go to comments

Semua Isim Ashwat diserupakan hukumnya kepada Isim Fi’il, artinya tetap menggunakan
satu bentuk lafal dalam penunjukan suatu makna, beramal tapi tidak dapat diamali, baik
untuk tunggal, dual, jamak, male dan female.

Isim Aswat ada dua kategori:

1. Lafazh-lafazh yg ditujukan kepada Hewan yg tidak berakal atau tidak dapat berbicara
(seperti anak kecil). contoh:

‫“ هةتيدد‬Haid!” atau ‫“ ةهاد‬Haad!” dipakai untuk membentak Unta yang lambat jalannya agar
kencang.

‫“ هد ت‬Hus” dipakai untuk menghalau Kambing.


‫س‬

‫“ ةدكتخ ةدكتخ‬kakh-kakh” dipakai untuk mencegah anak kecil. Dll

2. Untuk menceritakan Bunyi/suara dari hewan atau benda mati dll. contoh:

‫“ غاق‬Ghaaq” suara burung gagak.

‫“ طق‬Thaq” suara batu jatuh.

‫“ قب‬Qabb” suara pukulan pedang. dll

semua Isim Aswat adalah Sima’iy bawaan dari orang Arab.

Mujarrad dan Mazid


Meninggalkan komentar Go to comments

Selanjutnya pada subpage “Pembahasan kata kerja” kali ini, adalah tentang Mujarrad dan
Mazid. Sebagian pembahasan ini, telah saya posting pada subpage belajar I’lal.

Kata kerja/kalimah fi’il terbagi menjadi Mujarrad dan Mazid. Fi’il Mujarrad adalah Fi’il
yang semua huruf-hurufnya asli. Fi’il Mazid adalah fi’il yang ditambahi satu haruf atau
lebih pada huruf-hurufnya yg asli.

Fi’il Mujarrad terdapat dua bagian, Tsulatsi dan Ruba’i:


 Fi’il Tsulatsi yang Mujarrad (kalimah bangsa 3 huruf asli tanpa tambahan) ada 6
Wazan. Silahkan buka disini
 Fi’il Ruba’I yang Mujarrad (kalimah bangsa 4 huruf asli tanpa tambahan) ada 1
Wazan. Silahkan buka disini

Fi’il Mazid juga ada dua bagian, Tsulatsi dan Ruba’i.

Fi’il Tsulatsi yang Mazid (kalimah bangsa 3 huruf asli berikut tambahan 1/ 2/ 3 Huruf):

 tambahan 1 huruf, ada 3 wazan. Silahkan buka disini:


 tambahan 2 huruf, ada 5 wazan. Silahkan buka disini:
 tambahan 3 huruf, ada 4 wazan. Silahkan buka disini:

Fi’il Ruba’i yang Mazid (kalimah bangsa 4 huruf asli berikut tambahan 1 / 2 huruf):

 tambahan 1 huruf, ada 1 wazan. Silahkan buka disini:


 tambahan 2 huruf, ada 2 wazan. Silahkan buka disini:

Dengan demikian kalimah fi’il dalam bahasa arab, secara pertimbangan jumlah hurufnya
terdapat empat bentuk; 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf dan 6 huruf. dan kalau dipertimbangkan
dari jumlah wazannya terdapat 22 bentuk wazan.

PENTING UNTUK DIKETAHUI…!

1. Tidak musti semua kalimah fi’il mujarrad bisa diberlakukan untuk fi’il mazidnya,
contoh: ‫س‬ ‫ُلةيـــ ة‬، “bukan” ‫“ ةخل‬selain” dan semisalnya dari semua fi’il Jamid.
Begitupun sebaliknya tidak musti tiap kalimah fi’il bentuk mazid bisa berlaku
untuk bentuk mujarradnya, contoh: ‫اتجلةـوةذ‬, “tergesa-gesa” ‫“ اتعةرتنةدى‬mengeras” dan
semisalnya dari fi’il-fi’il yang berwazan ‫ اتفةعـوةل‬atau ‫ اتفةعتنةلى‬. Begitupun juga tidak
musti bentuk fi’il mazid yang satu, bisa dipakai bentuk fi’il Mazid yang lain, akan
tetapi semua pemakaian bentuk kalimah terlaksana secara sima’i atau bawaan
bangsa Arab. Kecuali sebagai pelainan, yaitu untuk Fi’il-fi’il Tsulatsi Lazim yang
akan kita Muta’addikan dengan cara memasang Hamzah pada awal kalimah,
misalnya: ‫“ ةخةرةج‬keluar” dimuta’addikan menjadi ‫“ أةتخةرةج‬mengeluarkan”.
2. Bilamana pada fi’il madhi itu berpola wazan ‫‘( فةةعل‬ain fi’ilnya berharkah fathah),
maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan antara ‫ يةتفةعدل‬atau ‫يةتف‬
‫ دعدل‬atau ‫يةتفدعدل‬. (‘ain fi’ilnya berharkah fathah/dhammah/kasrah). Dan bilamana fi’il
madhi itu berwazan ‫‘( فةدعل‬ain fi’ilnya berharkah kasrah), maka dapat dipastikan
bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan ‫ يةتفةعدل‬atau jarang berwazan ‫‘( يةتفدعــدل‬ain
fi’ilnya berharkah fathah/kasrah) saja. Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan ‫فةدعل‬
(‘ain fi’ilnya berharkah dhammah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il
mudhari’nya berwazan ‫‘( يةتفدعدل‬ain fi’ilnya berharkah dhammah) saja.
3. Wazan-wazan fi’il bangsa tiga huruf yang paling banyak ditemukan dalam
penggunaanya menurut urutannya adalah sebagai berikut: pertama yang paling
banyak ditemukan adalah kalimah fi’il berpola wazan ‫ فةةعــةل – يةتفدعــدل‬, berikutnya
wazan ‫ فةةعــةل – يةتفدعــدل‬, kemudian wazan ‫ فةةعــةل – يةتفةعــدل‬, kemudian wazan ‫ فةدعــةل – يةتفةعــدل‬,
kemudian wazan ‫ فةدعةل – يةتفدعدل‬, hingga yang paling jarang yaitu berpola wazan – ‫فةدعةل‬
‫يةتفدعدل‬.
4. Untuk mengamati wazan kalimah bagsa tiga huruf, perlu diperhatikan adalah
bentuk wazan fi’il madhi-nya berikut fi’il mudhari’nya secara bersamaan,
dikarenakan berbeda-bedanya bentuk fi’il mudhari’ untuk satu pola wazan fi’il
madhi. Dan ada juga yang cukup memperhatikan bentuk Fi’il Madhinya saja,
yaitu untuk tiap-tiap kalimah yang berwazan fi’il madhi dengan satu bentuk fi’il
mudhari tanpa berbeda-beda, seperti wazan ‫ فةدعةل‬dengan satu bentuk fi’il mudhari’
‫يةتفدعدل‬.
5. Ketentuan kalimah fi’il tsulatsi dalam mengikuti suatu wazan tertentu dari 6
wazan tsulatsi mujarrad di atas, bergantung pada ketentuan secara sima’i dari
orang arab. Maka tidak bisa dikokohkan melalui pengetahuan secara kaidah-
kaidah. Kecuali ada sedikit kemungkinan yang paling mendekati dengan melihat
kaidah-kaidah berikut ini:Untuk Fi’il Madhi yang ‘ain fi’ilnya berharkah fathah,
apabila huruf awalnya (fa’ fi’ilnya) terdiri dari huruf hamzah atau wau, maka
lazimnya banyak berpola wazan ‫ فةةعةل – يةتفدعـدل‬contoh: – ‫أةسـر – يأدسـر | أةتـى – يـأدتي | وةعـد‬
‫ يدعد‬dan tidak lazim seperti contoh: ‫ أةخد – يأدخدذ | أةكل – يأدكــل | أةمــر – يــأدمر‬.Apabila fi’il
madhinya termasuk kalimah bina’ Mudha’af yang Muta’addi, maka yang
banyak berpola wazan ‫ فةةعةل – يةتفدعدل‬seperti contoh: ‫صــيد‬ ‫صـــد – ي د‬
‫ مـد – يدمــيد | ة‬dan apabila
terdiri dari Bina’ Mudha’af Lazim maka yang banyak berpola wazan ‫فةةعةل – يةتفدعدل‬
seperti contoh:‫ف | شـد – يدشند‬ ‫ نخ ـ‬.
‫ف – يدخ ن‬

Apabila fi’il madhinya termasuk kalimah bina’ Ajwaf ya’iy atau bina’ Naqish
ya’iy, maka yg banyak ikut wazan ‫ فةةعةل – يةتفدعدل‬seperti: ‫ بــاع – يــبيع | رةمـى – يردمــي‬dan
bilamana termasuk bina’ ajwaf wawi atau Naqish wawi, maka yg banyak ikut
wazan ‫ فةةعةل – يةتفدعدل‬seperti: ‫ ةقام – يدقوم | دةعا – يددعو‬. dll.

6. Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan ‫ فةدعةل – يةتفدعدل‬semuanya adalah fi’il lazim. kata
kerja seperti wazan ini adalah menunjukkan tabi’at/sifat/watak. seperti contoh:
‫ضل – حَدسن – قدبح‬
‫“ ظدرف – ف د‬cerdas” – “utama” – “bagus” – “jelek”. dll.
7. Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan ‫ فةدعةل – يةتفةعـدل‬apabila ia Lazim, maka sering
menunjukkan tentang kebahagiaan atau kesusahan. contoh: ‫ب‬ ‫“ طةدر ة‬bingung” ‫فةدرةح‬
“gembira” ‫“ ةحَــدزةن‬sedih”. atau sering menunjukkan tentang Berisi atau Kosong
seperti ‫“ شبدةع‬kenyang” ‫“ عدطش‬haus”. atau banyak menunjukkan tentang cacat atau
sempurna. contoh ‫ش‬ ‫“ ةعدم ة‬trahum/mata kabur/min” ‫“ غيدةد‬bengkok/miring” dll.
8. semua fi’il yang berwazan ‫ فةةعةل – يةتفةعدل‬dapat dipastikan ‘Ain fi’il atau lam fi’il-nya
terdiri dari huruf Halaq (‫)ح – خ – ع – غ – هـ – أ‬. contoh: ‫ فةتح – نةشأ‬dll.

9. Fi’il Ruba’i Mujarrod


10. Meninggalkan komentar Go to comments

11. Untuk mengetahui bentuk Bina’ pada tiap-tiap kalimah Bahasa Arab, terlebih
dahulu kita harus mengenal bentuk Fi’il Madhinya. Asal bentuk Fi’il Madhi ada
dua macam:

12. 1. Fi’il Tsulatsiy/kalimah bangsa tiga huruf.

13. 2. Fi’il Ruba’iy/kalimah bangsa empat huruf.

14. Apabila pada Fi’il Madhinya tersebut berjumlah empat huruf asal, maka
dinamakan Fi’il Ruba’i Mujarrad, dimana wazannya ada satu, sebagaimana tabel
berikut:

WAZAN MAUZUN

‫أفأعلأل أ تيأفأعلإل ت أفأعلألأدة فإأعلألد‬ ‫ج أدأحأرأجدة‬ ‫أدأحأرأج تيأدأحإر ت‬


َ‫إدأحأرادجا‬

Fi’il Tsulatsi Mazid


Meninggalkan komentar Go to comments

Sebagaimana kita pelajari sebelumnya, bahwa bentuk dasar Kalimah Fi’il itu ada dua,
Fi’il Tsulatsi (Fi’il bangsa tiga huruf) dan Fi’il Ruba’i (Fi’il bangsa empat huruf).
Masing-masing dari Tsulatsi dan Ruba’i tersebut ada yang mujarrod: artinya tidak ada
huruf tambahan pada Fi’il Madhinya, sebagaimana contoh yang telah diposting pada
halaman-halaman sebelumnya. Kemudian ada yang Mazid: artinya pada Tsulatsi dan
Ruba’i tersebut ada tambahan huruf, sehingga dinamakan Fi’il Tsulatsi Mazid atau Fi’il
Ruba’i Mazid.

Fi’il Tsulatsi Mazid:

Ada yang ditambah satu huruf, seperti ‫( أةتفةعةل‬dengan ditambahi huruf Hamzah’ didepan Fa’
Fi’il). ‫( ةفاةعةل‬ada tambahan Alif diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ‫( فةـعةل‬ada tambahan ‘Ain,
menjadi double ‘Ain). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Ruba’i

Ada yang ditambah dua huruf, seperti ‫( تةةفاةعةل‬tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Alif
diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ‫( اتنفةةعةل‬tambahan Alif dan Nun sebelum Fa’ Fi’il). ‫تةفةـعةل‬
(tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Double ‘Ain). ‫( اتفتةةعةل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il
dan Ta’ diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ‫( اتفةعـــل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan
Double Lam). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi

Ada yang ditambah hingga tiga huruf, seperti: ‫( اتستةتفةعةل‬ditambah Alif, Sin dan Ta’ sebelum
Fa’ Fi’il). ‫( اتفةعاـل‬ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Alif sebelum ‘Ain Fi’il dan Double
Lam). ‫( اتفةعتوةعةل‬ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Wau sebelum ‘Ain Fiil dan ‘Ain sebelum
Lam Fi’il). ‫( اتفةعتنةلـةل‬ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Lam
sesudah Lam Fi’il). ‫( اتفةعتنةلى‬ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan
Alif Layyinah sesudah Lam Fi’il). ‫( اتفةعـــوةل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il, Dua Wau
sebelum Lam Fi’il). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Sudasi

Untuk lebih mudahnya kita lihat wazan-wazan tabel berikut:

WAZAN MAUZUN

‫أميفمعمل يديفِدعدل إيفمعالد‬ ‫أميكمرمَ يديكدرمَ إيكراما د‬


‫فمععمل يدفِمععدل تميفِعيلد‬ ‫فمترمح يدفِمعردح تميفِدريحا د‬
‫مقاتممل يدمقاتددل دممقاتملمةد وقدمتالد مفامعإمل يدمفِادعإدل دممفِامعإلمةد وفدمعالد‬
‫وفدييمعالد‬ ‫وقدييمتالد‬
‫اينفِممعمل يمينفِمدعدل اينفِدمعالد‬ ‫سامراد‬ ‫سدر ايندك م‬ ‫سمر يمينمك د‬
‫اينمك م‬
‫ايفتممعمل يميفِتمدعدل ايفتدمعالد‬ ‫ايجتممممع يميجتمدمدع ايجتدممامعإا د‬
‫ايفمعتل يميفِمعلل ايفمعللد‬ ‫ايحَممتر يميحمملر ايحَدممرامراد‬
‫تمفِمتعمل يمتمفِمتعدل تفِلعلد‬ ‫تممكلتمم يمتممكلتدم تممكللمما د‬
‫تممفِامعإمل يمتممفِامعإل تممفِادعإلد‬ ‫تممبامعإمد يمتممبامعإدد تممبادعإمداد‬
‫ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ستميخدردج‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ستميخمرمج ي‬ ‫ي‬ ‫ا‬
‫ستدفِمعالد‬ ‫ستمفِدعل ا ي‬ ‫ستمفِمعمل يم ي‬
‫ا ي‬ ‫ستديخمرامجا د‬ ‫ا ي‬
‫ايعإشوشب يعشوشب‬
‫م ي م م م ي م ي م د ايفمعيومعإمل يميفِمعيومعإدل ايفدعييمعالد‬
‫شابما د‬ ‫شيي م‬ ‫ايعإ د‬
‫ايفمعتومل يميفِمعتودل ايفدعتوالد‬ ‫امجلمتوعذ يميجلمتودذ ايجلمتواذاد‬
‫ايفمعاتل يميفِمعالل ايفدعييمعالد‬ ‫ايحَمماتر يميحممالر ايحَدميمرامراد‬
Fi’il Ruba’i Mazid
Meninggalkan komentar Go to comments

Fi’il Ruba’i Mazid:

Ada yang ditambah satu huruf, seperti ‫( تةفةتعلةةل‬dengan ditambahi Ta’ didepan Fa’ Fi’il).
Disebut Fi’il Ruba’i Mazid Khumasi

Ada yang ditambah dua huruf, seperti ‫( اتفةعتنلةةل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Nun
diantara ‘Ain Fi’il dan Lam Fi’il pertama). ‫( افةعلةـل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan
Double Lam pada Lam Fi’il kedua). Disebut Fi’il Ruba’i Mazid Sudasi.

