Kalam / Jumlah ( ) \
Ialah susunan kata yang memberikan pengertian. Dalam bahasa Indonesia
disebut dengan " Kalimat "
Kalimah ( )
Ialah susunan huruf yang memiliki pengertian. Dalam bahasa Indonesia
dinamakan " Kata " Misalnya : aku, kamu, meja, buku, pena,mengerti, faham,
makan, dll. Apabila beberapa kalimah disusun dengan benar, maka akan
terbentuk kalam/jumlah = kalimat.
Adapun kalimah itu dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
= ) Kata Benda
1. Kalimah Isim (
2. Kalimah Fiil ( = ) Kata Kerja
= ) Kata Sandang
3. Kalimah Kharf (
1. KALIMAH ISIM (Kata Benda)
, ,
Adapun diantara khuruf jar itu ialah :
Yaitu isim untuk benda-benda yang berjumlah 1, dan berjenis kelamin laki-laki.
(isim untuk laki-laki 1).
Cirinya : tidak berakhir dengan ta marbuthoh ( / )
Contoh :
= seorang laki-laki mumin
= seorang laki-laki muslim
= seorang laki-laki kafir.
2. Isim Mufrod Muannats (
)
Yaitu isim yang digunakan untuk benda yang berjumlah 1, dan berjenis kelamin
perempuan. (isim untuk perempuan 1).
Cirinya : selalu berakhir dengan ta marbutoh ( / )
Contoh :
= seorang perempuan muslim
= seorang perempuan mumin
= seorang perempuan kafir
3. Isim Tatsniyah Mudzakkar (
)
Yaitu isim untuk dua laki-laki
Cirinya: berakhir dengan tambahan huruf alif-nun (...
)
atau yak - nun ... )
Contoh :
/
dua laki-laki muslim
/
dua laki-laki mumin
/
dua laki-laki kafir
4. Isim Tatsniyah Muannats (
)
Yaitu isim untuk dua perempuan.
Cirinya:berakhir dengan tambahan ta-alif-nun ( ) atau yak-nun.(
... )
Contoh :
/
Dua perempuan muslim
/
Dua perempuan mumin
/
Dua perempuan kafir
5. Isim Jama Mudzakkar ( )
Yaitu isim untuk banyak laki-laki.
Cirinya: berakhir dengan huruf tambahan wawu-nun
( . ) atau yak-nun ( .... ). Jika huruf tambahan ini dihilangkan, maka
menjadi isim mufrod mudzakkar
Contoh :
/ banyak laki laki muslim
/ banyak laki laki mumin
/ banyak laki laki kafir
/ banyak laki laki munafiq
)
6. Isim Jama Muanats (
Yaitu isim untuk banyak perempuan.
Cirinya : berakhir dengan alif dan ta tanits ( . )
Contoh :
= banyak perempuan muslim
1)
= banyak perempuan mumin
2)
= banyak perempuan kafir
3)
1. Isim Jama Taksir (
)
Yaitu isim untuk benda-benda yang berjumlah banyak, dan tidak memiliki jenis
kelamin / jenis kelaminnya tidak jelas (ketika benda itu disebut).
Cirinya : Berbeda dengan isim-isim sebelumnya, yang semuanya memiliki ciriciri khusus, maka isim jama taksir tidak memiliki ciri-ciri khusus. Kita hanya
bisa mengetahui isim jama taksir dengan memperhatikan maknanya atau
dengan memperhatikan wazan-wazan (patokan-patokan) nya.
Contoh :
Arti Isim Jamak Isim Mufrod
Gunung- gunung
Kitab- kitab
Guru- guru
Masjid- masjid
Sampai disini, setiap bertemu dengan kalimah isim, kita harus sudah mampu
mengetahui isim itu isim apa. Mufrod, Tatsniyah, atau Jama, Mudzakkar atau
Muannats dengan melihat huruf tambahan yang ada pada akhir isim itu.
C. Isim-isim Yang Lain
Yang dimaksud dengan isim-isim yang lain, yaitu semua kalimah yang
meskipun pada kalimah itu tidak terdapat tanda-tanda isim, akan tetapi kalimah
itu termasuk kalimah isim. Ada pun 3 macam kalimah isim yang termasuk jenis
ini, yaitu :
1. Isim Dhomir (kata ganti)
2. Isim Isyaroh (kata tunjuk)
3. Isim Maushul (kata sambung ).
1. Isim Dhomir
Dalam bahasa Indonesia, Isim Dhomir dikenal dengan istilah Kata Ganti. Secara
garis besar Isim dlomir dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Isim Dhomir Munfashil (terpisah dengan kalimah lain)
2. Isim Dhomir Muttashil (terangkai dengan kalimah lain )
Untuk bisa mengetahui dan membedakan kedua isim dhomir itu, marilah kita
memperhatikan beberapa contoh kalimat / kalam di bawah ini :
Aku akan menolong mu
=
Kamu membawa bukuku =
Dia sedang membaca buku nya =
Mereka mengunjungi desa kita =
Kata-kata yang tercetak miring ( Aku, Kamu ,Dia dan Mereka) pada contoh-
dan
bagi kami amal kami =
2. Isim Isyaroh
Dalam bahasa Indonesia, isim Isyaroh disebut dengan kata tunjuk. Sesuai
dengan namanya, isim ini digunakan untuk menunjuk suatu benda. Oleh karena
itu , kita cukup menghafal dan mengetahui cara penggunaannya saja.
Adapun isim-isim Isyaroh itu ialah :
Ini ( untuk isim mufrod mudzakkar )
Ini ( untuk isim tmufrod muannats )
Ini ( untuk isim muannats mudzakkar )
Ini ( untuk isim tatsniyah muannats )
mereka ini ( untuk jama mudz. /muannats)
Itu ( untuk isim mufrod mudzakkar )
Itu ( untuk isim mufrod muannats )
Itu ( untuk isim tatsniyah mudzakkar )
Itu ( untuk isim tatsniyah muannats )
Di sana.
Keterangan :
1) Isim yang jatuh setelah isim isyaroh dinamakan musyar ilaih ( yang ditunjuk
)
2) Antara isim isyaroh dengan musyar ilaih harus bersesuaian dalam hal :
Mufrod / Jamanya, dan Mudzakkar / Muannatsnya. Apabila musyar ilaihnya
isim mufrod mudzakkar, maka isim isyarohnya harus mufrod mudzakkar.
Apabila musyar ilaihnya mufrod muannats, maka isim isyarohnya juga harus
mufrod muannats. Begitulah seterusnya.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini !
Arti Musyar ilaih Isim Isyaroh
Keterangan :
Lafadz adalah Aid
Lafadz isim Maushul
Lafadz adalah Shilah, yang didalamnya tersimpan dhomir yang kembali
kepada 'Aid (yaitu )
Lafadz pada lafadz adalah dhomir muttashil.
Sampai disini, kita harus sudah mampu :
1) Membedakan kalimah isim dari kalimah-kalimah yang lain.
2) Kita harus sudah bisa membedakan antara Isim mufrod mudzakkar /
muannats, isim Tatsniyah Mudzakkar / muannats, dan antara Isim Jama
Mudzakkar / muannats / Taksir.
3) Hafal Isim-isim Dhomir, isim-isim Isyaroh, dan juga isim-isim Maushul,
| | |
Tarkibnya :
=
harf jar = |isim mufrod mudzakkar = |isim mufrod mudzakkar =
|
isim mufrod mudzakkar = | isim mufrod mudzakkar
| | |
|
|
Tarkibnya:
= Fiil Mudhore | =
harf jar = |isim mufrod mudzakkar | = harf jar |
= isim mufrod mudzakkar |
= isim mufrod mudzakkar.
| | | |
Tarkibnya:
= harf | = isim mufrod mudzakkar | = isim mufrod mudzakkar | =
isim mufrod mudzakkar | = isim mufrod mudzakkar.
| | |
Tarkibnya :
= harf | = isim mufrod muannats = | isim mufrod mudzakkar | =
huruf.
Wazan ialah ukuran. Wazan fiil madli, berarti ukuran untuk fiil madli.
