Anda di halaman 1dari 9

ISIM DHOMIR

dalam bahasa arab sama halnya dengan kata ganti, jadi bagi yang belum faham apa itu
isim dhomir maka ia adalah kata ganti dalam bahasa indonesia.
Pembagian Isim Dhomir
Isim dhomir terbagi atas 3 kelompok, yaitu:
1.Mutakallim (orang pertama/Pembicara)

‫ = أَنَا‬Saya (sendiri)
ُ‫ = ن َْحن‬Kita (Berdua atau lebih)
2.Mukhotob (Orang kedua/Orang yang diajak bicara)

ُ‫ت‬ َ ‫ = أ َ ْن‬Kamu (laki-laki satu orang)


‫= أ َ ْنت َما‬Kamu berdua (laki-laki dua orang)
‫ = أ َ ْنت ُْم‬Kalian (laki-laki bertiga atau lebih)
ُ‫ = أ َ ْنت‬Kamu (Perempuan satu orang )
‫ = أ َ ْنت َما‬Kamu berdua (perempuan dua orang)
ُ‫ = أَنتن‬Kalian (Perempuan tiga orang atau lebih)
3.Ghoib (Orang ketiga/Yang dibicarakan)

ُ‫ = ه َو‬Dia (Laki-laki satu orang)


‫ = ه َما‬Mereka berdua (Laki-laki berdua)
‫ = ه ُْم‬Mereka ( laki-laki tiga orang atau lebih)
َُ ‫ = ه‬Dia (perempuan satu orang)
‫ي‬
‫ = ه َما‬Mereka berdua (Perempuan dua orang )
ُ‫ = هن‬Mereka Perempuan (perempuan tiga orang atau lebih)
Adapun isim dhomir dari segi posisinya ia terbgi atas dua bagian, yaitu:
1.Muttasil (Menempel)
Isim dhomir muttasil ialah isim dhomir yang penulisnnya menempel pada lafadz
sebelumnya, ia tidak terpisahkan oleh spasi misalnya :

ُ‫ت‬ َ ‫ص ْر‬َ َ‫ = ن‬Kamu menolong


َُ ‫ض َرب‬
‫ْت‬ َ = Kamu Memukul
َُ ‫ظ ْر‬
‫ت‬ َ َ‫ = ن‬Kamu melihat
Yang menjadi contoh isim dhomirnya adalah huruf َُ‫ ت‬yang menunjukan mufrod
mudzakar mukhotob atau laki-laki tunggal yang diajak bicara.
2.Munfasil (terpisah)
Isim Dhomir munfasil adalah kebalikannya dari muttasil, sehingga penulisan isim dhomir
munfasil akan terpisah dengan lafadz yang lain, dalam penulisannya ada jarak atau
spasi antara isim dhomir munfasil dengan lafadz yang menyertainya. Misalnya:
ُ ‫طبي‬
‫ْب‬ َ ُ‫ = أَنَا‬Saya dokter (laki-laki)
َ ُُ‫ = ه َو‬Di pelajar (laki-laki)
ُ‫طالب‬
Dari segi kedudukannya, Isim dhomir terbagi atas tiga bagian yaitu :
1.Marfu’/berkedudukan rofa’
َ ُ‫ = أَنَا‬saya dokter
Contoh : ُ‫طبيْب‬
Yang menjadi isim dhomir marfu’ adalah lafadz ‫أَنَا‬, kenapa ia marfu’? karena
keduduknnya menjadi mubtada sedangkan mubtada adalah salah satu isim yang
dirafa’kan. Lihat disini : Isim Yang Dirafa’kan
2.Manshub / berkedudukan nashob

Contoh : ‫ك‬
َُ ‫ض َربْت‬
َ = Aku memukul Kepadamu
Yang menjadi contoh isim dhomir manshub adalah lafadz ‫ك‬, Kenapa menjadi
manshub? karena kedudukannya menjadi maf’ul bih sedangkan maf’ul bih adalah
termasuk kelompok isim yang dinashobkan. Lihat disini : Isim Yang Dinashobkan
3.Majrur / berkedudukan mahfudz

