Mubtada’ adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat (Subyek)
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
َ( ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ ُمجْ تَ ِه ُدوْ نPara lelaki mu’min itu orang yang bersungguh-sungguh)
Sebelum membahas tentang khabar muqaddam dan mubtada’ muakhkhar, ada baiknya
kalau kita kembali melihat pelajaran BAB VII, karena ada keterkaitannya.
Pada BAB sebelumnya, yaitu BAB VII kita sudah mempelajari kaidah tentang Jumlah
Ismiyyah. Dan jumlah ismiyyah adalah jumlah (kalimat) yang terdiri dari mubtada’ dan
khabar. Artinya bahwa unsur pembentuk jumlah ismiyyah adalah mubtada dan khabar.
Sehingga, dalam struktur jumlah ismiyyah mutlak terdapat mubtada’ dan khabarnya.
Kalau diperhatikan pada pelajaran BAB VII tentang jumlah ismiyyah, maka dapat kita
temukan bahwa susunan jumlah ismiyyah terdiri dari mubtada’ berupa dhamir munfashil
(isim ma’rifat) dan khabarnya berupa isim sifat dan syibhul jumlah.
Contoh :
ٌ ِه َي واسعة,ٌك َم ْكتَبَة
َ تِْل
Contoh susunan jumlah (kalimat) di atas, kesemuanya adalah jumlah ismiyyah. Hanya
saja kalimat pertama dan kalimat kedua berbeda pada khabarnya, di mana khabar pada
kalimat pertama adalah berupa isim sifat, dan kalimat keduanya khabar berupa syibhul
jumlah. Sedangkan ِه َيdan ه َُوadalah sama-sama mubtada’ berupa dhamir munfashil. Dan
pada kalimat ketiga dan keempat mubtada’nya adalah isim ma’rifat berupa isim yang ada alif
lamnya.
Apabila kita perhatikan, pada empat susunan contoh kalimat di atas, maka kita akan
dapatkan bahwa mubtada’ terletak di awal kalimat sebelum khabar, karena pada prinsipnya
memang mubtada adalah isim marfu’ yang terdapat di awal kalimat.
Namun, kita akan dapati perbedaan pada pembahasan mengenai khabar muqaddam dan
mubtada’ muakhkhar. Di mana pada pembahasan ini mubtada terletak setelah khabar dan
khabar terletak sebelum mubtada, oleh sebab itulah mubtada’ yang terletak di akhir atau
setelah mubtada’disebut dengan mubtada’ muakhkhar (mubtada’ yang diakhirkan) dan
khabar yang terletak sebelum mubtada disebut dengan khabar muqaddam (khabar yang
didahulukan).
Contoh :
Menjadi
Apabila kita perhatikan perubahan dua jumlah ismiyyah di atas, maka kita akan
mendapatkan beberapa kesimpulan :
- Khabar yang dapat menjadi khabar muqaddam adalah berupa syibhul jumlah, tidak
khabar yang berupa isim sifat.
- Pada perubahan mubtada muakhkhar, Alif Lam dihilangkan dan harakat menjadi
tanwin (dhammatain/un).
Dan pada BAB VIII juga, akan dipelajari tentang kaidah pertanyaan, di mana
pertanyaan dengan menggunakan kata Tanya ( ) َما َذاyang berarti “apa” dapat menggunakan
rumus :
Apa yang ada di rumah? Atau apa yang terdapat di dalam rumah?
Di dalam rumah ada beberapa kamar, atau di rumah terdapat beberapa kamar.
Tentang Dhomir (Kata Ganti) Bag. 1: Macam Macam Dhomir
Bismillah..
Dhomir itu bahasa Indonesia nya ‘kata ganti’. Seperti ‘aku’, ‘kamu’, ‘kita’ dan ‘dia’.
Dhomir dalam bahasa arab ada 14. Sedangkan dalam bahasa inggris dan bahasa Indonesia
jumlah kata ganti hanya 7 (bener gak?).
Dhomir adalah Isim Mabni, yaitu Isim yang tidak berubah harokat akhirnya baik dalam
keadaan rofa, nashob maupun jarr sehingga kalau di i’rob nanti begini: “Fii mahalli
rof’in/jarrin/nashbin” [menempati kedudukan rofa’/ jarr/ nashob]. Hanya menempati
kedudukan, tapi harokat akhir tidak berubah
ِ َ)ض ِم ْي ٌر ُم ْنف
Dhomir ada yang terpisah/ berdiri sendiri yaitu dhomir munfashil (ص ٌل َ misalnya ه َُو
َ . Ada juga dhomir yang bersambung dengan kalimat yaitu dhomir muttasil ( ض ِمير
ٌطبِيْب َ ٌْ
ِ )متbaik dengan fiil (cth: ) َكتَبتisim (cth: )كِتَابِ ِهatau huruf (cth: )فِي ِه.