Artinya, jika suatu kalimah menyamai salah satu dari azan fiil madli itu,
berarti kalimah itu fiil madli. Atau jika suatu kalimah dinyatakan sebagai fiil
madli, maka kalimah itu harus mengikuti / menyamai salah satu dari wazanazan fiil madli itu dalam hal : (1) Jumlah huruf dan (2) Kharokat. Contoh :
Kalimat
adalah fiil madhi, karena ia menyamai azan fiil madhi
Kalimah
adalah fiil madhi, karena ia menyamai azan fiil madhi
Kalimah adalah fiil madhi, karena ia menyamai azan fiil madhi
Kalimah
adalah fiil madhi, karena ia menyamai azan fiil madhi ,
dst
B. Wazan- azan Fiil Madli
Karena fi'il Madhi itu ada yang terdiri dari 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf dan 6 huruf,
maka wazan-wazannya adalah :
1. Wazan- azan Fiil Madhi 3 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
, ,
,
, ,
,
, ,
,
2. Wazan- azan Fiil Madhi 4 huruf :
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
, , , , ,
, ,
,
,
, , , ,
,
, ,
,
Fiil Madhi 4 huruf, adakalanya memang asli terdiri dari 4 huruf. Tapi
adakalanya berasal dari fiil madhi 3 huruf yang diberi tambahan 1 huruf,
sehingga menjadi 4 huruf.
3. Wazan- azan Fiil Madhi 5 huruf.
, , ,
, ,
, , ,
4. Wazan- azan Fiil Madli 6 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
,
,
Perhatikan !!
Semua fiil yang mengikuti wazan- azan fi'il madhi diatas, dalam hal: jumlah
huruf dan kharokatnya, berarti fiil madli. Dan fiil yang mengikuti azanwazan itu, dinamakan mauzun (yang mengikuti wazan). Huruf-huruf tambahan
yang ada pada mauzun, sama persis dengan huruf-huruf tambahan yang ada
pada wazan, demikian juga letak huruf-huruf tambahan itu. Contoh :
adalah Fi madhi 4 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 4 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan
adalah Fi Madhi 6 hrf, mengikuti wazan
Begitu seterusnya, pelajarilah dengan seksama, hingga benar-benar faham.
C. Perubahan Fiil Madhi karena perbedaan pelaku.
Fiil-fiil Madli mengalami perubahan pada huruf akhirnya dengan adanya
huruf-huruf tertentu yang ditambahkan. Dimana huruf-huruf tambahan itu
menunjukkan 'siapa pelaku' dari fiil madhi itu.
2. FIIL MUDHORI
(Kata kerja bentuk sedang / akan)
Yaitu fiil (kata kerja) untuk suatu pekerjaan yang sedang / akan dikerjakan.
Itulah sebabnya fiil mudhore selalu diterjemah/dibaca dengan
sedang............ atau akan............. Misalnya :
sedang menulis sedang memasukkan
sedang makan sedang berperang
sedang membaca sedang memotong
A. Cara Membuat Fiil Mudhori dari Fiil Madhi
Yaitu dengan menambahkan salah satu dari huruf-huruf Mudhoroah pada
permulaan fiil madhi, kemudian merubah kharokat bacaannya. Adapun Khuruf
Mudhoroah itu ialah : Alif, Nun, Yak, dan Tak ( , , , ) . Misalnya :
Akan tetapi jika fiil madhinya terdiri dari 3 huruf dan huruf pertamanya
berupa Wa u, maka sebelum ditambahkan huruf mudhoroah, a u tersebut
harus dihilangkan terlebih dahulu, baru ditambahkan huruf Mudhoroah itu.
Misalnya :
Dan jika fiil madhinya terdiri dari 4 huruf atau lebih, serta huruf pertamanya
berupa Alif , maka sebelum ditambahkan huruf mudloroah, huruf alif tersebut
harus dihilangkan terlebih dahulu, baru ditambahkan huruf mudloroah.
Misalnya :
Khusus pada fiil mudhori yang berasal dari fiil madhi 4 huruf, maka huruf
Mudhoroahnya harus didhommah, sedangkan pada fiil-fiil mudhori yang
lain, semua huruf mudhoroahnya dibaca fatkhah. Misalnya :
B. Perubahan Fiil Mudhori, karena perbedaan Dhomir pelakunya
Dia (lk. 1) sedang menulis
Dia (lk. 2) sedang menulis
Dia (lk.Banyak) sedang menulis
Dia (pr. 1) sedang menulis
Dia (pr. 2) sedang menulis
Dia (pr.Banyak) sedang menulis
Kamu (lk. 1) sedang menulis
Kamu (lk. 2) sedang menulis
Kamu(lkbanyak)sedang menulis
= menetapkan = melempar
= berniat = menunjuki
3. Fiil Mudhore Fiil Lima (5).
Yaitu semua fiil Mudhore yang pelakunya dhomir:
misalnya :
, , , ,
Dlomir Fiil 5
, ,
,
, ,
, , , , ,
,
, , , ,
, , , , ,
, , , ,
,
3. FIIL AMAR
(Kata Perintah)
Dalam bahasa Indonesia, fiil Amar dikenal dengan istilah kata perintah .
Misalnya :
= Sinaua ! / Belajarlah !
= Nulisa ! / Menulislah !
= Macaa ! / Bacalah !
Seperti halnya fiil Mudhore itu bentukan dari fiil madhi, maka fiil Amarpun
juga dibentuk dari fiil madhi. Adapun caranya yaitu :
A. Cara Membentuk Fiil Madhi Menjadi Fiil Amar.
1. Apabila fiil madhinya terdiri dari 3 huruf, maka fiil amarnya dibentuk
mengikuti 3 kemungkinan wazan :
Tergantung kharokat ain fiil pada fiil mudhorinya. Jikaain fiil pada fiil
mudhorenya fatkhah, maka ain fiil pada fiil amarnyapun harus fatkhah ( -
). Jika ain fiil pada fiil mudhorenya kasroh, maka ain fiil pada
fiil amarnya juga kasroh ( - ) . Begitupula jika ain fiil pada fiil
mudhorenya dhommah, maka ain fiil pada fiil amarnya juga harus
didhommah ( - ) . Lihat contohnya !
2. Apabila fiil madhinya terdiri dari 4 huruf atau lebih, maka fiil amarnya
sama seperti fiil madhinya itu, hanya mengalami perubahan kharokat. Lihat
contoh-contoh di bawah ini !
Fiil Amar Fiil Mudhore Fiil Madhi
A. Perubahan Fiil Amar karena Perbedaan Dlomir Pelakunya.
Karena fiil amar itu 'perintah' dari ( orang I ) kepada ( orang II ), maka pelaku
fiil amarpun hanya orang II (kamu). Perhatikan daftar di ba ah ini dengan
seksama !
Dhomir Fiil Amar Arti
Kamu (lk. 1) menolonglah !
Kamu (lk. 2) menolonglah !
Kamu(lk. banyak) menolonglah!
perubahan-perubahan pada fiil amar terdapat pada akhir tiap-tiap fiil. Yakni
adanya tambahan huruf Alif Tatsniyah () , Wawu Jama' ( ), Yak Muannats
Mukhothobah ( ) dan Nun Niswah ( ). dimana tambahan huruf-huruf itu
menunjukkan berapa banyaknya pelaku
Sampai disini kita harus sudah mampu untuk :
1. Membedakan fiil Amar dari fiil-fiil yang lain (dengan memperhatikan
wazan-wazannya)
2. Bisa membuat fiil Madhi menjadi fiil Amar
3. Bila menjumpai fiil Amar maka kita harus bisa mengetahui bah a itu fi'il
Amar, dan sekaligus kita mengetahui siapa pelakunya.
Agar kita lebih bisa faham dan hafal jenis-jenis Fi'il dengan lebih baik, maka
perbanyaklah latihan-latihan seperti di bawah ini !
1-
| |
| | | | | | |
Tarkibnya :
| , = isim mufrod mudzakkar | =
= kharf | = fi'il madhi wazannya
fi'il madhi mengikuti wazan = | kharf
| = isim maushul | = kharf nafi |
muttashil.
3- :
| | | | | :|
|||
| | |
| |
|| |
Tarkibnya :
dan lain-lain .
