Anda di halaman 1dari 51

JUAL BELI DALAM

ISLAM
DR.Ruslan Husein Marasabessy
KPMT Trisakti dan BSM
Jakarta 6 Juli 2019
■ Orang orang yang menganggap
remeh hukum jual beli akan
hancur sebagaimana kaum
Madyan
■ Orang-orang yang Belajar
Muamalah dan Hukum Jual
beli,menjadikannya menjadi
pedagang yang jujur maka akan di
angkat derajatnya Bersama para
Nabi,orang-orang Shiddiq dan
Syuhada
■ ٌ‫ض َرةٌ ح ُْل َوة‬ِ ‫ال ُخ‬ َ ‫اِ َّن هَ َذا اَل َم‬،‫يا َ َح ِك ْي ُم‬
■ ‫ك لَهُ ِفي ِه‬َ ‫ُور‬
ِ ‫سب‬ ٍ ‫فَ َم ْن أ َخ َذهُ بِ َس َخا َو ِة نَ ْف‬
■ ‫س لَ ْم يُبَ ِر ْك لَهُ ِف ْي ِه َكا الّ ِذى يَأْ ُك ُل َواَل ي ْشبَ ُع‬ ِ ‫َو َم ْن أَ َخ َذ هُ بِأِ ْش َر‬
ٍ ‫اف نَف‬
Harta itu hijau lagi manis,siapa yang mencarinya dengan
perasaan tenang,maka akan diberkahi hartanya.namun
siapa yang mencarinya dengan perasaan tamak,hartanya
tidak diberkahi,seperti orang yang makan,namun tidak
pernah kenyang (HR Bukhari 1472)
■ Tujuan mencari harta salah satunya adalah mendapatkan
keberkahan
■ Makanan yang berkah bukan yang lengkap,tapi mampu
membuat yang memakan menjadi lebih taat setelah
memakannya
■ Hidup berkah bukan hanya sehat,terkadang sakit itu justru
berkah sebagaimana Nabi Ayyub As
■ Usia yang Panjang tidak selalu berkah,Mus’ab Bin Umeir
pendek usianya tapi dahsyat ketaatannya kepada ALLAH swt
■ Ilmu yang Barokah bukan yang banyak hapalannya,akan tetapi
yang mampu menjadikannya meneteskan keringat untuk
berjuang dan beramal di jalan ALLAH
■ Penghasilan yang berkah bukan gaji yang melimpah,tapi sejauh
mana hartanya bermanfaat bagi orang lain
■ Tanah yang berkah bukan yang hijau dan indah,karena tanah
yang tandus seperti mekkah memiliki keutamaan yang tiada
tara di hadapan ALLAH swt.
Apakah penghasilan yang paling
Thayyib?
■ ‫ب أَطئيَبُ ؟‬ ِ ‫أَيُّ ْال َك ْس‬،‫يا َ َرس ُْو َل هللا‬
■ ‫ َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبر ُْو ٍر‬،‫َع َم ُل ال َّرج ُِل بِيَ ِد ِه‬
■ Hasil kerja seseorang dan keuntungan dari jual beli
yang mabrur
■ Mabrur Menurut Dr. Mahmud
Abdul Mun’im
■ ‫ هو البيع الذ ي ال غش فيه و ال‬:‫البيع ال َمبرور‬
‫خيانة‬
■ Jual beli yang mabrur itu adalah jual
beli yang tidak ada unsur penipuan
dan khianat (Mu’jam al Musthalahat
wa al alfadz al fiqhiyyah)
■Natural Uncertainty Contracts (NUC)
■ Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan asetnya menjadi satu kesatuann dan
kemudian menanggung resiko bersama-sama untuk
mendapatkan keuntungan. keuntungan dan kerugian
ditanggung bersama. Karena itu, kontrak ini tidak
memberikan kepastian pendapatan(return) baik dari segi
jumlah(amount) maupun waktu(timing)nya. Yang termasuk
dalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi. Kontrak
ini secara sunatullah(by the nature) tidak menawarkan
return yang tetap dan pasti.Jadi sifatnya tidak fixed and
predetermined.
■ NATURAL CERTAINTY CONTRACTS
(NCC)
■ Dalam NCC, kedua belah pihak saling
mempertukarkan aset yang dimilikinya, karena itu
objek pertukarannya (baik barang maupun jasa)
pharus ditetapkan di awal akad dengan pasti, baik
jumlahnya(quantity), mutunya(quality), harganya(price)
dan waktu penyerahannya(time of delivery). Jadi
kontrak-kontrak ini secara’sunatullah’(by their nature)
menawarkan return yang tetap dan pasti. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah kontrak-kontrak
jual-beli, upah-mengupah, sewa-menyewa.
DEFENISI JUAL BELI

