Anda di halaman 1dari 21

‫إبن الكتفني‬

Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
Kaidah I‟lal Ke 1 » Wawu/Ya‟ diganti Alif (Ibdal)

Apabilah ada Wawu atau Yya‟ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu
kalimah, maka Wawu atau Ya‟ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh asalnya

, dan asalnya .
Praktek I’lal :

asalnya ikut pada wazan . Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya

ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi .

asalnya ikut pada wazan. Ya‟ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada
Huruf berharkah Fathah, maka menjadi .

asalnya ikut pada wazan . Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya

ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi .

asalnya ikut pada wazan . Ya‟ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya

ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi . (*Alif pada lafazh dinamakan Alif
Layyinah).

Perhatian:

1. Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya‟ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya
bukan asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh .
2. Apabila setelah wawu atau ya‟ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan sbb:
o Jika Wawu atau Ya‟ tsb bukan pada posisi Lam Fi‟il, maka tidak boleh di-I‟lal,

karena dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: , .


‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
o Jika Wawu dan Ya‟ tsb berada pada posisi Lam Fi‟il, maka tetap berlaku Kaidah
I‟lal ini. Contoh asalnya . Namun disyaratkan huruf yg
mati/sukun setelah Wawu dan Ya‟ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya‟ tasydid,
maka yang demikian juga tidak boleh di-I‟lal. Contoh: .

Kaidah I‟lal ke 2 » Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca


huruf Wau/Ya‟ Bina‟ Ajwaf, dipindah pada
huruf sebelumnya.(Naql/memindah harokat)

Apabila wau atau ya‟ berharokat berada pada „ain fi‟il Bina‟ Ajwaf dan huruf sebelumnya
terdiri dari huruf Shahih yang mati/sukun, maka harakat wawu atau ya‟ tsb harus
dipindah pada huruf sebelumnya. Contoh: asalnya dan asalnya .
Praktek I’lal:

asalnya ikut pada wazan . harkah wawu dipindah pada huruf sebelumnya, karena
wawu-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk menolak beratnya
mengucapkannya, maka menjadi

sasalnya ikut pada wazan harkah Ya‟ dipindah pada huruf sebelumnya, karena Ya‟-nya
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk menolak beratnya
mengucapkannya, maka menjadi

Perhatian:

Perpindahan Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca Wau atau Ya‟ tersebut dalam Kaidah ini, tidak
berlaku apabila setelah Wawu atau Ya‟ terdapat Huruf yang di-tasydid-kan. Contoh:
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
Kaidah I‟lal Ke 3 » Wawu/Ya‟ dibelakang Alif Zaidah
diganti Hamzah, pada Ain Fi‟il Isim Fa‟il atau akhir
Isim Masdar (Ibdal)

Apabila ada wawu atau ya‟ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan
syarat wau atau ya‟ tersebut berada pada „Ain Fi‟il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada
pada akhir kalimah bentuk masdar. Contoh: asalnya dan asalnya dan

asalnya

Praktek I’lal:

asalnya ikut pada wazan . wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif

Zaidah dan berada pada „Ain Fi‟il Isim Fa‟il, maka menjadi

asalnya ikut pada wazan . Ya‟ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah

dan berada pada „Ain Fi‟il Isim Fa‟il, maka menjadi

asalnya ikut pada wazan wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif

Zaidah dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi .
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id

asalnya ikut pada wazan Ya‟ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan
berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi .

Kaidah I‟lal ke 4 » Wau diganti Ya‟ karena berkumpul


dalam satu kalimah dan yg pertama sukun

Apabila wau dan ya‟ berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan
sukun, maka wau diganti ya‟. Kemudian ya‟ yang pertama di-idgham-kan pada ya‟ yang
kedua. Contoh lafadz asalnya adalah dan asalanya adalah

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan . wau diganti ya‟ karena berkumpul dalam satu

kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi . Kemudian ya‟ yang

pertama di-idghamkan pada ya‟ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi

asalnya mengikuti wazan . wau diganti ya‟ karena berkumpul dalam satu

kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi . Kemudian ya‟ yang

pertama di-idghamkan pada ya‟ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
Kaidah I‟lal ke 5 » Harakah Dhammah wau atau ya‟ di
akhir kalimah diganti Sukun

Apabila Wau atau Ya‟ menempati ujung akhir kalimah, dan ber-harakah dhammah, maka
disukunkan. Contoh: asalnya dan asalnya

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan . Wau di ujung akhir kalimah ber-harakah dhammah,

maka disukunkan menjadi .

asalnya mengikuti wazan . Ya‟ di ujung akhir kalimah ber-harkah dhammah,

maka disukunkan menjadi .