B. Macam-macam Kharf
Kharf ada banyak sekali macamnya, dan masing masing kharf memiliki tugas
dan fungsi yang berbeda. Akan tetapi disini akan kita sebutkan macammacamnya saja dulu, agar kita bisa mengenali pada saat kita menjumpainya.
Sedangkan untuk tugas dan fungsinya, nanti kita pelajari sambil berjalan sesuai
dengan yang kita butuhkan.
a. Terdiri dari 1 huruf :
Kharf Arti Contoh
apakah
dengan, demi, di , ,
demi
... akan / bakal
maka
seperti
/ untuk/milik
Dan, demi
b. Terdiri dari 2 huruf
Kharf Arti Kharf Arti
tidak/tidak ada he.!
nalikane / ketika jika , karena , ketika
sebagian dari Utawa / atau
apa?,ora, sesuatu Yento / bila
temen-temen Lamun, senajan
apa ta ? / apakah atau
he..! yakni, he..
supaya, untuk malah, bahkan
ora dari/ tentang
ora bakal / tak kan didalam
dan seterusnya. Penjelasan lebih lanjut tentang tugas-tugas kharf, nanti akan kita
pelajari ketika kita membicarakan Irob.
Catatan :
Apa yang telah kita pelajari dari mulai isim, fi'il dan kharf, maka kalau bisa kita
harus hafal. Setidak-tidaknya kita harus faham betul, sehingga kapan saja kita
bertemu maka kita bisa tahu bahwa itu isim / fi'il / kharf.
IROB ( (
(perubahan pada akhir kalimah)
A. Pengertian Irob
Irob ialah perubahan pada tiap-tiap akhir kalimah. Perubahan-perubahan itu
dikarenakan adanya perbedaan amil (penyebab), yang masuk pada kalimahkalimah itu. Jika suatu kalimah dimasuki amil Rafi, maka kalimah itu harus
berirab rafa. Dan jika yang masuk adalah amil Nashib, maka kalimah itu
harus berirab nashab. Demikian pula jika yang masuk adalah amil Jar, maka
kalimah itupun harus berirab jar. Begitu seterusnya.
Contoh Keterangan
huruf pada di dzommah
huruf pada dikasroh
huruf pada difatkhah
dengan alif ( ) setelah
dengan Yak () setelah
dengan Yak () setelah
B. Pembagian Irob
Irob dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1) Irob Rafa ( )
2) Irob Nashab ( )
3) Irob Jar (
)
4) Irob Jazm (
)
Irob Rafa dan Irob Nasab bisa terdapat pada Isim dan Fiil, Irob Jar khusus
hanya pada Isim, dan Irob Jazm khusus pada Fiil. Jadi , Isim tidak memiliki
Irob Jazm dan Fiil tidak memiliki Irob Jar.
)
C. Tanda-tanda Irob (
Masing-masing Irob memiliki tanda-tanda yang telah tertentu, dan tandatanda itu digunakan pada tempat-tempat yang telah tertentu pula. Penjelasan
tentang Irob ini agak rumit, sehingga butuh kehati-hatian dan perhatian yang
ekstra. Karena bab Irob ini bab yang sangat penting dan mutlak digunakan
pada setiap saat.
(1). I'rob Rafa'
Irob Rafa memiliki 4 tanda, yaitu :
(1) Dzommah (2) Alif (3) Wawu (4) Tetepe huruf Nun
Keterangan :
1 . Dhommah ( __/ _ _ _ )
Menjadi tanda untuk Irob Rafa pada 4 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Mufrod, baik mudzakkar maupun Muannats.
Mis. : ,
2. Pada Isim Jama Taksir. Misal : ,
,
3. Pada Isim Jama Muannats. Misal :
2. Alif ( )
Menjadi tanda Irob Rafa hanya pada Isim Tatsniyah saja.
Misalnya :
,
,
3. Wawu ( )
Menjadi tanda untuk Irob Rafa pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Jama Mudzakkar. Misal : ,
,
2. Pada Isim 5 (lima) . Misal :
, , ,
Adapun Isim 5 ( lima) itu ialah : ,
Catatan :
Apabila isim 5 telah diberi tanda irob, maka ia tidak bisa berdiri sendiri,
tetapi harus dirangkai dengan isim yang lain. Misalnya :
| , | , | , | , |
4. Tetepe huruf Nun ( ) atau huruf Nun yang tetap ada',
Menjadi tanda untuk irob
rafa pada Fiil 5 (lima).
Misalnya : , ,
, ,
Kapan Isim Harus Beri'rob Rafa' ?
Isim harus beri'rob rafa' apabila :
1. Menjadi Mubtada (subyek)
2. Menjadi Khobar (predikat)
3. Menjadi Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
4. Menjadi Fa'il (pelaku fi'il)
5. Menjadi Naib Fa'il (pengganti Fa'il)
2. Irob Nashab
Irob Nashab memiliki 5 tanda, yaitu :
(1) Fatkhah , (2) Alif , (3) Kasroh , (4) Yak , dan
(5) Membuang huruf Nun
Keterangan :
1. Fatkhah (
/__ )
2. Alif ( )
Menjadi tanda Irob Nashab hanya pada Isim 5 saja.
Misalnya : , , ,
,
3. Kasroh ( )
Menjadi tanda bagi irob nashab pada 1(satu) tempat saja, yaitu pada : Isim
Jama Muannats.
Misalnya :
,
,
4. Yak ( )
Menjadi tanda bagi irob nashab pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Tatsniyah. Misal : ,
2. Pada Isim Jama Mudzakkar. Misal : ,
5. Membuang Nun
Menjadi tanda untuk Irob Nashab pada Fiil 5 saja. Misal :
- , -
- , -
-
Kapankah Isim Harus Berirob Nashab ?
Isim harus berirob Nashab apabila menjadi :
1. Maful Bih (obyek penderita / yang dikenai pekerjaan)
2. Shifat dari Maushuf yang berirob Nashab
3. Maful liajlih (sebab / karena)
4. Isimnya atau saudara-saudaranya
5. Khobarnya atau saudara-saudaranya
6. Khal (yang menjelaskan keadaan)
Yaitu semua fiil Mudlori yang huruf akhirnya berupa huruf shohih (bukan ,
,)
Misalnya :
Tanda Irob Fiil ini :
Rafa dengan Dzommah. Misalnya : , ,
Nashab dengan Fatkhah. Misalnya :
,
,
Nashab dengan Muqoddar (tak nampak)
Misalnya : Sama dengan contoh pada Irob rafa
Jazm dengan membuang huruf illatnya.
Misalnya :
3) Fiil Mudhori Mutal Yak
yaitu fiil Mudhori yang berakhir dengan huruf Yak
Contoh :
= menetapkan = melempar
= berniat = menunjuki
Tanda Irobnya :
Rafa dengan dhommah muqoddar (tersimpan)
Misalnya : , , ,
Nashab dengan fatkhah dzohir (tampak)
Misalnya :
, ,
,
Jazm dengan membuang huruf illatnya.
Misalnya : , , ,
, , , ,
Atau semua Fiil Mudlori yang mendapat tambahan huruf-huruf
(Alif Tatsniyah) dan, (Wa u Jama),
TABEL IROB
Nama Isim Rafa Nashab Jar Jazm
Isim Mufrod Mudz dhommah fatkhah kasroh contohnya
IsimTats. Mudz. alif yak yak contohnya
Isim Jama Mudz a u yak yak contohnya
Isim mufrod muanats dhommah fatkhah kasroh contohnya
Isim Tats Muanats alif yak yak contohnya
I'ROB FI'IL
Sebelum kita membicarakan I'rob-irob Isim, perlu kita lebih dulu membicarakan
I'rob Fi'il, karena pembicaraan I'rob fi'il lebih sedikit dan tak kalah penting
untuk kita bicarakan agar ketika kita praktek membaca, kita bisa
menyebutkannya.
2. Mabni Dhommah
Fi'il Madhi wajib mabni Sukun ( huruf terakhirnya wajib dikharokati sukun )
apabila bertemu dengan Tak Fa'il ( , ,) , Nun Fa'il ( ), dan Nun
Niswah ( )
Misalnya :
, , , , ,
, , ,
Cara menta'rib Fi'il Madhi :
: adalah fi'il madhi mabni fatkhah, karena tidak bertemu dengan Wawu
Jama', Tak Fa'il, Nun Fa'il, dan Nun Niswah.