■ Jual beli (al-bay’u) secara bahasa merupakan masdar dari kata


b’itu diucapkan: baa’a – yabii’u, bermakna memiliki dan
membeli.
■ Pengertian jual beli secara syara’ adalah tukar menukar harta
dengan harta untuk memiliki dan memberi kepemilikan
(Mughniy: 3/560).
■ Jual beli (Ba’i) dari kata (‫ ) لا}}باع‬yaitu depa,jarak antara ujung
dua telapak tangan ketika di bentangkan,orang mengulurkan
depanya untuk mengambil dan menerima barang atau alat
pembayaran.
Hukum
Jual Beli
■ Al Baqarah 198
‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَ ْن تَ ْبتَ ُغوا فَضْ اًل ِم ْن َربِّ ُك ْم‬
َ ‫لَي‬
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan)
dari Tuhanmu

■ Al Baqarah 275
‫َوأَ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا‬
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
Dalil Hadits dan Ijma

Dalil Hadits
ُ‫المسلم أخو المسلم وال يحلّ لمسلم با ًع من أخيه بي ًعا فيه عيبٌ إالّ بيّنهُ له‬
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya,maka tidak halal
ia menjual suatu barang yang terdapat cacat kepada saudaranya,melainkan
ia jelaskan cacatnya (HR Ibnu Majah.di sahihkan oleh Albani)
Ijma
Dan para ulama telah Ijma’ (sepakat) atas perkara (bolehnya) jual beli
Rukun Dalam Jual Beli

■ Ada Pihak Penjual dan Pembeli (Baligh


dan Berakal),AL Aqidain
■ Shighat akad (Ijab Qabul)
■ ma’qud ‘alaih (objek akad)
Ijab dan Qabul

Ijab dan Qabul dalam bentuk Perkataan maupun Perbuatan


a. Bentuk perkataan terdiri dari Ijab yaitu kata yang keluar dari penjual
seperti ucapan " saya jual" dan Qobul yaitu ucapan yang keluar dari
pembeli dengan ucapan "saya beli " ,
b. Bentuk perbuatan yaitu muaathoh (saling memberi) yang terdiri dari
perbuatan mengambil dan memberi seperti penjual memberikan barang
dagangan kepadanya (pembeli) dan (pembeli) memberikan harga yang wajar
(telah ditentukan). (contoh kasus kantin kejujuran,jual beli di
supermarket,naik angkutan Umum dll)
Ijab dan Qobul

Dan kadang bentuk akad terdiri dari ucapan dan perbuatan sekaligus :
Berkata Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah rahimahullah :
■ Penjual hanya melakukan ijab lafadz saja, dan pembeli mengambilnya seperti ucapan "
ambilah baju ini dengan satu dinar, maka kemudian diambil, demikian pula kalau harga
itu dengan sesuatu tertentu seperti mengucapkan "ambilah baju ini dengan bajumu",
maka kemudian dia mengambilnya.
■ Pembeli mengucapkan suatu lafadz sedang dari penjual hanya memberi.
■ Keduanya tidak mengucapkan lapadz apapun, bahkan ada kebiasaan yaitu meletakkan
uang (suatu harga) dan mengambil sesuatu yang telah dihargai.
Ma’qud Alaih

 Ma’qud ‘alaih (komoditi yang di transaksikan) ada saat terjadi transaksi (munculnya
jahalah dan Gharar)
Ma’qud ‘alaih (komoditi yang di transaksikan) berupa harta (mal) yang bermanfaat.
Ma’qud ‘alaih (komoditi yang di transaksikan) hak milik penjual
Ma’qud ‘alaih (komoditi yang di transaksikan) dapat diserah terimakan saat transaksi
Ma’qud ‘alaih (komoditi yang di transaksikan) harus dapat diketahui secara jelas oleh dua
pihak yang bertransaksi (al Ghisy)
Ma’qud ‘alaih (komoditi yang di transaksikan) harus suci/halal, bukan barang yang
dilarang diperjualbelikan
Syarat Jual Beli
■Saling ridha antara penjual dan pembeli
َ ‫اض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َك‬
‫ان بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬ ٍ ‫ون تِ َجا َرةً َع ْن تَ َر‬ ِ َ‫ين آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
َ ‫اط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُك‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬ ■
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS An
Nisa 29)

