dalam bahasa arab sama halnya dengan kata ganti, jadi bagi yang belum faham apa itu
isim dhomir maka ia adalah kata ganti dalam bahasa indonesia.
Pembagian Isim Dhomir
Isim dhomir terbagi atas 3 kelompok, yaitu:
1.Mutakallim (orang pertama/Pembicara)
= أَنَاSaya (sendiri)
ُ = ن َْحنKita (Berdua atau lebih)
2.Mukhotob (Orang kedua/Orang yang diajak bicara)
Contoh : ك
َُ ض َربْت
َ = Aku memukul Kepadamu
Yang menjadi contoh isim dhomir manshub adalah lafadz ك, Kenapa menjadi
manshub? karena kedudukannya menjadi maf’ul bih sedangkan maf’ul bih adalah
termasuk kelompok isim yang dinashobkan. Lihat disini : Isim Yang Dinashobkan
3.Majrur / berkedudukan mahfudz
ISIM FA’IL
هﻮَُمَاُﺍﺷْﺘﻖَُّمﻦُْمﻀَارﻉٍُمَﺒْﻨيٍُّلﻠﻔَاﻋﻞُلﻤَﻦُْحَﺪَﺙَُمﻨْهُﺍلْﻔﻌْﻞُأَوُﻗَامَُبه
Isim fa’il adalah kalimah isim yang dibuat dari fi’il mudlari’ yang mabni fa’il
(mabni ma’lum) untuk menunjukkan pada orang yang perbuatan keluar dari
dia atau pelaku perbuatan.
ٍ وَُهﻮَُمﻦَُﺍلﺜّﻼَﺛيُّ_ُﻓيُﺍلْﻐاَلﺐُ_ُﻋَﻠَﻰُوَﺯْنُ(ُﻓَاﻋﻞُ)ُنَﺤﻮُناَصﺮُوَُوَﺍرﺙُوَُمَاﺩٍُّوَُرَﺍﺽٍُوَُوَﺍﻑٍُوَُﻃَاو.
Isim fa’il dari fi’il tsulatsi, biasanya, mengikuti wazan () ﻓَاﻋﻞ, seperti (ُ,)ُناَصﺮ
ٍُ(ُوَﺍﻑ,)ٍُُ(رَﺍﺽ,)ٍُُّ(ُمَاﺩ,)ُ ) (وَﺍرﺙdan (ٍﻃَاو
Tambahan :
Isim fa’il yang mengikuti wazan ( ) ﻓَاﻋﻞadalah biasanya untuk fi’il tsulatsi yang
difathah ‘ain kalimahnya ( َ) ﻓَﻌَﻞ, baik muta’addi maupun lazim, dan untuk fi’il
tsulatsi yang dikasrah ‘ain kalimah-nya (َ ) ﻓَﻌﻞyang muta’addi.
Adapun fi’il tsulatsi yang didlammah ‘ain kalimahnya ( َ ) ﻓَﻌﻞatau dikasrah ‘ain
kalimahnya ( َ ) ﻓَﻌﻞtetapi yang lazim, maka pada wazan isim fa’ilnya tidak
mengikuti wazan ( ) ﻓَاﻋﻞtetapi jika mengikuti wazan itu maka sama’i bukan
qiyasi.
Wazan qiyasinya isim fa’il dari fi’il tsulatsi yang didlammah ‘ain kalimahnya
(َ ) ﻓَﻌﻞadalah mengikuti wazan ( ) ﻓَﻌْﻞdan () ﻓَﻌﻴْﻞ.
ﻓَﺈنُْﻛَانَُمﻦَُﺍْﻷَﺟْﻮَﻑُﻗﻠﺒَﺖُْمَﺪَّتهُﺍﻷَصْﻠﻴَّﺔُهَﻤْﺰَﺓًُنَﺤﻮُﻗَاﺋﻞُوَُبَاﺋﻊ
Sedangkan isim fa’il yang berasal dari fi’il bina’ ajwaf, maka huruf mad-nya
yang asli dirubah menjadi hamzah seperti ( ) ﻗَاﺋﻞdan ( ) بَاﺋﻊ.
