DI
OLEH
NIM : 171600212
ACEH UTARA
Bismillahirrahmanirrahim.
Segenap puja dan puji saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
petunjuk, bimbingan, dan kekuatan lahir batin kepada saya, sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan sebagaimana semestinya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan oleh-Nya
kepada junjungan kita nabi besar Muhammmad saw, para sahabat, dan semua pengikutnya
yang setia di sepanjang zaman. Amin!
Akhir, dari kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya serta akan sampai pada tujuannya dan juga dapat terinpirasi terhadap
pembaca. Amin!
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan penulisan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan...........................................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai Umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-Qur’an dan
Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaranIslam yang harus kita pegang teguh. Tentunya, kita
tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah mengetahiu kaidah-kaidah
Bahasa Arab, khususnya Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf. Karena keduanya merupakan kunci
dalam mempelajari al-Qur’an dan Sunnah.
Ketika hendak mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf, kebanyakan kalangan Umat Islam
masih mempunyai pandangan bahwa belajar Ilmu Nahwu itu sulit, Sehingga banyak juga
kalangan Umat Islam yang merasa malas untuk mempelajari kaidah Bahasa Arab yang
disebut dengan Ilmu Nahwu dan Sharaf. Menurut kaidah hukum Islam, mengerti akan ilmu
Nahwu bagi mereka yang akan memahami Al-qur’an Hukumnya Fardhu’ain.
Dalam Behasa Arab terdapat kata kerja atau kata perintah, sementara itu di dalam Ilmu
nahwu kata kerja ini disebut dengan Fi’il. Menurut waktunya, fi’il dibagi menjadi 3 yaitu
Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amr. Makalah ini akan mengupas tentang apa itu Fi’il
Amar dan bagaimana kaidah-kaidahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fi’il amr?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian fi’il amr
PEMBAHASAN
Fi’il Amr adalah kata kerja yang menunjukkan arti permintaan melakukan sesuatu,
dengan kata lain fi’il amr berarti kata kerja perintah.Fi’il Amr adalah kata kerja yang
mengandung perintah dengan tuntutan untuk mendapatkan sesuatu hasil setelah kalimat
perintah ungkapan atau fi’il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim
(pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara)
sebagai orang yang diperintah.
Fi’il amr adalah kata kerja perintah untuk oeang ke 2 laki-laki atau orang ke 2
perempuan.Digunakan untuk memerintah orang ke-II (yang diajak bicara) untuk pekerjaan
yang belum dikerjakan. Karena pelakunya yang akan mengerjakan perintah hanya orang
kedua, maka Fi’il amar hanya mempunyai 6 (enam) bentuk untuk mukhotob dan
mukhotobah.1
6 َّهُـن – ———- —–
1
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ilmu Nahwu terjamahnya Mutamminah dan Ajurumiyah, ( Sinar Baru
Algensindo, 2010)
10 ِ اَ ْنـ
ت اُ ْكـتُبِي Memukullah kamu (pr) ….ِي
ْ
13 اَنَــا – —- —-
14 ُنَ ْحـن – —- —–
Contoh :
Cara membuat ْ فِ ِعلْ اَأل َمرbagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il
mudhori’nya dengan ketentuan sebagai berikut:
2. Ya’ mudhori’ dibuang. Bila setelah dibuag ya’nya, hurf pertamanya sukun, maka
harus ditambah hamzah washol didepannya. Harokatnya: bila huruf kedua sebelum
akhir dlomah, maka harokatnya dlomah.bila huruf kedua sebelum akhirnya fathah
atau kasroh maka harokatnya: kasroh (hamzah washol itu, bila ditegah kalimat, maka
tidak terbaca).
Contoh:
ُ = فَ ْكتُبْ – ُأ ْكتُبْ – يَ ْكتُبTulislah
1. Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari huruf hidup
(dlomah atau fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya
tanpa ada tambahan.
Contoh :
= يَقُوْ ُل – قُ ُلKatakanlah
1. Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah
sukun, maka boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau
2
Syaikh Mushthafa Al-Ghulayaini, Tarjamah Jami’ud Durusil Arabiyyah jilid I (CV Asy-Syifa’, Semarang
1992)
mengikuti cara kedua dengan membang hamzah sukun itu.
Contoh :
ْ = يَأ ُك ُل – اُْأ ُكلْ – اَوْ ُكلMakanlah
Contoh Fi’il
Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi’il bertemu dengan awalan
Alif-Lam dari sebuah Isim Ma’rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi’il tersebut berubah
menjadi baris kasrah. Contoh:
َّ َأقِ ِم ال = َأقِ ْم + َصالَة
َصالَة َّ ال
(shalat) (dirikanlah) (dirikanlah shalat)
C. Ciri – Ciri Fi’il Amar3
Contoh:
َْب – يَ ْكتُبُ – اُ ْكتُب َ َكت
قَ َرَأ – يَ ْق َرُأ – اِ ْق َرْأ
3. Membuang huruf akhirnya, bagi huruf ‘ilat (alif, wawu , dan ya’)
Contoh:
عُ َدعَا – يَ ْد ُعوْ – اُ ْد
َرَأى – يَ َرى – َر
ُّفَ َّر – يَفِرُّ – فِر
3
Muhammad, Syekh Syamsudin, Ilmu Nahwu terjamahmya Mutamminah dan Ajurumiyah, (Araa’ ini 2010)
4. Difathah huruf akhirnya bagi yang Mudha’af, yaitu fi’il yang kelihatannya tasydid.
Contoh:
ظَ َّن – يَظُ ُّن – ظُ ُّن
ََّمسَّ – يَ َمسَّ – َمس
ُّفَ َّر – يَفِرُّ – فِر
5. Fi’il Amar itu bisa menerima nun Taukhid disamping menunjukan perintah itu.
Tanda – tanda Fi’il dan pembagian Fi’il dikenal dengan huruf Qad, Sin,Shaufa, Ta ta-
nis dan sakinah.
