Pernikahan adalah ikatan perjanjian antara dua orang yaitu laki-laki dan
perempuan. Pernikahan adalah perintah Allah dan Rasulullah yang harus diikuti dan
diteladani, karena begitu banyak pelajaran dan manfaat yang mengalir dari sebuah ikatan
pernikahan. Allah telah membuat segala sesuatunya berpasang-pasangan, dan begitu pula
dan kasih sayang diantara keduanya sehingga menjadi halal dan diridhoi oleh Allah. Allah
telah menetapkan hukum pernikahan dalam salah satu ayat Al-Qur’an, yaitu Q.S Ar-Rum
ﲆ ﲈﲉ
ﲇ ﭐ ﱹﱺ ﱻﱼ ﱽﱾ ﱿ ﲀﲁ ﲂﲃ ﲄ ﲅ
ﲊ ﲋ ﲌ ﲍﲎ
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
menafsirkan makna ayat tersebut tentang keluarga bahagia adalah keluarga yang
hubungan seksual sehingga membuahkan keturunan, di samping itu juga terpenuhi hak dan
kewajiban antara suami dan istri.1 Sementara itu, ulama kontemporer seperti Syekh
pernikahan sebagai pembangunan ekonomi.2 Dan juga Quraish Shihab menafsirkan ayat
tersebut bahwa salah satu tujuan pernikahan dengan fungsi hubungan seksual yaitu untuk
memiliki pandangan tersendiri terhadap Q.S Ar-Rum ayat 21 tentang tujuan pernikahan.
maghza dan akan direlevansikan dengan kehidupan keluarga modern saat ini.
pasangan suami istri yang telah membangun rumah tangga melalui akad nikah
bersifat langgeng, terjalin keharmonisan antara suami istri yang saling mencintai
dan menyayangi, sehingga masing-masing merasa damai. Terdapat tiga kata kunci
1
Ela Sartika, et.al., “Keluarga Sakinah dalam Tafsir Al- Qur’an ..., 129.
2
Mohammad Fauzan Ni’ami, “Tafsir Kontekstual Tujuan Pernikahan Dalam Surat Ar-Rum: 21”, Jurnal
Nizham, Vol. 9, No. 1, (Januari-Juni 2022): 12.
3
Kurlianto Pradana Putra, et.al., “Makna Sakinah dalam Surat Ar-Rum Ayat 21 ..., 32.
yang disampaikan oleh Allah dalam ayat tersebut, yaitu sakinah, mawaddah, dan
rahmah. Dalam kitab Tafsir Al-Munir dilihat dari sudut linguistik pada kata
a. Sakinah
samping bentuk lain yang serupa, secara keseluruhan totalnya ada 69 kali. Kata
sakinah berasal dari kata sakana-yaskunu, yang berarti sesuatu yang tenang,
damai yang melingkupi sebuah rumah tangga. Sakinah juga berasal dari kata
maskan yang artinya rumah adalah tempat beristirahat setelah beraktivitas. Dan
dari kata sakan yang memiliki arti waktu malam, karena digunakan untuk tidur
dan istirahat setelah sibuk mencari nafkah di siang hari. Sedangkan sukun
Dengan kata lain, sakinah yang diartikan ketenangan jiwa atau spiritualitas
bersifat rohani justru bukan arti yang sesungguhnya. Namun, sifat dasar dari
rohaniah terdapat dalam Q.S Al-A’raf ayat 189 yang artinya: Dialah yang
menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menciptakan
pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya ....”. Ayat ini menjelaskan
sisi lain, seperti ayat lain yang menunjukkan kata sakan diambil dari kata sukun
yang artinya hilang rasa takut sehingga jiwa merasa tenang, seperti yang
termuat dalam Q.S At-Taubah ayat 103. Oleh karena itu dapat disimpulkan
b. Mawaddah
baik yang berasal dari keinginan yang kuat untuk akhirnya memberikan cinta,
atau karena didorong oleh cinta yang kuat dan pada akhirnya menimbulkan
ditemukan dalam Q.S Ar-Rum ayat 21. Mawaddah sebagai aspek yang
menghiasi sebuah pernikahan bukan hanya sekedar cinta, seperti halnya cinta
4
Ela Sartika, et.al., “Keluarga Sakinah dalam Tafsir Al- Qur’an ..., 115-116.
orang tua kepada anaknya. Karena rasa cinta disini akan menginspirasi
(bersenggama).
