Anda di halaman 1dari 59

Nahwu dasar untuk pemula

DISUSUN :
K.H. M KATIB MASYHUDI
(Pengasuh Pondok Pesantren Fadlun Minalloh Wonokromo 1, Pleret, Bantul, Yogyakarta.)

PONDOK PESANTREN
FADLUN MINALLOH
YOGYAKARTA
2010

Kalam / Jumlah ( ُ‫)ا َ ْلج ْملَةُ \ ا َ ْل َكالَم‬


Ialah susunan kata yang memberikan pengertian. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan " Kalimat
"
Kalimah ( ُ‫) ا َ ْل َك ِل َمة‬
Ialah susunan huruf yang memiliki pengertian. Dalam bahasa Indonesia dinamakan " Kata " Misalnya
: aku, kamu, meja, buku, pena,mengerti, faham, makan, dll. Apabila beberapa kalimah disusun
dengan benar, maka akan terbentuk kalam/jumlah = kalimat.
Adapun kalimah itu dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Kalimah Isim ( َ ُِ ْ‫ = ) سْمُ اَََ ال‬Kata Benda


2. Kalimah Fi’il ( ُ‫ = ) ا َ ْل ِف ْعل‬Kata Kerja
3. Kalimah Kharf (ُ‫ = ) ا َ ْل َح ْرف‬Kata Sandang

1. KALIMAH ISIM (Kata Benda)

A. Tanda-tanda Kalimah Isim


Agar dapat membedakan kalimah isim dari kalimah-kalimah yang lain, maka kita harus hafal tanda-
tandanya dibawah ini :
1. Ada Alif-Lam / AL (‫ال‬..) pada permulaannya. Contoh:
َّ َ ‫ ا‬, ُ‫ ا َ ْل َم ْراَة‬, ُ‫ الت ِْلمِ يْذ‬, ُ‫ا َ ْلم َد ِرس‬
ُ‫لرجل‬

2. Ada salah satu huruf jar di depannya . Misalnya :


‫ن‬ َُ ِ‫ ْال َم ِد ْينَ ُِة إ‬, ‫ن‬
ُْ ِ‫لى َم َّك ُةَ م‬ ُِ ‫ع‬ ُ ِ‫ النَّب‬, ‫س‬
َ ِ‫ي‬ َّ ‫كَال‬
ُ ِ ‫ش ْم‬
Adapun diantara khuruf jar itu ialah :

Harf Jar Arti Contoh


ُ‫ع ْن‬َ tentang / dari ‫ن‬ ُْ ‫ع‬ َ ‫ي‬ ُْ ِ‫ن ه َري َْرُة َ أَب‬ َُّ َ ‫ي أ‬
َُّ ِ‫ل النَّب‬
َُ ‫قَا‬
‫ى‬ ْ
ُْ ِ‫ ف‬di dalam ُ‫َاب يَ ْق َرأُ التِلمِ يْذ‬ َُ ‫ل فِي ال ِكت‬ْ ُِ ‫ص‬ ْ َ‫الف‬ ْ
‫على‬ َ ْ
َ Seperti ُ‫علي اَل ِكت َاب‬ َ َ ‫ب‬ ْ
ُِ َ ‫ال َمكت‬ ْ
ْ
‫ كَـ‬Seperti َُ‫ْر لَ ْيلَ ُة كَالق َم ُِر َوجْ هك‬
َ َ ُِ ‫ْالبَد‬
َُ \ ‫ل‬
‫ل‬ ُِ Untuk ‫َل‬ ُْ ‫لِلِ \ ِد ْينَارُ لَكَُ ه‬ َُّ ِ
َُّ‫ رب‬Banyak َُّ‫صائِمُ رب‬ َ ‫ْس‬ َُ ‫ال لَهُ لَي‬ َُّ ‫ْالج ْوعُ ِإ‬
ُِ ‫ْال َمس ِْجد ِْال َح َر‬
ُْ ِ‫ م‬Dari َُ‫ام مِ ن‬
‫ن‬
‫ ِإلَى‬ke/maring ‫لى‬ َُ ‫صى ْال َمس ِْج ُِد ِإ‬ َ ‫ْاْل َ ْق‬
‫بُ\ َُو‬ ِ \ َُ‫ ت‬Demi ُِ‫للِ \ بِاللُِ \ َوللا‬ ُ ‫ت َا‬

3. Berakhir dengan huruf ta’ marbutoh ( ‫ ة‬/ ‫ ) ـة‬Misalnya:


ُ‫ ال َم ْرأَة‬, ُ‫ ا َ ْل َجمِ ْيلَة‬, ُ‫ َكثِي َْرة‬, ُ‫ ا َ ْل َم ْرأَة‬, ُ‫صا ِل َحة‬
َّ ‫ ال‬, ُ‫قَ ِل ْيلَة‬
4. Berkharokat tanwin ( --َ----/--َ---- / ---َ---- ) Misalnya :
ُ‫ زَ يْد‬, ُ‫ ت ِْلمِ يْذ‬, ُ‫ مجْ ت َ ِهد‬, ُ‫عالِم‬ َ , ُ‫ ِب ْنت‬, ُ‫صا ِل َحة‬ َ
5. Di depannya ada huruf nida’ ( kata panggilan) Misalnya :
ُ‫ يَازَ يْد‬, ُ‫يَاأَيُّ َهاالنَّاس‬
Sampai di sini, kita harus sudah mampu membedakan mana kalimah yang isim, dan mana kalimah
yang bukan isim. Yaitu dengan memperhatikan ada atau tidaknya tanda-tanda isim pada kalimah itu.
Catatan : Apabila suatu isim telah ada ( ‫ ) ال‬pada permulaannya, maka ia tidak boleh berkharokat
tanwin. Begitu pula jika suatu isim telah berkharokat tanwin, maka tidak boleh ada ( ‫ )ال‬pada
permulaannya.

B. Pembagian Isim ( ُ‫) اْْل َ ْس َماءُِ ت َ ْق ِسيْم‬


Setelah kita bisa membedakan kalimah isim dari kalimah-kalimah yang lain, marilah sekarang kita
pelajari jenis-jenis kalimah isim, agar jika ketemu isim, kita bisa mengetahui isim itu isim apa. Isim
dibagi menjadi 7 jenis, yaitu:
1. Isim Mufrod Mudzakkar ( ُ‫) ْالمذَ َّكرُ ْالمُ ْف َردُ ا َ ْ ِْلسْم‬
Yaitu isim untuk benda-benda yang berjumlah 1, dan berjenis kelamin laki-laki. (isim untuk laki-laki
1).
Cirinya : tidak berakhir dengan ta’ marbuthoh ( ‫ ة‬/ ‫)ـة‬
Contoh :
ُ‫ = المؤْ مِ ن‬seorang laki-laki mu’min
ُ‫ = الم ْسلِم‬seorang laki-laki muslim
ُ‫ =ا َ ْلكَافِر‬seorang laki-laki kafir.
2. Isim Mufrod Muannats ( ُ‫اْلسْم‬ ِ ُ‫) الم َؤنَّثُ الم ْف َرد‬
Yaitu isim yang digunakan untuk benda yang berjumlah 1, dan berjenis kelamin perempuan. (isim
untuk perempuan 1).
Cirinya : selalu berakhir dengan ta’ marbutoh ( ‫ ة‬/‫) ـة‬
Contoh :
ُ‫ = المَََ ْس ِل َمة‬seorang perempuan muslim
ُ‫ = المؤْ مِ نَة‬seorang perempuan mu’min
ُ‫ = ا َ ْلكَاف َِرة‬seorang perempuan kafir
3. Isim Tatsniyah Mudzakkar ( ُ‫اْلسْم‬ ِ ُ‫) المذَ َّكرُ التَّثْنِ َية‬
Yaitu isim untuk dua laki-laki
Cirinya: berakhir dengan tambahan huruf alif-nun (...ََ َ ُِ ‫ان‬
ِ )
atau yak - nun ...ََ َ ُِ َِ َِ ‫)ي ِْن‬
Contoh :
ُِ ‫ ا َ ْلم ْس ِل َم‬/ ‫ ا َ ْلم ْس ِل َميْن‬dua laki-laki muslim
‫ان‬
ُِ ‫ ا َ ْلمؤْ مِ ن‬/ َُ‫ ا َ ْلمؤْ مِ نَيْن‬dua laki-laki mu’min
‫َان‬
ُِ ‫الكافر‬
‫ان‬ َ / ‫ْن‬
ُِ ‫ الكَاف َِري‬dua laki-laki kafir
4. Isim Tatsniyah Muannats ( ُ‫اْلسْم‬ ِ ُ‫) ْالم َؤنَّثُ التَّثْنِ َية‬
Yaitu isim untuk dua perempuan.
Cirinya:berakhir dengan tambahan ta-alif-nun ( ََ ‫)……تان‬ ُِ ُِ ‫ تَي ِْن‬.….. )
atau yak-nun.( َ
Contoh :
ُِ ‫ الم ْس ِل َمت‬/ ‫ْن‬
‫َان‬ ُِ ‫ ا َ ْلمسْل َمتَي‬Dua perempuan muslim
ُِ ‫ المؤمِ نَت‬/ ‫ْن‬
‫َان‬ ُِ ‫ المؤْ مِ نَتَي‬Dua perempuan mu’min
ُِ ‫ الكَاف َِرت‬/ ‫ْن‬
‫َان‬ ُِ ‫ الكَاف َِرتَي‬Dua perempuan kafir
5. Isim Jama’ Mudzakkar ( ُ‫) ْالمذَ َّك ُِر ْال َج ْم ُِع إسْم‬
Yaitu isim untuk banyak laki-laki.
Cirinya: berakhir dengan huruf tambahan wawu-nun
( ََُ‫…ون‬. ْ ) atau yak-nun ( ...َِ.َُ‫)يْن‬. Jika huruf tambahan ini dihilangkan, maka menjadi isim mufrod
mudzakkar
Contoh :
َُ‫ ا َ ْلم ْسلِم ْون‬/ َُ‫ ا َ ْلم ْسلِمِ يْن‬banyak laki laki muslim
َُ‫ ا َ ْلمؤْ مِ ن ْون‬/َُ‫ ا َ ْلمؤْ م ِنيْن‬banyak laki laki mu’min
َُ‫ الكافِر ْون‬/ َُ‫ الكاف ِِريْن‬banyak laki laki kafir
‫ المنافقين‬/ ‫ المنافقون‬banyak laki laki munafiq

6. Isim Jama’ Muanats ( ُ‫) ْالم َؤنَّثُ ْال َج ْمعُ اْلسْم‬


Yaitu isim untuk banyak perempuan.
Cirinya : berakhir dengan alif dan ta’ ta’nits ( ‫…ات‬. )
Contoh :
1) ُ‫ = الم ْس ِل َمات‬banyak perempuan muslim
2) ُ‫ = المؤْ مِ نَات‬banyak perempuan mu’min
3) ُ‫ = الكَاف َِرات‬banyak perempuan kafir
1. Isim Jama’ Taksir ( ُ‫ْر اْل َج ْم ُِع إِسْم‬
ُِ ‫) الت َّ ْك ِسي‬
Yaitu isim untuk benda-benda yang berjumlah banyak, dan tidak memiliki jenis kelamin / jenis
kelaminnya tidak jelas (ketika benda itu disebut).
Cirinya : Berbeda dengan isim-isim sebelumnya, yang semuanya memiliki ciri-ciri khusus, maka isim
jama’ taksir tidak memiliki ciri-ciri khusus. Kita hanya bisa mengetahui isim jama’ taksir dengan
memperhatikan maknanya atau dengan memperhatikan wazan-wazan (patokan-patokan) nya.

Contoh :
Arti Isim Jamak Isim Mufrod
Gunung- gunung ُ‫ا َ ْل َجبَلُ ا َ ْل ِجبَال‬
Kitab- kitab ُ‫ا َ ْل ِكت َابُ الكتب‬
َ َ ‫اْل ْست َاذُ اْل‬
Guru- guru ُ‫ساتِيْذ‬
Masjid- masjid ُ‫اجد‬ ِ ‫س‬َ ‫ال َمس ِْجدُ ال َم‬
Sampai disini, setiap bertemu dengan kalimah isim, kita harus sudah mampu mengetahui isim itu
isim apa. Mufrod, Tatsniyah, atau Jama’, Mudzakkar atau Muannats dengan melihat huruf tambahan
yang ada pada akhir isim itu.
C. Isim-isim Yang Lain
Yang dimaksud dengan isim-isim yang lain, yaitu semua kalimah yang meskipun pada kalimah itu
tidak terdapat tanda-tanda isim, akan tetapi kalimah itu termasuk kalimah isim. Ada pun 3 macam
kalimah isim yang termasuk jenis ini, yaitu :
1. Isim Dhomir (kata ganti)
2. Isim Isyaroh (kata tunjuk)
3. Isim Maushul (kata sambung ).
1. Isim Dhomir
Dalam bahasa Indonesia, Isim Dhomir dikenal dengan istilah Kata Ganti. Secara garis besar Isim
dlomir dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Isim Dhomir Munfashil (terpisah dengan kalimah lain)
2. Isim Dhomir Muttashil (terangkai dengan kalimah lain )
Untuk bisa mengetahui dan membedakan kedua isim dhomir itu, marilah kita memperhatikan
beberapa contoh kalimat / kalam di bawah ini :
Aku akan menolong mu ‫= ا َ ْنصركَُ أَنَا‬
Kamu membawa bukuku = َُ‫ي َح َم ْلتَُ ا َ ْنت‬ ُْ ِ‫ِكت َاب‬
Dia sedang membaca buku nya = ‫ِكت َابَهُ يَ ْق َراُ ه َُو‬
Mereka mengunjungi desa kita = ‫قَ ْر َيتَنَا َيز ْور ْونَُ ه ُْم‬
Kata-kata yang tercetak miring ( Aku, Kamu ,Dia dan Mereka) pada contoh-contoh di atas,
merupakan contoh-contoh untuk isim dhomir munfashil dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan kata-kata yang dicetak tebal ( mu, ku, nya dan kita ) adalah contoh-contoh untuk isim
dhomir muttashil. Coba amati dan fahami dengan seksama !
Hafalkan isim dhomir dibawah ini dengan baik!
Isim Dhomir Munfashil Isim Dhomir Muttashilnya Arti
‫ هُ ه َُو‬/ ‫ ُِه‬Dia (lk) satu
‫ ه َما ه َما‬/ ‫ ه َما‬Dia (lk) dua
‫ ه ُْم ه ُْم‬/ ‫ ه ُْم‬Dia (lk) banyak
َُ ‫ هَا ه‬Dia (pr) satu
‫ِي‬
‫ ه َما ه َما‬/ ‫ ِه َما‬Dia (pr) dua
َُّ ‫ن ه‬
‫ن‬ َُّ ‫ ه‬/ ‫ِن‬َُّ ‫ ه‬Dia (pr) banyak
َ
َُ‫ كَُ أ ْنت‬Kamu (lk) satu
‫ ك َما أ َ ْنت َما‬Kamu (lk) dua
‫ ك ُْم أ َ ْنت ُْم‬Kamu (lk) banyak
ُِ ‫ كُِ أ َ ْن‬Kamu (pr) satu
‫ت‬
‫ ك َما أ َ ْنت َما‬Kamu (pr) dua
َُّ ‫ن أ َ ْنت‬
‫ن‬ َُّ ‫ ك‬Kamu (pr) banyak
َ‫ي أنَا‬ ُْ Saya
ُ‫ نَا نَحْ ن‬Kita
Perbedaan antara Isim Dhomir Munfashil dan Isim Dhomir Muttashil ialah :
1) Isim Dhomir Munfashil selalu berdiri sendiri, terpisah dari kalimah yang lain. Misal :
‫ = ت ِْلمِ يْذُ أَنَا‬saya seorang murid
َُ‫ = م َعلِمُ أ َ ْنت‬kamu seorang guru
2) Isim Dhomir Muttashil tidak bisa berdiri sendiri, dan harus dirangkai dengan kalimah yang lain.
Misalnya:
َُ‫ = َج ِديْدُ ِكت َابك‬bukumu baru
‫ ا َ ْع َمالك ُْم لَك ُْم‬bagimu amalmu =
‫ا َ ْع َمالنَا َولَنَا‬dan bagi kami amal kami =
2. Isim Isyaroh
Dalam bahasa Indonesia, isim Isyaroh disebut dengan kata tunjuk. Sesuai dengan namanya, isim ini
digunakan untuk menunjuk suatu benda. Oleh karena itu , kita cukup menghafal dan mengetahui
cara penggunaannya saja.
Adapun isim-isim Isyaroh itu ialah :
‫ َهذَا‬Ini ( untuk isim mufrod mudzakkar )
‫ َه ِذُِه‬Ini ( untuk isim tmufrod muannats )
ُِ َ‫ َهذ‬Ini ( untuk isim muannats mudzakkar )
‫ان‬
ُِ ‫ َهت‬Ini ( untuk isim tatsniyah muannats )
‫َان‬
ُِ‫ هَؤآلء‬mereka ini ( untuk jama’ mudz. /muannats)
َُ‫ ذَلِك‬Itu ( untuk isim mufrod mudzakkar )
َُ‫ ت ِْلك‬Itu ( untuk isim mufrod muannats )
‫ ذَلِك َما‬Itu ( untuk isim tatsniyah mudzakkar )
‫ ت ِْلُك َما‬Itu ( untuk isim tatsniyah muannats )
َُ‫ اولَئِك‬Itu / mereka itu (untuk isim jama’)
‫ هنَا‬Di sini
َُ‫ هنَاك‬Di sana.

Keterangan :
1) Isim yang jatuh setelah isim isyaroh dinamakan musyar ilaih ( yang ditunjuk )
2) Antara isim isyaroh dengan musyar ilaih harus bersesuaian dalam hal : Mufrod / Jama’nya, dan
Mudzakkar / Muannatsnya. Apabila musyar ilaihnya isim mufrod mudzakkar, maka isim isyarohnya
harus mufrod mudzakkar. Apabila musyar ilaihnya mufrod muannats, maka isim isyarohnya juga
harus mufrod muannats. Begitulah seterusnya.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini !
Arti Musyar ilaih Isim Isyaroh
ini seorang murid lk2 ُ‫َهذَا ت ِْلمِ يْذ‬
ini seorang murid pr. ُ‫َه ِذُِه تلميذَة‬
ini dua orang murid lk2. ‫ان‬ ُِ َ‫ان تلميذ‬
ُِ َ‫َهذ‬
ini dua orang murid pr. ‫َان‬ ُِ ‫َان تلميذَت‬
ُِ ‫هَات‬
ini banyak murid ُ‫هَؤآلءُِ التَّالَمِ يْذ‬

Nah, pada contoh-contoh diatas, kita dapat melihat bahwa isim Isyaroh selalu berbeda,
menyesuaikan dengan Musyar ilaih nya. Begitulah untuk seterusnya.
3. Isim Maushul
Dalam bahasa Indonesia Isim Maushul dinamakan kata Sambung. Karena fungsinya menghubungkan
antara isim yang di depannya (‘Aid) dengan isim yang di belakangnya (Shilah). Isim maushul,
diterjemahkan dengan.’.........yang / kang’ atau diterjemah sesuai dengan isim yang sebelumnya.
Contoh:
1- ُ‫للَِِ ا َ ُْل َح ْمد‬
ُ ‫ي‬ُْ ‫ِل َهذَا َه َدانَا الَّ ِذ‬
ْ ْ ‫ )الَّ ِذ‬Dzat, (‫ ) َه َدا‬kang wus mituduhi sopo
1) (ُ‫ )اَل َح ْمد‬Utawi sekabehe puji, iku( َُِِ‫ )لل‬kagungane Allah,(ُ‫ي‬
dzat, (‫ )نَا‬ing kita, (‫ ) ِل َهذَا‬kanggo iki. (Adapun segala puji adalah bagi Allah, yang telah menunjuki kita,
untuk ini)
2- ُ‫ي ه َوللا‬ ُْ ‫إِ َّاله َُو الَإِلَ ُهَ الَّ ِذ‬
2) (ُ‫)ه َو‬Utawi Deweke, iku (ُ‫ )للا‬Allah. (ُ‫ي‬ ْ ‫ )الَّ ِذ‬Dzat, (َُ‫ )الَإِلَه‬kang ora ana pangeran, (َُّ‫ )ه َُو اِال‬kejaba Deweke.
(Dia adalah Allah, dzat yang tiada tuhan selain Dia).
3- ُ‫ص ِليْنَُ َويْل‬ َ ‫ن ه ُْم الَّ ِذيْنَُ ل ِْلم‬ ُْ ‫ع‬
َ ‫ص َالتِ ِه ُْم‬َ َُ‫ساه ْون‬ َ
3) (ُ‫)ويْل‬Utawiَ neraka Wail, iku ‫ي‬
(َُ‫ْن‬ ‫ل‬
ِ َ ‫ )ل ِْلم‬kanggo wong-wong kang padha sholat, (َُ‫ )الَّ ِذيْن‬hiya wong akeh,
‫ص‬
(ُ‫ )ه ْم‬kang utawi dheweke kabeh, (ُ‫ع ْن‬ َ ‫صالَتِ ِه ُْم‬َ ) saking sholate dheweke kabeh, iku (َُ‫ساه ْون‬ َ ) wong-wong
kang padha lalai. (Adapun Neraka Wail adalah untuk orang-orang yang sholat, yang mereka itu dari
sholat mereka adalah orang-orang yang lalai)
Adapaun isim-isim maushul itu ialah :
Isim Maushul A r t i
ُْ ‫ اَلَّ ِذ‬untuk mufrod mudzakkar
‫ي‬
ُْ ِ‫ اَلَّت‬untuk muf rod muannats
‫ي‬
ُِ َ‫ اَلَّذ‬- ‫ْن‬
‫ان‬ ُِ ‫ اَلَّذَي‬untuk tatsniyah mudzakkar
َّ
ُِ ‫ اَلت‬- ‫ْن‬
‫َان‬ ُِ ‫ اَلَّتَي‬untuk tasniyah muannats
َُ‫ الَّ ِذيْن‬untuk jama’ mudzakkar
‫ الآلتِي‬- ‫ي‬ ُْ ِ‫ اللَّ َوات‬untuk jama’ muannats
ُْ ‫ َم‬untuk semua yang berakal
‫ن‬
‫ َما‬untuk semua yang tak berakal

Kalimah yang setelah isim maushul (shilah), harus memiliki / menyimpan dhomir yang kembali
kepada kalimah yang sebelum isim maushul (‘Aid). Dan antara isim maushul dengan ‘aid harus saling
bersesuaian / cocok. Misalnya :
ُ‫لِل ا َ ْل َح ْمد‬ ُْ ‫َو ْع َدهُ ا َ ْو َج َدنَا الَّ ِذ‬
ُِ ِ ‫ي‬
(ُ‫ )ا َ ْل َح ْمد‬Utawi puji, iku (‫ )لل‬kagungane Allah, (ُ‫ي‬ ْ ‫ )الَّ ِذ‬Dzat, (ُ‫ )ا َ ْو َج َد‬kang wus mujudake sopo Dzat, (‫ )نَا‬ing
kita, (ُ‫)و ْع َده‬ َ ing janjine Dzat. (Adapun segala puji itu adalah milik Allah, yang telah mewujudkan
janjiNya kepada kita )

Keterangan :
• Lafadz‫ للا‬adalah ‘Aid
• Lafadz ‫ي‬ ُْ ‫ اَلَّ ِذ‬isim Maushul
• Lafadzُ‫ ا َ ْوج َد‬adalah Shilah, yang didalamnya tersimpan dhomir yang kembali kepada 'Aid (yaitu ‫)هو‬
• Lafadzُ‫ ه‬pada lafadz ُ‫ َو ْع َده‬adalah dhomir muttashil.
Sampai disini, kita harus sudah mampu :
1) Membedakan kalimah isim dari kalimah-kalimah yang lain.
2) Kita harus sudah bisa membedakan antara Isim mufrod mudzakkar / muannats, isim Tatsniyah
Mudzakkar / muannats, dan antara Isim Jama’ Mudzakkar / muannats / Taksir.
3) Hafal Isim-isim Dhomir, isim-isim Isyaroh, dan juga isim-isim Maushul, dengan baik. Misalnya :

‫وبركاته ورحمةللا عليكم السالم‬


‫ه|بركات|و |للا|رحمة|و |كم|علي |السالم‬
Tarkibnya :
= ُ‫سالَم‬ َّ ‫ال‬isim mufrod mudzakkar = ‫ي‬ ُْ َ‫عل‬
َ | harf Jar =ُ‫ |ك ْم‬isim dhomir muttashil = ‫|و‬ َُ harf =ُ‫|رحْ َمة‬
َ isim
mufrod muannats=ُِ‫ |للا‬isim mufrod mudzakkar = ‫|و‬ َُ harf = ُ‫ |بَ َركَات‬isim jama’ muannats = ُ‫|ه‬isim
dhomir muttashil.
‫من للاُِ بِس ُِْم‬
ُِ ْ‫الرح‬
َّ ‫الرحِ ي ُِْم‬
َّ
ُِ | ‫من |للاُِ |اس ُِْم‬
‫ب‬ ُِ ْ‫|الرح‬ َّ ‫الرحِ ي ُِْم‬
َّ
Tarkibnya :
=‫ب‬ ُِ harf jar = ‫ |اس ُِْم‬isim mufrod mudzakkar = ُِ‫ |للا‬isim mufrod mudzakkar = ‫من‬ ُِ ْ‫|الرح‬
َّ isim mufrod
mudzakkar ‫|الرحِ ي ُِْم‬ َّ = isim mufrod mudzakkar

‫ان مِ نَُ بِاللُِ اَع ْو ُذ‬ ُِ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬ َّ ‫الر ِجي ُِْم ال‬
َّ
ُ‫ب |اَع ْوذ‬ ُِ |ُِ‫انُ| مِ نَُ| للا‬ ِ ‫ش‬ َ
‫ط‬ ‫ي‬
ْ َّ ‫الر ِجي ُِْم | ال‬
َّ
Tarkibnya:
ُ‫ = اَع ْوذ‬Fi’il Mudhore’ | = ‫ب‬ ُِ harf jar = ُِ‫ |للا‬isim mufrod mudzakkar | َُ‫ = مِ ن‬harf jar | ‫ان‬ َ ‫ش ْي‬
ُِ ‫ط‬ َّ ‫ = ال‬isim mufrod
mudzakkar | ‫الر ِجي ُِْم‬ َّ = isim mufrod mudzakkar.
َُّ ‫الديْنَُ ا‬
‫ِن‬ ِ ‫اْ ِالسْالمُ للاُِ ِعن َُد‬
ْ َ
َُّ ‫|الديْنَُ | ا‬
‫ِن‬ ِ ‫الس َْالمُ |للاُِ | ِع ْن َُد‬ ُِ ْ‫ا‬
Tarkibnya:
َُّ ‫ = ا‬harf | = َُ‫الديْن‬isim
‫ِن‬ ِ mufrod mudzakkar | = ‫ ِع ْن َُد‬isim mufrod mudzakkar | ِ‫للا‬ ُ = isim mufrod mudzakkar
ْ
| = ُ‫ ا ِالس َْالم‬isim mufrod mudzakkar.
َُّ ‫ص َالُة َ ا‬
‫ِن‬ َّ ‫ْن ِع َمادُ ال‬ ُِ ‫الدي‬ ِ
َُّ ‫ص َالُة َ |ا‬
‫ِن‬ َّ ‫ال‬ |ُ‫اد‬ ‫م‬َ ِ |ُ‫الدي ِْن‬
‫ع‬ ِ
Tarkibnya :
‫ = ان‬harf | ‫ = الصالة‬isim mufrod muannats = ‫| عماد‬isim mufrod mudzakkar | ‫ = الدين‬isim mufrod
mudzakkar

• Perbanyaklah latihan seperti ini, hingga kamu terbiasa dan faham betul dengan jenis-jenis kalimah
isim.

2. KALIMAH FI’IL ) ُ‫( ا َ ْل ِف ْعل‬


(Kata Kerja)

Kalimah Fi’il ialah kalimah/kata yang artinya menunjuk pada suatu perbuatan. Misalnya : makan,
minum, tidur, menolong, berkata, berjalan, dll. Kalimah Fi’il (kata kerja) terbagi menjadi 3 macam,
yaitu :
1) Fiil Madhi (kata kerja bentuk lampau)
2) Fiil Mudhori’ (kata kerja bentuk sedang / akan)
3) Fiil Amr (kata kerja perintah).
1. FI’IL MADHI (ُ‫اضى ا َ ْل ِف ْعل‬ِ ‫) اْل َم‬
(Kata Kerja Bentuk Lampau)
Sebelum mempelajari fi’il madli lebih jauh, kita harus tahu bahwa fi’il madli merupakan asal bagi fi’il
- f'i’il yang lain. Baik fi’il Mudlore’ maupun fi’il Amar, semua terbuat dari fi’il Madhi. Oleh karena itu
penjelasan tentang fi'il madhi harus kita fahami betul.
Fiil Madli ialah kata kerja bentuk lampau, dimana pekerjaannya telah selesai dikerjakan. Itulah
sebabnya fi’il madli diterjemahkan dengan ‘telah......atau ‘wus....... Misalnya :
َُ ‫ = ا َ َك‬telah makan, ‫ص َُر‬
‫ل‬ َ َ‫ = ن‬telah menolong
ُ‫ض َر‬ َ ‫ = َح‬telah datang, ‫َب‬ َُ ‫ = ذَه‬telah pergi
A. Ciri-ciri Fi’il Madhi
Fiil Madhi kita bedakan dari fi’il-fi’il yang lain, dengan memperhatikan cirinya, yaitu : ‘mengikuti
salah satu dari wazan-wazan fi’il madli yang telah tertentu’. Wazan-wazan fi’il madhi adakalanya
terdiri dari 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf atau 6 huruf.
Wazan ialah ukuran. Wazan fi’il madli, berarti ‘ukuran untuk fi’il madli’. Artinya, jika suatu kalimah
menyamai salah satu dari wazan fi’il madli itu, berarti kalimah itu ‘fi’il madli’. Atau jika suatu kalimah
dinyatakan sebagai fi’il madli, maka kalimah itu harus mengikuti / menyamai salah satu dari wazan-
wazan fi’il madli itu dalam hal : (1) Jumlah huruf dan (2) Kharokat. Contoh :
• Kalimat ‫ص َُر‬ َ َ‫ ن‬adalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhiُ‫فَعَ َل‬
• Kalimah ‫َب‬ َُ ‫ ا َ ْذه‬adalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhiُ‫ا َ ْفعَ َل‬
• Kalimah ‫ل‬ َُ َ ‫ قَات‬adalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhiُ‫ع َل‬ َ ‫فَا‬
• Kalimahَُ‫ ت َ َع َاون‬adalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhiُ‫ع َل‬ َ ‫ تَفَا‬, dst…
B. Wazan-wazan Fi’il Madli
Karena fi'il Madhi itu ada yang terdiri dari 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf dan 6 huruf, maka wazan-
wazannya adalah :
1. Wazan-wazan Fi’il Madhi 3 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
َُ َ‫ص َُر فَع‬
‫ل‬ َ َ‫ ن‬, ‫َب‬ َُ ‫ َكت‬, ‫ل‬ َُ ‫ َد َخ‬, ‫َب‬ َُ ‫ذَه‬
َُ ‫عل َُِم فَ ِع‬
‫ل‬ َ , ‫ِب‬ َُ ‫ َحس‬, ‫ل‬ َُ ِ‫عم‬ َ ,‫ح‬ َُ ‫فَ ِر‬
َُ ‫ َحسنَُ فَع‬, ‫ضح َُم‬
‫ل‬ َ , ‫ كَر َُم‬, ‫ل‬ َُ ‫َجه‬
2. Wazan-wazan Fi’il Madhi 4 huruf :
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
َُ َ‫سنَُ أ َ ْفع‬
‫ل‬ َ ْ‫ أَح‬, ‫ أ َ ْعلَ َُم‬, ‫ أ َ ْدبَ َُر‬, ‫س َُد‬ َ ‫ أ َ ْف‬, ‫ أ َ ْف َر َُد‬, َُ‫آ َمن‬
َُ ‫ع‬
‫ل‬ َ ‫ل فَا‬ َُ َ ‫ قَات‬, ‫هَا َج َُر‬, ‫َاو َُر‬ َ ‫ش‬, ‫ َما َُّد‬, ‫ساقَى‬ َ
َُ َّ‫ح فع‬
‫ل‬ َ َ
َُ ‫ ف َّر‬, َُ‫علق‬ َّ َ , ‫ كف َُر‬, ‫ل‬ َّ َ َّ
َُ ‫ َوك‬, ‫َّر‬ َُ ‫ يَس‬, َُ‫بَيَّن‬
َُ َ‫ل فَ ْعل‬
‫ل‬ َُ ‫ َح ْم َد‬, ‫ب‬ َُ َ‫ َج ْلب‬, ‫ل‬ َُ َ‫ َح ْوق‬, ‫ل‬ َُ ‫َب ْس َم‬
Fi’il Madhi 4 huruf, adakalanya memang asli terdiri dari 4 huruf. Tapi adakalanya berasal dari fi’il
madhi 3 huruf yang diberi tambahan 1 huruf, sehingga menjadi 4 huruf.
3. Wazan-wazan Fi’il Madhi 5 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
َُ َ‫ إِجْ ت َ َم َُع إِ ْفتَع‬, َ ‫إِ ْبت َ َدُأ‬, ‫ب‬
‫ل‬ َُ ‫إِ ْقت ََر‬, ‫إِ ْعت َ َم َُر‬
َُ َّ‫ ت َ َكلَّ َُم تَفَع‬, ‫ل‬
‫ل‬ َُ ‫ ت ََو َّك‬, ‫ل‬ َُ ‫س‬ َّ ‫ت ََو‬, ‫َّر‬ َُ ‫تَيَس‬
َُ ‫ع‬
‫ل‬ َ
َ ‫ تعَ َاونَُ تفَا‬, ‫ل‬ َ َ
َُ ‫سائ‬ َ
َ ‫ ت‬, ‫ع َُد‬ َ ‫ت ََوا‬, ‫تَبَايَ َُع‬
َُ ‫س َُر ِإ ْنفَ َع‬
‫ل‬ َ ‫ ِإ ْن َك‬, ‫ ِإ ْنتَفَ َُع‬, َ ‫ ِإ ْن َكفَُأ‬, ‫ع‬ َُ ‫ص َد‬ َ ‫ُِإ ْن‬
َُّ ‫إِحْ َم َُّر ِإ ْف َع‬, ‫صف ََُّر‬
‫ل‬ ْ ِ‫إ‬, ‫ِإ ْس َم َُّر‬
َُ َ‫ب تَفَ ْعل‬
‫ل‬ َُ َ‫ ت َ َج ْلب‬, ‫ج‬ َُ ‫ ت َ َدح َْر‬, َُ‫ ت َ َم ْسكَن‬, َُ‫طن‬ َ ‫ش ْي‬ َ َ‫ت‬
4. Wazan-wazan Fi’il Madli 6 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
َُ َ‫ إِ ْست َ ْغف ََُر إِ ْست َ ْفع‬, ‫ص َُر‬
‫ل‬ َ ‫ إِ ْست َ ْن‬, ‫ل‬ َُّ ‫إِ ْست َ َح‬
َُ ‫ع‬
‫ل‬ ‫و‬ ‫ع‬
َ ْ َ ِ ْ ْ‫ِح‬ْ
‫ف‬ ‫إ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫و‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬
Perhatikan !!
Semua fiil yang mengikuti wazan-wazan fi'il madhi diatas, dalam hal: ‘jumlah huruf dan kharokatnya’,
berarti fi’il madli. Dan fiil yang mengikuti wazan-wazan itu, dinamakan mauzun (yang mengikuti
wazan). Huruf-huruf tambahan yang ada pada mauzun, sama persis dengan huruf-huruf tambahan
yang ada pada wazan, demikian juga letak huruf-huruf tambahan itu. Contoh :
‫ أ َ ْك َر َُم‬adalah Fi madhi 4 hrf, mengikuti wazan ‫ل‬ َُ َ‫أ َ ْفع‬
َُ َ ‫ قَات‬adalah Fi Madhi 4 hrf, mengikuti wazan ‫ل‬
‫ل‬ َُ ‫ع‬ َ ‫فَا‬
‫س َُر‬ ْ
َ ‫ إِن َك‬adalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan ‫ل‬ َُ َ‫إِ ْنفَع‬
‫ إِجْ ت َ َم َُع‬adalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan ‫ل‬ َُ َ‫إِ ْفتَع‬
‫ ِإحْ َم َُّر‬adalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan ‫ل‬ َُّ ‫إِ ْف َع‬
‫ ِإ ْست َ ْغف ََُر‬adalah Fi Madhi 6 hrf, mengikuti wazan ‫ل‬ َُ ‫إِ ْست َ ْف َع‬
Begitu seterusnya, pelajarilah dengan seksama, hingga benar-benar faham.
C. Perubahan Fi’il Madhi karena perbedaan pelaku.
Fiil-fi’il Madli mengalami perubahan pada huruf akhirnya dengan adanya huruf-huruf tertentu yang
ditambahkan. Dimana huruf-huruf tambahan itu menunjukkan 'siapa pelaku' dari fi’il madhi itu.

