PEMBAHASAN
1. Fi’il Lazim
2. Fi’il Muta’addi
E. Naibul Fail
Jumlah Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali oleh fi’il dalam susunan
menjadi fi’il lazim (intransitif: tidak butuh objek) dan fi’il muta’addiy
1
Abu fida’, Mumti’ah al-aajurumiyah ma’a ats-tsamru ad-daani, Dar al-atsar, San’a, hlm.5
2
Nikmah Fuadz, Qawaid Al-lughah Al-‘arabiyah, Dar Ast-staqafah Al-islamiyah, Beirut,
hlm.169.
Fi’il Lazim adalah fi’il yang tidak butuh objek (maf’ul bih). Oleh karena
Contohnya:
2. Fi’il Muta’addi
Fi’il muta’addiy adalah fi’il yang butuh objek (maf’ul bih). Oleh
karena itu, bila kita menyusun kalimat dengan fi’il muta’addiy maka kita
harus menyebut objek yang disebut maf’ul bih dalam bahasa Arab.
maf’ul bih. Sebagaimana disebutkan dalam kaidah bahwa fa’il harus rafa’
sedangkan maf’ul bih harus nashab. Ketika rafa’, Isim mufrad wajib
fathah.
membenarkan .
Contoh:
Contoh:
E. Naibul Fa’il
Naibul Fa’il Ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya. Dalam suatu
jumlah (kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan
maf’ul bih (objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya menggunakan
fi’il (predikat) dan naibul fa’il (pengganti fa’il). Maka jumlah (kalimat) aktif yang
memenuhi tiga syarat diatas diubah menjadi jumlah (kalimat) pasif yang tidak
disebutkan fa’ilnya.
Adapun fi’il (subjek) yang digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah
fi’il majhul dan kaidahnya sebagai berikut:
فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره
Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didhammahkan dan huruf
sebelum akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudhari’ maka huruf yang
pertama didhammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.
Contoh dari fi’il madhi yang didhammahkan huruf pertamanya dan
dikasrahkan huruf sebelum akhirnya adalah
ُك ِتبت الرسائل, ُقِر أت الرسالة, ُقِتل الكافرون,ُفِتح الباب
ُتكَتب الرسائل, ُتقَر أ الرسالة يكتب محمد الرسائل, تقرأ عائشة الرسالة,ُيقَتل الكافرون
Macam-macam naibul fa’il: Menurut Ash-shanhaji didalam matan Al-
Aajurumiyah, naibul fa’il terbagi menjadi dua macam yaitu dhahir dan mudhmar.
Sedangkan menurut Fu’ad Ni’mah naibul fa’il terbagi menjadi empat, yaitu: isim
mu’rab, isim mabni, mashdar muawwal dan masdar sharih (dzarfu muttasharif / jar
dan majrur.
:اْلِفْعُل اْلَم ْبِنُّي ِلْلَم ْع ُلِم ُهَو َم ا ُيْذ َك ُر َم َع ُه َفاِع ُلُه (ملخص قواعد اللغة العربية
Fi’il majhul atau mabni majhul adalah fi’il yang fa’ilnya dihapus,
dan maf’ul bih menggantikan tempatnya, yang kemudian disebut naibul fa’il.
Adapun versi arabnya adalah:
:الفعل المبني للمجهول هو ما حذف فاعله وحل المفعول به مكانه وسمي نائب فاعله (ملخص قواعد اللغة العربية
231
Satu hal yang perlu dicatat, dalam kaidah bahasa Arab, kalimat pasif
tidak boleh memunculkan subjek (pelaku) karena fungsi kalimat pasif dalam
bahasa Arab adalah untuk menyembunyikan atau tidak menyebut pelaku, baik
karena:
1. Pelakunya sudah diketahui,
2. Pelakunya memang tidak diketahui, maupun