Tulisan ini saya dedikasikan terutama untuk saya sendiri agar supaya pengetahuan saya tentang ilmu tata
bahasa dan gramatika arab yang pernah saya pelajari dulu dipesantren dapat saya ingat-ingat kembali sehingga
tidak mudah untuk dilupakan dengan mempraktekkannya, begitu juga bagi siapa saja yang berkeinginan untuk
mempelajari kaidah shorof secara khusus untuk memperkuat pengetahuannya tentang bahasa arab , saya
mengijinkan tanpa syarat untuk menelaah tulisan ini, tak lupa pula kritik dan saran senantiasa saya harapkan dari
siapa saja yang berkesempatan membaca keterangan yang saya tulis ini, karena saya juga hanyalah manusia biasa
yang tentu membutuhkan koreksi dari orang yang barangkali lebih mumpuni dalam bidang ini.
Pertama perlu saya tegaskan bahwa standar saya dalam menulis keterangan tentang kaidah shorof ini
adalah sebuah kitab/buku kecil dan tipis tapi kaya akan dasar ilmu tata bahasa arab yang menampilkan contoh-
contoh kiyasan tashrîf dalam bentuk seperti tabel yaitu kitab Amtsilatut tashrif karangan seorang ulama Indonesia
yang terkemuka pasa masanya iaitu syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali yang berdomisili di Kewaron Jombang
Jatim, kitab karangan beliau ini telah tersebar luas dipesantren-pesantren di pulau jawa dan beberapa daerah diluar
jawa, bisa didapatkan ditoko-toko buku kurikulum pelajaran pesantren.
Demikian agar diperhatikan sebelumnya bagi siapa saja yang hendak mempelajarinya terlebih dahulu saya sarankan
untuk membeli bukunya untuk dijadikan panduan.
Sebelum mempelajari suatu bidang ilmu terlebih dahulu harus diketahui defenisi ilmu tersebut beserta
cakupan-cakupannya, dalam hal ini ilmu Tashrif atau yang biasa disebut dengan ilmu Shorof.
Tashrif secara etimologi berarti perubahan, pengalihan atau penggunaan, sedangkan secara istilah Tashrif adalah
suatu bidang ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa arab serta penjelasan huruf-
hurufnya, asli, tambahan, pembuangan dan sebagainya.
Buku Amtsilatut tashrif yang ditulis oleh syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali merupakan jadwal dan contoh-contoh
kalimat bahasa arab yang telah jadi setelah proses penambahan atau pengurangan yang sesuai dengan
kaidah Shorof baku, contoh-contoh tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu Tashrif istilahi yang menampilkan
wazan-wazan/contoh kalimat isim dan kalimat fi’il qiyasan (qiyasî) serta perubahan bentuk kalimatnya setelah
ditambahi dan dikurangi, dan Tashrîf lughowî yang menampilkan bentuk-bentuk kalimat isim ataupun fi’il ditinjau
dari dlomir (makna yang tersimpan) yang terkandung didalamnya, mengenahi ilmu yang menjelaskan tentang proses
penambahan dan pengurangan huruf dalam kalimat dinamakan dengan ilmu I’lâl.
KALIMAT
pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap bisa dilihat di kitab
nahwu atau ilmu gramatika arab.
Sedangkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut
tshrîf dalam Tashrif istilâhî sesuai dengan urutannya yang berjejer kesamping
adalah sebagai berikut:
a. Fi’il madly ialah kalimat yang menunjukkan zaman madly/masa lampau (past
tense), hukumnya adalah mabnî fathah(tercetak dalam bentuk berharkat
fathah huruf akhirnya) kecuali apa bila bersambung dengan dlômîr rofa’
mutaharrik(bentuk dlomir mulai dari jama’ mu’annats ghoibah sampai
mutakallim ma’al ghoir dalam tshrif lughowî hal. 36) maka harus disukunkan
huruf akhirnya seperti ْ نصرmejadi ْنصرن, atau bila bertemu dengan wau
jama’ maka harus dibaca dlommah huruf akhirnya seperti ْ نصرmenjadi نصروا ُ
b. Fi’il mudlôri’ ialah kalimat yang menunjukkan zaman hâl atau mustaqbal/saat
ini atau akan datang (present continues tense), hukumnya adalah mabni
dlommah kecuali apa bila kemasukan âmil nashob (kalimat yang
menuntut nashob) maka harus dibaca fathah huruf akhirnya
seperti ينصر
ُْ menjadi ْ أنْْينصرatau âmil jazm (kalimat yang menuntut jazm) maka
harus dibaca sukun huruf akhirnya seperti ينصر ُْ menjadi ْلمْينصر
c. Mashdar ghoiru mîm ialah kalimat isim yang terletak pada urutan ketiga
dalam tashrifan fi’il yang tidak diawali dengan huruf mîm dan bermakna
kejadian, hukumnya adalah mu’rob (harkat huruf terakhirnya bisa berubah
sesuai âmil yang menuntutnya), dan samâ’î (bentuk lafadznya tidak selamanya
mengikuti qiyasan shorof, akan tetapi disesuaikan dengan bahasa yang pernah
didengar dari orang arab) seperti ْْضربتْزيداْبضرب,ْضربتْزيداْضرباْشديدا,هذاْضربْخفيف
خفيف
d. Mashdar mîm atau Isim mashdar ialah isim mu’rob yang diawali dengan huruf
mîm dan beermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob dan qiyasî (bentuk
lafadznya disesuaikan dengan kiyasan shorof) seperti ْمنصر, مقامdari fi’il madly ْ,قام
نصر