َّص ٌل ُ ُْ
Dhomir ada yang menempati kedudukan rofa’, nashob dan jarr. Rofa’ sebagai mubtada’,
khobar, fa’il atau naibul fa’il, isim kaana; Nashob sebagai maf’ul bihi dan isim inna; dan
jarr sebagai mudhof ilayhi dan majrur karena didahului huruf jar. Tidak ada dhomir yang
menempati kedudukan Jazm karena dhomir adalah isim dan isim tidak ada yang majzum.
Apa itu rofa’, nashob, jarr, jazm? baca ini dulu.
َ ) misalnya ت
ُ َكتَْبada juga yang tidak tampak ( َض ِمْيٌر
ِ َظ
Dhomir bisa tampak (اهر ض ِمْيٌر
ٌ
رِت
ٌ َ ) ُم ْستcontohnya ب
َ َ َكت.
Perinciannya bgini:
ِ َّ)ض ِم ْي ٌر ُمت
2. Dhomir Muttashil (ص ٌل َ yaitu dhomir yang selalu bersambung dengan kata ()الكلمة
setelahnya. Dhomir Muttashil dapat berkedudukan:
1. Maf’uulun bihi ( )مفعول بهyaitu ketika bersambung dengan fi’il ()فعل. [cth: ]إِيَّا َك
ّ )اسمyaitu ketika bersambung dengan
2. Isim Inna dan saudara saudaranya (إن و أخواتها
1. Susunan Jar-Majrur ( )جر و مجرورketika bersambung dengan huruf Jar ()حرف الج ّر.
Dhomir mustatir ada dua macam, (1) dhomir mustatir wujuban {}الضمير المستتر وجوبا dan (2)
dhomir mustatir jawazan {}الضمير المستتر جوازا
1. Dhomir Mustatir Wujuban { }الضمير المستتر وجوباadalah dhomir yang tidak bisa
digantikan oleh isim dhohir yang semakna. Isim dhohirnya wajib gak tampak.
Dhomir ini hanya ada pada beberapa fiil yaitu:
2. Dhomir Mustatir Jawazan {}الضمير المستتر وجوباadalah dhomir yang bisa digantikan oleh
isim dhohir yang semakna.
Yang termasuk dhomir mustatir jawazan ini adalah semua fiil madhi dan mudhori dengan
dhomir ghooib/ghooibah
Contoh lengkap dhomir dhomir yang telah disebutkan diatas dapat dilihat di tabel berikut:
َ )ض ِم ْي ٌر
– Dhomir Dhohir (ظا ِه ٌر َ
Yang berwarna merah itu adalah dhomirnya. Yang paling kanan adalah dhomir munfashil
(dhomir yang berdiri sendiri), sisanya adalah dhomir muttasil
– Dhomir Mustatir/ Tersembunyi (ت ِ َض ِم ْي ٌر ُم ْست
َ )
Kalau dhomir mustatir tidak ada yang berwarna merah karena seluruh dhomirnya tidak
tampak dan tidak juga di lafadzkan.
Isim Isyarah سم إِشَا َرة
ْ ِا
Untuk lebih memahami penggunaan Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna dan
Jamak dalam pengelompokan Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau Kata
Tunjuk dan Isim Maushul atau Kata Sambung.