Kedua, artinya adalah kasih sayang sebagaimana firman Allah dalam Q.S
ﭐﱁﱂﱃﱄﱅﱆﱇﱈﱉﱊﱋﱌ ﱍﱎﱏﱐﱑﱒ
ﱛ ﱝ ﱞﱟﱠ
ﱜ ﱓﱕﱖﱗﱘ ﱙ ﱚ
ﱔ
Artinya “itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan
Ketiga, memiliki arti ingin, seperti firman Allah dalam Q.S Al-Hijr ayat
2,
ﱉ ﱊ ﱋﱌ ﱍ ﱎ ﱏ
Artinya “orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan,
sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang muslim”. Dari ayat ini
kecendrungan bentuk ini adalah dalam konteks yang negative. Sedangkan kata
mawaddah dalam pernikahan adalah cinta, keinginan, atau kerinduan dalam
konteks positif.5
c. Rahmah
Kata rahmah muncul 114 kali dalam Al-Qur’an, bersama kata lain
dengan akar yang sama memiliki total 339 muncul dalam Al-Qur’an. Kata
rahmah berasal dari kata rahima-yarhamu, yang berarti kasih sayang, rahmat
(riqqah). Merupakan sikap yang mendorong seseorang untuk berbuat baik dan
peduli terhadap sesama atau siapa saja yang dikasihi. Menurut Al-Ashfahani,
kata rahmah memiliki dua arti, kasih sayang (riqqah) dan baik hati atau murah
hati (ihsan). Kata rahmah yang berarti kasih sayang diberikan oleh Allah
kepada manusia, artinya dengan rahmat Allah hati manusia dapat dengan
mudah tersentuh ketika mereka melihat orang lain lemah atau bersimpati pada
hati (ihsan), merupakan sifat khusus yang dimiliki Allah. Artinya hanya Allah
yang menyatakan atau mengklaim sebagai pemilik kemurahan hati atau Maha
Pemurah. Atau dengan kata lain, kebaikan, perhatian, anugerah, kasih sayang,
Allah.
status Q.S Ar-Rum ayat 21 jika ditelaah bagian tekstual dari ayat itu sendiri.
Diantaranya adalah melihat dari pandangan posisi tempat turunnya ayat (asbab an-
5
Ibid., 116.
nuzul), serta kesesuaian Q.S Ar-Rum ayat 21. Q.S Ar-Rum merupakan surat ke 30
yang termasuk dalam surat Makiyyah, karena surat ini diturunkan di Mekah dan
terdiri dari 60 ayat. Ciri-ciri surat Makiyyah adalah: a) teknik dakwah ayat-ayat
secara spesifik, d) Nabi Muhammad bertugas sebagai pemberi peringatan dan kabar
gembira dari Allah. Terkait dengan keseusaian Q.S Ar-Rum ayat 21, Imam Al-
Qurthubi berpendapat bahwa ayat ini sangat erat kaitannya dengan ayat
kesesuaian Q.S Ar-Rum ayat 21 dengan mengacu pada ayat sebelumnya, yaitu
penciptaan manusia yang berasal dari tanah. Karena tanah merupakan bagian dari
proses dan pertumbuhan suatu kehidupan. Seperti manusia yang menjalani proses
menganggap fungsi reproduksi sebagai fitrah manusia yang serupa dengan tanah.6
menyatakan bahwa Q.S Ar-Rum ayat 21 berkaitan dengan ayat 20 dan ayat
setelahnya, yaitu ayat 22. Dalam ayat 20 membahas mengenai fitrah perilaku
perkembangan reproduksi manusia dan bukti kuasa serta rahmat Allah. Dan dalam
ayat 22 selalu berkaitan dengan bukti kebesaran dan kekuasaan Allah. Menurut
Quraish Shihab, terdapat persamaan antara laki-laki dengan langit dan perempuan
6
Mohammad Fauzan Ni’ami, “Tafsir Kontekstual Tujuan Pernikahan ..., 15.