e. Isim dlomîr ialah isim yang tidak dapat dijadikan awalan dan tidak dapat
terletak setelah إالsecara ikhtiyar (bila jatuh setelah illâ maka dikategorikan
jarang) seperti contoh أحبْالناسْإالكhukumnya adalah mabnî
f. Isim fâ’il ialah isim yang dibaca rofa’ yang disebut setelah fi’ilnya, isim fâ’il ada
dua: fâ’il isim dhohir sepertiْ جاء ْزيدdan fâ’il isim dlomîr seperti جاء ْهو,
hukumnya adalah mabnî dlommah, isim fa’il ini menunjukkan pada makna
kejadian dan orang yang melakukannya yang disebut dengan subjek
g. Isim isyâroh ialah isim yang dipakai sebagai makna isyarat, hukumnya adalah
mabnî seperti هذاْزيد
h. Isim maf’ûl ialah isim yang dibaca nashob yang disebut setelah fâ’il, isim maf’ûl
juga ada dua sebagaimana isim fâ’il seperti ضربت ْزيداdan ضربته, hukumnya
adalah mabnî fathah, isim maf’ûl ini menunjukkan pada makna kejadian dan
orang/sesuatu yang menjadi objek kejadian tersebut.
i. Fi’il amar ialah fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis pada zaman
mustaqbal, yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan harkat ‘ain fi’il
mudlôri’nya, seperti ص ُْرُ ينmenjadi ْصر
ُ ْْْ انhukumnya adalah mabnî sukun
j. Fi’il nahî ialah fi’il yang menunjukkan makna larangan yang harkat ‘ain fi’ilnya
sama dengan harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti ْصر ُ ال ْتنdari mudlôri’ ص ُْر
ُ ين,
hukumnya adalah mabnî sukun
k. Isim zamân dan Isim makân ialah isim yang menunjukkan makna masa/waktu
atau makna tempat, dua isim ini bentuk wazannya sama akan tetapi maknanya
bisa berbeda sesuai pemakaiannya, hukumnya adalah mu’rob, seperti
contoh ( جرى ْالمآء ْمجراهair mengalir ditempat mengalirnya) dan ْ ضربت ْزيدا ْعند
( المظهرaku memukul zaid pada waktu dzuhur)
l. Isim âlat ialah isim yang menunjukkan makna alat seperti ( مفتاحkunci),
hukumnya adalah mu’rob.
Keterangan; perbedaan antara isim fa’il dan isim maf’ul dalam fi’il rubâ’î dan
seterusnya adalah terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya, isim fa’il dibaca kasroh ‘ain
fi’ilnya sedangkan isim maf’ul dibaca fathah ‘ain fi’ilnya. pemakaian isim zaman,
isim makan dan isim alat tidak semuanya berlaku dalam percakapan melainkan
tergantung pada kebiasaan orang arab dalam pemakaiannya.
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat ada 13 macam, berikut keterangannya:
1. binâ’/bentuk kalimat shohîh, adalah bentuk kalimat yang fa’ fi’il/huruf pertama,
‘ain fi’il/huruf kedua dan lam fi’il/huruf ketiganya (dengan menjadikan
lafadz فعلsebagai wazan/contoh perbandingan) tidak terdiri dari
huruf ‘illat/penyakit yaitu alif, wau dan yâ’ seperti نصر
2. binâ’ mudlo’âf adalah kalimat yang ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya terdiri dari dua
jenis huruf yang sama seperti مدasalnya مدد
3. binâ’ mitsâl wâwî adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf wau,
seperti وعد
4. binâ’ mitsâl yâ-î adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti يسر
5. binâ’ ajwâf wawî adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari
huruf wau seperti صانasalnya صون
6. binâ’ ajwâf yâ-î adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari
huruf yâ’ seperti سارasalnya سير
7. binâ’ nâqish wawî adalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari
huruf wau seperti غزاasalnya غزو
8. binâ’ nâqish yâ-î adalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari
huruf yâ’ seperti سرىasalnya سري
9, 10 dan 11. binâ’ mahmûz fa’, ‘ain dan lâm adalah kalimat yang fa’ fi’il, ‘ain
fi’il atau lâm fi’ilnya terdiri dari huruf hamzah seperti ْفآء,ْوأد,أدم
12. binâ’ lafîf maqrûn adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang
berkumpul/tidak terpisah seperti شوى
13. binâ’ lafîf mafrûq adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang terpisah
seperti وقى
Tashrîf Istilâhî
hal. 2 ; (Kalimat yang sebangsa 3 huruf dan sepi dari tambahan)
Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat baik fi’il ataupun isim dalam
bahasa arab paling sedikinya terdiri dari tiga huruf dan paling banyak adalah 7
huruf, sedangkan bentuk kalimat fi’il madly dan mudlori’ dari fi’il tsulâtsî (kalimat
fi’il yang terdiri dari tiga huruf) bila ditinjau dari harkat ‘ain fi’ilnya ada enam bab
dan tidak ada yang selain yanag enam ini, yaitu;
a. fathah-dlommah seperti صر ُ ين-نصر
b. fathah-kasroh seperti يضرب-ب
ِ ضر
c. fathah-fathah seperti يفتح-فتح
d. kasroh-fathah seperti يعلم-ع ِلم
e. dlommah-dlommah seperti سن ُ يح-سن
ُ ح
f. kasroh-kasroh seperti يح ِسب-ح ِسب
dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî dalam bentuk tabel kedalam bahasa
Indonesia yang diambilkan dari fi’il madly, sedangkan selain fi’il madly bisa
disesuaikan sendiri terjemahnya dengan petunjuk pembagian kalimat yang telah
diterangkan sebelumnya.