Fi’il Madhi Pelaku Arti


‫ص َُر‬ َ َ‫ ه َُو ن‬Dia (lk. 1) telah menolong
‫ص َرا‬ َ َ‫ ه َما ن‬Dia (lk. 2) telah menolong
‫صروا‬ َ َ‫ ه ُْم ن‬Dia (lk banyak) telah menolong
ُْ‫ص َرت‬ َ َ‫ِي ن‬ َُ ‫ ه‬Dia (pr 1) telah menolong
‫ص َرت َا‬َ َ‫ ه َما ن‬Dia (pr 2) telah menolong
َُ‫ص ْرن‬ َ َ‫ن ن‬ َُّ ‫ ه‬Dia (pr.banyak) telah menolong
َُ‫ص ْرت‬ َ َ‫ أ َ ْنتَُ ن‬Kamu(lk.1) telah menolong
‫ص ْرت َما‬ َ َ‫ أ َ ْنت َما ن‬Kamu(lk.2) telah menolong
‫ص ْرت ُْم‬ َ َ‫ أ َ ْنت ُْم ن‬Kamu (lk banyak) telah menolong
ُِ ‫ص ْر‬
‫ت‬ َ َ‫ت ن‬ ُِ ‫ أ َ ْن‬Kamu (pr.1) telah menolong
‫ص ْرت َما‬ َ َ‫ أ َ ْنت َما ن‬Kamu (pr.2) telah menolong
َُّ ‫ص ْرت‬
‫ن‬ َ َ‫ن ن‬ َُّ ‫ أ َ ْنت‬Kamu (pr. banyak) telah menolong
ُ‫ص ْرت‬ َ َ‫ أَنَا ن‬Saya telah menolong
‫ص ْرنَا‬َ َ‫ نَحْ نُ ن‬Kita telah menolong
Jika kita perhatikan perubahan-perubahan fi’il madhi di atas, maka kita menemukan, bahwa
perubahan itu ada pada akhir tiap-tiap fi’il, yaitu adanya tambahan huruf Alif Tatsniyah (‫) ا‬, Wawu
Jama’ (ُ‫ ) ْو‬Tak’ Ta’nits (ُْ‫) ت‬, Ta’ Fa’il ( َُ‫ ت‬, ‫ت‬ ُِ , ُ‫ )ت‬, Nun Fa’il ( ‫ )نَا‬dan Nun Niswah ( َُ‫ ) ن‬sesuai dengan
‘pelaku dari fi’il tersebut.

Penjelasan tentang fi’il madli kita cukupkan sampai di sini dulu. Yang penting,
1. Kita kita harus paham dan hafal wazan-wazan fi’il madhi, sehingga kita bisa membedakan fi'il
madhi dari fi'il-fi'il yang lain dengan menggunakan wazan-wazan itu sebagai patokannya.
2. Kita harus hafal dan faham perubahan-perubahan fi'il madhi sesuai dengan dhomir-dhomir
pelakunya, sehingga kita bisa tahu siapa-siapa pelaku dari fi'il madhi itu.

2. FI’IL MUDHORI’
(Kata kerja bentuk sedang / akan)
Yaitu fi’il (kata kerja) untuk suatu pekerjaan yang sedang / akan dikerjakan. Itulah sebabnya fi’il
mudhore’ selalu diterjemah/dibaca dengan “sedang............” atau “akan.............” Misalnya :
َُ ‫ يَ ْكتبُ ← َكت‬sedang menulis ‫ل‬
‫َب‬ َُ ‫ ي ْدخِ لُ←ا َ ْد َخ‬sedang memasukkan
َ ْ َُ َ ‫ يقاتِلُ ← قَات‬sedang berperang
َُ ‫ يَأكُلُ ← أ َك‬sedang makan ‫ل‬
‫ل‬
َّ َ‫ ق‬sedang memotong
َ ‫ يَ ْق َرأُ ←قَ َرُأ‬sedang membaca ُ‫ط َُع ← يقَ ِطع‬
A. Cara Membuat Fi’il Mudhori’ dari Fi’il Madhi
Yaitu dengan menambahkan salah satu dari huruf-huruf Mudhoro’ah pada permulaan fi’il madhi,
kemudian merubah kharokat bacaannya. Adapun Khuruf Mudhoro’ah itu ialah : Alif, Nun, Yak, dan
Tak (‫ ا‬, ‫ ن‬, ‫ ي‬, ‫ ) ت‬. Misalnya :
‫ص َُر‬ َ َ‫ل ← ي ْدخِ لُ َي ْنصرُ ← ن‬ َُ ‫ا َ ْد َخ‬
ُ‫َب ← َي ْكتب‬ َُ ‫ل َكت‬ َُ َ ‫يقاتِلُ ← قَات‬
ُ‫ل ← يَدْخل‬ َُ ‫طعُ َد َخ‬ َ ‫ط َُع ← يَ ْق‬َ َ‫ق‬
Akan tetapi jika fiil madhinya terdiri dari 3 huruf dan huruf pertamanya berupa Wawu, maka
sebelum ditambahkan huruf mudhoro’ah, wawu tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu, baru
ditambahkan huruf Mudhoro’ah itu. Misalnya :
‫ع َُد ← يَعِدُ يَقِي ← َوقَي‬ َ ‫َو‬
َُ ‫صلُ يَ ِجلُ ← َو ِج‬
‫ل‬ ِ َ‫ل ← ي‬ َُ ‫ص‬
َ ‫َو‬

Dan jika fi’il madhinya terdiri dari 4 huruf atau lebih, serta huruf pertamanya berupa Alif , maka
sebelum ditambahkan huruf mudloro’ah, huruf alif tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu, baru
ditambahkan huruf mudloro’ah. Misalnya :
َُ ‫ل ي ْو ِجبُ ← ا َ ْو َج‬
‫ب‬ َُ َ‫ي ْفعِلُ ← ا َ ْفع‬
‫س َُر يَ ْست َ ْغفِرُ ← إِ ْست َ ْغف ََُر‬
َ ‫يَ ْن َكسِرُ ← إِ ْن َك‬

Khusus pada fi’il mudhori’ yang berasal dari fi’il madhi 4 huruf, maka huruf Mudhoro’ahnya harus
didhommah, sedangkan pada fi’il-fi’il mudhori’ yang lain, semua huruf mudhoro’ahnya dibaca
fatkhah. Misalnya :
َُ ‫سنَُ يف َِرحُ ← فَ َّر‬
‫ح‬ َ ‫ي ْحسِنُ ← أ َ ْح‬
‫اجرُ ← هَا َج َُر يزَ كِى← زَ َّكى‬ ِ ‫ي َه‬
B. Perubahan Fi’il Mudhori’, karena perbedaan Dhomir pelakunya
ُ‫ ه َُو يَ ْكتب‬Dia (lk. 1) sedang menulis
ُِ َ‫ همُا َ يَ ْكتب‬Dia (lk. 2) sedang menulis
‫ان‬
َُ‫ ه ُْم يَ ْكتب ْون‬Dia (lk.Banyak) sedang menulis
ُ‫ِي ت َ ْكتب‬ َُ ‫ ه‬Dia (pr. 1) sedang menulis
ُِ ‫ ه َما ت َ ْكت َب‬Dia (pr. 2) sedang menulis
‫ان‬
َُ‫ن يَ ْكتبْن‬ َُّ ‫ ه‬Dia (pr.Banyak) sedang menulis
ُ‫ أنت ت َ ْكتب‬Kamu (lk. 1) sedang menulis
ُِ َ ‫ ا َ ْنت َما ت َ ْكتبا‬Kamu (lk. 2) sedang menulis
‫ن‬
َُ‫ ا َ ْنت ُْم ت َ ْكتب ْون‬Kamu(lkbanyak)sedang menulis
َُ‫ت ت َ ْكت ِبيْن‬ ُِ ‫ ا َ ْن‬Kamu (pr. 1) sedang menulis
ُِ َ‫ ا َ ْنت َما ت َ ْكتب‬Kamu (pr. 2) sedang menulis
‫ان‬
َُ‫ن ت َ ْكتبْن‬ َُّ ‫ اَ ْنت‬Kamu(prbanyak)sedang menulis
ُ‫ اَنَا ا َ ْكتب‬Saya sedang menulis
ُ‫ نَحْ نُ نَ ْكتب‬Kita sedang menulis

Jika kita perhatikan perubahan perubahan fi’il mudlori’ diatas, maka kita menemukan bahwa :
Huruf mudhoro’ah ( ‫)ا‬, (‫) ن‬, (‫) ي‬, atau (‫ )ت‬yang terletak pada permulaan fi’il, disamping sebagai tanda
fi’il mudhori’, juga sebagai petunjuk ‘siapa’ pelaku dari fi’il mudhori’ itu. (Saya, Kamu, Dia atau Kita).
Sedangkan tambahan huruf pada akhir tiap-tiap fi’il mudlori’ merupakan petunjuk ‘berapa banyak’
pelakunya (satu, dua, atau banyak. Perhatikan daftar perubahan di atas dengan seksama.

C. Macam-macam Fi’il Mudhore’


Fi’il Mudhore’ ada 3 macam,yaitu :
1. Fi’il Mudhore’ Shohih Akhir. Yaitu semua Fi’il Mudhore’ yang huruf akhirnya berupa huruf shohih /
huruf sehat (bukan ‫ و‬, ‫ ا‬, ‫) ي‬. Misalnya :
ُ‫ َي ْر َحم‬mengasihi = ُ‫ = َي ْخرج‬keluar ُ‫ = َيدْخل‬masuk
ُ‫ يَض ِْرب‬memukul = ُ‫ = يَق ْوم‬berdiri ُ‫ = يَجْ لِس‬duduk
2. Fi’il Mudhore’ Mu’tal Akhir. Yaitu semua Fi’il Mudhore’ yang huruf akhirnya berupa huruf ‘illat /
huruf yang sakit yaitu :( ‫ ا‬, ‫ و‬, ‫) ي‬. Sesuai dengan huruf akhirnya, maka Fi’il Mudhore’ Mu’tal Akhir
dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Fi’il Mudhore’ Mu’tal Wawu. Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang huruf terakhirnya berupa Wawu ( ‫) و‬
Misalnya :
‫ = َي ْنمو‬naik ‫ = َي ْغزو‬perang
‫ = يَدْعو‬memanggil ‫ =يَسْرو‬mulia

2. Fi’il Mudlore’ Mu’tal Alif. Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang huruf terakhirnya berupa Alif ( ‫) ا‬.
Misalnya :
‫ = يَ ْخشَى‬takut ‫ = يَ َرى‬melihat
‫ = َي ْر َوى‬segar ‫ضى‬ َ ‫ = َي ْر‬meridhoi
3. Fi’il Mudhore’ Mu’tal Yak. Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang huruf terakhirnya berupa Yak (‫) ي‬.
Misalnya :
‫ضى‬ ِ ‫ = يَ ْق‬menetapkan ‫ = يَ ْرمِ ي‬melempar
‫ = يَ ْن ِوى‬berniat ‫ = يَ ْهدِى‬menunjuki
3. Fi’il Mudhore’ Fi’il Lima (5).
Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang pelakunya dhomir:
misalnya : ‫ ه َما‬, ‫ ه ُْم‬, ‫ أ َ ْنت َما‬, ‫ أ َ ْنت ُْم‬, ‫ت‬ ُِ ‫أ َ ْن‬
Dlomir Fi’il 5
‫ن ه َما‬ ُِ َ‫يَ ْفعال‬, ‫ان‬ُِ َ‫يَ ْكتب‬, ‫ان‬ ُِ َ‫ يَض ِْرب‬, ‫ن‬ ُِ َ ‫ يَ ْفت َحا‬, ‫ان‬ُِ ‫ ي َع ِل َم‬, ‫ان‬
ُِ َ‫يك َِذب‬
‫يَ ْفعل ْونَُ ه ُْم‬, َُ‫يَ ْكتب ْون‬, َُ‫يَض ِْرب ْون‬, َُ‫يَ ْفت َح ْون‬, َُ‫ي َعلِم ْون‬, َُ‫يكَذِب ْون‬
‫ن ا َ ْنت َما‬ ُِ َ‫ت َ ْفعال‬, ‫ن‬ُِ َ ‫ تَ ْفت َحا‬, ‫ان‬
ُِ ‫ تعَ ِل َم‬, ‫ان‬
ُِ َ‫ان تك َِذب‬ ُِ َ‫ت َ ْكتب‬, ‫ان‬
ُِ َ‫تَض ِْرب‬,
ْ ْ
‫تَفعل ْونَُ ا َ ْنت ُْم‬, َُ‫تَكتب ْون‬, َُ‫تَض ِْرب ْون‬, ‫ن‬ ْ
ُِ ‫يَفت َح ْو‬, َُ‫يعَ ِل َم ْون‬, َُ‫يكَذِب ْون‬
ُِ ‫تَفع ِليْنَُ ان‬, َُ‫تَكتبِيْن‬, َُ‫تَض ِْربِيْن‬, َُ‫ت َ ْفتَحِ يْن‬, َُ‫تعَلِمِ يْن‬, َُ‫تك َِذ ِبيْن‬
‫ت‬ ْ َ ْ ْ
3. FI’IL AMAR
(Kata Perintah)

Dalam bahasa Indonesia, fi’il Amar dikenal dengan istilah kata perintah . Misalnya :
= ‫ تَعَلَّ ُْم‬Sinaua ! / Belajarlah !
= ُْ‫ ا ْكتب‬Nulisa ! / Menulislah !
ْ‫ = إِ ْق َرُأ‬Macaa ! / Bacalah !

Seperti halnya fi’il Mudhore’ itu bentukan dari fi’il madhi, maka fi’il Amarpun juga dibentuk dari fi’il
madhi. Adapun caranya yaitu :

A. Cara Membentuk Fi’il Madhi Menjadi Fi’il Amar.


1. Apabila fi’il madhinya terdiri dari 3 huruf, maka fi’il amarnya dibentuk mengikuti 3 kemungkinan
wazan :
ُْ َ‫ِل اِ ْفع‬
‫ل‬ ُْ ‫ل اِ ْفع‬
ُْ ‫ا ْفع‬
Tergantung kharokat ‘ain fi’il pada fi’il mudhori’nya. Jika‘ain fi’il pada fi’il mudhore’nya fatkhah,
maka ‘ain fi’il pada fi’il amarnyapun harus fatkhah ( ‫ل‬ ُْ ‫) اِ ْف َع‬. Jika ‘ain fi’il pada fi’il
َُ َ‫ فَع‬- ُ‫ل – يَ ْف َعل‬
mudhore’nya kasroh, maka ‘ain fi’il pada fi’il amarnya juga kasroh ( ‫ل‬ ُْ ‫) اِ ْفع‬. Begitupula jika
َُ َ‫ فَع‬- ُ‫ِل – يَ ْفعِل‬
‘ain fi’il pada fi’il mudhore’nya dhommah, maka ‘ain fi’il pada fi’il amarnya juga harus didhommah (
َُ ‫ فَع‬- ُ‫ل – يَ ْفعل‬
‫ل‬ ُْ ‫)ا ْفع‬. Lihat contohnya !

Fi’il Amar Fi’il Mudhore’ Fi’il Madhi


ُْ ‫ص َُر َي ْنصرُ ا ْنص‬
‫ُر‬ َ َ‫ن‬
ُْ‫ب يَض ِْربُ إِض ِْرب‬ َُ ‫ض َر‬ َ
ْ ْ
ُْ‫ح يَفت َحُ إِفت َح‬ َُ ‫فت‬َ َ
2. Apabila fi’il madhinya terdiri dari 4 huruf atau lebih, maka fi’il amarnya sama seperti fi’il madhinya
itu, hanya mengalami perubahan kharokat. Lihat contoh-contoh di bawah ini !
Fi’il Amar Fi’il Mudhore’ Fi’il Madhi
ُْ ‫ل ي ْفعِلُ ا َ ْفع‬
‫ِل‬ َُ َ‫ا َ ْفع‬
ُْ ‫ل يفَاعِلُ فَاع‬
‫ِل‬ َُ ‫ع‬َ ‫فَا‬
ُْ ‫ل يفَعِلُ فَع‬
‫ِل‬ َُ َّ‫فَع‬
ُْ ‫ل يفَ ْعلِلُ فَ ْعل‬
‫ِل‬ َُ َ‫فَ ْعل‬
ُْ ‫ع‬
‫ل‬ َ ‫علُ تَفَا‬ َ ‫ل َيتَفَا‬ َُ ‫ع‬َ ‫تَفَا‬
ُْ ‫ل يَ ْفتَعِلُ اِ ْفتَع‬
‫ِل‬ َُ َ‫اِ ْفتَع‬
ْ‫ِل‬ َ ْ
ُ ‫ل يَنفعِلُ اِنفع‬ َ ْ َُ َ‫اِ ْنفَع‬
ُْ َّ‫ل َيتَفَعَّلُ تَفَع‬
‫ل‬ َُ َّ‫تَفَع‬
ُْ ‫ل يَ ْست َ ْفعِلُ اِ ْست َ ْفع‬
‫ِل‬ َُ َ‫اِ ْست َ ْفع‬
A. Perubahan Fi’il Amar karena Perbedaan Dlomir Pelakunya.
Karena fi’il amar itu 'perintah' dari ( orang I ) kepada ( orang II ), maka pelaku fi’il amarpun hanya
orang II (kamu). Perhatikan daftar di bawah ini dengan seksama !
Dhomir Fi’il Amar Arti
‫ ا ْنص ُْر أنت‬Kamu (lk. 1) menolonglah !
‫ ا ْنص َرا أنتما‬Kamu (lk. 2) menolonglah !
‫ ا ْنصر ْوا أنتم‬Kamu(lk. banyak) menolonglah!
‫ي أنت‬ ُْ ‫ ا ْنص ِر‬Kamu (pr. 1) menolonglah !
‫ ا ْنص َرا أنتما‬Kamu (pr. 2) menolonglah !
‫ ا ْنص ْرنَُ أنتن‬Kamu(pr. banyak) menolonglah!
Dari daftar di atas, kita dapat mengetahui bahwa
perubahan-perubahan pada fi’il amar terdapat pada akhir tiap-tiap fi’il. Yakni adanya tambahan
huruf Alif Tatsniyah (‫) ا‬, Wawu Jama' ( ‫) و‬, Yak Muannats Mukhothobah (‫ ) ي‬dan Nun Niswah ( ‫) ن‬.
dimana tambahan huruf-huruf itu menunjukkan berapa banyaknya pelaku
Sampai disini kita harus sudah mampu untuk :
1. Membedakan fi’il Amar dari fi’il-fi’il yang lain (dengan memperhatikan wazan-wazannya)
2. Bisa membuat fi’il Madhi menjadi fi’il Amar
3. Bila menjumpai fi’il Amar maka kita harus bisa mengetahui bahwa itu fi'il Amar, dan sekaligus kita
mengetahui siapa pelakunya.
Agar kita lebih bisa faham dan hafal jenis-jenis Fi'il dengan lebih baik, maka perbanyaklah latihan-
latihan seperti di bawah ini !

1- ‫الَ َو َما كَانَُ للاُ شَا َُء َما‬ ُ ُ‫ن لَ ُْم يَشَاء‬ُْ ‫يَك‬
‫|و | كَانَُ | للاُ | شَا َءُ| َما‬ َُ ‫ن | لَ ُْم | يَشَاءُ | ََ ال | َما‬ ُْ ‫يَك‬
Tarkibnya :
‫ = َما‬kharf | ‫ = شَا َُء‬fi'il madhi wazannya ‫ل‬ َُ َ‫فَع‬, | ‫للا‬ُ َ = isim mufrod mudzakkar | َُ‫ = كَان‬fi'il madhi mengikuti
wazan = ‫فَعَ َلُ| َُو‬kharf | ‫ = َما‬isim maushul | ‫ = ال‬kharf nafi | ُ‫ = يَشَاء‬fi'il mudhore' shohih akhir | ‫ = لَ ُْم‬kharf
|‫ن‬ ُْ ‫ = يَك‬fi'il Mudhore' shohih akhir
2- ‫ل‬ َُ ‫ للاُِ َرس ْولُ قَا‬: ‫ن‬
ُْ ‫ي يف َِق ْههُ َخيْرا بِ ُِه للاُ ي ِر ُِد َم‬
ُْ ِ‫ْن ف‬ ِ ُ‫ر ْش َدهُ َوي ْل ِه ْمه‬
ُِ ‫الدي‬
َُ ‫| للاُِ| َرس ْولُ |قَا‬: ‫ن‬
‫ل‬ ُْ ‫ب |للاُ| ي ِر ِدُ| َم‬ ُِ |ُ‫ْن |فِي |هُ|يف َِق ُْه | َخيْرا | ِه‬ ُِ ‫|الدي‬
ِ ‫ُ|و‬َُ ‫هُ|ر ْش َُد | هُ|ي ْل ِه ْم‬
Tarkibnya :
َُ ‫ = قَا‬fi'il madhi, wazannya (ُ‫) فَ َع َل‬, pelakunya dhomir ( ‫ = َرس ْولُ | ) ه َُو‬isim mufrod mudz. | ُِ‫ = للا‬isim
‫ل‬
mufrod mudz. | ‫ن‬ ُْ ‫ = َم‬kharf syarat | ‫ = ي ِر ُْد‬fi'il mudhore' shohih akhir, | ُ‫ = للا‬isim mufrod mudz | ‫ب‬ ُِ =
kharf jar | ‫ = ُِه‬isim dhomir muttashil | ‫ = َخيْرا‬isim mufrod mudz | ‫ = يف َِق ُْه‬fi'il mudhore' shohih akhir | ُ‫ه‬
= isim dhomir muttashil | ‫ي‬ ُْ ِ‫ = ف‬kharf jar | ‫ْن‬ ِ = isim mufrod mudz | ‫ = َُو‬kharf | ‫ = ي ْل ِه ُْم‬fi'il mudhore'
ُِ ‫الدي‬
shohih akhir | ُ‫ = ه‬isim dhomir muttashil | ‫ = ر ْش َُد‬isim mufrod mudz | ُ‫ = ه‬isim dhomir muttashil.

3- ‫ل‬ َُ ‫ُالى للاُ قَا‬


َُ َ‫ تَع‬: ‫ي‬ ُْ ِ‫ي َوا ْشكر ْوا أ َ ْذك ْرك ُْم فَا ْذكر ْون‬ ُْ ‫الَ ِل‬
ُ ‫ن َو‬ ُِ ‫ت َ ْكفر ْو‬
َُ ‫الى | للاُ | قَا‬
‫ل‬ َُ ‫| ت َ َع‬: ‫|ف‬ َُ ‫ُ|ن | ا ْذكر ُْو‬ ُِ ‫ي‬ ْ | ‫ا|وُ| ك ُْم |أ َ ْذك ُْر‬ َ ‫ل |ا ْشكر ْو‬
ُِ |ُ‫ي‬ َ َ‫ُ|نُ|ت َ ْكفر ْوُ|ال‬
ْ |ُ‫ُ|و‬ ِ ‫ي‬
ْ
Tarkibnya :
َُ ‫ = قَا‬fi'il madhi, wazannya ‫ل‬
‫ل‬ َُ ‫فَ َع‬, pelakunya dhomir ‫ = للاُ | ه َُو‬isim mufrod mudz. | ‫الى‬ َُ ‫ = ت َ َع‬fi'il madhi,
wazannya ( ‫ل‬ َُ ‫) تَفَاع‬, pelakunya dhomir ‫ف | ه َُو‬ َُ = kharf | ‫ = ا ْذكر ُْو‬fi'il amar, dari ‫َر‬ َُ ‫ يَ ْذكرُ – ذَك‬- ‫ا ْذك ُْر‬,
dhomirnya ‫ن | ا َ ْنت ُْم‬ ُِ = Nun Wiqoyah (untuk menjembatani jika 'yak mutakallim' jatuh setelah fi'il) | ‫ي‬ ُْ =
ْ َ
dhomir muttashil / yak mutakallim. | ‫ = أذك ُْر‬fi'il mudhore', dari (ُ‫) ذك ََر‬, dhomirnya ( َُ‫) اَنت‬. | ‫ = ك ُْم‬isim َ ْ
dhomir muttashil. | ‫ = َُو‬kharf 'athaf. | ‫ = ا ْشكر ْوا‬fi'il amar, dari (ُ‫شك ََر‬ َ – ُ‫) ا ْشك ُْر – يَ ْشكر‬, dhomirnya ( ‫) ا َ ْنت ُْم‬. | ‫ل‬
ُِ
= kharf jar. | ‫ي‬ ُْ = isim dhomir muttashil. | ‫ = َُو‬kharf 'ataf. | َ‫ال‬ ُ = kharf nahi. | ‫ = ت َ ْكفر ُْو‬fi'il mudhore' / fi'il
5, dari ( ‫ َكف ََُر‬- ُ‫) َي ْكفر‬, dhomirnya ( ‫) ا َ ْنت ُْم‬. | ‫ن‬ ُِ = Nun wiqoyah.
3. KALIMAH KHARF
(Kata Sandang)
A. Pengertiannya
Kharf ialah kalimah yang tidak bisa berdiri sendiri, akan tetapi harus dirangkai dengan kalimah yang
lain. Baik dirangkai dengan isim atau dirangkai dengan fi’il. Dalam bahasa Indonesia kharf dikenal
dengan istilah “kata sandang”
Di atas telah kita pelajari, bahwa kalimah isim itu memiliki ciri-ciri tertentu, dan kalimah fi’il juga
memiki ciri-ciri yang tertentu pula. Maka, jika suatu kalimah tidak memiliki ciri-ciri isim dan tidak
memiliki ciri-ciri fi’il, berarti kalimah itu kalimah Kharf.
Contoh : ‫( يَا‬kharf Nida) = wahai
َُ (kharf Jawab/ ataf)= maka / kemudian
‫ف‬
َُ‫( أيْن‬Kharf Istifham) = dimana
َ‫ال‬
ُ (Kharf Nahi) = jangan
َ‫ال‬
ُ (Kharf Nafi) = tidak
dan lain-lain .
B. Macam-macam Kharf
Kharf ada banyak sekali macamnya, dan masing –masing kharf memiliki tugas dan fungsi yang
berbeda. Akan tetapi disini akan kita sebutkan macam-macamnya saja dulu, agar kita bisa mengenali
pada saat kita menjumpainya. Sedangkan untuk tugas dan fungsinya, nanti kita pelajari sambil
berjalan sesuai dengan yang kita butuhkan.
a. Terdiri dari 1 huruf :
Kharf Arti Contoh
َ ‫ ُا‬apakah ‫ص َرحُْ اَلَ ُْم‬ ْ َ‫لَكَُ ن‬
ُِ dengan, demi, di ‫ ِب ْالقَلَ ُِم‬, ‫ ِب ْال َم َّك ُِة‬, ِ‫لل‬
‫ب‬ ُ ‫ِبا‬
َُ‫ ت‬demi ِ‫لل‬ ُ ‫ت َا‬
‫سـ‬ َ ... akan / bakal ُ‫سـيَق ْول‬ َ ُ‫سفَ َهاء‬ ُّ ‫ال‬
…‫ فَـ‬maka ‫الَ فَه ُْم‬ ُ َُ‫يؤْ مِ ن ْون‬
‫ كَـ‬seperti ‫ال‬ َ ُ ‫َر‬ُِ ‫ل ك َْالبَش‬ ُْ َ‫ت ه َُو ب‬ ُِ ‫ك َْاليَق ْو‬
‫ لِـ‬/ ‫ لَـ‬untuk/milik ‫ل َِولَدِكَُ َُو لَكَُ َهذَا‬
‫ َُو‬Dan, demi ‫ص ُِر‬ ْ َ‫َو ْالع‬
b. Terdiri dari 2 huruf
Kharf Arti Kharf Arti
َ‫ال‬
ُ tidak/tidak ada ‫ آ‬he…….!
‫ م ُْذ‬nalikane / ketika ‫ اِ ُْذ‬jika , karena , ketika
ُْ ِ‫ م‬sebagian dari ‫ ا َُْم‬Utawa / atau
‫ن‬
‫ َما‬apa?,ora, sesuatu ‫ن‬ ُْ َ ‫ ا‬Yento / bila
َُّ temen-temen ‫ِن‬
‫ن‬ ُْ ‫ ا‬Lamun, senajan
ُْ ‫ ه‬apa ta ? / apakah ‫ ا َ ُْو‬atau
‫َل‬
‫ َوا‬he…..! ‫ي‬ ُْ َ ‫ ا‬yakni, he…..
ُْ ‫ َك‬supaya, untuk ‫ل‬
‫ي‬ ُْ َ‫ ب‬malah, bahkan
ُْ َ‫ ل‬ora ‫ن‬
‫ن‬ ُْ ‫ع‬
َ dari/ tentang
َ‫ ل ُْم‬ora bakal / tak kan ‫ي‬ ُْ ِ‫ ف‬didalam
َ‫ ك ُْم‬berapa ? ‫ قَ ُْد‬benar-benar / terkadang
‫ َيا‬He…..! ‫ لَ ُْو‬jika
c. Terdiri dari 3 huruf
ُُّ َ ‫ ا‬endi sewiji-wiji/apa saja ‫ي‬
‫ي‬ ُْ ‫ أ‬tegese/artinya
ُْ َ‫ اِذ‬Tiba-Tiba َ‫ال‬
‫ن‬ ُ َ ‫ ا‬apata ora/apakah tidak/ingatlah
‫ اِذا‬Tiba-Tiba , Apabila , ketika ‫ ا َ َما‬anapun/adapun
َُّ ‫ ا‬sesungguhnya َُ‫ الَت‬Tidak Ada
‫ِن‬
‫ بَلَى‬Benar َُ‫ لَيْت‬Semoga
‫ ث َُّم‬Kemudian ُ‫ م ْنذ‬Awit / Semenjak
َُّ‫ رب‬Banyak َ‫ال‬ ُ ‫ َخ‬Kecuali / Selain
َُ ‫س ْو‬
‫ف‬ َ Akan ‫ْر‬ َُ ‫غي‬ َ Kecuali / Selain
‫ع َدا‬ َ Selain ‫علَى‬ َ Di atas / ing ngatase

d. Terdiri dari 4 huruf


‫ اِ ْذ َما‬Kapan saja ‫ن‬ َُّ َ ‫ َكا‬Seperti
َّ‫ال‬
ُ َ ‫ ا‬Bahwa tidak َّ‫ال‬ ُ ‫ َك‬Jangan begitu
َّ‫ال‬
ُ ِ‫ ا‬Kecuali ‫ل‬ َُّ ‫ لَ َع‬Semoga
‫ ا َ َّما‬Adapun ‫ِن‬ ُْ ‫ لك‬Akan tetapi
‫ اِ َّما‬Terkadang ‫ لَ َّما‬Ketika
َُّ ‫ َحت‬Sehingga / hingga َ‫ال‬
‫ى‬ ُ ‫ لَ ْو‬Jika tidak karena
‫ َحاشَا‬Sakliyane / selain ‫ لَ ْو َما‬Jika tak karena
َّ‫ال‬
ُ ‫ َه‬Tidakkah
e. Terdiri dari 5 huruf
َُّ ‫ لَك‬anging tetapine / akan tetapi
‫ِن‬

C. Penggunaan Kharf di dalam jumlah


Disamping digunakan sesuai dengan ‘arti-arti’nya, maka kharf-kharf iru juga harus difungsikan
sebagaimana ‘tugasnya’ masing-masing. Misalnya : Kharf Jar harus bertugas meng’jar’kan isim , dan
Kharf Jazm harus men’jazm’kan fi’il, dan seterusnya. Penjelasan lebih lanjut tentang tugas-tugas
kharf, nanti akan kita pelajari ketika kita membicarakan I’rob.