Keridhaan itu ada 2


1.Ilmu (mengetahui dan menyadari)
2.Al Ikhtiyar (tidak ada paksaan)
Sebagaimana di nyatakan dalam Kaidah ‫ ا}}إلكرا}ه} ي}}سقط لا}}رضا‬Unsur paksaan menggugurkan ridha
(Mudzakarah Qawaidh fi al Buyu,Dr Sulaiman Ar Ruhaili)
Tidak Dalam Keadaan Terpaksa

Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda "hanya saja jual beli itu terjadi dengan asas keridhan" (HR. Ibnu
Hiban, Ibnu Majah, dan selain keduanya)

firman Allah Ta'ala " kecuali jika jual beli yang saling ridha diantara kalian “

Jual beli dengan paksaan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu:
■ Terdapat dalam akad, yaitu adanya paksaan untuk melakukan akad. Jual beli ini adalah rusak dan
dianggap tidak sah.
■ Adanya keterpaksaan untuk menjual sesuatu karena sedang dililit utang yang bertumpuk atau beban
yang berat sehingga menjual apa saja yang dimilikinya meskipun itu dengan harga yang sangat murah
karena kondisinya darurat.
Syarat Jual Beli
■ Penjual dan pembeli termasuk orang yang boleh bertransaksi (Jaiz
At Thasarruf)
‫َواَل تُ ْؤتُوا ال ُّسفَهَا َء أَ ْم َوالَ ُك ُم الَّتِي َج َع َل هَّللا ُ لَ ُك ْم قِيَا ًما َوارْ ُزقُوهُ ْم فِيهَا َوا ْكسُوهُ ْم َوقُولُوا َل}هُ ْم قَ ْواًل َم ْعرُوفًا‬
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
kata-kata yang baik (QS AN Nisa 5)
‫َوا ْبتَلُوا ْاليَتَا َم ٰى َحتَّ ٰىإِ َذا بَلَ ُغوا النِّ َكا َح فَإِ ْن آنَ ْستُ ْم ِم ْنهُ ْم ُر ْش ًدا فَا ْدفَعُوا إِلَ ْي ِه ْم أَ ْم َوالَهُ ْم‬
 Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah
kepada mereka harta-hartanya (QS An Nisa 6)
■ Yang berakad harus
pemilik,atau seizin pemilik
■ Harga Barang telah di
tentukan ketika akad
Etika dalam Jual beli
■ Menghindari sengketa (Menghindari sengketa meskipun di
posisi yang benar)
Dari Abu Umamah,Nabi Saw bersabda
‫ان ُم ِحقًّا‬
َ ‫ك ْال ِم َرا َء َو إِ ْن َك‬
َ ‫ض ْال َجنَّ ِة لِ َم ْن تَ َر‬ ٍ ‫أَنَا َز ِعي ٌم ِببَ ْي‬
ِ َ‫ت فِى َرب‬
Saya menjamin sebuah rumah di tengah syurga,bagi orang yang
meninggalkan perdebatan,meskipun dia di posisi yang benar (HR Abu Daud)
Untuk itulah Rasulullah saw melarang setiap sumber sengketa.di antaranya
beliau bersabda‫ْض‬ ِ ‫ض ُك ْم} َعلى َ ْي‬
ٍ }}}‫ب}}}ع} َ عب‬ ُ }}}‫َال َ بي}}ْع} َ ْعب‬
Jangan menjual barang di atas jualan saudaranya (HR Muslim dan Abu
Daud)
■ Memudahkan ketika transaksi,tawar menawar dll
Dari Jabir bin Abdullah ra Nabi Saw bersabda
َ َ‫ َو إِ َذا ا ْقت‬،‫ َو إِ َذا ْشتَ َرى‬،‫َر ِح َم هللا َر ُجالً َس ْمحًا إِ َذا بَا َع‬
‫ضى‬
Semoga ALLAH merahmati orang yang mudah ketika menjual,ketika
membeli,dan ketika menuntut hak (HR Bukhari).

