Anda di halaman 1dari 3

Nama: Kholisatin Nabila

Nim: 2310200055
Prodi: Ilmu Al-qur’an dan Tafsir
Kelas: I-B

1.gramatikal adalah kalimat yang makna katanya berubah-ubah karena mengalami proses
pengimbuhan, pengulangan ataupun pemajemukan yang disesuaikan menurut tata bahasa serta
terikat dengan konteks pemakainya. Sedangkan sintaksis al quran adalah sintaksis atau ilmu nahwu
adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain
aturan ini, kata sintaksis juga digunakan untuk merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang
mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun.

2. Jumlah Ismiyah yang maksudnya adalah kalimat yang diawali dengan isim ( ‫)اسم‬, Isim yaitu kata
benda, kalimat yang diawali dengan kata benda dan tersusun atas mubtada’ dan Khobar.

Mubtada’ adalah kata yang dijelaskan, atau disebut dengan subyek.

Khabar adalah kata yang menerangkan Mubtada’,

Contoh:‫(القلم جد يد‬Pulpen itu Baru)

Dari contoh di atas ‫( القلُم‬Pulpen) berkedudukan sebagai Mubtada’ atau subyek yang diterangkan oleh
‫( جديٌد‬Baru) yang berkedudukan sebagai Khabar atau predikat untuk menerangkan Mubtada’,

Jumlah Fi’liyah. Ini adalah kalimat yang diawali dengan ‫ فعل‬fi’il (kata kerja), kalimat ini terdiri dari fi’il
(kata kerja) dan‫ فاعل‬fa’il (subyek) serta ‫ مفعل به‬maf’ul bih (objek penderita) dan fi’il ini bisa
menggunakan Fi’il Madhi ‫( فعل ماضي‬kata kerja lampau) atau bisa juga dengan fi’il mudhori‫فعل مضرع‬
(kata kerja yang sedang dilakukan).

fa’il dalam jumlah fi’liyah ini bisa terlihat biasanya ditandai dengan nama orang atau suatu benda,
bisa juga tak terlihat biasanya jumlah fi’liyah.

Fi’il adalah suatu kata yang menunjukkan suatu perbuatan atau pekerjaan.

Contoh: ‫( ضرب احمد‬Ahmad dipukul)

Dhoroba kata ini disebut fi’il majhul (kata kerja yang tidak disebutkan pelakunya atau tidak
disebutkan siapa yang melakukan) kata kerja pasif, maka kata Ahmad ini disebut naibul fa’il
(pengganti subyek) yang maka jika diartikan menjadi Ahmad dipukul.

3. Sifat dari Ism (‫ )اسم‬Ma’rifah (‫)معرف‬. Sifatnya yakni Ma’rifah (‫)معرف‬/definite atau nakirah (
‫)نكرة‬/indefinite. Ma’rifah adalah nama yang menunjuk kepada sesuatu yang telah diketahui/tertentu,
seperti kata muhammad (‫ )محمد‬at-Tilmiz (‫)التلميذ‬/murid itu, sedangkan nakirah adalah lawannya
seperti kata Tha’ir (‫ )طائر‬burung, tilmidz (‫ )تلميذ‬tanpa alif dan lam/murid.[1]

Lafaz ism Nakirah ialah kata benda yang menunjukkan sesuatu yang tidak tertentu ; misalnya
kata ‫( كتب‬suatu buku), ‫(رجل‬seorang laki-laki). Kata-kata terseut berbeda dengan kata ‫(الكتب‬buku itu)
dan ‫(الرجل‬laki-laki itu). Dua kata tersebut belakangan ini disebut isim Ma’rifah yaitu kebalikan dari
isim nakirahyakni kata benda yang menunjukkan sesuatu tertentu.

Isim Nakirah didalam Al-Quran itu ternyata mempunyai kandungan makna yang bernamacam-
macam antara lain : “mengagungkan, merendahkan, jumlah yang banyak, jumlah yang sedikit,
berlaku umum bila terkait nafy-nahy, syarat, dan lain-lain.

4. a). Al-Madli al-Munqathi adalah Menunjukkan untuk memaknai

suatu kejadian terdahulu dengan

sifat kejadian yang tetap,

sehingga masih dianggap

berlaku pada masa sesudahnya.

b).Al-Madli al-Mutajaddid wa al-

Mu’taad adalah Memaknai suatu peristiwa

sedang berlangsung pada suatu

kejadian.

c). Tawaqqu al-Huduts fi al-Madli;

Makna ini menunjukkan kepada

bahwa suatu pekerjaan terjadi pada

lampu saja. Atau bahwa pekerjaan

itu akan dilakukan pada masa

lampau.

d). Al-Dawam wa al-Istimrar bi

Makna “Lam Yazal;”

Makna ini menunjukkan bahwa

suatu peristiwa terus berlangsung

dan tidak pernah berhenti.

e). Menunjukkan kepada makna “Hal;”

“Hal” apabila diterjemahkan

kedalam bahasa Indonesia adalah


“keadaan.” Dengan ini, terdapat

struktur kalimat yang mengandung

“kana” menunjukkan kepada

makna “keadaan”.

f). Menunjukkan kepada makna “Istiqbal;”

Makna yang ditunjukkan adalah

bahwa suatu kejadian pasti akan

akan terjadi pada masa yang akan

datang.

g). Menunjukkan kepada makna “Shara;”

Arti

Anda mungkin juga menyukai