Anda di halaman 1dari 11

Nama : Nur Ihfa Syahrir

Nim : 20600119065

Kelas : Pendidikan Fisika B (3,4)

Tugas resume materi 9-15

Final Bahasa Arab

“Fi’il shahih dan Fi’il mu’tal”

A. Fi’il Shahih

Adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari huruf illah (‫و – ا‬
‫)– ي‬.

Termasuk golongan Fi’il Shahih adalah:

1. Fi’il Bina’ Shahih/Salim

2. Fi’il bina’ Mahmuz

3. Fi’il bina’ Mudha’af

B. Fi’il Mu’tal

Adalah kalimah fi’il yang salah satu atau dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah
(‫)و – ا – ي‬.

Termasuk golongan fi’il mu’tal adalah:

1. Fi’il Bina’ Mitsal

2. Fi’il bina’ Ajwaf

3. Fi’il bina’ Naqish

4. Fi’il bina’ Lafif Mafruq

5. Fi’il bina’ Lafif Maqrun

Pembagian fiil mu’tal

Fiil mu’tal terbagi menjadi :


1. Mitsal= Yaitu fiil yang fa fiilnya adalah huruf ilat.

2. Ajwaf=Fiil yang ‘ain fiilnya adalah huruf ilat

3. Naqish= Fiil yang lam fiilnya adalah huruf ilat.

4. Latif =Yaitu fiil yang didalamnya terdapat dua huruf ilat yang termasuk huruf
aslinya.

5. Mu'tal fa dan 'ain=Yaitu fiil yang didalamnya terdapat dua huruf ilat yang
termasuk huruf aslinya.

6. Mu'ta 'ain dan lam=Yaitu fiil yang fa, ‘ain dan lam fiilnya merupakan huruf ilat.
Juga dikatakan mu’tal majmu’.

“Isim mu’tal”

Isim mu'tal adalah isim atau kata benda yang diakhiri oleh huruf illat. Dimana
huruf illat yang kita ketahui yaitu ( alif, waw, dan ya ).

Kemudian, pembagian isim mu'tal terbagi atas dua yaitu isim maqshur dan isim
manqush.

Tanda i'rob untuk isim maqshur ini menggunakan tanda i'rob yang asli atau dikira
kirakan. Atau bisa dibilang tanda i'rab untuk isim maqshur itu tdk dengan
menggunakan perubahan harakat pada huruf akhir dari kalimat tersebut.
Melainkan harakat yang tetap atau bisa disebut dengan i'rob muqoddaroh.

Isim manqush adalah semua isim mu’rab yang akhirnya ya’ lazimah yang asli dan
huruf sebelumnya kasrah.

Tanda i’rob yang digunakan dalam isim mu’tal memiliki perbedaan dengan tanda
i’rob yang ada pada isim shohihul akhir pada umumnya. Perbedaan tersebut
karena adanya huruf yang mempengaruhinya yaitu huruf ilat.

“Fi’il lazim”

1. Fiil Lazim

Fiil Lazim ialah fi’il yang tidak memerlukan maf’ul bih, seperti ‫ خرج‬dan ‫فرح‬.

Contoh:

‫انا رجعت من المدرسة‬


‫هو ىخرج من الفصل‬

2. Fiil Muta’addi

Fiil muta’addi yaitu fi’il yang memerlukan maf’ul bih. Fiil muta’addi itu ada 4
bagian, yaitu:

a. Menashabkan satu maf’ul bih. Contoh: (Dia telah menulis pelajaran) ‫كتب الدرس‬

b. Menashabkan dua maf’ul bih, yang kedua-duanya bukan berasal dari mubtada’
dan khabar.[1] Seperti: ‫ سال‬,‫ منح‬,‫ منع‬,‫ كسا‬,‫ البس‬,‫اعطى‬. Contohnya dalam jumlah:
(saya telah memberi murid itu sebuah buku) ‫اعطيت المتعلم كتابا‬

c. Menashabkan dua maf’ul bih yang asalnya mubtada’ dan khabar, yaitu fiil-fiil:

‫ عد‬,‫ حجا‬,‫هب‬,‫ خال‬,‫حسب‬,‫ زعم‬,‫جعل‬. Memberi arti : mengira/ perkiraan /menduga.