Wazan Fiil Ruba’i Mazid ada 3 Bab, sebagaimana tabel berikut:

WAZAN MAUZUN

‫تممديحَمرمج يمتممديحَمردج تممديحَدرمجا د تمفِميعلممل يمتمفِميعلمدل تمفِميعلدلد‬


‫ايحَمرينمجمم يميحمرينمجدم ايحَدرينمجامما د ايفمعينلممل يميفِمعيندلل ايفدعينللد‬
‫شيعمرامراد افمعلمتل يميفِمعلدلل ايفدعللد‬ ‫شدعلر ايق د‬ ‫ايق م‬
‫شمعتر يميق م‬

Jamid dan Mutasharrif


Meninggalkan komentar Go to comments

Kata kerja/ kalimah fi’il (‫ )الفعل‬terbagi menjadi:

1. Fi’il Jamid (‫)الفِعل الجامد‬


2. Fi’il Mutasharrif (ِ‫)الفِعل المتصرف‬.

‫الفِديعدل ايلمجادمدد‬
Fi’il Jamid (statis)

Fi’il Jamid Adalah Kalimah Fi’il yang hanya mempunyai satu bentuk Shighah. Baik
hanya berbentuk Fi’il Madhi saja. atau hanya berbentuk Fi’il Amar saja. Atau ada hanya
berbentuk Fi’il Mudhari’ saja tapi jarang.

Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Madhi saja:

FI’IL MADHI
TERJEMAH CONTOH
JAMID

‫اد أمين يميعفِدمو معإيندهيم‬


‫سىَ ت‬
Mengharap
َ‫سى‬
‫معإ م‬ ‫معإ م‬
mudah-mudahan Allah memaafkan mereka

‫س بدظمتلدمَ لديلمعدبيدد‬ ‫موأمتن ت‬


‫ام لميي م‬
‫لميي م‬
‫س‬ Meniadakan
dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah
penganiaya hamba-hamba-Nya

‫س‬
‫بديئ م‬
Celaan,
Kecaman
‫س التردجدل أدبو لممه م‬
‫ب‬ ‫بديئ م‬
Seburuk-buruknya lelaki adalah Abu Lahab

‫نديعمم‬ Pujian,
Sanjungan
‫نديعمم التردجدل أدبو بميكدر‬
Sebaik-baiknya lelaki adalah Abu Bakar

‫تممبامرمك‬ Maha Suci


ْ‫اد مرلب ايلمعالمدميمن‬
‫تممبامرمك ت‬
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam

Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Amar saja:

FI’IL
AMAR TERJEMAH CONTOH
JAMID

‫تممعلتيم‬ Percayalah!
‫تممعلتيم أمعن العرمبا بملمدء‬
Percayalah! Sesungguhnya Riba itu membawa petaka

‫ت أمدجيردنيِ أممبا مخالددد × موإدلت‬‫فمقديل د‬


‫مهيب‬ Anggaplah! ‫فممهيبدنيِ ايممرأد مهالددكا‬
Aku Cuma bisa berkata… pertahankanlah aku wahai
Abu Khalid…atau jika tidak… maka anggaplah aku
seorang yang telah binasa

‫تممعامل‬ Kemari!, Yuk!


‫مهتيا مزييد تممعامل‬
Hai Zaid…Kemarilah!

‫قديل مهادتوا بديرمهانمدكيم إدين دكينتديم‬


‫ت‬
‫مها د‬
Bawalah kemari!,
Tunjukkanlah! ْ‫صادددقيمن‬
‫م‬
Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika
kamu adalah orang yang benar.”

Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Mudhari’ saja:

FI’IL MUDHARI’ JAMID TERJEMAH CONTOH

‫يميهبدطد‬ Memekik, mengerang, berteriak karena


takut.
ِ‫ف‬ ‫الفِديعدل ايلدمتم م‬
‫صعر د‬
Fi’il Mutasharrif (elastis)

Fi’il Mutasharrif adalah kalimah fi’il yang dapat berubah bentuknya sesuai tashrif
ishtilahiy. Fi’il Mutasharrif terbagi dua:

1. Tam Tasharruf (ِ‫)تامَ التصعرف‬

(sempurna dalam mutasharrif-nya)

Fi’il Tam Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tersedia dalam tiga bentuk Fi’il
Tiga Serangkai (Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar) seperti ‫ نصر‬dan ‫دحَرج‬.

FI’IL AMAR FI’IL MUDHARI’ FI’IL MADHI

!‫صير‬‫صدر ادين د‬‫يمين د‬ ‫نم م‬


‫صمر‬
!‫يدمديحَدردج مديحَدريج‬ ‫مديحَمرمج‬

2. Naqis Tasharruf (ِ‫)ناقص التصعرف‬

(cacat dalam mutasharrif-nya)

Fi’il Naqis Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tidak tersedia untuk semua
bentuk Fi’il Tiga Serangkai. Baik hanya berbentuk Mudhari’ dan Madhi saja, atau
Mudhari’ dan Amar saja, Seperti contoh pada table.

FI’IL AMAR FI’IL MUDHARI’ FI’IL MADHI

× ‫يممكادد‬ ‫مكامد‬
× ‫شدك‬ ‫يديو د‬ ‫شمك‬‫أميو م‬
!‫مديع‬ ‫ع‬
‫يممد د‬ ×
!‫مذير‬ ‫يممذدر‬ ×

‫ع‬ ‫فِ ايلدم م‬


‫ضادر د‬ ‫تم م‬
‫صلر د‬
Tashrif pada Fi’il Mudhari’

Tata cara men-tashrif/pengubahan fi’il mudhri’ yang dibuat dari asal Fi’il Madhi adalah
pada awal kalimah fi’il madhi tsb ditambahi dengan Huruf Mudhara’ah (‫)ا – ن – ي – ت‬.
‫‪Huruf Mudhara’ah-nya diharkati dhammah apabila ditambahi pada Fi’il Madhi yang‬‬
‫‪berjumlah empat huruf. contoh table:‬‬

‫‪HURUF MUDHARA’AH DI-DHAMMAH-KAN DARI FI’IL MADHI 4 HURUF‬‬

‫يديكدردمَ‬ ‫أميكمرمَ‬
‫يدفِمعردح‬ ‫فمترمح‬
‫يدمقاتددل‬ ‫مقاتممل‬
‫يدمديحَدردج‬ ‫مديحَمرمج‬

‫‪Huruf Mudhara’ah-nya diharkati Fathah apabila ditambahi pada Fi’il Madhi yang‬‬
‫‪selain berjumlah empat huruf. Lihat tabel berikut:‬‬

‫‪HURUF MUDHARA’AH DI-FATHAH-KAN BUKAN FI’IL MADHI 4 HURUF‬‬

‫صدر‬ ‫يمين د‬ ‫صمر‬ ‫نم م‬


‫سدر‬ ‫يمينمك د‬ ‫سمر‬ ‫اينمك م‬
‫يميجتمدمدع‬ ‫ايجتممممع‬
‫يميحمملر‬ ‫ايحَممتر‬
‫يمتممكلتدم‬ ‫تممكلتمم‬
‫يمتممبامعإدد‬ ‫تممبامعإمد‬
‫ستميخدردج‬ ‫يم ي‬ ‫ستميخمرمج‬ ‫ا ي‬
‫ب‬
‫ش د‬ ‫شيو م‬ ‫يميع م‬ ‫ب‬
‫ش م‬ ‫شيو م‬ ‫ايعإ م‬
‫يميجلمتودذ‬ ‫امجلمتوعذ‬
‫يميحممالر‬ ‫ايحَمماتر‬
‫يمتممديحَمردج‬ ‫تممديحَمرمج‬
‫يميحمرينمجدم‬ ‫ايحَمرينمجمم‬
‫شدعلر‬ ‫يميق م‬ ‫شمعتر‬ ‫ايق م‬

‫فِ الميمدر‬ ‫تم م‬


‫صلر د‬
‫‪Tashrif pada Fi’il Amar‬‬
Tata cara men-tashrif/pengubahan fi’il Amar yang dibuat dari asal fi’il Mudhari’ adalah
sebagai berikut:

Huruf Mudhara’ahnya harus dibuang. contoh table:

BENTUK FI’IL MUDHARI’ BENTUK FI’IL AMAR

‫يدفِمعردح‬ !‫فمعريح‬
‫يدمقاتددل‬ !‫مقاتديل‬
‫يدمديحَدردج‬ !‫مديحَدريج‬
‫يمتممكلتدم‬ !‫تممكلتيم‬
‫يمتممبامعإدد‬ !‫تممبامعإيد‬
‫يمتممديحَمردج‬ !‫تممديحَمريج‬

Dan bilamana setelah pembuangan Huruf Mudhara’ah pada awal kalimahnya berupa
sukun, maka ditambahi Hamzah pada awal kalimah tsb. contoh table:

BENTUK FI’IL MUDHARI BENTUK FI’IL AMAR

‫صدر‬ ‫يمين د‬ !‫صير‬ ‫أدين د‬


‫سدر‬ ‫يمينمك د‬ !‫سير‬ ‫اينمك د‬
‫يميجتمدمدع‬ !‫ايجمتميع‬
‫يميحمملر‬ !‫ايحَممعر‬
‫ستميخدردج‬ ‫يم ي‬ !‫ستميخدريج‬ ‫ا ي‬
‫ب‬
‫ش د‬ ‫شيو م‬ ‫يميع م‬ !‫شيب‬ ‫شيو م‬ ‫ايعإ م‬
‫يميجلمتودذ‬ !‫امجلمتوعذ‬
‫يميحممالر‬ !‫ايحَمماتر‬
‫يميحمرينمجدم‬ !‫ايحَمرينمجيم‬
‫شدعلر‬ ‫يميق م‬ !‫شدعتر‬ ‫ايق م‬

Hamzah Washal dan Hamzah Qatha’


Meninggalkan komentar Go to comments
‫صدل موايلقميطدع‬
‫مهيممزمتا ايلمو ي‬
(Hamzah Washal dan Hamzah Qatha’)

PENGERTIAN HAMZAH WASHAL

Hamzah Washal berupa Hamzah secara pengucapan dan berupa Alif secara tulisan. Diucapkan ketika
menjadi permulaan saja. dan gugur ketika berada pada tengah-tengah penuturan kalimat, sekiranya
didahului oleh satu huruf atau satu kalimah.

Hamzah Washal adalah Hamzah zaidah berfungsi sebagai perantara atau penyambung kepada pengucapan
huruf mati atau sukun yang berada setelahnya. Hamzah Washal terdapat pada kalimah fi’il,
kalimah isim maupun kalimah huruf.

Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Fi’il:

1. Terdapat pada Fi’il Madhi dan Fi’il Amar dari fi’il 5 huruf atau 6 huruf (Khumasiy dan
Sudasiy)
LIHAT TABEL NO. 1:

2. Terdapat pada Fi’il Amar dari fi’il 3 huruf


LIHAT TABEL NO. 2:

Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Isim :

1. Terdapat pada kalimah isim Masdar dari fi’il 5 huruf atau 6 huruf
LIHAT TABEL NO. 1:

2. Terdapat pada kalimah isim sepuluh atau sebutan al-Asmaul-‘Asyarah (‫)السماء العشرة‬.
LIHAT TABEL NO. 3:

Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Huruf:

1. Hanya terdapat pada satu Kalimah Huruf yaitu AL (‫ )ال‬yang berfungsi mema’rifatkan
Isim Nakirah ataupun AL zaidah.
LIHAT TABEL NO. 4:

PENGERTIAN HAMZAH QATHA’

Hamzah Qatha’ berupa Hamzah yang selalu diucapkan dengan ber-harkah fathah, dhammah atau kasrah.
Tidak gugur pengucapannya baik di awal permulaan kalimat atau ditengah-tengah kalimat. Dan tidak gugur
sekalipun berada diantara dua kalimah yang tersambung. tertulis di atas Alif bilamana berharkah fathah
atau dhammah, dan dibawah Alif bilamana berharkah kasrah. Bentuknya seperti bentuk kepala Ain ( ‫)ء‬.
Hamzah Qatha’ terdapat pada selain kategori kalimah-kalimah yang telah disebutkan diatas sebagai
Hamzah washal. baik pada kalimah Fi’il, Kalimah Isim dan Kalimah Huruf.

Hamzah Qatha’ yang terdapat pada kalimah Fi’il:

1. Terdapat pada Fi’il Madhi 4 huruf yang berwazan ‫أةتفةعةل‬


LIHAT TABEL NO. 5:

2. Terdapat pada Fi’il Mudhari’ yang diawali Hamzah Mudhara’ah (tanda


mutakallim/orang pertama tunggal)
LIHAT TABEL NO. 5:
3. Terdapat pada Fi’il Amar 4 huruf yang berwazan ‫أةتفةعةل‬
LIHAT TABEL NO. 5:

4. Terdapat pada Fi’il Madhi Tsulatsi Bina’ Mahmuz (bisa dilihat di page belajar i’lal
subpage bentuk bina’)
LIHAT TABEL NO. 6:

Hamzah Qataha’ yang terdapat pada kalimah Isim :

1. Semua kalimah Isim yang berawalah Hamzah , tentunya Hamzah Qatha’, selain
pada “Isim yg sepuluh” dan “Isim Masdar dari kalimah Fi’il Khumasi dan Sudasi”
LIHAT TABEL NO. 8:

Hamzah Qatha’ yang terdapat pada kalimah Huruf:

1. Semua Kalimah Huruf yang berawalah Hamzah tentunya Hamzah Qatha’, kecuali
huruf “AL” Pema’rifah.
LIHAT TABEL NO. 7:

HAMZAH WASHAL TABLE NO. 1, Fi’il Madhi, Fi’il Amar dan Isim Masdar dari bangsa 5-6 huruf.

ISIM MASDAR KHUMASI FI’IL AMAR KHUMASI FI’IL MADHI KHUMASI

‫ايندك م‬
‫سامراد‬ ‫سير‬‫ادينمك د‬ ‫سمر‬‫اينمك م‬
‫ايجتدممامعإا د‬ ‫اديجتمدميع‬ ‫ايجتممممع‬
‫ايحَدممرامراد‬ ‫اديحَممتر‬ ‫ايحَممتر‬
ISIM MASDAR SUDASI FI’IL AMAR SUDASI FI’IL MADHI SUDASI

‫ستديخمرامجا د‬ ‫ا ي‬ ‫ستميخدريج‬ ‫اد ي‬ ‫ستميخمرمج‬ ‫ا ي‬


‫شابما د‬ ‫شيي م‬
‫ايعإ د‬ ‫شيب‬ ‫شيو م‬ ‫اديعإ م‬ ‫ب‬
‫ش م‬ ‫شيو م‬‫ايعإ م‬
‫ايجلمتواذاد‬ ‫اديجلمتويذ‬ ‫امجلمتومذ‬
‫ايحَدميمرامراد‬ ‫اديحَمماتر‬ ‫ايحَمماتر‬
‫ايحَدرينمجامما د‬ ‫اديحَمرينمجيم‬ ‫ايحَمرينمجمم‬
‫شيعمرامراد‬ ‫ايق د‬ ‫شدعتر‬‫اديق م‬ ‫شمعتر‬‫ايق م‬
HAMZAH WASHAL TABLE NO. 2, Fi’il Amar dari Tsulatsi

FI’IL AMAR TSULATSI FI’IL AMAR TSULATSI FI’IL AMAR TSULATSI

‫اديفتميح‬ ‫ضدريب‬ ‫إد ي‬ ‫صير‬‫ادين د‬


‫سيب‬‫اديحَ د‬ ‫اديحَ د‬
ْ‫سين‬ ‫اديعإلميم‬
HAMZAH WASHAL TABLE NO. 3, Al-Asma
‘Asyarah/Isim Sepuluh
ASMA’ ASYARAH ASMA’ ASYARAH ASMA’ ASYARAH

‫ايممرأمةد‬ ‫اديمدردؤ‬ ْ‫اديبدن‬


ْ‫اديثنمييدن‬ ‫سدم‬
‫اد ي‬ ‫اديبنمةد‬
ْ‫اديثنمتمييدن‬ ‫ت‬‫س د‬ ‫اد ي‬ ‫ايبنددم‬
‫اييدمدنْ ا‬ × ×
HAMZAH WASHAL TABLE NO. 4, Huruf AL = ‫ال‬
AL MA’RIFAT AL GHALABAH AL ZAIDAH

‫مالتردجدل‬ ‫اميلممدديينمةد‬ ‫املتدذ ي‬


‫ي‬
ْ‫اميلدميؤدمن‬ ‫اميلمعقممبة‬ ‫مالَمن‬
HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 5, Fi’il Madhi dan
Fi’il Amar Tsulatsi Ruba’i wazan ‫ أميفمعمل‬dan semua Fi’il Mudhari’ dg
tanda Mutakallim

FI’IL AMAR SEMUA FI’IL MUDHARI’ DG HAMZAH FI’IL MADHI


RUBA’I MUDHARA’AH RUBA’I

– ‫أميفتمدح – أديكدردمَ – أمتممعلتدم‬


َ‫أميكدريم‬ َ‫أميكمرمم‬
‫ستميخدردج‬‫أم ي‬
HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 6, Fi’il Tsulatsi Bina’ Mahmuz

FI’IL MADHI TSULATSI FI’IL MADHI TSULATSI FI’IL MADHI TSULATSI


MAHMUZ MAHMUZ MAHMUZ

َ‫أممدمم‬ ‫أممخمذ‬ ‫أممممر‬


‫أمثممر‬ ‫أمثدمم‬ ‫ب‬‫أمدد م‬
HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 7, Semua kalimah
Huruf selain ‫ال‬
KALIMAH KALIMAH KALIMAH KALIMAH KALIMAH
HURUF HURUF HURUF HURUF HURUF

‫إدلت‬ َ‫إدملى‬ ‫إديذ‬ ‫إدمذين‬ ‫إديذما م‬


‫أميو‬ ‫إدتن‬ ‫إدين‬ ‫مأما م‬ َ‫أميم‬
HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 8, Semua kalimah
Isim Zhahir, Isim Dhamir dan Idza Syarat. Selain hamzah Isim sepuluh dan
Masdar Khumasi dan Sudasi (dari Fi’il bangsa 5-6 Huruf).