■ Bersikap kepada orang lain sebagaimana dia


suka di sikapi yang sama
Dari Anas Bin Malik ra,Nabi Saw bersabda
ِ َ‫ال يُؤ ِم ُن أَ َح ُد ُك ْم َحتّى ي ُِحبُّ ألَ ِجي ِه َما ي ُِحبُّ لِن‬
‫فس ِه‬
Di anatara kalian tidak beriman sampai dia bersikap kepada saudaranya
sebagaimana dia menyukai untuk disikapi seperti itu oleh saudaranya (HR
Bukhari) kisah Yunus bin Obaid
■ Bersikap yang terbaik untuk orang lain
Sahabat Jarir Bin Abdillah ra mengatakan
‫ح لِ ُكلِّ ُمس ِلم‬ َ ‫ْت النَّبِ ّى‬
ِ ْ‫ َعلَى النُّص‬،‫صل هللا َعلَيه َو َسلم‬ ُ ‫بَا يَع‬
Kami membaiat Nabi saw untuk memberikan
nasehat kepada semua muslim
yang di maksud memberikan nasehat adalah
memberikan sikap terbaik kepada orang lain,termasuk
ketika melakukan jual beli (kisah membeli budak
seharga 300 dirham,kemudian dibeli lagi seharga 800
dirham)
■ Jujur dan amanah
Menjadi seorang pedagang yang jujur dan amanah
sebagaimana Nabi sabdakan dalam hadits dari Abu Said
AL Khudri,pedagang yang jujur dan amanah di kumpulkan
Bersama para Nabi,Siddiqin dan Syuhada (HR Turmudzi)

■ Tidak terlalu bernafsu mengejar keuntungan dunia


ٌ‫ض َرةٌ ح ُْل َوة‬ِ ‫اِ َّن هَ َذا اَل َما َل ُخ‬،‫يا َ َح ِك ْي ُم‬
‫ُور َك لَهُ فِي ِه‬ِ ‫سب‬ ٍ ‫فَ َم ْن أ َخ َذهُ ِب َس َخا َو ِة نَ ْف‬
‫س لَ ْم يُبَ ِر ْك لَهُ فِ ْي ِه َكا الّ ِذى يَأْ ُك ُل َواَل ي ْشبَ ُع‬ ِ ‫َو َم ْن أَ َخ َذ هُ ِبأِ ْش َر‬
ٍ ‫اف نَف‬
Harta itu hijau lagi manis,siapa yang mencarinya dengan
perasaan tenang,maka akan diberkahi hartanya.namun siapa
yang mencarinya dengan perasaan tamak,hartanya tidak
diberkahi,seperti orang yang makan,namun tidak pernah
kenyang (HR Bukhari 1472)
■ Tidak promosi berlebih lebihan (Nabi
mencela orang yang bersumpah ketika
berdagang,untuk melariskan bisnisnya)
Dari Abu Hurairah ra,Nabi Saw bersabda
‫ف ُمنَفِّقَةٌ لِل ِّس ْل َع ِة ُم ْم ِحقَةٌ لِ ْلبَ َر َك ِة‬
ُ ِ‫ْال َحل‬
Sumpah itu melariskan
dagangan,melenyapkan keberkahan (Muttafaq
alaih)
Jual Beli Bersyarat yang sah