Penjelasan
Fi’il ialah kata yang menunjukkan makna mandiri disertai dengan salah satu dari tiga
masa, yaitu madhi (masa lampau), hal (sekarang atau sedang berlangsung), dan istiqbal (yang
akan datang). Sedangkan Isim sama sekali tidak disertai maasa.
Huruf Qad adakalanya menyertai Fi’il madhi yang mengandung arti tahqiq
(sesungguhnya atau penjelas), dan adakalanya pula menyertai fi’il mudhari’ yang
mengandung arti sewaktu – waktu atau kadang - kadang.
Huruf Sin atau Shaufa hanya menyertai fi’il mudhari’ yang memiliki makna istiqbal,
tetapi tidak menyertai makna hal atau madhi. Fungsi sin adalah untuk menyatakan masa akan
datang lil kariif (dekat), sedangkan shaufa untuk menyatakan masa akan datang lil ba’iid
(jauh).
Ta ta-nits disukunkan hanya menyertai fi’il madhi yang fa’il-nya bermakna muannats,
baik lafazhnya yang muannats, seperti :
اط َم ْة
ِ َ = فfatimah telah datang
ْ =جا َء
ت بَقَ ٌر َ sapi telah datang
Pembagian Fi’il.
1. Fi’il Madhi
1 ه َُو َ َكت
َب Dia (lk) telah Bentuk asli tanpa
menulis perubahan
2 ِهـي ْ ََكتَب
ـت Dia (pr) telah ْ pada huruf
+ ـت
menulis terakhir
4 ِ اَ ْنـ
ت ِ َكتَبْـ
ت Kamu (pr) telah +ت
ِ ـْـpada huruf
menulis terakhir
ْ ت ا ْل َم
kamu (pr) telah memasuki masjid = س ِج َد ِ د ََخ ْل
َ س َل َأ ْح َم ُد ِر
Ahmad telah mengirim surat = ٌسالَة َ َأ ْر
َ بِْئ, ْس
2. yang tidak menerima tashrif, seperti نِ ْع َم, س َ لَيdan َس
َ ع
2 ِ َأ ْن
ت َتَ ْف َعلِيْن kamu (pr)
mengerjakan
َ س ُل َأ ْح َم ُد ِر
Ahmad mengirim surat = ٌسالَة ِ يُ ْر
Fi’il mudhari’ dapat diketahui Lam yang masuk kepadanya, misalnya لَ ْم يَقُ ُم: (asalnya
) يَقُوْ ُمdan pada awalnya harus di mulai dengan salah satu huruf zaidah (tambahan) yang 4,
4
Muhammad, Abu Bakar, Tata Bahasa Arab (Al-Ikhlas, Surabaya 1982)
yaitu hamzah, nun, ya, dan tata-nits yang terhimpun dalam perkataan anaitu. Juga di harkat
awalnya di dammah kan bila fi’il madhi nya terdiri dari lafazh :
قَاتَ َل يَقَا يُقَاتِ ُل, فَ َر َح يُفَ ِر ُح, اَ ْك َر َم يُ ْك ِر ُم, َدحْ َر َج يُ َدحْ ِر ُج
Apabila fi’il madhi nya bukan terdiri atas 4 huruf, maka di beri harkat dengan fathah, seperti
lafazh :
Fi’il amr dapat diketahui dengan menunjukkan arti thalab (tuntutan) dan sering
disisipi ya muannats mukhathabah (di pergunakan untuk berbicara dengan wanita),2 seperti :
ت
ٍ = َحاsini !
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
5
Al-Ghulayaini, Syaikh Mushthafa, Tarjamah Jami’ud Durusil Arabiyyah jilid I (CV Asy-Syifa’, Semarang
1992)
Fi’il amar adalah fi’il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim
(pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara)
sebagai orang yang diperintah.
Pelaku fi’il amar yaitu dhomir mukhatab yaitu
ْاَ ْنتَ = اِ ْف َعـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــل
اَ ْنت = اِ ْف َعلِ ْي
َاَ ْنتُ َمـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــا = اِ ْف َعال
اَ ْنتُ َّن = اِ ْف َعلُـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــوْ ا
اَ ْنتُ ْم = َاِ ْف َع ْلن
Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari huruf hidup
(dlomah atau fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya
tanpa ada tambahan.
Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah
sukun, maka boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau
mengikuti cara kedua dengan membang hamzah sukun itu.
Pembagian fi`il ada 3 yaitu : fi`il mahdi, fi`il mudhari dan fi`il amr.
B.Saran
Demikian makalah yang kami buat, tentu saja tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan
dari makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari kawan – kawan semua
sangat pemakalah harapkan. Semoga makalah ini, bermanfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
http://dedyenha.blogspot.co.id/2012/06/fiil-amar-kata-kerja-perintah.html,pada tanggal 07
Maret 17 jam 06:16.