Anda di halaman 1dari 101

Penjelasan Nahwu Lengkap

Kalam / Jumlah ( ) \
Ialah susunan kata yang memberikan pengertian. Dalam bahasa Indonesia
disebut dengan " Kalimat "
Kalimah ( )
Ialah susunan huruf yang memiliki pengertian. Dalam bahasa Indonesia
dinamakan " Kata " Misalnya : aku, kamu, meja, buku, pena,mengerti, faham,
makan, dll. Apabila beberapa kalimah disusun dengan benar, maka akan
terbentuk kalam/jumlah = kalimat.
Adapun kalimah itu dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
= ) Kata Benda
1. Kalimah Isim (
2. Kalimah Fiil ( = ) Kata Kerja
= ) Kata Sandang
3. Kalimah Kharf (
1. KALIMAH ISIM (Kata Benda)

A. Tanda-tanda Kalimah Isim


Agar dapat membedakan kalimah isim dari kalimah-kalimah yang lain, maka
kita harus hafal tanda-tandanya dibawah ini :
1. Ada Alif-Lam / AL (..) pada permulaannya. Contoh:
, , ,
2. Ada salah satu huruf jar di depannya . Misalnya :

, ,
Adapun diantara khuruf jar itu ialah :

Harf Jar Arti Contoh


tentang / dari

di dalam

Seperti

Seperti
\ Untuk \

Banyak


Dari

ke/maring



\
\ Demi \ \
3. Berakhir dengan huruf ta marbutoh ( / ) Misalnya:
, , , , ,
4. Berkharokat tan in ( -- ----/ --- / ---- ------ ) Misalnya :

, , , ,
,
5. Di depannya ada huruf nida ( kata panggilan) Misalnya :
,
Sampai di sini, kita harus sudah mampu membedakan mana kalimah yang isim,
dan mana kalimah yang bukan isim. Yaitu dengan memperhatikan ada atau
tidaknya tanda-tanda isim pada kalimah itu.
Catatan : Apabila suatu isim telah ada ( ) pada permulaannya, maka ia tidak
boleh berkharokat tanwin. Begitu pula jika suatu isim telah berkharokat tanwin,
maka tidak boleh ada ( )pada permulaannya.
B. Pembagian Isim ( )
Setelah kita bisa membedakan kalimah isim dari kalimah-kalimah yang lain,
marilah sekarang kita pelajari jenis-jenis kalimah isim, agar jika ketemu isim,
kita bisa mengetahui isim itu isim apa. Isim dibagi menjadi 7 jenis, yaitu:
1. Isim Mufrod Mudzakkar ( )

Yaitu isim untuk benda-benda yang berjumlah 1, dan berjenis kelamin laki-laki.
(isim untuk laki-laki 1).
Cirinya : tidak berakhir dengan ta marbuthoh ( / )
Contoh :
= seorang laki-laki mumin
= seorang laki-laki muslim
= seorang laki-laki kafir.

2. Isim Mufrod Muannats (
)
Yaitu isim yang digunakan untuk benda yang berjumlah 1, dan berjenis kelamin
perempuan. (isim untuk perempuan 1).
Cirinya : selalu berakhir dengan ta marbutoh ( / )
Contoh :
= seorang perempuan muslim
= seorang perempuan mumin
= seorang perempuan kafir
3. Isim Tatsniyah Mudzakkar (
)
Yaitu isim untuk dua laki-laki
Cirinya: berakhir dengan tambahan huruf alif-nun (...
)
atau yak - nun ... )
Contoh :
/
dua laki-laki muslim
/
dua laki-laki mumin
/
dua laki-laki kafir



4. Isim Tatsniyah Muannats (
)
Yaitu isim untuk dua perempuan.
Cirinya:berakhir dengan tambahan ta-alif-nun ( ) atau yak-nun.(
... )
Contoh :
/
Dua perempuan muslim

/
Dua perempuan mumin
/
Dua perempuan kafir
5. Isim Jama Mudzakkar ( )
Yaitu isim untuk banyak laki-laki.
Cirinya: berakhir dengan huruf tambahan wawu-nun
( . ) atau yak-nun ( .... ). Jika huruf tambahan ini dihilangkan, maka
menjadi isim mufrod mudzakkar
Contoh :
/ banyak laki laki muslim
/ banyak laki laki mumin
/ banyak laki laki kafir
/ banyak laki laki munafiq
)
6. Isim Jama Muanats (
Yaitu isim untuk banyak perempuan.
Cirinya : berakhir dengan alif dan ta tanits ( . )
Contoh :
= banyak perempuan muslim
1)
= banyak perempuan mumin
2)
= banyak perempuan kafir
3)
1. Isim Jama Taksir (
)
Yaitu isim untuk benda-benda yang berjumlah banyak, dan tidak memiliki jenis
kelamin / jenis kelaminnya tidak jelas (ketika benda itu disebut).
Cirinya : Berbeda dengan isim-isim sebelumnya, yang semuanya memiliki ciriciri khusus, maka isim jama taksir tidak memiliki ciri-ciri khusus. Kita hanya
bisa mengetahui isim jama taksir dengan memperhatikan maknanya atau
dengan memperhatikan wazan-wazan (patokan-patokan) nya.

Contoh :
Arti Isim Jamak Isim Mufrod
Gunung- gunung
Kitab- kitab
Guru- guru
Masjid- masjid


Sampai disini, setiap bertemu dengan kalimah isim, kita harus sudah mampu
mengetahui isim itu isim apa. Mufrod, Tatsniyah, atau Jama, Mudzakkar atau
Muannats dengan melihat huruf tambahan yang ada pada akhir isim itu.
C. Isim-isim Yang Lain
Yang dimaksud dengan isim-isim yang lain, yaitu semua kalimah yang
meskipun pada kalimah itu tidak terdapat tanda-tanda isim, akan tetapi kalimah
itu termasuk kalimah isim. Ada pun 3 macam kalimah isim yang termasuk jenis
ini, yaitu :
1. Isim Dhomir (kata ganti)
2. Isim Isyaroh (kata tunjuk)
3. Isim Maushul (kata sambung ).
1. Isim Dhomir
Dalam bahasa Indonesia, Isim Dhomir dikenal dengan istilah Kata Ganti. Secara
garis besar Isim dlomir dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Isim Dhomir Munfashil (terpisah dengan kalimah lain)
2. Isim Dhomir Muttashil (terangkai dengan kalimah lain )
Untuk bisa mengetahui dan membedakan kedua isim dhomir itu, marilah kita
memperhatikan beberapa contoh kalimat / kalam di bawah ini :
Aku akan menolong mu
=

Kamu membawa bukuku =
Dia sedang membaca buku nya =
Mereka mengunjungi desa kita =
Kata-kata yang tercetak miring ( Aku, Kamu ,Dia dan Mereka) pada contoh-

contoh di atas, merupakan contoh-contoh untuk isim dhomir munfashil dalam


bahasa Indonesia.
Sedangkan kata-kata yang dicetak tebal ( mu, ku, nya dan kita ) adalah contohcontoh untuk isim dhomir muttashil. Coba amati dan fahami dengan seksama !
Hafalkan isim dhomir dibawah ini dengan baik!
Isim Dhomir Munfashil Isim Dhomir Muttashilnya Arti
/ Dia (lk) satu
/ Dia (lk) dua
/ Dia (lk) banyak
Dia (pr) satu
/ Dia (pr) dua
/ Dia (pr) banyak
Kamu (lk) satu
Kamu (lk) dua
Kamu (lk) banyak

Kamu (pr) satu
Kamu (pr) dua
Kamu (pr) banyak
Saya
Kita
Perbedaan antara Isim Dhomir Munfashil dan Isim Dhomir Muttashil ialah :
1) Isim Dhomir Munfashil selalu berdiri sendiri, terpisah dari kalimah yang lain.
Misal :
= saya seorang murid
= kamu seorang guru
2) Isim Dhomir Muttashil tidak bisa berdiri sendiri, dan harus dirangkai dengan
kalimah yang lain. Misalnya:
= bukumu baru
bagimu amalmu =

dan
bagi kami amal kami =

2. Isim Isyaroh
Dalam bahasa Indonesia, isim Isyaroh disebut dengan kata tunjuk. Sesuai
dengan namanya, isim ini digunakan untuk menunjuk suatu benda. Oleh karena
itu , kita cukup menghafal dan mengetahui cara penggunaannya saja.
Adapun isim-isim Isyaroh itu ialah :
Ini ( untuk isim mufrod mudzakkar )
Ini ( untuk isim tmufrod muannats )
Ini ( untuk isim muannats mudzakkar )
Ini ( untuk isim tatsniyah muannats )
mereka ini ( untuk jama mudz. /muannats)
Itu ( untuk isim mufrod mudzakkar )
Itu ( untuk isim mufrod muannats )
Itu ( untuk isim tatsniyah mudzakkar )
Itu ( untuk isim tatsniyah muannats )

Itu / mereka itu (untuk isim jama)


Di sini

Di sana.

Keterangan :
1) Isim yang jatuh setelah isim isyaroh dinamakan musyar ilaih ( yang ditunjuk
)
2) Antara isim isyaroh dengan musyar ilaih harus bersesuaian dalam hal :
Mufrod / Jamanya, dan Mudzakkar / Muannatsnya. Apabila musyar ilaihnya
isim mufrod mudzakkar, maka isim isyarohnya harus mufrod mudzakkar.
Apabila musyar ilaihnya mufrod muannats, maka isim isyarohnya juga harus
mufrod muannats. Begitulah seterusnya.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini !
Arti Musyar ilaih Isim Isyaroh

ini seorang murid lk2


ini seorang murid pr.
ini dua orang murid lk2.

ini dua orang murid pr.

ini banyak murid
Nah, pada contoh-contoh diatas, kita dapat melihat bahwa isim Isyaroh selalu
berbeda, menyesuaikan dengan Musyar ilaih nya. Begitulah untuk seterusnya.
3. Isim Maushul
Dalam bahasa Indonesia Isim Maushul dinamakan kata Sambung. Karena
fungsinya menghubungkan antara isim yang di depannya (Aid) dengan isim
yang di belakangnya (Shilah). Isim maushul, diterjemahkan dengan..........yang
/ kang atau diterjemah sesuai dengan isim yang sebelumnya. Contoh:
1-
1) ( ) Utawi sekabehe puji, iku( ) kagungane Allah,( ) Dzat, ( ) kang
wus mituduhi sopo dzat, ( )ing kita, ( ) kanggo iki. (Adapun segala puji
adalah bagi Allah, yang telah menunjuki kita, untuk ini)
2-
2) ( )Utawi Deweke, iku ( )Allah. ( ) Dzat, ( )kang ora ana pangeran,
( )kejaba Deweke. (Dia adalah Allah, dzat yang tiada tuhan selain Dia).
3-


3) ( )Utawi
neraka Wail, iku (
) kanggo wong-wong kang padha sholat,

( ) hiya wong akeh, ( ) kang utawi dheweke kabeh, (


)saking
sholate dheweke kabeh, iku ( ) wong-wong kang padha lalai. (Adapun
Neraka Wail adalah untuk orang-orang yang sholat, yang mereka itu dari sholat
mereka adalah orang-orang yang lalai)
Adapaun isim-isim maushul itu ialah :
Isim Maushul A r t i
untuk mufrod mudzakkar

untuk muf rod muannats


-
untuk tatsniyah mudzakkar
-
untuk tasniyah muannats
untuk jama mudzakkar
- untuk jama muannats
untuk semua yang berakal
untuk semua yang tak berakal
Kalimah yang setelah isim maushul (shilah), harus memiliki / menyimpan
dhomir yang kembali kepada kalimah yang sebelum isim maushul (Aid). Dan
antara isim maushul dengan aid harus saling bersesuaian / cocok. Misalnya :

( ) Utawi puji, iku ( )kagungane Allah, ( ) Dzat, ( )kang wus
mujudake sopo Dzat, ( )ing kita, ( ) ing janjine Dzat. (Adapun segala puji
itu adalah milik Allah, yang telah mewujudkan janjiNya kepada kita )

Keterangan :
Lafadz adalah Aid
Lafadz isim Maushul
Lafadz adalah Shilah, yang didalamnya tersimpan dhomir yang kembali
kepada 'Aid (yaitu )
Lafadz pada lafadz adalah dhomir muttashil.
Sampai disini, kita harus sudah mampu :
1) Membedakan kalimah isim dari kalimah-kalimah yang lain.
2) Kita harus sudah bisa membedakan antara Isim mufrod mudzakkar /
muannats, isim Tatsniyah Mudzakkar / muannats, dan antara Isim Jama
Mudzakkar / muannats / Taksir.
3) Hafal Isim-isim Dhomir, isim-isim Isyaroh, dan juga isim-isim Maushul,

dengan baik. Misalnya :



|| ||| |||
Tarkibnya :
= isim mufrod mudzakkar = | harf Jar = | isim dhomir muttashil = |
|
harf =|
isim mufrod muannats= |isim mufrod mudzakkar = |
harf =
isim jama muannats = |isim dhomir muttashil.




|

| | |
Tarkibnya :
=
harf jar = |isim mufrod mudzakkar = |isim mufrod mudzakkar =
|
isim mufrod mudzakkar = | isim mufrod mudzakkar



| | |

|
|

Tarkibnya:
= Fiil Mudhore | =
harf jar = |isim mufrod mudzakkar | = harf jar |
= isim mufrod mudzakkar |
= isim mufrod mudzakkar.

| | | |
Tarkibnya:
= harf | = isim mufrod mudzakkar | = isim mufrod mudzakkar | =
isim mufrod mudzakkar | = isim mufrod mudzakkar.

| | |
Tarkibnya :
= harf | = isim mufrod muannats = | isim mufrod mudzakkar | =

isim mufrod mudzakkar


Perbanyaklah latihan seperti ini, hingga kamu terbiasa dan faham betul dengan
jenis-jenis kalimah isim.
2. KALIMAH FIIL ) (
(Kata Kerja)
Kalimah Fiil ialah kalimah/kata yang artinya menunjuk pada suatu perbuatan.
Misalnya : makan, minum, tidur, menolong, berkata, berjalan, dll. Kalimah Fiil
(kata kerja) terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1) Fiil Madhi (kata kerja bentuk lampau)
2) Fiil Mudhori (kata kerja bentuk sedang / akan)
3) Fiil Amr (kata kerja perintah).
1. FIIL MADHI (
)
(Kata Kerja Bentuk Lampau)
Sebelum mempelajari fiil madli lebih jauh, kita harus tahu bah a fiil madli
merupakan asal bagi fiil - f'iil yang lain. Baik fiil Mudlore maupun fiil
Amar, semua terbuat dari fiil Madhi. Oleh karena itu penjelasan tentang fi'il
madhi harus kita fahami betul.
Fiil Madli ialah kata kerja bentuk lampau, dimana pekerjaannya telah selesai
dikerjakan. Itulah sebabnya fiil madli diterjemahkan dengan telah......atau
us....... Misalnya :
= telah makan,
= telah menolong

= telah datang,
= telah pergi
A. Ciri-ciri Fiil Madhi
Fiil Madhi kita bedakan dari fiil-fiil yang lain, dengan memperhatikan cirinya,
yaitu : mengikuti salah satu dari azan- azan fiil madli yang telah tertentu.
Wazan- azan fiil madhi adakalanya terdiri dari 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf atau 6

huruf.
Wazan ialah ukuran. Wazan fiil madli, berarti ukuran untuk fiil madli.
Artinya, jika suatu kalimah menyamai salah satu dari azan fiil madli itu,
berarti kalimah itu fiil madli. Atau jika suatu kalimah dinyatakan sebagai fiil
madli, maka kalimah itu harus mengikuti / menyamai salah satu dari wazanazan fiil madli itu dalam hal : (1) Jumlah huruf dan (2) Kharokat. Contoh :
Kalimat
adalah fiil madhi, karena ia menyamai azan fiil madhi
Kalimah
adalah fiil madhi, karena ia menyamai azan fiil madhi
Kalimah adalah fiil madhi, karena ia menyamai azan fiil madhi
Kalimah
adalah fiil madhi, karena ia menyamai azan fiil madhi ,
dst
B. Wazan- azan Fiil Madli
Karena fi'il Madhi itu ada yang terdiri dari 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf dan 6 huruf,
maka wazan-wazannya adalah :
1. Wazan- azan Fiil Madhi 3 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)

, ,
,

, ,
,
, ,
,
2. Wazan- azan Fiil Madhi 4 huruf :
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
, , , , ,
, ,
,
,
, , , ,
,

, ,
,
Fiil Madhi 4 huruf, adakalanya memang asli terdiri dari 4 huruf. Tapi
adakalanya berasal dari fiil madhi 3 huruf yang diberi tambahan 1 huruf,
sehingga menjadi 4 huruf.
3. Wazan- azan Fiil Madhi 5 huruf.

Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)


,
, ,
, , ,
, , ,


, , ,
, ,
, , ,

4. Wazan- azan Fiil Madli 6 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
,
,

Perhatikan !!
Semua fiil yang mengikuti wazan- azan fi'il madhi diatas, dalam hal: jumlah
huruf dan kharokatnya, berarti fiil madli. Dan fiil yang mengikuti azanwazan itu, dinamakan mauzun (yang mengikuti wazan). Huruf-huruf tambahan
yang ada pada mauzun, sama persis dengan huruf-huruf tambahan yang ada
pada wazan, demikian juga letak huruf-huruf tambahan itu. Contoh :
adalah Fi madhi 4 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 4 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 6 hrf, mengikuti wazan
Begitu seterusnya, pelajarilah dengan seksama, hingga benar-benar faham.
C. Perubahan Fiil Madhi karena perbedaan pelaku.
Fiil-fiil Madli mengalami perubahan pada huruf akhirnya dengan adanya
huruf-huruf tertentu yang ditambahkan. Dimana huruf-huruf tambahan itu
menunjukkan 'siapa pelaku' dari fiil madhi itu.