■ Jual beli dengan syarat yang mendatangkan kemaslahatan


(adanya dokumen,menunda sebagian pembayaran sampai
waktu yang disepakati Bersama,menentukan kualitas,selera
dll).
■ Saling memberikan manfaat yang mubah (kendaraan atau
hewan jualannya sampai ke suatu tempat tertentu.
Sebagaimana riwayat Jabir radhiyallahu anhu bahwa, yang
artinya: “Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjual seekor
unta dan mesyaratkan menungganginya sampai ke Madinah”
(Mutafaq 'alaihi).
Jual beli bersyarat yang tidak sah
■ Mengatakan Aku jual barang ini dengan syarat engkau memberiku ganjaran berupa rumahmu.
■ Mengatakan Aku jual barang ini kepadamu dengan syarat engkau mengikutsertakan aku
dalam pekerjaamu atau di rumahmu
■ Mengatakaan Aku jual barang ini seharga ini, dengan syarat engkau meminjamiku sejumlah
uang
■ Mengatakaan Aku jual barang ini seharga ini, dengan syarat agar pembeli tidak menjual lagi
barang yang telah dibelinya
■ Penjual menulis pada nota pembelian, “Barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan
lagi.” Syarat ini adalah syarat yang tidak benar. Maksud penjual dengan syarat ini adalah
supaya akad jual beli tersebut bersifat lazim (tidak bisa dibatalkan), walau terdapat aib (cacat).
■ Yang benar, jika ada cacat, barang masih boleh dikembalikan oleh pembeli. Bisa jadi barang
cacat itu ditukar dengan yang baru atau bisa jadi diambil uang setelah mendapatkan potongan
Jual beli bersyarat yang tidak sah
■ Pembeli masih memiliki pilihan untuk mengembalikan barang
-misal jika mendapati cacat-, namun tidak bisa minta uang
kembali. Yang bisa dilakukan oleh si pembeli adalah
mengganti barang lain dengan harga yang sama.

Penjual menulis pada nota pembelian, “Barang yang sudah


dibeli tidak dapat dikembalikan lagi.” Syarat ini adalah syarat
yang tidak benar. Maksud penjual dengan syarat ini adalah
supaya akad jual beli tersebut bersifat lazim (tidak bisa
dibatalkan), walau terdapat aib (cacat).
Jual Beli Bersyarat
■ berdasarkan sabda Rasulullah SAW :
“Barangsiapa mensyaratkan suatu syarat yang tidak sesuai dengan Kitab Allah, maka
syarat itu batil meskipun ada seratus syarat.” ( HR. Bukhori juz II hlm 176, dan muslim
juz IV hlm 213).

Maka semestinya bagi seorang muslim yang sibuk dengan urusan jual beli untuk
mempelajari hukum-hukum jual beli menyangkut sah tidaknya syarat-syarat jual beli,
sehingga dia berada di atas bashirah (ilmu) dalam mu’amalahnya, sehingga akan terputuslah
jalan pertentangan dan perselisihan diantara muslimin. Karena kebanyakan pertentangan
dan perselisihan tumbuh dari kebodohan penjual dan pembeli atau salah satu dari keduanya
terhadap hukum jual beli, serta mereka membuat syarat-syarat yang rusak (tidak sah).
Khiyar dalam Jual beli

khiyar merupakan bentuk masdar yang berasal dari ikhtiyar yang berarti memilih, terbebas
dari aib, dan melaksanakan pemilihan. Dalam kitab al-Wajiz disebutkan bahwa definisi
khiyar adalah kedua belah pihak yang melakukan transaksi mencari yang terbaik di atara
dua pilihan yaitu memilih salah satu diatara keduanya melanjutkan jual beli atau
membatalknya

Khiyar Masjlis (pilihan majelis)


sabda Rasulullah shlallalahu ‘alalihi wasaallam. “Jika dua orang saling berjual beli, maka
masing-masing punya hak untuk memilih selama belum berpisah dan keduanya ada di
dalam majelis” (Shahih, dalam shahihul Jami : 422)
Khiyar