Tambahan :
Jika ‘ain fi’ilnya dii’lal, maka ‘ain fi’ilnya di dalam isim fa’il dirubah menjadi
hamzah, sehingga isim fa’ilnya ( ُ(ُﻗَامَُيَﻘﻮْم,)ُُ(ُصَاﺩَُيَﺼﻴْﺪ,)ُ ) بَاﻉَُيَﺒﻴْﻊdan ( ) ﻗَاﻝَُيَﻘﻮْﻝ
adalah (ُ(ُﻗَاﺋﻢ,)ُُ(صَاﺋﺪ,)ُ ) بَاﺋﻊdan ( ) ﻗَاﺋﻞ.
Dan jika ‘ain kalimahnya tidak dii’lal, maka kita tetapkan seperti keadaannya
semula, sehingga isim fa’ilnya ( ُ(ُأَيﺲَُيَﺄْيَﺲ,)ُ ) ﻋَﻮرَُيَﻌْﻮَرdan ( ) صَﻴﺪَُيَﺼْﻴَﺪadalah
(ُ(ُﺁيﺲ,)ُ ) ﻋَاورdan ( ) صَايﺪ.
Jadi, dii’lalnya ‘ain kalimah dalam isim fa’il adalah mengikuti pada pengi’lalan
dalam fi’ilnya.
ُوَُمﻦُﻏَﻴﺮُﺍلﺜﻼﺛيَُّﻋَﻠﻰَُوَﺯْنُﺍلْﻤﻀارﻉُبﺈبْﺪﺍَﻝُأَوَّلهُمﻴﻤاًُمَﻀْﻤﻮمَﺔًُمَﻊَُﻛَﺴْﺮَُماَُﻗَﺒﻞَُﺁﺧﺮهُنَﺤْﻮُمﻜْﺮمُوَُمﻌَﻈّﻢ
ٍوَُمﺴْﺘَﺪْﻉ
Adapun isim fa’il dari selain fi’il tsulatsi, maka mengikuti wazan fi’il mudlari’nya
dengan mengganti huruf pertamanya dengan mim yang didlammah dan
dikasrahnya huruf sebelum akhir, seperti (ُ(ُمﻌَﻈّﻢ,)ُ ) مﻜْﺮمdan ( ٍ)مﺴْﺘَﺪْﻉ.
ٍُوَُﻗَﺪُتﺤَﻮَّﻝُصﻴْﻐﺔُ(ُﻓَاﻋﻞُ )ُﺇلﻰَُنَﺤْﻮُﻓَﻌَّاﻝُوَُمﻔْﻌاَﻝُوَُﻓَﻌﻮْﻝُوَُﻓَﻌﻴْﻞُوَُﻓَﻌﻞٍُﻛَﺸَﺮَّﺍبٍُوَُمﻨْﺤَارٍُوَُﻏَﻴﻮْرٍُوَُﺳَﻤﻴْﻊ
وَُحَﺬرٍُلﺈﻓاَﺩَﺓُﺍلْﻜَﺜﺮَﺓُوَُتﺴَﻤَّﻰُصﻴَﻎَُﺍلْﻤﺒَالَﻐَﺔ
هﻮَُمَاُﺍﺷْﺘﻖَُّمﻦُمﻀَارﻉٍُمَﺒْﻨيٍُّلﻠﻤَﺠْﻬﻮﻝُلﻤَاُوَﻗَﻊَُﻋَﻠَﻴهُﺍلﻔﻌْﻞ
Isim maf’ul adalah kalimah isim yang dibuat dari fi’il mudlari’ yang dimabnikan
majhul untuk menunjukkan pada sesuatu yang perbuatan terjadi padanya.
ُّوَُهﻮُمﻦَُﺍلﺜّﻼَﺛيُّﻋَﻠَﻰُوَﺯْنُ(ُمَﻔْﻌﻮﻝُ)ُنَﺤْﻮُمَﻨْﺼﻮرُوَُمَﻮْﻋﻮﺩُوَُمَﻘﻮْﻝُوَُمَﺒﻴْﻊُوَُمَﺮْميُّوَُمَﻮْﻗيُّوَُمَﻄْﻮﻱ
أَصْﻞُمَاُﻋَﺪﺍَُﺍﻷَوَّلَﻴْﻦُمَﻘْﻮوْﻝُوَُمَﺒْﻴﻮْﻉُوَُمَﺮْمﻮْﻱُﺍلﺦ
Isim maf’ul dari fi’il tsulatsi adalah mengikuti wazan ( ) مَﻔْﻌﻮﻝ, seperti ( ُ,)مَﻨْﺼﻮر
ُّ(مَﻮْﻗي,)ُُّ(ُمَﺮْمي,)ُُ(ُمَﺒﻴْﻊ,)ُُ(ُمَﻘﻮْﻝ,)ُ ) (مَﻮْﻋﻮﺩdan (ّ ) مَﻄْﻮﻱyang asal dari lafal selain
dua contoh yang pertama adalah ( ُ(مَﺮْمﻮْﻱ,)ُُ(مَﺒْﻴﻮْﻉ,) ) مَﻘْﻮوْﻝdan seterusnya.
