DISUSUN :
K.H. M KATIB MASYHUDI
(Pengasuh Pondok Pesantren Fadlun Minalloh Wonokromo 1, Pleret, Bantul, Yogyakarta.)
PONDOK PESANTREN
FADLUN MINALLOH
YOGYAKARTA
2010
Contoh :
Arti Isim Jamak Isim Mufrod
Gunung- gunung ُا َ ْل َجبَلُ ا َ ْل ِجبَال
Kitab- kitab ُا َ ْل ِكت َابُ الكتب
َ َ اْل ْست َاذُ اْل
Guru- guru ُساتِيْذ
Masjid- masjid ُاجد ِ سَ ال َمس ِْجدُ ال َم
Sampai disini, setiap bertemu dengan kalimah isim, kita harus sudah mampu mengetahui isim itu
isim apa. Mufrod, Tatsniyah, atau Jama’, Mudzakkar atau Muannats dengan melihat huruf tambahan
yang ada pada akhir isim itu.
C. Isim-isim Yang Lain
Yang dimaksud dengan isim-isim yang lain, yaitu semua kalimah yang meskipun pada kalimah itu
tidak terdapat tanda-tanda isim, akan tetapi kalimah itu termasuk kalimah isim. Ada pun 3 macam
kalimah isim yang termasuk jenis ini, yaitu :
1. Isim Dhomir (kata ganti)
2. Isim Isyaroh (kata tunjuk)
3. Isim Maushul (kata sambung ).
1. Isim Dhomir
Dalam bahasa Indonesia, Isim Dhomir dikenal dengan istilah Kata Ganti. Secara garis besar Isim
dlomir dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Isim Dhomir Munfashil (terpisah dengan kalimah lain)
2. Isim Dhomir Muttashil (terangkai dengan kalimah lain )
Untuk bisa mengetahui dan membedakan kedua isim dhomir itu, marilah kita memperhatikan
beberapa contoh kalimat / kalam di bawah ini :
Aku akan menolong mu = ا َ ْنصركَُ أَنَا
Kamu membawa bukuku = َُي َح َم ْلتَُ ا َ ْنت ُْ ِِكت َاب
Dia sedang membaca buku nya = ِكت َابَهُ يَ ْق َراُ ه َُو
Mereka mengunjungi desa kita = قَ ْر َيتَنَا َيز ْور ْونَُ ه ُْم
Kata-kata yang tercetak miring ( Aku, Kamu ,Dia dan Mereka) pada contoh-contoh di atas,
merupakan contoh-contoh untuk isim dhomir munfashil dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan kata-kata yang dicetak tebal ( mu, ku, nya dan kita ) adalah contoh-contoh untuk isim
dhomir muttashil. Coba amati dan fahami dengan seksama !
Hafalkan isim dhomir dibawah ini dengan baik!
Isim Dhomir Munfashil Isim Dhomir Muttashilnya Arti
هُ ه َُو/ ُِهDia (lk) satu
ه َما ه َما/ ه َماDia (lk) dua
ه ُْم ه ُْم/ ه ُْمDia (lk) banyak
َُ هَا هDia (pr) satu
ِي
ه َما ه َما/ ِه َماDia (pr) dua
َُّ ن ه
ن َُّ ه/ ِنَُّ هDia (pr) banyak
َ
َُ كَُ أ ْنتKamu (lk) satu
ك َما أ َ ْنت َماKamu (lk) dua
ك ُْم أ َ ْنت ُْمKamu (lk) banyak
ُِ كُِ أ َ ْنKamu (pr) satu
ت
ك َما أ َ ْنت َماKamu (pr) dua
َُّ ن أ َ ْنت
ن َُّ كKamu (pr) banyak
َي أنَا ُْ Saya
ُ نَا نَحْ نKita
Perbedaan antara Isim Dhomir Munfashil dan Isim Dhomir Muttashil ialah :
1) Isim Dhomir Munfashil selalu berdiri sendiri, terpisah dari kalimah yang lain. Misal :
= ت ِْلمِ يْذُ أَنَاsaya seorang murid
َُ = م َعلِمُ أ َ ْنتkamu seorang guru
2) Isim Dhomir Muttashil tidak bisa berdiri sendiri, dan harus dirangkai dengan kalimah yang lain.
Misalnya:
َُ = َج ِديْدُ ِكت َابكbukumu baru
ا َ ْع َمالك ُْم لَك ُْمbagimu amalmu =
ا َ ْع َمالنَا َولَنَاdan bagi kami amal kami =
2. Isim Isyaroh
Dalam bahasa Indonesia, isim Isyaroh disebut dengan kata tunjuk. Sesuai dengan namanya, isim ini
digunakan untuk menunjuk suatu benda. Oleh karena itu , kita cukup menghafal dan mengetahui
cara penggunaannya saja.
Adapun isim-isim Isyaroh itu ialah :
َهذَاIni ( untuk isim mufrod mudzakkar )
َه ِذُِهIni ( untuk isim tmufrod muannats )
ُِ َ َهذIni ( untuk isim muannats mudzakkar )
ان
ُِ َهتIni ( untuk isim tatsniyah muannats )
َان
ُِ هَؤآلءmereka ini ( untuk jama’ mudz. /muannats)
َُ ذَلِكItu ( untuk isim mufrod mudzakkar )
َُ ت ِْلكItu ( untuk isim mufrod muannats )
ذَلِك َماItu ( untuk isim tatsniyah mudzakkar )
ت ِْلُك َماItu ( untuk isim tatsniyah muannats )
َُ اولَئِكItu / mereka itu (untuk isim jama’)
هنَاDi sini
َُ هنَاكDi sana.
Keterangan :
1) Isim yang jatuh setelah isim isyaroh dinamakan musyar ilaih ( yang ditunjuk )
2) Antara isim isyaroh dengan musyar ilaih harus bersesuaian dalam hal : Mufrod / Jama’nya, dan
Mudzakkar / Muannatsnya. Apabila musyar ilaihnya isim mufrod mudzakkar, maka isim isyarohnya
harus mufrod mudzakkar. Apabila musyar ilaihnya mufrod muannats, maka isim isyarohnya juga
harus mufrod muannats. Begitulah seterusnya.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini !
Arti Musyar ilaih Isim Isyaroh
ini seorang murid lk2 َُهذَا ت ِْلمِ يْذ
ini seorang murid pr. َُه ِذُِه تلميذَة
ini dua orang murid lk2. ان ُِ َان تلميذ
ُِ ََهذ
ini dua orang murid pr. َان ُِ َان تلميذَت
ُِ هَات
ini banyak murid ُهَؤآلءُِ التَّالَمِ يْذ
Nah, pada contoh-contoh diatas, kita dapat melihat bahwa isim Isyaroh selalu berbeda,
menyesuaikan dengan Musyar ilaih nya. Begitulah untuk seterusnya.
3. Isim Maushul
Dalam bahasa Indonesia Isim Maushul dinamakan kata Sambung. Karena fungsinya menghubungkan
antara isim yang di depannya (‘Aid) dengan isim yang di belakangnya (Shilah). Isim maushul,
diterjemahkan dengan.’.........yang / kang’ atau diterjemah sesuai dengan isim yang sebelumnya.
Contoh:
1- ُللَِِ ا َ ُْل َح ْمد
ُ يُْ ِل َهذَا َه َدانَا الَّ ِذ
ْ ْ )الَّ ِذDzat, ( ) َه َداkang wus mituduhi sopo
1) (ُ )اَل َح ْمدUtawi sekabehe puji, iku( َُِِ )للkagungane Allah,(ُي
dzat, ( )نَاing kita, ( ) ِل َهذَاkanggo iki. (Adapun segala puji adalah bagi Allah, yang telah menunjuki kita,
untuk ini)
2- ُي ه َوللا ُْ إِ َّاله َُو الَإِلَ ُهَ الَّ ِذ
2) (ُ)ه َوUtawi Deweke, iku (ُ )للاAllah. (ُي ْ )الَّ ِذDzat, (َُ )الَإِلَهkang ora ana pangeran, (َُّ )ه َُو اِالkejaba Deweke.
(Dia adalah Allah, dzat yang tiada tuhan selain Dia).
3- ُص ِليْنَُ َويْل َ ن ه ُْم الَّ ِذيْنَُ ل ِْلم ُْ ع
َ ص َالتِ ِه ُْمَ َُساه ْون َ
3) (ُ)ويْلUtawiَ neraka Wail, iku ي
(َُْن ل
ِ َ )ل ِْلمkanggo wong-wong kang padha sholat, (َُ )الَّ ِذيْنhiya wong akeh,
ص
(ُ )ه ْمkang utawi dheweke kabeh, (ُع ْن َ صالَتِ ِه ُْمَ ) saking sholate dheweke kabeh, iku (َُساه ْون َ ) wong-wong
kang padha lalai. (Adapun Neraka Wail adalah untuk orang-orang yang sholat, yang mereka itu dari
sholat mereka adalah orang-orang yang lalai)
Adapaun isim-isim maushul itu ialah :
Isim Maushul A r t i
ُْ اَلَّ ِذuntuk mufrod mudzakkar
ي
ُْ ِ اَلَّتuntuk muf rod muannats
ي
ُِ َ اَلَّذ- ْن
ان ُِ اَلَّذَيuntuk tatsniyah mudzakkar
َّ
ُِ اَلت- ْن
َان ُِ اَلَّتَيuntuk tasniyah muannats
َُ الَّ ِذيْنuntuk jama’ mudzakkar
الآلتِي- ي ُْ ِ اللَّ َواتuntuk jama’ muannats
ُْ َمuntuk semua yang berakal
ن
َماuntuk semua yang tak berakal
Kalimah yang setelah isim maushul (shilah), harus memiliki / menyimpan dhomir yang kembali
kepada kalimah yang sebelum isim maushul (‘Aid). Dan antara isim maushul dengan ‘aid harus saling
bersesuaian / cocok. Misalnya :
ُلِل ا َ ْل َح ْمد ُْ َو ْع َدهُ ا َ ْو َج َدنَا الَّ ِذ
ُِ ِ ي
(ُ )ا َ ْل َح ْمدUtawi puji, iku ( )للkagungane Allah, (ُي ْ )الَّ ِذDzat, (ُ )ا َ ْو َج َدkang wus mujudake sopo Dzat, ( )نَاing
kita, (ُ)و ْع َده َ ing janjine Dzat. (Adapun segala puji itu adalah milik Allah, yang telah mewujudkan
janjiNya kepada kita )
Keterangan :
• Lafadz للاadalah ‘Aid
• Lafadz ي ُْ اَلَّ ِذisim Maushul
• Lafadzُ ا َ ْوج َدadalah Shilah, yang didalamnya tersimpan dhomir yang kembali kepada 'Aid (yaitu )هو
• Lafadzُ هpada lafadz ُ َو ْع َدهadalah dhomir muttashil.
Sampai disini, kita harus sudah mampu :
1) Membedakan kalimah isim dari kalimah-kalimah yang lain.
2) Kita harus sudah bisa membedakan antara Isim mufrod mudzakkar / muannats, isim Tatsniyah
Mudzakkar / muannats, dan antara Isim Jama’ Mudzakkar / muannats / Taksir.
3) Hafal Isim-isim Dhomir, isim-isim Isyaroh, dan juga isim-isim Maushul, dengan baik. Misalnya :
ان مِ نَُ بِاللُِ اَع ْو ُذ ُِ ط َ ش ْي َّ الر ِجي ُِْم ال
َّ
ُب |اَع ْوذ ُِ |ُِانُ| مِ نَُ| للا ِ ش َ
ط ي
ْ َّ الر ِجي ُِْم | ال
َّ
Tarkibnya:
ُ = اَع ْوذFi’il Mudhore’ | = ب ُِ harf jar = ُِ |للاisim mufrod mudzakkar | َُ = مِ نharf jar | ان َ ش ْي
ُِ ط َّ = الisim mufrod
mudzakkar | الر ِجي ُِْم َّ = isim mufrod mudzakkar.
َُّ الديْنَُ ا
ِن ِ اْ ِالسْالمُ للاُِ ِعن َُد
ْ َ
َُّ |الديْنَُ | ا
ِن ِ الس َْالمُ |للاُِ | ِع ْن َُد ُِ ْا
Tarkibnya:
َُّ = اharf | = َُالديْنisim
ِن ِ mufrod mudzakkar | = ِع ْن َُدisim mufrod mudzakkar | ِللا ُ = isim mufrod mudzakkar
ْ
| = ُ ا ِالس َْالمisim mufrod mudzakkar.
َُّ ص َالُة َ ا
ِن َّ ْن ِع َمادُ ال ُِ الدي ِ
َُّ ص َالُة َ |ا
ِن َّ ال |ُاد مَ ِ |ُالدي ِْن
ع ِ
Tarkibnya :
= انharf | = الصالةisim mufrod muannats = | عمادisim mufrod mudzakkar | = الدينisim mufrod
mudzakkar
• Perbanyaklah latihan seperti ini, hingga kamu terbiasa dan faham betul dengan jenis-jenis kalimah
isim.
Kalimah Fi’il ialah kalimah/kata yang artinya menunjuk pada suatu perbuatan. Misalnya : makan,
minum, tidur, menolong, berkata, berjalan, dll. Kalimah Fi’il (kata kerja) terbagi menjadi 3 macam,
yaitu :
1) Fiil Madhi (kata kerja bentuk lampau)
2) Fiil Mudhori’ (kata kerja bentuk sedang / akan)
3) Fiil Amr (kata kerja perintah).
1. FI’IL MADHI (ُاضى ا َ ْل ِف ْعلِ ) اْل َم
(Kata Kerja Bentuk Lampau)
Sebelum mempelajari fi’il madli lebih jauh, kita harus tahu bahwa fi’il madli merupakan asal bagi fi’il
- f'i’il yang lain. Baik fi’il Mudlore’ maupun fi’il Amar, semua terbuat dari fi’il Madhi. Oleh karena itu
penjelasan tentang fi'il madhi harus kita fahami betul.
Fiil Madli ialah kata kerja bentuk lampau, dimana pekerjaannya telah selesai dikerjakan. Itulah
sebabnya fi’il madli diterjemahkan dengan ‘telah......atau ‘wus....... Misalnya :
َُ = ا َ َكtelah makan, ص َُر
ل َ َ = نtelah menolong
ُض َر َ = َحtelah datang, َب َُ = ذَهtelah pergi
A. Ciri-ciri Fi’il Madhi
Fiil Madhi kita bedakan dari fi’il-fi’il yang lain, dengan memperhatikan cirinya, yaitu : ‘mengikuti
salah satu dari wazan-wazan fi’il madli yang telah tertentu’. Wazan-wazan fi’il madhi adakalanya
terdiri dari 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf atau 6 huruf.
Wazan ialah ukuran. Wazan fi’il madli, berarti ‘ukuran untuk fi’il madli’. Artinya, jika suatu kalimah
menyamai salah satu dari wazan fi’il madli itu, berarti kalimah itu ‘fi’il madli’. Atau jika suatu kalimah
dinyatakan sebagai fi’il madli, maka kalimah itu harus mengikuti / menyamai salah satu dari wazan-
wazan fi’il madli itu dalam hal : (1) Jumlah huruf dan (2) Kharokat. Contoh :
• Kalimat ص َُر َ َ نadalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhiُفَعَ َل
• Kalimah َب َُ ا َ ْذهadalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhiُا َ ْفعَ َل
• Kalimah ل َُ َ قَاتadalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhiُع َل َ فَا
• Kalimahَُ ت َ َع َاونadalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhiُع َل َ تَفَا, dst…
B. Wazan-wazan Fi’il Madli
Karena fi'il Madhi itu ada yang terdiri dari 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf dan 6 huruf, maka wazan-
wazannya adalah :
1. Wazan-wazan Fi’il Madhi 3 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
َُ َص َُر فَع
ل َ َ ن, َب َُ َكت, ل َُ َد َخ, َب َُ ذَه
َُ عل َُِم فَ ِع
ل َ , ِب َُ َحس, ل َُ ِعم َ ,ح َُ فَ ِر
َُ َحسنَُ فَع, ضح َُم
ل َ , كَر َُم, ل َُ َجه
2. Wazan-wazan Fi’il Madhi 4 huruf :
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
َُ َسنَُ أ َ ْفع
ل َ ْ أَح, أ َ ْعلَ َُم, أ َ ْدبَ َُر, س َُد َ أ َ ْف, أ َ ْف َر َُد, َُآ َمن
َُ ع
ل َ ل فَا َُ َ قَات, هَا َج َُر, َاو َُر َ ش, َما َُّد, ساقَى َ
َُ َّح فع
ل َ َ
َُ ف َّر, َُعلق َّ َ , كف َُر, ل َّ َ َّ
َُ َوك, َّر َُ يَس, َُبَيَّن
َُ َل فَ ْعل
ل َُ َح ْم َد, ب َُ َ َج ْلب, ل َُ َ َح ْوق, ل َُ َب ْس َم
Fi’il Madhi 4 huruf, adakalanya memang asli terdiri dari 4 huruf. Tapi adakalanya berasal dari fi’il
madhi 3 huruf yang diberi tambahan 1 huruf, sehingga menjadi 4 huruf.