IDZA SYARAT ISIM DHAMIR ISIM DHAMIR ISIM ZHAHIR ISIM ZHAHIR
‫إمذا‬ ‫أين م‬
‫ت‬ ‫أمنا‬ ‫أميحَممدد‬ ‫إبمرادهييدم‬
Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal
Meninggalkan komentar Go to comments

Kata kerja dalam Bahasa Arab / kalimah fi’il, ada yang shahih dan ada yang mu’tal.
Pengertian Fi’il Shahih adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari
huruf illah (‫)و – ا – ي‬. Pengertian Fi’il Mu’tal adalah kalimah fi’il yang salah satu atau
dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah (‫)و – ا – ي‬.

‫صدحييدح دوايلدميعتملل‬
‫ال ت‬
BAB SHAHIH DAN MU’TAL

1. Fi’il Shahih

Adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari huruf illah (‫)و – ا – ي‬.

Termasuk golongan Fi’il Shahih adalah:

1. Fi’il Bina’ Shahih/Salim (lihat Bina’ shahih di page Belajar I’lal – BINA’ SHAHIH)

2. Fi’il bina’ Mahmuz (tentang Bina’ Mahmuz di page Belajar I’lal – BINA’ MAHMUZ)

3. Fi’il bina’ Mudha’af (tentang Bina’ Mudha’af di page Belajar I’lal – BINA’
MUDHA’AF)

1. Fi’il Mu’tal

Adalah kalimah fi’il yang salah satu atau dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah (– ‫و – ا‬
‫)ي‬.

Termasuk golongan fi’il mu’tal adalah:

1. Fi’il Bina’ Mitsal (tentang Bina’ Mitsal di page Belajar I’lal – BINA’ MITSAL)

2. Fi’il bina’ Ajwaf (tentang Bina’ Ajwaf di page Belajar I’lal – BINA’ AJWAF)

3. Fi’il bina’ Naqish (tentang Bina’ Naqish di page Belajar I’lal – BINA’ NAQIS)

4. Fi’il bina’ Lafif Mafruq (tentang Bina’ Lafif Mafruq di page Belajar I’lal – BINA’
LAFIF)

5. Fi’il bina’ Lafif Maqrun (tentang Bina’ Lafif Maqrun di page Belajar I’lal – BINA’
LAFIF)

◊◊◊

Pengamalan Tashrif Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal.

Untuk Bina’ shahih atau Fi’il Salim, ia tidak mengalami perubahan dalam mengikuti
standar wazannya (tashrif ishthilahi) pun ketika musnad/disandarkan kepada Isim Dhamir
atau Isim Zhahir –tunggal/dual/jamak (tashrif secara lughawi). Contoh untuk bina’
‫ نم م‬:
shahih ‫صمر‬
MUSNAD
FI’IL MUDHARI’ FI’IL MADHI
KEPADA

‫صـــــرادن‬‫صـــــدر يمين د‬ ‫نمصر نمصرا نمصروا يمين د‬


Orang ketiga male
‫صرومن‬ ‫ي‬
‫ن‬ ‫ي‬ ‫م د‬ ‫م م م م‬
‫م د‬
Orang ketiga ‫صـــــمرادن‬‫صـــــدر تمين د‬ ‫صــــرمتا تمين د‬ ‫صــــمريت ن م‬ ‫نم م‬
‫يمين د‬ ‫نم م‬
female
‫صيرمن‬ ‫صيرمن‬
‫صـــــمران‬
Orang kedua male ‫د‬
‫صـــــدر تمين د‬ ‫صـــيرتدمما تمين د‬ ‫ت نم م‬ ‫صـــير م‬ ‫نم م‬
‫صدريومن‬ ‫تمين د‬ ‫صيرتديم‬ ‫نم م‬
Orang kedua ‫صـــدرييمنْ تمين د‬
‫صـــمرادن‬ ‫صـــيرتدمما تمين د‬ ‫ت نم م‬
‫صـــير د‬ ‫نم م‬
‫تمين د‬ ْ‫صيرتدتن‬ ‫نم م‬
female
‫صيرمن‬
Orang pertama ‫صدر‬‫صدر نمين د‬ ‫أمين د‬ ‫صيرمنا‬‫ت نم م‬ ‫صير د‬ ‫نم م‬
Untuk tiap Fi’il selain Bina’ Shahih, diberlakukan juga seperti tashrif Bina’ Shahih
didalam mengikuti wazannya tanpa mengalami perubahan yg berarti, kecuali sebagai
berikut:

1. Bina’ Mahmuz, jika pada awal kalimahnya terdapat dua hamzah beriringan, maka
hamzah yang kedua diganti Huruf Mad yang sesuai dengan harkah hamzah yang pertama
(lihat » Kaidah I’lal ke 11).

→ Pelainan bagi lafazh ‫ أةةخةذ – أةةكةل – أةةمر‬yang harus membuang hamzah kedua-duanya pada
bentuk Fi’il Amarnya menjadi ‫دختذ – دكتل – دمتر‬.

‫ ةرأة ت‬dibuang Hamzahnya ‘ain fi’ilnya pada bentuk fi’il mudhari’ dan fi’il
→ Juga lafazh ‫ى‬
amarnya, menjadi ‫ى – ةر‬ ‫ يدةر ت‬.
‫ة‬
→ Juga lafazh ‫ى‬‫ أةةر ت‬yg berwazan ‫ أةتفةعةل‬dibuang Hamzah ‘ain fi’ilnya pada semua bentuk
tashrifannya, menjadi ‫ى – أةةر‬ ‫أةةر ت‬.
‫ى – يدةر ت‬

2. Bina’ Mudha’af, harus mengalami proses Idgham yaitu memasukkan salah satu dari
dua huruf yang sejenis pada salah satu yang lannya, contoh ‫ةمـد – يةدميد‬. ( lihat » Kaidah I’lal
ke 10)

→ Jika huruf yang pertama berharkah dan yang kedua sukun, maka tidak boleh di-
idgham bilamana sukunnya karena bersambung dengan dhamir rafa’ mutaharrik, contoh:
‫ةمةدتد د‬
‫ت – يةتمددتدن‬

→ Jika dijazemkan pada Fi’il Mudhari’nya atau jika dibentuk Fi’il Amar. maka boleh
memilih dua pilihan; tetap di-idgham atau tanpa di-idgham. contoh: ‫ لم يةدمند – دمند‬atau – ‫لم يةتمددد‬
‫ادتمددد‬. Bilamana di-idghamkan maka boleh harkah terakhir diharkati Fathah karena ringan,
atau diharkati Kasrah karena asal takhallush, atau diharkati Dhammah karena mengikuti
harkah ‘Ain Fi’il-nya. maka untuk lafazh ‫ مند‬boleh tiga pemilihan karakah. dan untuk
lafadz ‫ض‬ ‫ ع ن‬boleh dua pemilihan harakah.

3. Bina’ Mitsal, dibuang Fa’ Fi’ilnya pada bentuk Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar-nya
bilamana ia Bina’ Mitsal Wawiy dan ‘Ain Fi’ilnya ber-harkah kasrah. contoh: – ‫يعد – يزن‬
‫عد – زن‬. (lihat » Kaidah I’lal ke 7).

→ Maka tidak boleh dibuang yg seperti contoh ‫ينةةع – ييةنع‬


‫ضع – ي ة‬
→ Pelainan atau Syadz untuk lafazh ‫طأ – يةقع – يةهب‬ ‫يةدع – يةذر – يةسع – ي ة‬.

4. Bina’ Ajwaf, dibuang ‘Ain Fi’ilnya, jika huruf terakhir disukunkan karena jazm atau
dibentuk Fi’il Amar. contoh: ‫لم يقم – لم يبع – لم يخف – قم – بع – خف‬. (lihat » Kaidah I’lal ke 9
)

→ Demikian juga dibuang Ain Fi’ilnya, bilamana bersambung dengan Dhomir Rofa’
Mutaharrik, contoh: ‫قمت – بعنا – خفتم – يقمن – يبعن – خفن‬. dalam hal ini huruf pertamanya ada
yang diharkati Dhammah ataupun Kasrah, untuk menunjukkan pada bentuk huruf yang
dibuang wau atau ya’, seperti contoh ‫ قمت‬dan ‫بعت‬. dan terkadang diharkati Kasrah untuk
menunjukkan pada Harkahnya huruf yang dibuang, seperti kita lihat pada contoh ‫خفتم‬.

5. Bina’ Naqish, dibuang Lam Fi’ilnya bilamana bersambung dengan dhamir Wau Jama’
atau Ya’ muannats mukhatabah kemudian pada ‘ain fi’ilnya diharkati dengan harkah yang
sesuai dengan huruf dhamir tsb seperti contoh ‫ضوا – تةتددعتين‬ ‫ ةر د‬kecuali jika Lam Fi’ilnya
yang dibuang itu berupa Alif, maka ‘Ain fi’ilnya tetap lazim berharkah Fathah contoh:
‫سةعوا – تخةشين‬. (proses lanjutan dari Kaidah I’lal ke 5 dan juga Kaidah I’lal ke 1)

→ Juga dibuang Lam Fi’ilnya bilamana ia berupa Alif (atau setelah proses Kaidah I’lal
ke 1 ) dan bersambung dengan Ta’ ta’nits contoh: ‫ت – ةرةمةتا‬ ‫ةرةم ت‬. Tapi bilamana ia
bersambung dengan selain dhamir Wau atau Ya’ (dari dhamir bariz muttashil), maka tidak
boleh dibuang akan tetapi dikembalikan pada huruf asalnya (sebelum proses Kaidah
‫ت – ةرةمتي د‬
I’lal ke 1) demikian ini untuk Fi’il tiga huruf contoh ‫ت – ةغةزةوا – ةرةمةيا‬ ‫ةغةزتو د‬. dan
diganti Ya’ bilamana termasuk pada fi’il empat huruf, contoh: ‫ت – ادتهتةةدةيا – يدتستةتدةعتيةن‬ ‫أةتغةزتي د‬.

6. Bina’ Lafif Mafruq, berlaku pengamalan seperti yang dialami Bina’ Mitsal dan Bina’
Naqish.

7. Bina’ Lafif Maqrun, berlaku pengamalan seperti yang dialami Bina’ Naqish saja.

Bina’ Shahih
Meninggalkan komentar Go to comments

Bina’ Shahih adalah setiap kalimah yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya bukan terdiri
dari Huruf Illat ( ‫) و – ا – ي‬, bukan Huruf Hamzah ( ‫) ء‬, juga ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya
bukan huruf kembar. Contoh:

‫ب – فمتممح‬
‫ضمر م‬ ‫نم م‬
‫صمر – م‬
Pengertian huruf-huruf tersebut diukur dan wazan fi’ilnya. Apabila kalimah tsb tergolong
Fi’il Tsulatsi, maka tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil dan Lam Fiil. Sedangkan golongan
Fi’il Ruba’i, tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil, Lam Fiil Pertama dan Lam Fiil Kedua.

Bina’ Mudha’af
Meninggalkan komentar Go to comments

Bina’ Mudha’af adalah Kalimah yang A’in fi’il dan Lam fi’ilnya terdiri dari huruf
kembar. Contoh:

‫ممتد – قمتر – مدتل‬


Adapun Mudho’af untuk Fi’il Ruba’iy adalah Kalimah yang Fa’ fiil dan Lam fi’il
pertama terdiri dari huruf kembar dan Ain fi’il dan Lam fi’il kedua juga terdiri dari huruf
sama kembar. contoh:
‫س – طمأيطمأ م‬ ‫قميلقممل – مو ي‬
‫سمو م‬
Demikian ini, di dalam Ilmu Tashrif ada Kalimah semisal contoh ‫ فمترمح‬tidak dinamakan
Bina’ Mudha’af sekalipun dua huruf yang sama berkumpul, karena huruf yang kedua
adalah huruf zaidah/tambahan. Jadi dapat disimpulkan: untuk menentukan Bentuk Bina’
pada tiap Kalimah, harus dilihat dari sebelum ada huruf tambahan. sebagimana lafadz ‫فمترمح‬
sebelum adanya tambahan asal bentuknya adalah ‫فممرمح‬

Bina’ Mahmuz
Meninggalkan komentar Go to comments

Bina’ Mahmuz artinya: Kalimah yang asal huruf-hurufnya ada Huruf Hamzah. Apabila
posisi Huruf Hamzah menempati Fa’ Fi’il, maka dinamakan Bina’ Mahmuz Fa’.
Contoh:

‫أممممل‬
Apabila Huruf Hamzah berada pada ‘Ain Fi’il, dinamakan Bina’ Mahmuz ‘Ain.
Contoh :

‫سأ ممل‬
‫م‬
Apabila Huruf Hamzah menempat posisi Lam Fi’il, maka disebut Bina’ Mahmuz Lam.
Contoh :

‫قممرأم‬
Perlu diingat:

1. Pengertian Huruf Hamzah, termasuk juga Alif yang mempunyai Harakah/syakal.


Artinya, setiap Alif yang diberi Harakat, menurut Ahli Nahwu juga dinamakan
Hamzah.
2. Bentuk Bina’ pada Fi’il Ruba’i (Kalimah Asal empat huruf), hanya ada dua
bentuk Bina’, yaitu Bina’ Shahih dan Bina’ Mudho’af.

3. Bina’ Mitsal
4. Meninggalkan komentar Go to comments

5. Bentuk Kalimah Bina’ Mitsal adalah Kalimah yang fa’ fiilnya berupa Huruf ‘Illat.
Apabila Huruf ‘Illat-nya berupa huruf wau (‫ )و‬maka dinamakan:

6. Bina’ Mitsal Wawi. contoh:

‫ضأع – أوُإجل أ‬
‫ أوُأعأد – أوُ أ‬.7
8. Apabila fa’ fi’ilnya berupa huruf illat Ya’ (‫)ي‬, maka dinamakan:

9. Bina’ Misal Ya-i. contoh:

‫س – أيأفأع‬
‫سأر – أيإب أ‬
‫ أي أ‬.10
11. Bina’ Ajwaf
12. Meninggalkan komentar Go to comments

13. Pengertian Kalimah bentuk Bina’ Ajwaf adalah Kalimah yang ‘Ain Fiil nya
berupa huruf ‘illah. Bilamana pada Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah Wau (‫ )و‬maka
dinamakan:

14. Bina Ajwaf wawiy contohnya:

‫صاَأن – أقاَل أ – أخاَ أ‬


‫ف‬ ‫ أ‬.15
16. َ‫دد‬Asal bentuk huruf nya adalah ِ‫صون – قول – خوف‬

17. Bilamana Huruf Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah ya’ (‫)ي‬, maka disebut:

18. Bina’ Ajwaf Yaiy contohnya:

‫ساَأر – أهاَأب – أباَأع‬


‫ أ‬.19
20. Asal bentuk huruf nya adalah ‫سير – هيب – بيع‬

21. Bina’ Naqish


22. Meninggalkan komentar Go to comments

23. Macam-macam Kalimah Bina’ Naqis adalah: Apabila Lam Fi’il nya berupa huruf
illah. Jika huruf illat nya wau, dinamakan Bina’ Naqish Wawi contoh :

‫ أغأزا – أ‬.24
َ‫سترأوُ – أرأجا‬
25. Asal bentuknya: ‫غزو – رجو‬

26. Dan bilamana Huruf Illat nya dari Huruf Ya’, disebut Bina’ Nakis Ya’i contohnya:

‫سأرىَ – أرأمىَ – أر إ‬
ِّ‫ضأي‬ ‫ أ‬.27
28. Asal bentuk nya ‫سري – رمي‬

29. Bina’ Lafif


30. Meninggalkan komentar Go to comments

31. Apa itu Kalimah Bina’ Lafif? Bina Lafif adalah setiap Kalimah yang kedua huruf
nya terdiri dari huruf ‘illah. Dua huruf illat tersebut, bilamana menempati pada
Fa’ fiil dan Lam fi’il, dinamakan Bina’ Lafif Mafruq contoh nya :

َ‫ أوُأقىَ – أوُإجأيِّ – أوُألى‬.32


33. َ‫د‬Aslnya : ‫وقي – ولي‬

34. Apabila kedua huruf illah itu menempati pada ‘Ain fiil dan Lam fiil, disebut Bina’
Lafif Maqrun contoh nya :

‫شأوُىَ – أقإوُ أ‬
‫يِ – أرإوُ أ‬
ِ‫ي‬ ‫ أ‬.35
Kaidah I’lal Ke 1 » Wawu/Ya’ diganti Alif
Meninggalkan komentar Go to comments

‫ت األــأوُاتوُ أوُاألأيــاَتء أبأعــأد أفأتأحــضة تمنت إ‬


ِّ‫صــلأضة إفــأي‬ ‫إأذا أتأحنرأكــ إ‬
‫صــاَأن أأ أ‬
‫صــلتته أ‬
‫صــأوُأن أوُأبــاَأع‬ ‫أكلإأمأتأيإهأماَ أ تأبإدلأأتاَ آلإدفــاَ إمأثــل ت أ‬
.‫صلتته أبأيأع‬ ‫أأ أ‬
Apabilah ada Wawu atau Yya’ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu
kalimah, maka Wawu atau Ya’ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh ‫صامن‬
‫م‬
asalnya ‫صمومن‬
‫م‬ , dan ‫ع‬
‫م‬ ‫با‬
‫م‬ asalnya ‫ع‬ ‫ي‬
‫مم م‬ ‫ب‬ .