Catatan :
Apa yang telah kita pelajari dari mulai isim, fi'il dan kharf, maka kalau bisa kita harus hafal. Setidak-
tidaknya kita harus faham betul, sehingga kapan saja kita bertemu maka kita bisa tahu bahwa itu
isim / fi'il / kharf.

I’ROB ( ‫( اْلعراب‬
(perubahan pada akhir kalimah)
A. Pengertian I’rob
I’rob ialah perubahan pada tiap-tiap akhir kalimah. Perubahan-perubahan itu dikarenakan adanya
perbedaan ‘amil (penyebab), yang masuk pada kalimah-kalimah itu. Jika suatu kalimah dimasuki
‘amil Rafi’, maka kalimah itu harus beri’rab rafa’. Dan jika yang masuk adalah ‘amil Nashib, maka
kalimah itu harus beri’rab nashab. Demikian pula jika yang masuk adalah ‘amil Jar, maka kalimah
itupun harus beri’rab jar. Begitu seterusnya.
Contoh Keterangan
‫ زَ يْدُ َجا َُء‬huruf ‫د‬pada ُ‫ زَ يْد‬di dzommah
ُ‫ بِزَ يْدُ َم َر ْرت‬huruf ‫ د‬pada ُ‫ زَ يْد‬dikasroh
ُ‫ زَ يْدا َراَيْت‬huruf ‫ د‬pada ُ‫ زَ يْد‬difatkhah
‫ان َجا َُء‬ُِ َ‫ان ت ِْلمِ ْيذ‬ُِ َ‫ ت ِْلمِ ْيذ‬dengan alif ( ‫ ) ا‬setelah َ‫ت ِْلمِ ي ُذ‬
ُ‫ْن َم َر ْرت‬ ُِ ‫ْن بِت ِْلمِ ْيذَي‬
ُِ ‫ ت ِْلمِ ْي َذي‬dengan Yak (‫ )ي‬setelah َ‫تلمي ُذ‬
ُ‫ ت ِْلمِ ْي ِذيْنَُ ت ِْلمِ ْي ِذيْنَُ َراَيْت‬dengan Yak (‫ )ي‬setelah ‫تلمي ُِذ‬

B. Pembagian I’rob
I’rob dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1) I’rob Rafa’ ( ُ‫الر ْفع‬ َّ )
2) I’rob Nashab ( ُ‫صب‬ ْ َ‫) الن‬
3) I’rob Jar ( ‫) ال َج ُُّر‬
4) I’rob Jazm ( ُ‫) ال َج ْزم‬
I’rob Rafa’ dan I’rob Nasab bisa terdapat pada Isim dan Fi’il, I’rob Jar khusus hanya pada Isim, dan
I’rob Jazm khusus pada Fi’il. Jadi , Isim tidak memiliki I’rob Jazm dan Fi’il tidak memiliki I’rob Jar.
C. Tanda-tanda I’rob ( ُ‫عالَ َمات‬ ُِ ‫) اْلْ َِع َْرا‬
َ ‫ب‬
Masing-masing I’rob memiliki ‘tanda-tanda’ yang telah tertentu, dan tanda-tanda itu digunakan pada
‘tempat-tempat’ yang telah tertentu pula. Penjelasan tentang I’rob ini agak rumit, sehingga butuh
kehati-hatian dan perhatian yang ekstra. Karena bab I’rob ini bab yang sangat penting dan mutlak
digunakan pada setiap saat.
(1). I'rob Rafa'
I’rob Rafa’ memiliki 4 tanda, yaitu :
(1) Dzommah (2) Alif (3) Wawu (4) Tetepe huruf Nun
Keterangan :
1 . Dhommah ( _ َ_ /_َ _ _ )
Menjadi tanda untuk I’rob Rafa’ pada 4 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Mufrod, baik mudzakkar maupun Muannats.
Mis. : ُ‫ الت ِْلمِ يْذ‬, ُ‫الَت ِْلمِ ْيذَة‬
2. Pada Isim Jama’ Taksir. Misal : ُ‫ ا َ ْلكتب‬, ُ‫اْل ْش َجار‬
3. Pada Isim Jama’ Muannats. Misal : ُ‫صا ِل َحات‬ َ ‫ال‬, ُ‫القَانِت َات‬
4. Pada Fi’il Mudhori’ Shohih Akhir. Misal : ُ‫يَ ْكتب‬, ُ‫يَدْخل‬
Jadi, pada 4 tempat di atas, apabila i’robnya rafa’ maka tanda rafa’nya dengan dhommah. Atau
apabila salah satu dari ke 4 tempat di atas berkharokat dzommah, berarti i’robnya mesti rafa’.
2. Alif ( ‫) ا‬
Menjadi tanda I’rob Rafa’ hanya pada Isim Tatsniyah saja.
Misalnya : ‫َان‬ ُِ ‫ا َ ْلمؤْ مِ ن‬, ‫َان‬
ُِ ‫ا َ ْلمؤْ مِ نَت‬
‫ المؤمسلمان‬, ‫المسلمتان‬
3. Wawu ( ‫) و‬
Menjadi tanda untuk I’rob Rafa’ pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Jama’ Mudzakkar. Misal : َُ‫ المؤمن ْون‬, َُ‫المسلِم ْون‬
2. Pada Isim 5 (lima) . Misal :َُ‫ اَب ْوه َري َْرة‬, ‫ُم‬ ْ ‫اَخ‬
ُِ ‫والم ْس ِل‬
Adapun Isim 5 ( lima) itu ialah : ُ‫ اَب‬, ُ‫ اَخ‬, ُ‫ َحم‬, ُ‫ ف‬, ُ‫ذ‬
Catatan :
Apabila isim 5 telah diberi tanda i’rob, maka ia tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus dirangkai
dengan isim yang lain. Misalnya :
‫ ك ْمُ|اَب ُْو‬, ‫ ه ْمُ|اَخ ُْو‬, ‫نَا| َح ُّم ُْو‬, ‫ُو‬
ُْ ‫ كَُ|ف‬,‫النُّ ْو َري ِْنُ|ذو‬
4. Tetepe huruf Nun ( َُ‫ ) ن‬atau huruf ‘Nun yang tetap ada',
Menjadi tanda untuk i’rob
rafa’ pada Fi’il 5 (lima).
Misalnya : ‫ان‬ ُِ َ‫يَ ْكتب‬, َُ‫يَ ْكتب ْون‬, ‫ان‬ُِ َ‫ت َ ْكتب‬, َُ‫ت َ ْكتب ْون‬, َُ‫ت َ ْكتبِيْن‬
Kapan Isim Harus Beri'rob Rafa' ?
Isim harus beri'rob rafa' apabila :
1. Menjadi Mubtada (subyek)
2. Menjadi Khobar (predikat)
3. Menjadi Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
4. Menjadi Fa'il (pelaku fi'il)
5. Menjadi Naib Fa'il (pengganti Fa'il)
2. I’rob Nashab
I’rob Nashab memiliki 5 tanda, yaitu :
(1) Fatkhah , (2) Alif , (3) Kasroh , (4) Yak , dan
(5) Membuang huruf Nun
Keterangan :
1. Fatkhah ( __ََ _/_َ_ )
Menjadi tanda bagi I’rob Nashab pada 3 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Mufrod. Misal : َ‫ الت ِْلمِ ْي ُذ‬, َ ‫التلميذُة‬
2. Pada Isim Jama’ Taksir. Misal : ‫ب‬ َُ ‫االَ ْش َج‬
َُ ‫ الكت‬, ‫ار‬
3. Pada Fi’il Mudlori’ Shohih Akhir. Misal : ‫ل‬ َُ ‫يفع‬, ‫ب‬ َُ ‫يضر‬
ِ
2. Alif ( ‫) ا‬
Menjadi tanda I’rob Nashab hanya pada Isim 5 saja.
Misalnya :‫ بَ ْكرُ اَبَا‬, ‫ َمالُ ذَا‬, ُ‫ فَاه‬, ‫ ك ُْم َح َّما‬, ‫كَُ اَخَا‬
3. Kasroh ( َِ )
Menjadi tanda bagi i’rob nashab pada 1(satu) tempat saja, yaitu pada : Isim Jama’ Muannats.
Misalnya : ُ‫ا َ ْلم ْس ِل َمات‬, ‫ت‬ ُِ ‫المؤمنا‬,ُ‫ت‬ ِ ‫صا ِل َحا‬
َّ ‫ال‬
4. Yak ( ‫) ي‬
Menjadi tanda bagi i’rob nashab pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Tatsniyah. Misal :ُ‫ ا َ ْلم ْس ِل َمي ِْن‬, ‫ْن‬ ُِ ‫ا َ ُْلم ْس ِل َمتَي‬
2. Pada Isim Jama’ Mudzakkar. Misal :َُ‫ المسلمِ يْن‬, َُ‫المؤمِ نِيْن‬
5. Membuang Nun
Menjadi tanda untuk I’rob Nashab pada Fi’il 5 saja. Misal :
ُِ َ‫ يَ ْفعال‬- ‫ن‬
‫ن‬ ُ ‫ يَ ْفع‬, َُ‫ يَ ْفعل ْون‬- ‫ن‬
ُْ َ‫الَ ل‬ ُْ َ ‫يَ ْفعل ْوا ا‬
ُِ َ‫ َي ْفعال‬- ‫ن‬
‫ن‬ ُ ‫ ت َ ْفع‬, َُ‫ ت َ ْفعُل ْون‬- ‫ن‬
ُْ َ‫الَ ل‬ ُْ َ ‫ت َ ْفعل ْوا ا‬
َُ‫ ت َ ْفع ِليْن‬- ‫ن‬ ُْ ‫ت َ ْفعل‬
ُْ َ‫ِي ل‬
Kapankah Isim Harus Beri’rob Nashab ?
Isim harus beri’rob Nashab apabila menjadi :
1. Maf’ul Bih (obyek penderita / yang dikenai pekerjaan)
2. Shifat dari Maushuf yang beri’rob Nashab
3. Maf’ul liajlih (sebab / karena)
4. Isimnya‫ إن‬atau saudara-saudaranya
5. Khobarnya‫ كان‬atau saudara-saudaranya
6. Khal (yang menjelaskan keadaan)
7. Maful Muthlaq/Mashdar (yang menjelaskan keadaan fi’il)
8. Tamyiz (yang menjelaskan dzat/jenis yang masih samar)
9. Maf’ul Fih/Dzorof (yang menjelaskan tempat/zaman)
10. Munada Idhofah (mudhof dan mudhof ilaih yang jatuh setelah harf Nida)
11. Mustatsna bi illa
12. Maf’ul Ma’ah.
3. I’rob Jar
I’rob Jar memiliki 3 tanda, yaitu :
(1) Kasroh, (2) Fatkhah, (3) Yak
Keterangan :
1. Kasroh ( --َِ-- )
menjadi tanda bagi I’rob Jar pada 3 tempat, yaitu :
1) Pada Isim Mufrod. Misal : ‫ التلمي ُِذ‬, ُِ‫التلميذَة‬
2) Pada Isim Jama’ Taksir. Misal : ‫ب‬ ُِ ‫ الكت‬, ‫ار‬ُِ ‫ا َ ْالَ ْش َج‬
3) Pada Isim Jama’ Muannats.
Misal : ‫ت‬ ُِ ‫ المسلما‬, ‫ت‬ ُِ ‫المؤمنا‬,ُ‫ت‬ ِ ‫الصالحا‬
2. Fatkhah ( )
Menjadi tanda bagi I’rob jar pada satu tempat saja, yaitu :
pada Isim Ghoiru Munshorif
Misalnya : ‫ بِ َد َرا ِهي َُْم‬, ‫ْر‬
َُ ‫بِ َدنَانِي‬, ‫ي‬
ُْ ِ‫اج َُد ف‬
ِ ‫س‬ َ ‫َم‬
(Penjelasan lebih lanjut tentang Isim Ghoiru Munshorif, nanti menyusul, sambil berjalan)
3. Yak ( ‫) ى‬
Menjadi tanda bagi I’rob Jar pada 3 tempat, yaitu :
1) Pada Isim Tatsniyah. Misal : ‫ْن‬ ُِ ‫اَلجْ ا َ ِهلَي‬
ُِ ‫الم ْس ِل َمي‬, ‫ْن‬
2) Pada Isim Jama’ Mudzakkar. Misal : َُ‫الم ْسلِمِ يْن‬, َُ‫ا َ ْل َجا ِه ِليْن‬
3) Pada Isim Lima. Misalnya : ‫ي‬ ُْ ِ‫بَ ْكرُ اَب‬, َُ‫اَخِ يْك‬, ‫ي‬ ُْ ‫َمالُ ِذ‬
Kapankah isim itu harus beri'rob Jar ?
Isim harus beri'rob Jar apabila :
1. didahului oleh salah satu harf Jar
2. Menjadi Mudhof ilah
3. Tawabi' (isim-isim yang i'robnya mengikuti isim-isim yang sebelumnya).

4. I’rob Jazm ( Khusus pada Fi'il Mudhre' dan Amar )


I’rob Jazm memiliki 3 tanda, yaitu :
(1) Sukun , (2) Membuang huruf Nun , (3) Membuang
huruf ‘illah ( ‫ ي‬, ‫ ا‬, ‫) و‬
Keterangan :
1. Sukun ( َْ )
Menjadi tanda untuk I’ob Jazm pada 2 tempat, yaitu :
2) Fi’il Mudlori’ Shohih Akhir.
Misalnya ‫ل‬ ُْ ‫يَ ْفع‬, ُْ‫ُرب‬
ِ‫ض‬ ْ َ‫ي‬, ‫يَ ْنص ُْر‬
3) Fi’il Amar yang fi’il Mudhore’nya shohih akhir
Misalnya : ‫ِس‬ ُْ ‫اِجْ ل‬, ‫ا ْنص ُْر‬, ُْ‫اِض ِْرب‬
2. Membuang huruf ‫ن‬
Menjadi tanda I’rab Jazm pada Fi’il 5, yang jika I’robnya rafa’ ditandai dengan tetapnya huruf ‫ن‬
.
Misalnya : , ‫ يَ ْفعل ْوا هم‬, ‫الَ انتما‬ ُ ‫ ت َ ْفع‬, ‫يَ ْفعالَُ ه َما ت َ ْفعل ْوا انتم‬
Catatan : Apabila fi’il 5 dibuang nunnya, maka sebagai gantinya harus diberi alif pada nun yang
dibuang itu. (lihat contoh-contoh diatas)
3. Membuang huruf ‘illat ( ‫ ى‬, ‫ ا‬, ‫) و‬
Menjadi tanda I’rob Jazm pada Fi’il Mudlori’ Mu’tal Akhir
(yaitu semua Fi’il Mudlori’ yang huruf terakhirnya berupa
huruf ‘illat ( ‫ ى‬, ‫ ا‬, ‫) و‬.

Fi’il Mudhori’ ada 3 macam, yaitu :


1. Fi’il Mudhori’ Shohih Akhir.
Yaitu semua fi’il Mudlori’ yang huruf akhirnya berupa huruf shohih (bukan ‫ ى‬, ‫ا‬, ‫) و‬
Misalnya :
Tanda I’rob Fi’il ini :
• Rafa’ dengan Dzommah. Misalnya : ُ‫يفعل‬, ُ‫يضرب‬, ُ‫ينصر‬
• Nashab dengan Fatkhah. Misalnya : ‫ل‬ َُ ‫يفع‬, ‫يضرب‬,
َُ َُ
‫ينصر‬
• Jazm dengan Sukun. Misalnya : ‫يفعل‬, ُْ ُْ‫يضرب‬, ‫ينصر‬
ُْ
2. Fi’il Mudhori’ Mu’tal Akhir.
Yaitu semua Fi’il Mudhori’ yang huruf akhirnya berupa huruf-‘illah / huruf sakit ( ‫ ي‬, ‫ ا‬, ‫) و‬.
Fi’il Mudhore' Mu'tal akhir ada 3 macam, yaitu :
1) Fi’il Mudhori’ Mu’tal Wawu
Yaitu semua fi’il Mudhori’ yang huruf akhirnya Wawu
Contoh : ‫ َيدْعو‬, ‫ َيسْرو‬, ‫ينمو‬, ‫َي ْغزُو‬
Tanda I’robnya :
• Rafa’ dengan Dzommah Muqoddar (tak nampak).
Misalnya : ‫يَدْعو‬, ‫يَسْرو‬, ‫ينمو‬, ‫يَ ْغزو‬
• Nashab dengan Fatkhah Dzohir (nampak).
Misalnya : ‫يَدْع َُو‬, ‫يَسْر َُو‬, ‫يَ ْنم َُو‬, ‫ََ يَ ْغز َُو‬
• Jazm dengan Membuang huruf ‘illat-nya.
Misalnya : ُ‫ َيدْع‬, ُ‫ َيسْر‬, ُ‫ َي ْنم‬, ََُ‫َي ْغز‬
2) Fi’il Mudhori’ Mu’tal Alif
yaitu fi’il Mudhori’ yang huruf akhirnya berupa Alif.
Misalnya :
‫ = يَ ْخشَى‬takut ‫ = يَ َرى‬melihat
‫ = يَ ْر َوى‬segar ‫ضى‬ َ ‫ = يَ ْر‬meridhoi
Tanda I’robnya :
• Rafa’ dengan‫ ــ‬Muqoddar (tak nampak).
Misalnya :
‫َي َرى َي ْخشَى‬
‫ضى يَ ْر َوى‬ َ ‫يَ ْر‬
• Nashab dengan ‫ ـَـ‬Muqoddar (tak nampak)
Misalnya : Sama dengan contoh pada I’rob rafa’
• Jazm dengan membuang huruf ‘illatnya.
Misalnya :
َُ ‫يَ َُر يَ ْخ‬
‫ش‬
‫ض يَ ْر َُو‬
َُ ‫يَ ْر‬
3) Fi’il Mudhori’ Mu’tal Yak
yaitu fi’il Mudhori’ yang berakhir dengan huruf Yak
Contoh :
‫يقضى‬ ِ = menetapkan ‫ = يَ ْرمِ ي‬melempar
‫ = ينوى‬berniat ‫ = يَ ْهدِى‬menunjuki
Tanda I’robnya :
• Rafa’ dengan dhommah muqoddar (tersimpan)
Misalnya : ‫يقضى‬ ِ , ‫ َي ْن ِوى‬, ‫ َي ْرمِ ي‬, ‫َي ْهدِى‬
• Nashab dengan fatkhah dzohir (tampak)
Misalnya : ‫ي‬ َُ ‫يقض‬
ِ , ‫ينوى‬
َُ ,‫ي‬ َُ ِ‫ يَ ْرم‬, ‫ِى‬
َُ ‫يَ ْهد‬
• Jazm dengan membuang huruf ‘illatnya.
Misalnya : ‫يقض‬ ُ ِ , ‫ يَ ْن ُِو‬, ‫ يَ ْر ُِم‬, ‫يَ ْه ُِد‬
4. Fi’il Mudhori’ Fi’il 5.
Yaitu semua Fi’il Mudlori’ yang pelakunya dhomir :
‫ ه َما‬, ‫ ه ُْم‬, ‫ ا َ ْنت َما‬, ‫ ا َ ْنت ُْم‬, ‫ت‬ُِ ‫ا َ ْن‬
Atau semua Fi’il Mudlori’ yang mendapat tambahan huruf-huruf
(Alif Tatsniyah) dan, (Wawu Jama’),
atau (Yak Muannats Mukhotobah). Misalnya :
ُِ ‫ن | هما تَدْخ ِليْنَُ | أن‬
‫ت‬ ُِ َ‫َيدْخال‬
‫ن | أنتما‬ ُِ َ‫يَدْخل ْونَُ | هم تَدْخال‬
‫تَدْخل ْونَُ | أنتم‬
Tanda I’robnya :
• Rafa’ dengan Tetepe huruf ‫ ن‬. Misalnya :
( Semua isim 5 diatas, I,robnya rafa’, karena ada huruf ‫ ن‬nya ).
• Nashab dengan Membuang huruf ‫ ن‬. Misalnya :
ُْ َ ‫ن تدخلي ا‬
‫ن‬ ُْ َ ‫يدخال ا‬
ُْ َ ‫ن تدخال ا‬
‫ن‬ ُْ َ ‫يدخلوا ا‬
َُ ‫تدخلوا ا‬
ْ‫ن‬
• Jazm dengan Membuang huruf ‫ ن‬Misalnya :
‫يدخال لَ ُْم تدخلي لَ ُْم‬
‫يدخلوا لَ ُْم تدخال لَ ُْم‬
‫تدخلوا لَ ُْم‬

TABEL I’ROB
Nama Isim Rafa’ Nashab Jar Jazm
Isim Mufrod Mudz dhommah fatkhah kasroh -
contohnya ُ‫َاب ا َ ْل ِكت َاب‬ َُ ‫ب ا َ ْل ِكت‬ ُِ ‫ا َ ْل ِكت َا‬
IsimTats. Mudz. alif yak yak -
ُِ َ‫ْن ا َ ْل ِكت َاب‬
contohnya ‫ان‬ ُِ ‫ْن ا َ ْل ِكت َابَي‬ ُِ ‫ا َ ْل ِكت َا َبي‬
Isim Jama’ Mudz wawu yak yak -
contohnya َُ‫ا َ ْل ِكت َابِيْنَُ ا َ ْل ِكت َابِيْنَُ ا َ ْل ِكت َاب ْون‬
Isim mufrod muanats dhommah fatkhah kasroh -
contohnya ُ‫ا َ ْل ِكت َا َب ُِة ا َ ْل ِكت َا َب ُةَ ا َ ْل ِكت َا َبة‬
Isim Tats Muanats alif yak yak -
ُِ ‫ْن ا َ ْل ِكت َابَت‬
contohnya ‫َان‬ ُِ ‫ْن ا َ ْل ِكت َابَتَي‬ ُِ ‫ا َ ْل ِكتَابَتَي‬
Isim Jama’ Muannats dhommah kasroh kasroh -
contohnya ُ‫ت ا َ ْلم ْس ِل َمات‬ ُِ ‫ت ا َ ْلم ْس ِل َما‬ ُِ ‫ ا َ ْلم ْس ِل َما‬-
Isim Jama’ Taksir dhommah fatkhah kasroh -
contohnya ُ‫ب ا َ ْلكتب‬ َُ ‫ب ا َ ْلكت‬ ُِ ‫ا َ ْلكت‬
Isim 5 wawu alif yak -
contohnya ُ‫ي ا َ َبا َب ْكرُ اَب ْو َب ْكر‬ ُْ ‫َب ْكرُ اَب‬
Fi’il Mudhore’ shohir dhommah fatkhah - sukun
contohnya ُ‫ن يَ ْنصر‬ ُْ َ ‫يَ ْنص ُْر لَ ُْم يَ ْنص َُر ا‬
Fi’il Mudhore’Mu’tal Alif dhommah muqoddar fatkhah muqodar - membuang alif
contohnya ‫ضى‬ َ ‫ن يَ ْر‬ ُْ َ ‫ضى ا‬ َ ‫ُر‬ ْ َ‫ض ي‬ َُ ‫لَ ُْم يَ ْر‬
Fi’il Mudhore’ Mu’tal Wawi dhommah muqoddar fatkhah dzohir - membuang wawu
contohnya ‫ن يَ ْغز َُو يَ ْغز ُْو‬ ُْ َ ‫لَ ُْم يَ ْغزُ ا‬
Fi’il Mudhore’ Mu’tal Yak-i dhommah muqoddar fatkhah dzohir - membuang yak
contohnya ‫ى يَ ْرمِ ى‬ َُ ِ‫ن يَ ْرم‬ ُْ َ ‫لَ ُْم يَ ْر ُِم ا‬
Fi’il 5 tetepe huruf nun membuang nun - membuang nun
contohnya َُ‫ن َي ْكتب ْون‬ُْ َ ‫َي ْكتب ْوا لَ ُْم َي ْكتب ْوا ا‬

I'ROB FI'IL

Sebelum kita membicarakan I'rob-irob Isim, perlu kita lebih dulu membicarakan I'rob Fi'il, karena
pembicaraan I'rob fi'il lebih sedikit dan tak kalah penting untuk kita bicarakan agar ketika kita
praktek membaca, kita bisa menyebutkannya.

A. I'rob Fi'il Madhi


1. Mabni Fatkhah ( huruf terakhirnya harus di fatkhah )
Fi'il Madhi wajib mabni Fatkhah ( huruf terakhirnya harus di fatkhah ) apabila tidak bertemu dengan
Wawu Jama' (ُ‫)و‬, ْ Tak Fa'il (ََُِ َ‫)ت‬, Nun Fa'il (‫)نَا‬, dan Nun Niswah (َُ‫)ن‬
Misalnya :
َُ ‫ َكت‬, ‫ َكتَبَا‬, ُْ‫ص َُر | َكتَبَت‬
‫َب‬ َ َ‫ ن‬, ‫ص َرا‬
َ َ‫ ن‬, ُْ‫ص َرت‬
َ َ‫ج | ن‬
َُ ‫ خ ََر‬, ‫ خ ََر َجا‬, ُْ‫خ ََر َجت‬
fi'il-fi'il madhi ini semuanya mabni fatkhah. Perhatikan huruf terakhir dari fi'il-fi'il ini, semuanya wajib
berkharokat fatkhah.

2. Mabni Dhommah

Fi'il Madhi wajib mabni dhommah ( huruf terakhirnya wajib dikharokati dhommah) apabila bertemu
dengan Wawu Jama' (ُ‫)و‬ ْ Yaitu wawu yang menunjukkan bahwa pelaku fi'il itu, jumlahnya banyak
Misalnya :
َ َ‫ ن‬, ‫ خ ََرج ْوا‬, ‫ ا َ ْخ َرج ْوا‬, ‫ قَات َل ْوا‬, ‫ اِ ْست َ ْغفَر ْوا‬, ‫تَعَ َاون ْوا‬
‫ َكت َب ْوا‬, ‫صر ْوا‬

3. Mabni Sukun

Fi'il Madhi wajib mabni Sukun ( huruf terakhirnya wajib dikharokati sukun ) apabila bertemu dengan
Tak Fa'il (‫ت َما‬, ََُِ َ‫ ت‬, ‫ن‬ َُّ ‫) ت ُْم ت‬, Nun Fa'il ( ‫) نَا‬, dan Nun Niswah ( َُ‫) ن‬
Misalnya :
َُ‫ َكتَبْت‬, ‫ت‬
ُِ ‫ َكت َ ْب‬, , ‫ َكتَبْت َما‬, ‫ َكتَبْت ُْم‬, ‫ن‬ َُّ ‫ َكتَبْت‬, ُ‫ َكتَبْت‬, ‫ َكت َ ْبنَا‬, َُ‫َكتَبْن‬

Cara menta'rib Fi'il Madhi :

َ ‫ َكت‬: adalah fi'il madhi mabni fatkhah, karena tidak bertemu dengan Wawu Jama', Tak Fa'il, Nun Fa'il,
ُ‫َب‬
dan Nun Niswah.
‫ َكت َب ْوا‬: adalah fi'il-fi'il madhi mabni dhommah, karena bertemu dengan Wawu Jama'
َُ‫ َكتَبْت‬: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Tak Fa'il.
‫ َكت َُْبنَا‬: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Fa'il.
َُ‫ َكتَبْن‬: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Niswah.

B. I'rob Fi'il Mudhori'


1. Fi'il Mudhori' wajib Rafa'
Fi'il mudhori' wajib beri'rob rafa', apabila tidak didahului oleh 'Amil Nashib ( kharf-kharf yang
mengharuskan Nashabnya Fi'il Mudhori') ataupun 'Amil Jazim ( kharf-kharf yang mengharuskan
Jazmnya Fi'il Mudhori' )
Misalnya : ُ‫ يَ ْفعل‬, ‫ان‬
ُِ َ‫ يَض ِْرب‬, َُ‫ يَ ْنصر ْون‬, ‫يَ ْرمِي‬

Cara Menta'rib Fi'il Mudhori' :


ُ‫ َي ْفعل‬: adalah fi'il mudhori' shahih akhir, i'robnya rafa' karena tidak didahului oleh 'amil nashib ataupun
'amil jazim, tanda rafa'nya dengan dhommah
ُِ َ‫يَض ِْرب‬: adalah fi'il mudhori' Fi'il 5, i'robnya rafa' karena tidak didahului oleh 'amil nashib ataupun
‫ان‬
'amil jazim, tanda rafa'nya dengan tetapnya huruf Nun
‫ يَ ْرمِ ي‬: adalah fi'il mudhori' mu'tal akhir, i'robnya rafa' karena tidak didahului oleh 'amil nashib
ataupun 'amil jazim, tanda rafa'nya dengan dhommah muqoddar (tersimpan)

2. Fi'il Mudhori' wajib Nashab


Fi'il mudhori' wajib beri'rob Nashab, apabila didahului oleh 'Amil Nashib ( kharf-kharf yang
menasabkan Fi'il Mudhori' ), yaitu :
Kharf Arti Contoh
ُْ َ ‫ أ‬tidak punya arti ُ‫ن أ ِريْد‬
‫ن‬ ُْ َ ‫ت َق ْو َُم أ‬
ُْ َ‫ ل‬ora/tidak ‫ن‬
‫ن‬ ُْ َ‫زَ يْدُ يَ ْخشَي ل‬
ُْ ‫ َك‬supaya/agar َُ‫ي ِجئْتك‬
‫ي‬ ُْ ‫ي َك‬ ُْ ِ‫تعَلَّ َمن‬
ُْ َ‫ اِذ‬yen ngono / jika demikian ‫ن‬
‫ن‬ ُْ َ‫أ ْك ِر َمكَُ َو ِإذ‬
‫ َحتَّي‬sakhingga/hingga ‫ْال َبلَ َُد تَدْخل ْوا َحتَّى س ِْرت ُْم‬
ُِ (Lam Juhud) pantes/pantas ‫لِي َع ِذبَه ُْم للاُ كَانَُ َو َما‬
‫ل‬
ُِ (dengan makna ‫ي‬
‫ل‬ ُْ ‫ ) َك‬supaya/agar َُ‫ي ِجئْتك‬ ُْ ِ‫لِت َعلَّ َمن‬
‫( ا َ ُْو‬dengan makna ‫ال‬ َّ ُ ِ‫ )ا‬kecuali jika /
ْ
kejaba lamun َُ‫ت ْسل َُِم ا َ ُْو اَقتلك‬
َُ (jawab) ‫فَت َحدِثنُا َ ت َأْتِ ْينَا َما‬
‫ف‬
‫( َُو‬jawab) ‫ي‬ُْ ِ‫َوأ ْك ِر َمكَُ اِثْتِن‬

Menta'rib Fi'il Mudhori' :


ُْ َ ‫ ت َق ْو َُم أ‬: adalah fi'il mudhori' shahih akhir, i'robnya nashab karena didahului oleh 'amil nashib ( ‫ن‬
‫ن‬ ُْ َ ‫) ا‬,
tanda nashabnya dengan fatkhah
ُْ َ‫ يَ ْخشَي ل‬: adalah fi'il mudhori' mu'tal akhir, i'robnya nashab karena didahului oleh 'amil nashib (ُ‫)لَ ْن‬,
‫ن‬
tanda nashabnya dengan fatkhah muqoddar (tersembunyi)

‫ تَدْخل ْوا َحتَّى‬: adalah fi'il mudhori' Fi'il 5, i'robnya nashab karena didahului oleh 'amil nashib (‫) َحتَّى‬, tanda
nashabnya dengan membuang huruf Nun
Keterangan :
Apabila fi'il Mudhore' kemasukan 'Amil Nashib, maka I'robnya wajib nashab. Adapun tanda
nashabnya, tergantung dengan fi'il Mudhore'nya.
* Apabila fi'il Mudhore'nya Shohih Akhir, maka tanda Nashabnya dengan fatkhah dhohir (tampak) .
* Apabila fi'il Mudhore'nya Mu'tal Akhir, maka tanda Nashabnya dengan fatkhah muqoddar (fatkhah
yang hanya dikira-kirakan / tidak tampak. Kecuali fi'il Mudhore' Mu'tal Yak, maka tanda nashabnya
dengan fatkhah dhohir (tampak)
* Apabila fi'il Mudhore'nya Fi'il 5, maka tanda Nashabnya dengan membuang huruf Nun.

3. Fi'il Mudhori' wajib Jazm


Fi'il mudhori' wajib beri'rob Jazm, apabila didahului oleh
'Amil Jazim ( kharf-kharf yang menjazmkan Fi'il Mudhori' ), yaitu :

Kharf Arti Contoh


‫( لَ ُْم‬Lam Nafi) ora / tidak ‫ن َولَ ُْم ي ْولَ ُْد َولَ ُْم َي ِل ُْد لَ ُْم‬ُْ ‫َيك‬
‫ لَ َّما‬durung / belum ‫اب َيذ ْوق ْوا لَ َّما‬َُ َ‫ْال َعذ‬
َ‫ال‬
ُ (La Nahi) aja / jangan َ‫ال‬ ُ ‫ك‬ ُْ ‫بِاللاُِ ت ْش ِر‬
ُِ (Lam Amar) becik / hendaknya ‫ِق‬
‫ل‬ ُْ ‫سعَةُ ذ ُْو لِي ْنف‬ ُْ ِ‫سعَتِ ُِه م‬
َ ‫ن‬ َ
ُْ (Lam Amar) becik / hendaknya ‫ض ْيفَهُ فَلي ْك ِر ُْم‬
‫ل‬ ْ َ

Keterangan :
Apabila fi'il Mudhore' kemasukan 'Amil Jazim, maka I'robnya wajib Jazm. Adapun tanda Jazmnya,
tergantung dengan fi'il Mudhore'nya.
* Apabila fi'il Mudhore'nya Shohih Akhir, maka tanda Jazmnya dengan Sukun (tampak) .
* Apabila fi'il Mudhore'nya Mu'tal Akhir, maka tanda Jazmnya dengan 'membuang huruf 'illahnya'
* Apabila fi'il Mudhore'nya Fi'il 5, maka tanda Jazmnya dengan membuang huruf Nun.