Contoh : ُ‫ = َم َر ْرتُُبه‬Aku melewatinya


Yng menjadi isim dhomir mahfudz adalah lafadz ُ‫ه‬, kenapa mahfudz ? karena
kedudukannya menjadi majrur yang dimasuki huruf jar lafadz ُ‫ب‬. Lihat disini: Isim Yang
Dijarkan
Selanjutnya ada dhomir mustatir wujub yaitu dhomir yang wajib disembunyikan dan ada
juga dhomir mustatir jawaz atau boleh disembunyikan. Untuk kedua pembahasan ini
akan ditulis pada postingan selanjutnya.
Sampai disini pembahasan Definisi Isim Dhomir Dan Penjelasannya Dalam Ilmu Nahwu,
semoga bisa difahami dengan mudah. Selamat belajar.

ISIM FA’IL

‫هﻮَُمَاُﺍﺷْﺘﻖَُّمﻦُْمﻀَارﻉٍُمَﺒْﻨيٍُّلﻠﻔَاﻋﻞُلﻤَﻦُْحَﺪَﺙَُمﻨْهُﺍلْﻔﻌْﻞُأَوُﻗَامَُبه‬

Isim fa’il adalah kalimah isim yang dibuat dari fi’il mudlari’ yang mabni fa’il
(mabni ma’lum) untuk menunjukkan pada orang yang perbuatan keluar dari
dia atau pelaku perbuatan.

ٍ‫ وَُهﻮَُمﻦَُﺍلﺜّﻼَﺛيُّ_ُﻓيُﺍلْﻐاَلﺐُ_ُﻋَﻠَﻰُوَﺯْنُ(ُﻓَاﻋﻞُ)ُنَﺤﻮُناَصﺮُوَُوَﺍرﺙُوَُمَاﺩٍُّوَُرَﺍﺽٍُوَُوَﺍﻑٍُوَُﻃَاو‬.

Isim fa’il dari fi’il tsulatsi, biasanya, mengikuti wazan (‫) ﻓَاﻋﻞ‬, seperti (ُ,)ُ‫ناَصﺮ‬
ٍ‫ُ(ُوَﺍﻑ‬,)ٍُ‫ُ(رَﺍﺽ‬,)ٍُّ‫ُ(ُمَاﺩ‬,)ُ‫ ) (وَﺍرﺙ‬dan (ٍ‫ﻃَاو‬

Tambahan :
Isim fa’il yang mengikuti wazan (‫ ) ﻓَاﻋﻞ‬adalah biasanya untuk fi’il tsulatsi yang
difathah ‘ain kalimahnya ( َ‫) ﻓَﻌَﻞ‬, baik muta’addi maupun lazim, dan untuk fi’il
tsulatsi yang dikasrah ‘ain kalimah-nya (َ‫ ) ﻓَﻌﻞ‬yang muta’addi.

Adapun fi’il tsulatsi yang didlammah ‘ain kalimahnya ( َ‫ ) ﻓَﻌﻞ‬atau dikasrah ‘ain
kalimahnya ( َ‫ ) ﻓَﻌﻞ‬tetapi yang lazim, maka pada wazan isim fa’ilnya tidak
mengikuti wazan (‫ ) ﻓَاﻋﻞ‬tetapi jika mengikuti wazan itu maka sama’i bukan
qiyasi.

Wazan qiyasinya isim fa’il dari fi’il tsulatsi yang didlammah ‘ain kalimahnya
(َ‫ ) ﻓَﻌﻞ‬adalah mengikuti wazan (‫ ) ﻓَﻌْﻞ‬dan (‫) ﻓَﻌﻴْﻞ‬.