Pertama, Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:
1. Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: =( َه َذاini). Contoh dalam kalimat: َه َذا
اب ِ
ٌ َ =( كتini sebuah buku)
َ ِ=( ذَلitu). Contoh dalam kalimat:
2. Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: ك
اب ِ َ ِ =( َذلitu sebuah buku)
ٌ َك كت
َ ِ ذَلmenjadi: ْك
2) ك َ =( تِلitu). Contoh: ٌْك َم َجلَّة
َ =( تِلitu sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
ِ ه َذ. ِ
1) َه َذاmenjadi ان َ Contoh: ِ =( َه َذانِكتَابَانini dua buah buku)
2) َه ِذ ِهmenjadi ان
ِ َهت. ِ َان مجلَّت
َ Contoh: ان ِ
َ َ َ =( َهتini dua buah majalah)
َ ِ ذَلmenjadi ك
3) ك ِ ك كِتَاب
َ ِذَان. Contoh: ان ِ
َ َ =( ذَانitu dua buah buku)
َ تِلmenjadi ك
4) ْك ِ َك مجلَّت
َ ِتَان. Contoh: ان ِ
َ َ َ =( تَانitu dua buah majalah)
Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua):
1) Bila Isim yang ditunjuk itu adalah tidak berakal, maka baik Isim Mudzakkar maupun Isim
Muannats, menggunakan: =( َه ِذ ِهini) untuk menunjuk yang dekat dan (=itu) untuk menunjuk
yang jauh. Contoh dalam kalimat:
ِب
ٌ ُ =( ُكتini buku-buku); (= ini majalah-majalah)
َ =( تِلitu majalah-majalah)
ٌ َّْك َم َجال
(= itu buku-buku); ت
2) Bila Isim yang ditunjuk itu adalah berakal, maka baik Isim Mudzakkar maupun Isim
Muannats, menggunakan: =( َه ُؤالَِءini) untuk menunjuk yang dekat dan ك
َ ِ=( أُولَئitu) untuk
menunjuk yang jauh. Contoh dalam kalimat:
ٌ َّك طُال
ب ٌ َك طَالِب
َ ِ =( أُولَئitu siswa-siswa); ات َ ِ =( أُولَئitu siswi-siswi)
باب حروف الجر
Ambillah sebagai Huruf Jar yaitu : Min, Ila, Hatta, Kholaa, Haasyaa, ‘Adaa, Fii, ‘An,
‘Alaa,
Mudz, Mundzu, Rubba, Lam, Kay, Wau, Ta’, Kaf, Ba’, La’alla, dan Mataa.
–·•Ο•·–
Dimulailah dengan pembahasan Majrur sebab Huruf-huruf Jar/Huruf Khafadh, karena ini
merupakan Asal dari Amil Jar.
Untuk Harf Jar yg berupa (KHOLAA – HAASYAA – ‘ADAA) telah dijelaskan pada Bab
Istitsna, dikedepannya penjelasannya karena berstatus Istiqsho’ yakni perlu perhatian khusus
didalam Taroddudnya yakni sebagai kalimah huruf apabila menjarkan isim sesudahnya, atau
sebagai kalimah Fi’il yang Jamid apabila menashobkan isim sesudahnya.
Untuk Huruf-huruf jar sisanya InsyaAllah akan dijelaskan secara rinci pada Bait-bait
selanjutnya. Kecuali (KAY, LA’ALLA dan MATAA) dimana orang arab jarang
menggunakannya sebagai huruf Jar, karena itu disebut Huruf Jar Ghorobah/asing, ada yg
menyebutnya huruf jar Syadz. Rinciannya sebagai berikut:
KAY كي
Huruf Jar Lit-Ta’lil, untuk menyatakan alasan, digunakan pada tiga tempat:
1. Apabila Kay masuk pada huruf MAA ISTIFHAM, untuk menanyakan penjelasan
sebab atau alasan. contoh:
*Lafazh KAY = sebagai huruf Jar dan Lafazh MAA = sebagai Isim Istifham yang dijarkan
oleh Kay, Alifnya dibuang karena dimasuki Huruf Jarr, dan ditambah Ha’ pengganti dari
Alif yg dibuang, dan harkat fathah sebagai dalil terbuangnya Alif, maka menjadi KAY-
MAH.
جئت كي أستفيد
*Lafazh TASLAMU adalah Fi’il Mudhari’ yg dirofa’kan. Maka MAA berikut Jumlah yg
ada padanya dita’wil MASHDAR di-jar-kan oleh KAY huruf jar. yakni takdirannya adalah:
LI SALAAMATIKA MIN ADZAAHUM.
LA’ALLA لعل
Adalah Huruf Jar yang serupa dengan harf jar zaidah yakni menjarkan secara lafazh saja
tidak dalam mahalnya, mempunyai faidah Taroji. digunakan sebagai huruf jar secara terbatas
oleh sebagai bangsa Arab. contoh:
MATAA متى
Dipakai sebagai Huruf Jar asli oleh logat Bani Hudzail, berfaedah Ibtidaa’ul-Ghaayah/batas
permulaan seperti faedah huruf MIN. contoh mereka berkata:
jumlah isimiyah:
ِ َض يَوْ ٌم بَرْ ُدهُ ف
= telah berlalu hari yang dinginnya menusuk tulang ٌارص َ َم
jumlah fi’liyah:
Kesabar membantu segala pekerjaan = صبَرُ ي ُِعيْنُ َعلَى ُك ِّل َع َم ِل
َّ اَل
2. Na’at sababi
Yaitu kalimat yang menunjukkan sifat pada isim yang mempunyai hubungan atau
ikatan dengan isim yang didikutinya. Atau na’at sababi adalah na’at yang menunjukkan sifat
bagi isim-isim yang ada hubungannya dengan matbu’nya.[4]
Aku masuk kebun yang bagus bentuknya :ت ال َح ِد ْيقَةَ ْال َح َسنَ َش ْكلُهَا
ُ َدخَ ْل: ِم ْث ُل
ْ
Dalam contoh ini, َ ال َح َسنmerupakan Na’at (sifat), sedangkan yang menjadi Man’ut
(yang disifati) adalah َش ْكلُهَا
Dalam na’at sababi meskipun yang mempunyai sifat itu dalam bentuk jamak, maka
kata sifatnya tetap dalam bentuk mufrad.