: adalah fi'il-fi'il madhi mabni dhommah, karena bertemu dengan Wawu
Jama'
: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Tak Fa'il.
: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Fa'il.
: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Niswah.
Misalnya :
_______________
Nahwu dasar untuk pemula, ditulis oleh : M. Katib Masyhudi, pengasuh Pondok
Pesantren Fadlun Minalloh Wonokromo 1, Pleret, Bantul, Yogyakarta.
====================
LANGKAH KE DUA
MENYUSUN BAHAN
(ISIM, FI'IL, DAN KHARF YANG TELAH KITA PELAJARI KITA SUSUN
AGAR MENJADI JUMLAH YANG SEMPURNA)
Semata-mata karena idzin dan pertolonganNya, kami tuliskan di dalam buku ini
cara yang Insya Alloh sangat memudahkan bagi siapa saja yang ingin belajar
ilmu Nahwu agar bisa membaca Kitab Gundul ataupun teks-teks berbahasa
Arab lainnya.
Semoga buku ini menjadi bagian dari amal jariyah kami, dan memberikan
kemudahan serta manfaat yang besar bagi santri-santri yang tengah berjuang
menuntut ilmu, khususnya di Pondok Pesantren Fadlun min Alloh dan semua
Harapan saya, buku ini juga menjadi sebab Allah SWT melimpahkan
karuniaNya kepada istri tercinta saya Nur Nadhifah, anak-anak saya yang
terkasih dan tersayang Ahmad Faiz Abiyoso, Naila Rahmatus Saniyah dan
Ahmad Faishol Abimanyu, sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang
shalih dan shalihah, berilmu dan beramal, gigih dan tabah dalam menjalani
hidup di dunia ini untuk Allah dan Rasulnya. Amin.
Susunan kalimah yang membentuk jumlah / kalam, pada dasarnya hanya ada
dua :
1. Jumlah Ismiyah (jumlah yang diawali dengan Isim). Jumlah ini tersusun atas :
Mubtada' + Khobar
2. Jumlah Fi'liyah (jumlah yang diawali dengan Fi'il). Jumlah ini tersusun atas :
Fi'il + Fa'il.
Namun, adakalanya tersusun beberapa kalimah, akan tetapi tidak termasuk
jumlah / kalam, karena susunan kalimah tersebut tidak menghasilkan pengertian
yang sempurna. Susunan kalimah seperti ini ada 3 yaitu :
1. Mudhof dan mudhof ilaih (ialah 2 isim atau lebih, yang dirangkai menjadi
satu, sehingga menjadi satu rangkaian dan satu pengertian). Misalnya :
= utusan Allah
= rumah Alloh
= bab rukun-rukun wudhu
2. Jar dan Majrur (ialah kharf jar dan isim sesudahnya yang dijarkan. keduanya
menjadi satu rangkaian yang tak bisa dipisahkan).
Misalnya :
= di sekolahan
= dari Madinah ke Makkah
3. Shifat Maushuf (sifat dan yang disifati) biasa juga disebut dengan Na'at dan
Man'ut.
Misalnya :
= Allah yang maha besar
= Allah yang pengasih dan penyayang
Susunan-susunan kalimah di atas belum merupakan jumlah / kalam, karena
belum nemberikan pengertian yang sempurna.
BAB ISIM-ISIM YANG HARUS DIRAFA'KAN
Mubtada (subyek)
Khobar (predikat)
Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
Fa'il (pelaku fi'il)
Naib Fa'il (pengganti Fa'il)
1. JUMLAH ISMIYAH ( jumlah yang tersusun dari Mubtada dan Khobar )
( )
= Uta i + Iku/ Adapun+ adalah..
Mubtada ialah Isim yang terletak pada permulaan jumlah (kalimat). Dalam
bahasa Indonesia mubtada disebut dengan subyek atau pokok kalimat.
Itulah sebabnya kalau kita membicarakan Mubtada, kita harus membicarakan
Khobar. Karena diantara keduanya saling terkait dan tak mungkin dipisahkan.
Dalam bahasa Indonesia, kapan ada subyek, harus ada predikat. Maka dalam
bahasa Arabpun kapan ada mubtada harus ada khobar.
Khobar ialah yang menerangkan mubtada. Khobar bisa berupa isim ataupun
fi'il, yang penting harus menerangkan mubtada'.
Mubtada dibaca dengan 'uta i' / 'adapun' dan Khobar dibaca dengan 'iku' /
'adalah'. Isim yang menjadi mubtada, biasanya diberi simbol huruf mim () kecil
diatasnya. Sedangkan isim atau fiil yang menjadi khobar, diberi tanda huruf
kho ( )kecil diatasnya. Kapan ada Mubtada, maka disitu mesti ada Khobar.
Kapan ada 'utawi' / 'adapun', maka disitu mesti ada 'iku' / 'adalah'.
Mubtada bersama-sama dengan Khobar membentuk suatu Jumlah,
dinamakan JUMLAH ISMIYAH. Jadi, Jumlah Ismiyah ialah jumlah yang
terdiri dari Mubtada dan Khobar. (Mubtada' + Khobar = Jumlah Ismiyah).
Contoh-contoh Jumlah Ismiyah, sekaligus nanti setelah kita membicarakan
khobar.
B. I'rob Mubtada' dan Khobar
Mubtada' dan Khobar adalah termasuk isim-isim yang harus dirafa'kan I'robnya.
Adapun tanda rafa'nya, tergantung pada isim yang menjadi mubtada' atau
khobar itu. Apabila yang menjadi mubtada' / khobar itu adalah isim mufrod,
maka tanda rafa'nya dengan dhommah. Begitu seterusnya, sesuai dengan tandatanda I'rob rafa' yang telah kita pelajari di muka.
C. Macam-macam Khobar.
Khobar ada 5 macam, yaitu :
1) Khobar Mufrod,
2) Khobar Jumlah Ismiyah
3) Khobar Jumlah Filiyah
1. Khobar Mufrod
Ialah khobar yang hanya terdiri dari 'satu kalimah isim' walaupun 'satu kalimah
isim' itu, berupa isim mufrod, atau isim tatsniyah, atau isim jama'.
Contoh :
Utawi Zaid, iku murid lanang siji
Adapun Zaid, adalah seorang murid lk 2
Utawi Fathimah, iku murid wadon siji
(Adapun Fathimah , adalah seorang murid (pr)
Utawi Zaid loro, iku murid lanang loro
(Adapun Dua Zaid itu, adalah dua murid lk)
Utawi Zaid akeh, iku murid-murid kabeh
(Adapun Banyak Zaid itu, adalah murid)
wong-wong kang pada pinter
Utawi guru wadon akeh, iku
Ta'rib :
= isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda
rafa'nya dengan dhommah.
= isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi khobar, tanda
rafa'nya dengan dhommah.
= isim mufrod muannats, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda
rafa'nya dengan dhommah.
Catatan untuk diingat :1. Kalau ada isim di permulaan jumlah, berarti itu
Mubtada'. Berarti di situ mesti ada khobarnya. Kalau mubtada sudah ditemukan
khobarnya, maka harus sudah mahamke. Kalau belum mahamke, berarti
khobarnya belum pas.
2. Mubtada' dan khobar harus beri'rob Rafa'. Kecuali apabila khobarnya berupa
jar-majrur atau fi'il, maka tidak harus rafa', akan tetapi mengikuti aturan
I'robnya sendiri. Sedangkan rafa'nya khobar hanya mahal (menempati) saja.
Misalnya :
,
,
2. Khobar Jumlah Ismiyah.
Ialah khobar yang berupa jumlah ismiyah (mubtada + khobar) atau jumlah
ismiyah yang menjadi khobar dari suatu mubtada'. Contoh :
utawi Zaid, iku utawi bapake Zaid, iku guru
(Adapun Zaid, bapaknya adalah seorang guru)
utawi Fathimah, iku utawi ibune Fathimah, iku guru
(Adapun Fathimah itu, ibunya adalah seorang guru)
utawi Fathimah, lan utawi Zulaikhah, iku
utawi pelayane,
iku lunga.