‫ﻓَﺈنُْﻛَانَُمﻦَُﺍْﻷَﺟْﻮَﻑُﻗﻠﺒَﺖُْمَﺪَّتهُﺍﻷَصْﻠﻴَّﺔُهَﻤْﺰَﺓًُنَﺤﻮُﻗَاﺋﻞُوَُبَاﺋﻊ‬

Sedangkan isim fa’il yang berasal dari fi’il bina’ ajwaf, maka huruf mad-nya
yang asli dirubah menjadi hamzah seperti (‫ ) ﻗَاﺋﻞ‬dan ( ‫) بَاﺋﻊ‬.

Tambahan :

Jika ‘ain fi’ilnya dii’lal, maka ‘ain fi’ilnya di dalam isim fa’il dirubah menjadi
hamzah, sehingga isim fa’ilnya ( ‫ُ(ُﻗَامَُيَﻘﻮْم‬,)ُ‫ُ(ُصَاﺩَُيَﺼﻴْﺪ‬,)ُ‫ ) بَاﻉَُيَﺒﻴْﻊ‬dan ( ‫) ﻗَاﻝَُيَﻘﻮْﻝ‬
adalah (‫ُ(ُﻗَاﺋﻢ‬,)ُ‫ُ(صَاﺋﺪ‬,)ُ‫ ) بَاﺋﻊ‬dan ( ‫) ﻗَاﺋﻞ‬.

Dan jika ‘ain kalimahnya tidak dii’lal, maka kita tetapkan seperti keadaannya
semula, sehingga isim fa’ilnya ( ‫ُ(ُأَيﺲَُيَﺄْيَﺲ‬,)ُ‫ ) ﻋَﻮرَُيَﻌْﻮَر‬dan ( ‫ ) صَﻴﺪَُيَﺼْﻴَﺪ‬adalah
(‫ُ(ُﺁيﺲ‬,)ُ‫ ) ﻋَاور‬dan ( ‫) صَايﺪ‬.

Jadi, dii’lalnya ‘ain kalimah dalam isim fa’il adalah mengikuti pada pengi’lalan
dalam fi’ilnya.

ُ‫وَُمﻦُﻏَﻴﺮُﺍلﺜﻼﺛيَُّﻋَﻠﻰَُوَﺯْنُﺍلْﻤﻀارﻉُبﺈبْﺪﺍَﻝُأَوَّلهُمﻴﻤاًُمَﻀْﻤﻮمَﺔًُمَﻊَُﻛَﺴْﺮَُماَُﻗَﺒﻞَُﺁﺧﺮهُنَﺤْﻮُمﻜْﺮمُوَُمﻌَﻈّﻢ‬
ٍ‫وَُمﺴْﺘَﺪْﻉ‬

Adapun isim fa’il dari selain fi’il tsulatsi, maka mengikuti wazan fi’il mudlari’nya
dengan mengganti huruf pertamanya dengan mim yang didlammah dan
dikasrahnya huruf sebelum akhir, seperti (‫ُ(ُمﻌَﻈّﻢ‬,)ُ‫ ) مﻜْﺮم‬dan ( ٍ‫)مﺴْﺘَﺪْﻉ‬.

ٍُ‫وَُﻗَﺪُتﺤَﻮَّﻝُصﻴْﻐﺔُ(ُﻓَاﻋﻞُ )ُﺇلﻰَُنَﺤْﻮُﻓَﻌَّاﻝُوَُمﻔْﻌاَﻝُوَُﻓَﻌﻮْﻝُوَُﻓَﻌﻴْﻞُوَُﻓَﻌﻞٍُﻛَﺸَﺮَّﺍبٍُوَُمﻨْﺤَارٍُوَُﻏَﻴﻮْرٍُوَُﺳَﻤﻴْﻊ‬
‫وَُحَﺬرٍُلﺈﻓاَﺩَﺓُﺍلْﻜَﺜﺮَﺓُوَُتﺴَﻤَّﻰُصﻴَﻎَُﺍلْﻤﺒَالَﻐَﺔ‬

Terkadang shighat ( ‫ ) ﻓَاﻋﻞ‬dirubah pada semisal shighat (ُ,)ُ‫ُ(ﻓَﻌﻮْﻝ‬,)ُ‫ُ(ُمﻔْﻌاَﻝ‬,)ُ‫ﻓَﻌَّاﻝ‬