■ Khiyar Syarat
Yaitu masing-masing dari keduanya mensyaratkan adanya khiyar ketika melakukan akad
atau setelahnya selama khiyar majelis dalam waktu tertenu, berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wasallam “orang-orang muslim itu berada di atas syarat-syarat mereka”
Dua orang yang bertransaksi sah untuk mensyaratkan khiyar terhadap salah seorang dari
keduanya karena khiyar merupakan hak dari keduanya, maka selama keduanya ridho berarti
hal itu boleh. Dan juga keterangan hadist rasulullah : Dari Ibnu Umar ra, dari Nabi saw
Beliau bersabda, “Sesungguhnya dua orang yang melakukan jual beli mempunyai hak
khiyar dalam jual belinya selama mereka belum berpisah, atau jual belinya dengan akad
khiyar.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari IV: 326 no: 2107, Muslim III: 1163 no: 1531 dan
Nasa’i VII: 248).
Khiyar
■ Khiyar Ghabn (penipuan)
Yaitu jika seorang tertipu dalam jual beli dengan penipuan yang keluar dari
kebiasaan, maka seorang yang tertipu dia diberi pilihan apakah akan
melangsungkan transsaksinya atau membatalkannya. Dalilnya sabda rasul
“Tidak ada madharat dan tidak ada memadharati” (Silsilah As Shahihah :
250) dan sabdanya “Tidaklah halal harta seorang muslim kecuali dengan
kelapangan darinya (dalam menjualnya)” (Irwaul Ghalil : 1761).
■ Khiyar Tadlis
Yaitu khiyar yang disebabkan oleh adanya tadlis. Tadlis yaitu menampakan
barang yang aib (cacat) dalam bentuk yang bagus seakan-akan tidak ada
cacat.
Khiyar
■ Khiyar Aib
Khiyar Aib yaitu khiyar bagi pembeli yang disebabkan adanya aib dalam suatu barang
yang tidak disebutkan oleh penjual atau tidak diketahui olehnya, akan tetapi jelas aib
itu ada dalam barang dagangan sebelum dijual.
■ Khiyar Takhbir bitsaman
Menjual barang dengan harga pembelian, kemudian dia mengkhabarkan kadar barang
tersebut yang ternyata tidak sesuai dengan hakikat dari barang tersebut.
■ Khiyar ru’yah
Khiyar bagi pembeli jika dia membeli sesuatu barang berdasarkan penglihatan
sebelumnya, kemudian ternyata dia mendapati adanya perubahan sifat barang
tersebut, maka ketika itu baginya berhak untuk memilih antara melanjutkan
pembelian atau membatalkannya
Jenis-jenis jual beli

■ Al bai Naqdan
■ AL bai Mu’ajjal
■ Al bai Taqsith
■ Al bai salam
■ Istishna
■ Murabahah
■ Ijarah
Jual Beli Naqdan

■Uang Barang/Jasa
Tunai
■ Muqabalah (muqabalat al syai bi-syai) menerima sesuatu atas sesuatu yang lain
■ Mubadalah (badala) berarti mengganti
■ Mu’awadhat (‘adha) memberi ganti
Jual Beli Mu’ajjal

■ Barang Uang
(awal) (akhir)
Pembayaran Harga secara sekaligus di akhir sesuai
kesepakatan
Jual Beli Taqsith

■ Barang Uang
(awal) (akhir)
Pembayaran Harga secara Angsur di akhir sesuai
kesepakatan waktu
Jual Beli Salam

■ Uang barang
(awal) (Akhir)
‫من أِل َ َج ِل‬ ُ ‫أَنَّهُ بَي ٌع يُتَقَ ّد ُم فِي ِه َر ْأ‬
ُ ‫يُتَأ َ َّخ ُر اَلم ْث‬F‫س ال َما ِل َو‬
Jual beli yang pembayaran harganya di dahulukan tunai sementara penyerahan barang
di akhirkan sampai batas waktu yang di sepakati (syarh al Kabir,Ulama Malikiah)
Uang Diserahkan di awal (tunai) dan barang di serahkan di akhir sesuai kesepakatan
Objeknya komoditas (termasuk dalam pertanian)
Jual Beli Istisna

■ Uang barang (Manufaktur)


(awal) Angsur (Akhir)
Majallat al ahkam al adliyya
‫صوص‬ ُ ‫ص َعلَى َوج ِه َم ْخ‬ ُ ‫ش ْي ٍء َم ْخ‬
ٍ ‫ص ْو‬ َّ ‫ب ال َع َم ِل ِم َن اَل‬
َ ‫صانِ ِع فِي‬ َ ‫ع ُه َو‬
ُ َ‫طل‬ ْ ‫اَإْل ِ س ِت‬،
ُ ‫صنَا‬
Akad yang meminta seseorang untuk membuat sebuah barang tertentu dalam bentuk
tertentu
Fath al Qadir di jelaskan hadits fi’liyah
‫سلّم َخا ِت ًما‬ ُ ‫َصنَ َع َر‬
َ ‫س ْول هللا َعليه َو‬ ْ ‫َوقَ ِد ا‬
ْ ‫ست‬
Rasulullah saw meminta untuk di buatkan cincin
Ijarah

