Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR IS

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jumlah Fi’liyah

B. Kaidah-Kaidah Tentang Jumlah Fi’liyah

1. Fi’il Lazim

2. Fi’il Muta’addi

3. Cara Merubah Fiil Lazim Kefi’il Mutaadi

C. Ciri-Ciri Jumlah Fi’liyah

D. Objek Subjek Prediket

E. Naibul Fail

F. Fi’l Malum Dan Fi’l Majhul

1. Pengertian Fi’il Ma’lum

2. Pengertian Fi’il Majhul


PEMBAHASAN
JUMLAH FI’LIYAH
A. Pengertian Jumlah Fi’liyah

Jumlah Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali oleh fi’il dalam susunan

kalimatnya. Dikarenakan dari sisi kebutuhannya pada objek, fi’il dibagi

menjadi fi’il lazim (intransitif: tidak butuh objek) dan fi’il muta’addiy

(transitif: butuh objek),Pengertian jumlah fi’liyah (kalimat verbal).


Jumlah fi’liyah menurut bahasa terbagi menjadi dua kalimat, yaitu: jumlah
yang artinya kalimat dan fi’liyah diambil dari kata fi’il dan ya’ nisbah. Adapun
fi’il (kata benda)artinya al-hads (kejadian, peristiwa) dan menurut istilah artinya
kata yang menunjukkan suatu makna dan terikat dengan tiga masa yaitu masa
lampau, sekarang dan yang akan datang.1 Sedangkan menurut istilah jumlah
fi’liyah adalah:
‫هي التي تبدأ بفعل وتكون مركبة من فعل وفاعل أو من فعل ونائب فاعل‬
Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi’il (predikat)
dan tersusun dari fi’il dan fa’il (subjek) atau fi’il(kata kerja) dan naibul al-fa’il. 2

B. Kaidah-kaidah tentang al-jumlah al-fi’liyah ( ‫) الجملة الفعلية‬


Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan
maf’ul yang disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak
membutuhkannya yang disebut sebagai fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat
mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya
dinamakan sebagai fi’il majhul(intransitive).
1. Fi’il Lazim

1
Abu fida’, Mumti’ah al-aajurumiyah ma’a ats-tsamru ad-daani, Dar al-atsar, San’a, hlm.5
2
Nikmah Fuadz, Qawaid Al-lughah Al-‘arabiyah, Dar Ast-staqafah Al-islamiyah, Beirut,
hlm.169.
Fi’il Lazim adalah fi’il yang tidak butuh objek (maf’ul bih). Oleh karena

itu, dalam menyusun kalimat menggunakan fi’il lazim, kita cukup

menyebut subjeknya (fa’il) saja setelah fi’il nya.

Contohnya:

‫( َقاَم َز ْيٌد‬Zaid telah berdiri)


‫( َفُقْو ُم َز ْيٌد‬Zaid sedang berdiri)

2. Fi’il Muta’addi
Fi’il muta’addiy adalah fi’il yang butuh objek (maf’ul bih). Oleh

karena itu, bila kita menyusun kalimat dengan fi’il muta’addiy maka kita

harus menyebut objek yang disebut maf’ul bih dalam bahasa Arab.

Contohnya :“Zaid telah membaca Al Qur’an”:

‫َقَر أ َز ْيٌد الُقرآَن‬


Jumlah fi’iliyah untuk fi’il muta’addiy harus tersusun dari fi’il, fa’il, dan

maf’ul bih. Sebagaimana disebutkan dalam kaidah bahwa fa’il harus rafa’

sedangkan maf’ul bih harus nashab. Ketika rafa’, Isim mufrad wajib

berharakat dhammah dan ketika nashab, isim mufrad wajib berharakat

fathah.