dengan bumi. Hujan turun dari langit diterima dan membasahi bumi agar tanaman
atau makhluk di bumi dapat tumbuh dan berkembang. Begitupun dengan pasangan
Menurut tinjauan di atas, secara garis besar dapat diketahui bahwa turunnya ayat
21 Q.S Ar-Rum berkaitan erat dengan ayat sebelum dan setelahnya yang membahas
mengenai proses penciptaan manusia, yaitu proses reproduksi sebagai tujuan dari
atau menjadi ikatan pasangan suami istri (litaskunu ilaiha) untuk mencapai rumah
1) Quraish Shihab
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah volume 10, kata sakinah dalam
Q.S Ar-Rum ayat 21 berasal dari kata taskunu yang berasal dari kata
sakana yang berarti diam setelah diguncang dan sibuk. Kata sakan
7
Kurlianto Pradana Putra, et.al., “Makna Sakinah dalam Surat Ar-Rum Ayat 21 ..., 23.
digambarkan sebagai keadaan tenang setelah memasuki rumah yang
warisan dunia.8
2) Imam al-Qurthubi
dalam ikatan pernikahan sebagai pasangan suami dan istri. Imam al-
rahmah yang berarti anak yang lahir dari hubungan tersebut. Imam al-
dapat diartikan sebagai rasa sayang, sedangkan rahmah ialah cinta atau
8
M. Quraisy Syihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 10, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), 167.
kasih sayang yang sangat kuat. Imam al-Qurthubi memaknai secara
tanah memiliki retakan atau rongga dalam strukturnya saat terjadi proses
perempuan adalah ladang atau tanah yang harus ditanami suaminya, dari
20.9
yang diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam. Berbeda dengan
9
Abi Bakr bin Farah al-Qurtuby, Al-Jami' Li Ahkam al-Qur'an, ( Kairo: Dar Syu'b, 1950), 254.
keluarga ketika menikah. Hubungan ini menimbulkan rasa saling
berfokus pada dua insan yang saling mencintai, tetapi pernikahan adalah
masyarakat.10
4) Sayyid Qutb
yang menenangkan urat syaraf dan jiwa, tenang hati dan pikiran,
10
Abu Ja'far Muhamad Bin Jarir aṭ-Ṭabari, Jami' al-Bayan fi Tafsir al-Qur'an, 16th edn, (Beirut: Darul Fikr,
1983), 176.
11
Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zilal al-Qur’an XI, dalam https://tafsirzilal.files.wordpress.com/2012/06/ar-
rum.indon.pdf, diakses 30 Juni 2021.
5) Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi
bahwa hal tersebut tidak baik, tetapi perbedaan ini untuk saling
suami keluar pada siang hari untuk mencari nafkah bagi keluarga, pada
6) Wahbah Zuhaili
sakinah sebagai keadaan fisik dan mental yang merasa tenang dan damai.
masalah yang muncul atas dasar keinginan yang kuat untuk mengarah
dan Siti Hawa. Dengan demikian pernikahan menjadi norma di seluruh dunia
pasangan. Pada masa pra-Islam dan awal perkembangan Islam, tujuan utama
12
Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, Jilid 10, (Jakarta: Duta Azhar, 2011), 538-539.
13
Wahbah Zuhaili, al-Tafsir al-Munir fi al-Aqidat wa al-Syarī'at wa al-Manhaj, Jilid 11, (Damaskus: Dar Al-
Fikr, 2005), 92.
setiap manusia memiliki hasrat seksual yang harus disalurkan. Oleh karena
orang Mesir kuno dan orang Arab. Masyarakat Mesir kuno disibukkan dengan
kegiatan keagamaan yang sangat kompleks dari tempat ibadah dan altar,
terdapat ilmu pasti (eksakta), kedokteran, dan dialog. Berbeda halnya dengan
kebutuhan seksual yang melekat pada manusia, iklim panas dan kering sangat
bergejolak.14 Tidak heran jika kita cermati penafsiran beberapa ulama seperti
dalam ayat 21 Q.S Ar-Rum terbatas pada fungsi reproduksi, tidak ada
Sehingga dalam konteks kuno hidup dalam harmoni ketika mereka menikah
14
Mohammad Fauzan Ni’ami, “Tafsir Kontekstual Tujuan Pernikahan ..., 8-9.
juga fungsi sosiologis yang erat kaitannya dengan lingkungan dan peran
juga menjelaskan bahwa ruang lingkup tujuan pernikahan sangat luas, bukan
konsep sejahtera bukan hanya tentang sandang, pangan, dan papan. Tujuan
21
Sejatinya pernikahan bukanlah halangan bagi siapa pun, terutama bagi seorang
wanita, untuk mencapai tujuan dari fitrah manusia. Pernikahan merupakan penyatuan dua
insan yaitu laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi, mendukung dan membantu
satu sama lain sebagai bentuk peningkatan kualitas hidup kedua belah pihak, terutama
15
Faqihuddin Abdul Kodir, Qira’ah Mubadalah: Tafsir Progresif Untuk Keadilan Gender Dalam Islam
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), 341.