C. I'rob Fi'il Amr


Fi'il Amr selamanya hanya beri'rob Jazm ( mabni Jazm ). Adapun tanda jazmnya, sama dengan tanda
jazm pada fi'il mudhori'nya ( adakalanya dengan Sukun, membuang huruf Nun, atau membuang
huruf 'illat mengikuti fi'il mudhori'nya )

Misalnya :

Fi'il Amr Jazm Fi'il Mudhori' Jazm


ُْ‫ (ا ْكتب‬dengan sukun ) ‫ ( ت َ ْكتبُْ لَ ُْم‬dengan sukun )
‫( ا ْكت َبا‬dgn buang huruf Nun) ‫(ت َ ْكتبُا َ لَ ُْم‬dgn buang huruf Nun)
‫( ا ْكتب ْوا‬dgn buang huruf Nun) ‫( ت َ ْكتب ْوا لَ ُْم‬dgn buang huruf Nun)
َُ ‫( ا ِْخ‬dgn buang huruf alif) ‫ش لَ ُْم‬
‫ش‬ َُ ‫( ت َْخ‬dgn buang huruf alif)

_______________
Nahwu dasar untuk pemula, ditulis oleh : M. Katib Masyhudi, pengasuh Pondok Pesantren Fadlun
Minalloh Wonokromo 1, Pleret, Bantul, Yogyakarta.
====================

LANGKAH KE DUA
MENYUSUN BAHAN
(ISIM, FI'IL, DAN KHARF YANG TELAH KITA PELAJARI KITA SUSUN AGAR MENJADI JUMLAH YANG
SEMPURNA)

‫الرحيم الرحمن للا بسم‬

Segala puji bagi Allah SWT


Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada hamba terkasih dan RasulNya
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, kerabat, sahabat, dan juga seluruh pengikutnya yang
senantiasa berjuang untuk bisa mengamalkan sunah-sunahnya.

Semata-mata karena idzin dan pertolonganNya, kami tuliskan di dalam buku ini cara yang Insya Alloh
sangat memudahkan bagi siapa saja yang ingin belajar ilmu Nahwu agar bisa membaca Kitab Gundul
ataupun teks-teks berbahasa Arab lainnya.

Semoga buku ini menjadi bagian dari amal jariyah kami, dan memberikan kemudahan serta manfaat
yang besar bagi santri-santri yang tengah berjuang menuntut ilmu, khususnya di Pondok Pesantren
Fadlun min Alloh dan semua santri yang ingin bisa membaca kitab gundul pada umumnya.

Harapan saya, buku ini juga menjadi sebab Allah SWT melimpahkan karuniaNya kepada istri tercinta
saya Nur Nadhifah, anak-anak saya yang terkasih dan tersayang Ahmad Faiz Abiyoso, Naila Rahmatus
Saniyah dan Ahmad Faishol Abimanyu, sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang shalih dan
shalihah, berilmu dan beramal, gigih dan tabah dalam menjalani hidup di dunia ini untuk Allah dan
Rasulnya. Amin.

Wonokromo, 12 desember 2007


m. katib masyhudi.

Susunan kalimah yang membentuk jumlah / kalam, pada dasarnya hanya ada dua :

1. Jumlah Ismiyah (jumlah yang diawali dengan Isim). Jumlah ini tersusun atas : Mubtada' + Khobar
2. Jumlah Fi'liyah (jumlah yang diawali dengan Fi'il). Jumlah ini tersusun atas : Fi'il + Fa'il.
Namun, adakalanya tersusun beberapa kalimah, akan tetapi tidak termasuk jumlah / kalam, karena
susunan kalimah tersebut tidak menghasilkan pengertian yang sempurna. Susunan kalimah seperti
ini ada 3 yaitu :
1. Mudhof dan mudhof ilaih (ialah 2 isim atau lebih, yang dirangkai menjadi satu, sehingga menjadi
satu rangkaian dan satu pengertian). Misalnya :
ُ‫ = للاُِ َرس ْول‬utusan Allah
ُ‫للاِ بَيْت‬ ُ = rumah Alloh
ُِ ‫ = َبابُ ْالوض ْوءُِ ا َ ْرك‬bab rukun-rukun wudhu
‫َان‬
2. Jar dan Majrur (ialah kharf jar dan isim sesudahnya yang dijarkan. keduanya menjadi satu
rangkaian yang tak bisa dipisahkan).
Misalnya :
‫س ُِة فِي‬ َ ‫ = ْال َمد َْر‬di sekolahan
َُ‫ = ْال َم َّك ُِة اِلَي ْال َم ِد ْينَ ُِة مِ ن‬dari Madinah ke Makkah
3. Shifat Maushuf (sifat dan yang disifati) biasa juga disebut dengan Na'at dan Man'ut.
Misalnya :
ُ َ ُ‫ = ْال َعظِ يْم‬Allah yang maha besar
‫للا‬
ُِ‫من للا‬
ُِ ْ‫الرح‬ َّ ‫الرحِ ي ُِْم‬
َّ = Allah yang pengasih dan penyayang
Susunan-susunan kalimah di atas belum merupakan jumlah / kalam, karena belum nemberikan
pengertian yang sempurna.
BAB ISIM-ISIM YANG HARUS DIRAFA'KAN

Mubtada (subyek)
Khobar (predikat)
Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
Fa'il (pelaku fi'il)
Naib Fa'il (pengganti Fa'il)

1. JUMLAH ISMIYAH ( jumlah yang tersusun dari Mubtada’ dan Khobar )


( ‫) الخبر و المبتدأ‬
= Utawi …+ Iku…/ Adapun…+ adalah…..

A. Pengertian Mubtada dan Khobar


Mubtada ialah Isim yang terletak pada permulaan jumlah (kalimat). Dalam bahasa Indonesia
mubtada’ disebut dengan ‘subyek’ atau ‘pokok kalimat’. Itulah sebabnya kalau kita membicarakan
Mubtada, kita harus membicarakan Khobar. Karena diantara keduanya saling terkait dan tak
mungkin dipisahkan.
Dalam bahasa Indonesia, kapan ada subyek, harus ada predikat. Maka dalam bahasa Arabpun kapan
ada mubtada’ harus ada khobar.
Khobar ialah yang menerangkan mubtada. Khobar bisa berupa isim ataupun fi'il, yang penting harus
menerangkan mubtada'.
Mubtada’ dibaca dengan 'utawi' / 'adapun' dan Khobar dibaca dengan 'iku' / 'adalah'. Isim yang
menjadi mubtada, biasanya diberi simbol huruf mim (‫ )م‬kecil diatasnya. Sedangkan isim atau fi’il
yang menjadi khobar, diberi tanda huruf kho (‫ )خ‬kecil diatasnya. Kapan ada Mubtada, maka disitu
mesti ada Khobar. Kapan ada 'utawi' / 'adapun', maka disitu mesti ada 'iku' / 'adalah'.
Mubtada’ bersama-sama dengan Khobar membentuk suatu ‘Jumlah’, dinamakan JUMLAH ISMIYAH.
Jadi, Jumlah Ismiyah ialah jumlah yang terdiri dari Mubtada’ dan Khobar. (Mubtada' + Khobar =
Jumlah Ismiyah). Contoh-contoh Jumlah Ismiyah, sekaligus nanti setelah kita membicarakan khobar.
B. I'rob Mubtada' dan Khobar
Mubtada' dan Khobar adalah termasuk isim-isim yang harus dirafa'kan I'robnya. Adapun tanda
rafa'nya, tergantung pada isim yang menjadi mubtada' atau khobar itu. Apabila yang menjadi
mubtada' / khobar itu adalah isim mufrod, maka tanda rafa'nya dengan dhommah. Begitu
seterusnya, sesuai dengan tanda-tanda I'rob rafa' yang telah kita pelajari di muka.
C. Macam-macam Khobar.
Khobar ada 5 macam, yaitu :
1) Khobar Mufrod,
2) Khobar Jumlah Ismiyah
3) Khobar Jumlah Fi’liyah
4) Khobar jar majrur
5) Khobar mudhof dan mudhof ilaih

1. Khobar Mufrod
Ialah khobar yang hanya terdiri dari 'satu kalimah isim' walaupun 'satu kalimah isim' itu, berupa isim
mufrod, atau isim tatsniyah, atau isim jama'.
Contoh :
ُ‫ زَ يْد‬Utawi Zaid, iku ُ‫ ت ِْلمِ يْذ‬murid lanang siji ُ‫ت ِْلمِ يْذُ زَ يْد‬
Adapun Zaid, adalah seorang murid lk 2

‫فَطِ ْي َم ُة‬Utawi Fathimah, iku ُ‫ ت ِْل ِم ْيذَة‬murid wadon siji ُ‫ت ِْلمِ ْيذَةُ فَطِ ْي َمة‬
(Adapun Fathimah , adalah seorang murid (pr)

ُ‫ان‬ ُِ َ‫ ت ِْلمِ ْيذ‬murid lanang loro ‫ان‬


ِ ‫ زَ ْي َد‬Utawi Zaid loro, iku ‫ان‬ ُِ َ‫ت ِْلمِ ْيذ‬
ُِ ‫ان زَ ْي َد‬
(Adapun Dua Zaid itu, adalah dua murid lk)

َُ‫ زَ يْد ْون‬Utawi Zaid akeh, iku َُ‫ ت ِْلمِ يْذ ْون‬murid-murid kabeh َُ‫ت ِْلمِ يْذ ْونَُ زَ يْد ْون‬
(Adapun Banyak Zaid itu, adalah murid)
ُ‫ ا َ ْلم َع ِل َمات‬Utawi guru wadon akeh, iku ُ‫عا ِل َمات‬َ wong-wong kang pada pinter ُ‫عا ِل َماتُ ا َ ْلم َع ِل َمات‬
َ
(Adapun Guru-guru (pr) itu, adalah orang-orang yang pandai)

Ta'rib :
ُ‫ = زَ يْد‬isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda rafa'nya dengan
dhommah.
ُ‫ = ت ِْلمِ يْذ‬isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi khobar, tanda rafa'nya dengan
dhommah.
َُ‫ = فَطِ ْي َمة‬isim mufrod muannats, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda rafa'nya dengan
dhommah.
ُ‫ = ت ِْلمِ ْيذَة‬isim mufrod muannats, I'robnya rafa' karena menjadi khobar, tanda rafa'nya dengan
dhommah.

Catatan untuk diingat :1. Kalau ada isim di permulaan jumlah, berarti itu Mubtada'. Berarti di situ
mesti ada khobarnya. Kalau mubtada sudah ditemukan khobarnya, maka harus sudah mahamke.
Kalau belum mahamke, berarti khobarnya belum pas.
2. Mubtada' dan khobar harus beri'rob Rafa'. Kecuali apabila khobarnya berupa jar-majrur atau fi'il,
maka tidak harus rafa', akan tetapi mengikuti aturan I'robnya sendiri. Sedangkan rafa'nya khobar
hanya mahal (menempati) saja.
Misalnya :
ُ‫ن زَ يْد‬ َُ ‫ ْال ُِكت‬, ُ‫َّار فِي زَ يْد‬
ُْ َ‫َاب يَ ْق َر َُء ل‬ ُِ ‫ الد‬,
2. Khobar Jumlah Ismiyah.
Ialah khobar yang berupa jumlah ismiyah (mubtada + khobar) atau jumlah ismiyah yang menjadi
khobar dari suatu mubtada'. Contoh :
ُ‫ زَ يْد‬utawi Zaid, iku ُ‫ اَب ْوه‬utawi bapake Zaid, iku ُ‫ م َعلِم‬guru ُ‫م َعلِمُ اَب ْوهُ زَُيْد‬
(Adapun Zaid, bapaknya adalah seorang guru)

‫ فَطِ ْي َم ُة‬utawi Fathimah, iku ‫ ا ُّم َها‬utawi ibune Fathimah, iku ُ‫ معَ ِل َمة‬guru ُ‫معَ ِل َمةُ ا ُّم َها فَطِ ْي َمة‬
(Adapun Fathimah itu, ibunya adalah seorang guru)

‫ فَطِ ْي َم ُة‬utawi Fathimah, ‫ زلَ ْي َحةُ َُو‬lan utawi Zulaikhah, iku ‫ار َيته َما‬
ِ ‫ َج‬utawi pelayane, iku ُ‫ ذَا ِه َبة‬lunga. ُ‫َُو فَطِ ْي َمة‬
ُ‫اريَته َما زلَ ْي َحة‬
ِ ‫ذَا ِهبَةُ َج‬
(Adapun Fathimah dan Zulaihah itu, pelayan wanitanya pergi)

Ta'ribnya :
• Ladadz ُ‫ زَ يْد‬adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa', karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya
dhommah.
• Lafadz ُ‫ اَب ْوه‬terdiri dari ‫( اَب ُْو‬isim 5) dan ُ‫( ه‬isim dhomir muttashil). Jadi, lafadz ُ‫ اَب ْوه‬adalah mudhof dan
mudhof ilaih.
Lafadz ‫( اَب ُْو‬isim 5) adalah mudhof nya, beri'rob rafa' karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya huruf‫ و‬,
Sedangkan dlomir muttashil ( ُ‫ ) ه‬adalah mudhof ilaih, i’robnya jar, tanda jarnya mabni, karena isim
dhomir.
• Lafadz ُ‫ معَلِم‬adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa',
karena menjadi khobarnya lafadz ُ‫ اَب ْوه‬Jadi, susunan lafadz ُ‫ م َعلِمُ اَب ْوه‬adalah mubtada dan khobar (
jumlah ismiyah ), yang di sini menduduki jabatan khobar dari lafadz ُ‫ زَ يْد‬yang menjadi mubtada’ awal.

• Lafadz ُ‫ فَطِ ْي َمة‬adalah isim mufrod muanats, beri'rob rafa' karena menjadi mubtada’, tanda rafa’nya
dhommah. Sedangkan susunan ‫ معَ ِل َمةُ ا ُّم َها‬adalah jumlah ismiyah yang menjadi khobarnya ُ‫فَطِ ْي َمة‬
Lafadz ‫ ( ا ُّم َها‬terdiri dari ‫ = ا ُُّم‬mudhof, dan ‫ = هَا‬mudhof ilaih) adalah mubtada’. Dan lafadz ‫ معلمة‬adalah
isim mufrod muannats, beri’rob rafa’ karena menjadi khobarnya ‫أمها‬, tanda rafa’nya dhommah.
• Lafadz ‫ زليحة و فطيمة‬, masing-masing adalah isim mufrod muannats yang beri’rob rafa’, karena
menjadi mubtada’, tanda rafa’nya dengan dhommah.
Sedangkan lafadz ‫ ذاهبة جاريتهما‬terdiri dari (‫ جاريتهما‬adalah mubtada', dan ‫ ذاهبة‬adalah khobar) adalah
jumlah ismiyah yang menjadi khobar dari lafadz ‫ زليحة و فطيمة‬.
• Lafadz ‫ جاريته َما‬adalah susunan mudhof dan mudhof ilaih, terdiri dari ‫ =جارية‬mudhof, dan ‫= هما‬
mudhof ilaih
Lafadz ‫ جارية‬adalah isim mufrod muannats, beri’rob rafa’ karena menjadi mubtada’, tanda rafa’nya
dengan dhommah.
Dan lafadz ‫ هما‬adalah isim dhomir muttashil, i’robnya jar karena menjadi mudhof ilaih, tandanya
mabni karena isim dhomir.
3. Khobar 'Jumlah Fi'liyah'
Yaitu khobar yang terbentuk dari Jumlah Fi'liyah, atau Jumlah Fi'liyah yang menjadi khobar. Jadi,
khobar jumlah fi’liyah itu mesti minimal terdiri dari fi’il dan fa’il. Contoh :

‫ زَ ي ُْد‬Utawi Zaid, iku ُ‫ يَ ْكتب‬lagi nulis sapa Zaid, ‫س‬


َُ ‫الد َّْر‬ing pelajaran (adapun Zaid,adalah sedang menulis
ْ
pelajaran) ُ‫س يَكتبُ زَ يْد‬
َُ ‫الد َّْر‬

(ُ‫)ه ْم‬Utawi deweke kabeh, iku (َُ‫ ) َي ْق َرئ ْون‬lagi maca sapa deweke kabeh (ُ‫سه ْم‬ َ ‫ ) َد ْر‬ing pelajarane deweke
kabeh (Adapun mereka, adalah sedang membaca pelajaran mereka) ‫سه ُْم َي ْق َرئ ْونَُ ه ُْم‬ َ ‫َد ْر‬
• Lafadz ُ‫ زيد‬adalah isim mufrod mudz, i'robnya rafa' karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya dengan
dhommah.
• Lafadz ُ‫ يَ ْكتب‬adalah fi'il mudhore' shohih akhir. Fa'ilnya, dhomir ‫ )زَ يْدُ( ه َُو‬yang tersimpan didalam fi’il
itu.
• Lafad ‫الدرس‬
َُ adalah isim mufrod mudz. i'robnya nashab karena menjadi maf'ul bih dari ُ‫ يَ ْكتب‬tanda
nashabnya dengan fatkhah.
• Rangkaian ُ‫س يكتب‬ َُ ‫ الد َّْر‬adalah jumlah Fi'liyah ( karena terdiri dari : Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih, yang disini
menduduki posisi Khobar dari lafadz ُ‫زَ يْد‬
• Jadi, lafad ُ‫ زيد‬adalah Mubtada, yang khobarnya berupa khobar jumlah fi'liyah.
4. Khobar Jar - Majrur.
Yaitu khobar yang terbentuk dari 'jar - majrur'. Atau rangkaian jar-majrur yang menduduki posisi
khobar. Jar-majrur ialah, istilah untuk 'kharf jar dan isim dibelakangnya yang dijarkan'. Contoh :
ُ‫ زَ يْد‬Utawi Zaid, iku ‫ى‬ ُْ ‫َّار ِف‬
ُِ ‫ الد‬ana ing ngomah (Adapun Zaid adalah berada di rumah) ُ‫ى زَ يْد‬ ُْ ‫َّار ِف‬
ُِ ‫الد‬
Keterangan :
• Lafadz ُ‫ زيد‬adalah isim mufrod mudzakkar, beri'rob rafa' karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya
dhommah.
• Lafadz ‫ى‬ ُْ ِ‫ف‬adalah kharf jar
• dan Lafadz ‫الدار‬ ُِ adalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya jar karena didahului oleh kharf jar, tanda
jarnya kasroh karena isim mufrod..
• Rangkaian ‫َّار فِى‬ ُِ ‫( الد‬dinamakan Jar-Majrur) , menduduki I'rob rafa' karena menjadi khobar.
• Jadi lafadz ُ‫َّار فِى زيد‬ ُِ ‫ الد‬adalah Jumlah Ismiyah, yang khobarnya berupa Jar-majrur (khobar jar-majrur)

‫ التَّالَمِ ي ُْذ‬Utawi murid-murid, iku ‫ستِ ِه ُْم فِي‬ َ ‫ َمد َْر‬ingdalem sekolahane deweke kabeh. (Murid-murid berada di
sekolahan mereka). ُ‫ستِ ِه ُْم فِي التَّالَمِ يْذ‬ َ ‫َمد َْر‬
5. Khobar Mudhof dan Mudhof ilaih.
Yaitu khobar yang berupa mudhof dan mudhof ilaih. Mudhof dan mudhof ilaih ialah 2 isim atau lebih
yang dirangkai menjadi satu, sehingga membentuk satu pengertian, dan menduduki satu jabatan.
Contoh :
ُ‫ ا َ ْل ِكت َاب‬Utawi kitab, iku َُ‫ ِع ْن َدك‬ana ingdalem sandingira (Adapun Kitab itu, adalah berada di dekatmu)
ُ‫ِع ْن َدكَُ ا َ ْل ِكت َاب‬
Ta'ribnya :
• Lafadz ُ‫ الكتاب‬adalah isim mufrod mudz., beri'rob rafa' karena sebagai mubtada, tanda rafa'nya
dhommah.
• Lafadz ‫عندك‬terdiri dari lafadz ‫ عند‬dan ‫ ك‬yang dirangkai menjadi satu sehingga menjadi satu
pengertian, dan menduduki satu jabatan. Rangkaian seperti ini dinamakan 'mudhof dan mudhof
ilaih'.Lafadz ‫ =عند‬isim dzorof, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada' tandanya mabni fatkhah. dia
sebagai mudhof. Lafadz ‫ = ك‬isim dhomir muttashil, I'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda jarnya
mabni.
• Jadi, ُ‫عندك الكتاب‬adalah jumlah ismiyah, yang khobarnya berupa mudhof dan mudhof ilaih, yaitu ‫عندك‬
Catatan untuk diingat :
1. Khobar bisa berupa : isim, fi'il, jar-majrur, ataupun mudhof dan mudhof ilaih, bahkan bisa berupa
jumlah. Yang penting menerangkan mubtada, dan cocok dibaca dengan iku / adalah.
2. Di dalam jumlah, khobar tidak mesti jatuh setelah mubtada' langsung, tetapi kadang terpisah oleh
jar-majrur atau kalimah lain sehingga khbarnya ada jauh di belakang. Bahkan dalam hal-hal tertentu,
khobar harus didahulukan dari mubtadanya.
3. Khobar harus beri'rob rafa', itu apabila khobar mufrod. Adapun selain khobar mufrod, rafa'nya
hanya makhal saja

BAB MUDHOF DAN MUDHOF ILAIH


A. Pengertiannya.
Sebelum kita melangkah ke pembicaraan lebih lanjut, penting sekali kalau di sini kita bicarakan
terlebih dulu rangkaian 'mudhof dan mudhof ilaih'. Karena rangkaian ini akan banyak kita jumpai di
dalam jumlah-jumlah.
Mudhof dan Mudhof ilaih ialah 2 isim atau lebih yang dirangkai menjadi satu rangkaian, sehingga
membentuk satu pengertian dan menduduki satu jabatan. Dimana isim yang di depan dinamakan
mudhof, dan isim yang dibelakang dinamakan mudhof ilaih. Dan apabila rangkaian itu terdiri dari 3
isim atau lebih, maka isim yang paling depan dinamakan mudhof, dan isim yang dibelakangnya
dinamakan 'mudhof ilaih tetapi masih mudhof', dan baru isim yang paling belakang , yang
dinamakan mudhof ilaih. Contoh Mudhof dan Mudhof ilaih :
bab wudhu ُ‫ْالوض ْوءُِ بَاب‬
ُِ ‫ْالوض ْوءُِ ا َ ْرك‬
bab rukun-rukun wudhu ُ‫َان بَاب‬
ُِ ‫ْالوض ْوءُِ ا َ ْرك‬
bab mengetahui rukun-rukun wudhu ُ‫َان َم ْع ِرفَ ُِة بَاب‬

B. Hukum Mudhof dan Mudhof ilaih.


1) Mudhof , i'robnya berubah-ubah sesuai dengan jabatannya atau sesuai dengan 'amil yang masuk
kepadanya (bisa rafa', bisa nashab dan bisa jar). Sedangkan Mudhof ilaih, selamanya harus beri'rob
jar.
2) Mudhof tidak boleh ada AL (alif-lam)nya, dan tidak boleh tanwin. Sedangkan mudhof ilaih harus
ada AL-nya atau harus tanwin.
3) Mudhof dan Mudhof ilaih, biasa diterjemahkan dengan : “.......e.…….” atau “......maring.......” atau
“……….saking............” Misalnya :
ُ‫ زيدُ كتاب‬kitabe Zaid ( Kitabnya Zaid )
‫ للاُِ ت َ ْق َوى‬taqwa maring Allah ( Taqwa kepada Allah )
ُ‫ ْال َح ِد ْي ُِد خاتم‬ali-ali saking wesi ( cincin dari besi )
4) Jika yang dimudhofkan adalah isim tatsniyah atau isim jama' mudzakkar, maka 'nun' nya harus
dibuang. Misal :
dua kitab Zaid ‫ان‬ ُِ َ‫زَ يْدُ ِكت َابَا ← زَ يْدُ ِكت َاب‬
orang-orang musyrik Makkah َُ‫ْال َم َّك ُِة م ْش ِركِي ← ْال َم َّك ُِة م ْش ِر ِكيْن‬
dua orang tuaZaid ‫ْن‬ ُِ ‫ي ← زَ يْد َوا ِل َدي‬
ُْ ‫زَ يْد َوا ِل َد‬
5) Antara mudhof dan mudhof ilaih harus dibaca satu rangkaian (tidak boleh dipisahkan), karena
menduduki satu jabatan. Misal :

ُِ ‫ ْالوض ْوءُِ ا َ ْرك‬utawi ngaweruhine rukun-rukune wudhu, iku ُ‫اجب‬


ُ‫َان َم ْع ِرفَة‬ ِ ‫ َو‬wajib, ‫علَى‬
َ ‫ل‬
ُِ ‫ م ْسلِمُ ك‬ingatase
saben-saben wong Islam ُ‫َان َم ْع ِرفَة‬ ُِ ِ‫اجبُ ْالوض ْوء‬
ُِ ‫َ ا َ ْرك‬ ِ ‫علَى َو‬
َ ‫ل‬
ُِ ‫م ْس ِلُم ك‬
(Adapun mengetahui rukun-rukun wudhu, itu adalah wajib bagi setiap muslim)

Catatan untuk diingat :


1. Walaupun terdiri dari beberapa isim, namun karena telah menjadi satu pengertian, maka
rangkaian mudhof-mudhof ilaih di dalam jumlah bisa menjadi khobar, mubtada, fa'il, atau posisi-
posisi lain, tergantung kebutuhan.
2. I'rob mudhof-mudhof ilaih yang terpengaruh oleh kedudukannya di dalam jumlah (kalau mubtada
/ khobar / fa'il harus beri'rob rafa'), hanyalah I'rob mudhof yang paling depan saja, dan mudhof
ilaihnya tetap jar

2. JUMLAH FI'LIYAH (jumlah yang tersusun dari : Fi'il dan Fa'il)

A. Pengertian Fa'il ( Pelaku pekerjaan)


Dalam bahasa Indonesia Fa'il disebut dengan 'pelaku pekerjaan'. Setiap ada fi'il (pekerjaan) mesti
ada fa'il (pelaku pekerjaan itu). Fi'il bersama-sama dengan fa'il membentuk Jumlah Fi'liyah, yaitu
jumlah yang diawali dengan fi’il, atau jumlah yang susunannya : Fi'il + Fa'il.
Dalam penerjemahan bahasa Jawa, Fa’il biasanya dibaca dengan 'sapa' jika yang menjadi fa’il itu
berakal, dan dibaca dengan 'apa' jika yang menjadi fa’il itu tidak berakal.
Apabila suatu fi’il telah disebutkan fa’ilnya maka harus sudah memberikan pengertian, karena sudah
terbentuk suatu jumlah / kalam, yaitu jumlah Fi’liyah. Kecuali apabila fi’ilnya transitif (fi'il yang
membutuhkan obyek), maka baru akan terbentuk pengertian yang sempurna setelah diberikan
obyeknya. Dalam bahasa Arab, obyek disebut dengan Maf’ul Bih. Jadi, susunannya menjadi: ( Fi’il +
Fa’il + Maf’ul Bih )
Fa’il termasuk isim yang harus di rafa’ kan.
Di bawah ini contoh jumlah fi'liyah yang fi'ilnya lazim (tidak membutuhkan obyek / yang dikenai
pekerjaan), sehingga susunannya cukup dengan : Fi'il + Fa'il
ُْ ‫ ت َ ْب ِك‬Lagi nangis, sopo ‫ فَطِ ْي َمة‬Fathimah ‫ى‬
‫ى‬ ُْ ‫فَطِ ْي َمةُ ت َ ْب ِك‬
Fathimah sedang menangis

ُ ‫ يَُ ْم َر‬Lagi lara, sopo ‫سن ْوسِى‬


‫ض‬ َ Sanusi ُ‫سن ْوسِى يَ ْم َرض‬
َ
Sanusi sedang sakit
Keterangan : ‫ى‬ ُْ ‫ت َ ْب ِك‬ dan ُ‫يَ ْم َرض‬adalah fi'il mudhore', fi'il lazim (tidak butuh obyek / maf'ul bih)

Di bawah ini contoh jumlah fi'liyah yang fi'ilnya muta'addi (membutuhkan obyek / yang dikenai
pekerjaan), sehingga susunannya cukup dengan : Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih
ُِ َ‫ الت ِْلمِ ْيذ‬murid loro, ‫س‬
َ ‫ قَ َرُا‬Wus maca, sopo ‫ان‬ ُِ َ‫س الت ِْلمِ ْيذ‬
َُ ‫ الد َّْر‬ing pelajaran َ ‫ان قَ َرُا‬ َُ ‫الد َّْر‬
Dua murid (lk) telah membaca pelajaran

‫ يَ ْق َر ُء‬Lagi maca, sopo ُ‫ التَّالَمِ يْذ‬murid akeh, ‫س‬


َُ ‫ الد َّْر‬ing pelajaran ُ‫س التَّالَمِ يْذُ يَ ْق َرء‬
َُ ‫الد َّْر‬
Murid-murid sedang menulis pelajaran

‫ َي ْق َرُأ‬Lagi maca, sopo َُ‫ ْالم َد ِرس ْون‬guru-guru, َ‫ ْال َم َجلَّ ُة‬ing majalah ُ‫ْال َم َجلَّ ُةَ ْالم َد ِرس ْونَُ َي ْق َرأ‬
Guru-guru (lk) sedang membaca majalah
Keterangan : َ ‫ قَ َرُا‬dan ُ‫ َي ْق َرء‬ adalah fi'il madhi dan fi'il mudhore', fi'il Muta'addi (butuh obyek / maf'ul
bih)
Ta'rib :
• Lafadz ُ‫ فَطِ ْي َمة‬adalah isim mufrod muannats, i’robnya rafa, karena menjadi fa’il dari fi’il ‫ى‬ ُْ ‫ ت َ ْب ِك‬tanda
rafa’nya dommah, karena ia isim mufrod.
• Lafadz ‫سن ْوسِى‬ َ adalah isim mufrod mudzakkar. I’robnya rafa’, karena menjadi fa’il dari fi’il ُ‫يَ ْم َرض‬
Tanda rafa’nya dhommah muqoddar (dhommah yang disembunyikan ), karena ia isim manqush (isim
yang berakhir dengan huruf Yak)
ِ َ‫ اَلت ِْلمِ ْيذ‬, adalah isim tatsniyah mudzakkar, i’robnya rafa’, karena menjadi fail dari fi’il َ ‫قَ َرُا‬
• Lafadzُ‫ان‬
tanda rafa’nya alif, karena isim tatsniyah.
Dan begitu untuk seterusnya, silahkan anda mencobanya.

B. Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan Fa’il


1) Antara fi'il dengan fa'il harus bersesuaian dalam hal mudzakkar atau muannatsnya. Jika fa’ilnya
muannats, maka fi’ilnyapun harus muannats (diberi ‘tak’ ta’nits’ ُْ‫ ) ت‬sehingga jika pada fi’ilnya ada
tak ta’nits, maka fa’ilnya mesti isim muannats. Contoh :
ُْ‫ أ َ َكلَت‬Wus mangan, sopo ُ‫ فَطِ ْي َمة‬Fathimah, ‫ْف‬ َّ ing roti ُْ‫ْف فَطِ ْي َمةُ أ َ َكلَت‬
َُ ‫الر ِغي‬ َُ ‫الر ِغي‬
َّ
Fathimah telah makan roti

‫ ت َ ْق َرُا‬Lagi maca sopo ُ‫ الت ِْلمِ ْيذَة‬murid, ‫س َها‬


َ ‫ َد ْر‬ing pelajarane ُ‫س َها الت ِْلُمِ ْيذَةُ ت َ ْق َرا‬
َ ‫َد ْر‬
Murid (pr.1) sedang membaca pelajarannya
2) Meski fa’ilnya isim jama’, fi’il nya tetap mufrod. Contoh :
ُ‫ َي ْق َرا‬Lagi maca, sopo َُ‫ ْالم ْسلِم ْون‬wong Islam akeh, َُ‫ ْالق ْرآن‬ing Al Qur’an ُ‫ْالق ْرآنَُ ْالم ْسلِم ْونَُ َي ْق َرا‬
Orang-orang Islam sedang membaca Al Qur’an

‫ ت َ ْق َرُا‬Lagi maca, sopo ُ‫ ْالم ْس ِل َمات‬wong-wong Islam(pr), َُ‫ ْالق ْرآن‬ing Al Qur’an ُ‫ْالق ْرآنَُ ْالم ْس ِل َماتُ ت َ ْق َرا‬
Orang-orang Islam (pr) sedang membaca Al Qur’an
3) Adakalanya fa’il berupa jumlah. Contoh :
ُ‫ َي ِجب‬wajib, ‫علَيْك ُْم‬
َ ingatase sira kabeh, apa ‫ن‬ ُْ َ ‫ ت َ ِب ُّر ْوا ا‬bekti sapa sira kabeh, ‫ َوا ِل َديْك ُْم‬ing wong tuwa loroira
kabeh ُ‫علَيْك ُْم َي ِجب‬ ُْ َ ‫َوا ِل َديْك ُْم ت َ ِب ُّر ْوا ا‬
َ ‫ن‬
Wajib atas kamu semua, berbakti kepada kedua orang tuamu

ُ ‫ يَ ِج‬Wajib ‫علَيْك ُْم‬


‫ب‬ َ ingatase sira kabeh, opo ‫ن ت َص ْوم ْوا‬ُْ َ ‫ ا‬poso sopo sira kabeh, َُ‫ضان‬
َ ‫ َر َم‬ingdalem wulan
Romadhon ُ‫عليْك ُْم يَ ِجب‬ َ ُْ َ ‫ضانَُ ت َص ْوم ْوا ا‬
َ ‫ن‬ َ ‫َر َم‬
Wajib atas kamu semua, berpuasa di bulan Romadhon
C. Macam-macam Fa’il
Fa’il dibagi menjadi 2 macam.
1) Fa’il isim dzohir
yaitu Fa'il yang berupa isim yang berada di belakang fi'ilnya. Contoh-contoh Fa'il yang telah
disebutkan di atas, semuanya adalah fa'il-fa'il isim dhohir. Kecuali pada fi'il ‫ن‬ ُْ َ ‫ تَبِ ُّر ْوا ا‬dan ‫ن‬
ُْ َ ‫ ت َص ْوم ْوا ا‬,
maka fa'il dari ke dua fi'il ini berupa dhomir ‫ ا َ ْنت ُْم‬yang tersimpan di dalam kedua fi'il itu. Perhatikan
dengan seksama semua contoh-contoh di atas !
2) Fa’il isim dhomir
yaitu Fa’il yang tidak tampak, karena berupa isim dhomir yang tersimpan di dalam fi’ilnya.
Perhatikan kembali dengan seksama perubahan-perubahan fi'il madhi, mudhori' dan amar yang
telah kita pelajari. Kita telah ketahui bahwa semua perubahan-perubahan itu sesuai dengan isim-
isim dhomir yang menjadi fa'il dari fi'il-fi'il itu.