Perhatian:

asalnya mengikuti wazan . Wau diganti Ya‟, karena jatuh sesudah harakah

kasrah, maka menjadi , kemudan Ya‟ disukunkan karena beratnya harkah dhammah atas

Ya‟ maka menjadi , kemudian Ya‟ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Ya‟
dan Tanwin, maka menjadi
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id

asalnya mengikuti wazan . Ya‟ disukunkan karena beratnya harakah dhammah

atas Ya‟ maka menjadi , kemudian Ya‟ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu

Ya‟ dan Tanwin, maka menjadi

asalnya mengikuti wazan wau pada fa‟ fi‟il diganti Hamzah, karena kedua wau

berkumpul dalam satu kalimah, maka menjadi . Kemudian Ya‟ dibuang untuk

meringankannya, maka menjadi . Dan didatangkanlah tanwin sebagai pengganti dari Ya‟

yang dibuang, maka menjadi .

Kaidah I‟lal ke 6 » Wau akhir kalimah empat huruf atau


lebih, diganti Ya‟

Apabila wau menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan sebelum wau
tidak ada huruf yang didhammahkan, maka wau tsb diganti ya‟. Contoh : asalnya

dan asalnya .
Praktek I’lal:
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
asalnya mengikuti wazan wau diganti ya‟, karena berada pada akhir kalimah

empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi

asalnya mengikuti wazan wau diganti ya‟, karena berada pada akhir kalimah

empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi

Perhatian:

asalnya ikut wazan . wau diganti ya‟, karena berada pada akhir kalimah empat

huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi kemudian ya‟

diganti alif karena berharkah jatuh sesudah harkah fathah, maka menjadi kemudian alif

dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Alif dan Tanwin, maka menjadi

Kaidah I‟lal ke 7 » Membuang Wau setelah Huruf


Mudhara‟ah diantara Fathah dan Dhammah

Apabila wau ada diantara harkah fathah dan kasrah nyata, dan sebelumnya ada huruf
mudhara‟ah, maka wau tersebut dibuang. Contoh: asalnya dan asalnya

Praktek I’lal:
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id

asalnya mengikuti wazan . wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah nyata
dan sebelumnya ada huruf mudhara‟ah, maka menjadi

asalnya mengikuti wazan . wau dibuang

karena ada diantara fathah dan kasrah nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara‟ah, maka
menjadi . Kemudian Dhad-nya difathahkan untuk meringankan huruf ithbaq juga huruf Halaq
yaitu „Ain, maka menjadi

Perhatian:

 Huruf Mudhara’ah :
 Huruf Halaq :
 Huruf Ithbaq :

Kaidah I‟lal ke 8 » Wau setelah harkah kasrah diganti Ya‟

Bilmana ada Wau jatuh setelah harkah Kasrah dalam Kalimah Isim atau Kalimah Fi‟il,
maka Wau tersebut harus diganti Ya‟. Contoh: asalnya dan asalnya

Praktek I’lal:

asalnya ikut wazan , wau diganti Ya‟ karena jatuh sesudah harkah kasrah, maka
menjadi
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id

asalnya (praktek I‟lalnya telah disebut pada Kaidah I‟lal ke 5)

Kaidah I‟lal ke 9 » Huruf Illah Wau/Ya‟ dibuang untuk


menolak bertemu-nya dua huruf mati

Bilamana ada Wau atau Ya‟ sukun, bertemu dengan husuf sukun lainnya, maka Wau tau
Ya‟ tersebut dibuang, ini setelah memindahkan harakah keduanya (Wau atau Ya‟) kepada
huruf sebelumnya (lihat kaidah I‟lal ke 2). Contoh: asalnya dan asalnya