‫ ) (ﻓَﻌﻴْﻞ‬dan ( ‫) ﻓَﻌﻞ‬, seperti (‫ُ(ُﺳَﻤﻴْﻊ‬,)ُ‫ُ(ﻏَﻴﻮْر‬,)ُ‫ُ(ُمﻨْﺤَار‬,)ُ‫ ) ﺷَﺮَّﺍب‬dan ( ‫ ) حَﺬر‬untuk
memberikan faidah makna lebih dan dinamakan dengan shighat mubalaghah.
[30]
Isim Maf’ul

‫هﻮَُمَاُﺍﺷْﺘﻖَُّمﻦُمﻀَارﻉٍُمَﺒْﻨيٍُّلﻠﻤَﺠْﻬﻮﻝُلﻤَاُوَﻗَﻊَُﻋَﻠَﻴهُﺍلﻔﻌْﻞ‬

Isim maf’ul adalah kalimah isim yang dibuat dari fi’il mudlari’ yang dimabnikan
majhul untuk menunjukkan pada sesuatu yang perbuatan terjadi padanya.

ُّ‫وَُهﻮُمﻦَُﺍلﺜّﻼَﺛيُّﻋَﻠَﻰُوَﺯْنُ(ُمَﻔْﻌﻮﻝُ)ُنَﺤْﻮُمَﻨْﺼﻮرُوَُمَﻮْﻋﻮﺩُوَُمَﻘﻮْﻝُوَُمَﺒﻴْﻊُوَُمَﺮْميُّوَُمَﻮْﻗيُّوَُمَﻄْﻮﻱ‬
‫أَصْﻞُمَاُﻋَﺪﺍَُﺍﻷَوَّلَﻴْﻦُمَﻘْﻮوْﻝُوَُمَﺒْﻴﻮْﻉُوَُمَﺮْمﻮْﻱُﺍلﺦ‬

Isim maf’ul dari fi’il tsulatsi adalah mengikuti wazan ( ‫) مَﻔْﻌﻮﻝ‬, seperti ( ُ,)‫مَﻨْﺼﻮر‬
ّ‫ُ(مَﻮْﻗي‬,)ُّ‫ُ(ُمَﺮْمي‬,)ُ‫ُ(ُمَﺒﻴْﻊ‬,)ُ‫ُ(ُمَﻘﻮْﻝ‬,)ُ‫ ) (مَﻮْﻋﻮﺩ‬dan (ّ‫ ) مَﻄْﻮﻱ‬yang asal dari lafal selain
dua contoh yang pertama adalah ( ‫ُ(مَﺮْمﻮْﻱ‬,)ُ‫ُ(مَﺒْﻴﻮْﻉ‬,)‫ ) مَﻘْﻮوْﻝ‬dan seterusnya.

Tambahan :

Wawnya isim maf’ul yang musytaq dari fi’il ajwaf dibuang, kemudian jika ‘ain
kalimahnya berupa waw, maka dipindah harakatnya kepada huruf
sebelumnya. Namun, jika berupa ya’, maka dibuang harakatnya dan huruf
sebelumnya dikasrah supaya ya’ bisa shahih. Sehingga isim maf’ul dari ( ‫) يَﺒﻴْﻊ‬
adalah (‫) مَﺒﻴْﻊ‬, dan dari ( ‫ ) يَﻘﻮْﻝ‬adalah (‫ ) مَﻘﻮْلَﺔ‬yang asalnya adalah ( ‫ ) مَﺒْﻴﻮْﻉ‬dan (
‫)مَﻘْﻮوْﻝ‬. ‫وَُﻗَﺪُْيَﻜﻮنُﻋَﻠَﻰُوَﺯْنُ(ُﻓَﻌﻴْﻞُ)ُﻛَﻘَﺘﻴْﻞٍُوَُﺟَﺮيْﺢ‬

Terkadang isim maf’ul mengikuti wazan (‫) ﻓَﻌﻴْﻞ‬, seperti ( ‫ ) ﻗَﺘﻴْﻞ‬dan (‫) ﺟَﺮيْﺢ‬.