Bab 1;
نصر Menolong
مد memanjangkan
صان Menjaga
غزا memerangi
أمل Berangan
Bab 2;
ضرب Memukul
فر melarikan diri
وعد Berjanji
يسر Gampang
سار Berjalan
سرى berjalan dimalam hari
وقى Menjaga
شوى memanggang
أدم membumbui
وأد mengubur hidup-hidup
فآء Kembali
Bab 3;
فعل mengerjakan
فتح Membuka
وضع meletakkan
يفع mendekati baligh
نأى Jauh
نشأ Tumbuh
رأى Melihat
Bab 4;
علم mengetahui
عض menggigit
وجل merasa takut
يبس Kering
خاف Takut
هاب takut pada/menghormati
رضي Rela
خشي takut/malu
وجي berjalan dg telanjang kaki
قوي Kuat
روي puas dg minum
أثم Berdosa
بئس Celaka
برئ Bebas
Bab 5;
حسن Baik
ضخم besar (bentuk/tubuh)
جنب keluar air maninya
شجع Berani
جبن lemah hatinya
وجه menjadi orang kaya
يمن Beruntung
طال Panjang
سرو mulia serta dermawan
أدب Sopan
لؤم rendah/hina
بطؤ Lambat
وقر Tenang
نجس Najis
Bab 6;
حسب menyangka
ومق Mencintai
Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya memang
tersusun dari empat huruf tanpa tambahan dan pengurangan kecuali setelah
dikiyas tashrif, fi’il ruba’î mujarrod hanya ada satu bentuk yakni satu bab, dibawah
ini adalah fi’il-fi’il ruba’î mujarrod dalam bentuk fi’il madly :
دحرج menggelincirkan
طأطأ menundukkan/menganggukkan kepala
ترجم menterjemahkan
وسوس menggoda/mewaswaskan
قلقل menggerakkan
فلفلmembubuhi lada
بسمل mengucapkan "bismillah"
سبحل mengucapkan "subhanallah"
حمدل mengucapkan "alhamdulillah"
هيللmengucapkan "la ilaha illa Allah"
mengucapkan "la haula wala quwata illa
حوقلbillah"
Hal 10; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan yang disamakan
dengan fi’il rubâ’î mujarrod)
Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli seperti bab sebelumnya dihalaman 8, dan
ada yang dikategorikan sama dengan fi’il rubâ’î mujarrod meski sama-sama
mujarrod (sepi dari tambahan) yaitu yang biasa disebut fi’il
rubâ’î mulhaq (disamakan), demikian itu dikarenakan asal pengambilan bentuk
fi’il rubâ’î mulhaq adalah dari suku kata mashdar fi’il tsulâtsî atau isim jâmid
(menurut ulama’ kufah semua mashdar adalah jamid yakni tidak terbentuk dengan
kiyas tashrîf, karena ia adalah bentuk asli suku tiap kata, sedangkan yang lain
hanya diambilkan kiyasannya darinya, seperti contoh-contoh berikut ini:
( جلببberjilbab) dari mashdar tsulâtsî ( جلبmenarik/tarik)
( حوقلbercocok diladang) dari mashdar tsulâtsî ( حقلladang)
( بيطرmenyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî ( بطرsombong)
( جهورmengeraskan suara) dari mashdar tsulâtsî ( جهرkeras
suaranya), ( شريفmemulyakan) dari mashdar tsulâtsî( شرفmulya)
( سلقىmerebus) dari mashdar tsulâtsî ( سلقmerebus)
dan ( قلنسmemakaikan songkok) dari isim jâmid (isim yang tidak dapat dikiyas
tashrîf) ( قلنسوةsongkok)
hal 12; (bab pertama dari fi’il tsulâtsî yang diberi tambahan)