Contoh-contoh fa'il isim dhomir :

ُ ‫ ا َ ْكُتبُ\ َكتَب‬wus nulis / lagi nulis sapa ingsun, ‫س‬


‫ْت‬ ُْ ِ‫ ِكت َاب‬ingdalem kitabingsun ُ‫َكتَبْت‬
َُ ‫ الد َّْر‬ing pelajaran, ‫ي فِي‬
\ُ‫س ا َ ْكتب‬
َُ ‫ي فِي الد َّْر‬
ُْ ‫ِكت َا ِب‬
Saya telah / sedang menulis pelajaran di dalam bukuku.

ُ‫ ت َ ْذهَب ْونَُ \ ذَ َهبْت ْم‬wus berangkat / lagi berangkat sapa sira kabeh, ‫ستِك ُْم اِلَي‬
َ ‫ َمد َْر‬maring sekolahanira kabeh,
‫صبَاحا‬ ْ َ
َ ingdalem wektu esuk ‫ستِك ُْم اِلي تَذهَب ْونَُ \ ذَ َهبْت ُْم‬
َ ‫صبَاحا َمد َْر‬
َ
Kalian telah berangkat / sedang berangkat ke sekolahan kalian diwaktu pagi.

ُ‫ اِ ْذ َه ِب ْي‬Berangkata sapa sira wadon !, ‫ستِكُِ اِلَي‬ َُّ ‫ َي ْومُ ك‬ingdalem saben-saben dina
َ ‫ َمد َْر‬maring sekolahanira, ‫ل‬
ُْ ‫ستِكُِ اِلَي اِ ْذ َه ِب‬
‫ي‬ َُّ ‫َي ْومُ ك‬
َ ‫ل َمد َْر‬
Berangkatlah kamu pr, ke sekolahmu setiap hari
Keterangan :
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semuanya adalah fi'il. Sedangkan
fa'ilnya, adalah isim-isim dhomir yang tersimpan di dalam fi'il-fi'il itu (fa'il isim dhomir)

Catatan untuk diingat :


1. Pada dasarnya jumlah itu hanya ada 2, yaitu Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah
2. Jumlah fi'liyah = Fi'il + Fa'il (jika fi'ilnya lazim) dan Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih (jika fi'ilnya muta'addi).
3. Untuk bisa mengetahui apakah fi'il itu lazim atau muta'addi, hanya dengan mengetahui 'arti'nya.

4. Baik jumlah ismiyah maupun jumlah fi'liyah, adakalanya hanya menjadi bagian dari suatu jumlah
(mungkin sebagai khobar, fa'il, ataupun maf'ul bih.

ُِ ‫) ْالفَا ِع‬
3. Naib Fa’il ( ُ‫ل نَائِب‬
=Pengganti Fa'il
Setiap fi’il harus memiliki fa’il. Akan tetapi, jika :
tidak diketahui fa’ilnya, atau telah sangat diketahui fa’ilnya, maka suatu fi’il biasanya tidak di
sebutkan fa’ilnya, kemudian maf’ulnya dijadikan sebagai pengganti fa’il (naib fa’il), dengan proses
sebagai berikut :

1) Fi’il tersebut diubah dari mabni ma’lum (bentuk kata kerja aktif) menjadi fi’il mabni majhul
(bentuk kata kerja pasif)
2) Maf’ul bih (obyek penderita) dari fi’il tersebut, dijadikan naib fa’il (pengganti fa’il), sehingga yang
semula i’robnya nashab karena menduduki jabatan maf’ul bih, sekarang i’robnya berubah menjadi
rafa’ karena telah menjadi Naib Fa’il.

Cara menjadikan fi’il mabni ma’lum (kata kerja aktif) menjadi fi’il mabni majhul (kata kerja pasif)
ialah :
1. Untuk fi’il Madli, maka dengan :
‫ِر ا َ َّولهُ ض َُّم‬ َُ ‫ ( اَخِ ِرُِه قَ ْب‬didommah huruf awalnya dan dikasroh huruf yang sebelum akhir )
َُ ‫ل َما َوكس‬
Contoh :
1. ‫ص َُر‬ َ َ‫ = ن‬menolong, menjadi ‫ص َُر‬ ِ ‫ = ن‬ditolong
2. ‫ب‬ َُ ‫ض َر‬ َ = memukul, menjadi ‫ب‬ َُ ‫ = ض ِر‬dipukul
3. ‫َب‬ َُ ‫ = َكت‬menulis, menjadi ‫ِب‬ َُ ‫ = كت‬ditulis
2. Untuk Fi’il Mudlori’, maka dengan :
‫ح ا َ َّولهُ ض َُّم‬ َُ ِ‫ل َمُا َوفت‬ َُ ‫ ( اَخِ ِرُِه قَ ْب‬didommah huruf awalnya, dan difatkhah huruf yang sebelum akhir )
Contoh :
1. ُ‫ َي ْنصر‬menjadi ُ‫صر‬ َ ‫ي ْن‬
2. ُ‫ يَض ِْرب‬menjadi ُ‫يض َْرب‬
3. ُ‫ يَ ْكتب‬menjadi ُ‫ي ْكت َب‬
Jadi, naib fa’il itu pada dasarnya adalah maf’ul bih dari suatu fi’il, yang karena tidak disebutkan
fa’ilnya, maka ia dijadikan sebagai pengganti fa’il tersebut.
‫ص َُر هو‬ ِ ‫صرُ ن‬ َ ‫ ي ْن‬Dia (lk 1) ditolong
‫ص َرا هما‬ ِ ‫َن‬ ُِ ‫ان‬ِ ‫ص َر‬ َ ‫ ي ْن‬Dia (dua lk ) ditolong
‫صروا هم‬ ِ ‫صر ْونَُ ن‬ َ ‫ ي ْن‬Mereka (lk) ditolong
‫ص َرتُْ هي‬ ِ ‫صرُ ن‬ َ ‫ ت ْن‬Dia (pr) ditolong
‫ص َرت َا هما‬ ِ ‫ان ن‬ ُِ ‫ص َر‬ َ ‫ ت ْن‬Dia ( pr 2) ditolong
ُ‫ص ْرنَُ هن‬ ِ ‫ص ْرنَُ ن‬ َ ‫ ي ْن‬Mereka (pr) ditolong
‫ص ْرتَُ انت‬ ِ ‫صرُ ن‬ َ ‫ ت ْن‬Kamu (lk) ditolong
‫ص ْرت َما انتما‬ ِ ‫ان ن‬ ُِ ‫ص َر‬ َ ‫ ت ْن‬Kamu (2lk) ditolong
‫ص ْرت ُْم انتم‬ ِ ‫صر ْونَُ ن‬ َ ‫ ت ْن‬Kamu semua ditolong
‫ت انت‬ ُِ ‫ص ْر‬ ِ ‫ص ُِريْنَُ ن‬ َ ‫ ت ْن‬Kamu (pr) ditolong
‫ص ْرت َما انتما‬ ِ ‫ان ن‬ ُِ ‫ص َر‬ َ ‫ ت ْن‬Kamu (2pr ) ditolong
ُ‫ن انتن‬ َُّ ‫ص ْرت‬ ِ ‫ص ْرنَُ ن‬ َ ‫ ت ْن‬Kamu (lk ) ditolong
‫ص ْرتُ انا‬ ِ ‫صرُ ن‬ َ ‫ ا ْن‬Saya ditolong
‫ص ْرنَا نحن‬ ِ ‫صرُ ن‬ َ ‫ ن ْن‬Kita ditolong
Contoh-contoh Jumlah yang tidak disebutkan fa'ilnya, sehingga fi’ilnya mabni Majhul dan maf'ul
bihnya dijadilan Naib Fa’il
َُ ‫ كت‬Diwajibake ُ‫علَيْكم‬
‫ِب‬ َ ingatase sira kabeh, opo ُ‫الص َيام‬ ِ shiyam, ‫ِب َك َما‬
َُ ‫ كت‬kaya olehe diwajibake opo shiyam,
‫علَى‬ َ َُ‫ الَّ ِذيْن‬ingatase wong akeh ‫ن‬ ُْ ِ‫ قَ ْبلِك ُْم م‬saking sakdurunge sira kabeh. ‫ِب‬ َُ ‫علَيْكمُ كت‬ َ َُ‫ن الَّ ِذيْن‬
َُ ‫علَى كت‬
ِ ‫ِب َك َما‬
َ ُ‫الص َيام‬ ُْ ِ‫م‬
‫قَ ْبلِك ُْم‬

Ta'ribnya :
• Lafadz ‫ِب‬َُ ‫ كت‬adalah fi’il madhi mabni majhul.
• Dan lafadz ُ‫الصيَام‬adalah
ِ isim mufrod mudzakkar, beri’rob rafa’ karena menjadi naib fa’il. Tanda
rafa’nya dengan dhommah, karena isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya adalah :
َُ ‫ َكت‬Wus majibake sopo ‫للا‬
‫َب‬ َُّ َ Alloh, ُ‫علَيْكم‬
َ ingatase sira kabeh, ‫ام‬ ِ ing shiyam, ‫ َك َما‬kaya olehe ُ‫ َكتَبَه‬Alloh
َُ َ‫الصي‬
wus majibake sapa Alloh ing shiyam, ‫علَى‬ َّ
َ َُ‫ ال ِذيْن‬ingatase wong akeh, ‫ن‬ ُْ ِ‫ قَ ْبلِك ُْم م‬saking sadurunge sira
kabeh. Allah telah mewajibkan shiyam atas kamu semua, sebagaimana Allah telah mewajibkan
shiyam atas orang-orang yang sebelum kamu semua ‫َب‬ َُّ ُ‫علَيْكم‬
َُ ‫للا َكت‬ َ ‫ام‬ ِ ُ‫للا َك َما َكتَبَُه‬
َُ َ‫الصي‬ َ َُ‫ن الَّ ِذيْن‬
َُّ ‫علَى‬ ُْ ِ‫قَ ْبلِك ُْم م‬

َُ ‫ ق ِر‬Lan nalikane diwaca, opo ُ‫ ْالق ْرآن‬al Qur’an, ‫ فَا ْستَمِ عوا‬mangka padha ngrungokna sopo sira kabeh,
‫ئ َواِ َذا‬
ُ‫ لَه‬maring al Qur'an. (Dan ketika dibacakan alQur’an, maka dengarkanlah) ‫ئ َواِذَا‬ َُ ‫لَهُ فَا ْستَمِ عوا ْالق ْرآنُ ق ِر‬

Ta'ribnya :
• Lafadz ‫ئ‬ َُ ‫ ق ِر‬adalah fi’il madhi mabni majhul.
• Dan lafadz ُ‫ ْالق ْرآن‬adalah isim mufrod mudzakkar, beri’rob rafa’ karena sebagai naib fa’il. Adapun
tanda rafa’nya dengan dhommah, karena ia isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya, adalah :
‫ قَ َرُأ َ َواِذَا‬Lan nalikane wus maca, sapa ُ‫ارئ‬ ِ َ‫ الق‬wong kang maca, َُ‫ ْالق ْرآن‬ing al Qur’an, ‫ فَا ْستَمِ عوا‬mangka padha
ngrungokna sopo sira kabeh ُ‫ لَه‬maring al Quran. (Dan ketika pembaca telah membacakan al Qur’an,
maka dengarkanlah) ‫ارئُ قَ َرُأ َ َواِذَا‬ ِ َ‫لَهُ فَا ْستَمِ عوا ْالق ْرآنَُ الق‬

ِ َ‫لَهُ فَا ْستَمِ عوا ْالق ْرآنَُ الق‬


Tarkib : ‫ارئُ قَ َرُأ َ َواِذَا‬
• Lafadz ‫ َُو‬adalah kharf isti'naf (untuk mengawali jumlah) dan lafadz ‫ اِذَا‬adalah kharf syarat.
• Lafadz َ ‫ قَ َرُأ‬adalah fi’il madhi mabni ma’lum, i'robnya mabni fatkhah karena tidak bertemu dengan
wawu jama', tak fa'il, nun fa'il, dan nun niswah.
• Lafadz ُ‫ارئ‬ ِ َ‫ الق‬adalah isim mufrod, I'robnya rafa' karena menjadi fa'il, tanda rafa'nya dhommah
karena isim mufrod.
• Lafadz َُ‫ ْالق ْرآن‬adalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nasab karena menjadi maf’ul bih, tanda
nasabnya dengan fatkhah, karena ia isim mufrod.
• Lafadz ‫ فَا ْستَمِ عوا‬adalah ‫ف‬ َُ = kharf jawab, dan ‫ ا ْستَمِ عوا‬adalah fi'il amar, I'robnya mabni jazm, tanda
jazmnya membuang huruf Nun.
• Lafadz ُ‫ لَه‬adalah : ‫ل‬ َُ = kharf jar, dan ُ‫ =ه‬isim dhomir muttashil, I'robnya jar karena didahului oleh
kharf jar, tandanya mabni.
4. Tawabi' (Isim-isim yang i'rob dan hukumnya mengikuti isim yang sebelumnya). Tawabi' ada 4
macam, yaitu :
1. Shifat dari Maushuf yang beri’rob Rafa’
Sifat - Mausuf ialah 2 isim atau lebih yang berangkaian (jejer), dimana isim yang dibelakang mensifati
isim yang di depannya, dan disebut Shifat / Na’at, sedangkan isim yang di depannya, yang disifati,
dinamakan Maushuf / Man’ut
Shifat, i’robnya mengikuti maushufnya. Jika maushufnya beri’rob rafa’, maka shifatnya juga ikut
beri’rob rafa’. Dan jika maushufnya beri’rob nashab, maka shifatnya juga harus beri’rob nashab.
Begitu pula apabila maushufnya beri’rob jar, maka shifatnya juga beri’rob jar. Shifat - Maushuf
dibaca dengan ‘YANG’ atau ‘KANG’.
Disamping shifat harus mengikuti maushuf dalam hal i’robnya, shifat harus juga mengikuti maushuf
dalam hal :
1. Mudzakkar atau Muannatsnya. (jika maushufnya mudzakkar, maka shifatnya harus juga
mudzakkar. Begitu pula sebaliknya)
2. Mufrod atau jama’nya. (jika maushufnya isim mufrod, maka shifatnya harus juga isim mufrod.
Begitu pula jika maushufnya isim jama’, maka shifatnyapun harus juga isim jama’)
3. Nakiroh atau ma’rifatnya. (jika maushufnya berupa isim nakiroh, maka shifatnya harus juga isim
nakiroh. Dan jika maushufnya isim ma’rifat, maka shifatnya harus juga isim ma’rifat).
Pendeknya, sifat dan mausuf itu ialah 2 isim atau lebih yang berjajar, dan memiliki kesamaan jenis,
serta cocok diberi ma’na kang,
Contoh-contoh jumlah (kalimat) yang didalamnya terdapat rangkaian sifat - mausuf.
ُ‫ م َح َّمد‬Utawi Muhammad, iku ُ‫ َولَد‬anak, ُ‫صالِح‬ َ kang sholih (Muhammad adalah anak yang sholih) ُ‫َولَدُ م َح َّمد‬
ُ‫صالِح‬ َ

‫ َهذَُا‬Utawi iki, iku ُ‫ ِكت َاب‬kitab, ُ‫ َج ِديْد‬kang anyar (Ini adalah sebuah kitab yang baru). ‫َج ِديْدُ ِكت َابُ َهذَا‬
‫ زَ ي ُْد‬Utawi Zaid, ‫ ع َمرُ َُو‬lan Umar, iku ‫ان‬ ُِ َ‫ ت ِْلمِ ْيذ‬murid 2, ‫ان‬
ُِ ‫ مجْ ت َ ِه َد‬kang rajin. (Zaid dan Umar adalah 2 murid
yang rajin). ُ‫ان ع َمرُ َُو زَ يْد‬ ْ
ُِ َ‫ان تِلمِ ْيذ‬
ُِ ‫مجْ ت َ ِه َد‬

ُ ْ‫ قَ َرأ‬Maca sopo ingsun, َُ‫ ْالق ْرآن‬ing al Qur’an ‫ ْالك َِري َُْم‬kang mulya. (saya telah membaca al Quran yang
‫ت‬
mulia) ُ‫ْالك َِري َُْم ْالق ْرآنَُ قَ َرأْت‬

َ Sholat sopo kita, ‫ ْال َمس ِْج ُِد فِى‬ingdalem masjid, ‫ْر‬
‫صلَّ ْينَا‬ ُِ ‫ ْال َكبِي‬kang agung. ‫صلَّ ْينَا‬
َ ‫ْر ْال َمس ِْج ُِد فِى‬
ُِ ‫ْال َكبِي‬

‫ فَطِ ْي َم ُة‬Utawi Fatimah, iku ُ‫ ا ْست َاذَة‬guru, ُ‫ َماه َِرة‬kang pinter. (Fatimah adalah seorang guru yang pandai)
ُ‫َماه َِرةُ ا ْست َاذَةُ فَطِ ْي َمة‬

Catatan :
Sifat harus sama dengan mausuf seperti yang disebutkan diatas, adalah sifat yang disebut dengan
Sifat Haqiqi atau Na’at Haqiqi. Selain itu, asal cocok diterjemah dengan ‘kang…(yang…)’ berarti itu
sifat / na'at. Fi'il yang jatuh setelah isim nakiroh juga Shifat / Na'at yang harus dibaca ' kang '.
Misalnya :
‫ َواتَّق ْوا‬Lan wedia sopo sira kabeh , ‫ يَ ْوما‬ing suwijining dina, َُ‫ ت ْر َجع ْون‬kang bakal den balikake sapa sira
kabeh, ‫للاِ اِلَى‬ُ maring Allah. (dan takutlah kamu semua, terhadap suatu hari, yang kamu semuaakan
dikembalikan kepada Allah) ‫للاِ اِلَى ت ْر َجع ْونَُ َي ْوما َواتَّق ْوا‬
ُ

‫ زَ ي ُْد‬Utawi Zaid iku ُ‫ ت ِْلمِ يْذ‬murid, ُ‫ يَت َ َعلَّم‬kang lagi nyinauَُ‫ الُّغَة‬bahasa َ‫ ْال َع َربِيَّ ُة‬kang bangsa Arab, ‫ستِ ُِه فِى‬
َ ‫َمد َْر‬
ingdalem sekolahane. (Zaid adalah seorang murid yang mempelajari bahasa Arab di sekolahnya). ُ‫زَ يْد‬
ُ‫ستِ ُِه فِى ْالعَ َربِيَّ ُةَ الُّغَ ُةَ يَتَعَلَّمُ ت ِْلمِ يْذ‬
َ ‫َمد َْر‬

Tarkib :
• Lafadz ‫اتَّق ْوا‬adalah fi’il amar, fa’ilnya adalah dhomir ‫ ا َ ْنت ُْم‬yang tersimpan pada fi'il itu.
• Sedangkan lafadz ‫يَ ْوما‬adalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nashab karena menjadi maf’ul bih,
tanda nashabnya dengan fatkhah
• Lafadz َُ‫ ت ْر َجع ْون‬adalah fi'il 5 mabni majhul. Adapun naib fa'ilnya, ialah dhomir ‫ ا َ ْنت ُْم‬yang tersimpan
didalam fi'il itu. Lafadz َُ‫ ت ْر َجع ْون‬disini dibaca kang , karena menjadi shifat dari lafadz ‫( يَ ْوما‬fi'il jatuh
setelah isim nakiroh) َ
• Lafadz ُ‫زَ يْد‬adalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya rafa’ karena menjadi mubtada, tanda rafa’nya
dhommah karena ia isim mufrod.
• Lafadz ُ‫ ت ِْلمِ يْذ‬adalah isim mufrod, i’robnya rafa’ karena menjadi khobarnya lafadz ُ‫زَ يْد‬, tanda rafa’nya
dhommah.
• Sedangkan lafadz ُ‫يَتَعَلَّم‬adalah fi’il mudhore’ shohih akhir, beri’rob rafa’ karena tidak didahului oleh
‘amil, tanda rafa’nya dengan dhommah, karena ia fi’il mudhore’ shohih akhir.
• Lafadz ُ‫يَتَعَلَّم‬dibaca kang, karena ia menjadi shifat dari lafadz ُ‫( ت ِْلمِ يْذ‬fi'il jatuh setelah isim nakiroh)
Catatan yang perlu diingat :
1. Sebagai pengganti Fa'il, maka Naib Fa'il juga termasuk isim yang harus di rafa'kan.
2. Sampai sekarang ini, berarti sudah 5 tempat rafa'nya isim
( al Marfu'at ) yang telah kita pelajari. Yaitu :
(1) Mubtadak, (2) Khobar, (3) Fa'il, (4) Naib Fa'il, dan (5) Sifat dari Mausuf yang I'rabnya rafa'
BAB ISIM MA’RIFAT DAN ISIM NAKIROH
Isim Ma’rifah
ialah isim yang telah dibatasi keumumannya, sehingga menjadi tertentu. Isim ma'rifah ada 6 macam,
yaitu :
1. Isim-isim Dhomir (kata ganti). Baik isim dhomir munfashil ataupun isim dhomir muttashil.
2. Isim ‘Alam (nama-nama individu).
Misalnya : ُ‫ زَ يْد‬, ُ‫ ع َمر‬, ُ‫ فَطِ ْي َمة‬, ُ‫عا ِئشَة‬ َ , dll.
3. Isim-isim Isyaroh (kata tunjuk).
Misalnya : (lihat pada bab Isim Isyaroh di depan)
4. Isim-isim Maushul (kata sambung).
Misalnya : (lihat pada bab Isim Maushul di depan)
5. Isim-isim yang ada AL ( ‫ ) ال‬pada permulaannya.
Misalnya :ُ‫ ا َُْلبَيْت‬, ُ‫ ا َ ْل َمس ِْجد‬, ُ‫ ا َ ِلر ْجل‬, ُ‫ اَلذَّهَب‬, dll
6. Semua isim yang disandarkan (dimudhofkan) kepada salah satu dari Isim-isim ma’rifat diatas.
Misalnya :
ُ‫ فَطِ ْي َمة كتاب‬utawi kitabe Fatimah, iku ُ‫ َج ِديْد‬anyar (Kitabnya Fatimah, baru) ُ‫َج ِديْدُ فَطِ ْي َمُة كتاب‬

ُ‫ َهذَا ِكت َاب‬utawi kitabe wong iki, iku ُ‫ َج ِديْد‬anyar (Kitabnya orang ini, baru) ُ‫َج ِديْدُ َهذَا ِكت َاب‬

ُ‫ ِكت َابه ْم‬utawi kitabe deweke kabeh, iku ُ‫ َج ِديْد‬anyar (Kitab mereka baru) ‫َج ِديْدُ ِكت َابه ُْم‬

ُْ ‫ الَّ ِذ‬kitabe wong ُ‫ َيق ْوم‬kang ngadeg sapa wong, ‫ام‬


‫ َه َذا‬utawi iki, iku ُ‫ي ِكت َاب‬ َُ ‫ل أ َ َم‬
ُِ ‫ص‬ْ َ‫ ْالف‬ingdalem ngarepe kelas.
(Ini adalah kitabnya orang yang berdiri di depan kelas itu) ‫ي ِكت َابُ َهذَا‬ ُْ ‫ام يَق ْومُ الَّ ِذ‬
َُ ‫ل أ َ َم‬ ْ َ‫ْالف‬
ُِ ‫ص‬

‫ َهذَا‬utawi iki, iku ُ‫ الت ِْلمِ ْي ُِذ ِكت َاب‬kitabe iki murid (Ini, kitabnya murid itu) ‫الت ِْلمِ ْي ُِذ ِكت َابُ َهذَا‬
Isim Nakiroh.
ialah kebalikan dari isim ma'rifah. Yaitu isim yang masih bersifat umum, dan belum diberikan
pembatasan. Isim Nakiroh, biasanya ber'tanwin' dan tidak ada AL (‫)ال‬. Dan bila pada permulaan isim
nakiroh diberikan AL, maka isim nakiroh berubah menjadi isim ma'rifat. Misalnya :
ُ‫ = َبيْت‬rumah ُ‫ = كتاب‬kitab
ُ‫سة‬َ ‫ = َمد َْر‬sekolahan ُ‫ = َد َرا َجة‬sepeda
ُ‫ = َرجل‬seorang laki-laki ُ‫ = َد ْفت َر‬sebuah buku
Pokoknya selain isim ma'rifah yang di atas, semua isim adalah nakiroh .

Catatan untuk diingat :


1. Selain shifat yang i’robnya mengikuti maushuf, sebenarnya masih ada isim-isim lain yang i’robnya
juga mengikuti isim- isim yang sebelumnya. Hal seperti ini dalam ilmu nahwu dinamakan Tawabi’
(isim-isim atau fi’il-fi’il yang i’robnya mengikut kepada isim / fi’il yang sebelumnya ). Tawabi’ ada 4
macam, yaitu :
(1) Shifat-maushuf, (2) Taukid- Muakkad, (3) Badal-Mubdal, (4) ‘Athaf-Ma’thuf.
Akan tetapi disini kita cukupkan mengetahui Shifat-Maushuf saja dulu, dan yang lainnya kita pelajari
sambil berjalan hingga sampai pada babnya nanti.
2. Sampai disini, setiap menemukan jumlah (kalimat) , kita harus sudah benar-benar :
1) Tahu mana khobarnya jika jumlah itu jumlah ismiyah
2) Mengetahui mana fa’ilnya jika jumlah itu jumlah fi’liyah
3) Tahu kedudukan setiap kalimah dalam suatu jumlah.
4) Tahu maksud (pengertian ) dari jumlah itu.

2. Athaf dan Ma'thuf

Ialah mengikutkan hukum suatu isim atau fi'il kepada hukum isim atau fi'il yang sebelumnya, karena
adanya kesamaan, dengan menggunakan kharf-kharf tertentu.

Macam-macam kharf 'athaf


Kharf 'Athaf ada 10 macam, yaitu :
‫ َُو‬dan ‫ام‬ َ ‫ورك ُْم يؤْ تِك ُْم َوتَتَّقوا تؤْ مِ نوا َوإِن| َو‬
َُ َ‫ع ْمرُ زَ يْدُ ق‬ َ ‫أج‬
َُ kemudian ‫ام‬
‫ف‬ َ َ
َُ ‫فعَ ْمرو زَ يْدُ ق‬
‫ أ َ ُْو‬atau ‫ارى أ َ ُْو هودا كونوُاْ َوقَالوُاْ | عمرو أ َ ُْو زيد قام‬ َ ‫ص‬
َ َ‫ن‬
ُْ ‫ َب‬balik / bahkan ‫ل زيد َماقام‬
‫ل‬ ُْ ‫عمرو َب‬
‫ أ َُْم‬ataukah ‫عمرو أ َُْم عندك أزيد‬
‫ إِ َّما‬bisa jadi ‫عمرو َوإِ َّما زيد إِ َّما قام‬
‫ َحتَّى‬sehingga ‫زيد َحتَّى ْالقَ ْومُ قام‬
َ‫ال‬ ُ tidak ‫الَ زيد قام‬ ُ ‫عمرو‬
‫ ث َُّم‬kemudian ‫عمرو ث َُّم زيد قام‬
َُّ ‫ لَك‬melainkan ‫ِن أ َ َحدا رأيت ما‬
‫ِن‬ َُّ ‫َج ْعفَرا لَك‬

Keterangan :
I'rob Ma'thuf (yang diikutkan / yang setelah kharf 'athaf) harus mengikuti Ma'thuf 'alaih (yang diikuti
/ yang sebelum kharf 'athaf). Begitu pula posisinya di dalam jumlah. Jika yang di'athafi Fa'il, maka
yang di'athafkan juga ikut menjadi fa'il. Jika yang di'athafi Maf'ul, maka yang di'athafkan juga ikut
menjadi maf'ul. Begitu seterusnya.
Cara menerjemahkan :
َ َ‫ )ق‬wus ngadeg sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, ((ُ‫ َو‬lan wus ngadeg, sapa (‫ع ْمرو‬
(ُ‫ام‬ َ ') Amr. (Zaid telah berdiri dan juga
'Amr) ‫ام‬ َُ َ‫ع ْمرو زَ يْدُ ق‬
َ ‫َو‬

‫ن ا َ َحدُ اَبَا محَََّ دُ كَانَُ َما‬


ُْ ِ‫ِن ِر َجالِك ُْم م‬ َُ ‫النَّبِيِيْنَُ َوخَات ََُم للاُِ َرس ْو‬
ُْ ‫ل َولك‬
(‫ )كَانَُ َما‬ora ana, sapa (ُ‫ )محَََّ د‬Muhammad, ora ana iku (‫ )ا َ َحدُ اَبَا‬bapake wong suwiji (ُ‫)ر َجالِك ُْم م ِْن‬ ِ saking
wong-wongira kabeh, (ُ‫)ولك ِْن‬ َ anging tetapine ana sapa Muhammad, ana iku ‫ل‬
َ
(ُ ‫و‬‫س‬
ْ َ‫ر‬ ِ ‫)للا‬
ُ utusane Alloh
(ُ‫ )النَّ ِب ِييْنَُ َوخَات ََم‬lan pungkasane para nabi
Ta'ribnya :
(‫ ) َما‬adalah kharf Nafi
(َُ‫ )كَان‬adalah fi'il madhi naqish yang merafa'kan mubtada' dan menasabkan khobar.
(ُ‫ )محَََّ د‬adalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi fa'ilnya
(‫ )ا َ َحدُ اَبَا‬adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. (‫ )اَبَا‬mudhofnya, adalah isim 5, i'robnya nashab
karena menjadi khobarnya (َُ‫)كَان‬, tandanya dengan alif. (ُ‫ )ا َ َحد‬mudhof ilaihnya, adalah isim mufrod
mudzakkar, I'robnya jar karena mudhof ilaih, tandanya dengan kasroh..
(ُ‫ )مِ ْن‬adalah kharf jar
(ُ‫)ر َجالِك ْم‬ ِ adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. (ُ‫)ر َجا ِل‬ ِ mudhofnya, adalah isim jama' taksir, i'robnya
jar karena didahului oleh kharf jar. ‫ك ُْم‬mudhof ilaihnya adalah isim dhomir muttashil, i'robnya jar
karena mudhof ilaih.
(ََ ‫ِن‬ ُْ ‫)ولك‬adalah kharf 'athaf.
(ُ‫ )للاُِ َرس ْو َل‬adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. (ُ‫)رس ْو َل‬ َ mudhafnya, adalah isim mufrod mudzakkar,
i'robnya nashab karena di'athafkan kepada (‫ )ا َ َحدُ اَبَا‬yang beri'rob nasab karena khobarnya (‫)كَان‬
(ُِ‫ )للا‬adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tandanya dengan kasroh.
(ُ‫)و‬ َ adalah kharf 'athaf
(ُ‫ )النَّ ِب ِييْنَُ خَات ََم‬adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya nasab karena di'atafkan kepada (ُ‫)رس ْو َل‬
َ yang
beri'rob nasab, tandanya dengan fatkhah.
(َُ‫ )النَّبِيِيْن‬adalah isim jama' mudzakkar, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda nya dengan yak.
3. Taukid dan Muakkad
Taukid ialah " yang menguatkan ", dan muakkad ialah " yang dikuatkan ", jadi taukid mesti jatuh
setelah muakkad. Taukid bisa berupa isim bisa berupa fi'il, dan bisa berupa harf.
Taukid ada 2 macam, yaitu : Taukid Lafdziy dan Taukid Ma'nawiy.
Taukid lafdziy ialah taukid dengan pengulangan lafadz baik isim, fi'il, kharf , atau bahkan jumlah..
Misalnya :
‫ (زَ يْدُ زَ يْدُ جا َ َُء‬dengan mengulangi isim )
َُ‫ ( الالَّحِ ق ْونَُ أَت َاكَُ أَت َاك‬dengan pengulangan fi'il )
َ‫ال‬
ُ َ‫ال‬ ُ ُِ‫الَ َوللا‬ ُ ُ‫ ( ذَلِكَُ اَق ْول‬dengan pengulangan kharf )
ُ‫ض َربْت‬ َ ‫ض َربْتُ زَ يْدا‬ َ ُ‫ ( زَ يْدا‬dengan pengulangan jumlah )
Adapun Taukid ma'nawi ialah taukid dengan menggunakan lafadz-lafadz yang telah tertentu untuk
mentaukidi. Lafadz-lafadz itu ialah :

Lafadz Taukid Keterangan Contoh


ُ‫ نَ ْفس‬Untuk mentaukidi isim Mufrod ‫نَ ْفسهُ ْال َخ ِل ْيفَةُ جا َ َُء‬
ُ‫عيْن‬ َ Untuk mentaukidi isim Mufrod ‫عيْنهُ ْال َخ ِل ْيفَةُ جا َ َُء‬
َ
ُُّ ‫ ك‬Bisa untuk mentaukidi isim Mufrod atau Jamak ‫الر َجالُ َجا َُء | كلُّهُ ْال َجيْشُ َجا َُء‬
‫ل‬ ِ ‫كلُّه ُْم‬
ُ‫ َجمِ يْع‬Bisa untuk mentaukidi isim Mufrod atau Jamak ‫الر َجالُ َجا َُء | َجمِ يْعهُ ْال َجيْشُ َجا َُء‬ ِ ‫َجمِ يْعه ُْم‬
ُ‫عا َّمة‬ َ Bisa untuk mentaukidi isim Mufrod atau Jamak ُ
‫ء‬ ‫ا‬
َ َ ‫ج‬ ‫ْش‬
ُ ‫ي‬‫ج‬ َ ْ
‫ال‬ ‫ه‬
ُ ‫ت‬‫م‬َّ َ َ َ َ ِ ‫عا َّمته ُْم‬
‫ا‬‫ع‬| ُ
‫ء‬ ‫ا‬‫ج‬ ‫ال‬
ُ ‫ج‬ ‫الر‬ َ
َ‫ال‬ ُ ‫ ِك‬Untuk mentaukidi isim Tasniyah mudzakkar ‫ان َجا َُء‬ َّ ‫ِكالَه َما‬
ُِ ‫الز ْي َد‬
‫ ك ِْلت َا‬Untuk mentaukidi isim Tasniyah muannats ُْ‫ان َجا َءت‬ ُِ ‫ك ِْلت َاه َما ا َ ْل ِه ْن َد‬

Beberapa kaidah yang berkaitan dengan taukid dan muakkad.