ُ‫وَُمﻦُْﻏَﻴﺮُﺍلﺜّﻼَﺛيُّﻛَاﺳْﻢُﺍلْﻔاَﻋﻞُلَﻜﻦُْبﻔَﺘْﺢُماَُﻗَﺒْﻞَُﺍﻵﺧﺮُنَﺤْﻮُمﻜْﺮَمُوَُمﺴْﺘَﻌاَنُوَُأَمَّاُنَﺤْﻮُمﺨْﺘاَرُﻓَﻬﻮَُصَالﺢ‬
‫ﻻﺳْﻢُﺍلْﻔَاﻋﻞُوَُﺍﺳْﻢُﺍْلﻤَﻔْﻌﻮﻝ‬

Adapun isim fa’il dari selain fi’il tsulatsi adalah seperti wazan isim fa’ilnya,
hanya saja huruf sebelum akhirnya difathah, seperti (‫ ) مﻜْﺮَم‬dan ( ‫)مﺴْﺘَﻌاَن‬.
Adapun semisal lafal (‫) مﺨْﺘاَر‬, maka pantas bila untuk isim fa’il dan isim maf’ul.

‫َارة‬ ْ ِ‫ا‬
َ ‫سم ِإش‬
ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk)
Untuk lebih memahami penggunaan Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna
dan Jamak dalam pengelompokan Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau
Kata Tunjuk dan Isim Maushul atau Kata Sambung.
Pertama, Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:

1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: ‫=( َهذَا‬ini).
Contoh dalam kalimat: ‫ =( ِكتَاب َهذَا‬ini sebuah buku)
2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: ‫ك‬َ ‫=( ذَ ِل‬itu).
Contoh dalam kalimat: ‫ك‬َ ‫ =( ِكتَاب ذَ ِل‬itu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu menunjuk kepada Isim Muannats maka:

1) ‫ َهذَا‬menjadi: ‫=( َه ِذ ِه‬ini). Contoh: ‫ =( َم َجلَّة َه ِذ ِه‬ini sebuah majalah)


2) ‫ك‬َ ‫ ذَ ِل‬menjadi: ‫=( ِت ْل َك‬itu). Contoh: ‫ =( َم َجلَّة ِت ْل َك‬itu sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:

1) ‫ َهذَا‬menjadi ‫ان‬ ِ َ‫ َهذ‬. Contoh: ‫ان‬ِ َ‫ =( ِكتَابَانِ َهذ‬ini dua buah buku)
ِ ‫ َه ِذ‬menjadi ‫ان‬
2) ‫ه‬ ِ َ ‫ َهت‬. Contoh: ‫ان‬
ِ َ ‫ان َهت‬ ِ َ ‫ =( َم َجلَّت‬ini dua buah majalah)
3) ‫ك‬ َ ‫ ذَ ِل‬menjadi ‫ذَانِ َك‬. Contoh: ‫ان ذَا ِن َك‬ِ َ‫ =( ِكتَاب‬itu dua buah buku)
4) ‫ك‬ َ ‫ ِت ْل‬menjadi ‫تَا ِن َك‬. Contoh: ‫ان تَا ِن َك‬ِ َ ‫ =( َم َجلَّت‬itu dua buah majalah)
Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua):
1) Bila Isim yang ditunjuk itu adalah tidak berakal, maka baik Isim Mudzakkar maupun Isim

Muannats, menggunakan: ‫=( َه ِذ ِه‬ini) untuk menunjuk yang dekat dan ‫=( تِ ْل َك‬itu) untuk
menunjuk yang jauh. Contoh dalam kalimat:

‫ =( َه ِذ ِه ُكتُب‬ini buku-buku); ‫ =( َه ِذ ِه َم َجالَّت‬ini majalah-majalah)