■ Ijarah adalah akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang ataupun jasa atas
tenaga kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan barang maka disebut sewa-menyewa,
sedangkan jika digunakan untuk mendapatkan tenaga kerja disebut upah-mengupah.
Sedangkan ju’alah adalah akad ijarah yang pembayarannya didasarkan atas
kinerja(performance) objek yang disewa/diupah. Pada ijarah, tidak terjadi perpindahan
kepemilikan objek ijarah. Objek ijarah tetap menjadi milik yang menyewakan.
■ Namun demikian, pada zaman modern ini muncul inovasi baru dalam ijarah,
dimana si peminjanm dimungkinkan untuk memiliki objek ijarahnya di akhir periode
peminjaman. Ijarah yang membuka kemungkinan perpindahan kepemilikan atas objek
ijarahnya ini disebut sebagai Ijarah Muntahia Bittamlik(IMBT)
Murabahah
Jual beli Amanah

■ Jual Beli Tauliyah (penjual menjual dengan harga pembelian sehingga penjual tidak
mendapati keuntungan dari transaksi tersebut (min Ghairi Ziyadat).tidak melahirkan
khasarah (kerugian) ataupun ar ribh (keuntungan).
■ Jual beli al wadhi’ah (‫ض َيع} ُة‬
ِ ‫) ل َا}}و‬,jual beli dimana penjual mengalami kerugian
(khasarah).menjual di bawah harga modal.merupakan kontradiktif dari murabahah (ar
ribh)
Jual Beli Debatable

■ Jual Beli Fudhuli (jual beli yang di lakukan tanpa ada kewenangan)
Dedi mengantarkan barang ke suatu daerah atas perintah atasannya,dedi mengetahui harga barang
yang di bawanya.dedi berjumpa dengan seseorang yang bersedia membeli barang tersebut dengan
harga tinggi,karena menguntungkan dan di duga bosnya mengizinkan maka dedi menjual barang
tersebut,padahal dedi bukan merupakan pemilik dari barang tersebut dan tidak mendapat kuasa dari
atasannya,jual beli ini di namakan bay al fudhuli.jual beli ini di bedakan menjadi dua
-beli al fudhuli (membeli barang tertentu tanpa izin dari pemilik yang mewakilinya)
-jual al fudhuli (menjual atas nama orang lain tanpa izin pemiliknya)
Ulama Hanafiah dan Malikiah = sah akan tetapi bersifat mauquf (jika pemilik mengizinkan di
lanjutkan,jika pemilik tidak mengizinkan maka batal)
Ulama Hanabilah dan Syafi’iah = Batal walaupun setelahnya diizinkan oleh yang berhak
Jual beli Wafa

■ Seseorang menjual barang kepada pihak lain dengan janji dari penjual untuk membayar
atau mengembalikan harga (tsaman).
■ Ali haidar menegaskan jual beli wafa memiliki dua sisi berbeda,pertama wafa termasuk
akad jual beli,kedua wafa termasuk rahn (jaminan)
■ Ulama Malikiah menyebut bai wafa dengan bai al tsunya (jual beli Ulang)
■ Ulama Syafiiyyah menyebut bai al wafa dengan bai al udah (jual beli janji)
■ Ulama Hanabilah menyebutnya dengan bai al amanah
■ Terjadi dua akad terhadap barang yang sama oleh pihak yang sama
Hukum Jual beli Wafa

■ Ulama Hanafiah menyatakan sah jual beli wafa (pembeli berhak untuk memanfaatkan barang yang
dibelinya,disewakan dan mendapatkan ujrah),ada kebutuhan atau Hajah di dalamnya.
■ Ulama Malikiah dalam kitab Mawahib al jalil karya al Hathab,menyatakan jual beli ini tidak sah
karena terdapat Gharar,dengan salah satu alasan pengambilan manfaat atas salaf (qardh)
■ Ulama Syafiiyyah dalam kitab Al Umm,jual beli ini tidak sah,karena ada dua jual beli atas suatu
barang karena janji (wa’ad),pembeli tidak memiliki secara penuh (tam) terhadap barang tersebut
sehingga tidak bisa menjual kepada pihak lain.
■ Ulama Syafiiyyah Muta’akhirin membolehkan jual beli wafa dengan alas an,ada hajah untuk
menghindari riba dalam transaksi.
■ Keputusan Majma fiqh al Islam nomor 67 dalam muktamar ke 7 di Jeddah 1992 memutuskan jual beli
wafa adalah hakikat qardh dengan pengambilan manfaat dan termasuk hilah ribawi dan di larang
secara syariah
Jual Beli Istighlal