Fiil Madhi Pelaku Arti



Dia (lk. 1) telah menolong

Dia (lk. 2) telah menolong

Dia (lk banyak) telah menolong


Dia (pr 1) telah menolong

Dia (pr 2) telah menolong

Dia (pr.banyak) telah menolong

Kamu(lk.1) telah menolong

Kamu(lk.2) telah menolong

Kamu (lk banyak) telah menolong

Kamu (pr.1) telah menolong





Kamu (pr.2) telah menolong

Kamu (pr. banyak) telah menolong


Saya telah menolong

Kita telah menolong
Jika kita perhatikan perubahan-perubahan fiil madhi di atas, maka kita
menemukan, bahwa perubahan itu ada pada akhir tiap-tiap fiil, yaitu adanya
), Ta Fail
tambahan huruf Alif Tatsniyah () , Wa u Jama ( ) Tak Tanits (
,
(
, ), Nun Fail ( )dan Nun Niswah ( ) sesuai dengan pelaku dari
fiil tersebut.
Penjelasan tentang fiil madli kita cukupkan sampai di sini dulu. Yang penting,
1. Kita kita harus paham dan hafal wazan- azan fiil madhi, sehingga kita bisa
membedakan fi'il madhi dari fi'il-fi'il yang lain dengan menggunakan wazanwazan itu sebagai patokannya.
2. Kita harus hafal dan faham perubahan-perubahan fi'il madhi sesuai dengan
dhomir-dhomir pelakunya, sehingga kita bisa tahu siapa-siapa pelaku dari fi'il
madhi itu.

2. FIIL MUDHORI
(Kata kerja bentuk sedang / akan)
Yaitu fiil (kata kerja) untuk suatu pekerjaan yang sedang / akan dikerjakan.
Itulah sebabnya fiil mudhore selalu diterjemah/dibaca dengan
sedang............ atau akan............. Misalnya :

sedang menulis sedang memasukkan
sedang makan sedang berperang
sedang membaca sedang memotong
A. Cara Membuat Fiil Mudhori dari Fiil Madhi
Yaitu dengan menambahkan salah satu dari huruf-huruf Mudhoroah pada
permulaan fiil madhi, kemudian merubah kharokat bacaannya. Adapun Khuruf
Mudhoroah itu ialah : Alif, Nun, Yak, dan Tak ( , , , ) . Misalnya :






Akan tetapi jika fiil madhinya terdiri dari 3 huruf dan huruf pertamanya
berupa Wa u, maka sebelum ditambahkan huruf mudhoroah, a u tersebut
harus dihilangkan terlebih dahulu, baru ditambahkan huruf Mudhoroah itu.
Misalnya :




Dan jika fiil madhinya terdiri dari 4 huruf atau lebih, serta huruf pertamanya
berupa Alif , maka sebelum ditambahkan huruf mudloroah, huruf alif tersebut
harus dihilangkan terlebih dahulu, baru ditambahkan huruf mudloroah.
Misalnya :


Khusus pada fiil mudhori yang berasal dari fiil madhi 4 huruf, maka huruf
Mudhoroahnya harus didhommah, sedangkan pada fiil-fiil mudhori yang
lain, semua huruf mudhoroahnya dibaca fatkhah. Misalnya :





B. Perubahan Fiil Mudhori, karena perbedaan Dhomir pelakunya
Dia (lk. 1) sedang menulis

Dia (lk. 2) sedang menulis
Dia (lk.Banyak) sedang menulis
Dia (pr. 1) sedang menulis

Dia (pr. 2) sedang menulis
Dia (pr.Banyak) sedang menulis
Kamu (lk. 1) sedang menulis
Kamu (lk. 2) sedang menulis
Kamu(lkbanyak)sedang menulis

Kamu (pr. 1) sedang menulis



Kamu (pr. 2) sedang menulis
Kamu(prbanyak)sedang menulis
Saya sedang menulis
Kita sedang menulis
Jika kita perhatikan perubahan perubahan fiil mudlori diatas, maka kita
menemukan bahwa :
Huruf mudhoroah ( ( ,) ( ,)) , atau ( )yang terletak pada permulaan fiil,
disamping sebagai tanda fiil mudhori, juga sebagai petunjuk siapa pelaku
dari fiil mudhori itu. (Saya, Kamu, Dia atau Kita).
Sedangkan tambahan huruf pada akhir tiap-tiap fiil mudlori merupakan
petunjuk berapa banyak pelakunya (satu, dua, atau banyak. Perhatikan daftar

perubahan di atas dengan seksama.


C. Macam-macam Fiil Mudhore
Fiil Mudhore ada 3 macam,yaitu :
1. Fiil Mudhore Shohih Akhir. Yaitu semua Fiil Mudhore yang huruf
akhirnya berupa huruf shohih / huruf sehat (bukan , , ). Misalnya :
mengasihi = = keluar = masuk
memukul = = berdiri = duduk
2. Fiil Mudhore Mutal Akhir. Yaitu semua Fiil Mudhore yang huruf
akhirnya berupa huruf illat / huruf yang sakit yaitu :( , , ) . Sesuai dengan
huruf akhirnya, maka Fiil Mudhore Mutal Akhir dibagi menjadi 3 macam,
yaitu:
1. Fiil Mudhore Mutal Wa u. Yaitu semua fiil Mudhore yang huruf
terakhirnya berupa Wawu ( ) Misalnya :
= naik = perang
= memanggil = mulia
2. Fiil Mudlore Mutal Alif. Yaitu semua fiil Mudhore yang huruf
terakhirnya berupa Alif ( ) . Misalnya :
= takut = melihat
= segar
= meridhoi
3. Fiil Mudhore Mutal Yak. Yaitu semua fiil Mudhore yang huruf
terakhirnya berupa Yak ( ). Misalnya :

= menetapkan = melempar
= berniat = menunjuki
3. Fiil Mudhore Fiil Lima (5).
Yaitu semua fiil Mudhore yang pelakunya dhomir:
misalnya :
, , , ,
Dlomir Fiil 5

, ,
,
, ,
, , , , ,

,
, , , ,
, , , , ,
, , , ,
,
3. FIIL AMAR
(Kata Perintah)
Dalam bahasa Indonesia, fiil Amar dikenal dengan istilah kata perintah .
Misalnya :
= Sinaua ! / Belajarlah !
= Nulisa ! / Menulislah !
= Macaa ! / Bacalah !
Seperti halnya fiil Mudhore itu bentukan dari fiil madhi, maka fiil Amarpun
juga dibentuk dari fiil madhi. Adapun caranya yaitu :
A. Cara Membentuk Fiil Madhi Menjadi Fiil Amar.
1. Apabila fiil madhinya terdiri dari 3 huruf, maka fiil amarnya dibentuk
mengikuti 3 kemungkinan wazan :

Tergantung kharokat ain fiil pada fiil mudhorinya. Jikaain fiil pada fiil
mudhorenya fatkhah, maka ain fiil pada fiil amarnyapun harus fatkhah ( -
). Jika ain fiil pada fiil mudhorenya kasroh, maka ain fiil pada
fiil amarnya juga kasroh ( - ) . Begitupula jika ain fiil pada fiil
mudhorenya dhommah, maka ain fiil pada fiil amarnya juga harus
didhommah ( - ) . Lihat contohnya !

Fiil Amar Fiil Mudhore Fiil Madhi







2. Apabila fiil madhinya terdiri dari 4 huruf atau lebih, maka fiil amarnya
sama seperti fiil madhinya itu, hanya mengalami perubahan kharokat. Lihat
contoh-contoh di bawah ini !
Fiil Amar Fiil Mudhore Fiil Madhi









A. Perubahan Fiil Amar karena Perbedaan Dlomir Pelakunya.
Karena fiil amar itu 'perintah' dari ( orang I ) kepada ( orang II ), maka pelaku
fiil amarpun hanya orang II (kamu). Perhatikan daftar di ba ah ini dengan
seksama !
Dhomir Fiil Amar Arti
Kamu (lk. 1) menolonglah !
Kamu (lk. 2) menolonglah !

Kamu(lk. banyak) menolonglah!

Kamu (pr. 1) menolonglah !


Kamu (pr. 2) menolonglah !
Kamu(pr. banyak) menolonglah!
Dari daftar di atas, kita dapat mengetahui bahwa

perubahan-perubahan pada fiil amar terdapat pada akhir tiap-tiap fiil. Yakni
adanya tambahan huruf Alif Tatsniyah () , Wawu Jama' ( ), Yak Muannats
Mukhothobah ( ) dan Nun Niswah ( ). dimana tambahan huruf-huruf itu
menunjukkan berapa banyaknya pelaku
Sampai disini kita harus sudah mampu untuk :
1. Membedakan fiil Amar dari fiil-fiil yang lain (dengan memperhatikan
wazan-wazannya)
2. Bisa membuat fiil Madhi menjadi fiil Amar
3. Bila menjumpai fiil Amar maka kita harus bisa mengetahui bah a itu fi'il
Amar, dan sekaligus kita mengetahui siapa pelakunya.

Agar kita lebih bisa faham dan hafal jenis-jenis Fi'il dengan lebih baik, maka
perbanyaklah latihan-latihan seperti di bawah ini !

1-
| |
| | | | | | |
Tarkibnya :
| , = isim mufrod mudzakkar | =
= kharf | = fi'il madhi wazannya
fi'il madhi mengikuti wazan = | kharf
| = isim maushul | = kharf nafi |

= fi'il mudhore' shohih akhir | = kharf | = fi'il Mudhore' shohih akhir


2- :

| | | | | | |
| || :| ||
| | | |
Tarkibnya :

= fi'il madhi, wazannya ( ) , pelakunya dhomir ( ) | = isim mufrod


mudz. | = isim mufrod mudz. | = kharf syarat | = fi'il mudhore' shohih
akhir, | = isim mufrod mudz |
= kharf jar | = isim dhomir muttashil | =
isim mufrod mudz | = fi'il mudhore' shohih akhir | = isim dhomir muttashil |
= kharf jar | = isim mufrod mudz | = kharf | = fi'il mudhore' shohih
akhir | = isim dhomir muttashil | = isim mufrod mudz | = isim dhomir

muttashil.
3- :


| | | | | :|
|||
| | |
| |
|| |
Tarkibnya :

= fi'il madhi, wazannya , pelakunya dhomir | = isim mufrod mudz. |


= fi'il madhi, wazannya ( ) , pelakunya dhomir | = kharf | =
fi'il amar, dari - , dhomirnya | = Nun Wiqoyah (untuk
menjembatani jika 'yak mutakallim' jatuh setelah fi'il) | = dhomir muttashil /
yak mutakallim. | = fi'il mudhore', dari () , dhomirnya ( | .) = isim
dhomir muttashil. | = kharf 'athaf. | = fi'il amar, dari ( ),
dhomirnya ( | .) = kharf jar. | = isim dhomir muttashil. | = kharf 'ataf. |
= kharf nahi. | = fi'il mudhore' / fi'il 5, dari ( - ) , dhomirnya ( | .)
= Nun wiqoyah.
3. KALIMAH KHARF
(Kata Sandang)
A. Pengertiannya
Kharf ialah kalimah yang tidak bisa berdiri sendiri, akan tetapi harus dirangkai
dengan kalimah yang lain. Baik dirangkai dengan isim atau dirangkai dengan
fiil. Dalam bahasa Indonesia kharf dikenal dengan istilah kata sandang
Di atas telah kita pelajari, bahwa kalimah isim itu memiliki ciri-ciri tertentu, dan
kalimah fiil juga memiki ciri-ciri yang tertentu pula. Maka, jika suatu kalimah
tidak memiliki ciri-ciri isim dan tidak memiliki ciri-ciri fiil, berarti kalimah itu
kalimah Kharf.
Contoh : (kharf Nida) = wahai
( kharf Jawab/ ataf)= maka / kemudian
( Kharf Istifham) = dimana
( Kharf Nahi) = jangan
( Kharf Nafi) = tidak

dan lain-lain .
B. Macam-macam Kharf
Kharf ada banyak sekali macamnya, dan masing masing kharf memiliki tugas
dan fungsi yang berbeda. Akan tetapi disini akan kita sebutkan macammacamnya saja dulu, agar kita bisa mengenali pada saat kita menjumpainya.
Sedangkan untuk tugas dan fungsinya, nanti kita pelajari sambil berjalan sesuai
dengan yang kita butuhkan.
a. Terdiri dari 1 huruf :
Kharf Arti Contoh
apakah

dengan, demi, di , ,
demi
... akan / bakal
maka
seperti

/ untuk/milik
Dan, demi
b. Terdiri dari 2 huruf
Kharf Arti Kharf Arti
tidak/tidak ada he.!
nalikane / ketika jika , karena , ketika
sebagian dari Utawa / atau
apa?,ora, sesuatu Yento / bila
temen-temen Lamun, senajan
apa ta ? / apakah atau
he..! yakni, he..
supaya, untuk malah, bahkan
ora dari/ tentang
ora bakal / tak kan didalam

berapa ? benar-benar / terkadang


He..! jika
c. Terdiri dari 3 huruf
endi sewiji-wiji/apa saja tegese/artinya
Tiba-Tiba apata ora/apakah tidak/ingatlah
Tiba-Tiba , Apabila , ketika anapun/adapun
sesungguhnya Tidak Ada
Benar Semoga
Kemudian Awit / Semenjak
Banyak Kecuali / Selain
Akan Kecuali / Selain
Selain Di atas / ing ngatase

d. Terdiri dari 4 huruf


Kapan saja Seperti
Bahwa tidak Jangan begitu
Kecuali Semoga
Adapun Akan tetapi
Terkadang Ketika

Sehingga / hingga Jika tidak karena


Sakliyane / selain Jika tak karena
Tidakkah
e. Terdiri dari 5 huruf
anging tetapine / akan tetapi
C. Penggunaan Kharf di dalam jumlah
Disamping digunakan sesuai dengan arti-artinya, maka kharf-kharf iru juga
harus difungsikan sebagaimana tugasnya masing-masing. Misalnya : Kharf Jar
harus bertugas mengjarkan isim , dan Kharf Jazm harus menjazmkan fiil,

dan seterusnya. Penjelasan lebih lanjut tentang tugas-tugas kharf, nanti akan kita
pelajari ketika kita membicarakan Irob.

Catatan :
Apa yang telah kita pelajari dari mulai isim, fi'il dan kharf, maka kalau bisa kita
harus hafal. Setidak-tidaknya kita harus faham betul, sehingga kapan saja kita
bertemu maka kita bisa tahu bahwa itu isim / fi'il / kharf.

IROB ( (
(perubahan pada akhir kalimah)
A. Pengertian Irob
Irob ialah perubahan pada tiap-tiap akhir kalimah. Perubahan-perubahan itu
dikarenakan adanya perbedaan amil (penyebab), yang masuk pada kalimahkalimah itu. Jika suatu kalimah dimasuki amil Rafi, maka kalimah itu harus
berirab rafa. Dan jika yang masuk adalah amil Nashib, maka kalimah itu
harus berirab nashab. Demikian pula jika yang masuk adalah amil Jar, maka
kalimah itupun harus berirab jar. Begitu seterusnya.
Contoh Keterangan
huruf pada di dzommah
huruf pada dikasroh

huruf pada difatkhah


dengan alif ( ) setelah
dengan Yak () setelah

dengan Yak () setelah

B. Pembagian Irob
Irob dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1) Irob Rafa ( )
2) Irob Nashab ( )
3) Irob Jar (
)
4) Irob Jazm (
)
Irob Rafa dan Irob Nasab bisa terdapat pada Isim dan Fiil, Irob Jar khusus
hanya pada Isim, dan Irob Jazm khusus pada Fiil. Jadi , Isim tidak memiliki
Irob Jazm dan Fiil tidak memiliki Irob Jar.

)
C. Tanda-tanda Irob (

Masing-masing Irob memiliki tanda-tanda yang telah tertentu, dan tandatanda itu digunakan pada tempat-tempat yang telah tertentu pula. Penjelasan
tentang Irob ini agak rumit, sehingga butuh kehati-hatian dan perhatian yang
ekstra. Karena bab Irob ini bab yang sangat penting dan mutlak digunakan
pada setiap saat.
(1). I'rob Rafa'
Irob Rafa memiliki 4 tanda, yaitu :
(1) Dzommah (2) Alif (3) Wawu (4) Tetepe huruf Nun
Keterangan :
1 . Dhommah ( __/ _ _ _ )
Menjadi tanda untuk Irob Rafa pada 4 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Mufrod, baik mudzakkar maupun Muannats.
Mis. : ,
2. Pada Isim Jama Taksir. Misal : ,
,

3. Pada Isim Jama Muannats. Misal :

4. Pada Fiil Mudhori Shohih Akhir. Misal : ,


Jadi, pada 4 tempat di atas, apabila irobnya rafa maka tanda rafanya dengan
dhommah. Atau apabila salah satu dari ke 4 tempat di atas berkharokat
dzommah, berarti irobnya mesti rafa.

2. Alif ( )
Menjadi tanda Irob Rafa hanya pada Isim Tatsniyah saja.
Misalnya :
,

,
3. Wawu ( )
Menjadi tanda untuk Irob Rafa pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Jama Mudzakkar. Misal : ,
,
2. Pada Isim 5 (lima) . Misal :
, , ,
Adapun Isim 5 ( lima) itu ialah : ,
Catatan :
Apabila isim 5 telah diberi tanda irob, maka ia tidak bisa berdiri sendiri,
tetapi harus dirangkai dengan isim yang lain. Misalnya :
| , | , | , | , |
4. Tetepe huruf Nun ( ) atau huruf Nun yang tetap ada',
Menjadi tanda untuk irob
rafa pada Fiil 5 (lima).
Misalnya : , ,
, ,

Kapan Isim Harus Beri'rob Rafa' ?
Isim harus beri'rob rafa' apabila :
1. Menjadi Mubtada (subyek)
2. Menjadi Khobar (predikat)
3. Menjadi Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
4. Menjadi Fa'il (pelaku fi'il)
5. Menjadi Naib Fa'il (pengganti Fa'il)
2. Irob Nashab
Irob Nashab memiliki 5 tanda, yaitu :
(1) Fatkhah , (2) Alif , (3) Kasroh , (4) Yak , dan
(5) Membuang huruf Nun
Keterangan :

1. Fatkhah (

/__ )

Menjadi tanda bagi Irob Nashab pada 3 tempat, yaitu :


1. Pada Isim Mufrod. Misal : ,
2. Pada Isim Jama Taksir. Misal :
,

3. Pada Fiil Mudlori Shohih Akhir. Misal :
,

2. Alif ( )
Menjadi tanda Irob Nashab hanya pada Isim 5 saja.
Misalnya : , , ,
,
3. Kasroh ( )
Menjadi tanda bagi irob nashab pada 1(satu) tempat saja, yaitu pada : Isim
Jama Muannats.