(Adapun Fathimah dan Zulaihah itu, pelayan wanitanya pergi)
Ta'ribnya :
Ladadz adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa', karena menjadi
mubtada, tanda rafa'nya dhommah.
Lafadz terdiri dari ( isim 5) dan (isim dhomir muttashil). Jadi, lafadz
Rangkaian
( dinamakan Jar-Majrur) , menduduki I'rob rafa' karena
menjadi khobar.
Jadi lafadz
adalah Jumlah Ismiyah, yang khobarnya berupa Jarmajrur (khobar jar-majrur)
Utawi murid-murid, iku ingdalem sekolahane deweke kabeh.
(Murid-murid berada di sekolahan mereka).
5. Khobar Mudhof dan Mudhof ilaih.
Yaitu khobar yang berupa mudhof dan mudhof ilaih. Mudhof dan mudhof ilaih
ialah 2 isim atau lebih yang dirangkai menjadi satu, sehingga membentuk satu
pengertian, dan menduduki satu jabatan. Contoh :
Utawi kitab, iku ana ingdalem sandingira (Adapun Kitab itu, adalah
berada di dekatmu)
Ta'ribnya :
Lafadz adalah isim mufrod mudz., beri'rob rafa' karena sebagai mubtada,
tanda rafa'nya dhommah.
Lafadz terdiri dari lafadz dan yang dirangkai menjadi satu sehingga
menjadi satu pengertian, dan menduduki satu jabatan. Rangkaian seperti ini
dinamakan 'mudhof dan mudhof ilaih'.Lafadz =isim dzorof, I'robnya rafa'
karena menjadi mubtada' tandanya mabni fatkhah. dia sebagai mudhof. Lafadz
= isim dhomir muttashil, I'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda jarnya
mabni.
Jadi, adalah jumlah ismiyah, yang khobarnya berupa mudhof dan
mudhof ilaih, yaitu
Catatan untuk diingat :
1. Khobar bisa berupa : isim, fi'il, jar-majrur, ataupun mudhof dan mudhof ilaih,
bahkan bisa berupa jumlah. Yang penting menerangkan mubtada, dan cocok
dibaca dengan iku / adalah.
2. Di dalam jumlah, khobar tidak mesti jatuh setelah mubtada' langsung, tetapi
kadang terpisah oleh jar-majrur atau kalimah lain sehingga khbarnya ada jauh di
belakang. Bahkan dalam hal-hal tertentu, khobar harus didahulukan dari
mubtadanya.
3. Khobar harus beri'rob rafa', itu apabila khobar mufrod. Adapun selain khobar
mufrod, rafa'nya hanya makhal saja
fa'il membentuk Jumlah Fi'liyah, yaitu jumlah yang dia ali dengan fiil, atau
jumlah yang susunannya : Fi'il + Fa'il.
Dalam penerjemahan bahasa Ja a, Fail biasanya dibaca dengan 'sapa' jika yang
menjadi fail itu berakal, dan dibaca dengan 'apa' jika yang menjadi fail itu
tidak berakal.
Apabila suatu fiil telah disebutkan failnya maka harus sudah memberikan
pengertian, karena sudah terbentuk suatu jumlah / kalam, yaitu jumlah Filiyah.
Kecuali apabila fiilnya transitif (fi'il yang membutuhkan obyek), maka baru
akan terbentuk pengertian yang sempurna setelah diberikan obyeknya. Dalam
bahasa Arab, obyek disebut dengan Maful Bih. Jadi, susunannya menjadi: (
Fiil + Fail + Maful Bih )
Fail termasuk isim yang harus di rafa kan.
Di bawah ini contoh jumlah fi'liyah yang fi'ilnya lazim (tidak membutuhkan
obyek / yang dikenai pekerjaan), sehingga susunannya cukup dengan : Fi'il +
Fa'il
Lagi nangis, sopo Fathimah
Fathimah sedang menangis
Lagi lara, sopo Sanusi
Sanusi sedang sakit
Keterangan : dan adalah fi'il mudhore', fi'il lazim (tidak butuh obyek
/ maf'ul bih)
3. Naib Fail ( )
=Pengganti Fa'il
Setiap fiil harus memiliki fail. Akan tetapi, jika :
tidak diketahui failnya, atau telah sangat diketahui failnya, maka suatu fiil
biasanya tidak di sebutkan failnya, kemudian mafulnya dijadikan sebagai
pengganti fail (naib fail), dengan proses sebagai berikut :
1) Fiil tersebut diubah dari mabni malum (bentuk kata kerja aktif) menjadi fiil
mabni majhul (bentuk kata kerja pasif)
2) Maful bih (obyek penderita) dari fiil tersebut, dijadikan naib fail
(pengganti fail), sehingga yang semula irobnya nashab karena menduduki
jabatan maful bih, sekarang irobnya berubah menjadi rafa karena telah
menjadi Naib Fail.
Cara menjadikan fiil mabni malum (kata kerja aktif) menjadi fiil mabni
majhul (kata kerja pasif) ialah :
1. Untuk fiil Madli, maka dengan :
( didommah huruf awalnya dan dikasroh huruf yang
sebelum akhir )
Contoh :
1.
= menolong, menjadi
= ditolong
2.
= memukul, menjadi
= dipukul
3.
= menulis, menjadi
= ditulis
2. Untuk Fiil Mudlori, maka dengan :
( didommah huruf awalnya, dan difatkhah huruf yang
sebelum akhir )
Contoh :
1.
menjadi
2. menjadi
3. menjadi
Jadi, naib fail itu pada dasarnya adalah maful bih dari suatu fiil, yang karena
tidak disebutkan failnya, maka ia dijadikan sebagai pengganti fail tersebut.
Dia (lk 1) ditolong
Dia (dua lk ) ditolong
Mereka (lk) ditolong
Dia (pr) ditolong
Dia ( pr 2) ditolong
Mereka (pr) ditolong
Kamu (lk) ditolong
Kamu (2lk) ditolong
Kamu semua ditolong
Kamu (pr) ditolong
Kamu (2pr ) ditolong
Kamu (lk ) ditolong
Saya ditolong
Kita ditolong
Contoh-contoh Jumlah yang tidak disebutkan fa'ilnya, sehingga fiilnya mabni
Majhul dan maf'ul bihnya dijadilan Naib Fail
membaca al Quran yang mulia)
Sholat sopo kita,
utawi iki, iku kitabe iki murid (Ini, kitabnya murid itu)
Isim Nakiroh.
ialah kebalikan dari isim ma'rifah. Yaitu isim yang masih bersifat umum, dan
belum diberikan pembatasan. Isim Nakiroh, biasanya ber'tanwin' dan tidak ada
AL (). Dan bila pada permulaan isim nakiroh diberikan AL, maka isim
nakiroh berubah menjadi isim ma'rifat. Misalnya :
= rumah = kitab
= sekolahan
= sepeda
= seorang laki-laki = sebuah buku
Pokoknya selain isim ma'rifah yang di atas, semua isim adalah nakiroh .
Ialah mengikutkan hukum suatu isim atau fi'il kepada hukum isim atau fi'il yang
sebelumnya, karena adanya kesamaan, dengan menggunakan kharf-kharf
tertentu.
( ) ora ana, sapa ( ) Muhammad, ora ana iku ( ) bapake wong suwiji
( ) saking wong-wongira kabeh, ( )
anging tetapine ana sapa
Muhammad, ana iku ( )
utusane Alloh ( )
lan pungkasane para
nabi
Ta'ribnya :
( ) adalah kharf Nafi
( ) adalah fi'il madhi naqish yang merafa'kan mubtada' dan menasabkan
khobar.
( ) adalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi fa'ilnya
( ) adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. ( )mudhofnya, adalah isim 5,
i'robnya nashab karena menjadi khobarnya ( ) , tandanya dengan alif. ()
mudhof ilaihnya, adalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya jar karena mudhof
ilaih, tandanya dengan kasroh..
( ) adalah kharf jar
( )
)
adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. (
mudhofnya, adalah isim
jama' taksir, i'robnya jar karena didahului oleh kharf jar. mudhof ilaihnya
adalah isim dhomir muttashil, i'robnya jar karena mudhof ilaih.
( )adalah kharf 'athaf.