3. Cara Merubah Fi’il Lazim Menjadi Fi’il Muta’addi

1) Dengan menambahkan hamzah ( ‫ ) ﺃ‬di depan kata sehingga

membentuk pola ‫ َﺃْﻓَﻌ ﻞ‬, seperti :


‫ َﺧ َﺮ َﺝ‬: keluar ;menjadi ‫ َﺃْﺧ َﺮ َﺝ‬: mengeluarkan.
‫ َﺣ ُﺴَﻦ‬: benar ; menjadi ‫ َﺃْﺣ َﺴ َﻦ‬: membenarkan
Contoh: ‫( َﺍْﺧ َﺮ َﺥ ﺍﺣﻤُﺪ ﺍﻟﻘﻠَﻢ‬Ahmad mengeluarkan pensil) ‫َﺃْﺣ َﺴ َﻦ َﻋﺎِﺋَﺸ ُﺔ ﺍِﻻ َﺟ ﺎَﺑَﺔ‬

(Aisah membenarkan jawaban)

2) Dengan mentasdidkan ‘ain fi’ilnya menjadi ‫ َﻓَّﻌ َﻞ‬, seperti : ‫ َﺧ َﺮ َﺝ‬:


keluar ;menjadi ‫ َﺧَّﺮ َﺝ‬: mengeluarkan . ‫ َﺣ ُﺴَﻦ‬: benar ;menjadi ‫ َﺣ َّﺴَﻦ‬:

membenarkan .

Contoh:

‫( َﺧَّﺮْﺟ ُﺖ ﺍﻟِﻜَﺘﺎَﺏ‬saya mengeluarkan kitab)


‫( َﺣ َّﺴ ْﻨَﺖ ﺍﻟِﻜَﺘﺎَﺑَﺔ‬kamu membenarkan tulisan)

3) Dengan menambahkan huruf jer pada objeknya,

Contoh:

‫( ِﺟ ْﺌُﺖ ِﺑَﺤَﺴ ٍﻦ‬saya keluar bersama Hasan)

C. Ciri-Ciri Jumlah Fi’liyah


Berikut adalah ciri – ciri Jumlah Fi’liyah dalam Bahasa Arab.
1. Berawalan kata kerja ( ‫) فعل‬, baik fi’il madhi (kata kerja lampau), fi’il mudhori
(kata kerja sekarang atau yang akan datang), dan fi’il amr (kata perintah).
2. Mengandung makna perbuatan, pekerjaan, atau apa yang dilakukan.
3. Mengandung keterangan waktu seperti yang dijelaskan pada poin a baik masa
lampau, sekarang ataupun yang akan datang.
4. Terdiri atas susunan ‫( فعل‬kata kerja), ‫( فاعل‬pelaku/yang mengerjakan) ataupun
‫( مفعل به‬akibat dari yang dikerjakan).

D. Objek Subjek Predikat


Selanjutnya kita akan mencoba membedah mengenai fa’il dan naibul fa’il
yang keduanya erat kaitannya dengan jumlah fi’liyah. FA’IL Pengertian fa’il
(subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan
dan kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’[4].
Sedangkan menurut Ibnu Aajurum didalam bab al-fa’il mengartikan fa’il
menurut istilah adalah isim marfu’ yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya.
Kemudian dijelaskan oleh Muhyiyuddin bin Abdul Hamid didalam kitabnya At-
tuhfah As-saniyah bahwasannya fa’il secara global (umum) terbagi menjadi dua,
yaitu: Isim Sharih dan isim muawwal bi ash-sharih.
1. Isim Sharih terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Isim dzahir Ialah isim yang menunjukkan maknanya tanpa membutuhkan
qarinah (indikasi yang lain).
2) Isim mudhmar Ialah isim (kata benda) yang tidak menunjukkan maksudnya
melainkan dengan bantuan qarinah (indikasi) takallum, khithab, dan ghaibah.
2. Isim Muawwal bi Ash-sharih (isim yang dita’wil dengan isim yang sharih)
Misalnya:
‫يسرني أن تتبسم‬
‫يسرني تبسمك‬

E. Naibul Fa’il
Naibul Fa’il Ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya. Dalam suatu
jumlah (kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan
maf’ul bih (objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya menggunakan
fi’il (predikat) dan naibul fa’il (pengganti fa’il). Maka jumlah (kalimat) aktif yang
memenuhi tiga syarat diatas diubah menjadi jumlah (kalimat) pasif yang tidak
disebutkan fa’ilnya.
Adapun fi’il (subjek) yang digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah
fi’il majhul dan kaidahnya sebagai berikut:
‫فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره‬

Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didhammahkan dan huruf
sebelum akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudhari’ maka huruf yang
pertama didhammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.
Contoh dari fi’il madhi yang didhammahkan huruf pertamanya dan
dikasrahkan huruf sebelum akhirnya adalah
‫ ُك ِتبت الرسائل‬,‫ ُقِر أت الرسالة‬,‫ ُقِتل الكافرون‬,‫ُفِتح الباب‬

Kaidah ini ditambah oleh Fu’ad Ni’mah didalam kitabnnya Mukhtashor


qawa’id al-lughah al-‘arabiyah di juz pertama halaman 48 yaitu: Jika suatu fi’il
didahului dengan ta’ maka huruf yang kedua didhammahkan seperti halnya ta’.
Misalnya:
‫ ُتُس ِّلمت الجائزُة‬: ‫تسلمت سعاد الجائزة‬
Jika huruf sebelum akhir adalah alif maka alif tersebut diubah menjadi ya’
dan huruf sebelum ya’ tersebut dikasrahkan.
Misalnya:
‫ ِقيل الحّق‬: ‫قال محمد الحق‬
Kemudian contoh fi’il mudhari’ yang huruf pertamanya didhammahkan dan
huruf yang sebelum akhir difathahkan adalah:

‫ ُتكَتب الرسائل‬, ‫ ُتقَر أ الرسالة يكتب محمد الرسائل‬, ‫ تقرأ عائشة الرسالة‬,‫ُيقَتل الكافرون‬
Macam-macam naibul fa’il: Menurut Ash-shanhaji didalam matan Al-
Aajurumiyah, naibul fa’il terbagi menjadi dua macam yaitu dhahir dan mudhmar.
Sedangkan menurut Fu’ad Ni’mah naibul fa’il terbagi menjadi empat, yaitu: isim
mu’rab, isim mabni, mashdar muawwal dan masdar sharih (dzarfu muttasharif / jar
dan majrur.

F. Fi’l Ma’lum dan Fi’il Majhul


1. Pengertian Fi’il Ma’lum
Fi’il ma’lum atau mabni ma’lum adalah fi’il yang fa’ilnya disebutkan
bersamanya, sebagaimana fuad nikmah mendefinisikannya dalam bukunya
sebagai berikut

:‫اْلِفْعُل اْلَم ْبِنُّي ِلْلَم ْع ُلِم ُهَو َم ا ُيْذ َك ُر َم َع ُه َفاِع ُلُه (ملخص قواعد اللغة العربية‬

2. Pengertian Fi’il majhul

Fi’il majhul atau mabni majhul adalah fi’il yang fa’ilnya dihapus,
dan maf’ul bih menggantikan tempatnya, yang kemudian disebut naibul fa’il.
Adapun versi arabnya adalah:

:‫الفعل المبني للمجهول هو ما حذف فاعله وحل المفعول به مكانه وسمي نائب فاعله (ملخص قواعد اللغة العربية‬
231

Ditinjau dari aktif dan pasif, fi’il terbagi menjadi:


1. Fi’il ma’lum ( ( ‫ الِفْع ُل الَم ْع ُلْو ُم‬Fi’il ma’lum adalah kata kerja aktif.
2. Fi’il majhul ( ( ‫الِفْع ُل الَم ْج ُهْو ُل‬
Fi’il majhul adalah kata kerja pasif. Sama seperti bahasa Indonesia,
perubahan dari kata kerja aktif ke kata kerja pasif ada rumusnya. Misalkan
menolong – ditolong, melihat – dilihat, memukul – dipukul, membersihkan –
dibersihkan, dan sebagainya.
Contoh penggunaan kata kerja aktif dan kata kerja pasif:
‫َﺿَﺮ َب َز ْيٌد َبْك ًر ا 􀃆 َِب َبْك ٌر‬
(Zaid telah memukul Bakr) (Bakr telah dipukul)

Satu hal yang perlu dicatat, dalam kaidah bahasa Arab, kalimat pasif
tidak boleh memunculkan subjek (pelaku) karena fungsi kalimat pasif dalam
bahasa Arab adalah untuk menyembunyikan atau tidak menyebut pelaku, baik
karena:
1. Pelakunya sudah diketahui,
2. Pelakunya memang tidak diketahui, maupun

Anda mungkin juga menyukai