Misalnya :
,
,
4. Yak ( )
Menjadi tanda bagi irob nashab pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Tatsniyah. Misal : ,
2. Pada Isim Jama Mudzakkar. Misal : ,
5. Membuang Nun
Menjadi tanda untuk Irob Nashab pada Fiil 5 saja. Misal :
- , -
- , -
-
Kapankah Isim Harus Berirob Nashab ?
Isim harus berirob Nashab apabila menjadi :
1. Maful Bih (obyek penderita / yang dikenai pekerjaan)
2. Shifat dari Maushuf yang berirob Nashab
3. Maful liajlih (sebab / karena)
4. Isimnya atau saudara-saudaranya
5. Khobarnya atau saudara-saudaranya
6. Khal (yang menjelaskan keadaan)

7. Maful Muthlaq/Mashdar (yang menjelaskan keadaan fiil)


8. Tamyiz (yang menjelaskan dzat/jenis yang masih samar)
9. Maful Fih/Dzorof (yang menjelaskan tempat/zaman)
10. Munada Idhofah (mudhof dan mudhof ilaih yang jatuh setelah harf Nida)
11. Mustatsna bi illa
12. Maful Maah.
3. Irob Jar
Irob Jar memiliki 3 tanda, yaitu :
(1) Kasroh, (2) Fatkhah, (3) Yak
Keterangan :
1. Kasroh ( -- -- )
menjadi tanda bagi Irob Jar pada 3 tempat, yaitu :
1) Pada Isim Mufrod. Misal : ,
2) Pada Isim Jama Taksir. Misal :

,
3) Pada Isim Jama Muannats.
Misal :
,
,

2. Fatkhah ( )
Menjadi tanda bagi Irob jar pada satu tempat saja, yaitu :
pada Isim Ghoiru Munshorif
Misalnya :
, ,
(Penjelasan lebih lanjut tentang Isim Ghoiru Munshorif, nanti menyusul, sambil
berjalan)
3. Yak ( )
Menjadi tanda bagi Irob Jar pada 3 tempat, yaitu :
1) Pada Isim Tatsniyah. Misal : ,
2) Pada Isim Jama Mudzakkar. Misal : ,
3) Pada Isim Lima. Misalnya :
, ,
Kapankah isim itu harus beri'rob Jar ?
Isim harus beri'rob Jar apabila :

1. didahului oleh salah satu harf Jar


2. Menjadi Mudhof ilah
3. Tawabi' (isim-isim yang i'robnya mengikuti isim-isim yang sebelumnya).
4. Irob Jazm ( Khusus pada Fi'il Mudhre' dan Amar )
Irob Jazm memiliki 3 tanda, yaitu :
(1) Sukun , (2) Membuang huruf Nun , (3) Membuang
huruf illah ( , , )
Keterangan :
1. Sukun ( )
Menjadi tanda untuk Iob Jazm pada 2 tempat, yaitu :
2) Fiil Mudlori Shohih Akhir.
Misalnya , ,
3) Fiil Amar yang fiil Mudhorenya shohih akhir
Misalnya : , ,
2. Membuang huruf
Menjadi tanda Irab Jazm pada Fiil 5, yang jika Irobnya rafa ditandai dengan
tetapnya huruf
.
Misalnya : , , ,
Catatan : Apabila fiil 5 dibuang nunnya, maka sebagai gantinya harus diberi
alif pada nun yang dibuang itu. (lihat contoh-contoh diatas)
3. Membuang huruf illat ( , , )
Menjadi tanda Irob Jazm pada Fiil Mudlori Mutal Akhir
(yaitu semua Fiil Mudlori yang huruf terakhirnya berupa
huruf illat ( , , ).
Fiil Mudhori ada 3 macam, yaitu :
1. Fiil Mudhori Shohih Akhir.

Yaitu semua fiil Mudlori yang huruf akhirnya berupa huruf shohih (bukan ,
,)
Misalnya :
Tanda Irob Fiil ini :
Rafa dengan Dzommah. Misalnya : , ,
Nashab dengan Fatkhah. Misalnya :
,
,

Jazm dengan Sukun. Misalnya : , ,


2. Fiil Mudhori Mutal Akhir.
Yaitu semua Fiil Mudhori yang huruf akhirnya berupa huruf-illah / huruf
sakit ( , , ).
Fiil Mudhore' Mu'tal akhir ada 3 macam, yaitu :
1) Fiil Mudhori Mutal Wa u
Yaitu semua fiil Mudhori yang huruf akhirnya Wa u
Contoh : , , ,
Tanda Irobnya :
Rafa dengan Dzommah Muqoddar (tak nampak).
Misalnya : , , ,
Nashab dengan Fatkhah Dzohir (nampak).
Misalnya : , , ,
Jazm dengan Membuang huruf illat-nya.

Misalnya : , , ,
2) Fiil Mudhori Mutal Alif
yaitu fiil Mudhori yang huruf akhirnya berupa Alif.
Misalnya :
= takut = melihat
= segar
= meridhoi
Tanda Irobnya :
Rafa dengan Muqoddar (tak nampak).
Misalnya :


Nashab dengan Muqoddar (tak nampak)
Misalnya : Sama dengan contoh pada Irob rafa
Jazm dengan membuang huruf illatnya.
Misalnya :


3) Fiil Mudhori Mutal Yak
yaitu fiil Mudhori yang berakhir dengan huruf Yak
Contoh :

= menetapkan = melempar

= berniat = menunjuki
Tanda Irobnya :
Rafa dengan dhommah muqoddar (tersimpan)
Misalnya : , , ,

Nashab dengan fatkhah dzohir (tampak)
Misalnya :
, ,
,

Jazm dengan membuang huruf illatnya.
Misalnya : , , ,

4. Fiil Mudhori Fiil 5.


Yaitu semua Fiil Mudlori yang pelakunya dhomir :

, , , ,
Atau semua Fiil Mudlori yang mendapat tambahan huruf-huruf
(Alif Tatsniyah) dan, (Wa u Jama),

atau (Yak Muannats Mukhotobah). Misalnya :


| |

| |
|
Tanda Irobnya :
Rafa dengan Tetepe huruf . Misalnya :
( Semua isim 5 diatas, I,robnya rafa, karena ada huruf nya ).
Nashab dengan Membuang huruf . Misalnya :



Jazm dengan Membuang huruf Misalnya :


TABEL IROB
Nama Isim Rafa Nashab Jar Jazm
Isim Mufrod Mudz dhommah fatkhah kasroh contohnya


IsimTats. Mudz. alif yak yak contohnya

Isim Jama Mudz a u yak yak contohnya
Isim mufrod muanats dhommah fatkhah kasroh contohnya
Isim Tats Muanats alif yak yak contohnya

Isim Jama Muannats dhommah kasroh kasroh contohnya




Isim Jama Taksir dhommah fatkhah kasroh contohnya


Isim 5 wawu alif yak contohnya
Fiil Mudhore shohir dhommah fatkhah - sukun
contohnya

Fiil MudhoreMutal Alif dhommah muqoddar fatkhah muqodar - membuang
alif
contohnya



Fiil Mudhore Mutal Wa i dhommah muqoddar fatkhah dzohir - membuang
wawu
contohnya
Fiil Mudhore Mutal Yak-i dhommah muqoddar fatkhah dzohir - membuang
yak
contohnya
Fiil 5 tetepe huruf nun membuang nun - membuang nun
contohnya

I'ROB FI'IL

Sebelum kita membicarakan I'rob-irob Isim, perlu kita lebih dulu membicarakan
I'rob Fi'il, karena pembicaraan I'rob fi'il lebih sedikit dan tak kalah penting
untuk kita bicarakan agar ketika kita praktek membaca, kita bisa

menyebutkannya.

A. I'rob Fi'il Madhi


1. Mabni Fatkhah ( huruf terakhirnya harus di fatkhah )
Fi'il Madhi wajib mabni Fatkhah ( huruf terakhirnya harus di fatkhah ) apabila
tidak bertemu dengan Wawu Jama' ( ), Tak Fa'il ( ), Nun Fa'il (), dan Nun
Niswah ( )
Misalnya :

, ,

, |
,
,
|
,
fi'il-fi'il madhi ini semuanya mabni fatkhah. Perhatikan huruf terakhir dari fi'ilfi'il ini, semuanya wajib berkharokat fatkhah.

2. Mabni Dhommah

Fi'il Madhi wajib mabni dhommah ( huruf terakhirnya wajib dikharokati


dhommah) apabila bertemu dengan Wawu Jama' ( ) Yaitu wawu yang
menunjukkan bahwa pelaku fi'il itu, jumlahnya banyak
Misalnya :
, , , ,
, ,
3. Mabni Sukun

Fi'il Madhi wajib mabni Sukun ( huruf terakhirnya wajib dikharokati sukun )
apabila bertemu dengan Tak Fa'il ( , ,) , Nun Fa'il ( ), dan Nun
Niswah ( )
Misalnya :
, , , , ,

, , ,
Cara menta'rib Fi'il Madhi :


: adalah fi'il madhi mabni fatkhah, karena tidak bertemu dengan Wawu
Jama', Tak Fa'il, Nun Fa'il, dan Nun Niswah.
: adalah fi'il-fi'il madhi mabni dhommah, karena bertemu dengan Wawu
Jama'
: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Tak Fa'il.
: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Fa'il.
: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Niswah.

B. I'rob Fi'il Mudhori'


1. Fi'il Mudhori' wajib Rafa'
Fi'il mudhori' wajib beri'rob rafa', apabila tidak didahului oleh 'Amil Nashib (
kharf-kharf yang mengharuskan Nashabnya Fi'il Mudhori') ataupun 'Amil Jazim
( kharf-kharf yang mengharuskan Jazmnya Fi'il Mudhori' )
Misalnya : ,
,
,
Cara Menta'rib Fi'il Mudhori' :
: adalah fi'il mudhori' shahih akhir, i'robnya rafa' karena tidak didahului oleh
'amil nashib ataupun 'amil jazim, tanda rafa'nya dengan dhommah
: adalah fi'il mudhori' Fi'il 5, i'robnya rafa' karena tidak didahului oleh
'amil nashib ataupun 'amil jazim, tanda rafa'nya dengan tetapnya huruf Nun
: adalah fi'il mudhori' mu'tal akhir, i'robnya rafa' karena tidak didahului
oleh 'amil nashib ataupun 'amil jazim, tanda rafa'nya dengan dhommah
muqoddar (tersimpan)

2. Fi'il Mudhori' wajib Nashab


Fi'il mudhori' wajib beri'rob Nashab, apabila didahului oleh 'Amil Nashib (
kharf-kharf yang menasabkan Fi'il Mudhori' ), yaitu :
Kharf Arti Contoh

tidak punya arti


ora/tidak
supaya/agar
yen ngono / jika demikian
sakhingga/hingga
( Lam Juhud) pantes/pantas
(dengan
makna ) supaya/agar

( dengan makna )kecuali jika /


kejaba lamun
( jawab)
(jawab)

Menta'rib Fi'il Mudhori' :
: adalah fi'il mudhori' shahih akhir, i'robnya nashab karena didahului oleh
'amil nashib ( ) , tanda nashabnya dengan fatkhah
: adalah fi'il mudhori' mu'tal akhir, i'robnya nashab karena didahului
oleh 'amil nashib ( ), tanda nashabnya dengan fatkhah muqoddar (tersembunyi)
: adalah fi'il mudhori' Fi'il 5, i'robnya nashab karena didahului oleh
'amil nashib (),
tanda nashabnya dengan membuang huruf Nun
Keterangan :
Apabila fi'il Mudhore' kemasukan 'Amil Nashib, maka I'robnya wajib nashab.
Adapun tanda nashabnya, tergantung dengan fi'il Mudhore'nya.
* Apabila fi'il Mudhore'nya Shohih Akhir, maka tanda Nashabnya dengan
fatkhah dhohir (tampak) .
* Apabila fi'il Mudhore'nya Mu'tal Akhir, maka tanda Nashabnya dengan
fatkhah muqoddar (fatkhah yang hanya dikira-kirakan / tidak tampak. Kecuali
fi'il Mudhore' Mu'tal Yak, maka tanda nashabnya dengan fatkhah dhohir
(tampak)

* Apabila fi'il Mudhore'nya Fi'il 5, maka tanda Nashabnya dengan membuang


huruf Nun.

3. Fi'il Mudhori' wajib Jazm


Fi'il mudhori' wajib beri'rob Jazm, apabila didahului oleh
'Amil Jazim ( kharf-kharf yang menjazmkan Fi'il Mudhori' ), yaitu :

Kharf Arti Contoh


(Lam Nafi) ora / tidak
durung / belum


( La Nahi) aja / jangan
( Lam Amar) becik / hendaknya
( Lam Amar) becik / hendaknya

Keterangan :
Apabila fi'il Mudhore' kemasukan 'Amil Jazim, maka I'robnya wajib Jazm.
Adapun tanda Jazmnya, tergantung dengan fi'il Mudhore'nya.
* Apabila fi'il Mudhore'nya Shohih Akhir, maka tanda Jazmnya dengan Sukun
(tampak) .
* Apabila fi'il Mudhore'nya Mu'tal Akhir, maka tanda Jazmnya dengan
'membuang huruf 'illahnya'
* Apabila fi'il Mudhore'nya Fi'il 5, maka tanda Jazmnya dengan membuang
huruf Nun.

C. I'rob Fi'il Amr


Fi'il Amr selamanya hanya beri'rob Jazm ( mabni Jazm ). Adapun tanda
jazmnya, sama dengan tanda jazm pada fi'il mudhori'nya ( adakalanya dengan
Sukun, membuang huruf Nun, atau membuang huruf 'illat mengikuti fi'il
mudhori'nya )

Misalnya :

Fi'il Amr Jazm Fi'il Mudhori' Jazm


( dengan sukun ) ( dengan sukun )
( dgn buang huruf Nun) ( dgn buang huruf Nun)
( dgn buang huruf Nun) ( dgn buang huruf Nun)

( dgn buang huruf alif)


( dgn buang huruf alif)

_______________
Nahwu dasar untuk pemula, ditulis oleh : M. Katib Masyhudi, pengasuh Pondok
Pesantren Fadlun Minalloh Wonokromo 1, Pleret, Bantul, Yogyakarta.

====================

LANGKAH KE DUA
MENYUSUN BAHAN

(ISIM, FI'IL, DAN KHARF YANG TELAH KITA PELAJARI KITA SUSUN
AGAR MENJADI JUMLAH YANG SEMPURNA)

Segala puji bagi Allah SWT


Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada hamba terkasih dan
RasulNya Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, kerabat, sahabat, dan
juga seluruh pengikutnya yang senantiasa berjuang untuk bisa mengamalkan
sunah-sunahnya.

Semata-mata karena idzin dan pertolonganNya, kami tuliskan di dalam buku ini
cara yang Insya Alloh sangat memudahkan bagi siapa saja yang ingin belajar
ilmu Nahwu agar bisa membaca Kitab Gundul ataupun teks-teks berbahasa
Arab lainnya.

Semoga buku ini menjadi bagian dari amal jariyah kami, dan memberikan
kemudahan serta manfaat yang besar bagi santri-santri yang tengah berjuang
menuntut ilmu, khususnya di Pondok Pesantren Fadlun min Alloh dan semua

santri yang ingin bisa membaca kitab gundul pada umumnya.

Harapan saya, buku ini juga menjadi sebab Allah SWT melimpahkan
karuniaNya kepada istri tercinta saya Nur Nadhifah, anak-anak saya yang
terkasih dan tersayang Ahmad Faiz Abiyoso, Naila Rahmatus Saniyah dan
Ahmad Faishol Abimanyu, sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang
shalih dan shalihah, berilmu dan beramal, gigih dan tabah dalam menjalani
hidup di dunia ini untuk Allah dan Rasulnya. Amin.

Wonokromo, 12 desember 2007


m. katib masyhudi.

Susunan kalimah yang membentuk jumlah / kalam, pada dasarnya hanya ada
dua :

1. Jumlah Ismiyah (jumlah yang diawali dengan Isim). Jumlah ini tersusun atas :
Mubtada' + Khobar
2. Jumlah Fi'liyah (jumlah yang diawali dengan Fi'il). Jumlah ini tersusun atas :
Fi'il + Fa'il.
Namun, adakalanya tersusun beberapa kalimah, akan tetapi tidak termasuk
jumlah / kalam, karena susunan kalimah tersebut tidak menghasilkan pengertian
yang sempurna. Susunan kalimah seperti ini ada 3 yaitu :
1. Mudhof dan mudhof ilaih (ialah 2 isim atau lebih, yang dirangkai menjadi
satu, sehingga menjadi satu rangkaian dan satu pengertian). Misalnya :

= utusan Allah


= rumah Alloh


= bab rukun-rukun wudhu
2. Jar dan Majrur (ialah kharf jar dan isim sesudahnya yang dijarkan. keduanya
menjadi satu rangkaian yang tak bisa dipisahkan).
Misalnya :
= di sekolahan
= dari Madinah ke Makkah
3. Shifat Maushuf (sifat dan yang disifati) biasa juga disebut dengan Na'at dan
Man'ut.
Misalnya :
= Allah yang maha besar

= Allah yang pengasih dan penyayang



Susunan-susunan kalimah di atas belum merupakan jumlah / kalam, karena
belum nemberikan pengertian yang sempurna.
BAB ISIM-ISIM YANG HARUS DIRAFA'KAN

Mubtada (subyek)
Khobar (predikat)
Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
Fa'il (pelaku fi'il)
Naib Fa'il (pengganti Fa'il)
1. JUMLAH ISMIYAH ( jumlah yang tersusun dari Mubtada dan Khobar )
( )
= Uta i + Iku/ Adapun+ adalah..