Tambahan :
Wawnya isim maf’ul yang musytaq dari fi’il ajwaf dibuang, kemudian jika ‘ain
kalimahnya berupa waw, maka dipindah harakatnya kepada huruf
sebelumnya. Namun, jika berupa ya’, maka dibuang harakatnya dan huruf
sebelumnya dikasrah supaya ya’ bisa shahih. Sehingga isim maf’ul dari ( ) يَﺒﻴْﻊ
adalah () مَﺒﻴْﻊ, dan dari ( ) يَﻘﻮْﻝadalah ( ) مَﻘﻮْلَﺔyang asalnya adalah ( ) مَﺒْﻴﻮْﻉdan (
)مَﻘْﻮوْﻝ. وَُﻗَﺪُْيَﻜﻮنُﻋَﻠَﻰُوَﺯْنُ(ُﻓَﻌﻴْﻞُ)ُﻛَﻘَﺘﻴْﻞٍُوَُﺟَﺮيْﺢ
Terkadang isim maf’ul mengikuti wazan () ﻓَﻌﻴْﻞ, seperti ( ) ﻗَﺘﻴْﻞdan () ﺟَﺮيْﺢ.
ُوَُمﻦُْﻏَﻴﺮُﺍلﺜّﻼَﺛيُّﻛَاﺳْﻢُﺍلْﻔاَﻋﻞُلَﻜﻦُْبﻔَﺘْﺢُماَُﻗَﺒْﻞَُﺍﻵﺧﺮُنَﺤْﻮُمﻜْﺮَمُوَُمﺴْﺘَﻌاَنُوَُأَمَّاُنَﺤْﻮُمﺨْﺘاَرُﻓَﻬﻮَُصَالﺢ
ﻻﺳْﻢُﺍلْﻔَاﻋﻞُوَُﺍﺳْﻢُﺍْلﻤَﻔْﻌﻮﻝ
Adapun isim fa’il dari selain fi’il tsulatsi adalah seperti wazan isim fa’ilnya,
hanya saja huruf sebelum akhirnya difathah, seperti ( ) مﻜْﺮَمdan ( )مﺴْﺘَﻌاَن.
Adapun semisal lafal () مﺨْﺘاَر, maka pantas bila untuk isim fa’il dan isim maf’ul.
َارة ْ ِا
َ سم ِإش
ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk)
Untuk lebih memahami penggunaan Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna
dan Jamak dalam pengelompokan Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau
Kata Tunjuk dan Isim Maushul atau Kata Sambung.
Pertama, Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:
1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: =( َهذَاini).
Contoh dalam kalimat: =( ِكتَاب َهذَاini sebuah buku)
2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: كَ =( ذَ ِلitu).
Contoh dalam kalimat: كَ =( ِكتَاب ذَ ِلitu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1) َهذَاmenjadi ان ِ َ َهذ. Contoh: انِ َ =( ِكتَابَانِ َهذini dua buah buku)
ِ َه ِذmenjadi ان
2) ه ِ َ َهت. Contoh: ان
ِ َ ان َهت ِ َ =( َم َجلَّتini dua buah majalah)
3) ك َ ذَ ِلmenjadi ذَانِ َك. Contoh: ان ذَا ِن َكِ َ =( ِكتَابitu dua buah buku)
4) ك َ ِت ْلmenjadi تَا ِن َك. Contoh: ان تَا ِن َكِ َ =( َم َجلَّتitu dua buah majalah)
Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua):
1) Bila Isim yang ditunjuk itu adalah tidak berakal, maka baik Isim Mudzakkar maupun Isim
Muannats, menggunakan: =( َه ِذ ِهini) untuk menunjuk yang dekat dan =( تِ ْل َكitu) untuk
menunjuk yang jauh. Contoh dalam kalimat:
Muannats, menggunakan: =( َه ُؤالَ ِءini) untuk menunjuk yang dekat dan=( أُولَئِ َكitu)
untuk menunjuk yang jauh. Contoh dalam kalimat:
ْ ( الَّذyang).
Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah: ِي
Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
َّ َجا َء: = datang mahasiswa itu
Kalimat الطالب
Kalimat II شريعَة َّ
َّ الطالب يَدرس ال : = mahasiswa itu belajar Syari’ah
Bismillah
Dalam bahasa arab, ada istilah isim nakiroh dan isim ma’rifat istilah baru yang tidak ada padanannya
dalam Bahasa Indonesia. Jadi, istilah ini sesuatu yang ‘baru’ bagi kita yang baru belajar bahasa arab.
Seberapa penting memahami nakiroh dan ma’rifat ? Penting sekali karena dari keduanyalah selanjutnya
akan dibentuk hal – shohibul hal, na’at – man’ut / sifah – mausuf, mubtada – khobar. Bahkan, isim
nakiroh di dalam Al-Quran memiliki makna dan tafsir yang ‘berbeda’ nantinya. Penting banget ya?!
Isim ada dua jenis, isim nakiroh dan isim ma’rifat
2. ‘Dhomir ( )الضميرatau Kata ganti. Seperti ( هوdia – laki laki) | ( هيdia – perempuan) ini sudah termasuk
‘tertentu’
– Ma’had disini ma’rifat karena sudah tertentu. Sudah jelas ma’had yang mana walaupun tidak disebut
Mahad apa.
6. Mudhof kepada salah satu isim ma’rifat yang telah disebutkan di atas ( )المضاف لواحد من المذكورات.
Misal: >— دَفتَر َكdari isim nakiroh دَفتَرdan isim ma’rifat berupa dhomir َكJadilah dia
ma’rifat karena bersandar kepada salam satu isim ma’rifat yang telah disebutkan diatas. Misalnya
–> Misal: يَا أستاذ ! (Yaa Ustadz!) Maksudnya sudah tertentu adalah, orang
yang dimaqsud itu sudah ada.
Inilah isim isim ma’rifat yang tertentu. Isim isim ini memiliki tingkat ke-ma’rifat-an. Berdasarkan
urutannya, isim paling ma’rifat adalah dhomir dan selanjutnya. Namun ada ulama nahwu yang berpendapat
bahwa Isim yang paling ma’rifat adalah Allah karena seluruh makhluq pada fitrahnya mengenali siapa
penciptanya. [1]
————————————————————————————————————-
Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat Alam Nasyroh hanyalah satu. Al ‘usr dalam ayat
pertama sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam ayat berikutnya karena keduanya menggunakan isim
ma’rifah (seperti kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika isim
ma’rifah diulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama, terserah apakah isim ma’rifah
tersebut menggunakan alif lam jinsi ataukah alif lam ‘ahdiyah.” Intinya, al ‘usr (kesulitan) pada ayat
pertama sama dengan al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua.
Sedangkan kata “yusro (kemudahan)” dalam surat Alam Nasyroh itu ada dua. Yusro (kemudahan) pertama
berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua karena keduanya menggunakan isim nakiroh (seperti kata yang
tidak diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara umum, jika isim nakiroh itu
diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang pertama.” Dengan demikian, kemudahan itu ada
dua karena berulang. Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan. [2]
2. Kaidah ushul fiqh: Jika Isim Nakiroh Terletak dalam Konteks Penafian/Peniadaan, Larangan, Syarat,
Pertanyaan Menunjukkan Keumuman. Misalnya pada ayat berikut:
).
Isim nakiroh di ayat tersebut adalah Syai’an. Maka maksud dari ayat tersebut adalah larangan terhadap
syirik baik itu syirik dalam niat–niat, perkataan-perkataan, perbuatan–perbuatan, baik itu dari syirik akbar,
syirik ashghor/kecil, syirik yang tersembunyi (terletak di hati), syirik yang jelas. Maka terlarang bagi
seorang hamba menjadikan tandingan apapun bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sekutu pada salah satu
dari semua hal-hal yang tersebut di atas. [3]
Ada banyak lagi contoh contoh faidah isim nakiroh di AlQur’an. Inilah AlQur’an. “Diturunkan dari Tuhan
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam
bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui..” Qs Fushilat 41: 2-3 “Dan jikalau Kami jadikan Al Quraan
itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?” Qs Fushilat 41:44
Semoga yang sedikit ini bermanfaat.