( )
adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. ( )
mudhafnya, adalah
isim mufrod mudzakkar, i'robnya nashab karena di'athafkan kepada ( ) yang
beri'rob nasab karena khobarnya ()
adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tandanya
()
dengan kasroh.
( ) adalah kharf 'athaf
( ) adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya nasab karena di'atafkan
kepada ( )
yang beri'rob nasab, tandanya dengan fatkhah.
( )adalah isim jama' mudzakkar, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda nya
dengan yak.
3. Taukid dan Muakkad
Taukid ialah " yang menguatkan ", dan muakkad ialah " yang dikuatkan ", jadi
taukid mesti jatuh setelah muakkad. Taukid bisa berupa isim bisa berupa fi'il,
dan bisa berupa harf.
Taukid ada 2 macam, yaitu : Taukid Lafdziy dan Taukid Ma'nawiy.
Taukid lafdziy ialah taukid dengan pengulangan lafadz baik isim, fi'il, kharf ,
atau bahkan jumlah.. Misalnya :
( dengan mengulangi isim )
( dengan pengulangan fi'il )
( dengan pengulangan kharf )
( dengan pengulangan jumlah )
Adapun Taukid ma'nawi ialah taukid dengan menggunakan lafadz-lafadz yang
telah tertentu untuk mentaukidi. Lafadz-lafadz itu ialah :
3. Taukid harus mengikuti muakkad, dalam hal : I'robnya, ma'rifat / nakirohnya,
serta dhomir yang ada pada lafadz taukid harus sesuai dengan isim yang
ditaukidi.
4. Badal dan Mubdal
Badal ialah isim atau fi'il yang hukumnya diikutkan pada isim atau fi'il yang
sebelumnya. agar pengertian isim yang sebelumnya itu menjadi lebih jelas.
Badal diterjemah dengan HIYA / YAKNI. Isim yang terletak di depan disebut
Mubdal minhu ( yang dibadali ) dan isim yang di belakang di namakan Badal.
Badal i'robnya wajib mengikuti Mubdal minhu (yang dibadali), baik Rafa',
Nasab, atau Jarnya.
Badal ada 4 macam :
1. Badal Syai' min Syai' ( ) atau disebut juga badal Kul min Kul
Yaitu apabila badal merupakan keseluruhan dari mubdal minhu
( )
(yang dibadali). Misalnya :
()
Wus teka, sapa ( ) Zaid, ( ) hiya sedulur lanangira
Zaid, yakni saudara laki-lakimu, telah datang
( ) Mituduhana sapa Panjenengan ing kita, ( ) ing dalan ( ) kang
jejeg, ( )
hiya dalanipun tiyang-tiyang ingkang........
......
Tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalannya orang-orang yang........
Keterangan :
Lafadz ( ) adalah isim 5, yang i'robnya rafa', karena menjadi badal dari
Saya memukul Zaid kepalanya
( )
)
Lan ngrezqinana sapa sira ( )ing keluargane deweke (
saking buah-buahan ( ) hiya ing wong ( )kang iman sapa wong ( ) saking
kang akhir.
deweke kabeh ( )kelawan Allah ( )
)
lan kelawan dina (
Dan berilah rizqi keluarganya dari buah-buahan, yakni orang yang beriman
kepada Alloh dan hari akhir, dari mereka
3. Badal Isytimal ( ) Yaitu apabila badal merupakan sesuatu yang
terkandung dalam mubdal minhu. Di sini, badal wajib memiliki dhomir yang
4. Badal Gholat ( ) Yaitu apabila badal merupakan ralat dari mubdal minhu.
Misalnya :
) Lan mangan sapa ingsun ( ) ing roti ( ) maksudku ing kurma
(
Saya makan roti (maksud saya)makan kurma
) Ningali sapa ingsun ( ) ing Zaid (
(
) maksudku ing jaran
Saya melihat Zaid (maksud saya) melihat kuda
(1) Menjadi Maful bih, (2) menjadi Shifat dari Maushuf yang berirob nasab,
(3) menjadi Maful liAjlih, (4) apabila menjadi Isimnya atau saudara atau saudara-saudaranya. (6)
saudaranya, (5) apabila menjadi khobarnya
menjadi Tamyiz, (7) menjadi Khal, (8) menjadi Maful Fih, (9) menjadi
Munada Idhofah, dan (10) apabila menjadi Maful Maah, (11) menjadi
Mashdar / Maful Muthlaq, (12) menjadi Mustatsna
1. MAFUL BIH ( )
Obyek penderita = ing.
A. Pengertiannya
Dalam bahasa Indonesia maful bih disebut dengan obyek penderita atau yang
dikenai pekerjaan. Yaitu isim yang jatuh setelah fiil dan merupakan obyek (
yang menjadi sasaran) dari fiil itu. Maful bih harus diirobi nashab, dalam
penerjemahan bahasa Jawa, biasa diterjemahkan dengan ing.. Perhatikan
contoh-contoh di bawah ini.
() Wus maca, sopo ( )Zaid ,(
) ing kitab.(Zaid telah membaca kitab)
) Wus nulis, sopo ( ) Fathimah,(
(
)ing pelajaran (Fatimah telah
menulis pelajaran)
(
) Wus nulungi sopo ingsun, ( ) ing deweke kabeh (Aku telah menolong
mereka)
Irabnya :
Lafadz
adalah isim mufrod mudzakkar, irobnya nasab, karena menjadi
maful bih dari tanda nashabnya dengan fatkhah karena ia isim mufrod.
Lafadz
adalah isim mufrod mudzakkar, Irobnya nashab karena mehjadi
Wus mukul ing sira , sapa Zaid (Zaid telah memukulmu)
takon sopo ingsun ing guru, ing masalah (Aku bertanya kepada
guru, suatu masalah)
Tentang fiil-fiil yang membutuhkan 2 atau 3 maful ini, nanti akan dibicarakan
dalam bab tersendiri.
Keterangan :
Pada contoh-contoh di atas, semua kalimah yang digaris bawahi, adalah
kalimah-kalimah yang menduduki posisi maful bih. Oleh karena itu harus
dinashabkan dan harus diterjemah dengan ING.
Penting untuk diketahui, bah a yang memiliki maful bih bukan hanya fi'il saja,
2. AT TAWABI'
Di depan telah diterangkan, bahwa Tawabi' ialah isim-isim yang i'robnya
mengikuti isim-isim yang sebelumnya. Tawabi' ada 4 macam, yaitu :
a) Shifat, i'robnya mengikuti maushufnya (isim yang disifati).
b) 'Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi.
c) Badal, i'robnya mengikuti isim ysng dibadali,
d) Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.
Keterangan :
1. Shifat dari Maushuf yang berirob Nashab.
Di atas telah diterangkan, bah a irob shifat, mengikuti irob maushufnya.
Artinya, jika suatu maushuf berirob nashab, maka shifatnya harus juga berirob
nashab. Itulah sebabnya shifat dari maushuf yang berirob nashab, termasuk
isim yang harus dinashabkan juga. Contoh :
telah membeli dua buku yang baru)
wus ningali sopo ingsun, ing wong-wong Islam kang pada
lan
kerana golek maring wajahe Alloh (Abu Bakar memerdekakan mereka, karena
mencari wajah Allah)
)
(
Mukul sapa ingsun ( ) ing anakingsun ( ) kerana ndidik adab
( ) Lomaho sapa sira ( ) kerana syukur
( ) Lan aja mateni sapa sira kabeh, ( )ing anak-anakira kabeh, (
Utawi iki wong lanang, iku bisa nrima sapa deweke, kerana
(1). mubtada'nya berubah menjadi isimnya Inna atau saudaranya, dan harus
berirob nashab
(2). sedangkan khobarnya tetap rafa,dinamakan khobarnya Inna. Itulah
sebabnya Inna / saudara-saudaranya dinamakan kharf yang menashabkan
mubtada dan merafakan khobar
dan Saudara-saudaranya
Adapun saudara-saudaranya itu ialah :
1 Sesungguhnya 4 Akan tetapi/Anging tetapine
2 Sesungguhnya 5 Muga-muga/Semoga
3 Sepertinya 6 Semoga/Muga-muga
Catatan :
dan saudara-saudaranya hanya masuk pada permulaan jumlah / mubtada.