Begitu juga ‫ تعلم‬,‫ درى‬,‫ القى‬,‫ وجد‬,‫ علم‬,‫ راى‬,memberi arti: berkeyakinan/yakin.

Demikian pula ‫ وهب‬,‫ جعل‬,‫ ترك‬,‫رد‬,‫ صير‬memberi arti perubahan.

Seperti lafal : ‫( ظننت المخبر صادقا‬saya kira pemberi berita itu jujur). Yang menjadi
contoh adalah ‫ ظن‬dalam ‫ظننت‬. Kadang-kadang ‫ان‬serta isim dan khabarnya
menempati tampat dua maf’ul. Seperti lafal:

‫( يحسبون انهم يحسنون صنعا‬Mereka mengira, bahwa mereka ahli dalam membuat)

Jumlah ‫ انهم يحسنون صنعا‬adalah menempati dua maf’ul dari fiil ‫ يحسبون‬.

Jika fi’il terletak setelah kedua ma’mulnya, atau di antara keduanya, maka
boleh i’mal dan ilgha’. Ilgha’ ialah membatalkan amalnya pada lafal dan tempat
I’rab. Seperti lafal ‫ محمد عالم اظن‬lafal ‫ اظن‬dalam contoh ini tidak beramal.

Apabila fiil itu diiringi oleh ‫( استفهام‬kata tanya), lam ibtida’, lam qasam, atau ,‫ ان‬,‫ال‬
‫ ما‬nafiyah( yang berarti tidak), maka wajib menta’liq fiil itu dari amalnya.

Ta’liq, yaitu membetulkan amal fiil pada lafalnya, tetapi tidak pada tempat
I’rabnya. Contoh: ‫( ولقد علموا لمن اشتراه ماله فى االخيرة من خالق‬Demi, sesungguhnya
mereka telah meyakini bahwa barang siapa yamg menukarnya (Kitab Allah)
dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat). Yang menjadi contoh
adalah lafal ‫ (علموا لمن‬lam ibtida’ mengiringi (‫علموا‬.

‫( ولقد علمت ما هؤالء ينطقون‬Seungguhnya kamu (hai, Ibrahim) telah mengetahui,


bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara). Yang jadi contoh adalah lafal
‫ ما( علمت ما هؤالء‬nafiyah mengiringi ‫)علمت‬. Ilgha’ dan ta’liq tidak terjadi pada fiil-
fiil tahwil ( yang mengandung arti perubahan ), dan tidak pula pada fi’il-fi’il ‫هب‬
dan ‫تعلم‬.

d. Menashabkan tiga maf’ul, yaitu fiil-fiil ‫ حدث‬,‫ خبر‬,‫ اخبر‬,‫ نبا‬,‫ انبا‬,‫ اعلم‬,‫اري‬

Contohnya:

‫يريهم هللا اعمالهم حسرات عليهم‬

Allah memperlihatkan kepada mereka perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka.


Yang menjadi contoh tiga maf’ul bih, yaitu dhamir ‫ هم‬pada ‫ حسرات‬,‫ اعمل‬,‫يريهم‬

3.  Fiil itu menjadi lazim, bila:

a. Jika termasuk bab ‫ كرم‬, seperti ‫ جمل‬,‫ حسن‬,‫شرف‬

b. Termasuk bab ‫فرح‬, yang artinya menunjukkan warna, indah, gembira, sedih.
Seperti ‫(حمر‬merah), ‫(طرب‬gembira), dan ‫( حزن‬sedih).[2]

c. Menunjukkan akibat dari fi’il muta’addi yang menasabkan satu maf’ul, seperti:
(Saya telah memecahkan batu itu, maka ia telah menjadi pecah) ‫الحجر وانكسر كسرت‬.
Yang menjadi contoh adalah ‫ انكسر‬. (Saya telah menggelindingkan batu itu, maka
ia pun menggelinding) ‫دخرجته فتدخرج‬. Yang menjadi contoh adala‫ تدخرج‬.