3. Wazan-wazan Fi’il Madhi 5 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
َُ َ إِجْ ت َ َم َُع إِ ْفتَع, َ إِ ْبت َ َدُأ, ب
ل َُ إِ ْقت ََر, إِ ْعت َ َم َُر
َُ َّ ت َ َكلَّ َُم تَفَع, ل
ل َُ ت ََو َّك, ل َُ س َّ ت ََو, َّر َُ تَيَس
َُ ع
ل َ
َ تعَ َاونَُ تفَا, ل َ َ
َُ سائ َ
َ ت, ع َُد َ ت ََوا, تَبَايَ َُع
َُ س َُر ِإ ْنفَ َع
ل َ ِإ ْن َك, ِإ ْنتَفَ َُع, َ ِإ ْن َكفَُأ, ع َُ ص َد َ ُِإ ْن
َُّ إِحْ َم َُّر ِإ ْف َع, صف ََُّر
ل ْ ِإ, ِإ ْس َم َُّر
َُ َب تَفَ ْعل
ل َُ َ ت َ َج ْلب, ج َُ ت َ َدح َْر, َُ ت َ َم ْسكَن, َُطن َ ش ْي َ َت
4. Wazan-wazan Fi’il Madli 6 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
َُ َ إِ ْست َ ْغف ََُر إِ ْست َ ْفع, ص َُر
ل َ إِ ْست َ ْن, ل َُّ إِ ْست َ َح
َُ ع
ل و ع
َ ْ َ ِ ْ ِْحْ
ف إ ى َ ل و َ ل إ
Perhatikan !!
Semua fiil yang mengikuti wazan-wazan fi'il madhi diatas, dalam hal: ‘jumlah huruf dan kharokatnya’,
berarti fi’il madli. Dan fiil yang mengikuti wazan-wazan itu, dinamakan mauzun (yang mengikuti
wazan). Huruf-huruf tambahan yang ada pada mauzun, sama persis dengan huruf-huruf tambahan
yang ada pada wazan, demikian juga letak huruf-huruf tambahan itu. Contoh :
أ َ ْك َر َُمadalah Fi madhi 4 hrf, mengikuti wazan ل َُ َأ َ ْفع
َُ َ قَاتadalah Fi Madhi 4 hrf, mengikuti wazan ل
ل َُ ع َ فَا
س َُر ْ
َ إِن َكadalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan ل َُ َإِ ْنفَع
إِجْ ت َ َم َُعadalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan ل َُ َإِ ْفتَع
ِإحْ َم َُّرadalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan ل َُّ إِ ْف َع
ِإ ْست َ ْغف ََُرadalah Fi Madhi 6 hrf, mengikuti wazan ل َُ إِ ْست َ ْف َع
Begitu seterusnya, pelajarilah dengan seksama, hingga benar-benar faham.
C. Perubahan Fi’il Madhi karena perbedaan pelaku.
Fiil-fi’il Madli mengalami perubahan pada huruf akhirnya dengan adanya huruf-huruf tertentu yang
ditambahkan. Dimana huruf-huruf tambahan itu menunjukkan 'siapa pelaku' dari fi’il madhi itu.
Penjelasan tentang fi’il madli kita cukupkan sampai di sini dulu. Yang penting,
1. Kita kita harus paham dan hafal wazan-wazan fi’il madhi, sehingga kita bisa membedakan fi'il
madhi dari fi'il-fi'il yang lain dengan menggunakan wazan-wazan itu sebagai patokannya.
2. Kita harus hafal dan faham perubahan-perubahan fi'il madhi sesuai dengan dhomir-dhomir
pelakunya, sehingga kita bisa tahu siapa-siapa pelaku dari fi'il madhi itu.
2. FI’IL MUDHORI’
(Kata kerja bentuk sedang / akan)
Yaitu fi’il (kata kerja) untuk suatu pekerjaan yang sedang / akan dikerjakan. Itulah sebabnya fi’il
mudhore’ selalu diterjemah/dibaca dengan “sedang............” atau “akan.............” Misalnya :
َُ يَ ْكتبُ ← َكتsedang menulis ل
َب َُ ي ْدخِ لُ←ا َ ْد َخsedang memasukkan
َ ْ َُ َ يقاتِلُ ← قَاتsedang berperang
َُ يَأكُلُ ← أ َكsedang makan ل
ل
َّ َ قsedang memotong
َ يَ ْق َرأُ ←قَ َرُأsedang membaca ُط َُع ← يقَ ِطع
A. Cara Membuat Fi’il Mudhori’ dari Fi’il Madhi
Yaitu dengan menambahkan salah satu dari huruf-huruf Mudhoro’ah pada permulaan fi’il madhi,
kemudian merubah kharokat bacaannya. Adapun Khuruf Mudhoro’ah itu ialah : Alif, Nun, Yak, dan
Tak ( ا, ن, ي, ) ت. Misalnya :
ص َُر َ َل ← ي ْدخِ لُ َي ْنصرُ ← ن َُ ا َ ْد َخ
َُب ← َي ْكتب َُ ل َكت َُ َ يقاتِلُ ← قَات
ُل ← يَدْخل َُ طعُ َد َخ َ ط َُع ← يَ ْقَ َق
Akan tetapi jika fiil madhinya terdiri dari 3 huruf dan huruf pertamanya berupa Wawu, maka
sebelum ditambahkan huruf mudhoro’ah, wawu tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu, baru
ditambahkan huruf Mudhoro’ah itu. Misalnya :
ع َُد ← يَعِدُ يَقِي ← َوقَي َ َو
َُ صلُ يَ ِجلُ ← َو ِج
ل ِ َل ← ي َُ ص
َ َو
Dan jika fi’il madhinya terdiri dari 4 huruf atau lebih, serta huruf pertamanya berupa Alif , maka
sebelum ditambahkan huruf mudloro’ah, huruf alif tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu, baru
ditambahkan huruf mudloro’ah. Misalnya :
َُ ل ي ْو ِجبُ ← ا َ ْو َج
ب َُ َي ْفعِلُ ← ا َ ْفع
س َُر يَ ْست َ ْغفِرُ ← إِ ْست َ ْغف ََُر
َ يَ ْن َكسِرُ ← إِ ْن َك
Khusus pada fi’il mudhori’ yang berasal dari fi’il madhi 4 huruf, maka huruf Mudhoro’ahnya harus
didhommah, sedangkan pada fi’il-fi’il mudhori’ yang lain, semua huruf mudhoro’ahnya dibaca
fatkhah. Misalnya :
َُ سنَُ يف َِرحُ ← فَ َّر
ح َ ي ْحسِنُ ← أ َ ْح
اجرُ ← هَا َج َُر يزَ كِى← زَ َّكى ِ ي َه
B. Perubahan Fi’il Mudhori’, karena perbedaan Dhomir pelakunya
ُ ه َُو يَ ْكتبDia (lk. 1) sedang menulis
ُِ َ همُا َ يَ ْكتبDia (lk. 2) sedang menulis
ان
َُ ه ُْم يَ ْكتب ْونDia (lk.Banyak) sedang menulis
ُِي ت َ ْكتب َُ هDia (pr. 1) sedang menulis
ُِ ه َما ت َ ْكت َبDia (pr. 2) sedang menulis
ان
َُن يَ ْكتبْن َُّ هDia (pr.Banyak) sedang menulis
ُ أنت ت َ ْكتبKamu (lk. 1) sedang menulis
ُِ َ ا َ ْنت َما ت َ ْكتباKamu (lk. 2) sedang menulis
ن
َُ ا َ ْنت ُْم ت َ ْكتب ْونKamu(lkbanyak)sedang menulis
َُت ت َ ْكت ِبيْن ُِ ا َ ْنKamu (pr. 1) sedang menulis
ُِ َ ا َ ْنت َما ت َ ْكتبKamu (pr. 2) sedang menulis
ان
َُن ت َ ْكتبْن َُّ اَ ْنتKamu(prbanyak)sedang menulis
ُ اَنَا ا َ ْكتبSaya sedang menulis
ُ نَحْ نُ نَ ْكتبKita sedang menulis
Jika kita perhatikan perubahan perubahan fi’il mudlori’ diatas, maka kita menemukan bahwa :
Huruf mudhoro’ah ( )ا, () ن, () ي, atau ( )تyang terletak pada permulaan fi’il, disamping sebagai tanda
fi’il mudhori’, juga sebagai petunjuk ‘siapa’ pelaku dari fi’il mudhori’ itu. (Saya, Kamu, Dia atau Kita).
Sedangkan tambahan huruf pada akhir tiap-tiap fi’il mudlori’ merupakan petunjuk ‘berapa banyak’
pelakunya (satu, dua, atau banyak. Perhatikan daftar perubahan di atas dengan seksama.
2. Fi’il Mudlore’ Mu’tal Alif. Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang huruf terakhirnya berupa Alif ( ) ا.
Misalnya :
= يَ ْخشَىtakut = يَ َرىmelihat
= َي ْر َوىsegar ضى َ = َي ْرmeridhoi
3. Fi’il Mudhore’ Mu’tal Yak. Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang huruf terakhirnya berupa Yak () ي.
Misalnya :
ضى ِ = يَ ْقmenetapkan = يَ ْرمِ يmelempar
= يَ ْن ِوىberniat = يَ ْهدِىmenunjuki
3. Fi’il Mudhore’ Fi’il Lima (5).
Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang pelakunya dhomir:
misalnya : ه َما, ه ُْم, أ َ ْنت َما, أ َ ْنت ُْم, ت ُِ أ َ ْن
Dlomir Fi’il 5
ن ه َما ُِ َيَ ْفعال, انُِ َيَ ْكتب, ان ُِ َ يَض ِْرب, ن ُِ َ يَ ْفت َحا, انُِ ي َع ِل َم, ان
ُِ َيك َِذب
يَ ْفعل ْونَُ ه ُْم, َُيَ ْكتب ْون, َُيَض ِْرب ْون, َُيَ ْفت َح ْون, َُي َعلِم ْون, َُيكَذِب ْون
ن ا َ ْنت َما ُِ َت َ ْفعال, نُِ َ تَ ْفت َحا, ان
ُِ تعَ ِل َم, ان
ُِ َان تك َِذب ُِ َت َ ْكتب, ان
ُِ َتَض ِْرب,
ْ ْ
تَفعل ْونَُ ا َ ْنت ُْم, َُتَكتب ْون, َُتَض ِْرب ْون, ن ْ
ُِ يَفت َح ْو, َُيعَ ِل َم ْون, َُيكَذِب ْون
ُِ تَفع ِليْنَُ ان, َُتَكتبِيْن, َُتَض ِْربِيْن, َُت َ ْفتَحِ يْن, َُتعَلِمِ يْن, َُتك َِذ ِبيْن
ت ْ َ ْ ْ
3. FI’IL AMAR
(Kata Perintah)
Dalam bahasa Indonesia, fi’il Amar dikenal dengan istilah kata perintah . Misalnya :
= تَعَلَّ ُْمSinaua ! / Belajarlah !
= ُْ ا ْكتبNulisa ! / Menulislah !
ْ = إِ ْق َرُأMacaa ! / Bacalah !
Seperti halnya fi’il Mudhore’ itu bentukan dari fi’il madhi, maka fi’il Amarpun juga dibentuk dari fi’il
madhi. Adapun caranya yaitu :
1- الَ َو َما كَانَُ للاُ شَا َُء َما ُ ُن لَ ُْم يَشَاءُْ يَك
|و | كَانَُ | للاُ | شَا َءُ| َما َُ ن | لَ ُْم | يَشَاءُ | ََ ال | َما ُْ يَك
Tarkibnya :
= َماkharf | = شَا َُءfi'il madhi wazannya ل َُ َفَع, | للاُ َ = isim mufrod mudzakkar | َُ = كَانfi'il madhi mengikuti
wazan = فَعَ َلُ| َُوkharf | = َماisim maushul | = الkharf nafi | ُ = يَشَاءfi'il mudhore' shohih akhir | = لَ ُْمkharf
|ن ُْ = يَكfi'il Mudhore' shohih akhir
2- ل َُ للاُِ َرس ْولُ قَا: ن
ُْ ي يف َِق ْههُ َخيْرا بِ ُِه للاُ ي ِر ُِد َم
ُْ ِْن ف ِ ُر ْش َدهُ َوي ْل ِه ْمه
ُِ الدي
َُ | للاُِ| َرس ْولُ |قَا: ن
ل ُْ ب |للاُ| ي ِر ِدُ| َم ُِ |ُْن |فِي |هُ|يف َِق ُْه | َخيْرا | ِه ُِ |الدي
ِ ُ|وَُ هُ|ر ْش َُد | هُ|ي ْل ِه ْم
Tarkibnya :
َُ = قَاfi'il madhi, wazannya (ُ) فَ َع َل, pelakunya dhomir ( = َرس ْولُ | ) ه َُوisim mufrod mudz. | ُِ = للاisim
ل
mufrod mudz. | ن ُْ = َمkharf syarat | = ي ِر ُْدfi'il mudhore' shohih akhir, | ُ = للاisim mufrod mudz | ب ُِ =
kharf jar | = ُِهisim dhomir muttashil | = َخيْراisim mufrod mudz | = يف َِق ُْهfi'il mudhore' shohih akhir | ُه
= isim dhomir muttashil | ي ُْ ِ = فkharf jar | ْن ِ = isim mufrod mudz | = َُوkharf | = ي ْل ِه ُْمfi'il mudhore'
ُِ الدي
shohih akhir | ُ = هisim dhomir muttashil | = ر ْش َُدisim mufrod mudz | ُ = هisim dhomir muttashil.
Catatan :
Apa yang telah kita pelajari dari mulai isim, fi'il dan kharf, maka kalau bisa kita harus hafal. Setidak-
tidaknya kita harus faham betul, sehingga kapan saja kita bertemu maka kita bisa tahu bahwa itu
isim / fi'il / kharf.
I’ROB ( ( اْلعراب
(perubahan pada akhir kalimah)
A. Pengertian I’rob
I’rob ialah perubahan pada tiap-tiap akhir kalimah. Perubahan-perubahan itu dikarenakan adanya
perbedaan ‘amil (penyebab), yang masuk pada kalimah-kalimah itu. Jika suatu kalimah dimasuki
‘amil Rafi’, maka kalimah itu harus beri’rab rafa’. Dan jika yang masuk adalah ‘amil Nashib, maka
kalimah itu harus beri’rab nashab. Demikian pula jika yang masuk adalah ‘amil Jar, maka kalimah
itupun harus beri’rab jar. Begitu seterusnya.