Itulah sebabnya jika ada atau salah satu dari saudara-saudaranya, berarti mesti
mubtada', cuma i'robnya menjadi nashab karena menjadi isimnya atau
saudara-saudaranya itu. Kecuali jika kalimah itu berupa jar- majrur, berarti ia
khobar muqoddam (khobar yang didahulukan) dan jika khobarnya didahulukan,
berarti mubtada' nya / isimnya harus diakhirkan. Contoh :
( ) Satemene iku tetep keduwe saben-saben suwiji, () ana atine. (
\
\
banyu, dadi iku () es (Air itu menjadi es)
Dadi apa ()
3 \ \
( \ ) Dadi sapa ( )Zaid, dadi iku ( ) wong kang mulang (Zaid
menjadi pengajar)
4
\ \
( ) mlebu wektu duha, sopo ( ) wong kang mulang, iku (
) wong
kang sholat (pengajar itu memasuki waktu duha , menjadi orang yang sholat)
5 \ \
( )dadi, apa ( )
wajahe, dadi iku ( ) ireng. (wajahnya menjadi hitam)
6 \ \
( ) dadi, sapa ( )Zaid, dadi iku ( ) wong kang sugih (Zaid menjadi orang
yang kaya).
\
\
7
udan, dadi iku (
( )dadi, apa ()
)deres (hujan menjadi lebat)
8 \
\
( \
) ora leren-leren, sapa ( )Zaid, ora leren-leren iku ( ) wong
kang gawe bagus (Zaid tetap orangyang berbuat baik)
9 \ \
\
10 \
11 \ \
12
13
C. Kaidah-kaidahnya dan saudara-saudaranya
1) Karena dan saudara-saudaranya termasuk kategori fiil, maka iapun
memiliki perubahan seperti fiil-fiil yang lain, sesuai dengan dhomir
pelakunya.
Bentuk Amar Bentuk Mudhore Bentuk Madhi
) (
( )
( )
) (
( )
(
)
Dst. Dst.
2) Untuk dan saudara-saudaranya yang bisa ditashrif, (memiliki bentuk
mudhore', amar, mashdar dan seterusnya sesuai dengan tashrifannya) maka
semua tashrifannya itu juga memiliki fungsi dan tugas yang sama dengan
(dalam hal merafakan isimnya dan menasabkan khobarnya) Contoh :
( )Utawi Allah, iku ( ) wajib, apa ( ) anane Allah, ana iku ( ) Dzat
kang pinter (Allah itu, wajib keberadaannya, sebagai Dzat yang Maha
Mengetahui)
6. MASHDAR / MAFUL MUTHLAQ
(kelawan)
A. Pengertian Mashdar / Maful Muthlaq
Mashdar ialah isim berirab nashab yang diletakkan setelah fiil, dimana isim itu
memiliki asal kata / asal mana yang sama dengan fiil itu. Mashdar biasanya
dibaca /diterjemahkan dengan KELAWAN / DENGAN.
kelawan pukulane
kethek. (Zaid telah memukul Umar dengan pukulan kera)
3) Menjelaskan jumlah (banyak / sedikitnya) perbuatan. Misalnya :
(
mukul, sapa ( )Zaid, ( ) ing Umar, ()
) Wis
Tarkib :
Lafadz
adalah isim mufrod yang berirob nashab karena menjadi
mashdar, yang fungsinya untuk taukid (menguatkan terjadinya perbuatan / fiil).
Tanda nashabnya fatkhah.
Lafadz
adalah isim mufrod muannats, irobnya nashab karena menjadi
mashdar (yang menjelaskan jenis fiil). Tanda nashabnya fatkhah.
Lafadz
adalah isim mufrod muannats, irobnya nashab karena menjadi
mashdar (yang menjelaskan bilangan fiil). Tanda nashabnya fatkhah.
Catatan :
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, memiliki asal
kata yang sama dengan fiil yang sebelumnya. Lafadz ,asal
katanya sama
.Dan lafadz
asal katanya juga sama dengan fiil
.
Berarti,
kalimah-kalimah itu menduduki posisi Mashdar, yang harus dinashab dan
dibaca kela an / dengan.
C. Macam-macam Mashdar
1. Mashdar Lafdziy.
Ialah mashdar, yang asal lafadznya, sama dengan asal lafadz fiilnya. Lihat
contoh-contoh mashdar di atas !
2. Mashdar Mana iy.
Ialah jika antara mashdar dan fiilnya, hanya memiliki kesamaan mana saja,
tidak memiliki kesamaan lafadz.
Contoh :
)
(
wis lungguh sapa ingsun, ( ) kelawan lungguh temenanan. (saya
telah benar-benar duduk)
) wis ngadeg sapa ingsun, ( ) kelawan ngadeg temenanan. (saya
(
benar-benar telah berdiri)
D. Kaidah-kaidah Mashdar
1. Harus Nashab.Lihat contoh-contoh di atas !
2. Harus cocok diterjemah dengan : kelawan / dengan
7. KHAL ()
(dibaca dengan : khale / dalam keadaan)
A. Pengertian Khal
Ialah isim berirab nashab, yang disebutkan untuk menjelaskan keadaan fail,
atau keadaan maful, atau keadaan dari fail dan maful sekaligus, ketika
terjadinya perbuatan. Khal biasanya diterjemah dengan KHALE / DALAM
KEADAAN/ PADA HAL. Contoh :
Khal yang menjelaskan keadaan Fail.
(
) Lunga, sapa ( ) Umar, ( )maring maring sekolahane, (
)
khale wong kang mlaku (Umar berangkat ke sekolah dalam keadaan orang yang
berjalan)
)
menaiki kuda dalam keadaan berpelana)
ing buah, (
) Mangan sapa ingsun, ()
(
)khale mateng (saya makan
buah dalam keadaan masak)
Tarkib :
Lafadz
adalah fiil madhi, I'robnya mabni fatkhah sebab tidak bertemu
dengan wawu jama', tak fa'il, nun fa'il, dan nun niswah.
Lafadz adalah isim mufrod, berirab rafa, karena menjadi failnya lafadz
8. TAMYIZ ( )
( dibaca dengan : Apane )
A. Pengertian Tamyiz
Tamyiz ialah isim yang berirob nashab, yang disebutkan untuk menerang kan
jenis, ukuran, timbangan, atau bilangan yang masih samar dan butuh
diterangkan. Tamyiz biasa dibaca dengan APANE, dan isim/fiil yang
ditamyizi disebut dengan Mumayyaz.
B. Kaidah yang berkaitan dengan Tamyiz.
1. Tamyiz harus isim Nakiroh.
2. Tamyiz harus diletakkan setelah kalam sempurna (jika fil, telah ada failnya,
atau jika mubtada telah ada khobarnya)
C. Macam-macam Tamyiz dan Contoh-contohnya
1. Tamyiz yang menjelaskan bilangan. Misalnya :
) Wus tuku sapa ingsun, ( ) ing 10, apane( ) kitabe (Saya telah
(
membeli 10 buku)
( ) Banjur nyiapake, sapa ( )Abu bakar, nyiapake ing ( ) sewelas,
apane ( ) pasukane, (
)kanggo merangi maring wong-wong kang
pada murtad. (Maka Abu bakar menyiapkan sebelas pasukan untuk memerangi
orang-orang yang murtad itu)
2. Tamyiz yang menjelaskan ukuran / timbangan. Misalnya
)
( )Iku tetep keduwe sira, (
utawi sak sho', apane ( ) gandume
(Untukmu, satu sho' gandum)
) Tuku sapa ingsun, (
(
) ing satus jengkal, apane ( ) lemahe.
(Aku membeli 100 jengkal tanah)
A. Pengertiannya.
Ialah isim Zaman atau isim Makan yang berirab nashab, yang diletakkan
dibelakang fiil, untuk menerangkan aktu atau tempat terjadinya fiil tersebut,
sehingga dzorof selalu menyimpan )) dalam pemaknaannya. Dalam bahasa
Indonesia, dzorof disebut dengan keterangan tempat (dzorof makan) atau
keterangan waktu (dzorof zaman). Itulah sebabnya dalam penerjemahan bahasa
Jawa, dzorof diterjemah dengan : ingdalem
Contoh :
)
(
ningali sapa ingsun, ( )ing Zaid, ( ) ingdalem dina Senin, (
ingdalem ngarepe masjid (Saya melihat Zaid, di hari Senin, di depan
)
masjid)
(
)
wus gebug, sapa ( )Zaid, ( ) ing asu, ( ) ingdalem ngarep
omahe Zaid, ( ) ingdalem dina Jumat. (Zaid telah memukul anjing di
depan rumahnya, di hari Jumat)
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semua
berirab nashab, karena menduduki posisi maful fih (dzorof)
(1) Munada Mufrad Alam. (2) Munada Nakirah Maqshudah. (3) Munada
Nakirah ghoiru maqshudah. (4) Munada Mudhof. (5) Munada syibhil mudhof.