d. Berwazan ‫ افعلل‬seperti ‫( اقشعر‬merinding bulu-bulu badan) dan berwazan ‫افعنلل‬,


seperti ‫ (اخرنجح‬berkumpul).

e. Diubah wazannya menjadi ‫ فعل‬menjadi ‫فهم‬.

Contohnya seperti lafal ‫( فهم الرجل‬orang itu paham).

4.  Fiil itu menjadi muta’addi, apabila:

a. Di masuki hamzah ta’diyah.[3]

Contohnya seperti lafal:

‫هللا ال اله اال هو الحي القيوم نزل عليك الكتاب باحق مصدقا لما بين يديه وانزل التوراة واالنجيل من قبل‬
‫هدى للناس وانزل الفرقان‬.

“Allah, tidak Tuhan melainkan Dia, Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri
sendiri. Dia menurunkan Alkitab ( Alquran) kepadamu dengan sebenarnya;
membe narkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat
dan Injil, sebelum (Alquran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia
menurunkan Alfurqan.”
b. Dengan Tadh’if pada huruf keduanya. Contohnya: )Dia menurunkan Alkitab
(Al-quran) kepadamu( .‫نزل عليك الكتاب‬

c. Menunjukkan arti: sama-sama berbuat. Seperti lafal: )Saya bergaul, sama-sama


duduk berdampingan dengan ulama( ‫جلست العلماء‬

d. Berwazan ‫ استفعل‬dan menunjukkan arti: menuntut /hubungan atau pandangan.


Seperti lafal : ( saya berusaha mengeluarkan harta) ‫استخرجت المال‬

(Saya memandang buruk penganiayaan) ‫استقبحت الظلم‬

e. Gugur bersama huruf jar, dan tidak terjadi, melainkan beserta ‫ ان‬atau ‫ان‬
Contohnya : (Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan , keuali Dia) ‫شهدهللا انه الاله االهو‬

(Dan apakah kamu (tidak percya) dan heran, bahwa datang kepada kamu
peringatan dari Tuhanmu). ‫او عجبتم ان جاء كم دكر من ربكم‬. Yang menjadi contoh ‫شهد ان‬
dan ‫عجب ان‬. Huruf jar yang gugur ‫ ب‬dari ‫ شهد‬dan ‫ من‬dari ‫عجب‬.

“Al-ahruf”

Pengertian Sabah Al- Ahruf

Terdapat banyak hadits dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan, bahwa
Al-Quran diturunkan dalam tujuh huruf, diantaranya adalah hadits berikut:

‫ أفرأني جبريل على حرف فرا‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن ابن عبّاس رضي هللا عنهما انه قال‬
‫جعته فلم أزل استزيده ويزيدنى حتى انتهى الى سبعة احروف‬.

Artinya: ”Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: “Berkata Rasulullah SAW:
“Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya,
maka aku terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir
sampai tujuh huruf.” (HR. Bukhari Muslim).

‫ ان هذا القرأن انزل على سبعة احرف فاقرأوا ما تيسر منه‬:‫ثم قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬.

Artinya: Bersabda Rasul SAW: Sesungguhnya Al-Quran ini diturunkan atas tujuh
huruf, maka bacalah kamu mana yang mudah daripadanya. (HR. Bukhari Muslim)

Berdasarkan hadits-hadits di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Bahwa Al-Quran diturunkan dalam tujuh huruf.

Pada awalnya Al-Quran diturunkan dalam satu huruf.