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan , harkah Wau dipindah ke huruf sebelumnya, karena Wau
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I‟lal ke 2) untuk menolak
beratnya mengucapkan, maka menjadi , maka Wau dibuang untuk menolak bertemunya dua
mati/sukun, maka menjadi , kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan
lagi, maka menjadi

asalnya mengikuti wazan , harkah Ya‟ dipindah ke huruf sebelumnya, karena Ya‟
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I‟lal ke 2) untuk menolak
beratnya mengucapkan, maka menjadi , maka Ya‟ dibuang untuk menolak bertemunya dua
mati/sukun, maka menjadi , kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan
lagi, maka menjadi
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
Kaidah I‟lal ke 10 » Dua huruf sejenis/hampir sama
makhraj-nya harus di-idghamkan

Bilamana ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul dalam satu
kalimah, maka huruf yang pertama harus di-idghamkan pada huruf yang kedua,–ini
setelah menjadikan huruf yang hampir sama makhrajnya serupa dengan huruf yg kedua
(lihat kaidah i‟lal ke 18 insyaallah)–, karena beratnya pengulangan/memilah-milahnya.
contoh asalnya dan asalnya , dan asalnya .

Praktek I’lal:

asalnya ikut pada wazan , huruf dal yang pertama disukunkan untuk melaksanakan syarat
Idgham, maka menjadi , kemudian huruf Dal yang pertama di-idgamkan pada huruf Dal yang
kedua, maka menjadi

asalnya mengikuti wazan , harkah Dal yang pertama dipindah pada huruf
sebelumnya untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi , bertemu dua huruf
mati/sukun yaitu kedua Dal, maka Dal yang kedua diberi harkah untuk menolak bertemunya dua
mati/sukun, baik diberi harkah kasrah karena kaidah; “apabilah ada huruf mati mau diberi
harkah, berilah harkah kasrah”. atau diberi harkah fathah karena ia paling ringannya harkah. atau
diberi harkah dhammah, karena mengikuti harkah „Ain fi‟il pada fi‟il mudhari‟nya, maka
menjadi , kemudian Dal yang pertama di-idgham-kan pada Dal yg kedua maka
menjadi , kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi,
maka menjadi .
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id

Praktek I‟lal untuk lafazh ada pada Kaidah I‟lal ke 18, InsyaAllah. tunggu update.

Kaidah I‟lal ke 11 » Dua Hamzah berkumpul yang kedua


diganti huruf yg sesuai dengan Harakah sebelumnya

Bilamana terdapat dua huruf Hamzah berkumpul sejajar dalam satu kalimah, yang
nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan huruf yang sesuai dengan
harakah Hamzah yang pertama. contoh asalnya dan asalnya .

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua
sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti alif, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah
fathah. maka menjadi

asalnya mengikuti wazan ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang
kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya ber-
harkah dhammah. maka menjadi
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id

asalnya mengikuti wazan berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua
sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti Ya‟, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah
kasrah. maka menjadi .

asalnya mengikuti wazan ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua
sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah
dhammah. maka menjadi kemudian wau-nya dibuang untuk meringankan ucapan, maka
menjadai selanjutnya hamzah-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi

Perhatian :

Wau pada lafazh dibuang untuk meringankan ucapan, sedangkan pada lafazh cukup
tanpa membuang wau, karena menjaga dari keserupaan dengan fi‟il amar-nya lafazh – –
.

Wau atau ya‟ yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif, kecuali jika sukunnya tidak
asli –dengan sebab pergantian harkat keduanya pada huruf sebelumnya– (lihat kaidah ilal
ke 2). Contoh: asalnya dan asalnya .

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan harkah wau dipindah pada huruf sebelumnya karena ia
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena beratnya mengucapkan, maka
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
menjadi (lihat kaidah I‟lal ke 2). Kemudian wau diganti alif, karena asalnya wau berharkah
dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I‟lal ke 1). Maka menjadi .

asalnya mengikuti wazan harkah Ya‟ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia
berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena beratnya mengucapkan, maka
menjadi (lihat kaidah I‟lal ke 2). Kemudian Ya‟ diganti Alif, karena asalnya Ya‟ berharkah
dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I‟lal ke 1). Maka menjadi .

Kaidah I‟lal ke 13 » Wau akhir isim mutamakkin setelah


dhammah diganti ya‟

Bilamana ada wau berada di akhir kalimah jatuh sesudah harkah dhammah didalam asal
kalimah Isim yang Mutamakkin (bisa menerima tanwin), maka wau tsb diganti ya‟,
kemudian setelah itu harkah dhammah diganti kasrah. Contoh: asalnya dan
asalnya .