A. Pengertian Mubtada dan Khobar

Mubtada ialah Isim yang terletak pada permulaan jumlah (kalimat). Dalam
bahasa Indonesia mubtada disebut dengan subyek atau pokok kalimat.
Itulah sebabnya kalau kita membicarakan Mubtada, kita harus membicarakan
Khobar. Karena diantara keduanya saling terkait dan tak mungkin dipisahkan.
Dalam bahasa Indonesia, kapan ada subyek, harus ada predikat. Maka dalam
bahasa Arabpun kapan ada mubtada harus ada khobar.
Khobar ialah yang menerangkan mubtada. Khobar bisa berupa isim ataupun
fi'il, yang penting harus menerangkan mubtada'.
Mubtada dibaca dengan 'uta i' / 'adapun' dan Khobar dibaca dengan 'iku' /
'adalah'. Isim yang menjadi mubtada, biasanya diberi simbol huruf mim () kecil
diatasnya. Sedangkan isim atau fiil yang menjadi khobar, diberi tanda huruf
kho ( )kecil diatasnya. Kapan ada Mubtada, maka disitu mesti ada Khobar.
Kapan ada 'utawi' / 'adapun', maka disitu mesti ada 'iku' / 'adalah'.
Mubtada bersama-sama dengan Khobar membentuk suatu Jumlah,
dinamakan JUMLAH ISMIYAH. Jadi, Jumlah Ismiyah ialah jumlah yang
terdiri dari Mubtada dan Khobar. (Mubtada' + Khobar = Jumlah Ismiyah).
Contoh-contoh Jumlah Ismiyah, sekaligus nanti setelah kita membicarakan
khobar.
B. I'rob Mubtada' dan Khobar
Mubtada' dan Khobar adalah termasuk isim-isim yang harus dirafa'kan I'robnya.
Adapun tanda rafa'nya, tergantung pada isim yang menjadi mubtada' atau
khobar itu. Apabila yang menjadi mubtada' / khobar itu adalah isim mufrod,
maka tanda rafa'nya dengan dhommah. Begitu seterusnya, sesuai dengan tandatanda I'rob rafa' yang telah kita pelajari di muka.
C. Macam-macam Khobar.
Khobar ada 5 macam, yaitu :
1) Khobar Mufrod,
2) Khobar Jumlah Ismiyah
3) Khobar Jumlah Filiyah

4) Khobar jar majrur


5) Khobar mudhof dan mudhof ilaih

1. Khobar Mufrod
Ialah khobar yang hanya terdiri dari 'satu kalimah isim' walaupun 'satu kalimah
isim' itu, berupa isim mufrod, atau isim tatsniyah, atau isim jama'.
Contoh :
Utawi Zaid, iku murid lanang siji
Adapun Zaid, adalah seorang murid lk 2
Utawi Fathimah, iku murid wadon siji
(Adapun Fathimah , adalah seorang murid (pr)
Utawi Zaid loro, iku murid lanang loro

(Adapun Dua Zaid itu, adalah dua murid lk)
Utawi Zaid akeh, iku murid-murid kabeh
(Adapun Banyak Zaid itu, adalah murid)
wong-wong kang pada pinter
Utawi guru wadon akeh, iku

(Adapun Guru-guru (pr) itu, adalah orang-orang yang pandai)

Ta'rib :
= isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda
rafa'nya dengan dhommah.
= isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi khobar, tanda
rafa'nya dengan dhommah.
= isim mufrod muannats, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda
rafa'nya dengan dhommah.

= isim mufrod muannats, I'robnya rafa' karena menjadi khobar, tanda


rafa'nya dengan dhommah.

Catatan untuk diingat :1. Kalau ada isim di permulaan jumlah, berarti itu
Mubtada'. Berarti di situ mesti ada khobarnya. Kalau mubtada sudah ditemukan
khobarnya, maka harus sudah mahamke. Kalau belum mahamke, berarti
khobarnya belum pas.
2. Mubtada' dan khobar harus beri'rob Rafa'. Kecuali apabila khobarnya berupa
jar-majrur atau fi'il, maka tidak harus rafa', akan tetapi mengikuti aturan
I'robnya sendiri. Sedangkan rafa'nya khobar hanya mahal (menempati) saja.
Misalnya :

,
,
2. Khobar Jumlah Ismiyah.
Ialah khobar yang berupa jumlah ismiyah (mubtada + khobar) atau jumlah
ismiyah yang menjadi khobar dari suatu mubtada'. Contoh :
utawi Zaid, iku utawi bapake Zaid, iku guru
(Adapun Zaid, bapaknya adalah seorang guru)
utawi Fathimah, iku utawi ibune Fathimah, iku guru
(Adapun Fathimah itu, ibunya adalah seorang guru)
utawi Fathimah, lan utawi Zulaikhah, iku
utawi pelayane,
iku lunga.

(Adapun Fathimah dan Zulaihah itu, pelayan wanitanya pergi)

Ta'ribnya :
Ladadz adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa', karena menjadi
mubtada, tanda rafa'nya dhommah.
Lafadz terdiri dari ( isim 5) dan (isim dhomir muttashil). Jadi, lafadz

adalah mudhof dan mudhof ilaih.


Lafadz ( isim 5) adalah mudhof nya, beri'rob rafa' karena menjadi mubtada,
tanda rafa'nya huruf , Sedangkan dlomir muttashil ( ) adalah mudhof ilaih,
irobnya jar, tanda jarnya mabni, karena isim dhomir.
Lafadz adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa',
karena menjadi khobarnya lafadz Jadi, susunan lafadz adalah
mubtada dan khobar ( jumlah ismiyah ), yang di sini menduduki jabatan khobar
dari lafadz yang menjadi mubtada a al.
Lafadz adalah isim mufrod muanats, beri'rob rafa' karena menjadi
mubtada, tanda rafanya dhommah. Sedangkan susunan adalah jumlah
ismiyah yang menjadi khobarnya
Lafadz ( terdiri dari = mudhof, dan = mudhof ilaih) adalah mubtada.
Dan lafadz adalah isim mufrod muannats, berirob rafa karena menjadi
khobarnya , tanda rafanya dhommah.
Lafadz , masing-masing adalah isim mufrod muannats yang
berirob rafa, karena menjadi mubtada, tanda rafanya dengan dhommah.
Sedangkan lafadz terdiri dari ( adalah mubtada', dan
adalah khobar) adalah jumlah ismiyah yang menjadi khobar dari lafadz
.
Lafadz adalah susunan mudhof dan mudhof ilaih, terdiri dari =
mudhof, dan = mudhof ilaih
Lafadz adalah isim mufrod muannats, berirob rafa karena menjadi
mubtada, tanda rafanya dengan dhommah.
Dan lafadz adalah isim dhomir muttashil, irobnya jar karena menjadi
mudhof ilaih, tandanya mabni karena isim dhomir.
3. Khobar 'Jumlah Fi'liyah'
Yaitu khobar yang terbentuk dari Jumlah Fi'liyah, atau Jumlah Fi'liyah yang
menjadi khobar. Jadi, khobar jumlah filiyah itu mesti minimal terdiri dari fiil

dan fail. Contoh :


Utawi Zaid, iku lagi nulis sapa Zaid,
ing pelajaran (adapun
Zaid,adalah sedang menulis pelajaran)

( )Utawi deweke kabeh, iku ( ) lagi maca sapa deweke kabeh ( ) ing
pelajarane deweke kabeh (Adapun mereka, adalah sedang membaca pelajaran
mereka)
Lafadz adalah isim mufrod mudz, i'robnya rafa' karena menjadi mubtada,
tanda rafa'nya dengan dhommah.
Lafadz adalah fi'il mudhore' shohih akhir. Fa'ilnya, dhomir ( )yang
tersimpan didalam fiil itu.
Lafad
adalah isim mufrod mudz. i'robnya nashab karena menjadi maf'ul

bih dari tanda nashabnya dengan fatkhah.


Rangkaian
adalah jumlah Fi'liyah ( karena terdiri dari : Fi'il + Fa'il +
Maf'ul bih, yang disini menduduki posisi Khobar dari lafadz
Jadi, lafad adalah Mubtada, yang khobarnya berupa khobar jumlah fi'liyah.
4. Khobar Jar - Majrur.
Yaitu khobar yang terbentuk dari 'jar - majrur'. Atau rangkaian jar-majrur yang
menduduki posisi khobar. Jar-majrur ialah, istilah untuk 'kharf jar dan isim
dibelakangnya yang dijarkan'. Contoh :
Utawi Zaid, iku
ana ing ngomah (Adapun Zaid adalah berada di
rumah)

Keterangan :
Lafadz adalah isim mufrod mudzakkar, beri'rob rafa' karena menjadi
mubtada, tanda rafa'nya dhommah.
Lafadz adalah kharf jar
dan Lafadz
adalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya jar karena didahului

oleh kharf jar, tanda jarnya kasroh karena isim mufrod..

Rangkaian
( dinamakan Jar-Majrur) , menduduki I'rob rafa' karena
menjadi khobar.
Jadi lafadz
adalah Jumlah Ismiyah, yang khobarnya berupa Jarmajrur (khobar jar-majrur)
Utawi murid-murid, iku ingdalem sekolahane deweke kabeh.
(Murid-murid berada di sekolahan mereka).
5. Khobar Mudhof dan Mudhof ilaih.
Yaitu khobar yang berupa mudhof dan mudhof ilaih. Mudhof dan mudhof ilaih
ialah 2 isim atau lebih yang dirangkai menjadi satu, sehingga membentuk satu
pengertian, dan menduduki satu jabatan. Contoh :
Utawi kitab, iku ana ingdalem sandingira (Adapun Kitab itu, adalah
berada di dekatmu)
Ta'ribnya :
Lafadz adalah isim mufrod mudz., beri'rob rafa' karena sebagai mubtada,
tanda rafa'nya dhommah.
Lafadz terdiri dari lafadz dan yang dirangkai menjadi satu sehingga
menjadi satu pengertian, dan menduduki satu jabatan. Rangkaian seperti ini
dinamakan 'mudhof dan mudhof ilaih'.Lafadz =isim dzorof, I'robnya rafa'
karena menjadi mubtada' tandanya mabni fatkhah. dia sebagai mudhof. Lafadz
= isim dhomir muttashil, I'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda jarnya
mabni.
Jadi, adalah jumlah ismiyah, yang khobarnya berupa mudhof dan
mudhof ilaih, yaitu
Catatan untuk diingat :
1. Khobar bisa berupa : isim, fi'il, jar-majrur, ataupun mudhof dan mudhof ilaih,
bahkan bisa berupa jumlah. Yang penting menerangkan mubtada, dan cocok
dibaca dengan iku / adalah.
2. Di dalam jumlah, khobar tidak mesti jatuh setelah mubtada' langsung, tetapi

kadang terpisah oleh jar-majrur atau kalimah lain sehingga khbarnya ada jauh di
belakang. Bahkan dalam hal-hal tertentu, khobar harus didahulukan dari
mubtadanya.
3. Khobar harus beri'rob rafa', itu apabila khobar mufrod. Adapun selain khobar
mufrod, rafa'nya hanya makhal saja

BAB MUDHOF DAN MUDHOF ILAIH


A. Pengertiannya.
Sebelum kita melangkah ke pembicaraan lebih lanjut, penting sekali kalau di
sini kita bicarakan terlebih dulu rangkaian 'mudhof dan mudhof ilaih'. Karena
rangkaian ini akan banyak kita jumpai di dalam jumlah-jumlah.
Mudhof dan Mudhof ilaih ialah 2 isim atau lebih yang dirangkai menjadi satu
rangkaian, sehingga membentuk satu pengertian dan menduduki satu jabatan.
Dimana isim yang di depan dinamakan mudhof, dan isim yang dibelakang
dinamakan mudhof ilaih. Dan apabila rangkaian itu terdiri dari 3 isim atau lebih,
maka isim yang paling depan dinamakan mudhof, dan isim yang dibelakangnya
dinamakan 'mudhof ilaih tetapi masih mudhof', dan baru isim yang paling
belakang , yang dinamakan mudhof ilaih. Contoh Mudhof dan Mudhof ilaih :
bab wudhu
bab rukun-rukun wudhu

bab mengetahui rukun-rukun wudhu


B. Hukum Mudhof dan Mudhof ilaih.
1) Mudhof , i'robnya berubah-ubah sesuai dengan jabatannya atau sesuai dengan
'amil yang masuk kepadanya (bisa rafa', bisa nashab dan bisa jar). Sedangkan
Mudhof ilaih, selamanya harus beri'rob jar.
2) Mudhof tidak boleh ada AL (alif-lam)nya, dan tidak boleh tanwin.
Sedangkan mudhof ilaih harus ada AL-nya atau harus tanwin.
3) Mudhof dan Mudhof ilaih, biasa diterjemahkan dengan : .......e.. atau

......maring....... atau .saking............ Misalnya :


kitabe Zaid ( Kitabnya Zaid )
taqwa maring Allah ( Taqwa kepada Allah )
ali-ali saking wesi ( cincin dari besi )
4) Jika yang dimudhofkan adalah isim tatsniyah atau isim jama' mudzakkar,
maka 'nun' nya harus dibuang. Misal :
dua kitab Zaid

orang-orang musyrik Makkah
dua orang tuaZaid
5) Antara mudhof dan mudhof ilaih harus dibaca satu rangkaian (tidak boleh
dipisahkan), karena menduduki satu jabatan. Misal :

wajib,

utawi ngaweruhine rukun-rukune wudhu, iku
ingatase saben-saben wong Islam



(Adapun mengetahui rukun-rukun wudhu, itu adalah wajib bagi setiap muslim)

Catatan untuk diingat :


1. Walaupun terdiri dari beberapa isim, namun karena telah menjadi satu
pengertian, maka rangkaian mudhof-mudhof ilaih di dalam jumlah bisa menjadi
khobar, mubtada, fa'il, atau posisi-posisi lain, tergantung kebutuhan.
2. I'rob mudhof-mudhof ilaih yang terpengaruh oleh kedudukannya di dalam
jumlah (kalau mubtada / khobar / fa'il harus beri'rob rafa'), hanyalah I'rob
mudhof yang paling depan saja, dan mudhof ilaihnya tetap jar

2. JUMLAH FI'LIYAH (jumlah yang tersusun dari : Fi'il dan Fa'il)

A. Pengertian Fa'il ( Pelaku pekerjaan)


Dalam bahasa Indonesia Fa'il disebut dengan 'pelaku pekerjaan'. Setiap ada fi'il
(pekerjaan) mesti ada fa'il (pelaku pekerjaan itu). Fi'il bersama-sama dengan

fa'il membentuk Jumlah Fi'liyah, yaitu jumlah yang dia ali dengan fiil, atau
jumlah yang susunannya : Fi'il + Fa'il.
Dalam penerjemahan bahasa Ja a, Fail biasanya dibaca dengan 'sapa' jika yang
menjadi fail itu berakal, dan dibaca dengan 'apa' jika yang menjadi fail itu
tidak berakal.
Apabila suatu fiil telah disebutkan failnya maka harus sudah memberikan
pengertian, karena sudah terbentuk suatu jumlah / kalam, yaitu jumlah Filiyah.
Kecuali apabila fiilnya transitif (fi'il yang membutuhkan obyek), maka baru
akan terbentuk pengertian yang sempurna setelah diberikan obyeknya. Dalam
bahasa Arab, obyek disebut dengan Maful Bih. Jadi, susunannya menjadi: (
Fiil + Fail + Maful Bih )
Fail termasuk isim yang harus di rafa kan.
Di bawah ini contoh jumlah fi'liyah yang fi'ilnya lazim (tidak membutuhkan
obyek / yang dikenai pekerjaan), sehingga susunannya cukup dengan : Fi'il +
Fa'il
Lagi nangis, sopo Fathimah
Fathimah sedang menangis
Lagi lara, sopo Sanusi
Sanusi sedang sakit
Keterangan : dan adalah fi'il mudhore', fi'il lazim (tidak butuh obyek
/ maf'ul bih)

Di bawah ini contoh jumlah fi'liyah yang fi'ilnya muta'addi (membutuhkan


obyek / yang dikenai pekerjaan), sehingga susunannya cukup dengan : Fi'il +
Fa'il + Maf'ul bih
Wus maca, sopo murid loro,
ing pelajaran


Dua murid (lk) telah membaca pelajaran

Lagi maca, sopo murid akeh,


ing pelajaran

Murid-murid sedang menulis pelajaran
Lagi maca, sopo guru-guru, ing majalah
Guru-guru (lk) sedang membaca majalah
Keterangan : dan adalah fi'il madhi dan fi'il mudhore', fi'il Muta'addi
(butuh obyek / maf'ul bih)
Ta'rib :
Lafadz adalah isim mufrod muannats, irobnya rafa, karena menjadi fail
dari fiil tanda rafanya dommah, karena ia isim mufrod.
Lafadz adalah isim mufrod mudzakkar. Irobnya rafa, karena menjadi
fail dari fiil Tanda rafanya dhommah muqoddar (dhommah yang
disembunyikan ), karena ia isim manqush (isim yang berakhir dengan huruf
Yak)
Lafadz , adalah isim tatsniyah mudzakkar, irobnya rafa, karena
menjadi fail dari fiil tanda rafanya alif, karena isim tatsniyah.
Dan begitu untuk seterusnya, silahkan anda mencobanya.
B. Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan Fail
1) Antara fi'il dengan fa'il harus bersesuaian dalam hal mudzakkar atau
muannatsnya. Jika failnya muannats, maka fiilnyapun harus muannats (diberi
) sehingga jika pada fiilnya ada tak tanits, maka failnya mesti
tak tanits
isim muannats. Contoh :
Wus mangan, sopo Fathimah, ing roti

Fathimah telah makan roti


Lagi maca sopo murid, ing pelajarane
Murid (pr.1) sedang membaca pelajarannya
2) Meski failnya isim jama, fiil nya tetap mufrod. Contoh :

Lagi maca, sopo wong Islam akeh, ing Al Quran



Orang-orang Islam sedang membaca Al Quran
Lagi maca, sopo
wong-wong Islam(pr), ing Al Quran


Orang-orang Islam (pr) sedang membaca Al Quran
3) Adakalanya fail berupa jumlah. Contoh :
wajib, ingatase sira kabeh, apa bekti sapa sira kabeh, ing
wong tuwa loroira kabeh
Wajib atas kamu semua, berbakti kepada kedua orang tuamu
Wajib ingatase sira kabeh, opo poso sopo sira kabeh,

ingdalem wulan Romadhon

Wajib atas kamu semua, berpuasa di bulan Romadhon
C. Macam-macam Fail
Fail dibagi menjadi 2 macam.
1) Fail isim dzohir
yaitu Fa'il yang berupa isim yang berada di belakang fi'ilnya. Contoh-contoh
Fa'il yang telah disebutkan di atas, semuanya adalah fa'il-fa'il isim dhohir.
Kecuali pada fi'il dan , maka fa'il dari ke dua fi'il ini berupa
dhomir yang tersimpan di dalam kedua fi'il itu. Perhatikan dengan seksama
semua contoh-contoh di atas !
2) Fail isim dhomir
yaitu Fail yang tidak tampak, karena berupa isim dhomir yang tersimpan di
dalam fiilnya. Perhatikan kembali dengan seksama perubahan-perubahan fi'il
madhi, mudhori' dan amar yang telah kita pelajari. Kita telah ketahui bahwa
semua perubahan-perubahan itu sesuai dengan isim-isim dhomir yang menjadi
fa'il dari fi'il-fi'il itu.