‫ =( ِت ْل َك ُكتُب‬itu buku-buku); ‫ =( ِت ْل َك َم َجالَّت‬itu majalah-majalah)
2) Bila Isim yang ditunjuk itu adalah berakal, maka baik Isim Mudzakkar maupun Isim

Muannats, menggunakan: ‫=( َه ُؤالَ ِء‬ini) untuk menunjuk yang dekat dan‫=( أُولَئِ َك‬itu)
untuk menunjuk yang jauh. Contoh dalam kalimat:

ُ ‫ =( َه ُؤالَ ِء‬ini siswa-siswa); ‫ =( َه ُؤالَ ِء َطا ِلبَات‬ini siswi-siswi)


‫طالَّب‬
‫طالَّب‬ُ ‫ =( أُولَئِ َك‬itu siswa-siswa); ‫ =( أُولَئِ َك َطا ِلبَات‬itu siswi-siswi)

ISIM MAUSHUL (Kata Sambung) ‫االسم الموصول‬


Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau
pokok pikiran menjadi satu kalimat.
Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang".
isim maushul ini tidak dapat berdiri sendiri. Ada beberapa isim yang dapat menjadi isim mausul, yaitu: , ‫من‬
‫ ما‬, serta ‫الذي‬

ْ ‫( الَّذ‬yang).
Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah: ‫ِي‬

Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
َّ ‫ َجا َء‬: = datang mahasiswa itu
Kalimat ‫الطالب‬

Kalimat II ‫شريعَة‬ َّ
َّ ‫الطالب يَدرس ال‬ : = mahasiswa itu belajar Syari’ah

Kalimat III ‫الطالب الَّذي‬


َّ ‫شريعَة َجا َء‬
َّ ‫ = يَدرس ال‬datang mahasiswa yang belajar Syari’ah

Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushul: ‫الَّذي‬

Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Muannats maka:


* ‫ الَّذي‬menjadi: ‫الَّتي‬

َّ ‫الطالبَة الَّتي ت َدرس ال‬


‫شريعَة‬ َّ ‫ َجا َءت‬datang mahasiswi yang belajar Syari’ah

Bila Isim Maushul itu digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:

* ‫ الَّذي‬menjadi: ‫ الَّذَان‬sedangkan ‫ الَّتي‬menjadi: ‫الَّت َان‬

َ ‫الطالبَان الَّذان يَدر‬


َّ ‫سان ال‬
‫شريعَة‬ َّ ‫ = َجا َء‬datang dua mahasiswa yang belajar Syari’ah

َ ‫الطالبَت َان الَّت َان ت َدر‬


َّ ‫سان ال‬
‫شريعَة‬ َّ ‫ = َجا َءت‬datang dua mahasiswi yang belajar Syari’ah

Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Jamak maka:

* ‫ الَّذي‬menjadi: َ‫ الَّذين‬sedangkan: ‫ الَّتي‬menjadi: ‫الالَّئي‬/‫الالَّتي‬

َّ ‫الط َّالب الَّذينَ يَدرسونَ ال‬


= ‫شريعَة‬ ُّ ‫ َجا َء‬datang mahasiswa-mahasiswa yang belajar Syari’ah

َّ ‫الالتي يَدرسنَ ال‬


‫شريعَة‬ َّ ‫ = َجا َءت‬datang mahasiswi-mahasiswi yang belajar Syari’ah.
َّ ‫الطالبَات‬

Isim Nakiroh dan Isim Ma’rifat dan Beberapa Faidahnya


Dalam AlQur’an

Bismillah

Dalam bahasa arab, ada istilah isim nakiroh dan isim ma’rifat istilah baru yang tidak ada padanannya
dalam Bahasa Indonesia. Jadi, istilah ini sesuatu yang ‘baru’ bagi kita yang baru belajar bahasa arab.
Seberapa penting memahami nakiroh dan ma’rifat ? Penting sekali karena dari keduanyalah selanjutnya
akan dibentuk hal – shohibul hal, na’at – man’ut / sifah – mausuf, mubtada – khobar. Bahkan, isim
nakiroh di dalam Al-Quran memiliki makna dan tafsir yang ‘berbeda’ nantinya. Penting banget ya?!
Isim ada dua jenis, isim nakiroh dan isim ma’rifat