Diturunkannya Al-Quran dalam tujuh huruf itu setelah Nabi SAW. Meminta
keringanan dan kemudahan bagi umatnya.
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud tujuh huruf ini dengan
perbedaan yang bermacam-macam. Sehingga Ibnu Hayyan mengatakan, Ahli ilmu
berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf menjadi 35 pendapat.

“Huruf jar dan qosam”

Huruf jar dalam bahasa indonesia lebih dikenal dengan kata depan. (Di, ke, dari,
atas dll). Disebut huruf jar karena fungsinya adalah menjadikan kata setelahnya
menjadi majrur. Ulama Lughoh di kota Basroh menamakannya dengan “Huruf
jar”, sedangkan Ulama Lughoh di kota Kufah menamakannya dengan “Huruf
Khofdh”, sebagian mereka menamakannya dengan “Huruf Idhofah”.

Sedangkan huruf qosam, adalah bagian dari huruf jar. Akan tetapi, huruf qosam
ini memiliki fungsi yang llebih khusus, yakni digunakan untuk kata/kalimat
sumpah.

Macam-macam huruf jar dan qosam.

Para ulama mengumpulkan huruf jar sebanyak 20 huruf dengan pembagiannya


menjadi 3 macam :

1. Huruf yang tidak khusus berfungsi sebagai huruf jar, maksudnya terkadang
sebagai fi’il, yaitu terdapat 3 huruf :

(‫حاش‬
َ ،‫ خَ ال‬،‫)عدا‬

dan terkadang sebagai isim، yaitu terdapat 4 huruf :

(‫ ُمن ُذ‬/ ‫ ُمذ‬،‫ عَن‬،‫ عَلى‬،‫)ال َكاف‬

2. Huruf jar yang “syadz” masksudnya maknanya yang menyimpang dari makna
aslinya. Yaitu terdapat 4 huruf :

( ‫ لَواَل‬،ّ‫ لَ َعل‬،‫ َمتى‬،‫) َكي‬

3. Sisanya adalah huruf jar asli yang khusus digunakan sebagai huruf jar. Yaitu 9
huruf adalah :

ّ ،‫ التاء‬،‫ الواو‬،‫ َحتّى‬،‫ الالم‬،‫ الباء‬،‫ فِي‬،‫ إلى‬،‫) ِمن‬


(‫رب‬

Para ulama mengumpulkan huruf jar sebanyak 20 huruf dengan pembagiannya


menjadi 3 macam :

1. Huruf yang tidak khusus berfungsi sebagai huruf jar, maksudnya terkadang
sebagai fi’il, yaitu terdapat 3 huruf :
(‫حاش‬
َ ،‫ خَ ال‬،‫)عدا‬

dan terkadang sebagai isim، yaitu terdapat 4 huruf :

(‫ ُمن ُذ‬/ ‫ ُمذ‬،‫ عَن‬،‫ عَلى‬،‫)ال َكاف‬

2. Huruf jar yang “syadz” masksudnya maknanya yang menyimpang dari makna
aslinya. Yaitu terdapat 4 huruf :

( ‫ لَواَل‬،ّ‫ لَ َعل‬،‫ َمتى‬،‫) َكي‬

3. Sisanya adalah huruf jar asli yang khusus digunakan sebagai huruf jar. Yaitu 9
huruf adalah :

ّ ،‫ التاء‬،‫ الواو‬،‫ َحتّى‬،‫ الالم‬،‫ الباء‬،‫ فِي‬،‫ إلى‬،‫) ِمن‬


(‫رب‬

Adapun huruf qosam, yakni

Ada tiga: ‫ب ت و‬

Contoh:

ِ‫ َوهللا‬،ِ‫ تَاهلل‬،ِ‫بِاهلل‬

billahi, tallahi, wallahi (karena kita -manusia- bersumpah memang hanya boleh
dengan nama Allah, kalo Allah boleh bersumpah dengan apa saja). Artinya sama:
demi Allah!