Contoh Keterangan
زَ يْدُ َجا َُءhuruf دpada ُ زَ يْدdi dzommah
ُ بِزَ يْدُ َم َر ْرتhuruf دpada ُ زَ يْدdikasroh
ُ زَ يْدا َراَيْتhuruf دpada ُ زَ يْدdifatkhah
ان َجا َُءُِ َان ت ِْلمِ ْيذُِ َ ت ِْلمِ ْيذdengan alif ( ) اsetelah َت ِْلمِ ي ُذ
ُْن َم َر ْرت ُِ ْن بِت ِْلمِ ْيذَي
ُِ ت ِْلمِ ْي َذيdengan Yak ( )يsetelah َتلمي ُذ
ُ ت ِْلمِ ْي ِذيْنَُ ت ِْلمِ ْي ِذيْنَُ َراَيْتdengan Yak ( )يsetelah تلمي ُِذ
B. Pembagian I’rob
I’rob dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1) I’rob Rafa’ ( ُالر ْفع َّ )
2) I’rob Nashab ( ُصب ْ َ) الن
3) I’rob Jar ( ) ال َج ُُّر
4) I’rob Jazm ( ُ) ال َج ْزم
I’rob Rafa’ dan I’rob Nasab bisa terdapat pada Isim dan Fi’il, I’rob Jar khusus hanya pada Isim, dan
I’rob Jazm khusus pada Fi’il. Jadi , Isim tidak memiliki I’rob Jazm dan Fi’il tidak memiliki I’rob Jar.
C. Tanda-tanda I’rob ( ُعالَ َمات ُِ ) اْلْ َِع َْرا
َ ب
Masing-masing I’rob memiliki ‘tanda-tanda’ yang telah tertentu, dan tanda-tanda itu digunakan pada
‘tempat-tempat’ yang telah tertentu pula. Penjelasan tentang I’rob ini agak rumit, sehingga butuh
kehati-hatian dan perhatian yang ekstra. Karena bab I’rob ini bab yang sangat penting dan mutlak
digunakan pada setiap saat.
(1). I'rob Rafa'
I’rob Rafa’ memiliki 4 tanda, yaitu :
(1) Dzommah (2) Alif (3) Wawu (4) Tetepe huruf Nun
Keterangan :
1 . Dhommah ( _ َ_ /_َ _ _ )
Menjadi tanda untuk I’rob Rafa’ pada 4 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Mufrod, baik mudzakkar maupun Muannats.
Mis. : ُ الت ِْلمِ يْذ, ُالَت ِْلمِ ْيذَة
2. Pada Isim Jama’ Taksir. Misal : ُ ا َ ْلكتب, ُاْل ْش َجار
3. Pada Isim Jama’ Muannats. Misal : ُصا ِل َحات َ ال, ُالقَانِت َات
4. Pada Fi’il Mudhori’ Shohih Akhir. Misal : ُيَ ْكتب, ُيَدْخل
Jadi, pada 4 tempat di atas, apabila i’robnya rafa’ maka tanda rafa’nya dengan dhommah. Atau
apabila salah satu dari ke 4 tempat di atas berkharokat dzommah, berarti i’robnya mesti rafa’.
2. Alif ( ) ا
Menjadi tanda I’rob Rafa’ hanya pada Isim Tatsniyah saja.
Misalnya : َان ُِ ا َ ْلمؤْ مِ ن, َان
ُِ ا َ ْلمؤْ مِ نَت
المؤمسلمان, المسلمتان
3. Wawu ( ) و
Menjadi tanda untuk I’rob Rafa’ pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Jama’ Mudzakkar. Misal : َُ المؤمن ْون, َُالمسلِم ْون
2. Pada Isim 5 (lima) . Misal :َُ اَب ْوه َري َْرة, ُم ْ اَخ
ُِ والم ْس ِل
Adapun Isim 5 ( lima) itu ialah : ُ اَب, ُ اَخ, ُ َحم, ُ ف, ُذ
Catatan :
Apabila isim 5 telah diberi tanda i’rob, maka ia tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus dirangkai
dengan isim yang lain. Misalnya :
ك ْمُ|اَب ُْو, ه ْمُ|اَخ ُْو, نَا| َح ُّم ُْو, ُو
ُْ كَُ|ف,النُّ ْو َري ِْنُ|ذو
4. Tetepe huruf Nun ( َُ ) نatau huruf ‘Nun yang tetap ada',
Menjadi tanda untuk i’rob
rafa’ pada Fi’il 5 (lima).
Misalnya : ان ُِ َيَ ْكتب, َُيَ ْكتب ْون, انُِ َت َ ْكتب, َُت َ ْكتب ْون, َُت َ ْكتبِيْن
Kapan Isim Harus Beri'rob Rafa' ?
Isim harus beri'rob rafa' apabila :
1. Menjadi Mubtada (subyek)
2. Menjadi Khobar (predikat)
3. Menjadi Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
4. Menjadi Fa'il (pelaku fi'il)
5. Menjadi Naib Fa'il (pengganti Fa'il)
2. I’rob Nashab
I’rob Nashab memiliki 5 tanda, yaitu :
(1) Fatkhah , (2) Alif , (3) Kasroh , (4) Yak , dan
(5) Membuang huruf Nun
Keterangan :
1. Fatkhah ( __ََ _/_َ_ )
Menjadi tanda bagi I’rob Nashab pada 3 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Mufrod. Misal : َ الت ِْلمِ ْي ُذ, َ التلميذُة
2. Pada Isim Jama’ Taksir. Misal : ب َُ االَ ْش َج
َُ الكت, ار
3. Pada Fi’il Mudlori’ Shohih Akhir. Misal : ل َُ يفع, ب َُ يضر
ِ
2. Alif ( ) ا
Menjadi tanda I’rob Nashab hanya pada Isim 5 saja.
Misalnya : بَ ْكرُ اَبَا, َمالُ ذَا, ُ فَاه, ك ُْم َح َّما, كَُ اَخَا
3. Kasroh ( َِ )
Menjadi tanda bagi i’rob nashab pada 1(satu) tempat saja, yaitu pada : Isim Jama’ Muannats.
Misalnya : ُا َ ْلم ْس ِل َمات, ت ُِ المؤمنا,ُت ِ صا ِل َحا
َّ ال
4. Yak ( ) ي
Menjadi tanda bagi i’rob nashab pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Tatsniyah. Misal :ُ ا َ ْلم ْس ِل َمي ِْن, ْن ُِ ا َ ُْلم ْس ِل َمتَي
2. Pada Isim Jama’ Mudzakkar. Misal :َُ المسلمِ يْن, َُالمؤمِ نِيْن
5. Membuang Nun
Menjadi tanda untuk I’rob Nashab pada Fi’il 5 saja. Misal :
ُِ َ يَ ْفعال- ن
ن ُ يَ ْفع, َُ يَ ْفعل ْون- ن
ُْ َالَ ل ُْ َ يَ ْفعل ْوا ا
ُِ َ َي ْفعال- ن
ن ُ ت َ ْفع, َُ ت َ ْفعُل ْون- ن
ُْ َالَ ل ُْ َ ت َ ْفعل ْوا ا
َُ ت َ ْفع ِليْن- ن ُْ ت َ ْفعل
ُْ َِي ل
Kapankah Isim Harus Beri’rob Nashab ?
Isim harus beri’rob Nashab apabila menjadi :
1. Maf’ul Bih (obyek penderita / yang dikenai pekerjaan)
2. Shifat dari Maushuf yang beri’rob Nashab
3. Maf’ul liajlih (sebab / karena)
4. Isimnya إنatau saudara-saudaranya
5. Khobarnya كانatau saudara-saudaranya
6. Khal (yang menjelaskan keadaan)
7. Maful Muthlaq/Mashdar (yang menjelaskan keadaan fi’il)
8. Tamyiz (yang menjelaskan dzat/jenis yang masih samar)
9. Maf’ul Fih/Dzorof (yang menjelaskan tempat/zaman)
10. Munada Idhofah (mudhof dan mudhof ilaih yang jatuh setelah harf Nida)
11. Mustatsna bi illa
12. Maf’ul Ma’ah.
3. I’rob Jar
I’rob Jar memiliki 3 tanda, yaitu :
(1) Kasroh, (2) Fatkhah, (3) Yak
Keterangan :
1. Kasroh ( --َِ-- )
menjadi tanda bagi I’rob Jar pada 3 tempat, yaitu :
1) Pada Isim Mufrod. Misal : التلمي ُِذ, ُِالتلميذَة
2) Pada Isim Jama’ Taksir. Misal : ب ُِ الكت, ارُِ ا َ ْالَ ْش َج
3) Pada Isim Jama’ Muannats.
Misal : ت ُِ المسلما, ت ُِ المؤمنا,ُت ِ الصالحا
2. Fatkhah ( )
Menjadi tanda bagi I’rob jar pada satu tempat saja, yaitu :
pada Isim Ghoiru Munshorif
Misalnya : بِ َد َرا ِهي َُْم, ْر
َُ بِ َدنَانِي, ي
ُْ ِاج َُد ف
ِ س َ َم
(Penjelasan lebih lanjut tentang Isim Ghoiru Munshorif, nanti menyusul, sambil berjalan)
3. Yak ( ) ى
Menjadi tanda bagi I’rob Jar pada 3 tempat, yaitu :
1) Pada Isim Tatsniyah. Misal : ْن ُِ اَلجْ ا َ ِهلَي
ُِ الم ْس ِل َمي, ْن
2) Pada Isim Jama’ Mudzakkar. Misal : َُالم ْسلِمِ يْن, َُا َ ْل َجا ِه ِليْن
3) Pada Isim Lima. Misalnya : ي ُْ ِبَ ْكرُ اَب, َُاَخِ يْك, ي ُْ َمالُ ِذ
Kapankah isim itu harus beri'rob Jar ?
Isim harus beri'rob Jar apabila :
1. didahului oleh salah satu harf Jar
2. Menjadi Mudhof ilah
3. Tawabi' (isim-isim yang i'robnya mengikuti isim-isim yang sebelumnya).
TABEL I’ROB
Nama Isim Rafa’ Nashab Jar Jazm
Isim Mufrod Mudz dhommah fatkhah kasroh -
contohnya َُاب ا َ ْل ِكت َاب َُ ب ا َ ْل ِكت ُِ ا َ ْل ِكت َا
IsimTats. Mudz. alif yak yak -
ُِ َْن ا َ ْل ِكت َاب
contohnya ان ُِ ْن ا َ ْل ِكت َابَي ُِ ا َ ْل ِكت َا َبي
Isim Jama’ Mudz wawu yak yak -
contohnya َُا َ ْل ِكت َابِيْنَُ ا َ ْل ِكت َابِيْنَُ ا َ ْل ِكت َاب ْون
Isim mufrod muanats dhommah fatkhah kasroh -
contohnya ُا َ ْل ِكت َا َب ُِة ا َ ْل ِكت َا َب ُةَ ا َ ْل ِكت َا َبة
Isim Tats Muanats alif yak yak -
ُِ ْن ا َ ْل ِكت َابَت
contohnya َان ُِ ْن ا َ ْل ِكت َابَتَي ُِ ا َ ْل ِكتَابَتَي
Isim Jama’ Muannats dhommah kasroh kasroh -
contohnya ُت ا َ ْلم ْس ِل َمات ُِ ت ا َ ْلم ْس ِل َما ُِ ا َ ْلم ْس ِل َما-
Isim Jama’ Taksir dhommah fatkhah kasroh -
contohnya ُب ا َ ْلكتب َُ ب ا َ ْلكت ُِ ا َ ْلكت
Isim 5 wawu alif yak -
contohnya ُي ا َ َبا َب ْكرُ اَب ْو َب ْكر ُْ َب ْكرُ اَب
Fi’il Mudhore’ shohir dhommah fatkhah - sukun
contohnya ُن يَ ْنصر ُْ َ يَ ْنص ُْر لَ ُْم يَ ْنص َُر ا
Fi’il Mudhore’Mu’tal Alif dhommah muqoddar fatkhah muqodar - membuang alif
contohnya ضى َ ن يَ ْر ُْ َ ضى ا َ ُر ْ َض ي َُ لَ ُْم يَ ْر
Fi’il Mudhore’ Mu’tal Wawi dhommah muqoddar fatkhah dzohir - membuang wawu
contohnya ن يَ ْغز َُو يَ ْغز ُْو ُْ َ لَ ُْم يَ ْغزُ ا
Fi’il Mudhore’ Mu’tal Yak-i dhommah muqoddar fatkhah dzohir - membuang yak
contohnya ى يَ ْرمِ ى َُ ِن يَ ْرم ُْ َ لَ ُْم يَ ْر ُِم ا
Fi’il 5 tetepe huruf nun membuang nun - membuang nun
contohnya َُن َي ْكتب ْونُْ َ َي ْكتب ْوا لَ ُْم َي ْكتب ْوا ا
I'ROB FI'IL
Sebelum kita membicarakan I'rob-irob Isim, perlu kita lebih dulu membicarakan I'rob Fi'il, karena
pembicaraan I'rob fi'il lebih sedikit dan tak kalah penting untuk kita bicarakan agar ketika kita
praktek membaca, kita bisa menyebutkannya.
2. Mabni Dhommah
Fi'il Madhi wajib mabni dhommah ( huruf terakhirnya wajib dikharokati dhommah) apabila bertemu
dengan Wawu Jama' (ُ)و ْ Yaitu wawu yang menunjukkan bahwa pelaku fi'il itu, jumlahnya banyak
Misalnya :
َ َ ن, خ ََرج ْوا, ا َ ْخ َرج ْوا, قَات َل ْوا, اِ ْست َ ْغفَر ْوا, تَعَ َاون ْوا
َكت َب ْوا, صر ْوا
3. Mabni Sukun
Fi'il Madhi wajib mabni Sukun ( huruf terakhirnya wajib dikharokati sukun ) apabila bertemu dengan
Tak Fa'il (ت َما, ََُِ َ ت, ن َُّ ) ت ُْم ت, Nun Fa'il ( ) نَا, dan Nun Niswah ( َُ) ن
Misalnya :
َُ َكتَبْت, ت
ُِ َكت َ ْب, , َكتَبْت َما, َكتَبْت ُْم, ن َُّ َكتَبْت, ُ َكتَبْت, َكت َ ْبنَا, ََُكتَبْن
َ َكت: adalah fi'il madhi mabni fatkhah, karena tidak bertemu dengan Wawu Jama', Tak Fa'il, Nun Fa'il,
َُب
dan Nun Niswah.
َكت َب ْوا: adalah fi'il-fi'il madhi mabni dhommah, karena bertemu dengan Wawu Jama'
َُ َكتَبْت: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Tak Fa'il.
َكت َُْبنَا: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Fa'il.
َُ َكتَبْن: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Niswah.
تَدْخل ْوا َحتَّى: adalah fi'il mudhori' Fi'il 5, i'robnya nashab karena didahului oleh 'amil nashib () َحتَّى, tanda
nashabnya dengan membuang huruf Nun
Keterangan :
Apabila fi'il Mudhore' kemasukan 'Amil Nashib, maka I'robnya wajib nashab. Adapun tanda
nashabnya, tergantung dengan fi'il Mudhore'nya.
* Apabila fi'il Mudhore'nya Shohih Akhir, maka tanda Nashabnya dengan fatkhah dhohir (tampak) .
* Apabila fi'il Mudhore'nya Mu'tal Akhir, maka tanda Nashabnya dengan fatkhah muqoddar (fatkhah
yang hanya dikira-kirakan / tidak tampak. Kecuali fi'il Mudhore' Mu'tal Yak, maka tanda nashabnya
dengan fatkhah dhohir (tampak)
* Apabila fi'il Mudhore'nya Fi'il 5, maka tanda Nashabnya dengan membuang huruf Nun.
Keterangan :
Apabila fi'il Mudhore' kemasukan 'Amil Jazim, maka I'robnya wajib Jazm. Adapun tanda Jazmnya,
tergantung dengan fi'il Mudhore'nya.
* Apabila fi'il Mudhore'nya Shohih Akhir, maka tanda Jazmnya dengan Sukun (tampak) .
* Apabila fi'il Mudhore'nya Mu'tal Akhir, maka tanda Jazmnya dengan 'membuang huruf 'illahnya'
* Apabila fi'il Mudhore'nya Fi'il 5, maka tanda Jazmnya dengan membuang huruf Nun.
Misalnya :
_______________
Nahwu dasar untuk pemula, ditulis oleh : M. Katib Masyhudi, pengasuh Pondok Pesantren Fadlun
Minalloh Wonokromo 1, Pleret, Bantul, Yogyakarta.