Keterangan :
1. Munada Mufrad Alam. Ialah munada yang berupa : nama-nama yang hanya
terdiri dari satu isim ( alaupun, mungkin isim itu isim tatsniyah / isim jama) ,
bukan nama yang terdiri dari mudhof dan mudhof ilaih. Hukumnya ajib rafa
sesuai dengan tanda rafanya m
2. asing-masing, tetapi tidak boleh ditanwin. Misalnya :
, ,
, , ,
3. Munada Nakirah Maqshudah. Ialah munada yang berupa : isim nakiroh, dan
isim nakiroh itu memang yang dimaksudkan untuk dipanggil. Hukumnya wajib
rafa. Misalnya :
, , ,
(ketika memanggil orang-orang yang tidak diketahui nama-namanya)
4. Munada Nakiroh Ghoiru Maqshudah. Ialah munada yang berupa : isim
nakiroh yang tidak dimaksudkan untuk dipanggil. Irobnya harus nashab.
Misalnya ucapan orang buta :
!
5. Munada Mudhof. Yaitu munada yang berupa : rangkaian mudhof dan mudhof
ilaih. Munada ini irobnya wajib Nashab.
Misalnya :
, , ,
6. Munada Syibhil Mudhof (serupa mudhof). Munada ini Irobnya ajib
nashab. Misalnya :
= wahai orang meneliti gunung !
= wahai orang yang mulia akhlaqnya !
= wahai pelaku kejahatan !
Semua kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, adalah kalimahkalimah yang menjadi Munada (yang dipanggil). Adapun Munada yang
Serupa Mudhof
jenis dengan ( mustatsna minhu). Jadi, mustatsna dalam jumlah ini, adalah
mustatsna muttashil.
wong-wong kang pada lelungan, ( ) kejaba
()
wus teka, sapa ( )
Zaid (Para musafir telah datang, kecuali Zaid)
Jika kita perhatikan sebagai Mustatsna, maka kita temukan ia sejenis
dengan yang menjadi Mustatsna Minhunya. Berarti Mustatsna dalam
jumlah ini, juga muttashil.
2. Mustatsna Munqothi. Ialah apabila Mustatsna, tidak sejenis dengan
Mustatsna minhunya. Misalnya :
) wus kobong apa ( ) omah, (
(
) kejaba buku-buku iku. (rumah
itu telah terbakar, kecuali buku-buku itu)
para jamaah haji ( )kejaba ( ) barang( ) wus teka sapa ()
barange de eke kabeh. (Jamaah haji telah dating, kecuali barang-barang
mereka)
Perhatikan kalimah
dan yang kedudukannya sebagai mustatsna pada
kedua contoh di atas, maka keduanya tidak sejenis dengan dan
sebagai mustatsna minhunya. Berarti, kedua jumlah di atas, mustatsnanya
munqothi
(menjadi badal). Yaitu apabila jumlahnya berupa Jumlah Tam Manfiy (yaitu
jumlah yang sempurna, akan tetapi didahului oleh harf Nafi / Nahi / istifham) .
Misalnya :
( ) ora teka, sapa ( )murid-murid, ( )kejaba, ( )Zaid (murid-murid
tidak datang, kecuali Zaid)
( )ora lulus, sapa ( )murid-murid, ( ) kejaba murid kang
sregep (murid-murid tidak lulus, kecualimurid yang rajin)
()
wus teka ( ) ing ingsun, sapa ( ) wong lanang akeh ( ) sakliyane
Zaid / ( ) nyulayani ing Zaid (telah datang kepadaku banyak laki-laki,
selain Zaid) \
Artinya sama dengan yang diatas \
Artinya sama dengan yang diatas \
3. Bahkan Mustatsnanya dan wajib nashab, apabila dan dimasuki
oleh masdariyah (selagine). Karena disini, keduanya adalah fiil, sehingga
mustatsnanya dijadikan maful bihnya. Misalnya :
()
wus teka ( ) ing ingsun, sapa ( ) wong-wong lanang, ( ) selagine
nyulayani ( )ing Zaid (telah datang kepadaku banyak laki-laki, selagi bukan
Zaid)
Sda
F. Adapun Irobnya lafadz , sama dengan irobnya mustatsna dengan .
Yaitu :
1. Harus nasab apabila kalamnya, kalam tam mujib. Perhatikan contoh di bawah
ini dengan seksama !
=
2. Boleh nasab dan boleh rafa, apabila kalamnya tam manfiy. Contoh :
\
= \
3. Mengikuti amilnya (bisa rafa, bisa nasab, dan bisa jar), apabila kalamnya
berupa kalam Naqish (tidak disebut mustatsna minhunya). Misalnya :
( ) ora ngadeg, sapa ( ) sakliyane Zaid =
(
) ora ningali sapa ingsun, ( ) ing sakliyane Zaid =
Boleh Nasab atau Rafa, bila kalamnya: Tam Manfiy
\
Ikut amilnya, bila kalamnya : Naqish
Harus selalu Jar, apapun kalamnya
Boleh nashab atau Jar
\
12. ISIMNYA LA ( )
A. La yang masuk pada isim, dinamakan La Linafyil jinsi. Ia beramal seperti
(menashabkan isim dan merafakan khobar) , apabila ia masuk pada:
(1) Isim Nakiroh, (2) La nya tidak berulang-ulang dan (3) Isim Nakiroh itu
bersambung langsung dengan La. Misalnya:
( )ora ana pangeran ( )kejaba Allah. (Tidak ada Tuhan, selain Alloh)
( ) ora ana paksaan, ( ) ingdalem agama (tidak ada paksaan di dalam
agama)
( ) ora ana taat (
)ingdalem
) maring mahluq (
mashiyat maring Alloh (tidak ada taat kepada mahluq, di dalam mashiyat
kepada Alloh)
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, semua harus
berirob nashab, karena isim nakiroh yang secara langsung dimasuki La, dan La
nya tidak berulang (hanya satu)
B. Isim La boleh Nashab / rafa, karena La boleh beramal (menashabkan) dan
boleh ilgho (tidak beramal). Yaitu apabila La berulang dan bertemu dengan
isim nakiroh. Misalnya :
( ) ora ana utawi wong lanang, (
)iku ingdalem omah, ( ) lan
ora ana utawi wong wadon, iku ingdalem omah. (tidak seorangpun laki-laki
berada di rumah, dan tidak seorang wanitapun)
Jika lafadz dan dibaca nashab, berarti menjadi isimnya yang beramal.
dibaca rafa, berarti tidak beramal. Sehingga
Dan jika lafadz dan
lafadz menjadi
mubtada dan lafadz
menjadi khobarnya.
C. Apabila La tidak bertemu langsung dengan isim nakiroh, maka isimnya La
ajib rafa (karena ia menjadi mubtada muakhkhor), dan La harus berulang.
Misalnya :
(
utawi wong lanang, ( )
lan ora
) ora ana iku ingdalem omah, ( )
ana iku ingdalem omah ( ) utawi wong wadon.(tidak ada seorang laki-laki
dan seorang perempuan, di dalam rumah).
1. Wajib menashabkan. Bila LA bertemu langsung dengan isim Nakiroh, dan
LA tidak berbilang.
2
. Boleh beramal &Boleh ilgho (tidak beramal). Bila LA berbilang.
3 \
\ . Wajib Rafa. Bila LA tidak bertemu langsung
dengan isim nakiroh.
13. MAFUL MAAH
A. Pengertiannya.
Ialah isim yang dinasabkan, yang jatuh setelah Wa u Maiyyah ( Wa u yang
berarti serta)