Kaidah penulisan huruf jar dan qosam adalah :

- Huruf jar itu setelahnya adalah isim, ia bersambung pada isim,

- Huruf jar itu tidak bersambung pada fi'il (kata kerja yang terikat waktu).

- Huruf jar merupakan tanda pengenal isim.

“Jumlah fi’liyah”

Jumlah fi'liyah merupakan jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi'il (kata kerja),
sama dengan namanya. kalimat ini biasanya tersusun dari fi'il (kata kerja) dan fa'il
(subjek)

Kaidah-kaidah tentang Jumlah Fi’liyah ( ‫)انفعهيح هحًانج‬

Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan maf’ul
yang disebut sebagai
fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkannya yang disebut sebagai
fi’il laazim karena maf’ul

bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri dari fi’il dan
naibul fa’il, fi’ilnya

dinamakan sebagai fi’il majhul (intransitive).

1. Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkan adanya objek (kata kerja
intransitif ). Contoh : ‫َو‬

‫ا‬

‫ق‬
َ

َ‫ز ْي د‬

2. Fi’il muta’addi adalah fi’il yang membutuhkan adanya objek (kata kerja
َ َ‫د يْ ز‬
transitif ). Contoh : ‫ى ِه‬

َ‫ف‬

‫ان َّ ْدر َس‬

3. Fi’il ma’lum adalah fi’il yang disebutkan pelakunya (kata kerja aktif). Contoh :
َ‫ة‬

َْ‫كه‬

ْ ‫ي‬
ٌٌّّ‫ان‬

ُ‫َضر َب َ ِعه‬
َ ,‫ة‬

ُ ‫ي‬
‫ْكت‬ َ

ُ‫ًَّ د ان َّ ْدر َس‬°ًّ َ‫ي َح‬

4. Fi’il majhul adalah fi’il yang yang tidak disebutkan pelakunya (kata kerja
pasif). Contoh : ُ‫ب ِرض‬
َ

َ‫كه ُة‬

ْ ‫ة ان َّ ْدر ُس‬
ُ‫ان‬,

َ‫ي ْكت‬
ُ

Pembagian Jumlah Fi’liyah Dilihat Dari Segi Waktunya


1. Fi’il Madhi

َ °َ َْْ ‫وا‬
َ‫ق َض َيا َد َّل َعه ى َى َح َد ٍث َي َضى‬

Lafadz yang menunjukkan kejadian ( perbuatan ) yang telah berlalu Contoh:

‫ كرة‬: Telah menulis‫ فرح‬: Telah membuka

‫ قشأ‬: Telah membaca‫ جهظ‬: Telah duduk

Pembagian Fi’il Mādhi terbagi kepada dua bagian:

a). Mādhi Ma’lum (bentuk aktif), contoh:

َ‫ ح‬Telah menulis :‫كرة‬

Telah membuka : ‫فَ َر‬

Telah minum : َ‫ ش َش َب‬Telah bertanya : ‫عأ ل‬

b). Mādhi Majhul (bentuk Pasif), contoh:

Telah dibuka : ‫ فُ ِر َح‬Telah ditulis : ُ‫كر َة‬


ِ

Telah diminum : ُ‫ ِشش َب‬Telah ditanya : ُ‫ِعأ َل‬

KETERANGAN

Perbedaan bentuk keduanya yaitu:

1) Mādhi Ma’lum adalah fi’il yang berawalan fathah.

2) Mādhi Majhul adalah fi’il yang berawalan dhammah sedang huruf sebelum
akhirnya berbaris

kasrah.