====================
LANGKAH KE DUA
MENYUSUN BAHAN
(ISIM, FI'IL, DAN KHARF YANG TELAH KITA PELAJARI KITA SUSUN AGAR MENJADI JUMLAH YANG
SEMPURNA)
Semata-mata karena idzin dan pertolonganNya, kami tuliskan di dalam buku ini cara yang Insya Alloh
sangat memudahkan bagi siapa saja yang ingin belajar ilmu Nahwu agar bisa membaca Kitab Gundul
ataupun teks-teks berbahasa Arab lainnya.
Semoga buku ini menjadi bagian dari amal jariyah kami, dan memberikan kemudahan serta manfaat
yang besar bagi santri-santri yang tengah berjuang menuntut ilmu, khususnya di Pondok Pesantren
Fadlun min Alloh dan semua santri yang ingin bisa membaca kitab gundul pada umumnya.
Harapan saya, buku ini juga menjadi sebab Allah SWT melimpahkan karuniaNya kepada istri tercinta
saya Nur Nadhifah, anak-anak saya yang terkasih dan tersayang Ahmad Faiz Abiyoso, Naila Rahmatus
Saniyah dan Ahmad Faishol Abimanyu, sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang shalih dan
shalihah, berilmu dan beramal, gigih dan tabah dalam menjalani hidup di dunia ini untuk Allah dan
Rasulnya. Amin.
Susunan kalimah yang membentuk jumlah / kalam, pada dasarnya hanya ada dua :
1. Jumlah Ismiyah (jumlah yang diawali dengan Isim). Jumlah ini tersusun atas : Mubtada' + Khobar
2. Jumlah Fi'liyah (jumlah yang diawali dengan Fi'il). Jumlah ini tersusun atas : Fi'il + Fa'il.
Namun, adakalanya tersusun beberapa kalimah, akan tetapi tidak termasuk jumlah / kalam, karena
susunan kalimah tersebut tidak menghasilkan pengertian yang sempurna. Susunan kalimah seperti
ini ada 3 yaitu :
1. Mudhof dan mudhof ilaih (ialah 2 isim atau lebih, yang dirangkai menjadi satu, sehingga menjadi
satu rangkaian dan satu pengertian). Misalnya :
ُ = للاُِ َرس ْولutusan Allah
ُللاِ بَيْت ُ = rumah Alloh
ُِ = َبابُ ْالوض ْوءُِ ا َ ْركbab rukun-rukun wudhu
َان
2. Jar dan Majrur (ialah kharf jar dan isim sesudahnya yang dijarkan. keduanya menjadi satu
rangkaian yang tak bisa dipisahkan).
Misalnya :
س ُِة فِي َ = ْال َمد َْرdi sekolahan
َُ = ْال َم َّك ُِة اِلَي ْال َم ِد ْينَ ُِة مِ نdari Madinah ke Makkah
3. Shifat Maushuf (sifat dan yang disifati) biasa juga disebut dengan Na'at dan Man'ut.
Misalnya :
ُ َ ُ = ْال َعظِ يْمAllah yang maha besar
للا
ُِمن للا
ُِ ْالرح َّ الرحِ ي ُِْم
َّ = Allah yang pengasih dan penyayang
Susunan-susunan kalimah di atas belum merupakan jumlah / kalam, karena belum nemberikan
pengertian yang sempurna.
BAB ISIM-ISIM YANG HARUS DIRAFA'KAN
Mubtada (subyek)
Khobar (predikat)
Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
Fa'il (pelaku fi'il)
Naib Fa'il (pengganti Fa'il)
1. Khobar Mufrod
Ialah khobar yang hanya terdiri dari 'satu kalimah isim' walaupun 'satu kalimah isim' itu, berupa isim
mufrod, atau isim tatsniyah, atau isim jama'.
Contoh :
ُ زَ يْدUtawi Zaid, iku ُ ت ِْلمِ يْذmurid lanang siji ُت ِْلمِ يْذُ زَ يْد
Adapun Zaid, adalah seorang murid lk 2
فَطِ ْي َم ُةUtawi Fathimah, iku ُ ت ِْل ِم ْيذَةmurid wadon siji ُت ِْلمِ ْيذَةُ فَطِ ْي َمة
(Adapun Fathimah , adalah seorang murid (pr)
َُ زَ يْد ْونUtawi Zaid akeh, iku َُ ت ِْلمِ يْذ ْونmurid-murid kabeh َُت ِْلمِ يْذ ْونَُ زَ يْد ْون
(Adapun Banyak Zaid itu, adalah murid)
ُ ا َ ْلم َع ِل َماتUtawi guru wadon akeh, iku ُعا ِل َماتَ wong-wong kang pada pinter ُعا ِل َماتُ ا َ ْلم َع ِل َمات
َ
(Adapun Guru-guru (pr) itu, adalah orang-orang yang pandai)
Ta'rib :
ُ = زَ يْدisim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda rafa'nya dengan
dhommah.
ُ = ت ِْلمِ يْذisim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi khobar, tanda rafa'nya dengan
dhommah.
َُ = فَطِ ْي َمةisim mufrod muannats, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda rafa'nya dengan
dhommah.
ُ = ت ِْلمِ ْيذَةisim mufrod muannats, I'robnya rafa' karena menjadi khobar, tanda rafa'nya dengan
dhommah.
Catatan untuk diingat :1. Kalau ada isim di permulaan jumlah, berarti itu Mubtada'. Berarti di situ
mesti ada khobarnya. Kalau mubtada sudah ditemukan khobarnya, maka harus sudah mahamke.
Kalau belum mahamke, berarti khobarnya belum pas.
2. Mubtada' dan khobar harus beri'rob Rafa'. Kecuali apabila khobarnya berupa jar-majrur atau fi'il,
maka tidak harus rafa', akan tetapi mengikuti aturan I'robnya sendiri. Sedangkan rafa'nya khobar
hanya mahal (menempati) saja.
Misalnya :
ُن زَ يْد َُ ْال ُِكت, َُّار فِي زَ يْد
ُْ ََاب يَ ْق َر َُء ل ُِ الد,
2. Khobar Jumlah Ismiyah.
Ialah khobar yang berupa jumlah ismiyah (mubtada + khobar) atau jumlah ismiyah yang menjadi
khobar dari suatu mubtada'. Contoh :
ُ زَ يْدutawi Zaid, iku ُ اَب ْوهutawi bapake Zaid, iku ُ م َعلِمguru ُم َعلِمُ اَب ْوهُ زَُيْد
(Adapun Zaid, bapaknya adalah seorang guru)
فَطِ ْي َم ُةutawi Fathimah, iku ا ُّم َهاutawi ibune Fathimah, iku ُ معَ ِل َمةguru ُمعَ ِل َمةُ ا ُّم َها فَطِ ْي َمة
(Adapun Fathimah itu, ibunya adalah seorang guru)
فَطِ ْي َم ُةutawi Fathimah, زلَ ْي َحةُ َُوlan utawi Zulaikhah, iku ار َيته َما
ِ َجutawi pelayane, iku ُ ذَا ِه َبةlunga. َُُو فَطِ ْي َمة
ُاريَته َما زلَ ْي َحة
ِ ذَا ِهبَةُ َج
(Adapun Fathimah dan Zulaihah itu, pelayan wanitanya pergi)
Ta'ribnya :
• Ladadz ُ زَ يْدadalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa', karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya
dhommah.
• Lafadz ُ اَب ْوهterdiri dari ( اَب ُْوisim 5) dan ُ( هisim dhomir muttashil). Jadi, lafadz ُ اَب ْوهadalah mudhof dan
mudhof ilaih.
Lafadz ( اَب ُْوisim 5) adalah mudhof nya, beri'rob rafa' karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya huruf و,
Sedangkan dlomir muttashil ( ُ ) هadalah mudhof ilaih, i’robnya jar, tanda jarnya mabni, karena isim
dhomir.
• Lafadz ُ معَلِمadalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa',
karena menjadi khobarnya lafadz ُ اَب ْوهJadi, susunan lafadz ُ م َعلِمُ اَب ْوهadalah mubtada dan khobar (
jumlah ismiyah ), yang di sini menduduki jabatan khobar dari lafadz ُ زَ يْدyang menjadi mubtada’ awal.
• Lafadz ُ فَطِ ْي َمةadalah isim mufrod muanats, beri'rob rafa' karena menjadi mubtada’, tanda rafa’nya
dhommah. Sedangkan susunan معَ ِل َمةُ ا ُّم َهاadalah jumlah ismiyah yang menjadi khobarnya ُفَطِ ْي َمة
Lafadz ( ا ُّم َهاterdiri dari = ا ُُّمmudhof, dan = هَاmudhof ilaih) adalah mubtada’. Dan lafadz معلمةadalah
isim mufrod muannats, beri’rob rafa’ karena menjadi khobarnya أمها, tanda rafa’nya dhommah.
• Lafadz زليحة و فطيمة, masing-masing adalah isim mufrod muannats yang beri’rob rafa’, karena
menjadi mubtada’, tanda rafa’nya dengan dhommah.
Sedangkan lafadz ذاهبة جاريتهماterdiri dari ( جاريتهماadalah mubtada', dan ذاهبةadalah khobar) adalah
jumlah ismiyah yang menjadi khobar dari lafadz زليحة و فطيمة.
• Lafadz جاريته َماadalah susunan mudhof dan mudhof ilaih, terdiri dari =جاريةmudhof, dan = هما
mudhof ilaih
Lafadz جاريةadalah isim mufrod muannats, beri’rob rafa’ karena menjadi mubtada’, tanda rafa’nya
dengan dhommah.
Dan lafadz هماadalah isim dhomir muttashil, i’robnya jar karena menjadi mudhof ilaih, tandanya
mabni karena isim dhomir.
3. Khobar 'Jumlah Fi'liyah'
Yaitu khobar yang terbentuk dari Jumlah Fi'liyah, atau Jumlah Fi'liyah yang menjadi khobar. Jadi,
khobar jumlah fi’liyah itu mesti minimal terdiri dari fi’il dan fa’il. Contoh :
(ُ)ه ْمUtawi deweke kabeh, iku (َُ ) َي ْق َرئ ْونlagi maca sapa deweke kabeh (ُسه ْم َ ) َد ْرing pelajarane deweke
kabeh (Adapun mereka, adalah sedang membaca pelajaran mereka) سه ُْم َي ْق َرئ ْونَُ ه ُْم َ َد ْر
• Lafadz ُ زيدadalah isim mufrod mudz, i'robnya rafa' karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya dengan
dhommah.
• Lafadz ُ يَ ْكتبadalah fi'il mudhore' shohih akhir. Fa'ilnya, dhomir )زَ يْدُ( ه َُوyang tersimpan didalam fi’il
itu.
• Lafad الدرس
َُ adalah isim mufrod mudz. i'robnya nashab karena menjadi maf'ul bih dari ُ يَ ْكتبtanda
nashabnya dengan fatkhah.
• Rangkaian ُس يكتب َُ الد َّْرadalah jumlah Fi'liyah ( karena terdiri dari : Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih, yang disini
menduduki posisi Khobar dari lafadz ُزَ يْد
• Jadi, lafad ُ زيدadalah Mubtada, yang khobarnya berupa khobar jumlah fi'liyah.
4. Khobar Jar - Majrur.
Yaitu khobar yang terbentuk dari 'jar - majrur'. Atau rangkaian jar-majrur yang menduduki posisi
khobar. Jar-majrur ialah, istilah untuk 'kharf jar dan isim dibelakangnya yang dijarkan'. Contoh :
ُ زَ يْدUtawi Zaid, iku ى ُْ َّار ِف
ُِ الدana ing ngomah (Adapun Zaid adalah berada di rumah) ُى زَ يْد ُْ َّار ِف
ُِ الد
Keterangan :
• Lafadz ُ زيدadalah isim mufrod mudzakkar, beri'rob rafa' karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya
dhommah.
• Lafadz ى ُْ ِفadalah kharf jar
• dan Lafadz الدار ُِ adalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya jar karena didahului oleh kharf jar, tanda
jarnya kasroh karena isim mufrod..
• Rangkaian َّار فِى ُِ ( الدdinamakan Jar-Majrur) , menduduki I'rob rafa' karena menjadi khobar.
• Jadi lafadz َُّار فِى زيد ُِ الدadalah Jumlah Ismiyah, yang khobarnya berupa Jar-majrur (khobar jar-majrur)
التَّالَمِ ي ُْذUtawi murid-murid, iku ستِ ِه ُْم فِي َ َمد َْرingdalem sekolahane deweke kabeh. (Murid-murid berada di
sekolahan mereka). ُستِ ِه ُْم فِي التَّالَمِ يْذ َ َمد َْر
5. Khobar Mudhof dan Mudhof ilaih.
Yaitu khobar yang berupa mudhof dan mudhof ilaih. Mudhof dan mudhof ilaih ialah 2 isim atau lebih
yang dirangkai menjadi satu, sehingga membentuk satu pengertian, dan menduduki satu jabatan.
Contoh :
ُ ا َ ْل ِكت َابUtawi kitab, iku َُ ِع ْن َدكana ingdalem sandingira (Adapun Kitab itu, adalah berada di dekatmu)
ُِع ْن َدكَُ ا َ ْل ِكت َاب
Ta'ribnya :
• Lafadz ُ الكتابadalah isim mufrod mudz., beri'rob rafa' karena sebagai mubtada, tanda rafa'nya
dhommah.
• Lafadz عندكterdiri dari lafadz عندdan كyang dirangkai menjadi satu sehingga menjadi satu
pengertian, dan menduduki satu jabatan. Rangkaian seperti ini dinamakan 'mudhof dan mudhof
ilaih'.Lafadz =عندisim dzorof, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada' tandanya mabni fatkhah. dia
sebagai mudhof. Lafadz = كisim dhomir muttashil, I'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda jarnya
mabni.
• Jadi, ُعندك الكتابadalah jumlah ismiyah, yang khobarnya berupa mudhof dan mudhof ilaih, yaitu عندك
Catatan untuk diingat :
1. Khobar bisa berupa : isim, fi'il, jar-majrur, ataupun mudhof dan mudhof ilaih, bahkan bisa berupa
jumlah. Yang penting menerangkan mubtada, dan cocok dibaca dengan iku / adalah.
2. Di dalam jumlah, khobar tidak mesti jatuh setelah mubtada' langsung, tetapi kadang terpisah oleh
jar-majrur atau kalimah lain sehingga khbarnya ada jauh di belakang. Bahkan dalam hal-hal tertentu,
khobar harus didahulukan dari mubtadanya.
3. Khobar harus beri'rob rafa', itu apabila khobar mufrod. Adapun selain khobar mufrod, rafa'nya
hanya makhal saja
Di bawah ini contoh jumlah fi'liyah yang fi'ilnya muta'addi (membutuhkan obyek / yang dikenai
pekerjaan), sehingga susunannya cukup dengan : Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih
ُِ َ الت ِْلمِ ْيذmurid loro, س
َ قَ َرُاWus maca, sopo ان ُِ َس الت ِْلمِ ْيذ
َُ الد َّْرing pelajaran َ ان قَ َرُا َُ الد َّْر
Dua murid (lk) telah membaca pelajaran
َي ْق َرُأLagi maca, sopo َُ ْالم َد ِرس ْونguru-guru, َ ْال َم َجلَّ ُةing majalah ُْال َم َجلَّ ُةَ ْالم َد ِرس ْونَُ َي ْق َرأ
Guru-guru (lk) sedang membaca majalah
Keterangan : َ قَ َرُاdan ُ َي ْق َرء adalah fi'il madhi dan fi'il mudhore', fi'il Muta'addi (butuh obyek / maf'ul
bih)
Ta'rib :
• Lafadz ُ فَطِ ْي َمةadalah isim mufrod muannats, i’robnya rafa, karena menjadi fa’il dari fi’il ى ُْ ت َ ْب ِكtanda
rafa’nya dommah, karena ia isim mufrod.
• Lafadz سن ْوسِى َ adalah isim mufrod mudzakkar. I’robnya rafa’, karena menjadi fa’il dari fi’il ُيَ ْم َرض
Tanda rafa’nya dhommah muqoddar (dhommah yang disembunyikan ), karena ia isim manqush (isim
yang berakhir dengan huruf Yak)
ِ َ اَلت ِْلمِ ْيذ, adalah isim tatsniyah mudzakkar, i’robnya rafa’, karena menjadi fail dari fi’il َ قَ َرُا
• Lafadzُان
tanda rafa’nya alif, karena isim tatsniyah.