Praktek I’lal :

‫صــاةن‬ ‫ ة‬ikut pada wazan ‫فةةعــةل‬. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan
‫ ة‬asalnya ‫صــةوةن‬
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ‫صاةن‬ ‫ ة‬.

‫ ةبا ة‬asalnya ‫ بةيةةع‬ikut pada wazan ‫فةةعةل‬. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya
‫ع‬
ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ‫ع‬ ‫ةبا ة‬.

‫ ةغــةزا‬asalnya ‫ ةغــةزةو‬ikut pada wazan ‫فةةعــةل‬. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ‫غزا‬.

‫ ةرةمــتى‬asalnya ‫ ةرةمــةي‬ikut pada wazan ‫فةةعــةل‬. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ‫ةرةمةي‬. (*Alif pada lafazh ‫ةرةمتى‬
dinamakan Alif Layyinah).

Perhatian:

36. Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya
bukan asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh ‫ لدلعلْوااعللقعولم‬.
37. Apabila setelah wawu atau ya’ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan sbb:

1. Jika Wawu atau Ya’ tsb bukan pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh di-I’lal,
karena dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: ‫ لخلوعرلننق‬,‫ لطفوعينل‬,‫لبلياَنن‬.

2. Jika Wawu dan Ya’ tsb berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah
I’lal ini. Contoh ‫ ليعخلشعولن‬asalnya ‫ ليعخلشلْيعولن‬. Namun disyaratkan huruf yg mati/sukun
setelah Wawu dan Ya’ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya’ tasydid, maka yang
demikian juga tidak boleh di-I’lal. Contoh: ‫ لغلزلوا‬,‫ي‬ ‫ لعللفو ي‬,َ‫لرلمليا‬.

38. Bentuk asal : ‫شوي‬

39. Kaidah I’lal ke 2 »


Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca huruf Wau/Ya’
Bina’ Ajwaf, dipindah pada huruf sebelumnya.
40. Meninggalkan komentar Go to comments
‫ف‬‫ت األأوُاتوُ أوُاألأياَتء أعأيدناَ تمأتأحنرأكدة إمأن أأأجأوُ ض‬ ‫ إإأذا أوُأقأع إ‬.41
َ‫صــإحأيدحاَ تنقإألــأت أحأرأكتتتهأمــا‬‫ساَإكدناَ أ‬ ‫أوُأكاَأن أماَ أقأبلأتهأماَ أ‬
‫صلتته‬ ‫ أيإبأيتع أأ أ‬,‫صلتته أيأقتوُتم‬
‫ أنأحتوُ أيقتأوُتم أأ أ‬,َ‫إلأىَ أماَ أقأبلأأها‬
.‫أيأبإيتع‬
42. Apabila wau atau ya’ berharokat berada pada ‘ain fi’il Bina’ Ajwaf dan
huruf sebelumnya terdiri dari huruf Shahih yang mati/sukun, maka harakat
wawu atau ya’ tsb harus dipindah pada huruf sebelumnya. Contoh: َ‫يمقدــيودم‬
asalnya َ‫ يميقدودم‬dan ‫ يمبدييدع‬asalnya ‫يميبيددع‬.

43. Praktek I’lal:

‫ أيقتأوُتم‬.44
45. ‫ يةدقــتودم‬asalnya ‫ يةتقــدودم‬ikut pada wazan ‫ يةتفدعــدل‬. harkah wawu dipindah pada huruf
sebelumnya, karena wawu-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg
mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadi ‫يةقدتودم‬

‫ أيإبأيتع‬.46
47. ‫ يةبدتيدع‬asalnya ‫ يةتبيددع‬ikut pada wazan ‫ يةتفدعدل‬harkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya,
karena Ya’-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk
menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadi ‫يةبدتيدع‬

48. Perhatian:

49. Perpindahan Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca Wau atau Ya’ tersebut dalam


Kaidah ini, tidak berlaku apabila setelah Wawu atau Ya’ terdapat Huruf yang di-
tasydid-kan. Contoh: ‫يةتسةويد‬

50. Kaidah I’lal ke 4 » Wau diganti Ya’ karena


berkumpul dalam satu kalimah dan yg
pertama sukun
51. Meninggalkan komentar Go to comments

‫ت األــأوُاتوُ أوُاألأيــاَتء إفــأيِّ أكلإأمــضة أوُاإحــأدضة‬ ‫ إإأذا اأجأتأمأعــ إ‬.52


‫ت األــأوُاتوُ أيــاَدء‬ ‫ســأبأقأت إاأحــأداتهأماَ إباَل س‬
‫ســتكأوُإن ا تأبــإدلأ إ‬ ‫أوُ أ‬
‫ت‬‫ت األأيــاَتء أال تأوُألــىَ فإــيِّ النثاَإننيــإة أنأحــتوُ أمنيــ س‬
‫أوُا تأدإغأمــ إ‬
‫صلتته أمأرتمأوُ س‬
.ِ‫ي‬ ‫ت أوُأمأرإمييِّ أأ أ‬ ‫صلتته أمأيإوُ س‬‫أأ أ‬
53. Apabila wau dan ya’ berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya
didahului dengan sukun, maka wau diganti ya’. Kemudian ya’ yang pertama
di-idgham-kan pada ya’ yang kedua. Contoh lafadz ‫ت‬
‫ مميع د‬asalnya adalah ‫ت‬
‫ممييدو د‬
dan ِ‫ مميردميي‬asalanya adalah ‫ي‬ ‫و‬‫م‬ ‫ر‬
‫ي‬
‫م دي د‬ ‫م‬

54. Praktek I’lal:


‫ أمني س‬.55
‫ت‬
‫ ةمير د‬asalnya ‫ت‬
56. ‫ت‬ ‫ ةمتيدو د‬mengikuti wazan ‫ فةتيدعدل‬. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam
satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi ‫ت‬ ‫ةمتييدــ د‬.
Kemudian ya’ yang pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis,
maka menjadi ‫ت‬ ‫ةمير د‬

ِّ‫ أمأرإميي‬.57
58. ‫ ةمتردمرَي‬asalnya ‫ي‬‫ ةمتردمتو د‬mengikuti wazan ‫ ةمتفدعتودل‬. wau diganti ya’ karena berkumpul
dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi
‫ي‬‫ةمتردمتي د‬. Kemudian ya’ yang pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu
jenis, maka menjadi ‫ةمتردمرَي‬

59.

60. Kaidah I’lal ke 5 » Harakah Dhammah wau


atau ya’ di akhir kalimah diganti Sukun
61. Meninggalkan komentar Go to comments

‫ضـــتمأوُأمدة‬ ‫ إإأذا أتأطنرأفـــ إ‬.62


‫ت األـــأوُاتوُ أوُاألأيـــاَتء أوُأكاَأنأتـــاَ أم أ‬
‫صــلتته أيأغــتزتوُ أوُأيأرإمــأيِّ أأ أ‬
‫صــلتته‬ ‫ا تأسإكأنأتاَ أنأحتوُ أيأغــتزأوُا أأ أ‬
ِّ‫أيأرإمتي‬
63. Apabila Wau atau Ya’ menempati ujung akhir kalimah, dan ber-harakah
dhammah, maka disukunkan. Contoh: ‫ يميغدزيوا‬asalnya ‫ يميغدزدو‬dan ِ‫ يميردميي‬asalnya ِ‫يميردمدي‬

64. Praktek I’lal:

ُ‫ أيأغتزأو‬.65
66. ‫ يةتغدزتو‬asalnya ‫ يةتغدزدو‬mengikuti wazan ‫ يةتفدعدل‬. Wau di ujung akhir kalimah ber-harakah
dhammah, maka disukunkan menjadi ‫يةتغدزتو‬.

ِّ‫ أيأرإمأي‬.67
‫ يةتردم د‬mengikuti wazan ‫ يةتفدعدل‬. Ya’ di ujung akhir kalimah ber-harkah
68. ‫ يةتردمتي‬asalnya ‫ي‬
dhammah, maka disukunkan menjadi ‫يةتردمتي‬.

69. Perhatian:

‫ أغاَضز‬.70
71. ‫ ةغاز‬asalnya ‫ ةغازو‬mengikuti wazan ‫ ةفاعدل‬. Wau diganti Ya’, karena jatuh sesudah
‫د‬ ‫دد‬ ‫د‬
harakah kasrah, maka menjadi ‫ي‬‫ةغادز د‬, kemudan Ya’ disukunkan karena beratnya
harkah dhammah atas Ya’ maka menjadi ‫ي‬ ‫ةغــادز ت‬, kemudian Ya’ dibuang untuk
menolak bertemunya dua mati yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi ‫ةغادز‬

‫ساَضر‬‫ أ‬.72
‫ة د‬ ‫ سار د‬mengikuti wazan ‫ ةفاعدل‬. Ya’ disukunkan karena beratnya harakah
73. ‫ سار‬asalnya ‫ي‬‫ة د‬ ‫د‬
dhammah atas Ya’ maka menjadi ‫ي‬ ‫ةسادر ت‬, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak
bertemunya dua mati yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi ‫ةسادر‬
‫ اأأوُاضق‬.74
75. ‫ق‬‫ة‬ ‫ ةوةواقدــ د‬mengikuti wazan ‫ فةةوادعــدل‬wau pada fa’ fi’il diganti Hamzah,
‫ اةوا د‬asalnya ‫ي‬
karena kedua wau berkumpul dalam satu kalimah, maka menjadi ‫اةةواقدتي‬. Kemudian
Ya’ dibuang untuk meringankannya, maka menjadi ‫ق‬ ‫اةةوا د‬. Dan didatangkanlah
tanwin sebagai pengganti dari Ya’ yang dibuang, maka menjadi ‫ق‬ ‫اةةوا د‬.

Membuang Wau setelah Huruf Mudhara’ah diantara


Fathah dan Dhammah
Meninggalkan komentar Go to comments

‫ســمردة ايلدممحقتمقــدة‬ ‫ادمذا موقممعــ د‬


‫ت ايلــموادو بمييــمنْ ايلفِميتمحــدة موايلمك ي‬
‫فِ نميحــدو يمدعــدد أم ي‬
‫صــلدهد‬ ‫ضــامرمعإدة تديحــمذ ي‬ ‫فِ ايلدم م‬‫موقميبلممهــا محَــير د‬
‫يميودعإدد و يمئددد أم ي‬
‫صلدهد يميوئددد‬
Apabila wau ada diantara harkah fathah dan kasrah nyata, dan sebelumnya ada
huruf mudhara’ah, maka wau tersebut dibuang. Contoh: ‫ يمدعدد‬asalnya ‫ يميودعإدد‬dan ‫يمئددد‬
asalnya ‫يميوئددد‬

Praktek I’lal:

‫يمدعدد‬
‫ يةدعدد‬asalnya ‫ يةتودعدد‬mengikuti wazan ‫ يةفةدعدل‬. wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah
nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi ‫يةدعدد‬

‫ضدع‬
‫يم م‬
‫ضدع‬ ‫ يةتو د‬mengikuti wazan ‫ يةفةدعدل‬. wau dibuang karena ada diantara fathah dan
‫ ية ة‬asalnya ‫ضدع‬
kasrah nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi ‫ضــدع‬ ‫ية د‬. Kemudian
Dhad-nya difathahkan untuk meringankan huruf ithbaq juga huruf Halaq yaitu ‘Ain,
maka menjadi ‫ضدع‬ ‫ية ة‬

Perhatian:

 Huruf Mudhara’ah : ‫أ – ن – ي – ت‬
 Huruf Halaq : ‫أ – ح – خ – ع – غ – هـ‬
 Huruf Ithbaq : ‫ص – ض – ط – ظ‬

 Kaidah I’lal ke 8 » Wau setelah harkah kasrah


diganti Ya’
 Meninggalkan komentar Go to comments
‫إأذا أوُأقأعــ إ‬
‫ت األــأوُاتوُ أبأعــأد أكأســأرة فإــأيِّ اأســضم أأوُ فإأعــضل‬ 

‫صلتته تيأزنكتوُ أوُ أغــاَضز أأ أ‬


‫صــلتته‬ ‫أ تأبإدلأأت أياَدء أنأحتوُ تيأزنكأيِّ أأ أ‬
ُ‫أغاَإزسو‬
 Bilmana ada Wau jatuh setelah harkah Kasrah dalam Kalimah Isim atau
Kalimah Fi’il, maka Wau tersebut harus diganti Ya’. Contoh: ِ‫ يدمزعكيي‬asalnya
‫ يدمزعكدو‬dan ‫ مغادز‬asalnya ‫مغادزدو‬

 Praktek I’lal:

ِّ‫تيأزنكأي‬ 

 ‫ يدةزركتي‬asalnya ‫ يدةزركدو‬ikut wazan ‫ يدفةرعدل‬, wau diganti Ya’ karena jatuh sesudah harkah
kasrah, maka menjadi ‫يدةزركتي‬

‫أغاَإز‬ 

 ‫ ةغاز‬asalnya ‫( ةغازو‬praktek I’lalnya telah disebut pada Kaidah I’lal ke 5)


‫د‬ ‫دد‬

 Kaidah I’lal ke 9 » Huruf Illah Wau/Ya’ dibuang


untuk menolak bertemu-nya dua huruf mati
 Meninggalkan komentar Go to comments

‫ســاَإكضن‬‫ف أ‬ ‫ســاَإكأنأتاَإن بأحــأر ض‬ ‫إأذا لأقإأي إ‬


‫ت األأوُاتوُ أوُاألأياَتء ال ن‬ 

َ‫آأخأر تحإذأفأتاَ أبأعأد اأأن تنقإألأت أحأرأكتتتهأماَ إاألىَ أماَ أقأبألتهأمــا‬


.‫صلتته إاأسإيأر‬ ‫صتوُأن أوُ إسأر أأ أ‬ ‫صلتته أ ت أ‬ ‫صأن أأ أ‬ ‫أنأحتوُ ت‬
 Bilamana ada Wau atau Ya’ sukun, bertemu dengan husuf sukun lainnya,
maka Wau tau Ya’ tersebut dibuang, ini setelah memindahkan harakah
keduanya (Wau atau Ya’) kepada huruf sebelumnya (lihat kaidah I’lal ke 2).
Contoh: ْ‫صين‬ ‫ أد ي‬dan ‫سير‬
‫ د‬asalnya ‫صدوين‬ ‫ د‬asalnya ‫سيدير‬
‫اد ي‬

 Praktek I’lal:

‫صأن‬
‫ت‬ 

 ‫صـــتن‬ ‫ أد ت‬mengikuti wazan ‫ادتفدعـــتل‬, harkah Wau dipindah ke huruf


‫ د‬asalnya ‫صـــدوتن‬
sebelumnya, karena Wau berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun
(lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk menolak beratnya mengucapkan, maka menjadi
‫اد د‬, maka Wau dibuang untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, maka
‫صــتوتن‬
menjadi ‫صتن‬ ‫اد د‬, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan
lagi, maka menjadi ‫صتن‬ ‫د‬

‫إسأر‬ 

 ‫ دستر‬asalnya ‫ ادتسيدتر‬mengikuti wazan ‫ادتفدعتل‬, harkah Ya’ dipindah ke huruf sebelumnya,


karena Ya’ berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah
I’lal ke 2) untuk menolak beratnya mengucapkan, maka menjadi ‫اددستيتر‬, maka Ya’
dibuang untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, maka menjadi ‫اددستر‬, kemudian
Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi ‫دستر‬
 Share this:
 Kaidah I’lal ke 10 » Dua huruf sejenis/hampir
sama makhraj-nya harus di-idghamkan
 Meninggalkan komentar Go to comments

ُ‫س أوُاإحضد أأأو‬ ‫إِإاأذا اأجأتأمأع فإأيِّ أكلإأمضة أحأرأفاَإن إمأن إجأن ض‬ 

ِّ‫ج تيــأدإغم أالأنوُل ت فإــيِّ النثــاَإنأي‬ ‫تمأتأقاَإرأباَإن فإــيِّ األأمأخــأر إ‬


‫أبأعأد أجأعإل األتمأتأقــاَإرأبأين إمأثــل أ النثــاَإنأيِّ لإأثأقــإل األتمأكــنرإر‬
‫صــل أ‬ ‫صــلتته ا تأمــتدأد أوُ انت أ‬‫صــلتته أمــأدأد أوُ تمــند أأ أ‬‫أنأحتوُ أمند أ أ‬
‫صل أ‬ ‫أأ أ‬
‫صلتته إاأوُأت أ‬
 Bilamana ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul
dalam satu kalimah, maka huruf yang pertama harus di-idghamkan pada
huruf yang kedua,–ini setelah menjadikan huruf yang hampir sama
makhrajnya serupa dengan huruf yg kedua (lihat kaidah i’lal ke 18
insyaallah)–, karena beratnya pengulangan/memilah-milahnya. contoh ‫ممــتد‬
asalnya ‫ مممدمد‬dan ‫ دمعد‬asalnya ‫اديمدديد‬, dan ‫صمل‬
‫ اتت م‬asalnya ‫صمل‬
‫اديوتم م‬.