3) Fi’il Madhi Ma’lum hendaklah diterjemahkan “telah me…”, sedangkan fi’il


Mādhi Majhul

hendaklah diterjemahkan “telah di…”

Adakalanya kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari tiga huruf dan paling
banyak terdiri dari

enam huruf.
Fi’il Mudhari’

‫ث ي ْقَثَ ُم ا ْن َحا َل َوا ْْلِ ْستِ ْقثا َ َل‬


ٍ ‫يَا َد َّل َعهَى َح َد‬

“Lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan


yang akan datang”, contoh:

‫ يكرة‬: Akan /Sedang menulis ‫ يفرح‬: Akan / Sedang Membuka ‫ يجهظ‬: Akan /
Sedang duduk ‫ يششب‬: Akan / Sedang minum

Tanda-tanda Fi’il Mudhāri

Fi’il Mudhari’ pasti di awali oleh salah satu huruf di bawah ini, yaitu:

‫ ا‬- ٌ - ٌ - ‫ خ‬dan disingkat: ‫ ُد‬°َ‫ اَ َْْث‬yang biasa disebut huruf Mudhara’ah, contoh: -
ُُ‫ َْكرة‬- ُُ‫ْكر ة‬°ََْ ‫أ‬

ُُ‫ ذ َْكرة‬- ُُ‫ي َْكرة‬

“Jumlah ismiyah”

Pengertian jumlah ismiyah

Jumlah berarti kalimat, dan ismiyah berarti isim/ kata yang tidak terikat waktu.
Simpelnya, isim berarti kata benda/ selain kata kerja. Berarti, jumlah ismiyah
adalah sebuah kalimat yang didahului oleh kata benda. Jumlah ismiyah terdiri atas
dua bagian yaitu, mubtada’ dan Khobar. Mubtada’ adalah subjek kalimat, berupa
isim yang terletak di awal kalimat. Khobar adalah predikat kalimat yang berfungsi
untuk memberi kabar/ menjelaskan perilaku mubtada’.

Berikut ini contoh jumlah ismiyah dalam Bahasa Arab.

Bahasa Arab Cara membacaArti Bahasa Indonesia

‫ األم لديها حديقة زهرة كبيرة‬Al-amm ladayha hadiiqati zahrah kabiirah Ibu memiliki
kebun

‫ إلهام يعترف بأنه كان مخطئا‬Ilham ya’taraf biannahu kaana makhthaana


Ilhammengakui bahwa dirinya salah

‫أختي فازت بسباق قراءة القرآن‬ Ukhtii faazat bisabaaqa qaraa’ah al Qur’an
Adik perempuanku memenangkan perlombaan membaca Al-Qur’an
‫السماء إلى الغرب اآلن حمراء‬. Assamaa’a ilal gharabi al aana hamaraa’a Langit
di sebelah barat kini berwarna merah.

Sifat dari jumlah ismiyah dapat diasosiasikan dengan salah satu sifat dalam aturan
tata Bahasa Indonesia yaitu diterangkan-menerangkan.

Mubtada’ menjadi yang diterangkan, dan Khobar bersifat menerangkan mubtada’.

Sifat kalimat ismiyah ada dua, yaitu:

1. Nominal

Jumlah ismiyah menjadi kalimat nominal apabila Khobar adalah isim. Sifat
khobar adalah menjelaskan identitas dari mubtada’.

2. Verbal

Jumlah ismiyah menjadi kalimat verbal apabila Khobarnya adalah salah satu fi’il,
seperti fiil madhi, mudhari, amar. Sifat Khobar berubah menjadi menjelaskan
aktivtas dari mubtada’.

Pada masing-masing bagian, terdapat ciri-cirinya. Berikut ini ciri-ciri mubtada’.

1. Harus berupa isim ma’rifat (isim benda yang dikenalkan)

2. Isim dapat berupa benda atau dhomir

3. I’rab mubtada’ adalah rofa’ (bersifat sebagai subjek).

Adapun ciri-ciri Khobar adalah sebagai berikut

1. Harus memiliki I’rob rofa’

2. Harus sama dengan mubtada’ secara jenis kelamin (isim mudzakkar


dan muannats) dan jumlah (mutsanna/ jamak).

Anda mungkin juga menyukai