ُ َر َج َع الطَّالِبُ ْال َما ِهرُ أَبُه :ِم ْث ُل
الطاَّل بُ ْال َما ِه َرةُ أَبَاتُهُ ْم
ُّ َر َج َع
Idhafah
Idhafah adalah hubungan antara dua isim dengan menyembunyikan makna huruf jar
tertentu di antara keduanya, isim yamg pertama disebut dengan Mudhaf dan dibarisi sesuai
dengan posisinya, sedangkan isim yang kedua dinamakan dengan Mudhafun Ilaih dan wajib
dibarisi dengan jar. Dari segi makna idhafah terbagi kepada empat, yaitu:
1. Idhafah lamiyah
Yaitu idhafah yang menyembunyikan makna huruf jar lam diantara Mudhaf dan
Mudhafun Ilaih yang bermakna memiliki atau khusus.
ُ َر ِكب: ِم ْث ُل
saya mengendarai mobil milik Zaid= ْت َسيَّا َرةُ زَ ْي ُد
2. Idhafah bayaniyah
Yaitu idhafah yang menyembunyikan huruf jar min diantara mudhaf dan mudhaf
ilaih, dengan ketentuan bahwa mudhafun ilaih merupakan jenis atau sebahagian dari
mudhaf-nya.
Islam adalah agama = ُاَإْل ِ ْساَل ُم ِديْن
3. Idhafah dzarfiyah
Yaitu idhafah yang menyembunyikan huruf jar fi diantara mudhaf dan mudhaf ilaih,
dan mudhaf ilaih merupakan zorob bagi mudhaf.
ِ ْال َجنَّةُ تَحْ تَ اَ ْقد َِام ااْل ُ َّمهَا: ِم ْث ُل
= surga dibawah telapak kaki ibu ت
4. Idhafah tasybihiyah
Yaitu idhafah yang menyembunyikan huruf jar kaf diantara mudhaf dan mudhaf
ilaih, yang bertujuan menyerupakan mudhaf dengan mudhafun ilaih dengan sifat-sifat
tertentu dan sifat-sifat tersebut telah diketahui oleh banyak orang (umum).
memerah wajahnya (perempuan) seperti bunga mawar= اِحْ َم َر َوجْ هُهَا ْال َورْ َد ِة: ِم ْث ُل
Dari sudut pandang yang lain idhafah juga terbagi kepada dua, yaitu:
1. Idhafah ma’nawiyah
Yaitu idhafah yang bertujuan mengkhususkan makna mudhaf-nya.
ini buku milik si Ali = هَ َذا ِكتَابُ َعلِ ُّى: ِم ْث ُل
2. Idhafah lafdziah
Yaitu idhafah yang bukan bermakna khusus dan tidak terdapat padanya makna-
makna huruf jar tujuannya hanya mempersingkat kalimat saja.
َ ِ نَحْ نُ نَتَ َعلَّ ُم اإْل ِ ْقت: ِم ْث ُل
= Kami belajar ekonomi dalam Islamصا ُد اإْل ِ ْساَل ِم ُّى
Fi’il Tsulatsi Mazid
Sebagaimana kita pelajari sebelumnya, bahwa bentuk dasar Kalimah Fi’il itu ada dua, Fi’il
Tsulatsi (Fi’il bangsa tiga huruf) dan Fi’il Ruba’i (Fi’il bangsa empat huruf). Masing-
masing dari Tsulatsi dan Ruba’i tersebut ada yang mujarrod: artinya tidak ada huruf
tambahan pada Fi’il Madhinya, sebagaimana contoh yang telah diposting pada halaman-
halaman sebelumnya. Kemudian ada yang Mazid: artinya pada Tsulatsi dan Ruba’i tersebut
ada tambahan huruf, sehingga dinamakan Fi’il Tsulatsi Mazid atau Fi’il Ruba’i Mazid.