 Praktek I’lal:

‫أمند‬ 
 ‫ ةمـد‬asalnya ‫ ةمــةدةد‬ikut pada wazan ‫فةةعـةل‬, huruf dal yang pertama disukunkan untuk
melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi ‫ةمــتدةد‬, kemudian huruf Dal yang
pertama di-idgamkan pada huruf Dal yang kedua, maka menjadi ‫ةمـد‬

‫َّتمسد‬/‫َّتمند‬/‫تمند‬ 

 ‫دميد‬/‫دمـد‬/‫ دمرد‬asalnya ‫ ادتمددتد‬mengikuti wazan ‫ادتفدعتل‬, harkah Dal yang pertama dipindah pada
huruf sebelumnya untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi ‫اددمــتدتد‬,
bertemu dua huruf mati/sukun yaitu kedua Dal, maka Dal yang kedua diberi
harkah untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, baik diberi harkah kasrah
karena kaidah; “apabilah ada huruf mati mau diberi harkah, berilah harkah
kasrah”. atau diberi harkah fathah karena ia paling ringannya harkah. atau diberi
harkah dhammah, karena mengikuti harkah ‘Ain fi’il pada fi’il mudhari’nya,
maka menjadi ‫اددمتددد‬/‫اددمتدةد‬/‫اددمتددد‬, kemudian Dal yang pertama di-idgham-kan pada Dal
yg kedua maka menjadi ‫اددميد‬/‫اددمـد‬/‫اددمرد‬, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena
sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi ‫دميد‬/‫دمـد‬/‫دمرد‬.

‫انت أ‬
‫صل أ‬ 

 ‫ اتـ ة‬ada pada Kaidah I’lal ke 18, InsyaAllah. tunggu


Praktek I’lal untuk lafazh ‫صةل‬
update.

Kaidah I’lal ke 11 » Dua Hamzah berkumpul yang


kedua diganti huruf yg sesuai dengan
Harakah sebelumnya
Meninggalkan komentar Go to comments

‫ســادكنمةد‬ ‫ايلمهيممزمتادن ادمذا ايلتمقممتا فدييِ مكلدممدة موادحَمددة مثانديمتددهمما م‬


َ‫ب ادملىَ محَيرمكــدة يالديولمــيى‬ ‫س م‬ ‫ب اديبمدادل العثانديمدة بدمحير د‬
‫فِ منا م‬ ‫مومج م‬
‫صلدهد أميأممــمنْ مو أديودمــيل ام ي‬
َ‫صــلدهد أديؤدمــيل مو ادييــدديم‬ ‫نميحدو آمممنْ ام ي‬
.َ‫صلدهد إديئدديم‬
‫ام ي‬
Bilamana terdapat dua huruf Hamzah berkumpul sejajar dalam satu kalimah, yang
nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan huruf yang sesuai
dengan harakah Hamzah yang pertama. contoh ْ‫ آمن‬asalnya ْ‫ أأمن‬dan ‫ أومــل‬asalnya
‫أؤمل‬.

Praktek I’lal:

ْ‫آمممن‬
َ‫ آةمنة‬asalnya ‫ أةتأةمةن‬mengikuti wazan ‫ ;أةتفةعةل‬berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan
yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti alif, karena ia sukun dan
sebelumnya ber-harkah fathah. maka menjadi ‫آةمةن‬

‫أديودميل‬
َ‫ أدتودملت‬asalnya ‫ أدتؤدمل‬mengikuti wazan ‫ ;أدتفدعتل‬berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan
yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan
sebelumnya ber-harkah dhammah. maka menjadi ‫أدتودمل‬

َ‫ادييدديم‬
َ‫ ادتيددمت‬asalnya ‫ إتئددم‬mengikuti wazan ‫ ادتفدعتل‬berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan
yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti Ya’, karena ia sukun dan
sebelumnya ber-harkah kasrah. maka menjadi ‫ادتيددم‬.

‫دخيذ‬
‫ دختذ‬asalnya ‫ أدتأدخذ‬mengikuti wazan ‫ ;أدتفدعتل‬berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan
yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan
sebelumnya ber-harkah dhammah. maka menjadi ‫ أدتودخذ‬kemudian wau-nya dibuang untuk
meringankan ucapan, maka menjadai ‫ أددخذ‬selanjutnya hamzah-nya dibuang karena sudah
tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi ‫دختذ‬

Perhatian :

Wau pada lafazh ‫ أدتودخذ‬dibuang untuk meringankan ucapan, sedangkan pada lafazh ‫أدتودمل‬
cukup tanpa membuang wau, karena menjaga dari keserupaan dengan fi’il amar-nya
lafazh ‫ ةماةل – يةدمتودل – دمتل‬.

Isim Maf’ul dari Fi’il Mu’tal ‘Ain, Wau Maf’ulnya


dibuang menurut Imam Sibawaihi » Kaidah I’lal ke 15
Meninggalkan komentar Go to comments
‫ب‬‫ســمم ايلمميفِدعــيودل إمذا مكــا ممن دمــينْ دميعتمــعل ايلمعييــدنْ مومجــ م‬
‫إدتن ا ي‬
‫صــيودن‬‫سييبمموييده نميحــدو مم د‬ ‫فِ موادو ايلمميفِدعيودل دمينهد دعإينمد د‬ ‫محَيذ د‬
‫سيديودر‬ ‫صلدهد مم ي‬ ‫سييدر أم ي‬‫صدويودن مو مم د‬ ‫صلدهد مم ي‬‫أم ي‬
Sesungguhnya Isim Maf’ul bilamana ia terbuat dari Fi’il Mu’tal ‘Ain (Bina’ Ajwaf)
maka wajib membuang wau maf’ulnya menurut Imam Syibawaihi (menurut Imam
lain yg dibuang adalah Ain Fi’ilnya). contoh: ‫صــيودن‬
‫ مم د‬asalnya ‫صــدويودن‬
‫ مم ي‬dan ‫ســييدر‬
‫مم د‬
asalnya ‫سيديودر‬
‫مم ي‬

Praktek I’lal:

‫صيودن‬
‫مم د‬
‫صـــتودن‬ ‫ ةم ت‬mengikuti wazan ‫ ةمتفدعـــتودل‬harkah wau dipindah pada huruf
‫ ةم د‬asalnya ‫صـــدوتودن‬
sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat
maka menjadi ‫صتوتودن‬ ‫( ةم د‬lihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (dua wau) untuk
menolak beratnya mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam
Sibawaehi) maka menjadi ‫صتودن‬ ‫ ةم د‬.

‫سييدر‬
‫مم د‬
‫ ةمدستيدر‬asalnya ‫ ةمتسيدتودر‬mengikuti wazan ‫ ةمتفدعتودل‬harkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya
karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka
menjadi ‫( ةمدستيتودر‬lihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (ya’ dan wau) untuk
menolak beratnya mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam
Sibawaehi)maka menjadi ‫ ةمدستيدر‬.

Share this:

Qawaidul I’lal ke 17 » Huruf Ta’ pada wazan ‫افتعل‬


diganti Dal
Meninggalkan komentar Go to comments

‫إدمذا مكامن مفادء اديفتممعمل مدالد أيو مذالد أيو مزاديا قدلدبميت متادؤهد مدالد‬
‫ب التتــادء‬ ‫فِ موإنتمما تديقلم د‬ ‫سدرالنليط د‬
‫ق بدمها بميعمد مهدذده ايلدحدريو د‬ ‫لددع ي‬
‫صلدهد اديدتممرأم مو ادتذمكمر‬
‫دبالتدادل لدقديربددهمما مميخمردجا نميحدو ادتدمرأم أم ي‬
‫صلدهد اديذتممكمر مو اديزمدمجمر أم ي‬
.‫صلدهد اديزتممجمر‬ ‫أم ي‬
Bilamana Fa’ Fi’il wazan berupa huruf Dal, atau Dzal, atau Zay, maka huruf Ta’
(Ta’ zaidah wazan ‫ ) اديفتممعمل‬yang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti Dal,
demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta’ dengan Dal’ karena dekatnya
makhraj keduanya. contoh: ‫ ادتدمرأم‬asalnya ‫ اديدتممرأم‬dan ‫ ادتذمكمر‬asalnya ‫ اديذتممكمر‬dan ‫ اديزمدمجمر‬asalnya
‫اديزتممجمر‬.

Praktek I’lal:
‫ادتدمرأم‬
‫ ادـدةرأة‬asalnya ‫ ادتدتةـــةرأة‬mengikuti wazan ‫ ادتفتةةعـــةل‬Ta’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi ‫ادتدةدةرأة‬. kemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang
kedua karena satu jenis, maka menjadi ‫ادـدةرأة‬.

‫ادتذمكمر‬
‫ ادـذةكـــةر‬asalnya ‫ ادتذتةةكــةر‬mengikuti wazan ‫ ادتفتةةعــةل‬Ta’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi ‫ادتذةدةكــةر‬. kemudian Huruf Dal diganti Dzal kerena dekatnya
makhraj keduanya, maka menjadi ‫ ادتذةذةكةر‬kemudian dzal yang pertama di-idghamkan pada
dzal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ‫ادـذةكةر‬. (juga boleh dibaca Dal dengan di-
i’lal sbb: kemudian Huruf Dzal diganti Dal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka
menjadi ‫ ادتدةدةكةر‬kemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena
satu jenis, maka menjadi ‫ادـدةكةر‬.)

‫اديزمدمجمر‬
‫ ادتزةدةجــةر‬asalnya ‫ ادتزتةةجــةر‬mengikuti wazan ‫ ادتفتةةعــةل‬Ta’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Zay dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi ‫ادتزةدةجةر‬.

Kaidah I’lal ke 18 » Fa’ Fi’il pada wazan ‫افتعل‬


diganti Ta’
Meninggalkan komentar Go to comments

‫إدمذا مكامن مفادء اديفتممعمل موادوا أيو ميادء أيو مثادء قدلدبميت مفادؤهد متادء‬
ْ‫ســادكدنْ لدممــا بميينمدهممــا دمــين‬ ‫فِ اللتييــدنْ ال ت‬
‫ق بدمحــير د‬‫سدرالنليط د‬ ‫لددع ي‬
ْ‫فِ اللتييــدن‬ ‫ف دلمتن محَــير م‬ ‫صــ د‬ ‫ج مودممنامفادة ايلمو ي‬ ‫دممقامربمدة ايلمميخمر د‬
‫صــلدهد‬ ‫صــمل أم ي‬ ‫ســةد نميحــدو ادتت م‬ ‫مميجدهــيومرةد موالتتــادء مميهدميو م‬
.‫صــلدهد اديثتممغــمر‬ ‫سمر مو ادتتمغــمر أم ي‬‫صلدهد اديوتم م‬ ‫سمر أم ي‬
‫صمل مو ادتت م‬‫اديوتم م‬
‫ب متـادء اديفتممعـمل ثم ادء‬ ‫)دمدهممةد( موإين مكانميت مثـادء يمدجـيودز قديلـ د‬
.‫صلدهد اديثتممغمر‬‫سيتدة نميحدو ادثتمغمر أم ي‬ ‫دلتعمحادددهمما دفيِ ايلمميهدميو د‬
Bilamana Fa’ Fi’il wazan ‫ اديفتممعمل‬berupa huruf wau, atau Ya’, atau Tsa’, maka huruf
Fa’ Fi’ilnya tersebut harus diganti Ta’ karena sukarnya mengucapkah huruf
“Layn” (ْ‫ )لميين‬sukun dengan huruf yang diantara keduanya termasuk berdekatan
Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf “layin” (‫ )و – ي‬bersifat Jahr
sedangkan huruf Ta’ bersifat Hams. Contoh: ‫صمل‬ ‫ ادتت م‬asalnya ‫صمل‬ ‫ ادتت م‬asalnya
‫ اديوتم م‬dan ‫ســمر‬
‫م‬ ‫م‬ ‫ي‬
‫ اديوتم م‬dan ‫ ادتتغمر‬asalnya ‫ادثتمغمر‬. (penting) dan apabila Fa’ Fi’il-nya tsb berupa huruf Tsa’,
‫سمر‬
boleh mengganti Ta’nya wazan ‫ اديفتممعــمل‬dengan Tsa’, karena keduanya sama-sama
bersifat Hams. contoh: ‫ ادثتمغمر‬asalnya ‫اديثتممغمر‬.
Praktek I’lal:

‫ادتت م‬
‫صمل‬
‫ ادتـ ة‬asalnya ‫صةل‬
‫صةل‬ ‫ ادتوتة ة‬mengikuti wazan ‫ ادتفتةةعةل‬Wau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan
huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya,
karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi ‫صــةل‬ ‫ادتتتة ة‬
kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka
menjadi ‫صةل‬ ‫ادتـ ة‬.

‫ادتت م‬
‫سمر‬
‫ ادتـةسةر‬asalnya ‫ ادتوتةةسةر‬mengikuti wazan ‫ ادتفتةةعةل‬Wau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan
huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya,
karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi
‫ ادتتتةةسةر‬kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis
maka menjadi ‫ادتـةسةر‬.

‫ادتتمغمر‬
‫ ادتـةغةر‬asalnya ‫ ادتثتةةغةر‬mengikuti wazan ‫ ادتفتةةعةل‬huruf Tsa’ diganti Ta’ karena sama-sama bersifat
Hams, maka menjadi ‫ ادتتتةةغةر‬kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena
dua huruf yang sejenis maka menjadi ‫ادتـةغةر‬
‫عت‬
Dan boleh juga dibaca Tsa’ ‫ ادثعمغمر‬dengan Praktek I’lal sbb:
‫نـ‬
‫ ادثنةغةر‬asalnya ‫ ادتثتةةغةر‬mengikuti wazan ‫ ادتفتةةعةل‬huruf Ta’ diganti Tsa’ karena sama-sama bersifat
Hams, maka menjadi ‫ ادتثثةةغةر‬kemudian Tsa’ pertama di-idghamkan pada Tsa’ kedua karena
dua huruf yang sejenis maka menjadi ‫ادتـةغةر‬

Penting untuk diketahui:

‫ادتتمخمذ‬
‫ ادتـةخةذ‬asalnya ‫ ادتئتةةخةذ‬mengikuti wazan ‫ ادتفتةةعةل‬huruf Hamzah yang kedua diganti Ya’ karena ia
sukun dan sebelumnya ada huruf berharkah kasrah, maka menjadi ‫ ادتيتةةخةذ‬kemudian huruf
Ya’ diganti Ta’ (tanpa mengikuti kias*) maka menjadi ‫ادتـةخةذ‬.

* Pergantian Ya’ dengan Ta’ tidak mengikuti Qias yakni termasuk dari perihal Syadz.