Contoh-contoh fa'il isim dhomir :


wus nulis / lagi nulis sapa ingsun,
\
ing pelajaran,

ingdalem kitabingsun
\
Saya telah / sedang menulis pelajaran di dalam bukuku.
\ wus berangkat / lagi berangkat sapa sira kabeh, maring
sekolahanira kabeh,
ingdalem wektu esuk
\
Kalian telah berangkat / sedang berangkat ke sekolahan kalian diwaktu pagi.
Berangkata sapa sira wadon !, maring sekolahanira,
ingdalem saben-saben dina

Berangkatlah kamu pr, ke sekolahmu setiap hari
Keterangan :
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semuanya
adalah fi'il. Sedangkan fa'ilnya, adalah isim-isim dhomir yang tersimpan di
dalam fi'il-fi'il itu (fa'il isim dhomir)

Catatan untuk diingat :


1. Pada dasarnya jumlah itu hanya ada 2, yaitu Jumlah Ismiyah dan Jumlah
Filiyah
2. Jumlah fi'liyah = Fi'il + Fa'il (jika fi'ilnya lazim) dan Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih
(jika fi'ilnya muta'addi).
3. Untuk bisa mengetahui apakah fi'il itu lazim atau muta'addi, hanya dengan
mengetahui 'arti'nya.

4. Baik jumlah ismiyah maupun jumlah fi'liyah, adakalanya hanya menjadi


bagian dari suatu jumlah (mungkin sebagai khobar, fa'il, ataupun maf'ul bih.

3. Naib Fail ( )
=Pengganti Fa'il
Setiap fiil harus memiliki fail. Akan tetapi, jika :
tidak diketahui failnya, atau telah sangat diketahui failnya, maka suatu fiil
biasanya tidak di sebutkan failnya, kemudian mafulnya dijadikan sebagai
pengganti fail (naib fail), dengan proses sebagai berikut :
1) Fiil tersebut diubah dari mabni malum (bentuk kata kerja aktif) menjadi fiil
mabni majhul (bentuk kata kerja pasif)
2) Maful bih (obyek penderita) dari fiil tersebut, dijadikan naib fail
(pengganti fail), sehingga yang semula irobnya nashab karena menduduki
jabatan maful bih, sekarang irobnya berubah menjadi rafa karena telah
menjadi Naib Fail.
Cara menjadikan fiil mabni malum (kata kerja aktif) menjadi fiil mabni
majhul (kata kerja pasif) ialah :
1. Untuk fiil Madli, maka dengan :

( didommah huruf awalnya dan dikasroh huruf yang
sebelum akhir )
Contoh :
1.
= menolong, menjadi
= ditolong
2.

= memukul, menjadi

= dipukul
3.
= menulis, menjadi
= ditulis
2. Untuk Fiil Mudlori, maka dengan :

( didommah huruf awalnya, dan difatkhah huruf yang
sebelum akhir )
Contoh :
1.
menjadi

2. menjadi
3. menjadi
Jadi, naib fail itu pada dasarnya adalah maful bih dari suatu fiil, yang karena
tidak disebutkan failnya, maka ia dijadikan sebagai pengganti fail tersebut.


Dia (lk 1) ditolong


Dia (dua lk ) ditolong



Mereka (lk) ditolong



Dia (pr) ditolong


Dia ( pr 2) ditolong
Mereka (pr) ditolong





Kamu (lk) ditolong


Kamu (2lk) ditolong


Kamu semua ditolong



Kamu (pr) ditolong


Kamu (2pr ) ditolong
Kamu (lk ) ditolong






Saya ditolong


Kita ditolong
Contoh-contoh Jumlah yang tidak disebutkan fa'ilnya, sehingga fiilnya mabni
Majhul dan maf'ul bihnya dijadilan Naib Fail

Diwajibake ingatase sira kabeh, opo shiyam,


kaya olehe
diwajibake opo shiyam, ingatase wong akeh saking sakdurunge
sira kabeh.


Ta'ribnya :
Lafadz
adalah fiil madhi mabni majhul.
Dan lafadz adalah isim mufrod mudzakkar, berirob rafa karena menjadi
naib fail. Tanda rafanya dengan dhommah, karena isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya adalah :

Alloh, ingatase sira kabeh, ing shiyam,

Wus majibake sopo


kaya olehe Alloh wus majibake sapa Alloh ing shiyam, ingatase
wong akeh, saking sadurunge sira kabeh. Allah telah mewajibkan shiyam
atas kamu semua, sebagaimana Allah telah mewajibkan shiyam atas orang

orang yang sebelum kamu semua

al Quran, mangka padha

Lan nalikane diwaca, opo


ngrungokna sopo sira kabeh, maring al Qur'an. (Dan ketika dibacakan

alQuran, maka dengarkanlah)

Ta'ribnya :
Lafadz
adalah fiil madhi mabni majhul.
adalah isim mufrod mudzakkar, berirob rafa karena sebagai
Dan lafadz
naib fail. Adapun tanda rafanya dengan dhommah, karena ia isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya, adalah :

Lan nalikane wus maca, sapa


al Quran,

wong kang maca, ing
mangka padha ngrungokna sopo sira kabeh maring al Quran. (Dan
ketika pembaca telah membacakan al Quran, maka dengarkanlah)



Tarkib :


Lafadz adalah kharf isti'naf (untuk mengawali jumlah) dan lafadz adalah
kharf syarat.
Lafadz adalah fiil madhi mabni malum, i'robnya mabni fatkhah karena
tidak bertemu dengan wawu jama', tak fa'il, nun fa'il, dan nun niswah.
Lafadz

adalah isim mufrod, I'robnya rafa' karena menjadi fa'il, tanda
rafa'nya dhommah karena isim mufrod.
Lafadz adalah isim mufrod mudzakkar, irobnya nasab karena menjadi
maful bih, tanda nasabnya dengan fatkhah, karena ia isim mufrod.

Lafadz adalah = kharf jawab, dan adalah fi'il amar, I'robnya


mabni jazm, tanda jazmnya membuang huruf Nun.
Lafadz adalah : = kharf jar, dan = isim dhomir muttashil, I'robnya jar
karena didahului oleh kharf jar, tandanya mabni.
4. Tawabi' (Isim-isim yang i'rob dan hukumnya mengikuti isim yang
sebelumnya). Tawabi' ada 4 macam, yaitu :
1. Shifat dari Maushuf yang berirob Rafa
Sifat - Mausuf ialah 2 isim atau lebih yang berangkaian (jejer), dimana isim
yang dibelakang mensifati isim yang di depannya, dan disebut Shifat / Naat,
sedangkan isim yang di depannya, yang disifati, dinamakan Maushuf / Manut
Shifat, irobnya mengikuti maushufnya. Jika maushufnya berirob rafa, maka
shifatnya juga ikut berirob rafa. Dan jika maushufnya berirob nashab, maka
shifatnya juga harus berirob nashab. Begitu pula apabila maushufnya berirob
jar, maka shifatnya juga berirob jar. Shifat - Maushuf dibaca dengan YANG
atau KANG.
Disamping shifat harus mengikuti maushuf dalam hal irobnya, shifat harus juga
mengikuti maushuf dalam hal :
1. Mudzakkar atau Muannatsnya. (jika maushufnya mudzakkar, maka shifatnya
harus juga mudzakkar. Begitu pula sebaliknya)
2. Mufrod atau jamanya. (jika maushufnya isim mufrod, maka shifatnya harus
juga isim mufrod. Begitu pula jika maushufnya isim jama, maka shifatnyapun
harus juga isim jama)
3. Nakiroh atau marifatnya. (jika maushufnya berupa isim nakiroh, maka
shifatnya harus juga isim nakiroh. Dan jika maushufnya isim marifat, maka
shifatnya harus juga isim marifat).
Pendeknya, sifat dan mausuf itu ialah 2 isim atau lebih yang berjajar, dan
memiliki kesamaan jenis, serta cocok diberi mana kang,
Contoh-contoh jumlah (kalimat) yang didalamnya terdapat rangkaian sifat mausuf.

Utawi Muhammad, iku anak,


kang sholih (Muhammad adalah anak
yang sholih)

Utawi iki, iku kitab, kang anyar (Ini adalah sebuah kitab yang baru).

Utawi Zaid, lan Umar, iku murid 2,
kang rajin. (Zaid dan
Umar adalah 2 murid yang rajin).

Maca sopo ingsun, ing al Quran kang mulya. (saya telah


membaca al Quran yang mulia)

Sholat sopo kita,

ingdalem masjid, kang agung.




Utawi Fatimah, iku guru, kang pinter. (Fatimah adalah seorang
guru yang pandai)
Catatan :
Sifat harus sama dengan mausuf seperti yang disebutkan diatas, adalah sifat
yang disebut dengan Sifat Haqiqi atau Naat Haqiqi. Selain itu, asal cocok
diterjemah dengan kang(yang) berarti itu sifat / na'at. Fi'il yang jatuh
setelah isim nakiroh juga Shifat / Na'at yang harus dibaca ' kang '.
Misalnya :
Lan wedia sopo sira kabeh , ing suwijining dina, kang bakal den
balikake sapa sira kabeh, maring Allah. (dan takutlah kamu semua,
terhadap suatu hari, yang kamu semuaakan dikembalikan kepada Allah)

Utawi Zaid iku murid, kang lagi nyinau bahasa kang


bangsa Arab, ingdalem sekolahane. (Zaid adalah seorang murid yang
mempelajari bahasa Arab di sekolahnya).
Tarkib :
Lafadz adalah fiil amar, failnya adalah dhomir yang tersimpan pada
fi'il itu.
Sedangkan lafadz adalah isim mufrod mudzakkar, irobnya nashab karena
menjadi maful bih, tanda nashabnya dengan fatkhah
Lafadz adalah fi'il 5 mabni majhul. Adapun naib fa'ilnya, ialah dhomir
yang tersimpan didalam fi'il itu. Lafadz disini dibaca kang , karena
menjadi shifat dari lafadz (fi'il jatuh setelah isim nakiroh)
Lafadz adalah isim mufrod mudzakkar, irobnya rafa karena menjadi
mubtada, tanda rafanya dhommah karena ia isim mufrod.
Lafadz adalah isim mufrod, irobnya rafa karena menjadi khobarnya
lafadz , tanda rafanya dhommah.
Sedangkan lafadz adalah fiil mudhore shohih akhir, berirob rafa karena
tidak didahului oleh amil, tanda rafanya dengan dhommah, karena ia fiil
mudhore shohih akhir.
Lafadz dibaca kang, karena ia menjadi shifat dari lafadz ( fi'il jatuh
setelah isim nakiroh)
Catatan yang perlu diingat :
1. Sebagai pengganti Fa'il, maka Naib Fa'il juga termasuk isim yang harus di
rafa'kan.
2. Sampai sekarang ini, berarti sudah 5 tempat rafa'nya isim
( al Marfu'at ) yang telah kita pelajari. Yaitu :
(1) Mubtadak, (2) Khobar, (3) Fa'il, (4) Naib Fa'il, dan (5) Sifat dari Mausuf
yang I'rabnya rafa'

BAB ISIM MARIFAT DAN ISIM NAKIROH


Isim Marifah
ialah isim yang telah dibatasi keumumannya, sehingga menjadi tertentu. Isim
ma'rifah ada 6 macam, yaitu :
1. Isim-isim Dhomir (kata ganti). Baik isim dhomir munfashil ataupun isim
dhomir muttashil.
2. Isim Alam (nama-nama individu).
Misalnya : , , , , dll.
3. Isim-isim Isyaroh (kata tunjuk).
Misalnya : (lihat pada bab Isim Isyaroh di depan)
4. Isim-isim Maushul (kata sambung).
Misalnya : (lihat pada bab Isim Maushul di depan)
5. Isim-isim yang ada AL ( ) pada permulaannya.
, dll
Misalnya : , ,
,
6. Semua isim yang disandarkan (dimudhofkan) kepada salah satu dari Isimisim marifat diatas.
Misalnya :
utawi kitabe Fatimah, iku anyar (Kitabnya Fatimah, baru)

utawi kitabe wong iki, iku anyar (Kitabnya orang ini, baru)

utawi kitabe deweke kabeh, iku anyar (Kitab mereka baru)
utawi iki, iku kitabe wong kang ngadeg sapa wong,
ingdalem ngarepe kelas. (Ini adalah kitabnya orang yang berdiri di depan kelas
itu)

utawi iki, iku kitabe iki murid (Ini, kitabnya murid itu)
Isim Nakiroh.
ialah kebalikan dari isim ma'rifah. Yaitu isim yang masih bersifat umum, dan
belum diberikan pembatasan. Isim Nakiroh, biasanya ber'tanwin' dan tidak ada
AL (). Dan bila pada permulaan isim nakiroh diberikan AL, maka isim
nakiroh berubah menjadi isim ma'rifat. Misalnya :
= rumah = kitab

= sekolahan
= sepeda
= seorang laki-laki = sebuah buku
Pokoknya selain isim ma'rifah yang di atas, semua isim adalah nakiroh .

Catatan untuk diingat :


1. Selain shifat yang irobnya mengikuti maushuf, sebenarnya masih ada isimisim lain yang irobnya juga mengikuti isim- isim yang sebelumnya. Hal seperti
ini dalam ilmu nah u dinamakan Ta abi (isim-isim atau fiil-fiil yang
irobnya mengikut kepada isim / fiil yang sebelumnya ). Ta abi ada 4 macam,
yaitu :
(1) Shifat-maushuf, (2) Taukid- Muakkad, (3) Badal-Mubdal, (4) AthafMathuf.
Akan tetapi disini kita cukupkan mengetahui Shifat-Maushuf saja dulu, dan
yang lainnya kita pelajari sambil berjalan hingga sampai pada babnya nanti.
2. Sampai disini, setiap menemukan jumlah (kalimat) , kita harus sudah benarbenar :
1) Tahu mana khobarnya jika jumlah itu jumlah ismiyah
2) Mengetahui mana failnya jika jumlah itu jumlah filiyah
3) Tahu kedudukan setiap kalimah dalam suatu jumlah.
4) Tahu maksud (pengertian ) dari jumlah itu.

2. Athaf dan Ma'thuf

Ialah mengikutkan hukum suatu isim atau fi'il kepada hukum isim atau fi'il yang
sebelumnya, karena adanya kesamaan, dengan menggunakan kharf-kharf
tertentu.