Dan begitu untuk seterusnya, silahkan anda mencobanya.
ت َ ْق َرُاLagi maca, sopo ُ ْالم ْس ِل َماتwong-wong Islam(pr), َُ ْالق ْرآنing Al Qur’an ُْالق ْرآنَُ ْالم ْس ِل َماتُ ت َ ْق َرا
Orang-orang Islam (pr) sedang membaca Al Qur’an
3) Adakalanya fa’il berupa jumlah. Contoh :
ُ َي ِجبwajib, علَيْك ُْم
َ ingatase sira kabeh, apa ن ُْ َ ت َ ِب ُّر ْوا اbekti sapa sira kabeh, َوا ِل َديْك ُْمing wong tuwa loroira
kabeh ُعلَيْك ُْم َي ِجب ُْ َ َوا ِل َديْك ُْم ت َ ِب ُّر ْوا ا
َ ن
Wajib atas kamu semua, berbakti kepada kedua orang tuamu
ُ ت َ ْذهَب ْونَُ \ ذَ َهبْت ْمwus berangkat / lagi berangkat sapa sira kabeh, ستِك ُْم اِلَي
َ َمد َْرmaring sekolahanira kabeh,
صبَاحا ْ َ
َ ingdalem wektu esuk ستِك ُْم اِلي تَذهَب ْونَُ \ ذَ َهبْت ُْم
َ صبَاحا َمد َْر
َ
Kalian telah berangkat / sedang berangkat ke sekolahan kalian diwaktu pagi.
ُ اِ ْذ َه ِب ْيBerangkata sapa sira wadon !, ستِكُِ اِلَي َُّ َي ْومُ كingdalem saben-saben dina
َ َمد َْرmaring sekolahanira, ل
ُْ ستِكُِ اِلَي اِ ْذ َه ِب
ي َُّ َي ْومُ ك
َ ل َمد َْر
Berangkatlah kamu pr, ke sekolahmu setiap hari
Keterangan :
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semuanya adalah fi'il. Sedangkan
fa'ilnya, adalah isim-isim dhomir yang tersimpan di dalam fi'il-fi'il itu (fa'il isim dhomir)
4. Baik jumlah ismiyah maupun jumlah fi'liyah, adakalanya hanya menjadi bagian dari suatu jumlah
(mungkin sebagai khobar, fa'il, ataupun maf'ul bih.
ُِ ) ْالفَا ِع
3. Naib Fa’il ( ُل نَائِب
=Pengganti Fa'il
Setiap fi’il harus memiliki fa’il. Akan tetapi, jika :
tidak diketahui fa’ilnya, atau telah sangat diketahui fa’ilnya, maka suatu fi’il biasanya tidak di
sebutkan fa’ilnya, kemudian maf’ulnya dijadikan sebagai pengganti fa’il (naib fa’il), dengan proses
sebagai berikut :
1) Fi’il tersebut diubah dari mabni ma’lum (bentuk kata kerja aktif) menjadi fi’il mabni majhul
(bentuk kata kerja pasif)
2) Maf’ul bih (obyek penderita) dari fi’il tersebut, dijadikan naib fa’il (pengganti fa’il), sehingga yang
semula i’robnya nashab karena menduduki jabatan maf’ul bih, sekarang i’robnya berubah menjadi
rafa’ karena telah menjadi Naib Fa’il.
Cara menjadikan fi’il mabni ma’lum (kata kerja aktif) menjadi fi’il mabni majhul (kata kerja pasif)
ialah :
1. Untuk fi’il Madli, maka dengan :
ِر ا َ َّولهُ ض َُّم َُ ( اَخِ ِرُِه قَ ْبdidommah huruf awalnya dan dikasroh huruf yang sebelum akhir )
َُ ل َما َوكس
Contoh :
1. ص َُر َ َ = نmenolong, menjadi ص َُر ِ = نditolong
2. ب َُ ض َر َ = memukul, menjadi ب َُ = ض ِرdipukul
3. َب َُ = َكتmenulis, menjadi ِب َُ = كتditulis
2. Untuk Fi’il Mudlori’, maka dengan :
ح ا َ َّولهُ ض َُّم َُ ِل َمُا َوفت َُ ( اَخِ ِرُِه قَ ْبdidommah huruf awalnya, dan difatkhah huruf yang sebelum akhir )
Contoh :
1. ُ َي ْنصرmenjadi ُصر َ ي ْن
2. ُ يَض ِْربmenjadi ُيض َْرب
3. ُ يَ ْكتبmenjadi ُي ْكت َب
Jadi, naib fa’il itu pada dasarnya adalah maf’ul bih dari suatu fi’il, yang karena tidak disebutkan
fa’ilnya, maka ia dijadikan sebagai pengganti fa’il tersebut.
ص َُر هو ِ صرُ ن َ ي ْنDia (lk 1) ditolong
ص َرا هما ِ َن ُِ انِ ص َر َ ي ْنDia (dua lk ) ditolong
صروا هم ِ صر ْونَُ ن َ ي ْنMereka (lk) ditolong
ص َرتُْ هي ِ صرُ ن َ ت ْنDia (pr) ditolong
ص َرت َا هما ِ ان ن ُِ ص َر َ ت ْنDia ( pr 2) ditolong
ُص ْرنَُ هن ِ ص ْرنَُ ن َ ي ْنMereka (pr) ditolong
ص ْرتَُ انت ِ صرُ ن َ ت ْنKamu (lk) ditolong
ص ْرت َما انتما ِ ان ن ُِ ص َر َ ت ْنKamu (2lk) ditolong
ص ْرت ُْم انتم ِ صر ْونَُ ن َ ت ْنKamu semua ditolong
ت انت ُِ ص ْر ِ ص ُِريْنَُ ن َ ت ْنKamu (pr) ditolong
ص ْرت َما انتما ِ ان ن ُِ ص َر َ ت ْنKamu (2pr ) ditolong
ُن انتن َُّ ص ْرت ِ ص ْرنَُ ن َ ت ْنKamu (lk ) ditolong
ص ْرتُ انا ِ صرُ ن َ ا ْنSaya ditolong
ص ْرنَا نحن ِ صرُ ن َ ن ْنKita ditolong
Contoh-contoh Jumlah yang tidak disebutkan fa'ilnya, sehingga fi’ilnya mabni Majhul dan maf'ul
bihnya dijadilan Naib Fa’il
َُ كتDiwajibake ُعلَيْكم
ِب َ ingatase sira kabeh, opo ُالص َيام ِ shiyam, ِب َك َما
َُ كتkaya olehe diwajibake opo shiyam,
علَى َ َُ الَّ ِذيْنingatase wong akeh ن ُْ ِ قَ ْبلِك ُْم مsaking sakdurunge sira kabeh. ِب َُ علَيْكمُ كت َ َُن الَّ ِذيْن
َُ علَى كت
ِ ِب َك َما
َ ُالص َيام ُْ ِم
قَ ْبلِك ُْم
Ta'ribnya :
• Lafadz ِبَُ كتadalah fi’il madhi mabni majhul.
• Dan lafadz ُالصيَامadalah
ِ isim mufrod mudzakkar, beri’rob rafa’ karena menjadi naib fa’il. Tanda
rafa’nya dengan dhommah, karena isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya adalah :
َُ َكتWus majibake sopo للا
َب َُّ َ Alloh, ُعلَيْكم
َ ingatase sira kabeh, ام ِ ing shiyam, َك َماkaya olehe ُ َكتَبَهAlloh
َُ َالصي
wus majibake sapa Alloh ing shiyam, علَى َّ
َ َُ ال ِذيْنingatase wong akeh, ن ُْ ِ قَ ْبلِك ُْم مsaking sadurunge sira
kabeh. Allah telah mewajibkan shiyam atas kamu semua, sebagaimana Allah telah mewajibkan
shiyam atas orang-orang yang sebelum kamu semua َب َُّ ُعلَيْكم
َُ للا َكت َ ام ِ ُللا َك َما َكتَبَُه
َُ َالصي َ َُن الَّ ِذيْن
َُّ علَى ُْ ِقَ ْبلِك ُْم م
َُ ق ِرLan nalikane diwaca, opo ُ ْالق ْرآنal Qur’an, فَا ْستَمِ عواmangka padha ngrungokna sopo sira kabeh,
ئ َواِ َذا
ُ لَهmaring al Qur'an. (Dan ketika dibacakan alQur’an, maka dengarkanlah) ئ َواِذَا َُ لَهُ فَا ْستَمِ عوا ْالق ْرآنُ ق ِر
Ta'ribnya :
• Lafadz ئ َُ ق ِرadalah fi’il madhi mabni majhul.
• Dan lafadz ُ ْالق ْرآنadalah isim mufrod mudzakkar, beri’rob rafa’ karena sebagai naib fa’il. Adapun
tanda rafa’nya dengan dhommah, karena ia isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya, adalah :
قَ َرُأ َ َواِذَاLan nalikane wus maca, sapa ُارئ ِ َ القwong kang maca, َُ ْالق ْرآنing al Qur’an, فَا ْستَمِ عواmangka padha
ngrungokna sopo sira kabeh ُ لَهmaring al Quran. (Dan ketika pembaca telah membacakan al Qur’an,
maka dengarkanlah) ارئُ قَ َرُأ َ َواِذَا ِ َلَهُ فَا ْستَمِ عوا ْالق ْرآنَُ الق
َهذَُاUtawi iki, iku ُ ِكت َابkitab, ُ َج ِديْدkang anyar (Ini adalah sebuah kitab yang baru). َج ِديْدُ ِكت َابُ َهذَا
زَ ي ُْدUtawi Zaid, ع َمرُ َُوlan Umar, iku ان ُِ َ ت ِْلمِ ْيذmurid 2, ان
ُِ مجْ ت َ ِه َدkang rajin. (Zaid dan Umar adalah 2 murid
yang rajin). ُان ع َمرُ َُو زَ يْد ْ
ُِ َان تِلمِ ْيذ
ُِ مجْ ت َ ِه َد
ُ ْ قَ َرأMaca sopo ingsun, َُ ْالق ْرآنing al Qur’an ْالك َِري َُْمkang mulya. (saya telah membaca al Quran yang
ت
mulia) ُْالك َِري َُْم ْالق ْرآنَُ قَ َرأْت
َ Sholat sopo kita, ْال َمس ِْج ُِد فِىingdalem masjid, ْر
صلَّ ْينَا ُِ ْال َكبِيkang agung. صلَّ ْينَا
َ ْر ْال َمس ِْج ُِد فِى
ُِ ْال َكبِي
فَطِ ْي َم ُةUtawi Fatimah, iku ُ ا ْست َاذَةguru, ُ َماه َِرةkang pinter. (Fatimah adalah seorang guru yang pandai)
َُماه َِرةُ ا ْست َاذَةُ فَطِ ْي َمة
Catatan :
Sifat harus sama dengan mausuf seperti yang disebutkan diatas, adalah sifat yang disebut dengan
Sifat Haqiqi atau Na’at Haqiqi. Selain itu, asal cocok diterjemah dengan ‘kang…(yang…)’ berarti itu
sifat / na'at. Fi'il yang jatuh setelah isim nakiroh juga Shifat / Na'at yang harus dibaca ' kang '.
Misalnya :
َواتَّق ْواLan wedia sopo sira kabeh , يَ ْوماing suwijining dina, َُ ت ْر َجع ْونkang bakal den balikake sapa sira
kabeh, للاِ اِلَىُ maring Allah. (dan takutlah kamu semua, terhadap suatu hari, yang kamu semuaakan
dikembalikan kepada Allah) للاِ اِلَى ت ْر َجع ْونَُ َي ْوما َواتَّق ْوا
ُ
زَ ي ُْدUtawi Zaid iku ُ ت ِْلمِ يْذmurid, ُ يَت َ َعلَّمkang lagi nyinauَُ الُّغَةbahasa َ ْال َع َربِيَّ ُةkang bangsa Arab, ستِ ُِه فِى
َ َمد َْر
ingdalem sekolahane. (Zaid adalah seorang murid yang mempelajari bahasa Arab di sekolahnya). ُزَ يْد
ُستِ ُِه فِى ْالعَ َربِيَّ ُةَ الُّغَ ُةَ يَتَعَلَّمُ ت ِْلمِ يْذ
َ َمد َْر
Tarkib :
• Lafadz اتَّق ْواadalah fi’il amar, fa’ilnya adalah dhomir ا َ ْنت ُْمyang tersimpan pada fi'il itu.
• Sedangkan lafadz يَ ْوماadalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nashab karena menjadi maf’ul bih,
tanda nashabnya dengan fatkhah
• Lafadz َُ ت ْر َجع ْونadalah fi'il 5 mabni majhul. Adapun naib fa'ilnya, ialah dhomir ا َ ْنت ُْمyang tersimpan
didalam fi'il itu. Lafadz َُ ت ْر َجع ْونdisini dibaca kang , karena menjadi shifat dari lafadz ( يَ ْوماfi'il jatuh
setelah isim nakiroh) َ
• Lafadz ُزَ يْدadalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya rafa’ karena menjadi mubtada, tanda rafa’nya
dhommah karena ia isim mufrod.
• Lafadz ُ ت ِْلمِ يْذadalah isim mufrod, i’robnya rafa’ karena menjadi khobarnya lafadz ُزَ يْد, tanda rafa’nya
dhommah.
• Sedangkan lafadz ُيَتَعَلَّمadalah fi’il mudhore’ shohih akhir, beri’rob rafa’ karena tidak didahului oleh
‘amil, tanda rafa’nya dengan dhommah, karena ia fi’il mudhore’ shohih akhir.
• Lafadz ُيَتَعَلَّمdibaca kang, karena ia menjadi shifat dari lafadz ُ( ت ِْلمِ يْذfi'il jatuh setelah isim nakiroh)
Catatan yang perlu diingat :
1. Sebagai pengganti Fa'il, maka Naib Fa'il juga termasuk isim yang harus di rafa'kan.
2. Sampai sekarang ini, berarti sudah 5 tempat rafa'nya isim
( al Marfu'at ) yang telah kita pelajari. Yaitu :
(1) Mubtadak, (2) Khobar, (3) Fa'il, (4) Naib Fa'il, dan (5) Sifat dari Mausuf yang I'rabnya rafa'
BAB ISIM MA’RIFAT DAN ISIM NAKIROH
Isim Ma’rifah
ialah isim yang telah dibatasi keumumannya, sehingga menjadi tertentu. Isim ma'rifah ada 6 macam,
yaitu :
1. Isim-isim Dhomir (kata ganti). Baik isim dhomir munfashil ataupun isim dhomir muttashil.
2. Isim ‘Alam (nama-nama individu).
Misalnya : ُ زَ يْد, ُ ع َمر, ُ فَطِ ْي َمة, ُعا ِئشَة َ , dll.
3. Isim-isim Isyaroh (kata tunjuk).
Misalnya : (lihat pada bab Isim Isyaroh di depan)
4. Isim-isim Maushul (kata sambung).
Misalnya : (lihat pada bab Isim Maushul di depan)
5. Isim-isim yang ada AL ( ) الpada permulaannya.
Misalnya :ُ ا َُْلبَيْت, ُ ا َ ْل َمس ِْجد, ُ ا َ ِلر ْجل, ُ اَلذَّهَب, dll
6. Semua isim yang disandarkan (dimudhofkan) kepada salah satu dari Isim-isim ma’rifat diatas.
Misalnya :
ُ فَطِ ْي َمة كتابutawi kitabe Fatimah, iku ُ َج ِديْدanyar (Kitabnya Fatimah, baru) َُج ِديْدُ فَطِ ْي َمُة كتاب
ُ َهذَا ِكت َابutawi kitabe wong iki, iku ُ َج ِديْدanyar (Kitabnya orang ini, baru) َُج ِديْدُ َهذَا ِكت َاب
ُ ِكت َابه ْمutawi kitabe deweke kabeh, iku ُ َج ِديْدanyar (Kitab mereka baru) َج ِديْدُ ِكت َابه ُْم
َهذَاutawi iki, iku ُ الت ِْلمِ ْي ُِذ ِكت َابkitabe iki murid (Ini, kitabnya murid itu) الت ِْلمِ ْي ُِذ ِكت َابُ َهذَا
Isim Nakiroh.
ialah kebalikan dari isim ma'rifah. Yaitu isim yang masih bersifat umum, dan belum diberikan
pembatasan. Isim Nakiroh, biasanya ber'tanwin' dan tidak ada AL ()ال. Dan bila pada permulaan isim
nakiroh diberikan AL, maka isim nakiroh berubah menjadi isim ma'rifat. Misalnya :
ُ = َبيْتrumah ُ = كتابkitab
ُسةَ = َمد َْرsekolahan ُ = َد َرا َجةsepeda
ُ = َرجلseorang laki-laki ُ = َد ْفت َرsebuah buku
Pokoknya selain isim ma'rifah yang di atas, semua isim adalah nakiroh .