Kaidah Ilal ke 19 » Huruf Ta’ wazan ‫ تمفِمتعمل‬dan ‫تممفِامعإمل‬


diganti dg huruf yang berdekatan makhrajnya
Meninggalkan komentar Go to comments

‫إمذا مكامن مفادء تمفِمتعمل موتممفِامعإمل متادء أميو مثــادء أيو مدالد أيو مذالم‬
‫طــادء‬ ‫ضــاددا أميو م‬ ‫صــاددا أميو م‬ ‫شييدنا أميو م‬ ‫سييدنا أميو د‬
‫أميو مزاديا أيو د‬
‫ج ثدتم‬
‫ب متائددهمما بدمما يدمقادربدهد دفيِ ايلمميخمر د‬ ‫أميو م‬
‫ظادء يمدجيودز قميل د‬
‫أديددغمم د‬
ْ‫ت يالديوملىَ دفيِ التثانديتدة بميعمد مجيعــدل أمتودل ايلدمتمقمــادربمييدن‬
‫صــدل‬‫ب مهيمــمزدة ايلمو ي‬ ‫ســدة ممــمع ايجتدلم د‬ ‫دميثــمل الثتــاندييِ لديلدممجانم م‬
‫س‬ ‫س أع ي‬
‫صــلدهد تمتمــتر م‬ ‫ســادكدنْ نميحــدو ادتتــمر د‬ ‫لديديمدكمنْ يادليبتدمدادء دبال ت‬
‫صــلدهد متــمدثتمر وادتذتكــمر‬ ‫صــلدهد تممثامقــمل موادتدتثــمر أع ي‬ ‫موادتثامقــمل أع ي‬
‫ســــتممع‬‫صــــلدهد تممزتجــــمر مواد ت‬ ‫صــــلدهد تمــــمذتكمر موادتزتجــــمر أع ي‬ ‫أع ي‬
‫ق‬‫صـــتد م‬
‫ق مو اد ت‬ ‫شـــقت م‬
‫ق أصـــله تم م‬ ‫شـــقت م‬‫ســـتممع مواد ت‬ ‫صـــلدهد تم م‬‫أع ي‬
‫ضـــترمع موادظتتهـــمر‬ ‫صـــلدهد تم م‬ ‫ضـــترمع أع ي‬ ‫ق مواد ت‬ ‫صـــتد م‬‫صـــلدهد تم م‬ ‫أع ي‬
.‫طامهمر‬‫صلدهد تم م‬ ‫طامهمر أع ي‬ ‫صلدهد تمظمتهمر مواد ت‬ ‫أع ي‬
Bilamana Fa’ Fi’il wazan ‫ تمفِمتعمل‬dan ‫ تممفِامعإمل‬berupa huruf ‫ ظ‬,‫ ط‬,‫ ض‬،‫ ص‬,‫ ش‬,‫ س‬،‫ ز‬،‫ ذ‬،‫ د‬،‫ ث‬،‫ت‬،
maka boleh Ta’ dari kedua wazan tersebut diganti dengan huruf yang mendekati
dalam Makhrajnya, kemudian huruf yang pertama di-idghamkan pada huruf yang
kedua, demikian ini setelah huruf yang pertama dari kedua huruf yang berdekatan
makhrajnya tersebut, dijadikan serupa dengan huruf yang kedua. berikut
memasang Hamzah Washal agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati.
contoh: ‫س‬ ‫ تمتمتر م‬dan ‫ ادتثاقممل‬asalnya ‫ تممثاقممل‬dan ‫ ادتدث تمر‬asalnya ‫ تممدث تمر‬dan ‫ تذتكمر‬asalnya ‫ تممذتكمر‬dan ‫ ادتزتجمر‬asalnya
‫ ادت تمر د‬asalnya ‫س‬
‫ تممزتجمر‬dan ‫ستممع‬
‫ اد ت‬asalnya ‫ســتممع‬ ‫شـق ت م‬
‫ تم م‬dan ‫ق‬ ‫شــق ت م‬
‫ اد ت‬asalnya ‫ق‬ ‫ تم م‬dan ‫ق‬
‫صـتد م‬
‫ اد ت‬asalnya ‫ق‬ ‫ تم م‬dan ‫ضــترمع‬
‫صــتد م‬ ‫ تم م‬dan
‫ اد ت‬asalnya ‫ضــترمع‬
‫ ادظتتهمر‬asalnya ‫ظتهمر‬ ‫ اد ت‬asalnya ‫طامهمر‬
‫ تم م‬dan ‫طامهمر‬ ‫ تم م‬.

Praktek I’lal :

‫ادتتمر م‬
‫س‬
‫ ادتـةر ة‬asalnya ‫س‬
‫س‬ ‫ تةتةـــر ة‬mengikuti wazan ‫ تةفةـعــةل‬huruf Ta’ yang pertama disukunkan sebagai
sebab syarat idgham maka menjadi ‫س‬ ‫ تتتةـر ة‬maka Ta’ yang pertama di-idghamkan pada Ta’
yang kedua karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya
agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi ‫س‬ ‫ادتـةر ة‬

‫ادتثاقممل‬
‫ ادـثاةقــةل‬asalnya ‫ تةةثاةقــةل‬mengikuti wazan ‫ تةةفاةعــةل‬huruf Ta’ diganti Tsa’ karena berdekatan
Makhrojnyamaka menjadi ‫ ثةةثاقةةل‬kemudian huruf Tsa’ yang pertama disukunkan sebagai
sebab syarat idgham maka menjadi ‫ ثةةثاقةةل‬maka Tsa’ yang pertama di-idghamkan pada Tsa’
yang kedua karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya
agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi ‫ادـثاقةةل‬

Perhatian :

I’lal dalam Kaidah ke 19 ini cuma bersifat Jaiz atau boleh, bukan suatu ketentuan musti.
Sebagai pengalaman bagi kita, karena ini jarang ditemukan. dan yang banyak digunakan
adalah berupa bentuk asalnya.

Archive for the ‘Bab Naibul Fa’il’ Category

Pengertian Naibul Fa’il » Alfiyah Bait 242


22 November 2011 Ibnu Toha 10 komentar
–••Ο••–
‫ دفيما لمهد مكنيدمل مخييدر منائددل‬¤ ‫ب مميفِدعودل بدده معإينْ مفادعإدل‬
‫يمدنو د‬
Maf’ul bih menggantikan Fa’il di dalam semua hukumnya. Seperti contoh: “NIILA
KHOIRU NAA-ILI=anugerah terbaik telah diperoleh”.

–••Ο••–

Naibul Fa’il adalah Isim yg dirofa’kan baik secara lafzhan atau mahallan, menggantikan
dan menempati tempatnya Fa’il yg tidak disebutkan, dan Fi’ilnya dibentuk Mabni
Majhul. Baik isim yg menggantikan itu asalnya berupa Maf’ul bih atau serupanya sepeti
Zhorof, Masdar dan Jar-majrur.

Contoh bentuk kalimat asal :

‫أكرمَ خالد الغريب‬


AKROMA KHOOLIDUN AL-GHORIIBA = Kholid menghormati orang asing itu

Contoh bentuk kalimat setelah Fa’ilnya dibuang dan Fi’ilnya dibentuk Mabni Majhul:

‫أديكدرمَ الغريب‬
UKRIMA AL-GHOORIBU = Orang asing itu dihormati

Pada contoh ini lafazh AL-GHOORIBU adalah Naibul Fa’il menggantikan Fa’ilnya yg
dibuang. Lafazh UKRIMA adalah kalimah Fi’il Madhi yang dibentuk Mabni Majhul.

Dengan demikian apabila Fa’ilnya dibuang karena suatu alasan baik alasan bangsa
Lafzhiy atau bangsa Ma’nawiy (lihat Motif al-Hadzf/alasan membuang lafazh) maka
pembuangan Fa’il ini menimbulkan dua keputusan:
1. Merubah Fi’ilnya ke bentuk Majhul
2. Menempatkan Pengganti Fa’il pada posisi Fa’il berikut hukum2nya, semisal: harus
Rofa’, harus berada setelah Fi’ilnya, sebagai pokok kalimat, hukum ta’nits pada fi’ilnya,
dan lain-lain

Archive for the ‘Bab Nakirah dan Ma’rifah’ Category

Penggunaan Dhamir Antara Muttashil Dan Munfashil »


Alfiyah Bait 64 dan 65
15 November 2011 Ibnu Toha 10 komentar
–••Ο••–

‫ أم ي‬¤ ‫سيلندييده مومما‬


‫شبممهـهد دفيِ دكينـتدهد‬ ‫صيل أمدو ايف د‬
‫صيل مهاء م‬ ‫مو د‬
‫ايلدخــيل د‬
َ‫ف اينتمممى‬
Muttashil-kanlah atau Munfashil-kanlah..! (boleh memilih) untuk Dhomir Ha’ pada
contoh lafadz ‫سيلندييده‬
‫ م‬dan lafadz yang serupanya. Adapun perbedaan Ulama bernisbatkan
kepada lafadz ‫دكينتدهد‬

‫ أميخمتأادر مغييدري ايخمتامر‬¤ ‫صــــــالم‬


‫مكـــمذامك دخيلتمندييــده مواتع م‬
‫الينفِد م‬
‫صالم‬
Seperti itu juga, yaitu lafadz ‫ دخيلتمندييده‬, aku memilih menggunakan Dhomir Muttashil,
selainku memilih menggunakan Dhomir Munfashil

–••Ο••–

Boleh menggunakan Dhamir Munfashil beserta masih memungkinkan menggunakan


Dhamir Muttashil, yg demikian ada di tiga permasalahan:

PERMASALAHAN PERTAMA: Amilnya berupa Fi’il yang bukan Amil Nawasikh yg


serupa A’THOO Cs menashabkan dua maf’ul yg berupa dua Dhamir, dhamir yg pertama
lebih khusus dari dhamir yg kedua (yakni, dhamir mutakallim lebih khusus dari dhamir
mukhothob dan dhamir mukhothob lebih khusus dari dhamir ghaib).

Contoh menggunakan dhamir Muttashil:

‫الكتاب سلـنيه‬
AL-KITAABU SALNII HI = Mintalah kitab itu padaku..!

Boleh menggunakan dhamir Munfashil contoh:

‫الكتاب سلـنيِ إياه‬


AL-KITAABU SALNII IYYAAHU = Mintalah kitab itu padaku..!

Jika dhamir yg pertama tidak lebih khusus dari dhamir yg kedua, maka wajib
menggunakan dhamir Munfashil. Contoh:

‫الكتاب أعإطاه إياك زيد‬


ALKITAABU A’THOO HU IYYAKA ZAIDUN = Zaid memberikan kitab itu kepadamu

Atau jika kedua dhamir itu tidak nashab semuanya yakni salah satunya, maka wajib
menggunakan Dhamir Muttashil contoh:

‫النظامَ أحَببـته‬
AN-NIZHAAM AHBABTU HU = aku menyukai undang-undang itu.

PERHATIAN:
Dalam permasalahan pertama ini, lebih diutamakan menggunakan dhamir Muttashil
daripada dhamir Munfashil, mengingat pada hukum asalnya (lihat Penggunaan Bentuk
Dhamir » Alfiyah Bait 63) beserta dikokohkan oleh dalil dalam Al-Qur’an, contoh:

‫فم م‬
‫سيميكدفِيـمكدهدم ت‬
‫اد‬
FASAYAKFIIKAHUMU-LLAAHU = Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka
(Al-Baqarah : 137)

‫أمنديلدزدمـدكدمومها موأمينتديم لممها مكادردهومن‬


ANULZIMUKUMUUHAA WA ANTUM LAHAA KAARIHUUN = Apa akan kami
paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya? (Hud : 28)

‫سأ ميلـدكدمومها‬
‫إدين يم ي‬
IN YAS-ALKUMUUHAA = Jika Dia meminta harta kepadamu (Muhammad : 47)

Terkadang ditemukan menggunakan dhamir Munfashil sebagaimana dalil dalam Hadits.


Oleh karenanya dalam masalah ini, penggunaan dhamir Muttashil tidaklah wajib dan
penggunaan dhamir Munfashil tidak khusus pada Syair saja. Contoh dalam Hadits:

‫أمفممل تمتتدقيِ ام فدييِ مهدذده ايلبمدهييممدة التدتىَ مملمتكـمك اد إدتيامها‬


Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan
sebagai milikmu oleh Allah? (Shahih Muslim).

PERMASALAHAN KEDUA: bersambung….

Share this:

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Bagikan pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

Kategori:Bait 64-65 Tag:Isim Dhamir

Penggunaan Bentuk Dhamir » Alfiyah Bait 63


13 November 2011 Ibnu Toha 4 komentar
–••Ο••–

‫ إمذا متــــأ متتىَ أين‬¤ ‫صيل‬‫مودفيِ ايختدميادر لم يمدجيِء ايلدمينفِم د‬


‫يمدجيِء ايلدمتتــ د‬
‫صيل‬
Dalam keadaan bisa memilih, tidak boleh mendatangkan Dhomir Munfashil jika
masih memungkinkan untuk mendatangkan Dhomir Muttashil.

–••Ο••–

Jikalau masih memungkinkan menggunakan dhamir Muttashil janganlah


menggantikannya dengan dhamir Munfashil. Sebab dhamir digunakan untuk tujuan
meringkas kata. Bentuk dhamir Muttashil jauh lebih ringkas daripada Dhamir
Munfashil. Contoh:
‫أكرمتـك‬
AKROMTUKA = aku memulyakanmu

jangan mengatakan:

‫أكرمت إياك‬
AKROMTU IYYAKA = aku memulyakanmu

Terkadang di beberapa tempat ada yg harus menggunakan dhamir Munfashil karena tidak
memungkinkan menggunakan dhamir Muttashil diantaranya adalah:

1. Dhamir dikedepankan dari Amilnya karena suatu motif semisal untuk Faidah Qashr,
contoh:

‫إدتيامك نميعبددد موإدتيامك نم ي‬


ْ‫ستمدعيدن‬
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan (al-Fatihah : 5)

2. Dhamir Jatuh sesudah ILLA, contoh:

‫ضىَ مرلبمك أمتل تميعبدددوا إدتل إدتياهد‬


‫موقم م‬
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia (Al-
Israa’ : 23)

3. Dhamir dipisah dari Amil oleh Ma’mul lain, contoh:

‫يديخدردجومن التر د‬
‫سومل موإدتيادكيم‬
mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu (Al-Mumtahanah : 1)

4. Dharurah Syi’ir, contoh:

‫بالباعإث الوارث الموات قد ضمنت إياهم الرض‬


‫فيِ دهر الدهارير‬
Share this:

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 2Bagikan pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

Kategori:Bait 63 Tag:Isim Dhamir

Dhamir Munfashil Manshub » Alfiyah Bait 62


11 November 2011 Ibnu Toha 2 komentar
–••Ο••–

‫ي موايلتتـــيفِدرييدع‬
‫ إتيا م‬¤‫صادل دجدعلم‬‫ب دفيِ اينفِد م‬ ‫مودذو اينتد م‬
‫صا د‬
‫شـــدكلم‬
‫س دم ي‬‫لميي م‬
Dhamir yang Manshub pada Dhamir Munfashil, dijadikannya seperti lafazh
“IYYAAYA”, berikut cabang-cabangnya tanpa ada kesulitan (mudah dalam
menentukannya).

–••Ο••–

Telah dijelaskan bahwa Dhamir Munfasil dari segi mahal I’robnya ada dua macam:

1. Mahal Rofa’ (Dhamir Munfashil Marfu‘ > lihat penjelasannya Dhamir Munfasil
Marfu’ » Alfiyah Bait 61)
2. Mahal Nashab (Dhamir Munfashil Manshub).

Dhamir Munfashil Manshub semuanya berjumlah 12 dhamir:


Rinciannya sbb:

1. Untuk Mutakallim (orang pertama) terdapat 2 bentuk dhamir

– IYYAAYA = mutakallim wahdah = PADAKU


– IYYAANAA = mutakallim ma’al-ghair aw mu’azh-zham nafsah = PADA KAMI atau
PADAKU pengagungan diri.