Macam-macam kharf 'athaf


Kharf 'Athaf ada 10 macam, yaitu :
dan
|

kemudian

|
atau

balik / bahkan
ataukah
bisa jadi
sehingga
tidak
kemudian
melainkan
Keterangan :
I'rob Ma'thuf (yang diikutkan / yang setelah kharf 'athaf) harus mengikuti
Ma'thuf 'alaih (yang diikuti / yang sebelum kharf 'athaf). Begitu pula posisinya
di dalam jumlah. Jika yang di'athafi Fa'il, maka yang di'athafkan juga ikut
menjadi fa'il. Jika yang di'athafi Maf'ul, maka yang di'athafkan juga ikut
menjadi maf'ul. Begitu seterusnya.
Cara menerjemahkan :
( )wus ngadeg sapa ( )Zaid, (( lan wus ngadeg, sapa ( )' Amr. (Zaid
telah berdiri dan juga 'Amr)

( ) ora ana, sapa ( ) Muhammad, ora ana iku ( ) bapake wong suwiji
( ) saking wong-wongira kabeh, ( )
anging tetapine ana sapa
Muhammad, ana iku ( )
utusane Alloh ( )
lan pungkasane para
nabi
Ta'ribnya :
( ) adalah kharf Nafi
( ) adalah fi'il madhi naqish yang merafa'kan mubtada' dan menasabkan
khobar.
( ) adalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi fa'ilnya
( ) adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. ( )mudhofnya, adalah isim 5,
i'robnya nashab karena menjadi khobarnya ( ) , tandanya dengan alif. ()
mudhof ilaihnya, adalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya jar karena mudhof
ilaih, tandanya dengan kasroh..
( ) adalah kharf jar
( )
)
adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. (
mudhofnya, adalah isim
jama' taksir, i'robnya jar karena didahului oleh kharf jar. mudhof ilaihnya
adalah isim dhomir muttashil, i'robnya jar karena mudhof ilaih.
( )adalah kharf 'athaf.
( )
adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. ( )
mudhafnya, adalah
isim mufrod mudzakkar, i'robnya nashab karena di'athafkan kepada ( ) yang
beri'rob nasab karena khobarnya ()
adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tandanya
()
dengan kasroh.
( ) adalah kharf 'athaf
( ) adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya nasab karena di'atafkan
kepada ( )
yang beri'rob nasab, tandanya dengan fatkhah.
( )adalah isim jama' mudzakkar, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda nya
dengan yak.
3. Taukid dan Muakkad

Taukid ialah " yang menguatkan ", dan muakkad ialah " yang dikuatkan ", jadi
taukid mesti jatuh setelah muakkad. Taukid bisa berupa isim bisa berupa fi'il,
dan bisa berupa harf.
Taukid ada 2 macam, yaitu : Taukid Lafdziy dan Taukid Ma'nawiy.
Taukid lafdziy ialah taukid dengan pengulangan lafadz baik isim, fi'il, kharf ,
atau bahkan jumlah.. Misalnya :
( dengan mengulangi isim )
( dengan pengulangan fi'il )
( dengan pengulangan kharf )




( dengan pengulangan jumlah )
Adapun Taukid ma'nawi ialah taukid dengan menggunakan lafadz-lafadz yang
telah tertentu untuk mentaukidi. Lafadz-lafadz itu ialah :

Lafadz Taukid Keterangan Contoh


Untuk mentaukidi isim Mufrod
Untuk mentaukidi isim Mufrod
Bisa untuk mentaukidi isim Mufrod atau Jamak |
Bisa untuk mentaukidi isim Mufrod atau Jamak |

Bisa untuk mentaukidi isim Mufrod atau Jamak |

Untuk mentaukidi isim Tasniyah mudzakkar


Untuk mentaukidi isim Tasniyah muannats

Beberapa kaidah yang berkaitan dengan taukid dan muakkad.
1. Pada taukid ma'nawi harus ada dhomir yang sesuai / kembali kepada
muakkad (yang ditaukidi). Lihat contoh-contoh diatas !
2. Untuk lebih mentaukid lagi, terkadang suatu jumlah diberi 2 lafadz taukid
sekaligus. Misalnya :


3. Taukid harus mengikuti muakkad, dalam hal : I'robnya, ma'rifat / nakirohnya,
serta dhomir yang ada pada lafadz taukid harus sesuai dengan isim yang
ditaukidi.
4. Badal dan Mubdal
Badal ialah isim atau fi'il yang hukumnya diikutkan pada isim atau fi'il yang
sebelumnya. agar pengertian isim yang sebelumnya itu menjadi lebih jelas.
Badal diterjemah dengan HIYA / YAKNI. Isim yang terletak di depan disebut
Mubdal minhu ( yang dibadali ) dan isim yang di belakang di namakan Badal.
Badal i'robnya wajib mengikuti Mubdal minhu (yang dibadali), baik Rafa',
Nasab, atau Jarnya.
Badal ada 4 macam :
1. Badal Syai' min Syai' ( ) atau disebut juga badal Kul min Kul
Yaitu apabila badal merupakan keseluruhan dari mubdal minhu
( )
(yang dibadali). Misalnya :
()
Wus teka, sapa ( ) Zaid, ( ) hiya sedulur lanangira

Zaid, yakni saudara laki-lakimu, telah datang
( ) Mituduhana sapa Panjenengan ing kita, ( ) ing dalan ( ) kang
jejeg, ( )
hiya dalanipun tiyang-tiyang ingkang........

......
Tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalannya orang-orang yang........

Keterangan :
Lafadz ( ) adalah isim 5, yang i'robnya rafa', karena menjadi badal dari

lafadz ( ), tanda rafa'nya wawu. Sedangkan lafadz ( )adalah isim mufrod,


i'rabnya rafa' karena menjdi fa'ilnya () ,
tanda rafa'nya dengan dhommah.
Lafadz ()
adalah isim mufrad mudzakkar, i'robnya nasab, karena menjadi
badal dari lafadz () , tanda nasabnya dengan fatkhah. Sedangkan lafadz
( ) adalah isim mufrod mudzakkar, i'rabnya nasab karena menjdi maf'ul
bih kedua dari () , tanda nasabnya dengan fatkhah.
2. Badal Ba'd min Kul ( ) . Yaitu apabila badal merupakan bagian
dari mubdal minhu. Di sini, badal wajib memiliki dhomir yang kembali kepada
mubdal minhu walaupun adakalanya dhomir itu hanya muqoddar ( dikirakirakan ) Misalnya :
) Mangan sapa ingsun ( ) ing roti ( ) hiya ing sepertelune roti

(

Saya makan roti sepertiganya


(
) Mukul sapa ingsun ( ) ing Zaid ( ) hiya ing sirahe Zaid


Saya memukul Zaid kepalanya
( )
)
Lan ngrezqinana sapa sira ( )ing keluargane deweke (
saking buah-buahan ( ) hiya ing wong ( )kang iman sapa wong ( ) saking
kang akhir.
deweke kabeh ( )kelawan Allah ( )
)
lan kelawan dina (


Dan berilah rizqi keluarganya dari buah-buahan, yakni orang yang beriman
kepada Alloh dan hari akhir, dari mereka
3. Badal Isytimal ( ) Yaitu apabila badal merupakan sesuatu yang
terkandung dalam mubdal minhu. Di sini, badal wajib memiliki dhomir yang

kembali kepada mubdal minhu. Misalnya :


( ) Gawe gumun ing ingsun, sapa ( )Zaid ( ) hiya ilmune Zaid

Zaid membuatku terkesima ilmunya
(
) dicopot sapa ( )Zaid ( )hiya klambine Zaid

Zaid bajunya dilepas
(
) Takon sapa deweke kabeh ing sira ( ) saking sasi harom
( ) hiya saking perang ( )ingdalem sasi harom

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan harom, yakni tentang perang di dalam
bulan harom

4. Badal Gholat ( ) Yaitu apabila badal merupakan ralat dari mubdal minhu.
Misalnya :
) Lan mangan sapa ingsun ( ) ing roti ( ) maksudku ing kurma
(


Saya makan roti (maksud saya)makan kurma
) Ningali sapa ingsun ( ) ing Zaid (

(
) maksudku ing jaran


Saya melihat Zaid (maksud saya) melihat kuda

BAB : ISIM-ISIM YANG HARUS DINASHABKAN


)
(
Kapan isim-isim itu harus dinashabkan ?
Isim-isim harus berirob nashab, apabila :

(1) Menjadi Maful bih, (2) menjadi Shifat dari Maushuf yang berirob nasab,
(3) menjadi Maful liAjlih, (4) apabila menjadi Isimnya atau saudara atau saudara-saudaranya. (6)
saudaranya, (5) apabila menjadi khobarnya
menjadi Tamyiz, (7) menjadi Khal, (8) menjadi Maful Fih, (9) menjadi
Munada Idhofah, dan (10) apabila menjadi Maful Maah, (11) menjadi
Mashdar / Maful Muthlaq, (12) menjadi Mustatsna
1. MAFUL BIH ( )
Obyek penderita = ing.
A. Pengertiannya
Dalam bahasa Indonesia maful bih disebut dengan obyek penderita atau yang
dikenai pekerjaan. Yaitu isim yang jatuh setelah fiil dan merupakan obyek (
yang menjadi sasaran) dari fiil itu. Maful bih harus diirobi nashab, dalam
penerjemahan bahasa Jawa, biasa diterjemahkan dengan ing.. Perhatikan
contoh-contoh di bawah ini.
() Wus maca, sopo ( )Zaid ,(
) ing kitab.(Zaid telah membaca kitab)


) Wus nulis, sopo ( ) Fathimah,(
(
)ing pelajaran (Fatimah telah

menulis pelajaran)


(
) Wus nulungi sopo ingsun, ( ) ing deweke kabeh (Aku telah menolong
mereka)

Irabnya :
Lafadz
adalah isim mufrod mudzakkar, irobnya nasab, karena menjadi
maful bih dari tanda nashabnya dengan fatkhah karena ia isim mufrod.
Lafadz
adalah isim mufrod mudzakkar, Irobnya nashab karena mehjadi

maful bih, tanda nashabnya dengan fatkhah.


Lafadz adalah isim dhomir muttashil, irobnya nashab karena menjadi
maful bih, tanda nashabnya mabni (ajeg)
B. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan Maful Bih.
1. Maful bih tidak harus berupa kalimah isim. Adakalanya, kalimah fiil atau
bahkan jumlah, bisa juga menduduki posisi maful bih. Pokoknya, setiap yang
cocok dibaca ING, berarti maful bih. Contoh :
( )
)ing supaya
ing Pangeranira, (
Lan nyuwuna sopo sira, ( )
ngrezekeni sopo Pangeranira,( )ing sira, ()
kang sholih (dan
ing anak ()
mintalah kamu kepada Tuhanmu agar dia merizqikan kepadamu seorang anak
yang sholih)


( ) Nyekseni sopo ingsun, ing ( ) setuhune utawi Muhammad SAW
iku( )
utusanipun Allah. (Saya bersaksi bahwasanya Muhammad itu
adalah Rasul Allah)
Susunan kalimah adalah jumlah ismiyah, yang menduduki
posisi irob nasab, karena menjadi maful bih.
Adakalanya maful bih didahulukan dari failnya. Contoh:


Wus mukul ing sira , sapa Zaid (Zaid telah memukulmu)

ing Panjenengan (duh Allah), nyembah sopo kula sedaya,


lan ing
Panjenengan, nyuwun pitulungan sapa kula sedaya (Hanya kepadaMu (ya
Allah) kami semua menyembah, dan hanya kepadaMu kami minta tolong)

2. Suatu fiil, kadang butuh 2 atau 3 maful.
Contoh:
mulang sopo ingsun ing sira, ing ilmu-ilmu agama (Aku

mengajarkanmu ilmu-ilmu agama)

takon sopo ingsun ing guru, ing masalah (Aku bertanya kepada


guru, suatu masalah)
Tentang fiil-fiil yang membutuhkan 2 atau 3 maful ini, nanti akan dibicarakan
dalam bab tersendiri.
Keterangan :
Pada contoh-contoh di atas, semua kalimah yang digaris bawahi, adalah
kalimah-kalimah yang menduduki posisi maful bih. Oleh karena itu harus
dinashabkan dan harus diterjemah dengan ING.
Penting untuk diketahui, bah a yang memiliki maful bih bukan hanya fi'il saja,

akan tetapi isim fa'il kadang juga membutuhkan maf'ul, misalnya : .


Isim masdar, kadang juga membutuhkan maf'ul. misalnya :
.
Pendeknya yang cocok dibaca ING, maka itu maf'ul bih. baik jatuh setelah fi'il
maupun setelah isim.

2. AT TAWABI'
Di depan telah diterangkan, bahwa Tawabi' ialah isim-isim yang i'robnya
mengikuti isim-isim yang sebelumnya. Tawabi' ada 4 macam, yaitu :
a) Shifat, i'robnya mengikuti maushufnya (isim yang disifati).
b) 'Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi.
c) Badal, i'robnya mengikuti isim ysng dibadali,
d) Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.
Keterangan :
1. Shifat dari Maushuf yang berirob Nashab.
Di atas telah diterangkan, bah a irob shifat, mengikuti irob maushufnya.
Artinya, jika suatu maushuf berirob nashab, maka shifatnya harus juga berirob
nashab. Itulah sebabnya shifat dari maushuf yang berirob nashab, termasuk
isim yang harus dinashabkan juga. Contoh :

Lagi nulis sapa murid-murid, ing


pelajaran kang anyar
(Murid-murid sedang menulis pelajaran yang baru)

wus tuku sopo ingsun ing kitab loro kang anyar karone. (Saya


telah membeli dua buku yang baru)
wus ningali sopo ingsun, ing wong-wong Islam kang pada

rajin-rajin, lagi pada berangkat sapa deweke kabeh


maring
masjid (Saya melihat orang-orang Islam yang rajin-rajin sedang berangkat ke

masjid)

Ta'ribnya :
Lafadz adalah fiil mudhore,
Lafadz adalah isim jama taksir, Irobnya rafa karena menjadi failnya
.
Lafadz
adalah isim mufrod mudzakkar, berirob nashab, tanda
nashabnya dengan fatkhah, karena menjadi maful bih dari fiil , dan ia
merupakan maushuf (yang disifati)
Lafadz adalah isim mufrod mudzakkar, irobnya nashab, karena menjadi
shifat dari maushuf yang berirab nashab.

catatan untuk diingat :


1. Rangkaian Shifat-Maushuf disebut juga dengan Na'at-Man'ut. Shifat harus
mengikuti maushuf dalam hal i'rob, maupun jenis isimnya (mufrod / jama'nya,
mudzakkar / muannatsnya, ma'rifat / nakirohnya). Sehingga apabila ada 2 isim
atau lebih yang berjajar dan jenisnya sama, serta cocok dibaca kang, berariti itu
rangkaian shifat-maushuf. Shifat yang seperti ini, dinamakan shifat hakiki.
2. Adapun shifat yang bukan hakiki, adalah semua 'bagian jumlah' yang cocok

dibaca dengan kang. Misalnya :


Lan wedia sapa sira kabeh, ing dina kang ora bisa mbales apa
awak-awakan
saking awak-awakan ing sewiji-wiji.


Ta'ribnya :
Lafadz adalah fiil mudhore mu'tal akhir, I'robnya rafa' karena tidak
didahului oleh 'amil nashib ataupun 'amil jazim, tanda rafa'nya dhommah
muqoddar (tersembunyi). Dibaca 'kang' karena menjadi sifat ( fi'il jatuh setelah
isim nakiroh adalah sifat)
Untuk Tawabi' yang lain, silahkan melihat kembali penjelasannya pada
pembahasan al marfu'at (isim-isim yang harus dirafa'kan) Yaitu : 'Athaf,
i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi. Badal, i'robnya mengikuti isim ysng
dibadali, dan Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.
3. MAFUL LI AJLIH ( )
= Kerana / Karena
Maful liajlih ialah isim masdar qolby yang diletakkan setelah fiil dan fail,
untuk menjelaskan 'alasan' mengapa fiil itu dilakukan, atau untuk menja ab
'pertanyaan untuk apa' fiil itu dilakukan. Itulah sebabnya Maful liajlih harus
cocok diterjemah dengan kerana / karena / sebab / untuk. Isim masdar qolbiy
ialah isim masdar yang berkaitan dengan perasaan hati. Perhatikan contohcontoh dibawah ini :
ngadeg sopo ingsun, kerana mulyaake maring guru. (Saya
berdiri, karena memuliakan terhadap guru)
jihad sopo ingsun ingdalem dalane Allah kerana wedi
maring siksane Alloh (Saya berjihad fi sabilillah karena takut murkaNya)


lan

merdekaake ing deweke kabeh, sapa Abu bakar,

kerana golek maring wajahe Alloh (Abu Bakar memerdekakan mereka, karena
mencari wajah Allah)
)

(
Mukul sapa ingsun ( ) ing anakingsun ( ) kerana ndidik adab


( ) Lomaho sapa sira ( ) kerana syukur
( ) Lan aja mateni sapa sira kabeh, ( )ing anak-anakira kabeh, (

) kerana wedi mlarat.



Catatan :
1) Setiap kalimah isim mashdar qolbiy yang cocok dibaca kerana / karena,
berarti mesti maful liajlih. Irabnya harus dinasab.
2) Jika isim yang dijadikan maful liajlih bukan isim mashdar qolbiy, maka di
depannya harus diberi kharf jar ( ) , sehingga maful li ajlih itu harus berirob
jar.
Contoh :
ngamala sapa sira kabeh ing kebagusan

kerana golek
ridhane Alloh. (Berbuat baiklah kamu semua, untuk mencari ridho Allah).