Ialah mengikutkan hukum suatu isim atau fi'il kepada hukum isim atau fi'il yang sebelumnya, karena
adanya kesamaan, dengan menggunakan kharf-kharf tertentu.
Keterangan :
I'rob Ma'thuf (yang diikutkan / yang setelah kharf 'athaf) harus mengikuti Ma'thuf 'alaih (yang diikuti
/ yang sebelum kharf 'athaf). Begitu pula posisinya di dalam jumlah. Jika yang di'athafi Fa'il, maka
yang di'athafkan juga ikut menjadi fa'il. Jika yang di'athafi Maf'ul, maka yang di'athafkan juga ikut
menjadi maf'ul. Begitu seterusnya.
Cara menerjemahkan :
َ َ )قwus ngadeg sapa (ُ )زَ يْدZaid, ((ُ َوlan wus ngadeg, sapa (ع ْمرو
(ُام َ ') Amr. (Zaid telah berdiri dan juga
'Amr) ام َُ َع ْمرو زَ يْدُ ق
َ َو
(ُ ) َجا َءWus teka, sapa (ُ ) زَ يْدZaid, (َُ )أخ ْوكhiya sedulur lanangira
أخ ْوكَُ زَ يْدُ َجا َُء
( )اِ ْه ِدنَاMituduhana sapa Panjenengan ing kita, (ُط َ )الص َرا َ )المستَقkang jejeg, (ُط
ِ ing dalan (ُِيم ِ َُ )الَّذِينhiya
َ ص َرا
dalanipun tiyang-tiyang ingkang........
َُ الص َرا
ط اِ ْه ِدنَا َُ ط المستَق
ِ ِيم ِ َُ الَّذِين......
َُ ص َرا
Tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalannya orang-orang yang........
Keterangan :
Lafadz (ُ )أخ ْوadalah isim 5, yang i'robnya rafa', karena menjadi badal dari lafadz (ُ)زَ يْد, tanda rafa'nya
wawu. Sedangkan lafadz (ُ )زَ يْدadalah isim mufrod, i'rabnya rafa' karena menjdi fa'ilnya (ُ) َجا َء, tanda
rafa'nya dengan dhommah.
(ُ ) أَك َْلتMangan sapa ingsun ( ْف َّ ) ing roti ( ُ ) ثلثَهhiya ing sepertelune roti ُْف أَك َْلت
َُ الر ِغي َّ ُثلثَه
َُ الر ِغي
Saya makan roti sepertiganya
(ُُارز ْقَ Lan ngrezqinana sapa sira (ُ )أ َ ْهلَهing keluargane deweke (َُت مِ ن
ْ )و ُِ ) الث َّ َم َراsaking buah-buahan (ُ) َم ْن
hiya ing wong (َُ )آ َمنkang iman sapa wong (ُ )مِ ْنه ْمsaking deweke kabeh (ُِ )بِاللkelawan Allah (ُ)واْليَ ْو ِم َ lan
ْ
kelawan dina (ُ )اآلخِ ِرkang akhir. قْ
ُ ارز َ ْ َ
ْ ت مِ نَُ أهلهُ َو َّ
ُِ ن الث َم َراْ ْ ْ
ُ اآلخِ ُِر َواليَ ْو ُِم بِاللُِ مِ نه ُْم آ َمنَُ َم ْ
Dan berilah rizqi keluarganya dari buah-buahan, yakni orang yang beriman kepada Alloh dan hari
akhir, dari mereka
3. Badal Isytimal ( ) االشتمالYaitu apabila badal merupakan sesuatu yang terkandung dalam mubdal
minhu. Di sini, badal wajib memiliki dhomir yang kembali kepada mubdal minhu. Misalnya :
(ُ )أ َ ْع َجبَنِ ْيGawe gumun ing ingsun, sapa (ُ )زَ يْدZaid (ُ )ع ِْلمهhiya ilmune Zaid ي
ُْ ِع ِْلمُهُ زَ يْدُ أ َ ْع َجبَن
Zaid membuatku terkesima ilmunya
َ )سلdicopot sapa (ُ )زَ يْدZaid (ُ )ث َ ْوبهhiya klambine Zaid ِب
(ُِب َُ ث َ ْوبهُ زَ يْدُ سل
4. Badal Gholat ( ) Yaitu apabila badal merupakan ralat dari mubdal minhu. Misalnya :
(ُ ) َوأَك َْلتLan mangan sapa ingsun ( ) خبْزاing roti ( ) ت َ ْمراmaksudku ing kurma ُت َ ْمرا خبْزا َوأَك َْلت
Saya makan roti (maksud saya)makan kurma
(ُص ْرت
َ َ )نWus nulungi sopo ingsun, (ُ )ه ْمing deweke kabeh (Aku telah menolong mereka) ص ْرته ُْم
َ َن
I’rabnya :
َُ ا َ ْل ِكتadalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nasab, karena menjadi maful bih dariََ قَ َرأ
• Lafadz َاب
tanda nashabnya dengan fatkhah karena ia isim mufrod.
• Lafadz سَُ الد َّْرadalah isim mufrod mudzakkar, I’robnya nashab karena mehjadi maf’ul bih, tanda
nashabnya dengan fatkhah.
• Lafadz ه ُْمadalah isim dhomir muttashil, i’robnya nashab karena menjadi maf’ul bih, tanda
nashabnya mabni (ajeg)
B. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan Maf’ul Bih.
1. Maf’ul bih tidak harus berupa kalimah isim. Adakalanya, kalimah fi’il atau bahkan jumlah, bisa juga
menduduki posisi maf’ul bih. Pokoknya, setiap yang cocok dibaca ING, berarti maf’ul bih. Contoh :
(ُ)وا ْسأ َ ْل َ ing Pangeranira, (ُ )يَ ْرزقَُ أ َ ْنing supaya ngrezekeni sopo
َ Lan nyuwuna sopo sira, (َُ)ربَّك
Pangeranira,(َُ )كing sira, ()ولَدا
َ ing anak (صالِحا َ ) kang sholih (dan mintalah kamu kepada Tuhanmu
agar dia merizqikan kepadamu seorang anak yang sholih) ل ُْ َ ن َربَّكَُ َوا ْسأ
ُْ َ صالِحا َولَدا َي ْرزقَكَُ أ
َ
َ َ )أNyekseni sopo ingsun, ing (ُ )م َح َّمدا أ َ َّنsetuhune utawi Muhammad SAW iku(ُ )للاُِ َرس ْولutusanipun
(ُش َهد
Allah. (Saya bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah Rasul Allah) ُش َهد َ َن أ
َُّ َ للاِ َرس ْولُ م َح َّمدا أ
ُ
Susunan kalimah ن َ
َُّ للاُِ َرس ْولُ م َح َّمدا أadalah jumlah ismiyah, yang menduduki posisi i’rob nasab, karena
menjadi maf’ul bih.
Adakalanya maf’ul bih didahulukan dari fa’ilnya. Contoh:
َُ ض َر
ب َ Wus mukul َُ كing sira , sapa ُ زَ يْدZaid (Zaid telah memukulmu) َُض َر َبك َ ُزَ يْد
َُ ِإيَّاكing Panjenengan (duh Allah), ُ نَ ْعبدnyembah sopo kula sedaya, َُ َو ِإيَّاكlan ing Panjenengan, ُنَ ْست َ ُِعيْن
nyuwun pitulungan sapa kula sedaya (Hanya kepadaMu (ya Allah) kami semua menyembah, dan
hanya kepadaMu kami minta tolong) َُنَ ْست َ ِعيْنُ َوإِيَّاكَُ نَ ْعبدُ إِيَّاك
2. Suatu fi’il, kadang butuh 2 atau 3 maf’ul.
Contoh:
ُعلَّ ْمت َ mulang sopo ingsun َُ كing sira, ْن عل ْو َُم
ُِ الدي
ِ ing ilmu-ilmu agama (Aku mengajarkanmu ilmu-ilmu
agama) َُعلَّ ْمتك
َ ْن عل ْو َُم
ُِ الدي
ِ
ُ سا َ ْل
ت َ takon sopo ingsun َُ اْال ْست َاذing guru, ُ َم ْساَلَةing masalah (Aku bertanya kepada guru, suatu masalah)
ْ
ُساَلت َ ََُم ْساَلَةُ اْال ْست َاذ
Tentang fi’il-fi’il yang membutuhkan 2 atau 3 maf’ul ini, nanti akan dibicarakan dalam bab tersendiri.
Keterangan :
Pada contoh-contoh di atas, semua kalimah yang digaris bawahi, adalah kalimah-kalimah yang
menduduki posisi ‘maf’ul bih’. Oleh karena itu harus dinashabkan’ dan harus diterjemah dengan ING.
Penting untuk diketahui, bahwa yang memiliki maf’ul bih bukan hanya fi'il saja, akan tetapi isim fa'il
kadang juga membutuhkan maf'ul, misalnya : ُأ َ ْم َرهُ بَالِغُ للاَُ ان. Isim masdar, kadang juga membutuhkan
ُ للاِ َد ْفعُ ولَ ْو
maf'ul. misalnya : َال ُ اسَُ َّالن. Pendeknya yang cocok dibaca ING, maka itu maf'ul bih. baik jatuh
setelah fi'il maupun setelah isim.
2. AT TAWABI'
Di depan telah diterangkan, bahwa Tawabi' ialah isim-isim yang i'robnya mengikuti isim-isim yang
sebelumnya. Tawabi' ada 4 macam, yaitu :
a) Shifat, i'robnya mengikuti maushufnya (isim yang disifati).
b) 'Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi.
c) Badal, i'robnya mengikuti isim ysng dibadali,
d) Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.
Keterangan :
1. Shifat dari Maushuf yang beri’rob Nashab.
Di atas telah diterangkan, bahwa i’rob shifat, mengikuti i’rob maushufnya. Artinya, jika suatu
maushuf beri’rob nashab, maka shifatnya harus juga beri’rob nashab. Itulah sebabnya shifat dari
maushuf yang beri’rob nashab, termasuk isim yang harus dinashabkan juga. Contoh :
ُ َراَيwus ningali sopo ingsun, َُ ْالم ْسلِمِ يْنing wong-wong Islam َُ ْالمجْ ت َ ِه ِديْنkang pada rajin-rajin, َُ يَ ْذهَب ْونlagi
ْت
pada berangkat sapa deweke kabeh اْل َمس ِْج ُِد إِلَىmaring masjid (Saya melihat orang-orang Islam yang
rajin-rajin sedang berangkat ke masjid) ُاْل َمس ِْج ُِد إِلَى يَ ْذهَب ْونَُ ْالم ْجُت َ ِه ِديْنَُ ْالم ْسلِمِ يْنَُ َراَيْت
Ta'ribnya :
• Lafadz ُ َي ْكتبadalah fi’il mudhore’,
• Lafadz ُ التَّالَمِ يْذadalah isim jama’ taksir, I’robnya rafa’ karena menjadi fa’ilnya ُ َي ْكتب.
• Lafadz سَُ الد َّْرadalah isim mufrod mudzakkar, beri’rob nashab, tanda nashabnya dengan fatkhah,
karena menjadi maf’ul bih dari fi’il ُ يَ ْكتب, dan ia merupakan maushuf (yang disifati)
• Lafadz ْال َج ِد ْي َُدadalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nashab, karena menjadi shifat dari maushuf
yang beri’rab nashab.
Ta'ribnya :
Lafadz َال
ُ َجْزى
ِ تadalah fi’il mudhore’ mu'tal akhir, I'robnya rafa' karena tidak didahului oleh 'amil
nashib ataupun 'amil jazim, tanda rafa'nya dhommah muqoddar (tersembunyi). Dibaca 'kang' karena
menjadi sifat ( fi'il jatuh setelah isim nakiroh adalah sifat)
Untuk Tawabi' yang lain, silahkan melihat kembali penjelasannya pada pembahasan al marfu'at
(isim-isim yang harus dirafa'kan) Yaitu : 'Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi. Badal,
i'robnya mengikuti isim ysng dibadali, dan Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.
أَق ْو ُمngadeg sopo ingsun, إ ْكراَماkerana mulyaake ل ِْْل ْست َا ُِذmaring guru. (Saya berdiri, karena memuliakan
terhadap guru) ُل ِْْل ْست َا ُِذ إ ْكراَما أَق ْوم
َجا َه ْدنَاjihad sopo ingsun ل فِى َ ُِ للاingdalem dalane Allah خ َْوفاkerana wedi لِس ْخطِ ُِهmaring siksane Alloh
ُِ س ِب ْي
(Saya berjihad fi sabilillah karena takut murkaNya) ل فِى َجا َه ْدنَا ُ لِس ْخطِ ُِه خ َْوفا
َ ِللا
ُِ س ِب ْي
ُ ويَ ْعتlan
ِق َ merdekaake ه ُْمing deweke kabeh, sapa ُاَب ْوبَ ْكرAbu bakar, للاِ َو ْج ُِه اِ ْبتِغَا َُء
ُ kerana golek maring
wajahe Alloh (Abu Bakar memerdekakan mereka, karena mencari wajah Allah) َوجْ ُِه اِ ْبتِغَا َُء اَب ْوبَ ْكرُ َويَ ْعتِقه ُْم
ِ ُللا
َ ) Mukul sapa ingsun (ُ )اِ ْبنِ ْيing anakingsun ( )ت َأ ْ ِديْباkerana ndidik adab ُض َربْت
(ُض َربْت ُْ ِتَُأ ْ ِديْبا اِ ْبن
َ ي
(َُ ) ت َ ْقتلوا َوالLan aja mateni sapa sira kabeh, (ُ )أ َ ْوالَ َدك ْمing anak-anakira kabeh, (َُ )إ ْمالَقُ َخ ْشيَةkerana wedi
mlarat. َال ُ إ ْمالَقُ َخ ْش َي ُةَ أ َ ْوالَ َدك ُْم ت َ ْقتلوا َو
Catatan :
1) Setiap kalimah isim mashdar qolbiy yang cocok dibaca kerana / karena, berarti mesti maf’ul liajlih.
I’rabnya harus dinasab.
2) Jika isim yang dijadikan maf’ul liajlih bukan isim mashdar qolbiy, maka di depannya harus diberi
kharf jar ( ل ُِ ), sehingga maf’ul li ajlih itu harus beri’rob jar.
Contoh :
ُصالَُة َ أق ِِم
َّ ال
ُِش ْمس لِدلوك َّ ال
الرجلُ َه َذا
َّ Utawi iki wong lanang, iku قَنِ َُعbisa nrima sapa deweke, ُ لِز ْهدkerana zuhud (Laki-laki ini bisa
qona'ah karena zuhud) الرجلُ َهذَا َّ لِز ْهدُ قَنِ َُع
I’rabnya :
• Lafadz َ أَق ْومadalah fi’il Mudhore, I'robnya rafa' karena tidak didahului 'amil Nashib ataupun 'amil
Jazim. Tanda rafa'nya dhommah. Fa’ilnya dhomir اَنَا.
• Lafadz إ ْكراَماadalah isim mufrod, i’robnya nashab karena menjadi maf’ul liajlih, tanda nashabnya
dengan fatkhah.
I’rabnya :
• Lafadz َجا َه ْدنَاadalah fi’il madli, mabni sukun karena bertemu dengan nun fa'il () نَا. fa’ilnya dhomir
ُنَحْ ن
• Lafadz خ َْوفاadalah isim mufrod mudzakkar, beri’rob nashab karena menjadi maf’ul liajlih, tanda
nashabnya fatkhah.