1. Pada taukid ma'nawi harus ada dhomir yang sesuai / kembali kepada muakkad (yang ditaukidi).
Lihat contoh-contoh diatas !
2. Untuk lebih mentaukid lagi, terkadang suatu jumlah diberi 2 lafadz taukid sekaligus. Misalnya :
َ َ‫أَجْ َمعونَُ كلُّه ُْم ْال َم َالئِكَةُ ف‬
‫س َج َُد‬
3. Taukid harus mengikuti muakkad, dalam hal : I'robnya, ma'rifat / nakirohnya, serta dhomir yang
ada pada lafadz taukid harus sesuai dengan isim yang ditaukidi.
4. Badal dan Mubdal
Badal ialah isim atau fi'il yang hukumnya diikutkan pada isim atau fi'il yang sebelumnya. agar
pengertian isim yang sebelumnya itu menjadi lebih jelas. Badal diterjemah dengan HIYA / YAKNI.
Isim yang terletak di depan disebut Mubdal minhu ( yang dibadali ) dan isim yang di belakang di
namakan Badal.
Badal i'robnya wajib mengikuti Mubdal minhu (yang dibadali), baik Rafa', Nasab, atau Jarnya.
Badal ada 4 macam :
1. Badal Syai' min Syai' (ُ‫ش ْيء‬ َّ ‫ )ال‬atau disebut juga badal Kul min Kul (ُ‫ل مِنَُ ْالك ُّل‬
َّ ‫ش ْيءُِ مِ نَُ ال‬ ُِ ‫ )اْلك‬Yaitu apabila
badal merupakan keseluruhan dari mubdal minhu (yang dibadali). Misalnya :

(ُ‫ ) َجا َء‬Wus teka, sapa (ُ‫ ) زَ يْد‬Zaid, (َُ‫ )أخ ْوك‬hiya sedulur lanangira
‫أخ ْوكَُ زَ يْدُ َجا َُء‬

Zaid, yakni saudara laki-lakimu, telah datang

(‫ )اِ ْه ِدنَا‬Mituduhana sapa Panjenengan ing kita, (ُ‫ط‬ َ ‫)الص َرا‬ َ ‫ )المستَق‬kang jejeg, (ُ‫ط‬
ِ ing dalan (ُ‫ِيم‬ ِ َُ‫ )الَّذِين‬hiya
َ ‫ص َرا‬
dalanipun tiyang-tiyang ingkang........
َُ ‫الص َرا‬
‫ط اِ ْه ِدنَا‬ َُ ‫ط المستَق‬
ِ ‫ِيم‬ ِ َُ‫ الَّذِين‬......
َُ ‫ص َرا‬
Tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalannya orang-orang yang........

Keterangan :
Lafadz (ُ‫ )أخ ْو‬adalah isim 5, yang i'robnya rafa', karena menjadi badal dari lafadz (ُ‫)زَ يْد‬, tanda rafa'nya
wawu. Sedangkan lafadz (ُ‫ )زَ يْد‬adalah isim mufrod, i'rabnya rafa' karena menjdi fa'ilnya (ُ‫) َجا َء‬, tanda
rafa'nya dengan dhommah.

Lafadz (ُ‫ط‬ َ ‫)ص َرا‬


ِ adalah isim mufrad mudzakkar, i'robnya nasab, karena menjadi badal dari lafadz
َ(ُ‫)الص َراط‬,
ِ tanda nasabnya dengan fatkhah. Sedangkan lafadz (ُ‫ط‬ َ ‫)الص َرا‬
ِ adalah isim mufrod mudzakkar,
i'rabnya nasab karena menjdi maf'ul bih kedua dari (‫)اِ ْه ِدنَا‬, tanda nasabnya dengan fatkhah.
ُِ ‫) اُْلك‬. Yaitu apabila badal merupakan bagian dari mubdal minhu. Di
2. Badal Ba'd min Kul ( ُ‫ل مِ نَُ ال َب ْعض‬
sini, badal wajib memiliki dhomir yang kembali kepada mubdal minhu walaupun adakalanya dhomir
itu hanya muqoddar ( dikira-kirakan ) Misalnya :

(ُ‫ ) أَك َْلت‬Mangan sapa ingsun ( ‫ْف‬ َّ ) ing roti ( ُ‫ ) ثلثَه‬hiya ing sepertelune roti ُ‫ْف أَك َْلت‬
َُ ‫الر ِغي‬ َّ ُ‫ثلثَه‬
َُ ‫الر ِغي‬
Saya makan roti sepertiganya

( ُ‫ض َربْت‬ َ ْ‫ ) َرأ‬hiya ing sirahe Zaid ُ‫ض َربْت‬


َ ) Mukul sapa ingsun ( ‫ ) زَ يْدا‬ing Zaid ( ُ‫سه‬ َ ْ‫َرأ‬
َ ‫سهُ زَ يْدا‬
Saya memukul Zaid kepalanya

(ُ‫ُارز ْق‬َ Lan ngrezqinana sapa sira (ُ‫ )أ َ ْهلَه‬ing keluargane deweke (َُ‫ت مِ ن‬
ْ ‫)و‬ ُِ ‫ ) الث َّ َم َرا‬saking buah-buahan (ُ‫) َم ْن‬
hiya ing wong (َُ‫ )آ َمن‬kang iman sapa wong (ُ‫ )مِ ْنه ْم‬saking deweke kabeh (ُِ‫ )بِالل‬kelawan Allah (ُ‫)واْليَ ْو ِم‬ َ lan
ْ
kelawan dina (ُ‫ )اآلخِ ِر‬kang akhir. ‫ق‬ْ
ُ ‫ارز‬ َ ْ َ
ْ ‫ت مِ نَُ أهلهُ َو‬ َّ
ُِ ‫ن الث َم َرا‬ْ ْ ْ
ُ ‫اآلخِ ُِر َواليَ ْو ُِم بِاللُِ مِ نه ُْم آ َمنَُ َم‬ ْ

Dan berilah rizqi keluarganya dari buah-buahan, yakni orang yang beriman kepada Alloh dan hari
akhir, dari mereka
3. Badal Isytimal ( ‫ ) االشتمال‬Yaitu apabila badal merupakan sesuatu yang terkandung dalam mubdal
minhu. Di sini, badal wajib memiliki dhomir yang kembali kepada mubdal minhu. Misalnya :
(ُ‫ )أ َ ْع َجبَنِ ْي‬Gawe gumun ing ingsun, sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid (ُ‫ )ع ِْلمه‬hiya ilmune Zaid ‫ي‬
ُْ ِ‫ع ِْلمُهُ زَ يْدُ أ َ ْع َجبَن‬
Zaid membuatku terkesima ilmunya

َ ‫ )سل‬dicopot sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid (ُ‫ )ث َ ْوبه‬hiya klambine Zaid ‫ِب‬
(ُ‫ِب‬ َُ ‫ث َ ْوبهُ زَ يْدُ سل‬

Zaid bajunya dilepas


(َُ‫ )يَ ْسأَل ْونَك‬Takon sapa deweke kabeh ing sira (ُ‫ع ِن‬ َّ ‫ام ال‬
َ ‫ش ْه ُِر‬ ْ saking sasi harom (ُ‫ )قِت َال‬hiya saking perang
ُِ ‫)ال َح َر‬
(ُ‫ )فِ ْي ِه‬ingdalem sasi harom َُ‫ن يَ ْسأَل ْونَك‬
ُِ ‫ع‬ ُِ ‫فِ ْي ُِه قِت َالُ ْال َح َر‬
َّ ‫ام ال‬
َ ‫ش ْه ُِر‬
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan harom, yakni tentang perang di dalam bulan harom

4. Badal Gholat ( ) Yaitu apabila badal merupakan ralat dari mubdal minhu. Misalnya :

(ُ‫ ) َوأَك َْلت‬Lan mangan sapa ingsun (‫ ) خبْزا‬ing roti ( ‫ ) ت َ ْمرا‬maksudku ing kurma ُ‫ت َ ْمرا خبْزا َوأَك َْلت‬
Saya makan roti (maksud saya)makan kurma

(ُ‫ ) َرأَيْت‬Ningali sapa ingsun ( ُ‫ ) زيدا‬ing Zaid ( ‫س‬


َُ ‫ ) الف َْر‬maksudku ing jaran ُ‫س زيداُ َرأَيْت‬
َُ ‫الف َْر‬
Saya melihat Zaid (maksud saya) melihat kuda

BAB : ISIM-ISIM YANG HARUS DINASHABKAN


( ُ‫) ا َ ْل َم ْنص ْوبَات‬
Kapan isim-isim itu harus dinashabkan ?
Isim-isim harus beri’rob nashab, apabila :
(1) Menjadi Maf’ul bih, (2) menjadi Shifat dari Maushuf yang beri’rob nasab, (3) menjadi Maf’ul
َّ
liAjlih, (4) apabila menjadi Isimnyaَُ‫ كَان‬atau saudara-saudaranya, (5) apabila menjadi khobarnyaُ‫إن‬
atau saudara-saudaranya. (6) menjadi Tamyiz, (7) menjadi Khal, (8) menjadi Maf’ul Fih, (9) menjadi
Munada Idhofah, dan (10) apabila menjadi Maf’ul Ma’ah, (11) menjadi Mashdar / Maf’ul Muthlaq,
(12) menjadi Mustatsna

1. MAF’UL BIH (ُ‫) بِ ُِه ا َ ْل َم ْفع ْول‬


Obyek penderita = ing…….
A. Pengertiannya
Dalam bahasa Indonesia maf’ul bih disebut dengan obyek penderita atau yang dikenai pekerjaan.
Yaitu isim yang jatuh setelah fi’il dan merupakan obyek ( yang menjadi sasaran) dari fi’il itu. Maf’ul
bih harus dii’robi nashab, dalam penerjemahan bahasa Jawa, biasa diterjemahkan dengan ing..
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.

َُ ‫ )ا َ ْل ِكت‬ing kitab.(Zaid telah membaca kitab) َ ‫َاب زَ يْدُ قَ َرُأ‬


(َُ‫)قَ َرأ‬Wus maca, sopo (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid ,( ‫َاب‬ َُ ‫ا َ ْل ِكت‬

(ُْ‫) َكتَبَت‬Wus nulis, sopo ( ُ‫ )فَطِ ْي َمة‬Fathimah,( ‫س‬


َُ ‫ )الد َّْر‬ing pelajaran (Fatimah telah menulis pelajaran) ُْ‫َكتَبَت‬
ُ‫س فَطِ ْي َمة‬
َُ ‫الد َّْر‬

(ُ‫ص ْرت‬
َ َ‫ )ن‬Wus nulungi sopo ingsun, (ُ‫ )ه ْم‬ing deweke kabeh (Aku telah menolong mereka) ‫ص ْرته ُْم‬
َ َ‫ن‬

I’rabnya :
َُ ‫ا َ ْل ِكت‬adalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nasab, karena menjadi maful bih dari‫ََ قَ َرأ‬
• Lafadz ‫َاب‬
tanda nashabnya dengan fatkhah karena ia isim mufrod.
• Lafadz ‫س‬َُ ‫ الد َّْر‬adalah isim mufrod mudzakkar, I’robnya nashab karena mehjadi maf’ul bih, tanda
nashabnya dengan fatkhah.
• Lafadz ‫ه ُْم‬adalah isim dhomir muttashil, i’robnya nashab karena menjadi maf’ul bih, tanda
nashabnya mabni (ajeg)
B. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan Maf’ul Bih.
1. Maf’ul bih tidak harus berupa kalimah isim. Adakalanya, kalimah fi’il atau bahkan jumlah, bisa juga
menduduki posisi maf’ul bih. Pokoknya, setiap yang cocok dibaca ING, berarti maf’ul bih. Contoh :
(ُ‫)وا ْسأ َ ْل‬ َ ing Pangeranira, (ُ‫ )يَ ْرزقَُ أ َ ْن‬ing supaya ngrezekeni sopo
َ Lan nyuwuna sopo sira, (َُ‫)ربَّك‬
Pangeranira,(َُ‫ )ك‬ing sira, (‫)ولَدا‬
َ ing anak (‫صالِحا‬ َ ) kang sholih (dan mintalah kamu kepada Tuhanmu
agar dia merizqikan kepadamu seorang anak yang sholih) ‫ل‬ ُْ َ ‫ن َربَّكَُ َوا ْسأ‬
ُْ َ ‫صالِحا َولَدا َي ْرزقَكَُ أ‬
َ

َ َ ‫ )أ‬Nyekseni sopo ingsun, ing (ُ‫ )م َح َّمدا أ َ َّن‬setuhune utawi Muhammad SAW iku(ُ‫ )للاُِ َرس ْول‬utusanipun
(ُ‫ش َهد‬
Allah. (Saya bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah Rasul Allah) ُ‫ش َهد‬ َ َ‫ن أ‬
َُّ َ ‫للاِ َرس ْولُ م َح َّمدا أ‬
ُ
Susunan kalimah ‫ن‬ َ
َُّ ‫ للاُِ َرس ْولُ م َح َّمدا أ‬adalah jumlah ismiyah, yang menduduki posisi i’rob nasab, karena
menjadi maf’ul bih.
Adakalanya maf’ul bih didahulukan dari fa’ilnya. Contoh:
َُ ‫ض َر‬
‫ب‬ َ Wus mukul َُ‫ ك‬ing sira , sapa ُ‫ زَ يْد‬Zaid (Zaid telah memukulmu) َُ‫ض َر َبك‬ َ ُ‫زَ يْد‬

َُ‫ ِإيَّاك‬ing Panjenengan (duh Allah), ُ‫ نَ ْعبد‬nyembah sopo kula sedaya, َُ‫ َو ِإيَّاك‬lan ing Panjenengan, ُ‫نَ ْست َ ُِعيْن‬
nyuwun pitulungan sapa kula sedaya (Hanya kepadaMu (ya Allah) kami semua menyembah, dan
hanya kepadaMu kami minta tolong) َُ‫نَ ْست َ ِعيْنُ َوإِيَّاكَُ نَ ْعبدُ إِيَّاك‬
2. Suatu fi’il, kadang butuh 2 atau 3 maf’ul.
Contoh:
ُ‫علَّ ْمت‬ َ mulang sopo ingsun َُ‫ ك‬ing sira, ‫ْن عل ْو َُم‬
ُِ ‫الدي‬
ِ ing ilmu-ilmu agama (Aku mengajarkanmu ilmu-ilmu
agama) َُ‫علَّ ْمتك‬
َ ‫ْن عل ْو َُم‬
ُِ ‫الدي‬
ِ

ُ ‫سا َ ْل‬
‫ت‬ َ takon sopo ingsun َُ‫ اْال ْست َاذ‬ing guru, ُ‫ َم ْساَلَة‬ing masalah (Aku bertanya kepada guru, suatu masalah)
ْ
ُ‫ساَلت‬ َ َُ‫َم ْساَلَةُ اْال ْست َاذ‬
Tentang fi’il-fi’il yang membutuhkan 2 atau 3 maf’ul ini, nanti akan dibicarakan dalam bab tersendiri.
Keterangan :
Pada contoh-contoh di atas, semua kalimah yang digaris bawahi, adalah kalimah-kalimah yang
menduduki posisi ‘maf’ul bih’. Oleh karena itu harus dinashabkan’ dan harus diterjemah dengan ING.

Penting untuk diketahui, bahwa yang memiliki maf’ul bih bukan hanya fi'il saja, akan tetapi isim fa'il
kadang juga membutuhkan maf'ul, misalnya : ُ‫أ َ ْم َرهُ بَالِغُ للاَُ ان‬. Isim masdar, kadang juga membutuhkan
ُ ‫للاِ َد ْفعُ ولَ ْو‬
maf'ul. misalnya : َ‫ال‬ ُ ‫اس‬َُ َّ‫الن‬. Pendeknya yang cocok dibaca ING, maka itu maf'ul bih. baik jatuh
setelah fi'il maupun setelah isim.

2. AT TAWABI'
Di depan telah diterangkan, bahwa Tawabi' ialah isim-isim yang i'robnya mengikuti isim-isim yang
sebelumnya. Tawabi' ada 4 macam, yaitu :
a) Shifat, i'robnya mengikuti maushufnya (isim yang disifati).
b) 'Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi.
c) Badal, i'robnya mengikuti isim ysng dibadali,
d) Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.
Keterangan :
1. Shifat dari Maushuf yang beri’rob Nashab.
Di atas telah diterangkan, bahwa i’rob shifat, mengikuti i’rob maushufnya. Artinya, jika suatu
maushuf beri’rob nashab, maka shifatnya harus juga beri’rob nashab. Itulah sebabnya shifat dari
maushuf yang beri’rob nashab, termasuk isim yang harus dinashabkan juga. Contoh :

ُ ‫ يَ ْكت‬Lagi nulis sapa ُ‫ التَّالَمِ يْذ‬murid-murid, ing ‫س‬


‫ب‬ َُ ‫الد َّْر‬pelajaran ‫ ْال َج ِد ْي َُد‬kang anyar (Murid-murid sedang
َُ ‫ْال َج ِد ْي َُد الد َّْر‬
menulis pelajaran yang baru) ُ‫س الُت َّالَمِ يْذُ يَ ْكتب‬

ُ ‫ اِ ْشت ََري‬wus tuku sopo ingsun ‫ْن‬


‫ْت‬ ُِ ‫ ِكت َا َبي‬ing kitab loro ‫ْن‬
ُِ ‫ َج ِد ْي َدي‬kang anyar karone. (Saya telah membeli dua
buku yang baru) ُ‫ْن اِ ْشت ََريْت‬
ُِ ‫ْن ِكت َا َبي‬
ُِ ‫َج ِد ْي َدي‬

ُ ‫ َراَي‬wus ningali sopo ingsun, َُ‫ ْالم ْسلِمِ يْن‬ing wong-wong Islam َُ‫ ْالمجْ ت َ ِه ِديْن‬kang pada rajin-rajin, َُ‫ يَ ْذهَب ْون‬lagi
‫ْت‬
pada berangkat sapa deweke kabeh ‫ اْل َمس ِْج ُِد إِلَى‬maring masjid (Saya melihat orang-orang Islam yang
rajin-rajin sedang berangkat ke masjid) ُ‫اْل َمس ِْج ُِد إِلَى يَ ْذهَب ْونَُ ْالم ْجُت َ ِه ِديْنَُ ْالم ْسلِمِ يْنَُ َراَيْت‬

Ta'ribnya :
• Lafadz ُ‫ َي ْكتب‬adalah fi’il mudhore’,
• Lafadz ُ‫ التَّالَمِ يْذ‬adalah isim jama’ taksir, I’robnya rafa’ karena menjadi fa’ilnya ُ‫ َي ْكتب‬.
• Lafadz ‫س‬َُ ‫ الد َّْر‬adalah isim mufrod mudzakkar, beri’rob nashab, tanda nashabnya dengan fatkhah,
karena menjadi maf’ul bih dari fi’il ُ‫ يَ ْكتب‬, dan ia merupakan maushuf (yang disifati)
• Lafadz ‫ ْال َج ِد ْي َُد‬adalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nashab, karena menjadi shifat dari maushuf
yang beri’rab nashab.

catatan untuk diingat :


1. Rangkaian Shifat-Maushuf disebut juga dengan Na'at-Man'ut. Shifat harus mengikuti maushuf
dalam hal i'rob, maupun jenis isimnya (mufrod / jama'nya, mudzakkar / muannatsnya, ma'rifat /
nakirohnya). Sehingga apabila ada 2 isim atau lebih yang berjajar dan jenisnya sama, serta cocok
dibaca kang, berariti itu rangkaian shifat-maushuf. Shifat yang seperti ini, dinamakan shifat hakiki.
2. Adapun shifat yang bukan hakiki, adalah semua 'bagian jumlah' yang cocok dibaca dengan kang.
Misalnya :
‫ َواتَّقوا‬Lan wedia sapa sira kabeh, ُ‫ َي ْوما‬ing dina َ‫ال‬ ِ ‫ ت‬kang ora bisa mbales apa ُ‫ نَ ْفس‬awak-awakan ‫ن‬
ُ ‫َجْزى‬ ُْ ‫ع‬
َ
ُ‫ نَ ْفس‬saking awak-awakan ُ‫شيْئا‬ ُ ‫ن نَ ْفسُ تَجْ ِزى‬
َ ing sewiji-wiji. ‫الَ يَ ْوماُ َواتَّقوا‬ ُْ ‫ع‬
َ ‫س‬
ُ ْ
‫ف‬ ‫ن‬
َ ‫ْئا‬
ُ ‫ي‬ ‫ش‬
َ

Ta'ribnya :
Lafadz َ‫ال‬
ُ ‫َجْزى‬
ِ ‫ ت‬adalah fi’il mudhore’ mu'tal akhir, I'robnya rafa' karena tidak didahului oleh 'amil
nashib ataupun 'amil jazim, tanda rafa'nya dhommah muqoddar (tersembunyi). Dibaca 'kang' karena
menjadi sifat ( fi'il jatuh setelah isim nakiroh adalah sifat)
Untuk Tawabi' yang lain, silahkan melihat kembali penjelasannya pada pembahasan al marfu'at
(isim-isim yang harus dirafa'kan) Yaitu : 'Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi. Badal,
i'robnya mengikuti isim ysng dibadali, dan Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.

3. MAF’UL LI AJLIH ( ُ‫) ْلَجْ ِل ُِه ال َم ْفع ْول‬


= Kerana / Karena
Maf’ul liajlih ialah isim masdar qolby yang diletakkan setelah fi’il dan fa’il, untuk menjelaskan 'alasan'
mengapa fi’il itu dilakukan, atau untuk menjawab 'pertanyaan untuk apa' fi’il itu dilakukan. Itulah
sebabnya Maf’ul liajlih harus cocok diterjemah dengan kerana / karena / sebab / untuk. Isim masdar
qolbiy ialah isim masdar yang berkaitan dengan perasaan hati. Perhatikan contoh-contoh dibawah
ini :

‫ أَق ْو ُم‬ngadeg sopo ingsun, ‫ إ ْكراَما‬kerana mulyaake ‫ ل ِْْل ْست َا ُِذ‬maring guru. (Saya berdiri, karena memuliakan
terhadap guru) ُ‫ل ِْْل ْست َا ُِذ إ ْكراَما أَق ْوم‬

‫ َجا َه ْدنَا‬jihad sopo ingsun ‫ل فِى‬ َ ُِ‫ للا‬ingdalem dalane Allah ‫ خ َْوفا‬kerana wedi ‫ لِس ْخطِ ُِه‬maring siksane Alloh
ُِ ‫س ِب ْي‬
(Saya berjihad fi sabilillah karena takut murkaNya) ‫ل فِى َجا َه ْدنَا‬ ُ ‫لِس ْخطِ ُِه خ َْوفا‬
َ ِ‫للا‬
ُِ ‫س ِب ْي‬

ُ ‫ويَ ْعت‬lan
‫ِق‬ َ merdekaake ‫ه ُْم‬ing deweke kabeh, sapa ُ‫اَب ْوبَ ْكر‬Abu bakar, ‫للاِ َو ْج ُِه اِ ْبتِغَا َُء‬
ُ kerana golek maring
wajahe Alloh (Abu Bakar memerdekakan mereka, karena mencari wajah Allah) ‫َوجْ ُِه اِ ْبتِغَا َُء اَب ْوبَ ْكرُ َويَ ْعتِقه ُْم‬
ِ ُ‫للا‬

َ ) Mukul sapa ingsun (ُ‫ )اِ ْبنِ ْي‬ing anakingsun (‫ )ت َأ ْ ِديْبا‬kerana ndidik adab ُ‫ض َربْت‬
(ُ‫ض َربْت‬ ُْ ِ‫تَُأ ْ ِديْبا اِ ْبن‬
َ ‫ي‬

(ُ‫ )ج ْد‬Lomaho sapa sira (‫ )ش ْكرا‬kerana syukur ‫ش ْكرا ج ُْد‬

(َُ‫ ) ت َ ْقتلوا َوال‬Lan aja mateni sapa sira kabeh, (ُ‫ )أ َ ْوالَ َدك ْم‬ing anak-anakira kabeh, (َُ‫ )إ ْمالَقُ َخ ْشيَة‬kerana wedi
mlarat. َ‫ال‬ ُ ‫إ ْمالَقُ َخ ْش َي ُةَ أ َ ْوالَ َدك ُْم ت َ ْقتلوا َو‬
Catatan :
1) Setiap kalimah isim mashdar qolbiy yang cocok dibaca kerana / karena, berarti mesti maf’ul liajlih.
I’rabnya harus dinasab.
2) Jika isim yang dijadikan maf’ul liajlih bukan isim mashdar qolbiy, maka di depannya harus diberi
kharf jar ( ‫ل‬ ُِ ), sehingga maf’ul li ajlih itu harus beri’rob jar.
Contoh :

َُ ‫ ْال َخي‬ing kebagusan ‫ب‬


‫ ِإ ْع َمل ْوا‬ngamala sapa sira kabeh ‫ْر‬ َ ‫ضاُِة ِل‬
ُِ َ‫طل‬ َ ‫ للاُِ َم ْر‬kerana golek ridhane Alloh. (Berbuat
baiklah kamu semua, untuk mencari ridho Allah). ‫ْر ِإ ْع َمل ْوا‬ َُ ‫ب ْال َخي‬ َ ‫ضاُةِ ِل‬
ُِ َ‫طل‬ َ ‫للاِ َم ْر‬
ُ

ُ‫صالَُة َ أق ِِم‬
َّ ‫ال‬
ُِ‫ش ْمس لِدلوك‬ َّ ‫ال‬

‫الرجلُ َه َذا‬
َّ Utawi iki wong lanang, iku ‫ قَنِ َُع‬bisa nrima sapa deweke, ُ‫ لِز ْهد‬kerana zuhud (Laki-laki ini bisa
qona'ah karena zuhud) ‫الرجلُ َهذَا‬ َّ ‫لِز ْهدُ قَنِ َُع‬
I’rabnya :
• Lafadz‫ َ أَق ْوم‬adalah fi’il Mudhore, I'robnya rafa' karena tidak didahului 'amil Nashib ataupun 'amil
Jazim. Tanda rafa'nya dhommah. Fa’ilnya dhomir ‫ اَنَا‬.
• Lafadz ‫ إ ْكراَما‬adalah isim mufrod, i’robnya nashab karena menjadi maf’ul liajlih, tanda nashabnya
dengan fatkhah.
I’rabnya :
• Lafadz ‫ َجا َه ْدنَا‬adalah fi’il madli, mabni sukun karena bertemu dengan nun fa'il (‫) نَا‬. fa’ilnya dhomir
ُ‫نَحْ ن‬
• Lafadz ‫خ َْوفا‬adalah isim mufrod mudzakkar, beri’rob nashab karena menjadi maf’ul liajlih, tanda
nashabnya fatkhah.
4. ISIMNYA ‫ن‬ َُّ ‫ ِإ‬ATAU SAUDARA-SAUDARANYA
Inna (ُ‫ ) ِإ َّن‬dan saudara-saudaranya, ialah kharf-kharf yang hanya masuk ke dalam jumlah ismiyah. Jadi,
apabila ada Inna (ُ‫ ) ِإن‬atau saudara-saudaranya, disitu mesti permulaan jumlah ismiyah, Dan apabila
jumlah ismiyah dimasuki Inna atau saudara-saudaranya, maka terjadi perubahan sebagai berikut :

(1). mubtada'nya berubah menjadi isimnya Inna atau saudaranya, dan harus beri’rob nashab
(2). sedangkan khobarnya tetap rafa’,dinamakan khobarnya Inna. Itulah sebabnya Inna / saudara-
saudaranya dinamakan kharf yang menashabkan mubtada’ dan merafa’kan khobar

ُ‫ ِإ َّن‬dan Saudara-saudaranya
Adapun saudara-saudaranya ‫ن‬ َُّ ِ‫ إ‬itu ialah :
1‫ن‬ َُّ ِ‫ إ‬Sesungguhnya 4 ‫ِن‬ َ
َُّ ‫ لك‬Akan tetapi/Anging tetapine
2‫ن‬ َ
َُّ ‫ أ‬Sesungguhnya 5 َُ‫ لَيْت‬Muga-muga/Semoga
3‫ن‬ َُّ َ ‫ َكأ‬Sepertinya 6 ‫ل‬
َُّ َ‫ لَع‬Semoga/Muga-muga

Fungsi ‫ن‬ َُّ ‫ ِإ‬dan Saudara-saudaranya


1) ‫ن‬ َُّ َ ‫ أ‬kegunaannya sama dengan ‫ن‬ َُّ ‫ ِإ‬, untuk taukid (menguatkan ma’na). Contoh :
َُّ ِ‫))للا إ‬
‫ن‬ َُ Satemene utawi Allah,‫علَى‬ َ ‫ل‬ َ ) ) ingatase saben-saben sewiji, iku ُ‫ )) قَ ِديْر‬Maha Kuasa
ُِ ‫ش ْيءُ ك‬
(Sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu) ‫ن‬ َُّ ِ‫علَى للاَُ إ‬
َ ‫ل‬ َ ُ‫قَ ِديْر‬
ُِ ‫ش ْيءُ ك‬

ُ‫ ) ) زَ يْدا ِإ َّن‬Satemene Utawi Zaid, ikuُ‫ ) )مجْ ت َ ِهد‬wong kang rajin (Sesungguhnya Zaid itu orang yang rajin) ‫ن‬
َُّ ِ‫إ‬
‫مجْ ت َ ِهدُ زَ يْدا‬
2) َُ‫ لَيْت‬untuk tamanni (mengharap sesuatu yang sulit/tak mungkin tercapainya). Contoh :
(‫ي‬ ُْ ِ‫ ) يَالَ ْيتَن‬Ee…muga-muga utawi ingsun, iku ( ُ‫ ) ك ْنت‬dadi sapa ingsun, dadi iku ( ‫ ) ت َرابا‬lemah.
(Ee..semoga aku menjadi tanah ) ‫ي‬ ُْ ِ‫ت َرابا ك ْنتُ يَالَ ْيتَن‬

( َُ‫ي يَالَيْت‬ ُْ ِ‫ ) قَ ْوم‬Ee………muga-muga utawi kaumku, iku ( َُ‫ ) يَ ْعلَم ْون‬ngerteni sapa deweke kabeh, ( ‫) بِ َما‬
kelawan apa, ( ‫غف ََُر‬ َ ) wus ngapura ( ‫ي‬ ُْ ‫ ) ِل‬maring aku, sapa ( ‫ي‬ ُْ ‫ ) َر ِب‬pangeranku, (ُ‫)و َج َع َل‬ َ lan wus
ndadekake sopo pangeranku,( ‫ي‬ ُْ ِ‫ ) ن‬ing aku, ( َُ‫ ) ْالم ْك َرمِ يْنَُ مِ ن‬saking golongane wong-wong kang den
mulyaake. (He…Semoga kaumku mengetahui dengan apa Tuhanku mengampuniku dan menjadikan
aku sebagian dari orang-orang yang dimuliakan) َُ‫ي يَالَيْت‬ ُْ ُِ‫غف ََُر بِ َما يَ ْعلَم ْونَُ قَ ْوم‬
َ ‫ي‬
ُْ ‫ي ِل‬ ُْ ِ‫ْالم ْك َرمِ يْنَُ مِ نَُ َو َجعَلَن‬
ُْ ِ‫ي َرب‬
3) La’alla ( ‫ل‬ َُّ َ‫ ) لَع‬untuk tarajji (mengharap sesuatu yang mungkin tercapainya) Contoh :
(ُ‫ع ُةَ لَعَ َّل‬
َ ‫ )السَّا‬muga-muga utawi dina qiyamat, iku(ُ‫ )ت َك ْون‬dadi opo dina qiyamat, dadi iku (‫)قَ ِريْبا‬
parek.(Semoga hari qiyamat menjadi dekat ) ‫ل‬ َُّ َ‫ع ُةَ لَع‬
َ ‫قَ ِريْبا ت َك ْونُ السَّا‬

(ُ‫)للا لَ َع َّل‬Muga-muga
َُ utawi Allah, iku ( ُ‫ ) َي ْر َحم‬melasi sapa Allah, ( ‫)نَا‬ing kita. (Semoga Allah membelas
kasihani kepada kita) ‫ل‬ َُّ ‫للا لَ َع‬
َُ ‫يَ ْر َحُمنَا‬
4) Lakinna ‫ِن‬ َُّ ‫ لَك‬untuk istidrok menyelipkan ucapan yang berlawanan). Contoh :
ْ
(ُ‫اس اَكث َ َُر َولَك َِّن‬
ُ ِ َّ‫ )الن‬Anging tetapine utawi akehe menungsa, iku (( َُ‫ الَيَ ْشكر ْون‬ora pada syukur sopo deweke
kabeh.(Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukurinya) ‫ِن‬ َُّ ‫اس ا َ ْكث َ َُر َولَك‬
ُ ِ َّ‫الَ الن‬
ُ َُ‫يَ ْشكر ْون‬