Utawi iki wong lanang, iku bisa nrima sapa deweke, kerana

zuhud (Laki-laki ini bisa qona'ah karena zuhud)


Irabnya :
Lafadz adalah fiil Mudhore, I'robnya rafa' karena tidak didahului 'amil
Nashib ataupun 'amil Jazim. Tanda rafa'nya dhommah. Failnya dhomir .
Lafadz adalah isim mufrod, irobnya nashab karena menjadi maful
liajlih, tanda nashabnya dengan fatkhah.
Irabnya :
Lafadz adalah fiil madli, mabni sukun karena bertemu dengan nun fa'il
() . failnya dhomir
Lafadz adalah isim mufrod mudzakkar, berirob nashab karena menjadi
maful liajlih, tanda nashabnya fatkhah.
4. ISIMNYA ATAU SAUDARA-SAUDARANYA
Inna ( )dan saudara-saudaranya, ialah kharf-kharf yang hanya masuk ke dalam
jumlah ismiyah. Jadi, apabila ada Inna ( )atau saudara-saudaranya, disitu mesti
permulaan jumlah ismiyah, Dan apabila jumlah ismiyah dimasuki Inna atau
saudara-saudaranya, maka terjadi perubahan sebagai berikut :

(1). mubtada'nya berubah menjadi isimnya Inna atau saudaranya, dan harus
berirob nashab
(2). sedangkan khobarnya tetap rafa,dinamakan khobarnya Inna. Itulah
sebabnya Inna / saudara-saudaranya dinamakan kharf yang menashabkan
mubtada dan merafakan khobar
dan Saudara-saudaranya
Adapun saudara-saudaranya itu ialah :
1 Sesungguhnya 4 Akan tetapi/Anging tetapine
2 Sesungguhnya 5 Muga-muga/Semoga
3 Sepertinya 6 Semoga/Muga-muga

Fungsi dan Saudara-saudaranya


1) kegunaannya sama dengan , untuk taukid (menguatkan mana). Contoh :
)) Satemene utawi Allah, ) ) ingatase saben-saben sewiji, iku
)) Maha Kuasa (Sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu)

) ) Satemene Utawi Zaid, iku ) ) wong kang rajin (Sesungguhnya Zaid
itu orang yang rajin)
2) untuk tamanni (mengharap sesuatu yang sulit/tak mungkin tercapainya).
Contoh :
) dadi sapa ingsun, dadi iku (
( ) Eemuga-muga utawi ingsun, iku (

) lemah. (Ee..semoga aku menjadi tanah )
( ) Eemuga-muga utawi kaumku, iku ( ) ngerteni sapa
deweke kabeh, ( ) kelawan apa, ( ) wus ngapura ( ) maring aku, sapa (
) pangeranku, ( )
lan wus ndadekake sopo pangeranku,( ) ing aku, (
) saking golongane wong- ong kang den mulyaake. (HeSemoga
kaumku mengetahui dengan apa Tuhanku mengampuniku dan menjadikan aku
sebagian dari orang-orang yang dimuliakan)

3) Laalla ( ) untuk tarajji (mengharap sesuatu yang mungkin tercapainya)
Contoh :
( ) muga-muga utawi dina qiyamat, iku( ) dadi opo dina qiyamat,
dadi iku ( ) parek.(Semoga hari qiyamat menjadi dekat )
() Muga-muga utawi Allah, iku ( ) melasi sapa Allah, ( )ing kita.
(Semoga Allah membelas kasihani kepada kita)
4) Lakinna untuk istidrok menyelipkan ucapan yang berlawanan). Contoh :
(
Anging tetapine utawi akehe menungsa, iku (( ora pada
)

syukur sopo deweke kabeh.(Akan tetapi kebanyakan manusia tidak


mensyukurinya)

(
) wus teka, sapa ( ( murid- murid, ( )
anging tetapi utawi
Zaid, iku ( ( wong kang ora ana. (Murid-murid telah datang, akan tetapi
Zaid tidak ada)

5) Kaanna ( ) untuk tasybih (menyerupakan). Contoh :
( ) Kaya-kaya setuhune utawi Zaid, iku ( ) rembulan (Sungguh,
sepertinya Zaid adalah bulan )
) ingdalem
( ) kaya-kaya setuhune utawi ilmu, iku ) ) cahaya, (
urip iki. (Sepertinya, sungguh ilmu itu adalah cahaya di dalam kehidupan)

Catatan :
dan saudara-saudaranya hanya masuk pada permulaan jumlah / mubtada.
Itulah sebabnya jika ada atau salah satu dari saudara-saudaranya, berarti mesti
mubtada', cuma i'robnya menjadi nashab karena menjadi isimnya atau
saudara-saudaranya itu. Kecuali jika kalimah itu berupa jar- majrur, berarti ia
khobar muqoddam (khobar yang didahulukan) dan jika khobarnya didahulukan,
berarti mubtada' nya / isimnya harus diakhirkan. Contoh :
( ) Satemene iku tetep keduwe saben-saben suwiji, () ana atine. (

utawi atine al-Quran, iku ( ) surat Yaasiiin. (Sesungguhnya setiap


)Lan
sesuatu itu memiliki hati. Dan hatinya al-Quran, adalah surat Yasiin).


yekti ana
( ) saktemene iku tetep ingdalem kang kaya mangkono , (
)

tanda-tanda kekuasaane Allah, ( )keduwe kaum, ( ) kang pada mikir


sapa deweke kaum. (Sesungguhnya di dalam yang demikian itu, nyata-nyata ada
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir)

Irabnya :
Lafadz adalah kharf yang menashabkan mubtada' dan merafa'kan khobar.
Lafadz adalah jar - majrur. Lafadz adalah beri'rab jar karena menjadi
mudlof ilaih dari lafadz ( mudhof) , tanda jarnya dengan kasroh. Jadi,
adalah rangkaian jar - majrur sekaligus rangkaian mudlof-mudlof ilaih, yang
menjadi 'khobar nya yang didahulukan' (khobar muqoddam)
Lafadz adalah isim mufrod, beri'rob nashab, karena mubtada' muakhkhor
(mubtada' yang diakhirkan dari khobarnya) yang dimasuki .
Lafadz adalah wawu ibtida', dan lafadz
adalah rangkaian mudhof mudhof ilaih, yang menjadi mubtada
Lafadz adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa' karena sebagai
mubtada', tanda rafa'nya dengan dhommah. Sedangkan Lafadz
adalah isim
mufrod, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda jarnya dengan kasroh.
Lafadz beri'rob rafa', karena khobar dari

5. KHOBARNYA ( ) ATAU SAUDARA-SAUDARANYA.
Seperti halnya , maka dan saudara-saudaranya juga hanya masuk pada
permulaan jumlah Ismiyah. Sehingga kapan ada , di situ mesti permulaan
jumlah ismiyah (ada mubtada' dan ada khobar).
A. Yang perlu diperhatikan apabila ada
Apabila atau salah satu dari saudara-saudaranya masuk pada jumlah
ismiyah, maka jumlah ismiyah itu harus mengalami perubahan sebagai berikut :
1) Mubtada pada jumlah itu, berubah menjadi fa'ilnya i'robnya tetap rafa',

dibaca dengan 'sapa / apa' seperti lazimnya fa'il.


2) Khobar pada jumlah itu, berubah menjadi khobarnya , dan i'robnya
berubah menjadi nashab, serta dibaca dengan "ana iku / dadi iku" Contoh :
Sebelum dimasuki :
( )Utawi Zaid, iku ( )murid, ( ) kang pinter (Zaid adalah seorang murid
yang pandai)
Setelah dimasuki menjadi :
( ) wus dadi, sopo ( )Zaid, dadi iku ( )murid ( ) kang pinter (Zaid
menjadi murid yang pandai)
Sebelum dimasuki :
Utawi Fatimah, iku murid, kang rajin .(Fatimah adalah murid
yang rajin)
Setelah dimasuki menjadi :
) Wus dadi, sopo ( ) Fatimah, dadi iku ( ( murid, ( ) kang
(

rajin(Fatimah menjadi murid yang rajin)
Sebelum dimasuki
Dia seorang murid (utawi deweke, iku murid)
Setelah dimasuki menjadi :
Dia seorang murid (utawi deweke, iku murid)
B. Saudara-saudaranya .
Adapun saudara-saudaranya itu ialah :
No Kalimah Contoh
1 \ \
( ) ana, sapa ( )Zaid, ana iku ( ) wong kang pinter (Zaid adalah orang
yang pandai)
2

\
\
banyu, dadi iku () es (Air itu menjadi es)
Dadi apa ()
3 \ \
( \ ) Dadi sapa ( )Zaid, dadi iku ( ) wong kang mulang (Zaid

menjadi pengajar)
4
\ \
( ) mlebu wektu duha, sopo ( ) wong kang mulang, iku (
) wong
kang sholat (pengajar itu memasuki waktu duha , menjadi orang yang sholat)
5 \ \
( )dadi, apa ( )
wajahe, dadi iku ( ) ireng. (wajahnya menjadi hitam)
6 \ \
( ) dadi, sapa ( )Zaid, dadi iku ( ) wong kang sugih (Zaid menjadi orang
yang kaya).
\
\
7

udan, dadi iku (
( )dadi, apa ()
)deres (hujan menjadi lebat)
8 \
\

( \
) ora leren-leren, sapa ( )Zaid, ora leren-leren iku ( ) wong
kang gawe bagus (Zaid tetap orangyang berbuat baik)
9 \ \
\

10 \
11 \ \
12
13


C. Kaidah-kaidahnya dan saudara-saudaranya
1) Karena dan saudara-saudaranya termasuk kategori fiil, maka iapun
memiliki perubahan seperti fiil-fiil yang lain, sesuai dengan dhomir
pelakunya.
Bentuk Amar Bentuk Mudhore Bentuk Madhi
) (
( )

( )


) (

( )



(
)
Dst. Dst.
2) Untuk dan saudara-saudaranya yang bisa ditashrif, (memiliki bentuk
mudhore', amar, mashdar dan seterusnya sesuai dengan tashrifannya) maka
semua tashrifannya itu juga memiliki fungsi dan tugas yang sama dengan
(dalam hal merafakan isimnya dan menasabkan khobarnya) Contoh :
( )Utawi Allah, iku ( ) wajib, apa ( ) anane Allah, ana iku ( ) Dzat
kang pinter (Allah itu, wajib keberadaannya, sebagai Dzat yang Maha
Mengetahui)
6. MASHDAR / MAFUL MUTHLAQ
(kelawan)
A. Pengertian Mashdar / Maful Muthlaq
Mashdar ialah isim berirab nashab yang diletakkan setelah fiil, dimana isim itu
memiliki asal kata / asal mana yang sama dengan fiil itu. Mashdar biasanya
dibaca /diterjemahkan dengan KELAWAN / DENGAN.

B. Fungsi Mashdar dan Contoh-contohnya

Adapun penyebutan mashdar itu, dimaksudkan untuk :


1) Taukid (menguatkan terjadinya perbuatan / fiil). Misalnya :
(
)
Wis mukul, sapa ( )Zaid, ( ) ing Umar, ()
kelawan pukulan.
(Zaid telah memukul Umar dengan pukulan)

2) Menjelaskan jenis perbuatan .Misalnya :


(
mukul, sapa ( )Zaid, ( ) ing Umar, ()
) Wis

kelawan pukulane
kethek. (Zaid telah memukul Umar dengan pukulan kera)



3) Menjelaskan jumlah (banyak / sedikitnya) perbuatan. Misalnya :
(
mukul, sapa ( )Zaid, ( ) ing Umar, ()
) Wis

kelawan sak pukulan


/ rong pukulan.
(Zaid telah memukul Umar dengan satu pukulan / dua pukulan)

Tarkib :
Lafadz
adalah isim mufrod yang berirob nashab karena menjadi
mashdar, yang fungsinya untuk taukid (menguatkan terjadinya perbuatan / fiil).
Tanda nashabnya fatkhah.
Lafadz
adalah isim mufrod muannats, irobnya nashab karena menjadi
mashdar (yang menjelaskan jenis fiil). Tanda nashabnya fatkhah.
Lafadz
adalah isim mufrod muannats, irobnya nashab karena menjadi
mashdar (yang menjelaskan bilangan fiil). Tanda nashabnya fatkhah.
Catatan :
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, memiliki asal
kata yang sama dengan fiil yang sebelumnya. Lafadz ,asal
katanya sama

dengan asal kata dari fiil



Lafadz
juga asal katanya sama dengan fiil


.Dan lafadz
asal katanya juga sama dengan fiil
.
Berarti,
kalimah-kalimah itu menduduki posisi Mashdar, yang harus dinashab dan
dibaca kela an / dengan.

C. Macam-macam Mashdar

1. Mashdar Lafdziy.
Ialah mashdar, yang asal lafadznya, sama dengan asal lafadz fiilnya. Lihat
contoh-contoh mashdar di atas !
2. Mashdar Mana iy.
Ialah jika antara mashdar dan fiilnya, hanya memiliki kesamaan mana saja,
tidak memiliki kesamaan lafadz.
Contoh :
)
(
wis lungguh sapa ingsun, ( ) kelawan lungguh temenanan. (saya

telah benar-benar duduk)
) wis ngadeg sapa ingsun, ( ) kelawan ngadeg temenanan. (saya
(

benar-benar telah berdiri)
D. Kaidah-kaidah Mashdar
1. Harus Nashab.Lihat contoh-contoh di atas !
2. Harus cocok diterjemah dengan : kelawan / dengan
7. KHAL ()
(dibaca dengan : khale / dalam keadaan)
A. Pengertian Khal
Ialah isim berirab nashab, yang disebutkan untuk menjelaskan keadaan fail,
atau keadaan maful, atau keadaan dari fail dan maful sekaligus, ketika
terjadinya perbuatan. Khal biasanya diterjemah dengan KHALE / DALAM
KEADAAN/ PADA HAL. Contoh :
Khal yang menjelaskan keadaan Fail.
(
) Lunga, sapa ( ) Umar, ( )maring maring sekolahane, (
)
khale wong kang mlaku (Umar berangkat ke sekolah dalam keadaan orang yang
berjalan)

) Lunga, sapa ( ) Fathimah, (


(
) maring maring sekolahane,
(
) khale wong kang mlaku (Fathimah berangkat ke sekolahnya dalam

keadaan orang yang berjalan)

Khal yang menjelaskan keadaan maful bih
ing jaran ( ) khale den pelanani (Saya
) Numpak
(
sapa ingsun, (

)

menaiki kuda dalam keadaan berpelana)

ing buah, (
) Mangan sapa ingsun, ()
(
)khale mateng (saya makan

buah dalam keadaan masak)

Tarkib :
Lafadz
adalah fiil madhi, I'robnya mabni fatkhah sebab tidak bertemu
dengan wawu jama', tak fa'il, nun fa'il, dan nun niswah.
Lafadz adalah isim mufrod, berirab rafa, karena menjadi failnya lafadz

,tanda rafanya dhommah.


Lafadz adalah kharf jar ( mengjarkan isim )
Lafadz adalah dua kalimah yang dirangkai menjadi satu (mudhof dan
mudhof ilaih). Lafadz ( mudhof) adalah isim mufrod muannats irabnya jar,
karena didahului oleh kharf jar Dan lafadz (mudhof ilaih), adalah isim
dhomir muttashil, irabnya jar karena mudhof ilaih, tandanya mabni.
Lafadz
adalah isim mufrad mudzakkar, irabnya nasab karena menjadi
khal, tanda nasabnya dengan fatkhah.

B. Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan Khal


1. Isim yang diberi khal dinamakan shohibul khal, dan harus isim marifat (lihat
contoh-contoh di atas).
2. Khal harus isim nakiroh. Seandainya khal berupa isim marifat, maka harus

isim marifat yang memiliki sinonim dengan isim nakiroh. Misalnya :


( ) temen-temena sapa sira, ( ) khale ijenira. (Bersungguh-sungguhlah
engkau, dalam keadaan sendirian).
Lafadz ( ),
alaupun isim marifat, tapi sinonim dengan lafadz ()

yang isim nakiroh. Sehingga bisa menjadi khal. =


3. Adakalanya, khal berupa jumlah. (baik jumlah ismiyah ataupun jumlah
filiyah)
Khal jumlah ismiyah, biasanya dibantu dengan (wawu khal). Misalnya :
(
) Sholat sapa ingsun , ( ) khale utawi menungsa iku ( ) lagi
pada turu (Saya melakukan sholat, dalam keadaan orang-orang sedang tidur)


Lafadz adalah mubtada, sedangkan lafadz adalah khobar. Jadi,
susunan adalah jumlah ismiyah (mubtada dan khobar), yang disini
menduduki posisi khal dari dhomir ( ) yang menjadi fail dari fiil
mudhore
. Sedangkan huruf yang ada pada awal jumlah, dinamakan
wawu khaliyah (yang dibaca KHALE)
Khal jumlah filiyah, Misalnya :
)
(
Ningali sapa ingsun, ( )ing Zaid, ( ) khale lagi ngadek sapa Zaid

(Saya melihat Zaid dalam keadaan sedang berdiri)
) Ngrungu sapa ingsun, ( ) ing Rasulullah Saw. ( ) Khale lagi
(
ngendika sapa Rasulullah Saw. (Saya mendenganr Rasulullah Saw. Dalam

keadaan beliau bersabda)
Irabnya :
Lafadz adalah fiil mudhore. Failnya dhomir yang tersimpan di dalam
fiil mudhore itu. Jadi, lafadz pada hakekatnya adalah jumlah filiyah ( fiil
dan fail ) , yang menduduki posisi khal.
4. Setiap fiil yang jatuh setelah isim marifat, dan setelah jumlah sempurna,
maka fiil itu menjadi khal. Lihat dua contoh terakhir di atas !

8. TAMYIZ ( )
( dibaca dengan : Apane )
A. Pengertian Tamyiz
Tamyiz ialah isim yang berirob nashab, yang disebutkan untuk menerang kan
jenis, ukuran, timbangan, atau bilangan yang masih samar dan butuh
diterangkan. Tamyiz biasa dibaca dengan APANE, dan isim/fiil yang
ditamyizi disebut dengan Mumayyaz.
B. Kaidah yang berkaitan dengan Tamyiz.
1. Tamyiz harus isim Nakiroh.
2. Tamyiz harus diletakkan setelah kalam sempurna (jika fil, telah ada failnya,
atau jika mubtada telah ada khobarnya)
C. Macam-macam Tamyiz dan Contoh-contohnya
1. Tamyiz yang menjelaskan bilangan. Misalnya :
) Wus tuku sapa ingsun, ( ) ing 10, apane( ) kitabe (Saya telah
(

membeli 10 buku)
( ) Banjur nyiapake, sapa ( )Abu bakar, nyiapake ing ( ) sewelas,
apane ( ) pasukane, (
)kanggo merangi maring wong-wong kang
pada murtad. (Maka Abu bakar menyiapkan sebelas pasukan untuk memerangi
orang-orang yang murtad itu)

2. Tamyiz yang menjelaskan ukuran / timbangan. Misalnya
)
( )Iku tetep keduwe sira, (
utawi sak sho', apane ( ) gandume

(Untukmu, satu sho' gandum)

) Tuku sapa ingsun, (
(

) ing satus jengkal, apane ( ) lemahe.