4. ISIMNYA ن َُّ ِإATAU SAUDARA-SAUDARANYA
Inna (ُ ) ِإ َّنdan saudara-saudaranya, ialah kharf-kharf yang hanya masuk ke dalam jumlah ismiyah. Jadi,
apabila ada Inna (ُ ) ِإنatau saudara-saudaranya, disitu mesti permulaan jumlah ismiyah, Dan apabila
jumlah ismiyah dimasuki Inna atau saudara-saudaranya, maka terjadi perubahan sebagai berikut :
(1). mubtada'nya berubah menjadi isimnya Inna atau saudaranya, dan harus beri’rob nashab
(2). sedangkan khobarnya tetap rafa’,dinamakan khobarnya Inna. Itulah sebabnya Inna / saudara-
saudaranya dinamakan kharf yang menashabkan mubtada’ dan merafa’kan khobar
ُ ِإ َّنdan Saudara-saudaranya
Adapun saudara-saudaranya ن َُّ ِ إitu ialah :
1ن َُّ ِ إSesungguhnya 4 ِن َ
َُّ لكAkan tetapi/Anging tetapine
2ن َ
َُّ أSesungguhnya 5 َُ لَيْتMuga-muga/Semoga
3ن َُّ َ َكأSepertinya 6 ل
َُّ َ لَعSemoga/Muga-muga
ُ ) ) زَ يْدا ِإ َّنSatemene Utawi Zaid, ikuُ ) )مجْ ت َ ِهدwong kang rajin (Sesungguhnya Zaid itu orang yang rajin) ن
َُّ ِإ
مجْ ت َ ِهدُ زَ يْدا
2) َُ لَيْتuntuk tamanni (mengharap sesuatu yang sulit/tak mungkin tercapainya). Contoh :
(ي ُْ ِ ) يَالَ ْيتَنEe…muga-muga utawi ingsun, iku ( ُ ) ك ْنتdadi sapa ingsun, dadi iku ( ) ت َراباlemah.
(Ee..semoga aku menjadi tanah ) ي ُْ ِت َرابا ك ْنتُ يَالَ ْيتَن
( َُي يَالَيْت ُْ ِ ) قَ ْومEe………muga-muga utawi kaumku, iku ( َُ ) يَ ْعلَم ْونngerteni sapa deweke kabeh, ( ) بِ َما
kelawan apa, ( غف ََُر َ ) wus ngapura ( ي ُْ ) ِلmaring aku, sapa ( ي ُْ ) َر ِبpangeranku, (ُ)و َج َع َل َ lan wus
ndadekake sopo pangeranku,( ي ُْ ِ ) نing aku, ( َُ ) ْالم ْك َرمِ يْنَُ مِ نsaking golongane wong-wong kang den
mulyaake. (He…Semoga kaumku mengetahui dengan apa Tuhanku mengampuniku dan menjadikan
aku sebagian dari orang-orang yang dimuliakan) َُي يَالَيْت ُْ ُِغف ََُر بِ َما يَ ْعلَم ْونَُ قَ ْوم
َ ي
ُْ ي ِل ُْ ِْالم ْك َرمِ يْنَُ مِ نَُ َو َجعَلَن
ُْ ِي َرب
3) La’alla ( ل َُّ َ ) لَعuntuk tarajji (mengharap sesuatu yang mungkin tercapainya) Contoh :
(ُع ُةَ لَعَ َّل
َ )السَّاmuga-muga utawi dina qiyamat, iku(ُ )ت َك ْونdadi opo dina qiyamat, dadi iku ()قَ ِريْبا
parek.(Semoga hari qiyamat menjadi dekat ) ل َُّ َع ُةَ لَع
َ قَ ِريْبا ت َك ْونُ السَّا
(ُ)للا لَ َع َّلMuga-muga
َُ utawi Allah, iku ( ُ ) َي ْر َحمmelasi sapa Allah, ( )نَاing kita. (Semoga Allah membelas
kasihani kepada kita) ل َُّ للا لَ َع
َُ يَ ْر َحُمنَا
4) Lakinna ِن َُّ لَكuntuk istidrok menyelipkan ucapan yang berlawanan). Contoh :
ْ
(ُاس اَكث َ َُر َولَك َِّن
ُ ِ َّ )النAnging tetapine utawi akehe menungsa, iku (( َُ الَيَ ْشكر ْونora pada syukur sopo deweke
kabeh.(Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukurinya) ِن َُّ اس ا َ ْكث َ َُر َولَك
ُ ِ َّالَ الن
ُ َُيَ ْشكر ْون
Catatan :
َُّ ِإdan saudara-saudaranya hanya masuk pada permulaan jumlah / mubtada. Itulah sebabnya jika
ن
ada ن َُّ ِإatau salah satu dari saudara-saudaranya, berarti mesti mubtada', cuma i'robnya menjadi
nashab karena menjadi isimnyaُ ِإنatau saudara-saudaranya itu. Kecuali jika kalimah itu berupa jar-
majrur, berarti ia khobar muqoddam (khobar yang didahulukan) dan jika khobarnya didahulukan,
berarti mubtada' nya / isimnya harus diakhirkan. Contoh :
(ُل إِ َّن
ُِ يءُ لِك َ ) Satemene iku tetep keduwe saben-saben suwiji, ()قَ ْلباana atine. (ُآن َوقَ ْلب
ْ ش ْ
ُِ )الق ْرLan utawi
atine al-Quran, iku ( )يسsurat Yaasiiin. (Sesungguhnya setiap sesuatu itu memiliki hati. Dan hatinya
al-Quran, adalah surat Yasiin). ن َُّ ل ِإ
ُِ يءُ لِك َ آن َوقَ ْلبُ قَ ْلبا
ْ ش ُِ يس ْالق ْر
ُْ ِ )ذَلِكَُ فsaktemene iku tetep ingdalem kang kaya mangkono , (ُ ) َالياَتyekti ana tanda-tanda
(ُي إِ َّن
kekuasaane Allah, (ُ ) ِلقَ ْومkeduwe kaum, (َُ )يَ ْعقِل ْونkang pada mikir sapa deweke kaum. (Sesungguhnya
di dalam yang demikian itu, nyata-nyata ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir) ن َُّ ِإ
َ َ َ َ
ُْ ُِيَ ْعقِل ْونَُ ِلق ْومُ الياتُ ذلِكَُ ف
ي
I’rabnya :
• Lafadz ن َُّ ِإadalah kharf yang menashabkan mubtada' dan merafa'kan khobar.
• Lafadz ل ُِ لِكadalah jar - majrur. Lafadz ُش ْيء
َ adalah beri'rab jar karena menjadi mudlof ilaih dari lafadz
ُِ ( كmudhof) , tanda jarnya dengan kasroh. Jadi, ل
ل ُِ يءُ لِكْ شَ adalah rangkaian jar - majrur sekaligus
rangkaian mudlof-mudlof ilaih, yang menjadi 'khobar nya ن َُّ ِ إyang didahulukan' (khobar muqoddam)
ْ َ
• Lafadz قلباadalah isim mufrod, beri'rob nashab, karena mubtada' muakhkhor (mubtada' yang
diakhirkan dari khobarnya) yang dimasuki ن َُّ ِإ.
• Lafadz َُوadalah wawu ibtida', dan lafadz ُآن قَ ْلب ُِ ْالق ْرadalah rangkaian mudhof - mudhof ilaih, yang
menjadi mubtada’
Lafadz ُقَ ْلبadalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa' karena sebagai mubtada', tanda rafa'nya
dengan dhommah. Sedangkan Lafadz آن ُِ ْالق ْرadalah isim mufrod, i'robnya jar karena mudhof ilaih,
tanda jarnya dengan kasroh.
• Lafadz يسberi'rob rafa', karena khobar dari ُآن قَ ْلب ُِ ْالق ْر
Seperti halnya ََُ إِ َّن, maka َُكَانdan saudara-saudaranya juga hanya masuk pada permulaan jumlah
Ismiyah. Sehingga kapan ada َُكَان, di situ mesti permulaan jumlah ismiyah (ada mubtada' dan ada
khobar).
2) Untuk َُ كَانdan saudara-saudaranya yang bisa ditashrif, (memiliki bentuk mudhore', amar, mashdar
dan seterusnya sesuai dengan tashrifannya) maka semua tashrifannya itu juga memiliki fungsi dan
tugas yang sama dengan ( كَانdalam hal merafa’kan isimnya dan menasabkan khobarnya) Contoh :
(ُ) َوللاUtawi Allah, iku (ُ )يَ ِجبwajib, apa ( )ك َْونهanane Allah, ana iku (عالِما
َ ) Dzat kang pinter (Allah itu,
wajib keberadaannya, sebagai Dzat yang Maha Mengetahui) ُعالِما ك َْونهُ يَ ِجبُ َوللا َ
Tarkib :
• Lafadz ض ْربا
َ adalah isim mufrod yang beri’rob nashab karena menjadi mashdar, yang fungsinya
untuk taukid (menguatkan terjadinya perbuatan / fi’il). Tanda nashabnya fatkhah.
• Lafadz َض ْربَ ُةِ adalah isim mufrod muannats, i’robnya nashab karena menjadi mashdar (yang
menjelaskan jenis fi’il). Tanda nashabnya fatkhah.
• Lafadz ُض ْربَة َ adalah isim mufrod muannats, i’robnya nashab karena menjadi mashdar (yang
menjelaskan bilangan fi’il). Tanda nashabnya fatkhah.
Catatan :
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, memiliki asal kata yang sama
dengan fi’il yang sebelumnya. Lafadz ض ْربا َ ,asal katanya sama dengan asal kata dari fi’il ب َُ ض َر
َ Lafadz
َض ْربَ ُةِ juga asal katanya sama dengan fi’il ب
َُ ض َر
َ .Dan lafadz ُض ْربَة
َ asal katanya juga sama dengan fi’il
َُ ض َر
ب َ . Berarti, kalimah-kalimah itu menduduki posisi Mashdar, yang harus dinashab dan dibaca
‘kelawan / dengan’.
C. Macam-macam Mashdar
1. Mashdar Lafdziy.
Ialah mashdar, yang asal lafadznya, sama dengan asal lafadz fi’ilnya. Lihat contoh-contoh mashdar di
atas !
2. Mashdar Ma’nawiy.
Ialah jika antara mashdar dan fi’ilnya, hanya memiliki kesamaan ma’na saja, tidak memiliki kesamaan
lafadz.
Contoh :
( ُ ) َجلَسْتwis lungguh sapa ingsun, ( ) قع ْوداkelawan lungguh temenanan. (saya telah benar-benar
duduk) ُقع ْودا َجلَسْت
( ُ ) ق ْمتwis ngadeg sapa ingsun, ( ) وق ْوفاkelawan ngadeg temenanan. (saya benar-benar telah berdiri)
ُوق ْوفا ق ْمت
D. Kaidah-kaidah Mashdar
1. Harus Nashab.Lihat contoh-contoh di atas !
2. Harus cocok diterjemah dengan : kelawan / dengan
( ُْ ) ذَ َهبَتLunga, sapa ( ُ)فَطِ ْي َمةFathimah, (َِهَا َ )اِلَى َمد َْرmaring maring sekolahane, (ُ ) َما ِشيَةkhale wong kang
ِ ست
mlaku (Fathimah berangkat ke sekolahnya dalam keadaan orang yang berjalan) ُْاِلَى فَطِ ْي َمةُ ذَ َهبَت
ستِ َها
َ َما ِشيَةُ َمد َْر
Khal yang menjelaskan keadaan maf’ul bih
(ُ)ر ِكبْتNumpak
َ sapa ingsun, (ُس ْ ing jaran (س َّرجا
َ )الف َْر َ )مkhale den pelanani (Saya menaiki kuda dalam
keadaan berpelana) ُس َر ِكبْت ْ
َُ س َّرجا الف َْرَ م
1. Isim yang diberi khal dinamakan shohibul khal, dan harus isim ma’rifat (lihat contoh-contoh di
atas).
2. Khal harus isim nakiroh. Seandainya khal berupa isim ma’rifat, maka harus isim ma’rifat yang
memiliki sinonim dengan isim nakiroh. Misalnya :
( ) اِجْ ت َ ِه ُْدtemen-temena sapa sira, ( َُ ) َوحْ َدكkhale ijenira. (Bersungguh-sungguhlah engkau, dalam
keadaan sendirian).
Lafadz (َُ)وحْ َدك, َ walaupun isim ma’rifat, tapi sinonim dengan lafadz ( )م ْنف َِرداyang isim nakiroh.
Sehingga bisa menjadi khal. م ْنف َِردا اِجْ ت َ ِه ُْد = َوحْ َدكَُ اِجْ ت َ ِه ُْد
3. Adakalanya, khal berupa jumlah. (baik jumlah ismiyah ataupun jumlah fi’liyah)
• Khal jumlah ismiyah, biasanya dibantu dengan ( َُوwawu khal). Misalnya :
( صلِى َ ) اSholat sapa ingsun , ( ُ ) َوالنَّاسkhale utawi menungsa iku ( َُ ) يَنَام ْونlagi pada turu (Saya
melakukan sholat, dalam keadaan orang-orang sedang tidur) صلِى َ يَنَام ْونَُ َوالنَّاسُ ا
Lafadz ُالنَُّاس adalah mubtada’, sedangkan lafadz َُ يَنَام ْونadalah khobar. Jadi, susunan ُيَنَام ْونَُ النَّاس
adalah jumlah ismiyah (mubtada’ dan khobar), yang disini menduduki posisi khal dari dhomir () اَنَا
yang menjadi fa’il dari fi’il mudhore’صلِى َ ا. Sedangkan huruf َُوyang ada pada awal jumlah, dinamakan
wawu khaliyah (yang dibaca KHALE)
• Khal jumlah fi’liyah, Misalnya :
(ُ)راَيْت َ Ningali sapa ingsun, ( )زَ يْداing Zaid, (ُ )يَق ْومkhale lagi ngadek sapa Zaid (Saya melihat Zaid dalam
keadaan sedang berdiri) ُيَق ْومُ زَ يْدا َراَيْت
َ ) Ngrungu sapa ingsun, (ُ ) للاُِ َرس ْو َلing Rasulullah Saw. (ُ )يَق ْولKhale lagi ngendika sapa Rasulullah
(ُسمِ ْعت
Saw. (Saya mendenganr Rasulullah Saw. Dalam keadaan beliau bersabda) ُسمِ ْعت َُ للاِ َرس ْو
َ ل ُ ُيَق ْول
I’rabnya :
• Lafadz ُيَق ْومadalah fi’il mudhore’. Fa’ilnya dhomirُ ه َوyang tersimpan di dalam fi’il mudhore’ itu. Jadi,
lafadz ُ يَق ْومpada hakekatnya adalah jumlah fi’liyah ( fi’il dan fa’il ) , yang menduduki posisi khal.
4. Setiap fi’il yang jatuh setelah isim ma’rifat, dan setelah jumlah sempurna, maka fi’il itu menjadi
khal. Lihat dua contoh terakhir di atas !
8. TAMYIZ ( ُ)اَلت َّ ْميِيْز
( dibaca dengan : Apane )
A. Pengertian Tamyiz
Tamyiz ialah isim yang beri’rob nashab, yang disebutkan untuk menerang kan jenis, ukuran,
timbangan, atau bilangan yang masih samar dan butuh diterangkan. Tamyiz biasa dibaca dengan
‘APANE’, dan isim/fi’il yang ditamyizi disebut dengan Mumayyaz.