Ada yang ditambah satu huruf, seperti ( أَ ْف َع َلdengan ditambahi huruf Hamzah’ didepan Fa’
Fi’il). ( فَا َع َلada tambahan Alif diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ( فَ َّع َلada tambahan ‘Ain,
menjadi double ‘Ain). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Ruba’i
Ada yang ditambah dua huruf, seperti ¬ل َ ¬( تَفَا َعtambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Alif
ْ
diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ( انف َع¬ َلtambahan Alif dan Nun sebelum Fa’ Fi’il). تَفَ َّع َل
َ
(tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Double ‘Ain). ( ا ْفتَ َع َلtambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il
dan Ta’ diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ( ا ْف َع َّلtambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Double
Lam). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi
Ada yang ditambah hingga tiga huruf, seperti: ( ا ْستَ ْف َع َلditambah Alif, Sin dan Ta’ sebelum
Fa’ Fi’il). ( ا ْف َعا َّلditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Alif sebelum ‘Ain Fi’il dan Double Lam).
( ا ْف َعوْ ع ََلditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Wau sebelum ‘Ain Fiil dan ‘Ain sebelum Lam
Fi’il). ( ا ْف َع ْنلَ َلditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Lam sesudah Lam
Fi’il). ( ا ْف َع ْنلَىditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Alif Layyinah
sesudah Lam Fi’il). ( ا ْف َعو ََّلtambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il, Dua Wau sebelum Lam Fi’il).
Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Sudasi
WAZAN MAUZUN
ًأَ ْف َعل َ ُي ْف ِعل ُ إ ْف َعاال ً أَ ْك َرم ُي ْك ِرم إ ْكراما
ًَف ّعل َ ُي َف ِّعل ُ َت ْفعيال ً ح َت ْف ِريحا ُ َف َّر َح ُي َف ِّر
ًَقا َتل َ ُي َقاتِل ُ ُم َقا َتلَ ًة وقِ َتاالً وقِ ْي َتاالً َفا َعل َ ُي َفا ِعل ُ ُم َفا َعلَ ًة وفِ َعاالً وفِ ْي َعاال
ًا ْن َف َعل َ َي ْن َف ِعل ُ ا ْنف َِعاال ًاراَ س َ س َر َي ْن َكسِ ُر ا ْن ِك َ ا ْن َك
ًا ْف َت َعل َ َي ْف َت ِعل ُ ا ْفتِ َعاال ً اعاَ اجتِ َم ْ اج َت َم َع َي ْج َت ِم ُع ْ
ًا ْف َعل َّ َي ْف َعل ُّ ا ْف َعالال ًارا َ احم َِر ْ اح َم َّر َي ْح َم ُّر ْ
َ َ
ًَتف َّعل َ َي َتف َّعل ُ تف ُّعال ً َت َك َّل َم َي َت َك َّل ُم َت َكلُّ َما
ًاعل َت َفا ُعال َ َت َفا َعل َ َي َت َف ًَت َبا َعدَ َي َت َبا َع ُد َت َبا ُع َدا
ًاستِ ْف َعاال ْ اس َت ْف َعل َ َي ْس َت ْفعِل ْ َ است ِْخ َر
ً اجا ْ جُ اس َت ْخ َر َج َي ْس َت ْخ ِر
ْ
ًا ْف َع ْو َعل َ َي ْف َع ْو َعل ُ ا ْف ِع ْي َعاال َ اعشِ ْي
ً شا َبا ْ ب َ ش ْو
ُ ش َ ش َب َي ْع َ ش ْو
َ اع
ْ
ًا ْف َع َّول َ َي ْف َع َّول ُ ا ْف ُع َّواال ْ اج َل َّو ّذ َي ْج َل َّو ُذ
ًاج َل َّواذا َ
ًا ْف َعال َّ َي ْف َعال ُّ ا ْف ِع ْي َعاال ًارا
َ ِير
َ احم
ْ ار
ُّ ار َي ْح َم
َّ اح َم
ْ
Fi’il Tsulatsi Mujarrad
Untuk lebih mengenal bentuk Bina’ pada tiap-tiap kalimah, terlebih dahulu kita harus
mengetahui bentuk kata kerjanya dilihat dari Fi’il Madhinya. Asal bentuk Fi’il Madhi itu ada
dua macam, Fi’il Tsulatsiy adalah kalimah bangsa tiga huruf, dan Fi’il Ruba’iy adalah
kalimah bangsa empat huruf.
Apabila pada Fi’il Madhinya tersebut berjumlah asal tiga huruf maka dinamakan Fi’il
Tsulatsi Mujarrad, dimana jumlah wazannya ada 6 Bab, sebagaimana tabel berikut:
WAZAN MAUZUN
ُ ب َف َعل َ َي ْف ِعل
ُ ض ِر
ْ ض َر َب َي
َ