(Aku membeli 100 jengkal tanah)

3. Tamyiz yang menjelaskan keberadaan. Misalnya :


(

)Mili-mili, sapa ( )Zaid, apane ( ) keringete (Zaid bertetesan
keringatnya)


( )Utawi Zaid, iku ( ) luwih bagus ( ) tinimbangane sira, () apane
akhlaqe (Zaid lebih bagus ketimbang kamu akhlaqnya)

9. DZOROF / MAFUL FIH


(dibaca dengan : ingdalem)

A. Pengertiannya.
Ialah isim Zaman atau isim Makan yang berirab nashab, yang diletakkan
dibelakang fiil, untuk menerangkan aktu atau tempat terjadinya fiil tersebut,
sehingga dzorof selalu menyimpan )) dalam pemaknaannya. Dalam bahasa
Indonesia, dzorof disebut dengan keterangan tempat (dzorof makan) atau
keterangan waktu (dzorof zaman). Itulah sebabnya dalam penerjemahan bahasa
Jawa, dzorof diterjemah dengan : ingdalem
Contoh :
)
(
ningali sapa ingsun, ( )ing Zaid, ( ) ingdalem dina Senin, (
ingdalem ngarepe masjid (Saya melihat Zaid, di hari Senin, di depan

)

masjid)

(
)
wus gebug, sapa ( )Zaid, ( ) ing asu, ( ) ingdalem ngarep
omahe Zaid, ( ) ingdalem dina Jumat. (Zaid telah memukul anjing di
depan rumahnya, di hari Jumat)

( )bakal niliki, sapa ( )Zaid, ( )ing bapake Zaid, ( ) ingdalem wektu


sesuk. (Zaid akan mengunjungi bapaknya besuk)
) berangkat sapa ingsun, ( )maring sekolahan, ()
(
ingdalem

wektu esuk (aku berangkat ke sekolah di waktu pagi)

(
) utawi lungguhira, ( ) ingdalem wektu sak jam, (
)
ingdalem majlis ilmu, iku ( ) luwih bagus (


) tinimbangane
merdikakake sewu budak (dudukmu selama satu jam di majlis ilmu itu lebih
baik daripada memerdekakan seribu budak)



Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semua
berirab nashab, karena menduduki posisi maful fih (dzorof)

B. Macam-macam isim dzorof


1. Macam-macam Isim Dzorof Zaman
Arti Isim Dzorof
Ingdalem dina iki / di hari ini
Ingdalem bengi iki / di malam ini
Ingdalem wektu esuk / di waktu pagi
Ingdalem wektu esuk / di waktu pagi
Ingdalem wektu sahur / di waktu sahur
Ingdalem dina sesuk / besuk
Ingdalem wektu sore / di sore hari
Ingdalem wektu esuk / di pagi hari

Ingdalem wektu sore / di waktu sore


Ingdalem sak lawase / selama-lamanya /
Ingdalem siji wektu / di satu waktu

2. Macam-macam Isim Dzorof Makan


Arti Isim Dzorof

Ingdalem ngarepe / di depan
Ingdalem burine / di belakang
Ingdalem ngarepe / di depan
Ingdalem burine / di belakang

Ingdalem duwure / di atas


Ingdalem ngisore / di bawah
Ingdalem sandinge / di dekat
Ingdalem sartane / bersama-sama
Ingdalem ngarepe / di depan
Ingdalem penere / selurus
Ingdalem arahe / searah
Ing kene / di sini
Ing kono / di sana
C. Kaidah-kaidah Maful Fih ( Isim Dzorof )
1. Maful fih / dzorof ( yang harus dinashab dan dibaca ingdalem ), mesti
berupa isim-isim dzorof ( baik dzorof Zaman maupun dzorof Makan ). Akan
tetapi tidak semua isim dzorof harus dinashab, karena tidak semua isim dzorof
menduduki posisi maful fih.
2. Harus cocok dibaca dengan ingdalem .

10. MUNADA IDHOFAH


A. Pengertian Munada
Ialah isim yang di depannya ada salah satu dari harf nida
( kata panggil ) yaitu : , , , , , , .
Jadi, Munada ialah isim yang dipanggil.
B. Macam-macam Munada dan Hukumnya
Munada ada 5 macam, yaitu :

(1) Munada Mufrad Alam. (2) Munada Nakirah Maqshudah. (3) Munada
Nakirah ghoiru maqshudah. (4) Munada Mudhof. (5) Munada syibhil mudhof.
Keterangan :
1. Munada Mufrad Alam. Ialah munada yang berupa : nama-nama yang hanya
terdiri dari satu isim ( alaupun, mungkin isim itu isim tatsniyah / isim jama) ,
bukan nama yang terdiri dari mudhof dan mudhof ilaih. Hukumnya ajib rafa
sesuai dengan tanda rafanya m
2. asing-masing, tetapi tidak boleh ditanwin. Misalnya :
, ,

, , ,
3. Munada Nakirah Maqshudah. Ialah munada yang berupa : isim nakiroh, dan
isim nakiroh itu memang yang dimaksudkan untuk dipanggil. Hukumnya wajib
rafa. Misalnya :

, , ,
(ketika memanggil orang-orang yang tidak diketahui nama-namanya)
4. Munada Nakiroh Ghoiru Maqshudah. Ialah munada yang berupa : isim
nakiroh yang tidak dimaksudkan untuk dipanggil. Irobnya harus nashab.
Misalnya ucapan orang buta :
!
5. Munada Mudhof. Yaitu munada yang berupa : rangkaian mudhof dan mudhof
ilaih. Munada ini irobnya wajib Nashab.
Misalnya :
, , ,
6. Munada Syibhil Mudhof (serupa mudhof). Munada ini Irobnya ajib
nashab. Misalnya :
= wahai orang meneliti gunung !
= wahai orang yang mulia akhlaqnya !
= wahai pelaku kejahatan !
Semua kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, adalah kalimahkalimah yang menjadi Munada (yang dipanggil). Adapun Munada yang

termasuk manshubat (harus dinashab) adalah Munada no 4 dan no 5.


Munada
Wajib Dhommah tanpa tanwin Wajib Nashab
Mufrod Alam

Nakiroh Maqshudah

Nakiroh ghoiru Maqsudah

Mudhof

Serupa Mudhof

11. MUSTATSNA BI ILLA


A. Pengertiannya.
Membicarakan mustatsna bi illa, mau tidak mau kita harus membicarakan pula
kalam Istitsna. Yaitu kalam yang di dalamnya terdapat (1) ( alat untuk
mengecualikan), (2) ( yang dikecualikan), dan (3) ( yang
darinya dikecualikan). Misalnya :
(
)
wus hadir, sapa ( )murid-murid, ( )kejaba Zaid. (Murid-murid

telah datang kecuali Zaid)



( )Ora ana pangeran ( ) kejaba Allah (Tidak ada tuhan kecuali Allah)

Keterangan :
Lafadz adalah ( yang darinya dikecualikan)
Lafadz adalah ( alat untuk mengecualikan).
Dan Lafadz adalah ( yang dikecualikan).
Lafadz adalah ( yang darinya dikecualikan).
Lafadz adalah ( alat untuk mengecualikan).
Dan lafadz adalah ( yang dikecualikan).
Jadi, ialah isim yang jatuh setelah dan isim yang sebelum
, dinamakan
B. Macam-macam alat untuk mengecualikan.
Selain yang biasa digunakan untuk mengecualikan ada 8 yaitu :
Selain = Kecuali = Kecuali =
Selain = = selain/bukan Kecuali =
Selain = Kecuali =
C. Macam-macam Mustatsna (yang dikecualikan)
Mustatsna ada 2 macam, yaitu :
1. Mustatsna Muttashil. Ialah, apabila mustatsna sejenis dengan Mustatsna
Minhunya. Misalnya :
ing pira-pira guru, sun tingali ( ) utawi
)
(
wus ningali sapa ingsun, ( )
deweke kabeh, iku ( ) temen-temen wus kumpul sapa deweke kabeh, (
ingdalem sekolahan, ( ) kejaba Khalid. (Saya melihat, guru-guru
)

telah berkumpul di sekolahan, kecuali Khalid)

Jika kita perhatikan ( mustatsna), maka kita menemukan adanya kesamaan

jenis dengan ( mustatsna minhu). Jadi, mustatsna dalam jumlah ini, adalah
mustatsna muttashil.
wong-wong kang pada lelungan, ( ) kejaba
()
wus teka, sapa ( )
Zaid (Para musafir telah datang, kecuali Zaid)
Jika kita perhatikan sebagai Mustatsna, maka kita temukan ia sejenis
dengan yang menjadi Mustatsna Minhunya. Berarti Mustatsna dalam
jumlah ini, juga muttashil.
2. Mustatsna Munqothi. Ialah apabila Mustatsna, tidak sejenis dengan
Mustatsna minhunya. Misalnya :
) wus kobong apa ( ) omah, (
(
) kejaba buku-buku iku. (rumah

itu telah terbakar, kecuali buku-buku itu)

para jamaah haji ( )kejaba ( ) barang( ) wus teka sapa ()
barange de eke kabeh. (Jamaah haji telah dating, kecuali barang-barang
mereka)
Perhatikan kalimah
dan yang kedudukannya sebagai mustatsna pada
kedua contoh di atas, maka keduanya tidak sejenis dengan dan
sebagai mustatsna minhunya. Berarti, kedua jumlah di atas, mustatsnanya
munqothi

D. Hukum Mustatsna bi illa yang Muttashil


Isim yang dikecualikan dengan , memiliki 3 Irob, yakni :
1. Mustatsna wajib nashab. Yaitu apabila jumlahnya berupa Jumlah Tam Mujib
(yaitu jumlah yang sempurna, dan tidak diawali dengan Nafi atau Nahi). Lihat
contoh-contoh diatas.
2. Mustatsna boleh nashab, dan boleh mengikuti irob dari mustatsna minhunya

(menjadi badal). Yaitu apabila jumlahnya berupa Jumlah Tam Manfiy (yaitu
jumlah yang sempurna, akan tetapi didahului oleh harf Nafi / Nahi / istifham) .
Misalnya :
( ) ora teka, sapa ( )murid-murid, ( )kejaba, ( )Zaid (murid-murid
tidak datang, kecuali Zaid)

( )ora lulus, sapa ( )murid-murid, ( ) kejaba murid kang
sregep (murid-murid tidak lulus, kecualimurid yang rajin)

) ora ngliwati sapa ingsun ( ) ing siji kaum, ( )kecuali Zaid


(

(saya tidak melewati kaum, kecuali Zaid) \
3. Irob mustatsna ajib mengikuti amil yang sebelumnya. Yaitu apabila
jumlahnya berupa jumlah naqish (tidak disebutkan mustatsna minhunya).
Misalnya :
( ) ora ngadeg sapa ( ) kejaba Zaid (tidak ada yang berdiri kecuali Zaid)


(
) ora ningali sapa ingsun, ( )kejaba ing Zaid (saya tidak melihat,

kecuali Zaid)

) ora ketemu sapa ingsun, ( )kejaba kelawan Zaid (saya tidak
(

bertemu kecuali dengan Zaid)
E. Hukum Mustatsna bi illa yang munqothi

Mustatsna Munqothi, Irobnya selalu nashab. Baik jumlahnya tam (sempurna)


atau tidak, ataupun didahului Nafi atau tidak.
Contoh : Lihat contoh mustatsna munqothi di atas, dan juga contoh di bawah
ini ! dan Perhatikan Mustatsnanya !
( ) ora ana tumrap deweke kabeh ( )kelawan iki perkara , ( ) saking
pengertian ( ) kejaba nuruti maring penyana (tidak ada bagi mereka
dengan hal itu dari pengertian, kecuali mengikuti persangkaan)

F. Hukum Mustatsna dengan menggunakan , , , , ,
Mustatsna dengan menggunakan adat-adat istitsna ini, memiliki 3 hukum Irob,
yaitu :
1. diirobi Jar, karena mustatsna dianggap sebagai mudhof ilaih dari alat-alat
istitsna ( , , , , , ) . Misalnya:
kaum, ( ) sakliyane Zaid (telah
()
wus teka ( ) ing ingsun, sapa ( )
datang kepadaku kaum, selain Zaid)
Artinya sama dengan diatas
Artinya sama dengan diatas
Artinya sama dengan diatas
2. Khusus pada alat istitsna , , , maka disamping mustatsnanya dibaca
jar, boleh juga ia dibaca nashab, karena dianggap sebagai maful bih dari alatalat istitsna itu. Karena ada yang memasukkan alat-alat istitsna ini kedalam
kategori fiil ( bukan kharf ), sehingga mustatsna menjadi maful bihnya.
Contoh :

()
wus teka ( ) ing ingsun, sapa ( ) wong lanang akeh ( ) sakliyane
Zaid / ( ) nyulayani ing Zaid (telah datang kepadaku banyak laki-laki,
selain Zaid) \
Artinya sama dengan yang diatas \
Artinya sama dengan yang diatas \
3. Bahkan Mustatsnanya dan wajib nashab, apabila dan dimasuki
oleh masdariyah (selagine). Karena disini, keduanya adalah fiil, sehingga
mustatsnanya dijadikan maful bihnya. Misalnya :
()
wus teka ( ) ing ingsun, sapa ( ) wong-wong lanang, ( ) selagine
nyulayani ( )ing Zaid (telah datang kepadaku banyak laki-laki, selagi bukan
Zaid)
Sda
F. Adapun Irobnya lafadz , sama dengan irobnya mustatsna dengan .
Yaitu :
1. Harus nasab apabila kalamnya, kalam tam mujib. Perhatikan contoh di bawah
ini dengan seksama !
=
2. Boleh nasab dan boleh rafa, apabila kalamnya tam manfiy. Contoh :
\
= \

3. Mengikuti amilnya (bisa rafa, bisa nasab, dan bisa jar), apabila kalamnya
berupa kalam Naqish (tidak disebut mustatsna minhunya). Misalnya :
( ) ora ngadeg, sapa ( ) sakliyane Zaid =


(
) ora ningali sapa ingsun, ( ) ing sakliyane Zaid =



) ora ngliwati sapa ingsun, ( ) kelawan sak liyane Zaid



(
=

IROB MUSTATSNA
dengan illa dengan ghoiru,siwa,suwa dan sawa-a dengan kholaa, adaa dan
khasyaa

Harus Nasab, bila kalamnya : Tam Mujab


Boleh Nasab atau Rafa, bila kalamnya: Tam Manfiy
\
Ikut amilnya, bila kalamnya : Naqish


Harus selalu Jar, apapun kalamnya





Boleh nashab atau Jar



\
12. ISIMNYA LA ( )
A. La yang masuk pada isim, dinamakan La Linafyil jinsi. Ia beramal seperti
(menashabkan isim dan merafakan khobar) , apabila ia masuk pada:
(1) Isim Nakiroh, (2) La nya tidak berulang-ulang dan (3) Isim Nakiroh itu
bersambung langsung dengan La. Misalnya:
( )ora ana pangeran ( )kejaba Allah. (Tidak ada Tuhan, selain Alloh)

( ) ora ana paksaan, ( ) ingdalem agama (tidak ada paksaan di dalam
agama)
( ) ora ana taat (
)ingdalem
) maring mahluq (

mashiyat maring Alloh (tidak ada taat kepada mahluq, di dalam mashiyat
kepada Alloh)



Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, semua harus
berirob nashab, karena isim nakiroh yang secara langsung dimasuki La, dan La
nya tidak berulang (hanya satu)
B. Isim La boleh Nashab / rafa, karena La boleh beramal (menashabkan) dan
boleh ilgho (tidak beramal). Yaitu apabila La berulang dan bertemu dengan
isim nakiroh. Misalnya :
( ) ora ana utawi wong lanang, (
)iku ingdalem omah, ( ) lan

ora ana utawi wong wadon, iku ingdalem omah. (tidak seorangpun laki-laki
berada di rumah, dan tidak seorang wanitapun)




Jika lafadz dan dibaca nashab, berarti menjadi isimnya yang beramal.
dibaca rafa, berarti tidak beramal. Sehingga
Dan jika lafadz dan

lafadz menjadi
mubtada dan lafadz

menjadi khobarnya.
C. Apabila La tidak bertemu langsung dengan isim nakiroh, maka isimnya La
ajib rafa (karena ia menjadi mubtada muakhkhor), dan La harus berulang.
Misalnya :
(
utawi wong lanang, ( )
lan ora
) ora ana iku ingdalem omah, ( )
ana iku ingdalem omah ( ) utawi wong wadon.(tidak ada seorang laki-laki
dan seorang perempuan, di dalam rumah).

1. Wajib menashabkan. Bila LA bertemu langsung dengan isim Nakiroh, dan
LA tidak berbilang.
2
. Boleh beramal &Boleh ilgho (tidak beramal). Bila LA berbilang.
3 \
\ . Wajib Rafa. Bila LA tidak bertemu langsung
dengan isim nakiroh.


13. MAFUL MAAH

A. Pengertiannya.
Ialah isim yang dinasabkan, yang jatuh setelah Wa u Maiyyah ( Wa u yang
berarti serta)

B. Syarat-syarat Maful Maah


1. Maful Maah itu hanya sebagai tambahan.
2. Sebelum Maful Maah harus sudah merupakan jumlah yang telah sempurna.
3. Wa u harus bermakna serta.
Contoh-contoh :
(
) Wus mlaku, sopo ( ) Ali, ( )
sartane gunung. (Ali telah berjalan
bersama Gunung)

banyu, ( )
( ) Wus madhani, opo ()
sartane kayu. (Air itu telah
menyamai kayu)


14. Matbu'at ( yaitu isim-isim yang diikutkan pada isim-isim yang sebelumnya)
Penjelasan tentang al matbu'at, telah disebutkan di depan. Matbu'at ada 4, yaitu :
Shifat Maushuf, Athaf Ma'thuf, Taukid Muakkad, dan Badal Mubdal.

BAB ISIM-ISIM YANG HARUS DIJARKAN

Isim harus beri'rob Jar hanya pada 3 tempat, yaitu :


1. Apabila di dahului oleh salah satu kharf Jar
2. Apabila menjadi Mudhof ilaih, dan
3. At Tabi'at ( Isim-isim yang I'rob dan hgkumnya mengikuti isim-isim yang
sebelumnya). Yaitu :
(1) Shifat i'robnya mengikuti maushufnya
(2) Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi.

(3) Badal, i'robnya mengikuti isim ysng dibadali, dan


(4) Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.

Anda mungkin juga menyukai