B. Kaidah yang berkaitan dengan Tamyiz.
1. Tamyiz harus isim Nakiroh.
2. Tamyiz harus diletakkan setelah kalam sempurna (jika f’il, telah ada fa’ilnya, atau jika mubtada’
telah ada khobarnya)
C. Macam-macam Tamyiz dan Contoh-contohnya
1. Tamyiz yang menjelaskan bilangan. Misalnya :
(َُ )فَ َج َّهزBanjur nyiapake, sapa (ُ )اَب ْوبَ ْكرAbu bakar, nyiapake ing (َُر ا َ َح َد
َُ عش
َ ) sewelas, apane (ُ )ل َِواءpasukane,
ْ
(ُ )الم ْرت َِديْنَُ ِل ِقت َا ِلkanggo merangi maring wong-wong kang pada murtad. (Maka Abu bakar menyiapkan
sebelas pasukan untuk memerangi orang-orang yang murtad itu) ََُر ا َ َح َُد اَب ْوبَ ْكرُ فَ َج َّهز َُ عش ُِ ْالم ْرت َِديْنَُ ِل ِقت َا
َ ُل ل َِواء
(ُ )اِ ْشت ََريْتTuku sapa ingsun, (َُصبُ مِ ائَة َ َ )قing satus jengkal, apane ( )ا َ ْرضاlemahe. (Aku membeli 100
jengkal tanah) ُصبُ مِ ائ َ ُةَ اِ ْشت ََريْت
َ َا َ ْرضا ق
(َُّب
َ صبَ َ )تMili-mili, sapa (ُ )زَ يْدZaid, apane (ع َرقا
َ ) keringete (Zaid bertetesan keringatnya) َّب َ َ ع َرقا زَ يْدُ ت
َُ صب َ
َ )ا َ ْحluwih bagus (َُ )مِ ْنكtinimbangane sira, ()خلقاapane akhlaqe (Zaid lebih bagus
(ُ )زَ يْدUtawi Zaid, iku (ُسن
ketimbang kamu akhlaqnya) ُسنُ زَ يْد َ خلقا مِ ْنكَُ ا َ ْح
A. Pengertiannya.
Ialah isim Zaman atau isim Makan yang beri’rab nashab, yang diletakkan dibelakang fi’il, untuk
menerangkan waktu atau tempat terjadinya fi’il tersebut, sehingga dzorof selalu menyimpan ى ُْ ِ)) ف
dalam pemaknaannya. Dalam bahasa Indonesia, dzorof disebut dengan keterangan tempat (dzorof
makan) atau keterangan waktu (dzorof zaman). Itulah sebabnya dalam penerjemahan bahasa Jawa,
dzorof diterjemah dengan : ingdalem…………………
Contoh :
(ُ)راَيْت ُِ )اْلثْنَي
َ ningali sapa ingsun, ( )زَ يْداing Zaid, (ُْن َي ْو َم ِ ingdalem dina Senin, (ُام ْ ingdalem ngarepe
َ )ال َمس ِْج ُِد ا َ َم
masjid (Saya melihat Zaid, di hari Senin, di depan masjid) ُْن َي ْو َُم زَ يْدا َراَيْتُِ اْلثْنَي
ِ امَُ ْال َمس ِْج ُِد ا َ َم
(ُب َ ض َر َ ) wus gebug, sapa (ُ )زَ يْدZaid, ( )ك َْلباing asu, (ُام ْ
َ ) بَ ْيتِ ُِه ا َ َمingdalem ngarep omahe Zaid, (ُ)الج ْمعَ ُِة يَ ْو َم
ingdalem dina Jum’at. (Zaid telah memukul anjing di depan rumahnya, di hari Jum’at) ب َُ ض َر َ ُام ك َْلبا زَ يْد
َُ ا َ َم
ْ
الج ْمعَ ُِة يَ ْو َُم بَ ْيتِ ُِه
()يَز ْورbakal niliki, sapa (ُ )زَ يْدZaid, (ُ )اَبَاهing bapake Zaid, ( )غَداingdalem wektu sesuk. (Zaid akan
mengunjungi bapaknya besuk) ُغَدا اَبَاهُ زَ يْدُ يَز ْور
(ُ )ذَ َهبْتberangkat sapa ingsun, (س ُِة إِلَى ْ maring sekolahan, (صبَاحا
َ )ال َمد َْر َ ) ingdalem wektu esuk (aku
berangkat ke sekolah di waktu pagi) ُس ُِة إِلى ذ َهبْت َ َ ْ
َ صبَاحا ال َمد َْر
َ
(َُ )جل ْوسكutawi lungguhira, (ُعة َ سا ُ ِ )الع ِْل ُِم َمجْ ل
َ ) ingdalem wektu sak jam, (ِس فِى ْ ingdalem majlis ilmu, iku (َُخيْر
ُِ ْ)رقِيْقُ ا َ ْلفُِ ِعت
) luwih bagus (ُق مِ ْن َ tinimbangane merdikakake sewu budak (dudukmu selama satu jam di
majlis ilmu itu lebih baik daripada memerdekakan seribu budak) َُعةُ جل ْوسك َ سا ُ ِ ن َخيْرُ ْالع ِْل ُِم َمجْ ل
َ ِس فِى ُِ ِْعت
ُْ ِق م
ْ
َُِرقِيْقُ اَلف
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semua beri’rab nashab, karena
menduduki posisi maf’ul fih (dzorof)
Munada’
Wajib Dhommah tanpa tanwin Wajib Nashab
Mufrod ‘Alam
م َح َّمدُ َيا
Nakiroh Maqshudah
َرجلُ َيا
Nakiroh ghoiru Maqsudah
Mudhof
ل يَا
َُ للا َرس ْوSerupa Mudhof
َ َُج َبال
طالِعا َيا
(َُ )الَاِلهOra ana pangeran (َُّ )للا اِالkejaba Allah (Tidak ada tuhan kecuali Allah) َالَّ الَاِل ُه
ُ َِ للا ا
Keterangan :
• Lafadz ُ التَّالَمِ يْذadalah ( مُِ ْنهُ ا َ ْلم ْست َثْنَىyang darinya dikecualikan)
Lafadz َّال ُ ِ اadalah ُ( اْْل ْستِثْنَاءُِ ا َ َداةalat untuk mengecualikan).
Dan Lafadz زَ يْداadalah ( ا َ ْلم ْست َثْنَىyang dikecualikan).
• Lafadz َالَاِل ُهadalah ( مِ ْنهُ ا َ ْلم ْست َثْنَىyang darinya dikecualikan).
Lafadz َّال ُ ِ اadalah ُ( اْْل ْستِثْنَاءُِ ا َ َداةalat untuk mengecualikan).
Dan lafadz للاadalah ( ا َ ْلم ْست َثْنَىyang dikecualikan).
Jadi, ا َ ْلم ْست َثْنَىialah isim yang jatuh setelah ُ اْْل ْستِثْنَاءُِ ا َ َداةdan isim yang sebelum ُ اْْل ْستِثْنَاءُِ ا َ َداة, dinamakan
مِ ْنهُ ا َ ْلم ْست َثْنَى
B. Macam-macam alat untuk mengecualikan.
Selainَُّ اِالyang biasa digunakan untuk mengecualikan ada 8 yaitu :
Selain =َُ َخالKecuali =ُس َوا َء َ Kecuali = َّال
ُ ِا
Selain =غيْرُ َحاشَا َ = selain/bukan Kecuali = س َِوى
Selain = ع َدا َُ Kecuali =س َوى
C. Macam-macam Mustatsna (yang dikecualikan)
Mustatsna ada 2 macam, yaitu :
1. Mustatsna Muttashil. Ialah, apabila mustatsna sejenis dengan Mustatsna Minhunya. Misalnya :
(ُ)راَيْت َ wus ningali sapa ingsun, (َُساتِ ْيذ َ َ )اْالing pira-pira guru, sun tingali (ُ )ه ْمutawi deweke kabeh, iku (ُقَ ْد
)اِجْ ت َ َمع ْواtemen-temen wus kumpul sapa deweke kabeh, (سة فِى ْ ingdalem sekolahan, ()اِالَّخَالِدا
َ )ال َمد َْر
kejaba Khalid. (Saya melihat, guru-guru telah berkumpul di sekolahan, kecuali Khalid) ُساتِ ْيذَُ َراَيْت َ َه ُْم اْال
َ اِالَّخَالِدا ْال َمد َْر
س ُِة فِى قَ ْداِجْ ت َ َمع ْوا
Jika kita perhatikan ( خَالِداmustatsna), maka kita menemukan adanya kesamaan jenis dengan َُسا ِت ْيذ َ َاْال
(mustatsna minhu). Jadi, mustatsna dalam jumlah ini, adalah mustatsna muttashil.
(ُ ) َجا َءwus teka, sapa (َُسافِر ْون ْ wong-wong kang pada lelungan, (َُّ )زَ يْدا اِالkejaba Zaid (Para musafir
َ )الم
َ الَّ ْالم
telah datang, kecuali Zaid) سافِر ْونَُ َجا َُء ُ ِزَ يْدا ا
Jika kita perhatikanزَ يْدا sebagai Mustatsna, maka kita temukan ia sejenis dengan َُسافِر ْون َ ْالمyang
menjadi Mustatsna Minhunya. Berarti Mustatsna dalam jumlah ini, juga muttashil.
2. Mustatsna Munqothi’. Ialah apabila Mustatsna, tidak sejenis dengan Mustatsna minhunya.
Misalnya :
(ُْ )اِحْ ت ََرقَتwus kobong apa (ُ )الدَّارomah, (َُّب اِال ْ kejaba buku-buku iku. (rumah itu telah terbakar,
َُ )الكت
kecuali buku-buku itu) ُْالَّ الدَّارُ اِحْ ت ََرقَت َُ ْالكت
ُ ِب ا
(َُ )يَ ْن َجحُ الora lulus, sapa (ُ )التَّالَ ِميْذmurid-murid, (َُّ)المجْ ت َ ِهدُ اِال ْ kejaba murid kang sregep (murid-murid
tidak lulus, kecualimurid yang rajin) َال ُ ِْالمجْ ت َ ِهدُ ا
ُ ُالَّ التَّالَمِ يْذُ يَ ْن َجح
ُ ِْالمجْ ت َ ِه َُد ا
ُ ُالَّ التَّالَمِ يْذُ يَ ْن َجح
َال
( ) َم َر ْرتُ َماora ngliwati sapa ingsun (ُ )بِ ْالقَ ْو ِمing siji kaum, ( )اِالَّزَُيْداkecuali Zaid (saya tidak melewati kaum,
kecuali Zaid) زَ يْدُ\ اِالَّزَ يْدا بِ ْالقَ ْو ُِم َم َر ْرتُ َما
3. I’rob mustatsna wajib mengikuti ‘amil yang sebelumnya. Yaitu apabila jumlahnya berupa jumlah
naqish (tidak disebutkan mustatsna minhunya). Misalnya :
َُ َ )قora ngadeg sapa (َُّ )زَ يْدُ اِالkejaba Zaid (tidak ada yang berdiri kecuali Zaid) ام َما
(ام َما َُ َالَّ ق
ُ ِزَ يْدُ ا
َ ) َمora ningali sapa ingsun, ( )اِالَّزَ يْداkejaba ing Zaid (saya tidak melihat, kecuali Zaid) ُاراَيْت
(ُاراَيْت َ اِالَّزَ يْدُا َم
(ُ ) َما َم َر ْرتora ketemu sapa ingsun, ( )اِالَّ ِبزَ يْدkejaba kelawan Zaid (saya tidak bertemu kecuali dengan
Zaid) ُاِالَّ ِبزَ يْدُ َما َم َر ْرت
Artinya sama dengan diatas ى ُْ ِس َوا َُءَ ْالقَ ْوم َجا َءن
َ ُزَ يْد
2. Khusus pada alat istitsna َال
ُ َخ, ع َدا َ , َحاشَا, maka disamping mustatsnanya dibaca jar, boleh juga ia
dibaca nashab, karena dianggap sebagai maf’ul bih dari alat-alat istitsna itu. Karena ada yang
memasukkan alat-alat istitsna ini kedalam kategori fi’il ( bukan kharf ), sehingga mustatsna menjadi
maf’ul bihnya. Contoh :
ِ wong lanang akeh (َُ)زَ يْدُ َخالsakliyane Zaid / (َُ)زَ يْدا َخال
(ُ ) َجا َءwus teka (ُ )نِ ْىing ingsun, sapa (ُ)الر َجال
nyulayani ing Zaid (telah datang kepadaku banyak laki-laki, selain Zaid) ى ِ َال
ُْ ِالر َجالُ َجا َءن ُ الَ \ زَ يْدُ َخ
ُ زَ يْدا َخ
Artinya sama dengan yang diatas ى
ُْ ِالر َجالُ َجا َءن
ِ ع َدا
َ ُزَُيْدا \ زَ يْد
Artinya sama dengan yang diatas ى
ُْ ِالر َجالُ َجا َءن
ِ زَ يْدا \ زَ يْدُ َحاشَا
I’ROB MUSTATSNA
dengan illa dengan ghoiru,siwa,suwa dan sawa-a dengan kholaa, ‘adaa dan khasyaa
(َُ )الَا َِِلهora ana pangeran ( )َ اِالَّللاkejaba Allah. (Tidak ada Tuhan, selain Alloh) ََ اِالَّللا الَا َِِل ُه
( )الَاِ ْك َراَُهora ana paksaan, ( ْن فِى ِ ) ingdalem agama (tidak ada paksaan di dalam agama) فِى الَا َِِ ْك َراَُه
ُِ الدي
ُِ الدي
ْن ِ
(َُع ُةَ ال َ ) ora ana taat (ُ ) ِل َم ْخل ْوقmaring mahluq (صيَ ُِة فِى
َ طا ِ ق َم ْع ْ ingdalem ma’shiyat maring Alloh (tidak
ُِ )الخَا ِل
ada taat kepada mahluq, di dalam ma’shiyat kepada Alloh) َال ُ َع ُة َ ُصيَ ُِة فِى ِل َم ْخل ْوق
َ طا ُِ ْالخَاُِل
ِ ق َم ْع
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, semua harus beri’rob nashab,
karena isim nakiroh yang secara langsung dimasuki La, dan La nya tidak berulang (hanya satu)
B. Isim La boleh Nashab / rafa’, karena La boleh beramal (menashabkan) dan boleh ilgho’ (tidak
beramal). Yaitu apabila La berulang dan bertemu dengan isim nakiroh. Misalnya :
(ُ )الَ َرج َلora ana utawi wong lanang, ( َّار فِى ُِ )الدiku ingdalem omah, (َُ)والَاِ ْم َراَة
َ lan ora ana utawi wong
wadon, iku ingdalem omah. (tidak seorangpun laki-laki berada di rumah, dan tidak seorang
wanitapun)
َُ َّار َوالَاِ ْم َرا َُة َ فِى الَ َرج
ل ِ الد
َ َ َ
َُّار َوالاِ ْم َراةُ فِى ال َرجل ِ الد
Jika lafadz ل َُ َرجdan َ اِ ْم َرا َُةdibaca nashab, berarti menjadi isimnya َال
ُ yang beramal. Dan jika lafadz
ُرجُلdan
َ ُ اِ ْم َراَةdibaca rafa’, berarti َال ُ tidak beramal. Sehingga lafadz ُرجلmenjadi َ mubtada’ dan lafadz
َّار فِى
ُِ الدmenjadi khobarnya.
C. Apabila La tidak bertemu langsung dengan isim nakiroh, maka isimnya La wajib rafa’ (karena ia
menjadi mubtada’ muakhkhor), dan La harus berulang. Misalnya :
1. Wajib menashabkan. Bila LA bertemu langsung dengan isim Nakiroh, dan LA tidak berbilang.
َُّار الَ َرج َل
ُِ فِىالد2. Boleh beramal &Boleh ilgho’ (tidak beramal). Bila LA berbilang.
َُ َّار َوالَاِ ْم َرا َُة َ فِى َرجلُ\الَ َرج
ل ِ اِ ْم َراَةُ\الد3. Wajib Rafa’. Bila LA tidak bertemu langsung dengan isim nakiroh.
َال
ُ َّار َرجلُ فِىِ َ َوالَاِ ْم َراَة الد
A. Pengertiannya.
Ialah isim yang dinasabkan, yang jatuh setelah Wawu Ma’iyyah ( Wawu yang berarti ‘serta’)
سائِرُ أنَا
َ ل
َُ َوالنِي
14. Matbu'at ( yaitu isim-isim yang diikutkan pada isim-isim yang sebelumnya)
Penjelasan tentang al matbu'at, telah disebutkan di depan. Matbu'at ada 4, yaitu : Shifat Maushuf,
Athaf Ma'thuf, Taukid Muakkad, dan Badal Mubdal.