■ Seseorang menjual suatu barang kepada pihak lain dengan harga tertentu,baik tunai
maupun Tangguh,yang di sertai syarat bahwa pembeli harus menyerahkan barang
kepada penjual dengan harga.sebelum di beli kembali oleh penjula pada jual beli
pertama,barang tersebut di sewa oleh penjual pada jual beli pertama
■ Rafiq Yunus al Mishri dalam kitab Buhuts fi fiqh al Mu’amalat al Maliyyah : jual beli
ini termasuk jual beli artifisial (palsu) karena dengan tujuan pembeli adalah
mendapatkan keuntungan dengan cara sewa
■ Mirip jual beli wafa,tetapi di sewakan kepada penjual sebelum di beli kembali
Jual Beli Tawarruq

■ Seseorang Membeli barang (komoditi) kepada tuan dedi secara Tangguh dengan harga 100
juta.kemudian barang tersebut di jual kepada mas iwan secara tunai senilai 90 juta.penjual
memperoleh uang tunai sebesar 90 juta dan memiliki hutang sebesar 100 juta kepada dealer.
■ Ulama Hanabilah dalam kitab al furu’karya Syams al Din al Maqdisi,berpendapat hukumnya
jaiz (boleh)
■ Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim dalam kitab al qawaid al nuraniyyah,menyatakan jual beli ini
haram (man’u)
■ Imam Ahmad dan Umar bin Abd Aziz dalam kita Aun al Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud
karya Ibn Qayyim Al Jauziyyah berpendapat bahwa hukum jual beli tawarruq adalah
makruh (boleh tapi tercela)
Jual Beli Terlarang
Jual beli terlarang

■ Jual Beli Najasy


Kata Najasy adalah bentuk masdar. Asal mula Najasy berarti istitar (berusaha
menutupi) karena najisy (orang yang berbuat Najasy) berusaha menutupi maksudnya. Oleh
karena itu, pemburu binatang disebut najisy karena ia bersembunyi.
■ Jual Beli Mulamasah
Jual beli mulamasah adalah seseorang menjual sebuah pakaian dengan boleh memegang
pakaian tapi tanpa perlu membuka atau memeriksanya
■ Ikhtikar
Ihtikar secara etimologis berarti menaha makanan agar harganya
mahal. Perbuatan seperti ini disebut al-hukrah. Atau Ihtikar secara
bahasa artinya dzalim dan merusak pergaulan.
■ Talaqqi rukban(Menghadang Kafilah Yang Menuju Pasar)
Praktiknya secara konkrit adalah seorang penjual ke pasar dan
pembeli menghadangnya sebelum penjual sampai ke pasar
■ Jual Beli ‘urbun
‘urbun atau ‘urban secara etimologis berarti sesuatu yang digunakan
sebagai pengikat jual beli
■ Jual Beli di atas Jual Beli Saudaranya
Diharamkan menjual barang di atas penjualan saudaranya, seperti seseorang berkata
kepada orang yang hendak membeli barang seharga sepuluh, “Aku akan memberimu
barang yang seperti itu dengan harga sembilan”..
Jual Beli Untuk Kejahatan
Menjual Barang-Barang yang Diharamkan.
Jual Beli Yang Dapat Menjauhkan Diri Dari Ibadah
■ Hukum jual-beli di mesjid adalah haram, berdasarkan
hadits-hadits berikut,
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل إِ َذا َرأَ ْيتُ ْم َم ْن يَبِ ْي ُع أَ ْو‬ ِ ‫■ َعن أَبِ ْي هُ َر ْي َرةَ أَ َّن َرس ُْو َل‬
َ ‫هللا‬
‫ك‬ َ َ‫ع فِي ْال َمس ِْج ِد فَقُ ْولُوا الَ أَرْ بَ َح هللاُ تِ َجا َرت‬ ُ ‫يَ ْبتَا‬
■ Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Jika kamu
melihat orang menjual atau membeli di mesjid maka
katakanlah, ‘Semoga Allah tidak memberi keuntungan pada
daganganmu.’” (Tirmidzi: 1232 dan beliau berkata, “Hasan
gharib,” Abu Daud: 400, ad-Darimi: 1365, Shahih Ibnu
Hibban: 1650, dinilai shahih oleh al-Albani dan ar-Arnauth
dalam Shahih Ibnu Hibban)

Anda mungkin juga menyukai