( ‫ض َُر‬ َُّ ‫ ) زَ يْدا َو َلك‬anging tetapi utawi Zaid, iku ( ( ُ‫غَائِب‬wong


َ ‫ ) َح‬wus teka, sapa ( ( ُ‫ التَّالَمِ يْذ‬murid- murid, ( ‫ِن‬
kang ora ana. (Murid-murid telah datang, akan tetapi Zaid tidak ada) ‫ض َُر‬ َُّ ‫غَائِبُ زَ يْدا َولَك‬
َ ‫ِن التَّالَمِ يْذُ َح‬
5) Kaanna (ُ‫ ) َكأ َ َّن‬untuk tasybih (menyerupakan). Contoh :
(‫ن‬ َُّ َ ‫ ) زَ يْدا َكأ‬Kaya-kaya setuhune utawi Zaid, iku ( ُ‫ ) قَ َمر‬rembulan (Sungguh, sepertinya Zaid adalah
bulan ) ‫ن‬ َُّ َ ‫قَ َمرُ زَ يْدا َكأ‬
(ُ‫)الع ِْل َُم َكأ َ َّن‬kaya-kaya
ْ setuhune utawi ilmu, iku ُ‫ ) ) ن ْور‬cahaya, ( ُِ‫ِىال َحيَاة‬ ْ ‫ ) ف‬ingdalem urip iki. (Sepertinya,
sungguh ilmu itu adalah cahaya di dalam kehidupan) ‫ن‬ َُّ ‫ْال َحيَاُةِ فِى ن ْورُ العِل َُم َكأ‬
َ ْ ْ

Catatan :
َُّ ‫ ِإ‬dan saudara-saudaranya hanya masuk pada permulaan jumlah / mubtada. Itulah sebabnya jika
‫ن‬
ada ‫ن‬ َُّ ‫ ِإ‬atau salah satu dari saudara-saudaranya, berarti mesti mubtada', cuma i'robnya menjadi
nashab karena menjadi isimnyaُ‫ ِإن‬atau saudara-saudaranya itu. Kecuali jika kalimah itu berupa jar-
majrur, berarti ia khobar muqoddam (khobar yang didahulukan) dan jika khobarnya didahulukan,
berarti mubtada' nya / isimnya harus diakhirkan. Contoh :

(ُ‫ل إِ َّن‬
ُِ ‫يءُ لِك‬ َ ) Satemene iku tetep keduwe saben-saben suwiji, (‫)قَ ْلبا‬ana atine. (ُ‫آن َوقَ ْلب‬
ْ ‫ش‬ ْ
ُِ ‫)الق ْر‬Lan utawi
atine al-Quran, iku ( ‫ )يس‬surat Yaasiiin. (Sesungguhnya setiap sesuatu itu memiliki hati. Dan hatinya
al-Quran, adalah surat Yasiin). ‫ن‬ َُّ ‫ل ِإ‬
ُِ ‫يءُ لِك‬ َ ‫آن َوقَ ْلبُ قَ ْلبا‬
ْ ‫ش‬ ُِ ‫يس ْالق ْر‬

ُْ ِ‫ )ذَلِكَُ ف‬saktemene iku tetep ingdalem kang kaya mangkono , (ُ‫ ) َالياَت‬yekti ana tanda-tanda
(ُ‫ي إِ َّن‬
kekuasaane Allah, (ُ‫ ) ِلقَ ْوم‬keduwe kaum, (َُ‫ )يَ ْعقِل ْون‬kang pada mikir sapa deweke kaum. (Sesungguhnya
di dalam yang demikian itu, nyata-nyata ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir) ‫ن‬ َُّ ِ‫إ‬
َ َ َ َ
ُْ ُِ‫يَ ْعقِل ْونَُ ِلق ْومُ الياتُ ذلِكَُ ف‬
‫ي‬

I’rabnya :
• Lafadz ‫ن‬ َُّ ‫ ِإ‬adalah kharf yang menashabkan mubtada' dan merafa'kan khobar.
• Lafadz ‫ل‬ ُِ ‫ لِك‬adalah jar - majrur. Lafadz ُ‫ش ْيء‬
َ adalah beri'rab jar karena menjadi mudlof ilaih dari lafadz
ُِ ‫( ك‬mudhof) , tanda jarnya dengan kasroh. Jadi, ‫ل‬
‫ل‬ ُِ ‫يءُ لِك‬ْ ‫ش‬َ adalah rangkaian jar - majrur sekaligus
rangkaian mudlof-mudlof ilaih, yang menjadi 'khobar nya ‫ن‬ َُّ ِ‫ إ‬yang didahulukan' (khobar muqoddam)
ْ َ
• Lafadz ‫ قلبا‬adalah isim mufrod, beri'rob nashab, karena mubtada' muakhkhor (mubtada' yang
diakhirkan dari khobarnya) yang dimasuki ‫ن‬ َُّ ‫ ِإ‬.
• Lafadz ‫ َُو‬adalah wawu ibtida', dan lafadz ُ‫آن قَ ْلب‬ ُِ ‫ ْالق ْر‬adalah rangkaian mudhof - mudhof ilaih, yang
menjadi mubtada’
Lafadz ُ‫قَ ْلب‬adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa' karena sebagai mubtada', tanda rafa'nya
dengan dhommah. Sedangkan Lafadz ‫آن‬ ُِ ‫ ْالق ْر‬adalah isim mufrod, i'robnya jar karena mudhof ilaih,
tanda jarnya dengan kasroh.
• Lafadz ‫يس‬beri'rob rafa', karena khobar dari ُ‫آن قَ ْلب‬ ُِ ‫ْالق ْر‬

5. KHOBARNYA (َُ‫ )كَان‬ATAU SAUDARA-SAUDARANYA.

Seperti halnya ََُ‫ إِ َّن‬, maka َُ‫كَان‬dan saudara-saudaranya juga hanya masuk pada permulaan jumlah
Ismiyah. Sehingga kapan ada َُ‫كَان‬, di situ mesti permulaan jumlah ismiyah (ada mubtada' dan ada
khobar).

A. Yang perlu diperhatikan apabila ada َُ‫كَان‬


Apabila َُ‫ كَان‬atau salah satu dari saudara-saudaranya masuk pada jumlah ismiyah, maka jumlah
ismiyah itu harus mengalami perubahan sebagai berikut :
1) Mubtada pada jumlah itu, berubah menjadi fa'ilnya َُ‫ كَان‬i'robnya tetap rafa', dibaca dengan 'sapa /
apa' seperti lazimnya fa'il.
2) Khobar pada jumlah itu, berubah menjadi khobarnya َُ‫ كَان‬, dan i'robnya berubah menjadi nashab,
serta dibaca dengan "ana iku / dadi iku" Contoh :
Sebelum dimasuki َُ‫ كَان‬:
(ُ‫)زَ يْد‬Utawi Zaid, iku (ُ‫)ت ِْلُمِ يْذ‬murid, (ُ‫ ) َماهِر‬kang pinter (Zaid adalah seorang murid yang pandai) ُ‫ت ِْلمِ يْذُ زَ يْد‬
ُ‫َماهِر‬
Setelah dimasuki َُ‫ كَان‬menjadi :
(َُ‫)كَان‬wus dadi, sopo (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, dadi iku (‫)ت ِْلمِ يْذا‬murid (‫ ) َماهِرا‬kang pinter (Zaid menjadi murid yang
pandai) َُ‫ََ َماهِرا ت ِْلمِ يْذا زَ يْدُ كَان‬
Sebelum dimasuki َُ‫ كَان‬:
ُ‫فَطِ ْي َمة‬Utawi Fatimah, iku ُ‫ت ِْلمِ ْيذَة‬murid, ‫ َ مجْ ت َ ِه َدة‬kang rajin .(Fatimah adalah murid yang rajin) ُ‫َ ت ِْلمِ ْيذَة فَطِ ْي َمة‬
‫َ مجْ ت َ ِه َدة‬
Setelah dimasukiَُ‫ كَان‬menjadi :
(ُْ‫)كَانَت‬Wus dadi, sopo ( ُ‫)فَطِ ْي َمة‬Fatimah, dadi iku ( ( ُ‫ ت ِْلمِ ْيذَة‬murid, (ُ‫ )مجْ ت َ ِه َدة‬kang rajin(Fatimah menjadi
murid yang rajin) ُْ‫مجْ ت َ ِه َدةُ ت ِْلمِ ْيذَةُ فَطِ ْي َمةُ كَانَت‬
Sebelum dimasuki َُ‫كَان‬
Dia seorang murid (utawi deweke, iku murid) ‫ت ِْلمُِيْذُ ه َُو‬
Setelah dimasukiَُ‫ كَان‬menjadi :
Dia seorang murid (utawi deweke, iku murid) َُ‫ت ِْلمِ يْذا كَان‬
B. Saudara-saudaranya َُ‫كَان‬.
Adapun saudara-saudaranyaَُ‫ كَان‬itu ialah :
No Kalimah Contoh
1 َُ‫َماهِرا زَ يْدُ يَك ْونُ\كَانَُ يَك ْونُ\كَان‬
(َُ‫ )كَان‬ana, sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, ana iku (‫ ) َماهِرا‬wong kang pinter (Zaid adalah orang yang pandai)
2 ‫ار‬ َُ ‫ص‬ َ \ُ‫صيْر‬ ِ َ‫ار ي‬ َُ ‫ص‬ َ \ُ‫صيْر‬ ِ َ‫ث َ ْلجا ْال َماءُ ي‬
Dadi apa (ُ‫)ال َماء‬ ْ banyu, dadi iku (‫)ث َ ْلجا‬es (Air itu menjadi es)
3‫ح‬ َُ َ‫صب‬ ْ ‫صبِحُ\أ‬ ْ ‫حي‬ َُ َ‫صب‬ ْ ‫صبِحُ\أ‬ ْ ‫معَلِما زَ يْدُ ي‬
(ُ‫ص َب َح‬ ْ ‫ُ\أ‬ ‫ح‬ ‫ب‬‫ص‬
ِْ ‫)ي‬ Dadi sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, dadi iku (‫ )م َعلِما‬wong kang mulang (Zaid menjadi pengajar)
4 ‫ض َحى‬ ْ َ ‫ض َحى يضْحِ ى\أ‬ ْ َ ‫صلِيا م َعلِمُ يضْحِ ى\أ‬ َ ‫م‬
(‫ض َحى‬ ْ َ ‫ )أ‬mlebu wektu duha, sopo (ُ‫ )م َعلِم‬wong kang mulang, iku (‫صلِيا‬ َ ‫ )م‬wong kang sholat (pengajar itu
memasuki waktu duha , menjadi orang yang sholat)
5‫ل‬ َُّ ‫ظ‬ َ \ُ‫ظ ُّل‬ َ َ‫ل ي‬ َُّ ‫ظ‬َ \ُ‫ظ ُّل‬ َ َ‫مس َْودًّا َوجْ ههُ ي‬
َ
(ُ‫ )ظل‬dadi, apa (ُ‫)وجْهه‬ َ wajahe, dadi iku (‫ )مس َْودًّا‬ireng. (wajahnya menjadi hitam)
6 ‫سى‬ َ
َ ‫سى ي ْمسِى\أ ْم‬ َ
َ ‫غنِيًّا زَ يْدُ ي ْمسِى\أ ْم‬ َ
(‫سى‬ َ ْ ‫م‬ َ ‫أ‬ ) dadi, sapa (ُ ‫ْد‬
‫ي‬ َ‫)ز‬ Zaid, dadi iku (‫غ ِنيًّا‬
َ ) wong kang sugih (Zaid menjadi orang yang kaya).
7 َُ‫طرُ َي ِبيْتُ\ َباتَُ َي ِبيْتُ\ َبات‬ َ ‫ع ِزيْزا ْال َم‬ َ
(َُ‫ )بَات‬dadi, apa (ُ‫طر‬ َ ‫)ال َم‬ ْ udan, dadi iku (‫ع ِزيْزا‬ َ ) deres (hujan menjadi lebat)
8 ‫ل َما‬ َُ ‫ل َما يَزَ الُ َما\زَ ا‬ َُ ‫محْ سِنا زَ يْدُ يَزَ الُ َما\زَ ا‬
(‫ل َما‬ َُ ‫ )يَزَ الُ َما\زَ ا‬ora leren-leren, sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, ora leren-leren iku (‫ )محْ سِنا‬wong kang gawe bagus
(Zaid tetap orangyang berbuat baik)
9‫ح‬ َُ ‫ح َمايَب َْرحُ\ َمابَ ِر‬ َُ ‫مجْ ُت َ ِهدا زَ يْدُ َمايَب َْرحُ\ َمابَ ِر‬
10 َُّ‫محْ سِنا زَ يْدُ الَيَ ْنفَكُُّ\ َماإ ْنفَكَُّ اليَنفَكُُّ\ َماإنفَك‬
ْ ْ َ
11 ‫ئ‬ َُ ‫ئ الَ َي ْفت َأُ\ َمافَ ِت‬ َُ ‫متَأ َ ِخرا زَ يْدُ الَ َي ْفت َأُ\ َمافَ ِت‬
12 ‫ام‬ َُ ‫ام زَ يْدا احِ بُُّ اَنَا َما َد‬ َُ ‫مجْ ت َ ِهدا َما َد‬
13 ‫ْس‬ َُ ‫ْس لَي‬ َُ ‫متَأ َ ِخرا زَ يْدُ لَي‬
C. Kaidah-kaidahnya َُ‫ كَان‬dan saudara-saudaranya
1) Karena َُ‫ كَان‬dan saudara-saudaranya termasuk kategori fi’il, maka iapun memiliki perubahan
seperti fi’il-fi’il yang lain, sesuai dengan dhomir pelakunya.

Bentuk Amar Bentuk Mudhore’ Bentuk Madhi


ُْ ‫ت ِْلمِ يْذا )ه َوُ( كَانَُ ت ِْلمِ يْذا َيك ْونُ ه َُو ت ِْلمِ يْذا ا َ ْنتَُ ك‬
‫ن‬
‫ْن ا َ ْنت َما ك ْونَا‬ُِ ‫َان ه َما ت ِْلمِ ْي َذي‬ ُِ ‫ْن َيك ْون‬ُِ ‫ت ِْلمِ ْي َذي ِْنُ)ه َما(كَانَا ت ِْلمِ ْيذَي‬
‫ت ِْلمِ ْي ِذيْنَُ)ه ْمُ( كَان ْوا ت ِْلمِ ْي ِذيْنَُ يَك ْونونَُ ه ُْم ت ِْلمِ ْي ِذيْنَُ ا َ ْنت ُْم ك ْون ْوا‬
ُْ ِ‫ت ك ْون‬
‫ى‬ ُِ ‫ِي ت ِْلمِ ْيذَةُ ا َ ْن‬َُ ‫ِيُ(كَانَتُْ ت ِْلمِ ْيذَةُ ت َك ْونُ ه‬ َ ‫ت ِْلمِ ْيذَةُ)ه‬
‫ْن ا َ ْنت َما ك ْونَا‬ُِ ‫َان ه َما ت ِْلمِ ْي َذتَي‬ ُِ ‫ت ِْلمِ ْيذَتَي ِْنُ)ه َما(كَانَت َا ت ِْلمِ ْيذَتَي‬
ُِ ‫ْن ت َك ْون‬
َُّ ‫ن ك‬
‫ن‬ َُّ ‫ن ت ِْلمِ ْيذَاتُ ا َ ْنت‬ َُّ ‫ن ََ( كنُ ت ِْلمِ ْيذَاتُ يَك‬
َُّ ‫ن ه‬ َُّ ‫ت ِْلمِ ْيذَاتُ)ه‬
Dst. Dst.

2) Untuk َُ‫ كَان‬dan saudara-saudaranya yang bisa ditashrif, (memiliki bentuk mudhore', amar, mashdar
dan seterusnya sesuai dengan tashrifannya) maka semua tashrifannya itu juga memiliki fungsi dan
tugas yang sama dengan ‫( كَان‬dalam hal merafa’kan isimnya dan menasabkan khobarnya) Contoh :
(ُ‫) َوللا‬Utawi Allah, iku (ُ‫ )يَ ِجب‬wajib, apa ( ‫ )ك َْونه‬anane Allah, ana iku (‫عالِما‬
َ ) Dzat kang pinter (Allah itu,
wajib keberadaannya, sebagai Dzat yang Maha Mengetahui) ُ‫عالِما ك َْونهُ يَ ِجبُ َوللا‬ َ

6. MASHDAR / MAF’UL MUTHLAQ


(kelawan)

A. Pengertian Mashdar / Maf’ul Muthlaq


Mashdar ialah isim beri’rab nashab yang diletakkan setelah fi’il, dimana isim itu memiliki asal kata /
asal ma’na yang sama dengan fi’il itu. Mashdar biasanya dibaca /diterjemahkan dengan ‘KELAWAN /
DENGAN’.

B. Fungsi Mashdar dan Contoh-contohnya

Adapun penyebutan mashdar itu, dimaksudkan untuk :

1) Taukid (menguatkan terjadinya perbuatan / fi’il). Misalnya :


(ُ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ ) Wis mukul, sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, (‫ )ع َمرا‬ing Umar, (‫ض ْربا‬
َ ) kelawan pukulan. (Zaid telah memukul
Umar dengan pukulan) ‫ب‬ َُ ‫ض َر‬ َ ُ‫ض ْربا ع َمرا زَ يْد‬
َ

2) Menjelaskan jenis perbuatan .Misalnya :


(ُ‫ب‬ َ )Wis mukul, sapa (ُ‫)زَ يْد‬Zaid, (‫ )ع َمرا‬ing Umar, (َُ‫)ض ْربَة‬
َ ‫ض َر‬ ِ kelawan pukulane kethek. (Zaid telah
memukul Umar dengan pukulan kera) ‫ب‬ َُ ‫ض َر‬ ِ ‫ْالق ِْر ُِد‬
َ ُ‫ض ْربَ ُةَ ع َمرا زَ يْد‬

3) Menjelaskan jumlah (banyak / sedikitnya) perbuatan. Misalnya :


(ُ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ )Wis mukul, sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, (‫ )ع َمرا‬ing Umar, (ُ‫ض ْربَة‬
َ ) kelawan sak pukulan / rong pukulan.
(Zaid telah memukul Umar dengan satu pukulan / dua pukulan) ‫ب‬ َُ ‫ض َر‬ َ \ُ‫ض ْر َبتَي ِْن‬
َ ُ‫ض ْر َبةُ ع َمرا زَ يْد‬ َ

Tarkib :
• Lafadz ‫ض ْربا‬
َ adalah isim mufrod yang beri’rob nashab karena menjadi mashdar, yang fungsinya
untuk taukid (menguatkan terjadinya perbuatan / fi’il). Tanda nashabnya fatkhah.
• Lafadz َ‫ض ْربَ ُة‬ِ adalah isim mufrod muannats, i’robnya nashab karena menjadi mashdar (yang
menjelaskan jenis fi’il). Tanda nashabnya fatkhah.
• Lafadz ُ‫ض ْربَة‬ َ adalah isim mufrod muannats, i’robnya nashab karena menjadi mashdar (yang
menjelaskan bilangan fi’il). Tanda nashabnya fatkhah.
Catatan :
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, memiliki asal kata yang sama
dengan fi’il yang sebelumnya. Lafadz ‫ض ْربا‬ َ ,asal katanya sama dengan asal kata dari fi’il ‫ب‬ َُ ‫ض َر‬
َ Lafadz
َ‫ض ْربَ ُة‬ِ juga asal katanya sama dengan fi’il ‫ب‬
َُ ‫ض َر‬
َ .Dan lafadz ُ‫ض ْربَة‬
َ asal katanya juga sama dengan fi’il
َُ ‫ض َر‬
‫ب‬ َ . Berarti, kalimah-kalimah itu menduduki posisi Mashdar, yang harus dinashab dan dibaca
‘kelawan / dengan’.

C. Macam-macam Mashdar

1. Mashdar Lafdziy.
Ialah mashdar, yang asal lafadznya, sama dengan asal lafadz fi’ilnya. Lihat contoh-contoh mashdar di
atas !
2. Mashdar Ma’nawiy.
Ialah jika antara mashdar dan fi’ilnya, hanya memiliki kesamaan ma’na saja, tidak memiliki kesamaan
lafadz.
Contoh :

( ُ‫ ) َجلَسْت‬wis lungguh sapa ingsun, ( ‫ ) قع ْودا‬kelawan lungguh temenanan. (saya telah benar-benar
duduk) ُ‫قع ْودا َجلَسْت‬

( ُ‫ ) ق ْمت‬wis ngadeg sapa ingsun, ( ‫ ) وق ْوفا‬kelawan ngadeg temenanan. (saya benar-benar telah berdiri)
ُ‫وق ْوفا ق ْمت‬

D. Kaidah-kaidah Mashdar
1. Harus Nashab.Lihat contoh-contoh di atas !
2. Harus cocok diterjemah dengan : kelawan / dengan

7. KHAL (ُ‫) ا َ ْل َحال‬


(dibaca dengan : khale / dalam keadaan)
A. Pengertian Khal
Ialah isim beri’rab nashab, yang disebutkan untuk menjelaskan keadaan fa’il, atau keadaan maf’ul,
atau keadaan dari fail dan maf’ul sekaligus, ketika terjadinya perbuatan. Khal biasanya diterjemah
dengan ‘KHALE / DALAM KEADAAN/ PADA HAL’. Contoh :
Khal yang menjelaskan keadaan Fa’il.
َ ‫ )ذَه‬Lunga, sapa (ُ‫ )ع َمر‬Umar, (‫س ِت ُِه اِلَى‬
(ُ‫َب‬ َ ‫) َمد َْر‬maring maring sekolahane, (‫ ) َماشِيا‬khale wong kang mlaku
(Umar berangkat ke sekolah dalam keadaan orang yang berjalan) ‫َب‬ َُ ‫ستِ ُِه اِلَى ع َمرُ ذَه‬
َ ‫َماشِيا َمد َْر‬

( ُْ‫ ) ذَ َهبَت‬Lunga, sapa ( ُ‫)فَطِ ْي َمة‬Fathimah, (‫َِهَا‬ َ ‫)اِلَى َمد َْر‬maring maring sekolahane, (ُ‫ ) َما ِشيَة‬khale wong kang
ِ ‫ست‬
mlaku (Fathimah berangkat ke sekolahnya dalam keadaan orang yang berjalan) ُْ‫اِلَى فَطِ ْي َمةُ ذَ َهبَت‬
‫ستِ َها‬
َ ‫َما ِشيَةُ َمد َْر‬
Khal yang menjelaskan keadaan maf’ul bih
(ُ‫)ر ِكبْت‬Numpak
َ sapa ingsun, (ُ‫س‬ ْ ing jaran (‫س َّرجا‬
َ ‫)الف َْر‬ َ ‫ )م‬khale den pelanani (Saya menaiki kuda dalam
keadaan berpelana) ُ‫س َر ِكبْت‬ ْ
َُ ‫س َّرجا الف َْر‬َ ‫م‬

(ُ‫ )اَك َْلت‬Mangan sapa ingsun, (َُ‫)الفَا ِك َهة‬


ْ ing buah, (ُ‫َاض َجة‬
ِ ‫ )ن‬khale mateng (saya makan buah dalam keadaan
masak) ُ‫َاض َجةُ ْالفَا ِك َه ُةَ اَك َْلت‬
ِ ‫ن‬
Tarkib :
• Lafadz ‫َب‬ َُ ‫ ذَه‬adalah fi’il madhi, I'robnya mabni fatkhah sebab tidak bertemu dengan wawu jama', tak
fa'il, nun fa'il, dan nun niswah.
• Lafadz ُ‫ع َمر‬adalah isim mufrod, beri’rab rafa’, karena menjadi fa’ilnya lafadz ‫َب‬ َُ ‫ ذَه‬,tanda rafa’nya
dhommah.
• Lafadz ‫ اِلَى‬adalah kharf jar ( mengjarkan isim )
• Lafadz ‫س ِت ُِه‬ َ ‫ َمد َْر‬adalah dua kalimah yang dirangkai menjadi satu (mudhof dan mudhof ilaih). Lafadz
‫( َمد َْرس ُِة‬mudhof) adalah isim mufrod muannats i’rabnya jar, karena didahului oleh kharf jar ‫ اِلَى‬Dan
lafadz ‫( ُِه‬mudhof ilaih), adalah isim dhomir muttashil, i’rabnya jar karena mudhof ilaih, tandanya
mabni.
• Lafadz ‫ َماشِيا‬adalah isim mufrad mudzakkar, i’rabnya nasab karena menjadi khal, tanda nasabnya
dengan fatkhah.

B. Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan Khal

1. Isim yang diberi khal dinamakan shohibul khal, dan harus isim ma’rifat (lihat contoh-contoh di
atas).
2. Khal harus isim nakiroh. Seandainya khal berupa isim ma’rifat, maka harus isim ma’rifat yang
memiliki sinonim dengan isim nakiroh. Misalnya :
( ‫ ) اِجْ ت َ ِه ُْد‬temen-temena sapa sira, ( َُ‫ ) َوحْ َدك‬khale ijenira. (Bersungguh-sungguhlah engkau, dalam
keadaan sendirian).
Lafadz (َُ‫)وحْ َدك‬, َ walaupun isim ma’rifat, tapi sinonim dengan lafadz (‫ )م ْنف َِردا‬yang isim nakiroh.
Sehingga bisa menjadi khal. ‫م ْنف َِردا اِجْ ت َ ِه ُْد = َوحْ َدكَُ اِجْ ت َ ِه ُْد‬
3. Adakalanya, khal berupa jumlah. (baik jumlah ismiyah ataupun jumlah fi’liyah)
• Khal jumlah ismiyah, biasanya dibantu dengan ‫( َُو‬wawu khal). Misalnya :
( ‫صلِى‬ َ ‫ ) ا‬Sholat sapa ingsun , ( ُ‫ ) َوالنَّاس‬khale utawi menungsa iku ( َُ‫ ) يَنَام ْون‬lagi pada turu (Saya
melakukan sholat, dalam keadaan orang-orang sedang tidur) ‫صلِى‬ َ ‫يَنَام ْونَُ َوالنَّاسُ ا‬
Lafadz ُ‫النَُّاس‬ adalah mubtada’, sedangkan lafadz َُ‫ يَنَام ْون‬adalah khobar. Jadi, susunan ُ‫يَنَام ْونَُ النَّاس‬
adalah jumlah ismiyah (mubtada’ dan khobar), yang disini menduduki posisi khal dari dhomir (‫) اَنَا‬
yang menjadi fa’il dari fi’il mudhore’‫صلِى‬ َ ‫ا‬. Sedangkan huruf ‫ َُو‬yang ada pada awal jumlah, dinamakan
wawu khaliyah (yang dibaca KHALE)
• Khal jumlah fi’liyah, Misalnya :
(ُ‫)راَيْت‬ َ Ningali sapa ingsun, (‫ )زَ يْدا‬ing Zaid, (ُ‫ )يَق ْوم‬khale lagi ngadek sapa Zaid (Saya melihat Zaid dalam
keadaan sedang berdiri) ُ‫يَق ْومُ زَ يْدا َراَيْت‬

َ ) Ngrungu sapa ingsun, (ُ‫ ) للاُِ َرس ْو َل‬ing Rasulullah Saw. (ُ‫ )يَق ْول‬Khale lagi ngendika sapa Rasulullah
(ُ‫سمِ ْعت‬
Saw. (Saya mendenganr Rasulullah Saw. Dalam keadaan beliau bersabda) ُ‫سمِ ْعت‬ َُ ‫للاِ َرس ْو‬
َ ‫ل‬ ُ ُ‫يَق ْول‬
I’rabnya :
• Lafadz ُ‫يَق ْوم‬adalah fi’il mudhore’. Fa’ilnya dhomirُ‫ ه َو‬yang tersimpan di dalam fi’il mudhore’ itu. Jadi,
lafadz ُ‫ يَق ْوم‬pada hakekatnya adalah jumlah fi’liyah ( fi’il dan fa’il ) , yang menduduki posisi khal.
4. Setiap fi’il yang jatuh setelah isim ma’rifat, dan setelah jumlah sempurna, maka fi’il itu menjadi
khal. Lihat dua contoh terakhir di atas !
8. TAMYIZ ( ُ‫)اَلت َّ ْميِيْز‬
( dibaca dengan : Apane )
A. Pengertian Tamyiz
Tamyiz ialah isim yang beri’rob nashab, yang disebutkan untuk menerang kan jenis, ukuran,
timbangan, atau bilangan yang masih samar dan butuh diterangkan. Tamyiz biasa dibaca dengan
‘APANE’, dan isim/fi’il yang ditamyizi disebut dengan Mumayyaz.
B. Kaidah yang berkaitan dengan Tamyiz.
1. Tamyiz harus isim Nakiroh.
2. Tamyiz harus diletakkan setelah kalam sempurna (jika f’il, telah ada fa’ilnya, atau jika mubtada’
telah ada khobarnya)
C. Macam-macam Tamyiz dan Contoh-contohnya
1. Tamyiz yang menjelaskan bilangan. Misalnya :

(ُ‫)اِ ْشت ََريْت‬Wus tuku sapa ingsun, (‫ع ْشرا‬


َ ) ing 10, apane(‫ ) ِكت َابا‬kitabe (Saya telah membeli 10 buku) ُ‫اِ ْشت ََريْت‬
ْ
‫عشرا‬ َ ‫ِكت َابا‬

(َُ‫ )فَ َج َّهز‬Banjur nyiapake, sapa (ُ‫ )اَب ْوبَ ْكر‬Abu bakar, nyiapake ing (ُ‫َر ا َ َح َد‬
َُ ‫عش‬
َ ) sewelas, apane (ُ‫ )ل َِواء‬pasukane,
ْ
(ُ‫ )الم ْرت َِديْنَُ ِل ِقت َا ِل‬kanggo merangi maring wong-wong kang pada murtad. (Maka Abu bakar menyiapkan
sebelas pasukan untuk memerangi orang-orang yang murtad itu) َُ‫َر ا َ َح َُد اَب ْوبَ ْكرُ فَ َج َّهز‬ َُ ‫عش‬ ُِ ‫ْالم ْرت َِديْنَُ ِل ِقت َا‬
َ ُ‫ل ل َِواء‬

2. Tamyiz yang menjelaskan ukuran / timbangan. Misalnya

(َُ‫ ) َلك‬Iku tetep keduwe sira, (ُ‫صاع‬


َ ) utawi sak sho', apane (‫ )قَ ْمحا‬gandume (Untukmu, satu sho' gandum)
َُ‫صاعُ لَك‬َ ‫قَ ْمحا‬

(ُ‫ )اِ ْشت ََريْت‬Tuku sapa ingsun, (َُ‫صبُ مِ ائَة‬ َ َ‫ )ق‬ing satus jengkal, apane ( ‫ )ا َ ْرضا‬lemahe. (Aku membeli 100
jengkal tanah) ُ‫صبُ مِ ائ َ ُةَ اِ ْشت ََريْت‬
َ َ‫ا َ ْرضا ق‬

3. Tamyiz yang menjelaskan keberadaan. Misalnya :

(ُ‫َّب‬
َ ‫صب‬َ َ ‫ )ت‬Mili-mili, sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, apane (‫ع َرقا‬
َ ) keringete (Zaid bertetesan keringatnya) ‫َّب‬ َ َ ‫ع َرقا زَ يْدُ ت‬
َُ ‫صب‬ َ

َ ‫ )ا َ ْح‬luwih bagus (َُ‫ )مِ ْنك‬tinimbangane sira, (‫)خلقا‬apane akhlaqe (Zaid lebih bagus
(ُ‫ )زَ يْد‬Utawi Zaid, iku (ُ‫سن‬
ketimbang kamu akhlaqnya) ُ‫سنُ زَ يْد‬ َ ‫خلقا مِ ْنكَُ ا َ ْح‬

9. DZOROF / MAF’UL FIH


(dibaca dengan : ingdalem)

A. Pengertiannya.
Ialah isim Zaman atau isim Makan yang beri’rab nashab, yang diletakkan dibelakang fi’il, untuk
menerangkan waktu atau tempat terjadinya fi’il tersebut, sehingga dzorof selalu menyimpan ‫ى‬ ُْ ِ‫)) ف‬
dalam pemaknaannya. Dalam bahasa Indonesia, dzorof disebut dengan keterangan tempat (dzorof
makan) atau keterangan waktu (dzorof zaman). Itulah sebabnya dalam penerjemahan bahasa Jawa,
dzorof diterjemah dengan : ingdalem…………………
Contoh :
(ُ‫)راَيْت‬ ُِ ‫)اْلثْنَي‬
َ ningali sapa ingsun, (‫ )زَ يْدا‬ing Zaid, (ُ‫ْن َي ْو َم‬ ِ ingdalem dina Senin, (ُ‫ام‬ ْ ingdalem ngarepe
َ ‫)ال َمس ِْج ُِد ا َ َم‬
masjid (Saya melihat Zaid, di hari Senin, di depan masjid) ُ‫ْن َي ْو َُم زَ يْدا َراَيْت‬ُِ ‫اْلثْنَي‬
ِ ‫ام‬َُ ‫ْال َمس ِْج ُِد ا َ َم‬

(ُ‫ب‬ َ ‫ض َر‬ َ ) wus gebug, sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, (‫ )ك َْلبا‬ing asu, (ُ‫ام‬ ْ
َ ‫ ) بَ ْيتِ ُِه ا َ َم‬ingdalem ngarep omahe Zaid, (ُ‫)الج ْمعَ ُِة يَ ْو َم‬
ingdalem dina Jum’at. (Zaid telah memukul anjing di depan rumahnya, di hari Jum’at) ‫ب‬ َُ ‫ض َر‬ َ ُ‫ام ك َْلبا زَ يْد‬
َُ ‫ا َ َم‬
ْ
‫الج ْمعَ ُِة يَ ْو َُم بَ ْيتِ ُِه‬

(‫)يَز ْور‬bakal niliki, sapa (ُ‫ )زَ يْد‬Zaid, (ُ‫ )اَبَاه‬ing bapake Zaid, (‫ )غَدا‬ingdalem wektu sesuk. (Zaid akan
mengunjungi bapaknya besuk) ُ‫غَدا اَبَاهُ زَ يْدُ يَز ْور‬

(ُ‫ )ذَ َهبْت‬berangkat sapa ingsun, (‫س ُِة إِلَى‬ ْ maring sekolahan, (‫صبَاحا‬
َ ‫)ال َمد َْر‬ َ ) ingdalem wektu esuk (aku
berangkat ke sekolah di waktu pagi) ُ‫س ُِة إِلى ذ َهبْت‬ َ َ ْ
َ ‫صبَاحا ال َمد َْر‬
َ

(َُ‫ )جل ْوسك‬utawi lungguhira, (ُ‫عة‬ َ ‫سا‬ ُ ِ ‫)الع ِْل ُِم َمجْ ل‬
َ ) ingdalem wektu sak jam, (‫ِس فِى‬ ْ ingdalem majlis ilmu, iku (ُ‫َخيْر‬
ُِ ْ‫)رقِيْقُ ا َ ْلفُِ ِعت‬
) luwih bagus (ُ‫ق مِ ْن‬ َ tinimbangane merdikakake sewu budak (dudukmu selama satu jam di
majlis ilmu itu lebih baik daripada memerdekakan seribu budak) َُ‫عةُ جل ْوسك‬ َ ‫سا‬ ُ ِ ‫ن َخيْرُ ْالع ِْل ُِم َمجْ ل‬
َ ‫ِس فِى‬ ُِ ْ‫ِعت‬
ُْ ِ‫ق م‬
ْ
ُِ‫َرقِيْقُ اَلف‬

Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semua beri’rab nashab, karena
menduduki posisi maf’ul fih (dzorof)

B. Macam-macam isim dzorof


1. Macam-macam Isim Dzorof Zaman
Arti Isim Dzorof
Ingdalem dina iki / di hari ini ‫ْاليَ ْو َُم‬
Ingdalem bengi iki / di malam ini َ‫اللَّ ْيلَ ُة‬
Ingdalem wektu esuk / di waktu pagi ُ‫غد َْوة‬ َ
Ingdalem wektu esuk / di waktu pagi ُ‫ب ْك َرة‬
Ingdalem wektu sahur / di waktu sahur ‫سحْ را‬ َ
Ingdalem dina sesuk / besuk ‫غَدا‬
Ingdalem wektu sore / di sore hari ُ‫عت َ َمة‬ َ
Ingdalem wektu esuk / di pagi hari ‫صبَاحا‬ َ
Ingdalem wektu sore / di waktu sore ُ‫ساء‬ َ ‫َم‬
Ingdalem sak lawase / selama-lamanya ‫ ا َ َبدا‬/ ‫ا َ َمدا‬
Ingdalem siji wektu / di satu waktu ‫حِ يْنا‬
2. Macam-macam Isim Dzorof Makan
Arti Isim Dzorof
Ingdalem ngarepe / di depan َُ‫ام َملِكُ أ َ َما َمه ُْم وكان‬َُ ‫ا َ َم‬
Ingdalem burine / di belakang ‫ف‬ ْ
َُ ‫خَل‬
Ingdalem ngarepe / di depan ‫ام‬ َُ ‫ق َد‬
Ingdalem burine / di belakang َُ‫ورا َءه ُْم وكان‬ َ ‫َو َرا َُء َملِك‬
Ingdalem duwure / di atas َُ‫ل وفَ ْوق‬ ْ
ُِ ‫علِيم عِلمُ ذِي ك‬ َ َُ‫فَ ْوق‬
Ingdalem ngisore / di bawah ‫ن فَنَا َداها‬ ُْ ‫تَحْ تَُ تَحْ ت َ َها َم‬
Ingdalem sandinge / di dekat ‫ِعن َُد‬ ْ
Ingdalem sartane / bersama-sama ‫َم َُع‬
Ingdalem ngarepe / di depan ‫اِزَ ا َُء‬
Ingdalem penere / selurus ‫حِ ذَا َُء‬
Ingdalem arahe / searah ‫ت ِْلقَا َُء‬
Ing kene / di sini ‫هنَا‬
Ing kono / di sana ‫ث ََُّم‬
C. Kaidah-kaidah Maf’ul Fih ( Isim Dzorof )
1. Maf’ul fih / dzorof ( yang harus dinashab dan dibaca ingdalem ), mesti berupa isim-isim dzorof (
baik dzorof Zaman maupun dzorof Makan ). Akan tetapi tidak semua isim dzorof harus dinashab,
karena tidak semua isim dzorof menduduki posisi maf’ul fih.
2. Harus cocok dibaca dengan ingdalem .