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan wau diganti ya‟ karena berada di akhir kalimah Isim
Mutamakkin dan sebelumnya ada harkah dhammah, maka menjadi kemudian huruf Tha‟nya
dikasrahkan untuk memantaskan Ya‟. Maka menjadi .
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
asalnya mengikuti wazan wau diganti ya‟ karena berada di akhir kalimah Isim
Mutamakkin dan sebelumnya ada harkah dhammah, maka menjadi kemudian huruf Dal‟nya
dikasrahkan untuk memantaskan Ya‟. Maka menjadi .

Kaidah I‟lal ke 14 » Ya‟ sukun setelah dhammah harus


diganti wau

Bilamana terdapat Ya‟ sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan maka ya‟
tersebut harus diganti wau. contoh: asalnya dan asalnya

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan ya‟ yang nomor dua diganti wau karena ia sukun dan
sebelumnya ada huruf yang didhammahkan, maka menjadi .

asalnya mengikuti wazan ya‟ diganti wau karena ia sukun dan sebelumnya ada huruf
yang didhammahkan, maka menjadi .

Kaidah I‟lal ke 15» Isim Maf‟ul dari Fi‟il Mu‟tal „Ain, Wau
Maf‟ulnya dibuang menurut Imam Sibawaihi
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
Sesungguhnya Isim Maf‟ul bilamana ia terbuat dari Fi‟il Mu‟tal „Ain (Bina‟ Ajwaf) maka
wajib membuang wau maf‟ulnya menurut Imam Syibawaihi (menurut Imam lain yg
dibuang adalah Ain Fi‟ilnya). contoh: asalnya dan asalnya

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan harkah wau dipindah pada huruf sebelumnya karena ia
berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi (lihat
i‟lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (dua wau) untuk menolak beratnya mengucapkan
maka wau maf‟ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi) maka menjadi .

asalnya mengikuti wazan harkah Ya‟ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia
berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi (lihat i‟lal
ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (ya‟ dan wau) untuk menolak beratnya mengucapkan
maka wau maf‟ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi)maka menjadi .

Qawaid al-I‟lal ke 16 » Huruf Ta‟ pada wazan


diganti Tha‟

Bilamana Fa‟ Fi‟il kalimah wazan berupa huruf Shad, atau Dhad, atau Tha‟, atau Zha‟
(huruf Ithbaq), maka huruf Ta‟ yg jatuh sesudah huruf Ithbaq tersebut harus diganti
Tha‟, demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta‟ dengan Tha‟ karena dekatnya
makhraj keduanya. contoh: asalnya dan asalnya
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Tha‟ karena demi mudahnya


mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya,
maka menjadi .

asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Tha‟ karena demi mudahnya


mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya,
maka menjadi .

asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Tha‟ karena demi mudahnya mengucapkannya
setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi
kemudian Tha‟ pertama di-idghamkan karena dua huruf sejenis, maka menjadi .

asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Tha‟ karena demi mudahnya mengucapkannya
setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka
menjadi kemudian Tha‟ diganti Zha‟ karena sama-sama huruf isti‟la‟, maka
menjadi kemudian Zha‟ pertama di-idghamkan karena dua huruf sejenis, maka menjadi .
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
Qawaidul I‟lal ke 17 » Huruf Ta‟ pada wazan
diganti Dal

Bilamana Fa‟ Fi‟il wazan berupa huruf Dal, atau Dzal, atau Zay, maka huruf Ta‟ (Ta‟
zaidah wazan ) yang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti Dal, demi
mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta‟ dengan Dal‟ karena dekatnya makhraj
keduanya. contoh: asalnya dan asalnya dan asalnya .

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf
Ta‟ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi .
kemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi
.

asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf
Ta‟ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi .
kemudian Huruf Dal diganti Dzal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi
kemudian dzal yang pertama di-idghamkan pada dzal yang kedua karena satu jenis, maka
menjadi . (juga boleh dibaca Dal dengan di-i‟lal sbb: kemudian Huruf Dzal diganti Dal
kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi kemudian dal yang pertama di-
idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi .)
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id

asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf
Ta‟ yang jatuh susudah huruf Zay dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi .

Kaidah I‟lal ke 18 » Fa‟ Fi‟il pada wazan diganti Ta‟

Bilamana Fa‟ Fi‟il wazan berupa huruf wau, atau Ya‟, atau Tsa‟, maka huruf Fa‟
Fi‟ilnya tersebut harus diganti Ta‟ karena sukarnya mengucapkah huruf “Layn” ( )
sukun dengan huruf yang diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrajnya dan
bertentangan sifatnya, karena huruf “layin” ( ) bersifat Jahr sedangkan huruf Ta‟
bersifat Hams. Contoh: asalnya dan asalnya dan asalnya . (penting)
dan apabila Fa‟ Fi‟il-nya tsb berupa huruf Tsa‟, boleh mengganti Ta‟nya wazan
dengan Tsa‟, karena keduanya sama-sama bersifat Hams. contoh: asalnya .

Praktek I’lal:

asalnya mengikuti wazan Wau diganti Ta‟ untuk mudahnya mengucaplan huruf
Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf
Layn bersifat Jahr dan huruf Ta‟ bersifat Hams, maka menjadi kemudian Ta‟ pertama di-
idghamkan pada Ta‟ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi .
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id

asalnya mengikuti wazan Wau diganti Ta‟ untuk mudahnya mengucaplan huruf Layn
sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf Layn
bersifat Jahr dan huruf Ta‟ bersifat Hams, maka menjadi kemudian Ta‟ pertama di-
idghamkan pada Ta‟ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi .

asalnya mengikuti wazan huruf Tsa‟ diganti Ta‟ karena sama-sama bersifat Hams,
maka menjadi kemudian Ta‟ pertama di-idghamkan pada Ta‟ kedua karena dua huruf yang
sejenis maka menjadi

Dan boleh juga dibaca Tsa’ dengan Praktek I’lal sbb:

asalnya mengikuti wazan huruf Ta‟ diganti Tsa‟ karena sama-sama bersifat Hams,
maka menjadi kemudian Tsa‟ pertama di-idghamkan pada Tsa‟ kedua karena dua huruf yang
sejenis maka menjadi

Penting untuk diketahui:

asalnya mengikuti wazan huruf Hamzah yang kedua diganti Ya‟ karena ia sukun dan
sebelumnya ada huruf berharkah kasrah, maka menjadi kemudian huruf Ya‟ diganti Ta‟
(tanpa mengikuti kias*) maka menjadi .

* Pergantian Ya’ dengan Ta’ tidak mengikuti Qias yakni termasuk dari perihal Syadz.

Kaidah Ilal ke 19 » Huruf Ta‟ wazan dan diganti dg


huruf yang berdekatan makhrajnya
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id

Bilamana Fa‟ Fi‟il wazan dan berupa huruf , maka


boleh Ta‟ dari kedua wazan tersebut diganti dengan huruf yang mendekati dalam
Makhrajnya, kemudian huruf yang pertama di-idghamkan pada huruf yang kedua,
demikian ini setelah huruf yang pertama dari kedua huruf yang berdekatan makhrajnya
tersebut, dijadikan serupa dengan huruf yang kedua. berikut memasang Hamzah Washal
agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. contoh: asalnya dan asalnya
dan asalnya dan asalnya dan asalnya dan asalnya dan
asalnya dan asalnya dan asalnya dan asalnya dan asalnya
.

Praktek I’lal :

asalnya mengikuti wazan huruf Ta‟ yang pertama disukunkan sebagai sebab syarat
idgham maka menjadi maka Ta‟ yang pertama di-idghamkan pada Ta‟ yang kedua karena
dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar memungkinkan
permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi

asalnya mengikuti wazan huruf Ta‟ diganti Tsa‟ karena berdekatan Makhrojnyamaka
menjadi kemudian huruf Tsa‟ yang pertama disukunkan sebagai sebab syarat idgham maka
‫إبن الكتفني‬
Solo, Indonesia.
Alkatafangi.blog.uns.ac.id
menjadi maka Tsa‟ yang pertama di-idghamkan pada Tsa‟ yang kedua karena dua huruf
sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar memungkinkan permulaan dengan
huruf mati. Maka menjadi

Perhatian :

I‟lal dalam Kaidah ke 19 ini cuma bersifat Jaiz atau boleh, bukan suatu ketentuan musti. Sebagai
pengalaman bagi kita, karena ini jarang ditemukan. dan yang banyak digunakan adalah berupa
bentuk asalnya.

Anda mungkin juga menyukai