BAHASA ARAB
FI’IL AMR
DOSEN PEMBIMBING
FIRDAUS FAUZI,M.Pd.I
DISUSUN OLEH:
Adapun makalah yang berjudul pembagian fi’il amr dan penjelasan fi’il amr ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
sumber,sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini.Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terimakasih kepada sumber yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa adanya
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
memberi saran atau kritik sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari penjelasan fi’il amr ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….3
A.Kesimpulan………………………………………………………………………………….10
B.Saran………………………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….11
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Sebagai Umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-Qur’an dan
Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaranIslam yang harus kita pegang teguh. Tentunya, kita tidak
mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah mengetahiu kaidah-kaidah Bahasa Arab,
khususnya Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf. Karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-
Qur’an dan Sunnah.
Ketika hendak mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf, kebanyakan kalangan Umat Islam masih
mempunyai pandangan bahwa belajar Ilmu Nahwu itu sulit, Sehingga banyak juga kalangan Umat
Islam yang merasa malas untuk mempelajari kaidah Bahasa Arab yang disebut dengan Ilmu Nahwu
dan Sharaf. Menurut kaidah hukum Islam, mengerti akan ilmu Nahwu bagi mereka yang akan
memahami Al-qur’an Hukumnya Fardhu’ain.
Dalam Behasa Arab terdapat kata kerja atau kata perintah, sementara itu di dalam Ilmu
nahwu kata kerja ini disebut dengan Fi’il. Menurut waktunya, fi’il dibagi menjadi 3 yaitu Fi’il Madhi,
Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amr. Makalah ini akan mengupas tentang apa itu Fi’il Amar dan bagaimana
kaidah-kaidahnya.
B.Rumusan Masalah
C.TUJUAN PENULISAN
D.MANFAAT PENULISAN
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada semua pihak,khususnya
kepada para pembaca untuk menambah wawasan pengetahuan dalam konsep dan kaidah-
kaidah bahasa arab. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah agar kita semua dapat
berbahasa arab dengan baik dan benar dengan kaidah yg benar.
BAB II
PEMBAHASAN
Fi’il Amr adalah kata kerja yang menunjukkan arti permintaan melakukan sesuatu, dengan
kata lain fi’il amr berarti kata kerja perintah.[1] Fi’il Amr adalah kata kerja yang mengandung perintah
dengan tuntutan untuk mendapatkan sesuatu hasil setelah kalimat perintah ungkapan atau fi’il yang
berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar
dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Fi’il amr adalah kata kerja perintah untuk oeang ke 2 laki-laki atau orang ke 2 perempuan.[2]
Digunakan untuk memerintah orang ke-II (yang diajak bicara) untuk pekerjaan yang belum dikerjakan.
Karena pelakunya yang akan mengerjakan perintah hanya orang kedua, maka Fi’il amar hanya
mempunyai 6 (enam) bentuk untuk mukhotob dan mukhotobah.[3]
6 َهُـن – ———- —–
10 َت
ِ انـ اُكـتُبِي Memukullah kamu (pr) ….ََِي
13 انــا – —- —-
14 َُنحـن – —- —–
Contoh :
Cara membuat َ األمرَ فِعِلbagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il mudhori’nya
dengan ketentuan sebagai berikut:
Ya’ mudhori’ dibuang. Bila setelah dibuag ya’nya, hurf pertamanya sukun, maka harus ditambah
hamzah washol didepannya. Harokatnya: bila huruf kedua sebelum akhir dlomah, maka harokatnya
dlomah.bila huruf kedua sebelum akhirnya fathah atau kasroh maka harokatnya: kasroh (hamzah
washol itu, bila ditegah kalimat, maka tidak terbaca).
Contoh:
Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari huruf hidup (dlomah atau
fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya tanpa ada tambahan.
Contoh :
َُ ُ = قKatakanlah
َل – يقُو ُل
Apabila setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah sukun, maka
boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara kedua dengan
membang hamzah sukun itu.
Contoh :
Bagi fi’il tsula tsiy mazid dan ruba’iy, cara membuat fi’il amarnya sama, yaitu dengan memperhatikan
fi’ il madhi’ dan fi’il mudhori’nya. Jumlah huruf dan harokat fi’il amar, sama dengan fi’il madhi’nya.
Hanya saja huruf kedua sebelum akhir, mengiuti fi’il mudhori’nya. Contoh masing-masing wazan:
َُ – يُف ِع
Wazan fa’ala َل – فعلَ فعِل
َُ ِ = قاتِلَ – يُقاتPerangilah
َل – قاتل
َُ تفاعلَ – يتفاع
Wazan tafa-‘ala َل – تفاعل
َُ تفعلَ – يتف
Wazan tafa’ala َل – تفعل
َح – اِنفـتح
َُ = اِنفتِحَ – ينف ِتTerbukalah
َِر – اِستغفر
َُ = اِستِغفرَ – يستغفMohon Ampunlah
Contoh Fi’il
Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi’il bertemu dengan awalan Alif-Lam dari
sebuah Isim Ma’rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi’il tersebut berubah menjadi baris kasrah.
Contoh:
Contoh:
َِس – جلس
َُ اِجلسَ – يجل
Membuang huruf akhirnya, bagi huruf ‘ilat (alif, wawu , dan ya’)1
Contoh:
Difathah huruf akhirnya bagi yang Mudha’af, yaitu fi’il yang kelihatannya tasydid.
Contoh:
ُ ظنَ – ي
َظنَ – ظن ُ
Fi’il Amar itu bisa menerima nun Taukhid disamping menunjukan perintah itu. Contoh:
22
] Annisa Mardhotilla,Makalah Bahasa Arab Fi;il,http://annisa-
mardhotilla.blogspot.co.id/2012/02/makalah-bahasa-arab-fiil.html,pada tanggal 07 maret 2017
pukul 11:52.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Fi’il amar adalah fi’il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara)
sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang
diperintah.
َاِفعلَ = انت
اِفعلِيَ = انت
اِفعلَ = انتُما
َ ُ اِفعلُوا = انت
ن
َاِفعلنَ = انتُم
Cara membuat َ األمرَ فِعِلbagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il mudhori’nya
dengan ketentuan sebagai berikut:
Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari huruf hidup (dlomah atau
fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya tanpa ada tambahan.
Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah sukun, maka
boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara kedua dengan
membang hamzah sukun itu.
Bagi fi’il tsula tsiy mazid dan ruba’iy, cara membuat fi’il amarnya sama, yaitu dengan
memperhatikan.
B.SARAN
Demikian makalah ini kami buat. Semoga apa yang kami diskusikan dapat menambah rasa syukur
kita kepada Allah dan menambah pengetahuan kami. Adapun dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan yang masih perlu kami sempurnakan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan kami ucapan terima kasih.
DAFTAR PUSAKA