10. MUNADA IDHOFAH


A. Pengertian Munada
Ialah isim yang di depannya ada salah satu dari harf nida’
( kata panggil ) yaitu : ‫ي‬ ُْ َ ‫ ا‬, َ ‫ ُا‬, ‫ ا َ َيا‬, ‫ َه َيا‬, ‫ آ‬, ‫ َيا‬, ‫ َوا‬.
Jadi, Munada ialah isim yang dipanggil.
B. Macam-macam Munada dan Hukumnya
Munada ada 5 macam, yaitu :
(1) Munada Mufrad ‘Alam. (2) Munada Nakirah Maqshudah. (3) Munada Nakirah ghoiru maqshudah.
(4) Munada Mudhof. (5) Munada syibhil mudhof.
Keterangan :
1. Munada Mufrad ‘Alam. Ialah munada yang berupa : nama-nama yang hanya terdiri dari satu isim
(walaupun, mungkin isim itu isim tatsniyah / isim jama’) , bukan nama yang terdiri dari mudhof dan
mudhof ilaih. Hukumnya wajib rafa’ sesuai dengan tanda rafa’nya m
2. asing-masing, tetapi tidak boleh ditanwin. Misalnya :
‫ م َح َّمدُ يَا فَطِ ْي َماتُ يَا‬, ‫ فَطِ ْي َمةُ يَا‬, ‫ ع َمرُ يَا‬, ‫ان يَا‬ ُِ ‫ م َح َّم َد‬, ‫ م َح َّمد ْونَُ يَا‬,
3. Munada Nakirah Maqshudah. Ialah munada yang berupa : isim nakiroh, dan isim nakiroh itu
memang yang dimaksudkan untuk dipanggil. Hukumnya wajib rafa’. Misalnya :
‫ َرجلُ يَا‬, ‫ َم ْراَةُ يَا‬, ‫ غالَمُ يَا‬, ‫ي يَا‬ ُُّ ِ‫صب‬َ
(ketika memanggil orang-orang yang tidak diketahui nama-namanya)
4. Munada Nakiroh Ghoiru Maqshudah. Ialah munada yang berupa : isim nakiroh yang tidak
dimaksudkan untuk dipanggil. I’robnya harus nashab. Misalnya ucapan orang buta :
‫ي خ ُْذ َرجالُ يَا‬ ُْ ‫! بِيَ ِد‬
5. Munada Mudhof. Yaitu munada yang berupa : rangkaian mudhof dan mudhof ilaih. Munada ini
irobnya wajib Nashab.
Misalnya :
‫ل َيا‬ ُِ ‫ ْال َعي‬, ‫ َب ْكرُ ا َ َبا َيا‬, ‫اِ ْند ْو ِن ْي ِس َيا م ْسلِمِ ي َيا‬
َُ ‫ للاُِ َرس ْو‬, ‫ْن ن ْو َُر َيا‬
6. Munada Syibhil Mudhof (serupa mudhof). Munada ini I’robnya wajib nashab. Misalnya :
‫طالِعا يَا‬ َ ُ‫ = َجبَال‬wahai orang meneliti gunung !
‫ = خلقهُ ك َِريْما يَا‬wahai orang yang mulia akhlaqnya !
‫ = ش ًَّرا فَاعِالُ َيا‬wahai pelaku kejahatan !
Semua kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, adalah kalimah-kalimah yang
menjadi Munada (yang dipanggil). Adapun Munada yang termasuk manshubat (harus dinashab)
adalah Munada no 4 dan no 5.

Munada’
Wajib Dhommah tanpa tanwin Wajib Nashab
Mufrod ‘Alam

‫م َح َّمدُ َيا‬
Nakiroh Maqshudah

‫َرجلُ َيا‬
Nakiroh ghoiru Maqsudah

‫ي خ ُْذ َرجالُ يَا‬


ُْ ‫بِيَ ِد‬

Mudhof

‫ل يَا‬
َُ ‫ للا َرس ْو‬Serupa Mudhof

َ ُ‫َج َبال‬
‫طالِعا َيا‬

11. MUSTATSNA BI ILLA


A. Pengertiannya.
Membicarakan mustatsna bi illa, mau tidak mau kita harus membicarakan pula kalam Istitsna’. Yaitu
kalam yang di dalamnya terdapat (1)ُ‫( اْْل ْستِثْنَاءُِ ا َ َداة‬alat untuk mengecualikan), (2) ‫( ا َ ْلم ْست َثْنَى‬yang
dikecualikan), dan (3) ‫( مِ ْنهُ ا َ ْلم ْست َثْنَى‬yang darinya dikecualikan). Misalnya :
َ ‫ ) َح‬wus hadir, sapa (ُ‫ )التَّالَمِ يْذ‬murid-murid, (‫الَّ زَ يْدا‬
(ُ‫ض َر‬ ُ ِ‫ )ا‬kejaba Zaid. (Murid-murid telah datang kecuali
Zaid) ‫ض َُر‬ َّ
َ ‫ال التَّالَمِ يْذُ َح‬ ُ ِ‫زَ يْدا ا‬

(َُ‫ )الَاِله‬Ora ana pangeran (َُّ‫ )للا اِال‬kejaba Allah (Tidak ada tuhan kecuali Allah) َ‫الَّ الَاِل ُه‬
ُ ِ‫َ للا ا‬

Keterangan :
• Lafadz ُ‫ التَّالَمِ يْذ‬adalah ‫( مُِ ْنهُ ا َ ْلم ْست َثْنَى‬yang darinya dikecualikan)
Lafadz َّ‫ال‬ ُ ِ‫ ا‬adalah ُ‫( اْْل ْستِثْنَاءُِ ا َ َداة‬alat untuk mengecualikan).
Dan Lafadz ‫ زَ يْدا‬adalah ‫( ا َ ْلم ْست َثْنَى‬yang dikecualikan).
• Lafadz َ‫الَاِل ُه‬adalah ‫( مِ ْنهُ ا َ ْلم ْست َثْنَى‬yang darinya dikecualikan).
Lafadz َّ‫ال‬ ُ ِ‫ ا‬adalah ُ‫( اْْل ْستِثْنَاءُِ ا َ َداة‬alat untuk mengecualikan).
Dan lafadz ‫ للا‬adalah ‫( ا َ ْلم ْست َثْنَى‬yang dikecualikan).
Jadi, ‫ ا َ ْلم ْست َثْنَى‬ialah isim yang jatuh setelah ُ‫ اْْل ْستِثْنَاءُِ ا َ َداة‬dan isim yang sebelum ُ‫ اْْل ْستِثْنَاءُِ ا َ َداة‬, dinamakan
‫مِ ْنهُ ا َ ْلم ْست َثْنَى‬
B. Macam-macam alat untuk mengecualikan.
Selainَُّ‫ اِال‬yang biasa digunakan untuk mengecualikan ada 8 yaitu :
Selain =َُ‫ َخال‬Kecuali =ُ‫س َوا َء‬ َ Kecuali = َّ‫ال‬
ُ ِ‫ا‬
Selain =‫غيْرُ َحاشَا‬ َ = selain/bukan Kecuali = ‫س َِوى‬
Selain = ‫ع َدا‬ َُ Kecuali =‫س َوى‬
C. Macam-macam Mustatsna (yang dikecualikan)
Mustatsna ada 2 macam, yaitu :
1. Mustatsna Muttashil. Ialah, apabila mustatsna sejenis dengan Mustatsna Minhunya. Misalnya :
(ُ‫)راَيْت‬ َ wus ningali sapa ingsun, (َُ‫ساتِ ْيذ‬ َ َ‫ )اْال‬ing pira-pira guru, sun tingali (ُ‫ )ه ْم‬utawi deweke kabeh, iku (ُ‫قَ ْد‬
‫ )اِجْ ت َ َمع ْوا‬temen-temen wus kumpul sapa deweke kabeh, (‫سة فِى‬ ْ ingdalem sekolahan, (‫)اِالَّخَالِدا‬
َ ‫)ال َمد َْر‬
kejaba Khalid. (Saya melihat, guru-guru telah berkumpul di sekolahan, kecuali Khalid) ُ‫ساتِ ْيذَُ َراَيْت‬ َ َ‫ه ُْم اْال‬
َ ‫اِالَّخَالِدا ْال َمد َْر‬
‫س ُِة فِى قَ ْداِجْ ت َ َمع ْوا‬
Jika kita perhatikan ‫( خَالِدا‬mustatsna), maka kita menemukan adanya kesamaan jenis dengan َُ‫سا ِت ْيذ‬ َ َ‫اْال‬
(mustatsna minhu). Jadi, mustatsna dalam jumlah ini, adalah mustatsna muttashil.

(ُ‫ ) َجا َء‬wus teka, sapa (َُ‫سافِر ْون‬ ْ wong-wong kang pada lelungan, (َُّ‫ )زَ يْدا اِال‬kejaba Zaid (Para musafir
َ ‫)الم‬
َ ‫الَّ ْالم‬
telah datang, kecuali Zaid) ‫سافِر ْونَُ َجا َُء‬ ُ ِ‫زَ يْدا ا‬
Jika kita perhatikan‫زَ يْدا‬ sebagai Mustatsna, maka kita temukan ia sejenis dengan َُ‫سافِر ْون‬ َ ‫ ْالم‬yang
menjadi Mustatsna Minhunya. Berarti Mustatsna dalam jumlah ini, juga muttashil.

2. Mustatsna Munqothi’. Ialah apabila Mustatsna, tidak sejenis dengan Mustatsna minhunya.
Misalnya :
(ُْ‫ )اِحْ ت ََرقَت‬wus kobong apa (ُ‫ )الدَّار‬omah, (َُّ‫ب اِال‬ ْ kejaba buku-buku iku. (rumah itu telah terbakar,
َُ ‫)الكت‬
kecuali buku-buku itu) ُْ‫الَّ الدَّارُ اِحْ ت ََرقَت‬ َُ ‫ْالكت‬
ُ ِ‫ب ا‬

ْ para jama’ah haji ( َّ‫ال‬


(ُ‫ )قَد َِم‬wus teka sapa (ُ‫)الحجَّاج‬ ُ ِ‫ )ا‬kejaba ( ‫ )ا َ ْمتِعَت َه ُْم‬barang-barange deweke kabeh.
(Jama’ah haji telah dating, kecuali barang-barang mereka) ‫الَّ ْالحجَّاجُ قَد َُِم‬ ُ ِ‫ا َ ْمتِعَت َه ُْم ا‬

َُ ‫ ْالكت‬dan َ‫ ا َ ْم ِت َع ُة‬yang kedudukannya sebagai mustatsna pada kedua contoh di atas,


Perhatikan kalimah ‫ب‬
maka keduanya tidak sejenis dengan ُ‫ الدَّار‬dan ُ‫ ْالحجَّاج‬sebagai mustatsna minhunya. Berarti, kedua
jumlah di atas, mustatsnanya munqothi’

D. Hukum Mustatsna bi illa yang Muttashil


Isim yang dikecualikan dengan َّ‫ال‬ ُ ِ‫ ا‬, memiliki 3 I’rob, yakni :
1. Mustatsna wajib nashab. Yaitu apabila jumlahnya berupa Jumlah Tam Mujib (yaitu jumlah yang
sempurna, dan tidak diawali dengan Nafi atau Nahi). Lihat contoh-contoh diatas.
2. Mustatsna boleh nashab, dan boleh mengikuti i’rob dari mustatsna minhunya (menjadi badal).
Yaitu apabila jumlahnya berupa Jumlah Tam Manfiy (yaitu jumlah yang sempurna, akan tetapi
didahului oleh harf Nafi / Nahi / istifham) . Misalnya :
(‫ ) َجا َُء َما‬ora teka, sapa (ُ‫ )التَّالَمِ يْذ‬murid-murid, (َُّ‫ )اِال‬kejaba, (‫ )زَ يْدا‬Zaid (murid-murid tidak datang, kecuali
Zaid) ‫الَّ التَّالَمِ يْذُ َجا َُء َما‬ ُ ِ‫زَ يْدا ا‬
َ َّ َّ
‫ال التالمِ يْذُ َجا َُء َما‬ ِ
ُ ‫زَ يْدُ ا‬

(َُ‫ )يَ ْن َجحُ ال‬ora lulus, sapa (ُ‫ )التَّالَ ِميْذ‬murid-murid, (َُّ‫)المجْ ت َ ِهدُ اِال‬ ْ kejaba murid kang sregep (murid-murid
tidak lulus, kecualimurid yang rajin) َ‫ال‬ ُ ِ‫ْالمجْ ت َ ِهدُ ا‬
ُ ُ‫الَّ التَّالَمِ يْذُ يَ ْن َجح‬
ُ ِ‫ْالمجْ ت َ ِه َُد ا‬
ُ ُ‫الَّ التَّالَمِ يْذُ يَ ْن َجح‬
َ‫ال‬
(‫ ) َم َر ْرتُ َما‬ora ngliwati sapa ingsun (ُ‫ )بِ ْالقَ ْو ِم‬ing siji kaum, (‫ )اِالَّزَُيْدا‬kecuali Zaid (saya tidak melewati kaum,
kecuali Zaid) ‫زَ يْدُ\ اِالَّزَ يْدا بِ ْالقَ ْو ُِم َم َر ْرتُ َما‬

3. I’rob mustatsna wajib mengikuti ‘amil yang sebelumnya. Yaitu apabila jumlahnya berupa jumlah
naqish (tidak disebutkan mustatsna minhunya). Misalnya :

َُ َ‫ )ق‬ora ngadeg sapa (َُّ‫ )زَ يْدُ اِال‬kejaba Zaid (tidak ada yang berdiri kecuali Zaid) ‫ام َما‬
(‫ام َما‬ َُ َ‫الَّ ق‬
ُ ِ‫زَ يْدُ ا‬

َ ‫ ) َم‬ora ningali sapa ingsun, (‫ )اِالَّزَ يْدا‬kejaba ing Zaid (saya tidak melihat, kecuali Zaid) ُ‫اراَيْت‬
(ُ‫اراَيْت‬ َ ‫اِالَّزَ يْدُا َم‬

(ُ‫ ) َما َم َر ْرت‬ora ketemu sapa ingsun, (‫ )اِالَّ ِبزَ يْد‬kejaba kelawan Zaid (saya tidak bertemu kecuali dengan
Zaid) ُ‫اِالَّ ِبزَ يْدُ َما َم َر ْرت‬

E. Hukum Mustatsna bi illa yang munqothi’


Mustatsna Munqothi’, I’robnya selalu nashab. Baik jumlahnya tam (sempurna) atau tidak, ataupun
didahului Nafi atau tidak.
Contoh : Lihat contoh mustatsna munqothi’ di atas, dan juga contoh di bawah ini ! dan Perhatikan
Mustatsnanya !
(ُ‫ ) َمالَه ْم‬ora ana tumrap deweke kabeh (ُ‫ ) ِب ِه‬kelawan iki perkara , (ُ‫ )ع ِْلمُ مِ ْن‬saking pengertian (ُ‫ع‬
َ ‫اِالَّاتِ َبا‬
‫ن‬ َّ
ُِ ‫)الظ‬ kejaba nuruti maring penyana (tidak ada bagi mereka dengan hal itu dari pengertian, kecuali
ُْ ِ‫ع ع ِْلمُ م‬
mengikuti persangkaan) ‫ن بِ ُِه َمالَه ُْم‬ َُ ‫ن اِالَّاتِبَا‬ َّ
ُِ ‫الظ‬

F. Hukum Mustatsna dengan menggunakan ُ‫غيْر‬ َ , َ‫ال‬


َ , ‫ س َِوُي‬, ‫س َوا َُء س َوى‬ ُ ‫ َخ‬, ‫ع َدا‬
َ , ‫َحاشَا‬
Mustatsna dengan menggunakan adat-adat istitsna ini, memiliki 3 hukum I’rob, yaitu :
1. dii’robi Jar, karena mustatsna dianggap sebagai mudhof ilaih dari alat-alat istitsna ( ُ‫غيْر‬ َ , ‫ س َِوي‬, ‫س َوى‬
َ , َ‫ال‬
‫س َوا َُء‬ َ , َ ‫) َحاشُا‬. Misalnya:
ُ ‫ َخ‬, ‫ع َدا‬

ْ kaum, (ُ‫غي َْرزَ يْد‬


(ُ‫ ) َجا َء‬wus teka (ُ‫ )نِ ْى‬ing ingsun, sapa (ُ‫)القَ ْوم‬ َ ) sakliyane Zaid (telah datang kepadaku kaum,
selain Zaid) ‫ى‬ ْ
ُْ ِ‫ْر القَ ْومُ َجا َءن‬
َُ ‫غي‬
َ ُ‫زَ يْد‬

ُْ ِ‫زَ ْيُدُ س َِوي ْالقَ ْومُ َجا َءن‬


Artinya sama dengan diatas ‫ى‬

ُْ ِ‫زَ يْدُ س َوىَ ْالقَ ْوم َجا َءن‬


Artinya sama dengan diatas ‫ى‬

Artinya sama dengan diatas ‫ى‬ ُْ ِ‫س َوا َُءَ ْالقَ ْوم َجا َءن‬
َ ُ‫زَ يْد‬
2. Khusus pada alat istitsna َ‫ال‬
ُ ‫ َخ‬, ‫ع َدا‬ َ , ‫ َحاشَا‬, maka disamping mustatsnanya dibaca jar, boleh juga ia
dibaca nashab, karena dianggap sebagai maf’ul bih dari alat-alat istitsna itu. Karena ada yang
memasukkan alat-alat istitsna ini kedalam kategori fi’il ( bukan kharf ), sehingga mustatsna menjadi
maf’ul bihnya. Contoh :

ِ wong lanang akeh (َُ‫)زَ يْدُ َخال‬sakliyane Zaid / (َُ‫)زَ يْدا َخال‬
(ُ‫ ) َجا َء‬wus teka (ُ‫ )نِ ْى‬ing ingsun, sapa (ُ‫)الر َجال‬
nyulayani ing Zaid (telah datang kepadaku banyak laki-laki, selain Zaid) ‫ى‬ ِ َ‫ال‬
ُْ ِ‫الر َجالُ َجا َءن‬ ُ ‫الَ \ زَ يْدُ َخ‬
ُ ‫زَ يْدا َخ‬
Artinya sama dengan yang diatas ‫ى‬
ُْ ِ‫الر َجالُ َجا َءن‬
ِ ‫ع َدا‬
َ ُ‫زَُيْدا \ زَ يْد‬
Artinya sama dengan yang diatas ‫ى‬
ُْ ِ‫الر َجالُ َجا َءن‬
ِ ‫زَ يْدا \ زَ يْدُ َحاشَا‬

3. Bahkan Mustatsnanya َ‫ال‬ َ wajib nashab, apabila َ‫ال‬


ُ ‫ َخ‬dan ‫ع َدا‬ ُ ‫ َخ‬dan ‫ع َدا‬
َ dimasuki oleh ‫ َما‬masdariyah
(selagine). Karena disini, keduanya adalah fi’il, sehingga mustatsnanya dijadikan maf’ul bihnya.
Misalnya :

ِ wong-wong lanang, (َُ‫ ) َما َخال‬selagine nyulayani (‫ )زَ يْدا‬ing


(ُ‫ ) َجا َء‬wus teka (ُ‫ )نِ ْى‬ing ingsun, sapa (ُ‫)الر َجال‬
Zaid (telah datang kepadaku banyak laki-laki, selagi bukan Zaid) ‫ى‬ ِ َ‫ال‬
ُْ ِ‫الر َجالُ َجا َءن‬ ُ ‫زَُيْدا َما َخ‬
Sda ‫ى‬ ُْ ِ‫الر َجالُ َجا َءن‬
ِ ‫ع َدا‬
َ ‫زَ يْدا َما‬

َ , sama dengan i’robnya “mustatsna dengan َّ‫ال‬


F. Adapun I’robnya lafadz ُ‫غيْر‬ ُ ِ‫“ ا‬. Yaitu :
1. Harus nasab apabila kalamnya, kalam tam mujib. Perhatikan contoh di bawah ini dengan seksama
!

ُ‫الَّ ْالقَ ْومُ َجا َء ِن ْى‬


ُ ِ‫ى = زَ يْدا ا‬ُْ ِ‫ْر ْالقَ ْومُ َجا َءن‬
َُ ‫غي‬
َ ُ‫زَ يْد‬
2. Boleh nasab dan boleh rafa’, apabila kalamnya tam manfiy. Contoh :
ُْ ِ‫غي َْرزَ يْدُ ْالقَ ْومُ َما َجا َءن‬
‫ى‬ َ \ُ‫غيْرزَ يْد‬ َ =ُ‫الَّ ْالقَ ْومُ َما َجا َءنِ ْى‬
ُ ِ‫زَ يْدُ اِالَُّ\ زَ يْدا ا‬
3. Mengikuti ‘amilnya (bisa rafa’, bisa nasab, dan bisa jar), apabila kalamnya berupa kalam Naqish
(tidak disebut mustatsna minhunya). Misalnya :
(‫ام َما‬ َُ َ‫ )ق‬ora ngadeg, sapa (ُ‫غيْر‬ َ ُ‫ )زَ يْد‬sakliyane Zaid ‫ام َما‬ َُ َ‫غيْرُ ق‬ َُ َ‫الَّ ق‬
َ ُ‫ام َما = زَ يْد‬ ُ ِ‫زَ يْدُ ا‬
(ُ‫اراَيْت‬ َ ‫ ) َم‬ora ningali sapa ingsun, ( ‫ْر‬ َ ُ‫ )زَ يْد‬ing sakliyane Zaid ُ‫اراَيْت‬
َُ ‫غي‬ َ ‫غي َْرزَ يْدُ َم‬ َ ‫الَّ َم‬
َ = ُ‫اراَيْت‬ ُ ِ‫زَ يْدا ا‬
(ُ‫ ) َما َم َر ْرت‬ora ngliwati sapa ingsun, (ُ‫ )زَ يْدُ بِغَي ِْر‬kelawan sak liyane Zaid ُ‫الَّ َما َم َر ْرتُ =َ بِغَي ِْرزَ يْد َما َم َر ْرت‬ ُ ِ‫بِزَ يْدُ ا‬

I’ROB MUSTATSNA
dengan illa dengan ghoiru,siwa,suwa dan sawa-a dengan kholaa, ‘adaa dan khasyaa

Harus Nasab, bila kalamnya : Tam Mujab

ُ‫الَّ ْالقَ ْومُ َجا َء‬


ُ ِ‫زَ يْدا ا‬
Boleh Nasab atau Rafa’, bila kalamnya: Tam Manfiy

‫الَّ ْالقَ ْومُ َجا َُء َما‬


ُ ِ‫زَ يْدُ\ زَ يْدا ا‬
Ikut ‘amilnya, bila kalamnya : Naqish

‫الَّ َجا َُء َما‬


ُ ِ‫زَ يْدُ ا‬
Harus selalu Jar, apapun kalamnya

ُ‫ْر ْالقَ ْومُ َجا َء‬


َُ ‫غي‬َ ‫زَ ْي ُِد‬
‫ْر ْالقَ ْومُ َما َجا َُء‬
َُ ‫غي‬
َ ‫زَ ْي ُِد‬
ُ‫غيْرُ َما َجا َء‬
َ ‫زَ ْي ُِد‬
Boleh nashab atau Jar

ُ‫َخالَزَ يْدا ْالقَ ْومُ َما َجا َء‬


\َُ‫زَُيْدُ َخال‬

12. ISIMNYA LA ( َ‫ال‬


ُ )
A. La yang masuk pada isim, dinamakan La Linafyil jinsi. Ia beramal sepertiُ‫( ا َِّن‬menashabkan isim dan
merafa’kan khobar) , apabila ia masuk pada:
(1) Isim Nakiroh, (2) La nya tidak berulang-ulang dan (3) Isim Nakiroh itu bersambung langsung
dengan La. Misalnya:

(َُ‫ )الَا َِِله‬ora ana pangeran (‫ )َ اِالَّللا‬kejaba Allah. (Tidak ada Tuhan, selain Alloh) َ‫َ اِالَّللا الَا َِِل ُه‬

( ‫ )الَاِ ْك َراَُه‬ora ana paksaan, ( ‫ْن فِى‬ ِ ) ingdalem agama (tidak ada paksaan di dalam agama) ‫فِى الَا َِِ ْك َراَُه‬
ُِ ‫الدي‬
ُِ ‫الدي‬
‫ْن‬ ِ

(َُ‫ع ُةَ ال‬ َ ) ora ana taat (ُ‫ ) ِل َم ْخل ْوق‬maring mahluq (‫صيَ ُِة فِى‬
َ ‫طا‬ ِ ‫ق َم ْع‬ ْ ingdalem ma’shiyat maring Alloh (tidak
ُِ ‫)الخَا ِل‬
ada taat kepada mahluq, di dalam ma’shiyat kepada Alloh) َ‫ال‬ ُ َ‫ع ُة‬ َ ُ‫صيَ ُِة فِى ِل َم ْخل ْوق‬
َ ‫طا‬ ُِ ‫ْالخَاُِل‬
ِ ‫ق َم ْع‬

Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, semua harus beri’rob nashab,
karena isim nakiroh yang secara langsung dimasuki La, dan La nya tidak berulang (hanya satu)

B. Isim La boleh Nashab / rafa’, karena La boleh beramal (menashabkan) dan boleh ilgho’ (tidak
beramal). Yaitu apabila La berulang dan bertemu dengan isim nakiroh. Misalnya :
(ُ‫ )الَ َرج َل‬ora ana utawi wong lanang, ( ‫َّار فِى‬ ُِ ‫ )الد‬iku ingdalem omah, (َُ‫)والَاِ ْم َراَة‬
َ lan ora ana utawi wong
wadon, iku ingdalem omah. (tidak seorangpun laki-laki berada di rumah, dan tidak seorang
wanitapun)
َُ ‫َّار َوالَاِ ْم َرا َُة َ فِى الَ َرج‬
‫ل‬ ِ ‫الد‬
َ َ َ
ُ‫َّار َوالاِ ْم َراةُ فِى ال َرجل‬ ِ ‫الد‬
Jika lafadz ‫ل‬ َُ ‫ َرج‬dan َ ‫ اِ ْم َرا َُة‬dibaca nashab, berarti menjadi isimnya َ‫ال‬
ُ yang beramal. Dan jika lafadz
ُ‫رجُل‬dan
َ ُ‫ اِ ْم َراَة‬dibaca rafa’, berarti َ‫ال‬ ُ tidak beramal. Sehingga lafadz ُ‫رجل‬menjadi َ mubtada’ dan lafadz
‫َّار فِى‬
ُِ ‫ الد‬menjadi khobarnya.

C. Apabila La tidak bertemu langsung dengan isim nakiroh, maka isimnya La wajib rafa’ (karena ia
menjadi mubtada’ muakhkhor), dan La harus berulang. Misalnya :

(َُ‫َّار فِى ال‬ َ utawi wong lanang, ( َ‫ال‬


ُِ ‫ )الد‬ora ana iku ingdalem omah, (ُ‫)رجل‬ ُ ‫)و‬
َ lan ora ana iku ingdalem omah
( ُ‫ ) اِ ْم َراَة‬utawi wong wadon.(tidak ada seorang laki-laki dan seorang perempuan, di dalam rumah). َ‫ال‬ ُ
‫َّار َرجلُ فِى‬ ِ ‫َ َوالَاِ ْم َراَة الد‬

1. Wajib menashabkan. Bila LA bertemu langsung dengan isim Nakiroh, dan LA tidak berbilang.
ُ‫َّار الَ َرج َل‬
ُِ ‫ فِىالد‬2. Boleh beramal &Boleh ilgho’ (tidak beramal). Bila LA berbilang.
َُ ‫َّار َوالَاِ ْم َرا َُة َ فِى َرجلُ\الَ َرج‬
‫ل‬ ِ ‫ اِ ْم َراَةُ\الد‬3. Wajib Rafa’. Bila LA tidak bertemu langsung dengan isim nakiroh.
َ‫ال‬
ُ ‫َّار َرجلُ فِى‬ِ ‫َ َوالَاِ ْم َراَة الد‬

13. MAF’UL MA’AH

A. Pengertiannya.
Ialah isim yang dinasabkan, yang jatuh setelah Wawu Ma’iyyah ( Wawu yang berarti ‘serta’)

B. Syarat-syarat Maf’ul Ma’ah


1. Maf’ul Ma’ah itu hanya sebagai tambahan.
2. Sebelum Maf’ul Ma’ah harus sudah merupakan jumlah yang telah sempurna.
3. Wawu harus bermakna ‘serta’.
Contoh-contoh :
(ُ‫ار‬
َ ‫س‬ َ ) Wus mlaku, sopo (ُ‫علِي‬ َُ ‫)و ْال‬
َ )‘Ali, (ُ‫جبَ َل‬ َ sartane gunung. (Ali telah berjalan bersama Gunung) ‫ار‬
َُ ‫س‬
َ ُ‫علِي‬
َ
ْ
َُ َ‫َوال َجب‬
‫ل‬

ْ banyu, (َُ‫)و ْال َخ ْشبَة‬


(‫ )اِ ْست ََوى‬Wus madhani, opo (ُ‫)ال َماء‬ َ sartane kayu. (Air itu telah menyamai kayu) ‫اِ ْست ََوى‬
ُ‫َو ْال َخ ْشبَ ُةَ ْال َماء‬

‫سائِرُ أنَا‬
َ ‫ل‬
َُ ‫َوالنِي‬

‫وش َركا َءكم أ َ ْم َركم فأجْ مُِعوا‬

14. Matbu'at ( yaitu isim-isim yang diikutkan pada isim-isim yang sebelumnya)
Penjelasan tentang al matbu'at, telah disebutkan di depan. Matbu'at ada 4, yaitu : Shifat Maushuf,
Athaf Ma'thuf, Taukid Muakkad, dan Badal Mubdal.

BAB ISIM-ISIM YANG HARUS DIJARKAN

Isim harus beri'rob Jar hanya pada 3 tempat, yaitu :


1. Apabila di dahului oleh salah satu kharf Jar
2. Apabila menjadi Mudhof ilaih, dan
3. At Tabi'at ( Isim-isim yang I'rob dan hgkumnya mengikuti isim-isim yang sebelumnya). Yaitu :
(1) Shifat i'robnya mengikuti maushufnya
(2) Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi.
(3) Badal, i'robnya mengikuti isim ysng dibadali, dan
(4) Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.

Anda mungkin juga menyukai