Isim nakiroh (‫نكرة‬ ‫)اسم‬


–> َ ‫علَى شَيء لَي‬
‫س معَيَّنًا‬ َ ‫اسم يَد ُّل‬. ‫ مثل‬: ‫كتب‬, ‫مع َجم‬,
–> Isim yang menunjukkan sesuatu yang tidak tertentu atau belum
tertentu. Misal: ‫كتب‬, ‫مع َجم‬
–> Isim nakiroh juga dikenal sebagai isim yang dapat dimasuki alif-lam (‫ )ال‬di awalnya dan menyebabkan
dia menjadi ma’rifat. Jika dia tidak menjadi ma’rifat ketika dimasuki alif-alm maka ia bukan isim nakiroh
[1]
–> Contoh :

1. ‫ِكتَابًا أريد أن أشتَري‬


(aku ingin membeli kamus)
Kata ‘kamus‘ disini adalah isim nakiroh, yaitu belum tertentu, belum tau kamus yang mana. Masih
‘kamus’ secara umum.

2. ‫َتدرس؟ ك ُِليَّة في أي‬


(Di jurusan mana kamu belajar)
Kata ‘jurusan‘ disini adalah isim nakiroh, belum tertentu, belum tahu jurusannya apa.
Isim yang nakiroh umumnya ditandai dengan Tanwin. Baik fathatain,
kasrotain, maupun dhommatain. TAPI tidak semua yang bertanwin itu Isim Nakiroh.

Isim Ma’rifat (‫معرفة‬ )


–> ‫علَى شَيء معَيَّن‬
َ ‫اسم يَد ُّل‬
–> Isim yang menunjukkan sesuatu yang sudah sudah tertentu.
–> Isim Ma’rifat memiliki tingkatan tingkatan diantaranya yaitu:

1. ‘Alam (‫ )علم‬atau nama yang mencakup :

– (‫ )اسم كريم‬Nama lengkap, Misalnya: ‫علي‬ َ (‘Aliyun), ‫سعيد‬


َ (Sa’idun), –> Tanwin disini bukan tanwin
nakiroh. Dia sudah ma’rifat karena dia adalah ‘alam (nama) | ‫‘( ع َمر‬Umar) –> Tidak di tanwin karena dia
termasuk ismulladdzi laa yanshorif (‫ )اسم الذي ال ينصرف‬isim isim yang tidak boleh di tanwin
– (‫ )كنيَة‬Kunyah, Misalnya: ‫( أ ُّم معَاذ‬Ummu Muaa’dz)

– (‫ )لَقَب‬Gelar, Misalnya ‫( الفَروق‬Al Faruuq)

2. ‘Dhomir (‫ )الضمير‬atau Kata ganti. Seperti ‫( هو‬dia – laki laki) | ‫( هي‬dia – perempuan) ini sudah termasuk
‘tertentu’

3. Isim Isyaaroh (‫ )اسم اإلشارة‬atau kata tunjuk. Misal: ‫( هَذَا‬ini) | ‫( ذلك‬itu)

4. Isim Maushuul (‫ )اإلسم الموصول‬atau kata hubung. Misal: ‫( الذي‬yang)


5. Ma’rifat dengan Alif-lam (‫المعرف بـــ – ال‬
َّ ) Atau isim isim yang menjadi ma’rifat dengan sebab alif-lam.
Misal:

– ‫ال َم ْع َهد أَذ َهب إلَى‬


– Aku pergi ke ma’had

– Ma’had disini ma’rifat karena sudah tertentu. Sudah jelas ma’had yang mana walaupun tidak disebut
Mahad apa.
6. Mudhof kepada salah satu isim ma’rifat yang telah disebutkan di atas (‫ )المضاف لواحد من المذكورات‬.