untuk lima prinsip dasar, yaitu: perlindungan jiwa, perlindungan agam, akal pemikiran dan
pengetahuan, keturunan dan hak-hak reproduksi, dan harta kepemilikan. Oleh karena itu,
sejak awal setiap orang yang ingin menikah mereka harus meluruskan niat dan tujuannya
dengan baik, dan untuk mencapainya diperlukan komitmen yang kuat antara kedua belah
pihak, sehingga pernikahan dapat menghadirkan kebaikan yang diharapkan seperti tujuan
Adapun tujuan pernikahan dalam keluarga modern berdasarkan Q.S. Ar-Rum ayat
Progresif Untuk Keadilan Gender Dalam Islam, yaitu ketentraman (sakinah). Dalam
tujuan pernikahan seorang manusia menikahi lawan jenisnya untuk mencari ketentraman
kepada pasangannya, nyaman dalam merajut cinta (mawaddah warahmah), dan mudah
untuk mencapai kebahagiaan dalam menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat. Dalam
tujuan ketentraman (sakinah) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti hal-
hal biologis, ekonomi, sosial dan keluarga, dan agama. Beberapa faktor tersebut merupakan
hal-hal yang biasa terjadi untuk mencapai tujuan pernikahan. Dalam faktor biologis,
ekonomi, sosial dan keluarga dapat berubah seiring berjalannya waktu yang dialami oleh
manusia, karena manusia dapat berubah menjadi tua sehingga tidak menarik seperti saat
muda, perekonomian yang tidak stabil, serta kedudukan sosial dan keluarga yang bisa saja
Jika manusia menikah hanya dengan tiga faktor tersebut maka ketentraman yang
didapatkannya bersifat sementara. Akan tetapi jika manusia mengutamakan faktor agama
maka ketentraman yang dirasakan akan bersifat abadi. Seperti dalam hadis Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra sebagai berikut: Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dari Rasulullah, beliau bersabda “Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena
hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah
karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung”. Maksud “agama” dalam hadis tersebut
ialah agar dapat memberi makna yang lebih kuat, kokoh, tidak mudah goyah, dan dapat
menghadirkan ketentraman dalam hati selain ketentraman secara biologis, finansial, dan
sosial.
antara suami dan istri, keduanya harus saling menghadirkan kebahagiaan kepada
pasangannya dengan berlandaskan mawaddah dan rahmah yang harus dirasakan oleh
kedua belah pihak, melalui proses yang mereka tempuh agar menjadi tanggung jawab
bersama. Jika kebahagiaan tersebut hanya dihadirkan oleh salah satu pihak saja, maka
kebahagiaan tersebut tidak akan lengkap dan hanya separuhnya saja. Maka dibutuhkan
pernikahan yaitu ketentraman (sakinah). Selain empat tujuan yang disebutkan oleh
Rasulullah (ketentraman finansial, sosial, biologis, dan agama) terdapat tujuan lainnya,
Tujuan tersebut tidak disalahkan selama tidak ada pemaksaan, kekerasan, dan kedzoliman
Tujuan-tujuan di atas akan lebih kuat jika dikaitkan dengan motivasi hidup dalam
Islam, yaitu untuk mencapai keridaan Allah, untuk mengabdikan diri demi kebaikan dalam
keluarga, kemaslahatan masyarakat dan umat, serta kemakmuran negara. Jadi, kebaikan
dan kemaslahatan keluarga merupakan pondasi dasar dan arah yang memandu jalan bahtera
pernikahan agar sampai pada tujuan akhir, yaitu kebaikan dunia yang dirasakan secara
bersama yang dibalut untuk meningkatkan ibadah kepada Allah, sehingga nanti
pernikahan sebagai tanggung jawab individu tersebut kepada Allah (mistaqan zhalidzan),
prinsip berpasangan dan saling berkaitan (zawaj), saling memberikan kenyamanan antar
(mua’syarah bil ma’ruf), menjaga komunikasi antara suami dan istri (musyawarah). Jika
langkah-langkah ini dapat dilakukan dengan baik, maka tujuan dari pernikahan dapat