2. Untuk Mukhothob (orang ke dua) terdapat 5 bentuk dhamir:

– IYYAAKA = mufrad mudzakkar = PADAMU (LK)


– IYYAAKI = mufrad muannats = PADAMU (PR)
– IYYAAKUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = PADAMU BERDUA (LK/PR)
– IYYAAKUM = jamak mudzakkar = PADA KALIAN (LK)
– IYYAAKUNNA – jamak muannats = PADA KALIAN (PR)

3. Untuk Ghaib (orang ketiga) terdapat 5 bentuk dhamir:

– IYYAAHU = mufrad mudzakkar = PADANYA (LK)


– IYYAAHAA = mufrad muannats = PADANYA (PR)
– IYYAAHUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = PADANYA BERDUA (LK/PR)
– IYYAAHUM = jamak mudzakkar = PADA MEREKA (LK)
– IYYAAHUNNA – jamak muannats = PADA MEREKA (PR)

LIHAT TABEL BERIKUT:

DHAMIR MUNFASHIL MANSHUB


ORANG ORANG ORANG
KETIGA(GHAI KEDUA(MUKHOTH PERTAMA(MUTAKALLI
B) OB) M)
‫إياه‬ ‫إيامك‬ ‫إياي‬
‫إياها‬ ‫إياك‬ ‫إيانا‬
‫إياهما‬ ‫إياكما‬
‫إياهم‬ ‫إياكم‬
ْ‫إياهن‬ ْ‫أياكن‬
Share this:

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Bagikan pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

Kategori:Bait 62 Tag:Isim Dhamir

Dhamir Munfasil Marfu’ » Alfiyah Bait 61


10 November 2011 Ibnu Toha 7 komentar
–·•Ο•·–

‫ موأمينــ م‬¤‫صادل أممنا دهيو‬


‫ت موايلدفِـــدريو د‬
‫ع لم‬ ‫مودذو ايرتدمفِا د‬
‫ع مواينفِد م‬
‫شــتمبدهد‬
‫تم ي‬
‫ أمين م‬,‫ دهيو‬,‫ أممنا‬dan cabang-cabangnya yg tidak
Dhomir Rofa’ dan Munfasil, yaitu seperti ‫ت‬
ada kemiripan

–·•Ο•·–

Telah dijelaskan bahwa Dhamir Bariz dibagi dua:

1. Dhamir Bariz Muttashil/Dhamir Muttashil (telah dijelaskan pada bait lalu lihat
Pengertian Dhamir Muttashil, Alfiyah Bait 55-56)
2. Dhamir Bariz Munfashil/Dhamir Munfasil.

Dhamir Munfashil adalah Isim Dhamir yang dapat dijadikan permulaan dan bisa berada
setelah lafazh ILLA.

Contoh bisa dijadikan permulaan kalimat

Firman Allah:
‫هم العدعو فاحَذرهم‬
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka (Al-
Munaafiquun : 4)

Contoh bisa berada setelah lafazh ILLA

Firman Allah:

‫وقضىَ رعبك أل تعبدوا إل إياه‬


Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia (Al-
Israa’ : 23)

Dhamir Munfasil dari segi mahal I’robnya hanya ada dua:

1. Mahal Rofa’ (Dhamir Munfasil Marfu’)

2. Mahal Nashab (Dhamir Munfashil Manshub > akan dijelaskan pada bait selanjutnya
Insyaallah).

Dhamir Munfasil Marfu’ semuanya berjumlah 12 dhamir:

Rinciannya sbb:

1. Untuk Mutakallim (orang pertama) terdapat 2 bentuk dhamir

– ANA = mutakallim wahdah = AKU

– NAHNU = mutakallim ma’al-ghair aw mu’azh-zham nafsah = KAMI atau AKU


mengagungkan diri.

2. Untuk Mukhothob (orang ke dua) terdapat 5 bentuk dhamir:

– ANTA = mufrad mudzakkar = KAMU (LK)

– ANTI = mufrad muannats = KAMU (PR)

– ANTUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = KAMU BERDUA (LK/PR)

– ANTUM = jamak mudzakkar = KAMU SEKALIAN (LK)

– ANTUNNA – jamak muannats = KAMU SEKALIAN (PR)

3. Untuk Ghaib (orang ketiga) terdapat 5 bentuk dhamir:

– HUWA = mufrad mudzakkar = DIA (LK)

– HIYA = mufrad muannats = DIA (PR)

– HUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = DIA BERDUA (LK/PR)

– HUM = jamak mudzakkar = MEREKA (LK)

– HUNNA – jamak muannats = MEREKA (PR)

LIHAT TABEL BERIKUT:

DHAMIR MUNFASIL MARFU’


ORANG KETIGA ORANG KEDUA ORANG PERTAMA
(GHAIB) (MUKHOTHOB) (MUTAKALLIM)

‫هو‬ ‫أنت‬ ‫أنا‬


ِ‫هي‬ ‫أنت‬ ْ‫نحن‬
‫هما‬ ‫أنتما‬
‫هم‬ ‫أنتم‬
ْ‫هن‬ ْ‫أنتن‬
Share this:

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 4Bagikan pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

Kategori:Bait 61 Tag:Isim Dhamir

Isim Dhamir Mustatir wajib dan jaiz » Alfiyah Bait 60


17 November 2010 Ibnu Toha 32 komentar
–·•Ο•·–

‫ مكايفمعيل أموافد ي‬¤ ‫ستمتددر‬


‫ق منغتمبديط‬ ‫ضدمييدر ايلتريفدع مما يم ي‬
‫مودمينْ م‬
‫شكدر‬‫إيذ تد ي‬
Dhomir Mustatir ada pada sebagian dhomir Rofa’. Seperti pada contoh: ‫ق منغتمبديط إيذ‬ ‫ايفمعيل أموافد ي‬
‫ت‬ ‫ت‬
‫( تد ي‬ket: ‫ = افةعـتل‬Fi’il ‘Amar untuk satu mukhotob, taqdirannya ‫ انـت‬. dan ‫ = أةوادفـق‬Fi’il
‫شكدر‬
Mudhori’ untuk satu Mutakallim, taqdirannya ‫انــا‬. dan ‫ط‬ ‫ = ةنغتةدبــ ت‬Fi’il Mudhori’ untuk
Mutakallim Ma’al Ghair, taqdirannya ‫ نحــن‬. dan ‫ = تدتشــكدر‬Fi’il Mudhori’ untuk satu
Mukhotob, taqdirannya ‫)انت‬

–·•Ο•·–

Telah dijelaskan pada pelajaran dahulu bahwa dhamir ada dua golongan 1. Isim Dhamir
Bariz (mempunyai bentuk lafazh) dan 2. Isim Dhamir Mustatir (tidak mempunyai bentuk
lafaz).

Dhamir Mustatir (‫ )ضامر مستتر‬atau dhamir yang tidak berbentuk Lafazh, ada dua macam
1. Wajib Mustatir dan 2. Jaiz Mustatir

1. Wajib Mustatir ‫واجب الستتار‬


Pengertian dhamir yang Wajib Mustatir adalah: Isim Dhamir Mustatir dimana posisinya
tidak bisa digantikan oleh Isim Zhahir pun oleh Isim Dhamir Munfashil. contoh:

ِ‫أمقديودمَ بدموادجبدييِ نميحمو قممرابمتديي‬


aku menunaikan kewajibanku pada keluargaku

Contoh َ‫ أقوم‬pada kalimat diatas, mempunyai Fa’il (subjek) yang berupa Isim Dhamir
Mustatir yang wajib. takdirannya adalah ‫( أنا‬saya), maka posisi dhamir ini tidak bisa
digantikan isim zhahir semisal ‫أقوم خالد‬. Atau tidak bisa digantikan isim dhamir munfashil
semisal ‫ أقوم أنا‬dengan maksud sebagai Fa’ilnya, bisa juga dilafalkan demikian, akan tetapi
ia bukan Fail tapi sebagai taukid bagi damir mustatir.

Isim Dhamir wajib mustatir menempati pada 10 kategori kalimah. lihat tabel berikut :

ISIM DHAMIR WAJIB MUSTATIR


NO TEMPAT WAJIB MUSTATIR CONTOH

1
Fi’il Amar untuk satu mufrad (laki- ‫ستمقديم مكمما أددمير م‬
‫ت‬ ‫مفــا ي‬
laki)
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,
sebagaimana diperintahkan kepadamu

2
Fi’il Mudhari’ yang diawali Hamzah
Mudhara’ah untuk Mutakallim (aku
‫موأدفمعو د‬
‫ض أميمدري إدملىَ ا‬
lk/pr) Dan aku menyerahkan urusanku kepada
Allah

‫ص معإلمييمك أميحَ م‬
ْ‫سمن‬ ‫نميحدنْ نمقد ل‬
‫ايلقم م‬
Fi’il Mudhari’ yang diawali Nun
3 Mudhara’ah untuk Mutakallim Ma’al
Ghair (kami lk/pr)
‫ص‬
‫ص د‬
Kami menceritakan kepadamu kisah yang
paling baik

4
Fi’il Mudhari’ yang diawali Ta’
Mudhara’ah untuk Mukhatab Mufrad
‫تديؤدتيِ ايلدميلمك ممينْ تم م‬
‫شادء‬
(kamu satu laki-laki) Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki

‫ميا أمليمها التدذيمنْ آممدنوا معإلمييدكيم‬


5 Isim Fi’il Amar ‫أمينفِد م‬
‫سدكيم‬
Hai orang-orang yang beriman, jagalah
dirimu

‫فممل تمقديل لمدهمما أد ف‬


ِ‫ف‬
6 Isim Fi’il Mudhari’
maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan
“ah”

7 Fi’il Ta’ajub
‫ق‬
‫صيد م‬ ‫مما أميحَ م‬
‫سمنْ ال ع‬
Alangkah indahnya kenyataan ini

‫مودبايلموالدمدييدنْ إديحَ م‬
‫سادنا‬
8 Isim Masdar yang menggantikan
tugas Fi’ilnya
Dan kepada kedua orang tua, berbuat
baiklah!

9 Fi’il-Fi’il Istitsna’ seperti ‫ُ حَاشا‬،‫ُ عدا‬،‫خل‬


‫فِ مخلم موادحَداد‬
‫ضيديو د‬
‫ضمر ال ل‬
‫محَ م‬
Tamu-tamu sudah hadir selain satu orang

‫سدم م ت‬
‫اد‬ ‫مما أديندهمر مالتددمَ مودذدكمر اد ي‬
‫س مال ع‬
ْ‫ستن‬ ‫معإلمييده فمدكيل لميي م‬
10 Perangkat Istitsna semisal ‫ليس‬
‫موال ل‬
‫ظيفِمر‬
Apa yang dapat menumpahkan darah
dengan diiringi sebutan nama Allah,
makanlah, selain gigi dan kuku

2. Jaiz Mustatir ‫جائز الستتار‬

Pengertian dhamir yang Jaiz Mustatir adalah: Isim Dhamir mustatir dimana posisinya
bisa digantikan oleh Isim Zhahir pun oleh Isim Dhamir Munfashil. yaitu kalimah Fi’il
untuk Mufrad Ghaib (subjek orang ketiga tunggal male) contoh:

‫فمممينْ دزيحَدزمح معإدنْ التنادر موأديددخمل ايلمجنتةم فمقميد مفامز‬


Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh
ia telah beruntung.

kalimah Fi’il untuk Mufrad Ghaibah (subjek orang ketiga tunggal female) contoh:

‫مومقالميت دلديختدده قد ع‬
‫صيده‬
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan

kalimah Isim Fi’il Madhi. contoh:

‫ت‬
‫ق مهييمها م‬
‫صدديي د‬
‫ال ت‬
jauh sekali dari kebenaran.

Isim Sifat yang murni, semisal Isim Fa’il. Contoh:

‫ق لدمما مممعدهيم‬
‫صعد د‬ ‫سودل دمينْ دعإيندد ت‬
‫اد دم م‬ ‫مولمتما مجامءدهيم مر د‬
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan
apa (kitab) yang ada pada mereka

Maka lafazh ‫ق‬ ‫صرد د‬


‫ دم ة‬terdapat dhamir Mustatir Jaiz takdirannya adalah ‫ هدةو‬tertuju kepada
lafazh ‫ةردسودل‬

Share this:

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 6Bagikan pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

Kategori:Bait 60 Tag:Isim Dhamir

Bentuk Dhamir Muttashil di dalam mahal i’rabnya »


Alfiyah Bait 57-58-59
14 November 2010 Ibnu Toha 1 komentar
Kitab Alfiyah Ibnu Malik » Bab Nakirah dan Ma’rifah » Bait 57-58-59
–·•Ο•·–

‫ مولميفِظد مما دجتر مكلميفِدظ مما‬¤ ‫ضممدر ملـهد ايلبدمنا يمدجيب‬


‫مودكـلل دم ي‬
‫ند د‬
‫صيب‬
Semua Dhomir wajib Mabni. Lafadz Dhomir yang dijarrkan, sama bentuknya
dengan lafadz Dhomir yang dinashobkan.

‫فِ بدمنا مفـإ دنتمنا‬


‫ مكايعإـدر ي‬¤ ‫صلميح‬ ‫ب مومجمر نا م‬ ‫دللتريفدع موايلنت ي‬
‫ص د‬
‫نديلـمنا ايلدمـنميح‬
Dhomir Muttashil ‫ نا‬mencocoki semua bentuknya dalam mahal Rofa’, Nashob, dan
Jarrnya. Seperti contoh lafadz: ‫فِ بدمنا فمإ دنتنمــا نديلنمــا ايلدمنمــيح‬
‫ ( ايعإدر ي‬ket. ‫ = بنــا‬Mahal Jarr, ‫= فمإ دنتنمــا‬
Mahal nashab, ‫ = نديلمنا‬Mahal rofa’)

‫ب مومغييدرده مكمقامما‬ ‫موأملد د‬


‫ مغا م‬¤ ‫ف موايلــموادو موايلنليولن لدمما‬
‫موايعإلممما‬
Alif, Wau dan Nun, termasuk Dhomir Muttashil untuk Ghoib juga Hadhir. Seperti
contoh: ‫( مقاممــا‬Alif Dhomir Muttashil Ghoibain, artinya: “mereka berdua telah
berdiri”) dan contoh: ‫( ايعإلمممـــا‬Alif Dhomir Muttashil Mukhothobain, artinya:
“ketahuilah kalian berdua!”).

–·•Ο•·–

Telah dijelaskan pada pelajaran dahulu dalam bab Mu’rab dan Mabni, bahwa semua
lafazh dhamir adalah mabni. Dan tentunya kemabnian isim dhamir tersebut menempati
pada mahal/posisi irabnya masing-masing.

Untuk Dhamir Muttashil (‫ )ضمير متصل‬didalam mahal irabnya terdapat tiga kategori:

(1). Hanya menempati pada Mahal Rofa’ saja. yaitu ada 5 bentuk dhamir:

1- Ta’ dhamir Mutaharrik/berharkah (‫)التاء المتحرك‬. dhamir hadir (untuk Mutakallim,


mukhatab , atau mukhatabah). contoh:
‫فمإ دمذا معإمزيمـ م‬
ْ‫ت فمتمموتكيل معإملىَ اد إدتن ام يددحلب ايلدمتمموعكدليمن‬
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

2- Alif Tatsniyah (ْ‫)الف الثنين‬. (untuk dhamir hadir juga ghaib) contoh:

‫فممخامنتـ مـادهمما فملميم يديغدنيـ مـا معإيندهمما دممنْ اد م‬


‫شييدئا‬
lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu
tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah

3- Wau Jamak (‫)واو الجماعإة‬, (untuk dhamir hadir juga ghaib) contoh:

‫موإدمذا أميظلممم معإلمييدهيم مقادمــيوا‬


dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti

4- Ya’ Mukhatabah (‫( )ياء المخاطبة‬untuk dhamir hadir) contoh:

‫فمدكدلــييِ موا ي‬
‫شمردبــييِ موقمعر ي‬
‫ي معإييدنا‬
maka makan (kamu pr) , minum (kamu pr) dan bersenang hatilah kamu (pr)

5- Nun Jamak muannats (‫( )نون الناث‬dhamir hadir juga ghaib) contoh:

‫صــمنْ بدأ مينفِد د‬


‫سدهتنْ ثملمثمةم قددرودء‬ ‫موايلدمطملتمقا د‬
‫ت يمتممربت ي‬
Wanita-wanita yang ditalak handaklah (mereka pr) menahan diri (menunggu) tiga
kali quru’.

(2). sama bisa menempati pada Mahal Nashab dan Jar saja . yaitu ada 3 bentuk
dhamir:

1. Ya’ Mutakallim, (dhamir hadir) contoh:

‫مقامل ميا قميودمَ أممرأمييتديم إدين دكين د‬


ِ‫ت معإملىَ بميعنمدة دمينْ مرعبــيي‬
‫موآمتادنــييِ دمينهد مريحَممةد‬
Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang
nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya

2. Kaf Mukhatab (dhamir hadir) contoh:

َ‫مما موتدعإـ مـمك مربـلـمك مومما قمملى‬


Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu

3. Ha’ Ghaib (dhamir ghaib) contoh:


‫مقامل لـ مـهد م‬
‫صادحَبـ دـهد مودهمو يدمحادودرهد‬
Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya – sedang dia bercakap-cakap
dengannya

(3). Sama bisa menempati pada Mahal Rafa’, Nashab dan Jar . yaitu 1 bentuk
dhamir berupa “Naa” (‫( )نا‬dhamir hadir).

contoh:

‫مربـ تـمنا دإنـ تـمنا آممــتنا مفايغفِدير ملــمنا دذدنومبــنا مودقــمنا معإمذا م‬
‫ب‬
‫التنادر‬
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman (kami), maka ampunilah (kami)
segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka

Ada juga bentuk isim dhamir yang sama bisa digunakan pada semua mahal i’rab (rafa’,
nashab dan jar) yaitu ‫ هدتم‬dan ‫ي‬. Namun statusnya tidak seperti ‫ نا‬yang digaribawahi oleh
Kiyai Mushannif Ibnu Malik tsb. karena khusus ‫ نا‬adalah satu-satunya bentuk isim dhamir
Muttashil dan Mutakallim yang dapat digunakan pada semua kedudukan i’rab.

Contoh ‫هم‬:

Sebagai dhamir Munfashil ketika mahal Rafa':

‫سودل اد‬ ‫دهدم التدذيمنْ يمدقودلومن لم تدينفِددقوا معإملىَ ممينْ دعإينمد مر د‬


‫محَتتىَ يمينفِم ل‬
‫ضوا‬
Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah
kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi
Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).

Sebagai dhamir Muttashil ketika mahal Nashab:

‫سلـيـدهيم مأيـلـدهيم بدمذلدمك مزدعإيدم‬


‫م‬
Tanyakanlah kepada mereka: “Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab
terhadap keputusan yang diambil itu?”

Juga sebagai dhamir Muttashil ketika mahal Jar:

‫مودمنـيـدهيم ممينْ يمدقودل ايئمذين دليِ مولم تميفِتدعنيِ أملم دفيِ ايلفِديتنمدة‬
‫طوا‬‫سقم د‬ ‫م‬
Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi
berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.”
Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah

Contoh ‫ي‬:
Sebagai dhamir mua’annats mukhatabah (kamu pr) ketika mahal Rafa':

‫فمدكدلــييِ موا ي‬
‫شمردبــييِ موقمعر ي‬
‫ي معإييدنا‬
maka makan (kamu pr) , minum (kamu pr) dan bersenang hatilah kamu (pr)

Sebagai dhamir mutakallim (lk/pr) ketika mahal Nashab:

‫موآمتادنــيِ دمينهد مريحَممةد‬


dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya

Juga sebagai dhamir mutakallim (lk/pr) ketika mahal Jar:

‫أمدن ا ي‬
‫شدكير دلــييِ مولدموالدمدييمك‬
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu

Kesimpulan Bait diatas: semua dhamir adalah Mabni. diantara isim dhamir ada yang
mencocoki bentuknya dalam mahal jar dan mahal nashab. kemudian digaris bawahi oleh
Mushannif bahwa dhamir ‫“ نا‬naa” mencocoki bentuknya untuk semua mahal i’rab yang
tiga (rafa’-nashab-jar) sebagaimana contoh dalam bait: ‫بدةنا ةفإَنـةنا ندتلةنا‬. disebutkan bahwa
dhamir yang berupa Alif tatsniyah, Wau jamak dan Nun jamak muannats, adalah dhamir
mahal Rafa’ bisa digunakan untuk Ghaib juga Hadir* (*mukhatab saja). sebagimana
contoh bait: ‫ةقاةما واتعلةةما‬.

Share this:

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)


 2Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Bagikan pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

Kategori:Bait 57-58-59 Tag:Isim Dhamir

Pengertian Dhamir Muttashil, Alfiyah Bait 55-56


11 November 2010 Ibnu Toha 10 komentar
Kitab Alfiyah Ibnu Malik » Bab Nakirah dan Ma’rifah » Bait 55-56
–·•Ο•·–

‫مودذو اتع م‬
‫ مولم يمدليِ إلت ايختدميــــامراد‬¤ ‫صادل دمينهد مما لم يديبتممدا‬
‫أمبــمدا‬
Dhomir Muttashil adalah Isim Dhomir yang tidak bisa dijadikan permulaan dan tidak
boleh mengiringi ‫ إل‬selama masih bisa memilih demikian..

ْ‫ موايلميــادء موايلمها دمين‬¤ ‫فِ دمدنْ ايبنيِ أيكمرمميك‬


‫مكايلميادء موايلمكا د‬
‫سلدييده مما مملميك‬
‫م‬
Seperti Ya’ dan Kaf dari contoh lafadz: ‫( ايبنيِ أيكمرمميك‬Ya’ Mutakallim dan Kaf Mukhothob),
dan seperti Ya’ dan Ha’ dari contoh lafadz: ‫سلدييده مما مملميك‬
‫( م‬Ya’ Mukhatabah dan Ha’ Ghaib)

–·•Ο•·–

Isim Dhamir dari segi penampakannya ada dua golongan:

(1). Dhamir Bariz (‫ )بارز‬: adalah Isim Dhamir yang mempunyai bentuk penampakan
lafazh secara hakikiyah (kongkrit) atau secara hukmiyah (abstrak).

Contoh dhamir bariz yang hakikiyah

‫أميكمرمـي د‬
‫ت ايلمغدريي م‬
‫ب‬
Aku memulyakan orang asing itu.

Contoh dhamir bariz yang hukmiyah:

‫م‬
‫ممجامء التدذ ي‬
‫ي أميكمريم د‬
‫ت‬
seorang yang aku mulyakan telah datang

(maksudnya: ‫ أميكمريمدتــهد‬yang aku memulyakan-nya. maka dhamir yang berupa ‫“ ـه‬nya” pada
contoh kalimat diatas, ada secara hukumnya).

(2). Dhamir Mustatir (‫)مستتر‬: adalah Isim Dhamir yang tidak mempunyai bentuk lafazh.
contoh:

‫محَافديظ معإملىَ ال ت‬
‫صلمدة‬
Peliharalah… shalat !

‫ محَافديظ أين م‬Peliharalah olehmu…!)


(yakni, ‫ت‬

Dhamir Bariz ada dua macam:

1. (‫ )ضمير بارز متصل‬Dhamir Bariz Muttashil

2. (‫ )ضمير بارز منفصل‬Dhamir Bariz Munfashil (akan diterangkan pada bait-bait


selanjutnya)

(‫ )ضمير بارز متصل‬Dhamir Bariz Muttashil/dhamir muttashil: adalah dhamir yang tidak
bisa dijadikan permulaan kalimat dan tidak bisa berada setelah lafazh ‫ إل‬secara ikhtiar (
‫“ )اختيارا‬pemilihan”, maksud ikhtiar adalah longgar atau lowong dalam susunan kalimat
tidak sempit semisal pada dharurah syi’ir. Contoh Dhamir Muttashil:

‫ت لديلدممحا م‬
‫ضمردة‬ ‫ستممميعـ د‬
‫اد ي‬
Aku mendengarkan ceramah

Contoh syawahid syair yang melafalkan dhamir bariz muttashil jatuh sesudah ‫ إل‬secara
Syadz:

ِ‫ش دمينْ فدئمدة بممغيت × معإلمتيِ فمممادلي‬ ‫أمدعإودذ بدمر ع‬


‫ب ايلمعير د‬
‫ض إدلعهد منا د‬
‫صدر‬ ‫معإيو د‬
Aku berlindung pada Tuhan yang memiliki Arsy….
daripada golongan orang yang menganiayaiku……
maka sebab itu….
tidaklah bagiku seorang penolong kecuali Dia selamanya….

(syahid pada syair diatas adalah pada lafazh ‫ إدلعهد‬dimana dhamir muttashil jatuh setelah ‫إدلن‬
adalah Syad, yakni tidak boleh kecuali pada dharurah syi’il)

Demikian juga Dhamir muttashil jatuh sesudah “Illa” pada syair berikut:

‫مومما معإلمييمنا إدمذا ممادكين د‬


‫ت مجامرتممنا × ألت يدمجادومرمنا إدلتدك‬
‫مدتيادر‬
(wahai kekasih…)
tidaklah kami menaruh perhatian…
bilamana dikau sudi menjadi tetangga kami…
seakan tidak ada tetangga lain kecuali hanya dikau seorang…

Share this:

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)


 2Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Bagikan pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

Kategori:Bait 55-56 Tag:Isim Dhamir

Pengertian Isim Dhamir » Alfiyah Bait 54


9 November 2010 Ibnu Toha 9 komentar
◊◊◊

‫سعم‬ ‫ مكأ مينـ م‬¤ ‫ضودر‬


‫ت مويهـمو م‬ ‫فممما لددذي مغييبمدة أيو دحَ د‬
‫ضدمييدر‬
‫دبال ت‬
Setiap Isim yang menunjukkan arti ghaib dan hadir seperti contoh: ‫ انت‬dan ‫ هم‬, maka
namakanlah! Isim Dhomir.

Pengertian Isim Dhamir (kata ganti): Isim Jamid yang menunjukkan pada Mutakallim
(orang pertama), Mukhatab (orang kedua) atau Ghaib (orang ketiga). contoh:

‫أمنا معإمريف د‬
ِ‫ت موادجبديي‬
Aku mengetahui kewajibanku

‫ت تميحتمدردمَ أممبامك‬
‫أين م‬
Engkau menghormati ayahmu

‫ضــده‬ ‫الدميؤدمدنْ يم د‬
‫صيودن دعإير د‬
Seorang Mu’min menjaga kehormatan dirinya.

Maksud Isim Jamid: tidak mempunyai asal bentuk pun tidak terdapat bentuk
pecahannya. Dhamir Mutakallim dan dhamir Mukhatab keduanya disebut dhamir hadir,
karena suatu yang didhamirkan ada secara hadir pada waktu pengucapan.

Share this:

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Bagikan pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

Memuat...
Kategori:Bait 54 Tag:Isim Dhamir

Pengertian Isim Nakirah dan Isim Ma’rifah » Alfiyah


Bait 52-53
9 November 2010 Ibnu Toha 25 komentar

‫ايلنتدكمرةد موايلمميعدرفمةد‬
Bab Nakirah dan Makrifah

‫ أميو مواقددع مميوقدمع مما قميد‬¤ ‫نمدكمرةد مقـــــابددل أميل دمؤعثــــمراد‬


‫دذدكمرا‬
Nakirah adalah Isim yang dapat menerima AL pemberi bekas Ma’rifah, atau Isim yang
menempati tempatnya Isim tersebut (dapat menerima AL Ma’rifah).

َ‫ مودهينـمد موايبنـديِ موايلدغلمدم‬¤ ‫مومغييــدرهد مميعدرمفـةد مكــدهيم مودذي‬


‫موالتدذي‬
Selain tersebut (pengertian Isim Nakirah) dinamakan Isim Ma’rifah, yaitu seperti ‫هم‬
(Isim Dhamir), ‫( ذي‬Isim Isyarah), ‫( هند‬Isim Alam), ِ‫( ابني‬Isim Mudhaf), َ‫( الغلم‬Isim dg AL
ma’rifah) dan ‫( الذي‬Isim Maushul).

Kalimah Isim/kata benda dibagi menjadi Isim Nakirah (tak tentu) dan Isim Ma’rifah
(tertentu).

°°°

Isim Nakirah

Definisi Isim Nakirah adalah: Kalimah isim menunjukkan pada sesuatu secara kesatuan
yang tidak ditentukan. contoh:

‫ب‬ ‫مجامء م‬
‫طالد د‬
Penuntut telah datang

‫ف‬ ‫قمددممَ م‬
‫ضيي د‬
Tamu telah tiba

Ada dua jenis isim Nakirah:

(1). Kalimah Isim dapat dipasangi AL dan membekaskan ma’rifah atau menjadikannya
tertentu. contoh:

‫دكمتا د‬
‫ مردجدل‬،‫ب‬
Buku, Laki-laki

maka dapat dipasangi AL dan membekaskan Ma’rifah menjadi contoh:

‫ب نمفِديي د‬
‫س‬ ‫ الدكمتا د‬،‫ع‬
‫شمجا د‬
‫التردجدل د‬
Laki-laki itu pemberani, Buku itu sangat bagus.
(2). Kalimah Isim menduduki kedudukan Isim yang dapat dipasangi AL, seperti lafazh ‫دذتو‬
artinya “pemilik” sinonim dengan lafazh ‫ب‬
‫صادحَ د‬
‫“ ة‬pemilik“. contoh

‫مجامء دذيو دعإيلدم‬


seorang yang berilmu telah datang

pada contoh ini maksudnya adalah ‫ب دعتلدم‬ ‫“ ة‬pemilik Ilmu” maka lafadz ‫ دذتو‬adalah isim
‫صادحَ د‬
nakirah yang tak dapat dijodohkan dengan AL, akan tetapi ia menduduki kedudukan Isim
yang dapat dipasangi AL pemberi bekas ma’rifah, yaitu lafazh ‫ب‬ ‫صادحَ د‬
‫ ة‬.

°°°

Isim Ma’rifah

Definisi Isim Ma’rifah adalah: Kalimah isim menunjukkan pada sesuatu secara
kesatuan yang tertentu. contoh:

‫أمين م‬
‫ت دميخلد د‬
‫ص‬
Enkau seorang yang tulus.

Ada dua jenis isim Ma’rifah:

(1). Kalimah Isim tidak dapat dipasangi AL, pun tidak menduduki kedudukan Isim dapat
dipasangi AL. Contoh:

ِ‫مجامء معإلديي‬
Sayyidina Ali telah datang.

(2). Kalimah Isim dapat menerima AL, akan tetapi tidak membekaskan ma’rifat. contoh:

‫مجامء ايلمعتبا د‬
‫س‬
Sayyidina ‘Abbas telah datang.

contoh AL pada lafazh ‫ العباس‬tidak berfungsi mema’rifahkan, karena ia sudah ma’rifah


sebab Isim ‘Alam. Mengenai AL jenis ini, Insya-Allah akan diterangkan pada Babnya
sendiri. untuk sementara bisa dijadikan rujukan » Terjemah Alfiyah Bab Ma’rifat sebab
alat Ta’rif.

°°°

Isim Ma’rifah ada Tujuh:

1. Isim Dhamir, menurut qaul yg shahih merupakan paling ma’rifahnya dari isim-isim
ma’rifah setelah lafazh Jalalah. contoh:

‫ أين م‬،‫أمنا‬
‫ دهمو‬،‫ت‬
aku, kamu, dia

2. Isim Alam, contoh:


‫ ممتكةد‬،‫ب‬
‫ مزيينم د‬،‫مخالددد‬
khalid, zainab, makkah

3. Isim Isyarah, contoh:

‫ مهدؤلمدء‬،‫ مهدذده‬،‫مهمذا‬
ini (male), ini (female), ini (jamak)

4. Isim Maushul, contoh:

ْ‫ التدذييمن‬،ِ‫ التتديي‬،‫ي‬
‫التدذ ي‬
yang tunggal (lk), yang tunggal (pr), yang jamak(lk/pr)

5. Isim yg dima’rifahkan oleh AL, contoh:

‫ب‬ ‫ ال ت‬،‫ب‬
‫طالد د‬ ‫ايلدكمتا د‬
kitab itu, siswa itu

6. Isim Mudhaf pada isim ma’rifah, contoh:

‫ مكلمدمَ معإلدفيِ بملدييدغ‬.‫دكمتابدييِ مجددييدد‬


kitabku baru, perkataan Ali fasih

7. Isim Nakirah Maqshudah (dari sebagian Munada, jika dimaksudkan kepada satu orang
tertentu) contoh:

‫ب أمدجيب‬ ‫ميا م‬
‫طالد د‬
hai siswa… jawablah!

Kesimpulan pembahasan Bait: Isim Nakirah adalah isim yang dapat dipasangi AL yang
membekaskan ma’rifah, atau isim menempati kedudukan isim yang dapat dipasangi AL.
selain isim Nakirah dinamakan Isim Ma’rifah. disebutkan 6 jenis Isim alam: Isim
Dhamir, Isim Alam, Isim Isyarah, Isim Maushul, Isim yg dima’rifahkan oleh AL, Isim
Mudhaf pada isim ma’rifah, dan tidak diuraikan yang ke 7 yaitu Nakirah
Maqshudah, karena sempitnya Nadzam.

Share this:
KEGIATAN-KEGIATAN PESANTEREN

1.KURSUS BAHASA ARAB DAN INGGRIS DISIANG HARI

2.KEGIATAN MALAM HARI

A.TAHSIN AL-QUR-AN

B.NAGHOM

C.BELAJAR TAKHTIM

D.BELAJAR ALBARJANZI/MARHABAN

E.DA’WAH

F.TAHFIZH

G.PUASA SENIN KAMIS DAN BUKA BERSAMA BIMBINGAN PENGELOLA

H.SHOLAT BERJAMA’AH MAGHRIB DAN ISYA BIMBINGAN PENGELOLA

I.PENDALAMAN HUKUM-HUKUM ISLAM DIMALAM HARI OLEH BIMBING

AN PENGELOLA

J.

Anda mungkin juga menyukai