Misal: ‫ >— دَفتَر َك‬dari isim nakiroh ‫ دَفتَر‬dan isim ma’rifat berupa dhomir ‫ َك‬Jadilah dia
ma’rifat karena bersandar kepada salam satu isim ma’rifat yang telah disebutkan diatas. Misalnya

lagi ‫ دَفتَرعلي‬dan ‫دَفتَرهذا‬


7. Munaada al-Maqsuud (‫ )المنادى المقصود‬atau Panggilan Yang Sudah tertentu.

–> Misal: ‫يَا أستاذ‬ ! (Yaa Ustadz!) Maksudnya sudah tertentu adalah, orang
yang dimaqsud itu sudah ada.
Inilah isim isim ma’rifat yang tertentu. Isim isim ini memiliki tingkat ke-ma’rifat-an. Berdasarkan
urutannya, isim paling ma’rifat adalah dhomir dan selanjutnya. Namun ada ulama nahwu yang berpendapat
bahwa Isim yang paling ma’rifat adalah Allah karena seluruh makhluq pada fitrahnya mengenali siapa
penciptanya. [1]
————————————————————————————————————-

Faidah Penggunaan Isim


Nakiroh di Al-Qur’an
Tadi di pengantar telah disebutkan bahwa isim nakiroh dapat memunculkan tafsir dan makna yang khusus.
Berikut ini contohnya saya Copy – Paste dari Situs lain:

1. Isim nakiroh di surat Alam Nasyroh. Perhatikan ayat berikut ini:

ً ‫فَإ َّن َم َع العسر يسرا‬ – Qs 94: 5

ً ‫إ َّن َم َع العسر يسرا‬ – Qs 94: 6


Al ‘Usr (‫“ )العسر‬kesulitan” adalah isim ma’rifat dan yusron (‫)يسرا‬
ً “kemudahan” adalah isim nakiroh.

Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat Alam Nasyroh hanyalah satu. Al ‘usr dalam ayat
pertama sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam ayat berikutnya karena keduanya menggunakan isim
ma’rifah (seperti kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika isim
ma’rifah diulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama, terserah apakah isim ma’rifah
tersebut menggunakan alif lam jinsi ataukah alif lam ‘ahdiyah.” Intinya, al ‘usr (kesulitan) pada ayat
pertama sama dengan al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua.

Sedangkan kata “yusro (kemudahan)” dalam surat Alam Nasyroh itu ada dua. Yusro (kemudahan) pertama
berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua karena keduanya menggunakan isim nakiroh (seperti kata yang
tidak diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara umum, jika isim nakiroh itu
diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang pertama.” Dengan demikian, kemudahan itu ada
dua karena berulang. Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan. [2]
2. Kaidah ushul fiqh: Jika Isim Nakiroh Terletak dalam Konteks Penafian/Peniadaan, Larangan, Syarat,
Pertanyaan Menunjukkan Keumuman. Misalnya pada ayat berikut:

‫َللاَ َو َال تشركوا به شَيئًا‬


َّ ‫َواعبدوا‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” . ( An Nisa’ : 36
– Qs 4:36

).
Isim nakiroh di ayat tersebut adalah Syai’an. Maka maksud dari ayat tersebut adalah larangan terhadap
syirik baik itu syirik dalam niat–niat, perkataan-perkataan, perbuatan–perbuatan, baik itu dari syirik akbar,
syirik ashghor/kecil, syirik yang tersembunyi (terletak di hati), syirik yang jelas. Maka terlarang bagi
seorang hamba menjadikan tandingan apapun bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sekutu pada salah satu
dari semua hal-hal yang tersebut di atas. [3]
Ada banyak lagi contoh contoh faidah isim nakiroh di AlQur’an. Inilah AlQur’an. “Diturunkan dari Tuhan
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam
bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui..” Qs Fushilat 41: 2-3 “Dan jikalau Kami jadikan Al Quraan
itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?” Qs Fushilat 41:44
Semoga yang sedikit ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai