Anda di halaman 1dari 147

MEMPERTAHANKAN IDENTITAS RADIO MELALUI

PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK PENYIAR

(Studi Kasus Tentang Mempertahankan Identitas Radio Melalui


Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada
Radio Ardan 105,9 FM Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)


Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

Marlinah
41811068

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2015
ABSTRAK

MEMPERTAHANKAN IDENTITAS RADIO MELALUI PEMBENTUKAN


KARAKTERISTIK PENYIAR
(Studi Kasus Tentang Mempertahankan Identitas Radio Melalui
Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada
Radio Ardan 105,9 FM Bandung)

Oleh:
MARLINAH
41811068

Skripsi ini dibawah bimbingan:


Sri Dewi Setiawati, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Mempertahankan


Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan
105,9 FM Bandung. Untuk menjawab masalah tersebut, maka diambil sub-fokus
dari Identitas Perusahaan yang meliputi Simbol, Perilaku, dan Komunikasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Studi
Kasus. Informan dari penelitian ini berjumlah sembilan orang, informan tersebut
dipilih dengan menggunakan teknik snowball sampling. Data yang diperoleh
melalui wawancara, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan internet
searching.
Hasil dari penelitian ini, simbol yang muncul ketika siaran yakni terdapat
pada pengucapan nama radio, frekuensi, tagline, tema bulanan, nama program,
jingle, serta pemilihan iklan sesuai dengan segmentasi radio Ardan. Perilaku yang
ditunjukkan untuk menarik perhatian pendengar radio Ardan, diantaranya dengan
cara bersikap asik, seru, akrab, terbuka kepada pendengar, dan merangkul
pendengar, serta membuat pendengar merasa nyaman untuk mendengarkan radio
Ardan. Komunikasi yang dilakukan yakni pendekatan kepada pendengar melalui
call sign insan muda yang ketika siaran diganti menjadi “aku dan kamu” yang
bertujuan agar penyiar lebih akrab dengan pendengar dan komunikasi juga
dilakukan melalui topik dan bahasan siaran serta selalu menyisipkan humor.
Kesimpulannya, karakteristik penyiar dibentuk sesuai dengan identitas
radio Ardan yang bersegmentasi untuk anak muda, karakteristik tersebut yakni
nada yang bersemangat, enerjik dan memiliki teknik penekanan suara yang jelas,
agar dapat menjadi pemacu semangat bagi kawula muda dan menjadi pembeda
dengan radio lain.
Akhirnya saran dari penelitian ini yaitu jangan mengubah karakter dari
setiap penyiar dan jangan sampai menghilangkan ciri khas anak muda dari radio
Ardan, karena dapat mempersulit pendengar dalam mengenali radio Ardan.

Kata Kunci : Karakteristik Penyiar, Identitas Radio, Radio


ABSTRACT

MAINTAINING RADIO IDENTITY BY FORMING THE ANOUNCER


CHARACTERISTIC
(A Case Study About Maintaining Radio Identity By Forming The Anouncer
Characteristic At Ardan Radio 105.9 FM Bandung)

By:
MARLINAH
41811068

This thesis under the guidance of:


Sri Dewi Setiawati, S.Sos., M.Si

This study aims to determine maintaining the radio identity by forming the
anouncer characteristic at Ardan radio 105.9 FM Bandung. To answer these
problems, the researcher takes three sub-focus about the Company is identity,
including Symbol Identity, Behavior, and Communication.
This study used a qualitative approach with case study method.
Researcher took nine informants for this study, informants were selected using
snowball sampling technique. Data were obtained through interviews,
observation, documentation, literature, and internet searching.
Results from this study, symbol that appears when a broadcast that is
contained in the spoken radio’s name, frequency, tagline, monthly theme, and the
the program’s name, the jingle, and advertisement selection. The behavior shown
to attract the attention of Ardan radio listeners, including by being cool, fun,
intimate, open to the listener, and the listener embrace, and makes the listener feel
comfortable to listen to the Ardan radio. The communication done by using call
sign “young people” to approach the listeners which changed to “I and You”
which aims to make the broadcaster more familiar to listeners and
communication is also done through the topics and discussion broadcast, and
always give some humor.
In conclusion, announcer characteristics established in accordance with
of the identity of the Ardan radio segmented for young people, The characteristics
of the the tone that excited, energetic and have a clear sound suppression
techniques, in order to become a spirit booster for young people and a
differentiator with other radios.
Finally suggestions from this research that don’t alter the character of
each announcer and don’t eliminate the hallmark of young people from Ardan
radio, because it can be difficult for the listener to recognize Ardan radio.

Keywords: Characteristics Anouncer, Radio Identity, Radio


1. Latar Belakang Masalah

Identitas merupakan jati diri, sedangkan identitas perusahaan merupakan

jati diri atau segala sesuatu yang ditampilkan oleh perusahaan kepada publik.

Identitas perusahaan menjadi salah satu faktor penting bagi suatu citra

perusahaan dan dianggap menjadi awal bagi suatu citra positif perusahaan.

Identitas tidak hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar dan

perusahaan-perusahaan penghasil produk atau pemberi jasa saja, tetapi

dimiliki pula oleh perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan yang bergerak

di bidang penyiaran, baik televisi maupun radio.

Seiring dengan pesatnya perkembangan radio, radio menjadi salah satu

media yang menarik perhatian dan radio menjadi populer karena

keanekaragaman program acaranya, serta selain murah, jangkauan radio pun

luas sehingga dapat didengarkan juga oleh masyarakat di pelosok. Di Bandung

terdapat kurang lebih 54 radio FM dan 4 radio AM, 54 radio FM tersebut

memiliki bermacam-macam segmentasi, mulai dari radio untuk anak, radio

untuk remaja atau anak muda, radio untuk orang dewasa, radio dangdut, radio

khusus berita, radio khusus musik hingga radio khusus untuk kebudayaan.

Diantara banyaknya radio yang memiliki segmentasi untuk anak muda

terdapat radio-radio yang diidolakan oleh anak-anak muda di Bandung, salah

satunya Radio Ardan.

Posisi seorang penyiar di radio terkesan ekslusif dan istimewa, karena

menempati posisi paling depan dalam siaran radio dan yang lebih berpengaruh
terhadap suatu citra perusahaan radio, karena penyiar merupakan publik figur

yang paling mudah dikenali oleh pendengar dan berhubungan langsung

dengan pendengar. Seorang penyiar harus memiliki Air Personality, karena

sebagai komunikator pada sebuah radio tentunya penyiar memiliki

karakteristik tersendiri, dan seorang penyiar yang profesional haruslah pandai

dalam bermain peran. Air Personality merupakan sebuah karakter atau ciri

khas yang muncul dari seorang penyiar ketika mereka sedang membawakan

sebuah program pada radio. Air Personality seorang penyiar akan menjadikan

nilai lebih bagi penyiar tersebut dan khalayak atau pendengar pun akan mudah

dalam membedakan penyiar yang satu dengan penyiar yang lain, sehingga

terbentuk identitas dari penyiar tersebut.

Karakteristik suara adalah kriteria yang paling penting. Selain

karakteristik suara, untuk menjadi penyiar yang handal dan profesional

seseorang dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik, cerdas dan

berkarakter. Ia juga harus selalu mengasah dan meningkatkan kemampuan

yang dimilikinya, kemampuan berbicara, kemampuan menyampaikan pesan

dengan baik, kemampuan dalam bermain peran saat siaran dan lain

sebagainya.

Pada umumnya pendengar akan lebih tertarik pada penyiar yang

mempunyai karakteristik tersendiri untuk membawakan program acara dan

bagaimana cara penyiar membawakannya dibanding apa jenis program

acaranya. Sejauh ini masalah yang dihadapi oleh banyak radio yaitu

berubahnya nuansa dari program acara karena beda penyiar yang


membawakannya atau bedanya karakteristik dari penyiar yang satu dengan

yang lain.

Memunculkan kelebihan atau karakteristik yang khas dari penyiar di

radio Ardan, akan membuat para pendengar senatiasa terus menerus

mengingat radio Ardan, serta dapat meningkatkan kepercayaan pendengar,

mesikupun tidak banyak melakukan sponsorship citra Ardan akan tetap

positif, karena adanya karakteristik yang khas dan unik, kredibilitas penyiar

radio Ardan tidak akan diragukan lagi, baik oleh pendengarnya maupun publik

yang belum menjadi pendengarnya.

Penyiar nantinya akan melakukan suatu kegiatan branding melalui

siarannya, mereka yang akan membuat pendengar menjadi tertarik untuk

mendengarkan setiap program yang dibuat oleh radio, mereka dengan karakter

suara-suara dan gaya-gaya khas siarannya yang membuat pendengar betah

berlama-lama mendengarkan radio, mereka yang secara tidak langsung

memperkenalkan identitas radionya kepada masyarakat, identitas yang tidak

hanya dilihat dari logo, citra yang tidak hanya dibentuk dari pembuatan event-

event dengan klien, dan reputasi yang tidak hanya dibentuk dari sponsorship,

melainkan identitas yang disampaikan dan dibangun melalui alunan karakter

suara dan gaya bicara penyiar-penyiar saat mereka siaran. Stasiun radio yang

memiliki identitas tersendiri dan mudah dibedakan dengan stasiun radio

lainnya akan dapat membuat pendengar atau publiknya menjadi lebih mudah

mengenali stasiun radio tersebut dan mereka lebih tertarik untuk

mendengarkan radionya.
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan

hal yang akan menjadi pokok masalah yang akan di teliti yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana Simbol penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio

Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9

FM Bandung?

2. Bagaimana Perilaku penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio

Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9

FM Bandung?

3. Bagaimana Komunikasi yang dibangun penyiar dalam

Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik

Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Studi

Kasus dengan pradigma dari Creswell. Studi kasus merupakan tipe pendekatan

dalam penelitian yang menelaah suatu kasus secara intensif, mendetail,

mendalam dan komprehensif. Peneliti kualitatif mempelajari segala sesuatu di

lingkungannya yang alami, mencoba untuk memahami atau menafsirkan

fenomena menurut makna-makna yang diberikan kepada fenomena tersebut

oleh orang-orang, maka dari itu untuk memahami penelitian secara alami,
teknik pengumpulan data dari lapangannya dengan cara wawancara, observasi

dan dokumentasi, dengan didukung pula oleh studi pustaka. Cara perolehan

informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling.

4. Hasil Penelitian

Sesuai dengan sub-fokus penelitian, yakni simbol, perilaku dan

komunikasi, dalam penelitian ini, peneliti mendengarkan simbol-simbol yang

bermakna yang muncul pada saat penyiar sedang siaran. Hasil dari

mendengarkan tersebut, peneliti merasa bahwa penyiar di radio Ardan sudah

dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk dapat membangun dan

mempertahankan identitas radio Ardan, dimana simbol disini yakni terdapat

pada pengucapan nama radio, frekuensi, tagline, tema bulanan, dan nama

program. Adapun simbol sudah dibuat dan diatur terlebih dahulu oleh music

director, yaitu representasi identitas radio Ardan yang dikemas menjadi jingle,

jingle biasanya sudah berisi nama radio, frekuensi radio (105,9 FM), dan

tagline.

Nada bersemangat, penekanan suara yang jelas dan suara yang enerjik

selalu terdengar dari setiap penyiar ketika penyiar menyapa pendengarnya dan

ketika mengucapkan simbol-simbol identitas radio Ardan, apalagi ketika

siaran pagi dan siang, dengan nada bersemangat dan enerjik, pendengar juga

akan terpengaruh oleh suara penyiar tersebut, dengan begitu pendengar akan

senang mendengarkan mereka siaran. Penekanan suara yang jelas disini,

bukan berarti penyiar mengucapkannya dengan nada rendah dan pelan,


penekanan suara yang jelas disini yakni terlihat bagaimana mereka berbicara

cepat dan bersemangat dengan intonasi yang tetap terdengar jelas bahwa

mereka sedang mengucapkan atau membicarakan sesuatu, sehingga pendengar

pun mengerti apa yang sedang mereka bicarakan dan dapat mengenali simbol

identitas radio Ardan seperti tagline dan lain sebagainya.

Demi tercapainya tujuan dan maksud dari simbol yang ada, serta agar

identitas radio Ardan sebagai radio bersegmentasi anak muda benar-benar

tersampaikan, setiap penyiar harus menyampaikan simbol-simbol tersebut

dengan nada dan gaya yang bersemangat, enerjik, dan penekanan suara yang

jelas, layaknya anak muda yang penuh semangat, penyiar menjadi wakil dan

contoh untuk menumbuhkan semangat pendengar muda.

Karakteristik penyiar tidak hanya dapat dilihat dari simbol yang

disampaikannya saja, melainkan perilaku juga mempengaruhi dan menjadi

hal yang penting bagi penyiar yang berkarakter. Perilaku disini penyiar

tunjukan pada saat mereka siaran, seperti saat siaran mereka harus selalu

bersikap baik terhadap pendengar dan merangkul pendengarnya agar

pendengar tertarik pada program yang dibawakan penyiar dan agar tertarik

untuk suka pada penyiarnya. Perilaku yang ditunjukkan kepada eksternal radio

Ardan saat siaran, semata-mata bertujuan untuk menarik perhatian pendengar,

dengan bersikap asik, ramah tapi tetap gaul dan merangkul pendengarnya,

mereka yakin pendengar akan tertarik pada mereka. Perilaku tersebut menjadi

cara untuk mempertahankan identitas radio Ardan dan mempertahankan citra

positif radio Ardan. Kemudian selain itu, adapun perilaku kurang baik yang
dilakukan oleh penyiar yakni berteriak saat siaran dan suara-suara bising kru,

meskipun dalam psikologi terkesan negatif tetapi hal negatif tersebut malah

memberi pengaruh positif, yaitu radio Ardan mudah dikenali oleh pendengar

atau masyarakat.

Tidak hanya cukup dengan simbol dan perilaku, yang mempengaruhi

karakteristik penyiar paling utama yakni komunikasi, karena tanpa adanya

komunikasi, simbol dan perilaku tidak dapat tersampaikan dengan baik oleh

penyiar kepada pendengarnya. Komunikasi yang dijalin oleh penyiar di radio

Ardan, baik dengan lingkup internal, maupun eksternal yakni pendengar dan

masyarakat luas merupakan komunikasi yang dijalin dengan baik, meskipun

kadang penyiar harus berdramaturgi dalam menghadapi pendengar, tetapi

mereka merasa bangga jika pendengar mereka bertambah banyak dan tetap

setia pada radio Ardan karena komunikasi yang mereka jalin. Pendekatan-

pendekatan pun penyiar lakukan agar terciptanya komunikasi yang baik

dengan pendengar.

Cara penyiar melakukan pendekatan yaitu dengan mengubah panggilan

untuk pendengarnya, saat mereka sedang berinteraksi dengan pendengarnya,

panggilan atau call sign radio Ardan adalah “Insan Muda”, tetapi saat

berinteraksi dengan pendengar ketika siaran, call sign “Insan Muda” tersebut

diganti menjadi kata “ aku dan kamu” dengan tujuan agar pendengar merasa

lebih dekat dengan penyiar dan seolah-olah pendengar dan penyiar sedang

melakukan percakapan. Komunikasi yang dijalin juga tidak hanya melalui

interaksi secara langsung, baik internal maupun eksternal. Komunikasi


mencakup pesan, siapa yang menyampaikan, siapa yang menerima, apa

medianya dan bagaimana feedback-nya, komunikasi disini juga berjalan pada

saat siaran, dimana produser dan penyiar membuat dan menyusun sedemikian

rupa pesan-pesan atau bahan siaran, lalu penyiar sampaikan melalui

gelombang suara dan kemudian diterima oleh pendengar. Faktor yang

mempenngaruhi kredibilitas seorang penyiar adalah kepercayaan, baik

kepercayaan dari pihak radio Ardan sendiri, maupun kepercayaan yang

diberikan oleh pendengarnya. Penyiar yang memiliki kapabilitas yang baik

dalam siaran, akan dengan mudah dalam mengontrol intonasi dan nada

suaranya saat siaran, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah

memiliki Air Personality dalam siarannya.

Perbedaan karakter setiap penyiar dalam mengkomunikasikan pesan-

pesan radionya kepada pendengar, memang dapat menjadi pembeda antara

penyiar yang satu dengan penyiar lainnya, akan tetapi karakteristik siaran

yang penuh semangat, enerjik dan penekanan suara yang khas akan tetap

menjadi ciri khas karakteristik radio Ardan, dimana karakteristik tersebut

merupakan perwujudan dari identitas atau segmentasi radio yang diperuntukan

bagi anak kawula muda.

Jadi, komunikasi yang dijalin oleh penyiar dengan pendengar dibentuk

melalui pendekatan terhadap pendengar, serta dengan menggunakan pesan-

pesan yang menarik. Kredibilitas dan kapabilitas penyiar dalam

menyampaikan pesan, bahasan dan topik serta karakter dan gaya bicara ketika

siaran akan mempengaruhi penilaian pendengar terhadap penyiar dan radio


Ardan, menarik perhatian, serta dapat menentukan feedback seperti apa yang

akan diberikan oleh pendengar kepada penyiar dan radio Ardan, selain itu juga

dapat terlihat bagaimana identitas, citra dan reputasi radio Ardan yang

sesungguhnya, baik dimata pendengar setia maupun di mata masyarakat luas.

5. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Simbol yang ditunjukkan radio Ardan sebagai identitasnya tidak hanya

dapat dilihat dari logo dan seragam saja, tapi banyak hal yang dapat

dilihat, seperti pada pengucapan nama radio, frekuensi, tagline, tema

bulanan, dan nama program, serta pemilihan iklan. Adapun simbol

sudah dibuat dan diatur terlebih dahulu oleh music director, yaitu

representasi identitas radio Ardan yang dikemas menjadi jingle, jingle

biasanya sudah berisi nama radio, frekuensi radio (105,9 FM), dan

tagline. Demi tercapainya tujuan dan maksud dari simbol yang ada,

serta agar identitas radio Ardan sebagai radio bersegmentasi anak

muda benar-benar tersampaikan, setiap penyiar harus menyampaikan

simbol-simbol tersebut dengan nada yang bersemangat, enerjik, dan

penekanan suara yang jelas, layaknya anak muda yang penuh

semangat, penyiar menjadi wakil dan contoh untuk menumbuhkan

semangat pendengar muda.

2. Perilaku positif yang ditunjukkan berupa pelayanan dan perlakuan

yang diberikan oleh penyiar kepada pendengar, guna membuat


pendengar merasa nyaman untuk mendengarkan radio Ardan dan

menarik perhatian pendengar, diantaranya dengan cara bersikap

terbuka kepada pendengar, rame/asik, akrab, gaul dan merangkul

pendengar. Perilaku tersebut menjadi cara untuk mempertahankan

identitas radio Ardan dan mempertahankan citra positif radio Ardan.

Adapun perilaku kurang baik yang dilakukan oleh penyiar yakni

berteriak saat siaran dan suara-suara bising kru, meskipun berbicara

dengan cara berteriak dalam psikologi terkesan negatif tetapi hal

negatif tersebut malah membawa pengaruh positif, yaitu radio Ardan

mudah dikenali oleh pendengar atau masyarakat.

3. Komunikasi yang dijalin oleh penyiar dengan pendengar dibentuk

melalui pendekatan terhadap pendengar, serta dengan menggunakan

pesan-pesan yang menarik. Kredibilitas dan kapabilitas penyiar dalam

menyampaikan pesan, bahasan dan topik ketika siaran akan

mempengaruhi penilaian pendengar terhadap penyiar dan radio Ardan,

menarik perhatian pendengar, serta dapat menentukan feedback seperti

apa yang akan diberikan oleh pendengar kepada penyiar dan radio

Ardan. Perbedaan karakter setiap penyiar dalam mengkomunikasikan

pesan-pesan radionya kepada pendengar, memang dapat menjadi

pembeda antara penyiar yang satu dengan penyiar lainnya, akan tetapi

karakteristik siaran yang penuh semangat, enerjik dan penekanan suara

yang khas akan tetap menjadi ciri khas karakteristik radio Ardan,
dimana karakteristik tersebut merupakan perwujudan dari identitas

atau segmentasi radio yang diperuntukan bagi kawula muda.

6. Daftar Pustaka

Buku

Anggoro, M. Linggar. 2000. Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya

di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. 2007. Komunikasi Massa Suatu

Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Creswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design : choosing

among five tradition. London : Sage Publication

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

_______________.1991. Radio Siaran: Teori dan Praktek. Bandung: C.V

Mandar Maju.

Fombrun, Charles J. 1996. Reputation: Realizing Value from the Corporate

Image. Cambridge, Massachusetts: Harvard Business School Press.

Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya

di Indonesia. Jakarta: Grafiti.


Ludlow, Ron dan Fergus Panton. 1992. The Essence of Effective

Communication. Prentice-Hall.

Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif:

Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Morissan & Wardhany. Andy. 2009. Teori Komunikasi: Tentang

Komunikator, Pesan, Percakapan Dan Hubungan. Bandung: Ghalia

Indonesia

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

_______________. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ningrum, Fatmasari. 2007. Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter, & Repoter,

Jakarta: Penebar Plus.

Pace, R. Wayne, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett. 1997. Techniques

for effective Communication. Addison-Wesley.

Solihat, Manap., Melly Maulin, dan Olih Solihin. 2014. Interpersonal Skill.

Bandung: Mujahid Press.

Sutojo, Siswanto. 2004. Membangun citra perusahaan. Jakarta: PT Damar.


Van Riel. 1995. Principles of Corporate Communication. Prentice-Hall.

Skripsi

Ria Septiani. 2010. Strategi Public Relations Mobile Unit Departement Radio

Ardan 105.9 Fm Dalam Menarik Minat Masyarakat Kota Bandung

Untuk Menjadi Pendengarnya. Bandung: Universitas Komputer

Indonesia.

Ersita Pratiwi. 2010. Analisis Karakteristi Penyiar Radio Dahlia 101,5 FM

Bandung. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Aisha Putri Tania, 2012. Transformasi Identitas Radio (Studi Kasus Transformasi

Identitas Radio Prfm 107.5 Bandung Dari Format Radio Lifestyle

Menjadi Radio News). Bandung: Universitas Padjajaran.

Ardiansyah Nasution, 2010. Strategi Radio Prambors dalam Upaya

Mempertahankan Pendengar Siaran Putus Sama Nataya di Prambors

Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Internet Searching

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online tentang “Aku” dan “Kamu”. Melalui

http://www.kbbi.web.id/aku dan http://www.kbbi.web.id/kamu.

[29/07/15].

Kusmarni, Yani. Laporan Studi Kasus. Melalui

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5

&cad=rja&uact=8&ved=0CDMQFjAE&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.e
du%2FDirektori%2FFPIPS%2FJUR._PEND._SEJARAH%2F19660113

1990012-

YANI_KUSMARNI%2FLaporan_Studi_Kasus.pdf&ei=jQT7VJClFIaLu

wT0wYIg&usg=AFQjCNElO23RlmW9D7JnKDJg8Ieqv5oYQw&sig2=

AmzQi8IOV9nQ0aG3UdiQ9g. [05/03/15].

Rahmat, Pupu Saeful. 2012. Jurnal Penelitian Kualitatif. Melalui

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5

&cad=rja&uact=8&ved=0CEAQFjAE&url=http%3A%2F%2Fyusuf.staf

f.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F11%2FJurnal-Penelitian-

Kualitatif.pdf&ei=iQv7VO71GZXluQSyh4CwAg&usg=AFQjCNGIN1p

BDvKdRN2NZkdv0plSEJcv_Q&sig2=s4vZdmG_Zo-OUMhj1NJqGw.

[05/03/15].

Alifahmi Hifni. Merawat Reoutasi Korporat. Melalui

http://www.theprworld.com/insight/expert/342-merawat-reputasi-

korporat. [05/03/15].
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Identitas merupakan jati diri, sedangkan identitas perusahaan merupakan jati

diri atau segala sesuatu yang ditampilkan oleh perusahaan kepada publik. Identitas

perusahaan menjadi salah satu faktor penting bagi suatu citra perusahaan dan

dianggap menjadi awal bagi suatu citra positif perusahaan.

Disadari atau tidak identitas menjadi pondasi untuk meraih citra positif,

karena identitaslah yang menjadi awal dari terbentuknya citra, jika tidak ada

identitas yang dapat menunjukan perbedaan suatu perusahaan dengan perusahan

yang lainnya dan jika tidak ada pembeda yang dapat dikenali publik, maka citra

positif pun tidak akan terbentuk, begitu juga dengan reputasi, jika citranya buruk

maka reputasinya pun akan buruk.

Identitas tidak hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar dan

perusahaan-perusahaan penghasil produk atau pemberi jasa saja, tetapi dimiliki

pula oleh perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan yang bergerak di bidang

penyiaran, baik televisi maupun radio.

Perkembangan ilmu komunikasi dan kebutuhan informasi masyarakat

semakin meningkat, kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan atau

industri penyiaran, khususnya radio. Hal tersebut memacu perusahaan atau

industri penyiaran untuk dapat terus berkembang agar tidak tergilas oleh pesaing-
2

pesaingnya, dalam hal ini humas (public relations) dalam suatu industri penyiaran

harus menyusun cara-cara agar dapat menghadapi pesaing-pesaingnya, baik

pesaing yang baru maupun pesaing lama.

Humas (public relations) merupakan orang yang bertugas dalam memanage

bagian internal dan eksternal perusahaan, menjaga citra perusahaan, dan

menemukan cara agar perusahaan dapat bersaing sehat dengan pesaingnya.

Banyak cara dan kegiatan humas (public relations) yang dapat dilakukan untuk

menghadapi persaingan dalam suatu industri penyiaran, salah satunya dengan

kegiatan marketing public relations.

Marketing public relations merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan

pengevaluasian program yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan

atau publik dari perusahaan tersebut. Dalam industri penyiaran radio, kebutuhan

pelanggan atau publiknya berarti kebutuhan akan informasi, baik informasi dari

radio itu sendiri maupun dari perusahaan pengguna radio sebagai media beriklan.

Seiring dengan pesatnya perkembangan radio, kini radio tidak hanya dapat

digunakan untuk menyampaikan informasi dan berita, melainkan dapat juga

digunakan sebagai media pendongkrak popularitas seseorang, menjadi media bagi

perusahaan-perusahaan untuk beriklan, menjadi sarana hiburan bagi masyarakat

dan lain sebagainya. Radio menjadi salah satu media yang menarik perhatian dan

radio menjadi populer karena keanekaragaman program acaranya, serta selain

murah, jangkauan radio pun luas sehingga dapat didengarkan juga oleh

masyarakat di pelosok.
3

Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan

bahasa lisan, keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya yang santai.

Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil tidur-tiduran,

sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Sifat radio yang auditori

atau untuk didengarkan, maka akan lebih memudahkan orang untuk

menyampaikan pesan dalam bentuk dan cara yang menarik.

Di kota besar dengan masyarakat yang sibuk dengan berbagai macam

pekerjaannya, radio dibutuhkan untuk pemberi informasi, meskipun mereka sibuk

setidaknya mereka masih bisa mendengarkan radio, dengan mendengarkan radio

informasi apapun bisa didapat, misalnya kota besar yang padat penduduk dan

dengan masyarakat yang sibuk seperti kota Bandung.

Di Bandung terdapat kurang lebih 54 radio FM dan 4 radio AM, 54 radio

FM tersebut memiliki bermacam-macam segmentasi, mulai dari radio untuk anak,

radio untuk remaja atau anak muda, radio untuk orang dewasa, radio dangdut,

radio khusus berita, radio khusus musik hingga radio khusus untuk kebudayaan.

Diantara banyaknya radio yang memiliki segmentasi untuk anak muda terdapat

radio-radio yang diidolakan oleh anak-anak muda di Bandung, salah satunya

Radio Ardan.

Secara global positioning radio Ardan adalah anak-anak muda berusia 14

sampai 24 tahun yang aktif berkegiatan di luar rumah, memiliki komunitas,

dinamis, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap isu dan tren terbaru. Atas

pertimbangan tersebut, maka tema-tema yang diangkat dalam program on-air dan
4

off-air banyak membahas soal aktifitas dan isu yang berkembang di kalangan

anak muda.

Radio Ardan merupakan radio yang tergabung dalam manajemen ARDAN

Group, radio ini banyak digemari oleh anak muda, selain memang karena

segmentasinya untuk anak muda, contentnya pun sesuai dengan keinginan para

pendengarnya. Sejauh ini Ardan sudah memiliki rating yang cukup bagus dan

menduduki peringkat pertama sebagai radio anak muda, diluar content atau

program yang bagus Ardan juga memiliki banyak mitra kerja, banyak melakukan

sponsorship, sehingga radio Ardan dikenal oleh masyarakat dari kalangan

manapun.

Namun, meskipun Ardan sudah lumayan dikenal oleh masyarakat,

mengingat semakin banyaknya radio baru dengan masing-masing kelebihan yang

dimilikinya, radio Ardan sebagai radio yang sudah ada sejak kurang lebih 30

tahun yang lalu, dituntut untuk memunculkan kelebihannya diluar banyaknya

sponsorship dan kualitas program-programnya, humas (public relations) radio

Ardan harus pandai dalam mengatur strategi untuk kemajuan dan perkembangan

radionya.

Oleh karena perkembangan radio yang semakin pesat dan banyaknya

perusahaan-perusahaan yang memanfatkan radio sebagai media komunikasi

dengan publiknya, tugas seorang humas (public relations) radio dalam hal ini,

selain meningkatkan kualitas informasi untuk pendengarnya, memilih dan

meningkatkan kualitas program yang diberikan oleh radio, perlu juga adanya
5

peningkatan kualitas dari penyiarnya, kerena secara tidak langsung, dalam radio,

seorang penyiar dapat digunakan untuk kegiatan marketing public relations dan

dapat berperan sebagai wakil dari seorang humas dan memudahkan kerja humas

karena dalam sebuah radio humas tidak berhubungan langsung dengan pendengar,

tetapi penyiarlah yang berhubungan langsung dengan pendengar.

Penyiar merupakan seseorang yang bekerja dengan tugas menyampaikan

informasi kepada khalayak atau publik, istilah penyiar identik dengan pekerjaan

pada stasiun radio. Banyak orang menginginkan pekerjaan sebagai penyiar dan

biasanya mereka menganggap pekerjaan penyiar merupakan pekerjaan yang

mudah, selama ini jika ada orang yang cerewet dan banyak bicara, seringkali kita

mendengar orang menyuruhnya untuk menjadi seorang penyiar radio, sebenarnya

ungkapan tersebut tidak salah dan tidak pula sangat dibenarkan.

Menjadi seorang penyiar radio tidaklah mudah hanya dengan pandai

berbicara, menjadi seorang penyiar haruslah memiliki kualitas vokal yang bagus,

suara tidak cempreng dan harus bulat, dapat berekspresi melalui suara, dapat

mengatur intonasi bicaranya, mempunyai selera humor yang tinggi dan lain

sebagainya. Hal tersebut tidak semuanya ada pada orang yang banyak bicara,

maka dari itu sudah seharusnya dilatih jika ingin menjadi penyiar radio.

Profesi atau pekerjaan sebagai seorang penyiar memiliki peran penting

dalam suatu radio dan merupakan pekerjaan yang sangat kompleks serta ujung

tombak dari suatu perusahaan radio, karena penyiarlah yang berhubungan

langsung dengan pendengar dan jika tidak ada penyiar maka tidak akan dapat
6

berjalan pula fungsi dari radio, dimana fungsinya yaitu memberikan informasi,

hiburan, dan pendidikan bagi para pendengarnya. Penyiar juga yang mampu

menghidupkan siaran radio sehingga dapat menarik perhatian publik pada suatu

radio untuk kemudian menjadi pendengarnya.

Posisi seorang penyiar di radio terkesan ekslusif dan istimewa, karena

menempati posisi paling depan dalam siaran radio dan yang lebih berpengaruh

terhadap suatu citra perusahaan radio, karena penyiar merupakan publik figur

yang paling mudah dikenali oleh pendengar dan berhubungan langsung dengan

pendengar.

Seorang penyiar harus memiliki Air Personality, karena sebagai

komunikator pada sebuah radio tentunya penyiar memiliki karakteristik tersendiri,

dan seorang penyiar yang profesional haruslah pandai dalam bermain peran. Air

Personality merupakan sebuah karakter atau ciri khas yang muncul dari seorang

penyiar ketika mereka sedang membawakan sebuah program pada radio.

Air Personality yang dimiliki oleh penyiar tidaklah muncul begitu saja,

tetapi harus terus digali dan dipelajari, karena Air Personality pada masing-

masing penyiar tidaklah sama, tergantung bagaimana mereka mengolah kekayaan

pada dirinya agar menjadi sesuatu yang menarik dan istimewa. Air Personality

seorang penyiar akan menjadikan nilai lebih bagi penyiar tersebut dan khalayak

atau pendengar pun akan mudah dalam membedakan penyiar yang satu dengan

penyiar yang lain, sehingga terbentuk identitas dari penyiar tersebut.


7

Persepsi khalayak atau pendengar kepada penyiar ditentukan oleh karakter

seorang penyiar, maka dari itu menjadi seorang penyiar radio haruslah memiliki

karakteristik yang membuat khalayak atau pendengar mampu menyerap pesan-

pesan yang disampaikannya. Salah satu karakeristik radio yakni akrab dengan

para pendengar, maka dari itu seorang penyiar juga harus memiliki karakter yang

mampu menyetarakan dengan khalayak atau pendengar, sehingga penyiar tidak

terkesan kaku.

Karakteristik suara adalah kriteria yang paling penting. Selain karakteristik

suara, untuk menjadi penyiar yang handal dan profesional seseorang dituntut

untuk memiliki kepribadian yang baik, cerdas dan berkarakter. Ia juga harus

selalu mengasah dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya, kemampuan

berbicara, kemampuan menyampaikan pesan dengan baik, kemampuan dalam

bermain peran saat siaran dan lain sebagainya.

Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun

merasakan. Akan lebih baik jika karakteristik seorang penyiar disesuaikan dengan

karakteristik dari radio itu sendiri, karena kepercayaan khalayak atau pendengar

pada radio secara tidak langsung dapat ditentukan oleh kepercayaan yang

dibangun pendengar kepada penyiar, sehingga dalam melakukan pekerjaannya

pun penyiar haruslah dapat bersahabat dengan khalayak atau pendengar serta

dapat dipercaya.

Sebagaimana karakteristik radio yang sudah ada, seperti auditif, theatre of

mind, transmisi, cepat dan langsung, akrab, dekat, tanpa batas, dan fleksibel.
8

Seorang penyiar radio harus dapat menyesuaikan karakteristik suaranya

berdasarkan karakteristik radio tersebut, penyiar harus memiliki seni dan imajinasi

yang yang bagus dalam penyampaian pesan kepada pendengarnya, dapat seolah

dekat dengan pendengarnya dan juga akrab dengan pendengar, akan lebih baik

jika penyiar memiliki karakter yang lebih dari karakteristik radionya.

Karakteristik khas yang dimiliki penyiar akan banyak dampak atau

keuntungan yang dapat diraih oleh radio tempat penyiar bekerja. Keuntungan-

keuntungan tersebut diantaranya: Pertama, tidak akan kesulitan dalam membentuk

citra yang positif, karena penyiar dapat menjadi wakil dari citra radio, dimana jika

penyiar berkarakteristik dan khas di benak pendengar, kemudian citra seorang

penyiar menjadi positif, maka secara tidak langsung citra radio pun menjadi

positif. Bagi pendengar, penyiar adalah wakil dari radio, berbicara dan

menyampaikan informasi atas nama radio, jika citra penyiar buruk, maka citra

radionya pun akan buruk. Maka dari itu, seorang penyiar harus dapat menyadari

bahwa citra radionya dapat tercermin dari perilakunya terhadap pendengar, cara

berpikir dan gaya bicara serta tutur katanya saat siaran.

Kedua, seorang penyiar akan memudahkan pemasaran (marketing) bagi

radio. Banyak tidaknya pemasang iklan di radio dapat ditentukan oleh ketertarikan

mereka pada penyiar suatu radio, kelebihan seorang penyiar dalam siarannya

dapat menjadi daya tarik bagi pemasang iklan. Ketiga, penyiar dapat berperan

sebagai seorang humas, karena berhubungan langsung dengan pendengar dan

memiliki pengaruh yang sangat besar, penyiar dapat meningkatkan kepercayaan


9

pendengar, bahkan kepercayaan relasi dengan kelebihan dan karakter khas yang

dimilikinya.

Selama ini mungkin orang mengira keberhasilan sebuah radio karena

program acara, lagu-lagu yang diberikan dan sponsorship yang dilakukan. Tetapi,

semua itu tidak akan dapat berjalan jika tidak ada peran penyiar di dalamnya dan

program acara yang berhasil pun karena kepiawaian penyiar dalam membawakan

program-program acara yang ada di radio.

Pada umumnya pendengar akan lebih tertarik pada penyiar yang mempunyai

karakteristik tersendiri untuk membawakan program acara dan bagaimana cara

penyiar membawakannya dibanding apa jenis program acaranya. Sejauh ini

masalah yang dihadapi oleh banyak radio yaitu berubahnya nuansa dari program

acara karena beda penyiar yang membawakannya atau bedanya karakteristik dari

penyiar yang satu dengan yang lain.

Setiap perusahaan radio mungkin akan memberikan syarat tertentu bagi

orang-orang yang ingin menjadi penyiar di radionya, seperti halnya pembawa

acara di televisi yang diseleksi dengan ketat, tetapi akan lebih baik mereka juga

dibentuk menjadi penyiar sesuai dengan standard dan kekhasan dari perusahaan

radio itu sendiri. Kualitas siaran yang dihasilkan oleh penyiar tidak hanya

tergantung sejauh mana potensi dan kredibilitas yang dimiliki penyiar, tetapi

berkaitan dengan bagaimana karakteristik penyiarnya juga. Tujuannya adalah

untuk membedakannya dengan radio lain.


10

Memunculkan kelebihan atau karakteristik yang khas dari penyiar di radio

Ardan, akan membuat para pendengar senatiasa terus menerus mengingat radio

Ardan, serta dapat meningkatkan kepercayaan pendengar, mesikupun tidak

banyak melakukan sponsorship citra Ardan akan tetap positif, karena adanya

karakteristik yang khas dan unik, kredibilitas penyiar radio Ardan tidak akan

diragukan lagi, baik oleh pendengarnya maupun publik yang belum menjadi

pendengarnya.

Jika dalam radio Ardan humas (public relations) tidak banyak berhubungan

langsung dengan pendengar dan tidak terjun langsung dalam membangun

hubungan baik dengan pendengar maupun publiknya, maka akan lebih efiesien

jika identitas dan citra radio itu dibentuk atau dibangun dan citra yang sudah

menetap dipertahankan dengan mengandalkan penyiarnya, dengan pelatihan yang

diberikan kepada penyiar dan rekruitmen penyiar yang lebih berkualitas maka

sepertinya tidak sulit untuk membentuk identitas, citra dan reputasi radio tersebut.

Disamping masalah tersebut, saat ini banyak radio yang hanya

mengutamakan program acara serta sponsorship yang dilakukan agar citranya

menjadi positif dan radio tersebut banyak dikenal oleh publik, sedangkan kriteria

seseorang untuk menjadi penyiar di radio tersebut masih sesuai standard kriteria

yang ada di setiap radio.

Identitas radio salah satunya dapat dibentuk dengan kekhasan dari suara

penyiarnya, orang akan lebih mudah menebak radio apa yang sedang Ia dengar

dengan suara khas yang dibawakan oleh penyiarnya, sehingga dengan suara
11

penyiar yang khas pun dapat dengan mudah membedakan antara radio satu

dengan radio lainnya.

Penyiar nantinya akan melakukan suatu kegiatan branding melalui

siarannya, mereka yang akan membuat pendengar menjadi tertarik untuk

mendengarkan setiap program yang dibuat oleh radio, mereka dengan karakter

suara-suara dan gaya-gaya khas siarannya yang membuat pendengar betah

berlama-lama mendengarkan radio, mereka yang secara tidak langsung

memperkenalkan identitas radionya kepada masyarakat, identitas yang tidak

hanya dilihat dari logo, citra yang tidak hanya dibentuk dari pembuatan event-

event dengan klien, dan reputasi yang tidak hanya dibentuk dari sponsorship,

melainkan identitas yang disampaikan dan dibangun melalui alunan karakter suara

dan gaya bicara penyiar-penyiar saat mereka siaran.

Perusahaan yang memiliki identitas akan menjadikan publiknya menjadi

lebih loyal kepada perusahaan, begitupun dengan stasiun radio. Stasiun radio yang

memiliki identitas tersendiri dan mudah dibedakan dengan stasiun radio lainnya

akan dapat membuat pendengar atau publiknya menjadi lebih mudah mengenali

stasiun radio tersebut dan mereka lebih tertarik untuk mendengarkan radionya.

Meskipun radio sudah memiliki rating yang tinggi dan citra radio sudah

bagus karena adanya sponsorship atau pemilihan program acaranya yang bagus,

tidak ada salahnya jika perusahaan radio mengupayakan peningkatan citra

positifnya dan memperkenalkan identitas radionya melalui karakteristik penyiar

yang dimilikinya.
12

Kasus yang terjadi pada stasiun radio seperti yang telah dipaparkan di atas

menarik perhatian peneliti untuk dapat mengetahui secara mendalam mengenai

“Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar

Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung”.

Akan tetapi peneliti akan membatasi masalah yang diteliti, identitas

biasanya identik dengan logo, bangunan dan seragam, tapi pada penelitian ini,

peneliti hanya akan membahas identitas radio Ardan dari segi audionya saja,

bukan dari segi fisik, meskipun nantinya sedikit membahas identitas fisik, tidak

akan sebanyak identitas dari segi audionya atau dari suara penyiarnya, karena

peneliti hanya fokus pada audionya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti

merumuskan hal yang akan menjadi pokok masalah yang akan di teliti yaitu

sebagai berikut:

1.2.1. Makro

Bagaimana Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan

Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?

1.2.2. Mikro

1. Bagaimana Simbol penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio

Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9

FM Bandung?
13

2. Bagaimana Perilaku penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio

Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9

FM Bandung?

3. Bagaimana Komunikasi yang dibangun penyiar dalam

Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik

Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam

dan menganalisa “Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan

Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung.”

1.3.2. Tujuan

Demi mendapatkan hasil yang maksimal dari penelitian yang

dilakukan, maka perlulah disusun tujuan dari penelitian tersebut untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai Proses Mempertahankan

Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar. Adapun tujuan

dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui Simbol penyiar dalam Mempertahankan Identitas

Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan

105,9 FM Bandung.
14

2. Untuk mengetahui Perilaku penyiar dalam Mempertahankan Identitas

Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan

105,9 FM Bandung.

3. Untuk mengetahui Komunikasi yang dibangun penyiar dalam

Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik

Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah

wawasan teoritis mengenai kajian Ilmu Komunikasi, Public Relations dan

Marketing Public Relations terutama bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis

a. Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menambah

wawasan serta pengalaman peneliti dalam pengaplikasian keilmuan yang

peneliti pelajari, khususnya mengenai Public Relations, Marketing Public

Relations dan Identitas Perusahaan sehingga dapat menjadi bahan

pembelajaran untuk menerapkannya dalam kehidupan sosial dan dalam

dunia pekerjaan.
15

b. Kegunaan Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literatur dan menambah

referensi atau menjadi panduan bagi peneliti selanjutnya yang akan

melakukan penelitian terkait Identitas Perusahaan, Radio, dan

Karakteristik Penyiar Radio. Penelitian ini juga diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa, khususnya Program

Studi Ilmu Komunikasi dan umumnya mahasiswa Unikom, sehingga

dapat memberikan kontribusi ilmu bagi perkembangan ilmu selanjutnya.

c. Kegunaan Bagi Radio Ardan 105,9 FM

Penelitian terkait pembangunan identitas radio melalui karakteristik

penyiar ini diharapkan dapat berguna bagi radio Ardan 105,9 FM, dan

dapat menjadi referensi agar terus memberikan yang terbaik kepada

publiknya dan dapat menarik perhatian pendengarnya tidak hanya dengan

cara sponsorship.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini terdapat tinjauan pustaka yang berisikan tinjauan

penelitian terdahulu yang digunakan untuk referensi peneliti dalam melakukan

penelitian, tinjauan-tinjauan atau definisi-definisi yang berkaitan dengan Ilmu

Komunikasi, serta pendekatan-pendekatan dan ilmu-ilmu lain yang digunakan

dalam penelitian dan dapat menunjang penelitian ini.

2.1.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan Penelitian terdahulu adalah referensi-referensi yang berkaitan

dengan informasi penelitian. Sebelumnya memang peneliti belum

menemukan penelitian yang sama terkait identitas radio, tetapi peneliti

menemukan studi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang

tengah peneliti lakukan sekarang dan diharapkan dapat menjadi sumber

referensi yang menunjang pengembangan penelitian, baik fokus penelitian

maupun metode yang digunakannya. Penelitian terdahulu yang dijadikan

sebagai bahan acuan, antara lain :

16
17

Tabel 2.1.
Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Judul Keterangan Identitas Penyusun


Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif
dengan teknik analisis deskriptif
untuk mengetahui karakteristik
penyiar Radio Dahlia Fm
Bandung. Teknik pengumpulan
data dengan wawancara
mendalam, observasi langsung,
studi pustaka dan penelusuran
data Online. Kemudian pada
teknik analisis data menggunakan
model interaktif melalui proses
pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Selain
itu informan digunakan dalam
teknik pengumpulan data pada
penelitian ini. Sehingga dari
Ersita Pratiwi, NIM:
“Analisis Karakterisrik penelitian ini dapat diketahui
41806017, Ilmu
1. Penyiar Radio Dahlia Karakteristik Penyiar Radio
Komunikasi Unikom,
101.5 FM Bandung” Dahlia Fm Hasil penelitian yang
2010
diperoleh menyatakan bahwa
penyiar Radio Dahlia memenuhi
karakteristik penyiar pada
umumnya, dimana penyiar radio
dituntut untuk mampu menjadi
Sahabat bagi pendengarnya, dan
penyiar Radio Dahlia dapat
menjadi Sahabat yang baik di
lihat dari sikap dan caranya
bersiaran. Memiliki strategi untuk
dapat menarik dan
memepertahankan minat
pendengar, adalah salah satu
karakteristik penyiar Radio, dan
Penyiar Radio Dahlia memiliki
strategi dan mampu untuk
mempertahankan minat
pendengarnya.
18

Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui Bagaimana Strategi
Public Relations Mobile Unit
Departement Radio Ardan 105.9
FM Dalam Menarik Minat
Masyarakat Kota Bandung Untuk
Menjadi Pendengarnya. maka
peneliti ingin melihat kegiatan
Public Relations Mobile Unit
Departement Radio Ardan 105.9
FM, peneliti mencoba untuk
menganalisa, menjelaskan dan
mendeskripsikan tentang Tujuan,
Kegiatan, Pesan dan Media dalam
menarik minat masyarakat kota
Bandung untuk menjadi
pendengarnya. Subjek pada
“Strategi Public
penelitian ini adalah Public
Relations Mobile Unit
Relations Mobile Unit
Departement Radio
Departement Radio Ardan 105.9 Ria Septiani, NIM:
Ardan 105.9 Fm
FM dan yang menjadi Informan 41806054, Ilmu
2. Dalam Menarik Minat
adalah Supervisor Mobile Unit Komunikasi Unikom,
Masyarakat Kota
Departement. Pendekatan 2010
Bandung Untuk
penelitian yang digunakan adalah
Menjadi
kualitatif dengan metode
Pendengarnya”
deskriptif, dimana peneliti hanya
menggambarkan suatu
karakteristik objek yang diteliti.
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan ternyata Public
Relations Mobile Unit
Departement Radio Ardan 105.9
FM adalah Tujuan dari Mobile
Unit Departement. Sehingga
setiap kegiatan Mobile Unit
Departement memberikan yang
terbaik kepada masyarakat kota
Bandung. Kegiatan tersebut
langsung dilaksanakan oleh crew
Mobile Unit Departement dan
mempunyai konsep yang unik
setiap Mobilenya.
“Transformasi Tujuan dari penelitian ini adalah Aisha Putri Tania,
Identitas Radio (Studi untuk mengetahui dan 210111100057,
3.
Kasus Transformasi menggambarkan secara jelas serta Manajemen
Identitas Radio PRFM terinci dengan baik mengenai Komunikasi, Fakultas
19

107.5 Bandung Dari latar belakang, tujuan, proses Ilmu Komunikasi


Format Radio Lifestyle yang dilakukan oleh PRFM, serta UNPAD, 2012
Menjadi Radio News dampak yang dirasakan saat ini.
Dalam penelitian ini hal yang
akan dibahas tentang proses
perubahan radio PRFM yang
berkaitan dengan dampak yang
terjadi pada kenyataan saat ini.
Adapun bagian yang akan diteliti
dari dampak tersebut adalah pada
dampak terhadap pendengar dan
pengiklan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian
studi kasus dengan data kualitatif
yang hanya memaparkan situasi
atau peristiwa, tidak mencari atau
menjelaskan hubungan Teknik
pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan
wawancara, observasi langsung,
studi pustaka. Masalah yang
diteliti akan dikemas dalam
pertanyaan wawancara, yang
akan di ajukan kepada empat
orang yang merupakan informan
yang berkompeten pada proses
transformasi, yaitu direktur
PRFM, manajer promo, manager
marketing dan divisi redaksi
PRFM yang melaksanakan proses
transformasi identitas secara
langsung. Hasil dari data-data
yang didapatkan setelah disusun,
dianalisis dan diinterpretasikan
secara deskriptif melalui konsep-
konsep transformasi. Latar
belakang dari transformasi
identitas yang dilakukan oleh
PRFM bertujuan untuk dapat
tetap eksis di zaman saat ini,
dengan tujuan mendapatkan
profit agar dapat tetap membiayai
oprasional perusahaan, proses
yang dilakukan oleh radio PRFM
dalam transformasi tersebut
dilakukan secara bertahap dari
20

melakukan persentasi, menunggu


persetujuan komisaris, pelatihan
terhadap karyawan, recruitment,
perubahan struktur organisasi,
perubahan program, menarik
pendengar, penarik pengiklan,
dan promo. Dampak dari
perubahan terhadap pendengar
radio PRFM meningkat, dan
dampak terhadap pengiklan pun
berdampak lebih baik dengan
adanya peningkatan terhadap
pendengar dan banyaknya
interaksi yang dilakukan di radio
PRFM saat ini.

2.1.2. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

2.1.2.1. Definisi Ilmu Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial, manusia disebut makhluk sosial

karena dalam hidupnya saling membutuhkan satu sama lain. Antar

manusia yang ada di lingkungan setiap harinya berinteraksi antara satu

orang dengan orang yang lainnya, interaksi itu didukung dengan

komunikasi dan dalam lingkungan sosialnya manusia tidak dapat lepas

dari komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan

(ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling

mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi

dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh

kedua belah pihak.

Dalam bukunya, Dedy Mulyana menjelaskan, komunikasi atau

“communications” dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin


21

“communis” yang berarti sama, “communico”, “communication”, atau

“communicare” yang berarti membuat sama (to make common).

Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata

komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang

mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau

suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46).

Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication

berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis

yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, jika

dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,

maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan

makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar

komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland

mengemukakan bahwa : “Communication is the process to modify the

behavior of other individuals (Komunikasi adalah proses mengubah

perilaku orang lain).” (Effendy, 2007:10).

Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi

ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga

pembentukan pendapat umum (Public Opinion) dan sikap publik (public

attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan

peranan yang amat penting.


22

Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga

berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan

kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi

seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain,

hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat

komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus

benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai

tujuan komunikasi yang komunikatif. (Effendy, 2001:10)

Everett M. Rogers : “komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud

untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Mulyana, 2007: 67).

Raymond S. Ross :
“Komunikasi (Internasional) adalah suatu proses menyortir,
memilih, dan mengirimkan symbol-symbol sedemikian rupa
sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau
respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan
komunikator.” (Mulyana, 2007:67).

Menurut Harold Lasswell:


“(cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What in
Which Channel To Whom With What Effect?” atau siapa
mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh
bagaimana?” (Mulyana, 2007:69).

Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi

kenamaan dalam karyanya Communication Research In The United

States menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang


23

disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of

Reference) yakni panduan pengalaaman dan pengertian (collection of

experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Proses

komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang

dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa

berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima)

komponen yang melandasi komunikasi, yaitu sebagai berikut:

a) Sumber (source)

b) Komunikator (encoder)

c) Pertanyaan/pesan (messege)

d) Komunikan (decoder)

e) Tujuan (destination)

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan/informasi dari

komunikator pada komunikan dengan maksud untuk mempengaruhi

orang lain, akan menjadi efektif apabila adanya umpan balik saat

berkomunikasi, terutama komunikasi secara langsung atau tatap muka.

2.1.2.2. Unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari

komunikasi itu dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur


24

yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya

yang berjudul Dinamika Komunikasi bahwa dari berbagai pengertian

komunikasi yang telah ada tampak adanya sejumlah komponen atau

unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi.

Komponen atau unsur-unsur tersebut menurut Onong Uchjana

Effendy adalah sebagai berikut:

a) Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan

b) Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang

c) Komunikan : Orang yang menerima pesan

d) Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya

e) Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy,

2002:6).

2.1.2.3. Fungsi Komunikasi

1. Fungsi Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sosial menunjukan bahwa komunikasi

penting untuk:

a) Membangun konsep diri

b) Eksistensi dan aktualisasi diri

c) Kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan mencapai

kebahagiaan.

2. Fungsi Komunikasi Ekspresif


25

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi

orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut

menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan

kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan

melalui pesan-pesan non-verbal misalnya perasaan sayang,

marah, benci, takut, sedih, atau simpati, dapat

dikomunikasikan melalui perilaku non-verbal. Komunikasi

ekpresif dapat pula dikomunikasikan melalui karya seni

seperti puisi, novel, lukisan, tarian, musik, dan seni patung.

3. Fungsi Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu

komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan

sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut

antropologi sebagai rites of passage, mulai dari upacara tujuh

bulanan, kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,

pernikahan, naik haji ke mekkah, dan sebagainya.

Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual

tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada

tradisi keluarga, suku, bangsa, Negara, ideologi, atau

komitmen pada agama mereka.

Komunikasi ritual ini bisa jadi akan tetap ada sepanjang

zaman, karena ia merupakan kebutuhan manusia, meskipun

bentuknya berubah-ubah demi pemenuhan kebutuhan dirinya


26

sebagai mahluk individu, anggota komunitas tertentu, mahluk

sosial, dan sebagai salah satu bagian dari alam semesta.

4. Fungsi Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,

yaitu:

a) Menginformasikan

b) Mengajar

c) Mendorong

d) Mengubah sikap, keyakinan, dan perilaku

e) Menggerakan tindakan

f) Menghibur

Kesemua tujuan tersebut di atas dapat di kelompokan

membujuk atau bersifat persuasif. Komunikasi yang berfungsi

memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan

persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan

pendengarnya mempercayai bahwa informasi yang

disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.

2.1.2.4. Tujuan Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu

Komunikasi, Teori dan Praktek, fungsi komunikasi yaitu :

a) Perubahan sikap (attitude change)

b) Perubahan pendapat (opinion change)


27

c) Perubahan perilaku (behavior change)

d) Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2007 : 8).

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam

bukunya, Techniques for effective Communication, menayatakan bahwa

tujuan sentral dalam kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama,

yaitu:

a) To secure understanding.

b) To establish acceptance.

c) To motivate action.

Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa

komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andai kata ia sudah dapat

mengerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina (to establish

acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (To motivate action).

Gordon I. Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi

tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita

berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi

kebutuhan kita untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri,

memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup.

Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan

dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang

melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan

tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi


28

mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. (Mulyana,

2007:4).

2.1.2.5. Sifat Komunikasi

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek menjelaskan bahwa komunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun

beberaapa sifat komunikasi tersebut yakni:

a) Tatap muka (face-to-face)

b) Bermedia (mediated)

c) Verbal (verbal)

d) Lisan

e) Tulisan

f) Non verbal (non-verbal)

g) Gerakan/isyarat badaniah (gestural)

h) Bergambar (picturial) (Effendy, 2002: 7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada

komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan

pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari si komunikan itu

sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa secara langsung atau

face-to-face tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga bisa

menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia

kepada komunikan fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam


29

menyampaikan pesannya. Komunikator dapat menyampaikan pesannya

secara verbal dan nonverbal.

2.1.2.6. Karakteristik Komunikasi

S. Djuarsa Sendjaja dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi”

membagi 6 karakteristik komunikasi sebgai berikut:

1. Suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan

atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu

sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai proses,

komunikasi tidak statis tetapi dinamis akan selalu mengalami

perubahan dan berlangsung terus-menerus.

2. Upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, kegiatan yang

dilakukan secara sadar, disengaja sesuai dengan tujuan dan

keinginan dari pelaku. Sadar berarti kegiatan komunikasi dilakukan

seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis

yang terkendali atau terkontrol. Disengaja maksudnya komunikasi

dilakukan memang sesuai kemauan dari pelakunya. Sementara

tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin di capai.

3. Menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang

terlibat, kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-

pihak yag berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan sama-sama

mempunyai perhatian yag sama terhadap topik pesan yang

dikomunikasikan. Misal proses percakapan antara si A dan B


30

mengenai KB (Keluraga Berencana) akan lebih hidup apabila

keduanya aktif berbagi pngetahuan, pengalaman, pendapat, dan

sikapnya masing-masing.

4. Komunikasi bersifat simbolis, Komunikasi pada dasarnya

merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan

lambang-lambang. Lambang berupa bahasa verbal (kata-kata,

kalimat, baik lisan dan tulisan) dan non-verbal (gestur, warna,

sikap duduk atau berdiri, jarak, dll).

5. Komunikasi bersifat transaksional, Komunikasi menuntut dua

tindakan, yaitu memberi dan menerima, kedua hal tersebut harus

dilakukan secara berimbang oleh masing-masing pelaku.

Pengertian transaksional juga menunjuk pada suatu kondisi bahwa

keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh satu pihak,

tetapi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.

6. Komunikasi menembus faktor dan ruang, Maksudnya adalah

bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi

tidak harus hadir pada waktu dan tempat yang sama. Dengan

adanya produk teknologi komunikasi (telepon, fax, video text, dll),

kedua faktor tersebut tidak jadi hambatan dalam berkomunikasi.

(Sendjaja, 2007:1.13-1.16).
31

2.1.2.7. Proses Komunikasi

Menurut Effendy, proses komunikasi, terdiri atas dua tahap.

meliputi proses komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder.

1. Proses komunikasi secara primer, merupakan proses penyampaian

pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai

media primer dalam proses komunikasi meliputi bahasa, kial

(gesture), gambar, warna, dan sebagainya. Syaratnya secara

langsung dapat “menterjemahkan” pikiran atau perasan

komunikator kepada komunikan.

Bahasa merupakan sarana yang paling banyak dipergunakan dalam

komunikasi, karena hanya dengan bahasa (lisan atau tulisan) kita

mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, baik

yang berbentuk ide, informasi atau opini bisa dalam bentuk konkret

ataupun abstrak. Hal itu bukan hanya suatu hal atau peristiwa yang

sedang terjadi sekarang, tetapi juga pada masa lalu atau waktu yang

akan datang. Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan”

pikiran seseorang sehingga terekspresi secara fisik, tetapi

menggapaikan tangan atau memainkan jemari, mengedipkan mata

atau menggerakan anggota tubuh lainya hanya dapat

mengkomunikasikan hal–hal tertentu saja (sangat terbatas).

Demikian pula dengan isyarat yang menggunakan alat, seperti

bedug, kentongan, sirine, dan lain–lain, juga warna yang memiliki


32

makna tertentu. Kedua lambang (isyarat dan warna) tersebut sangat

terbatas kemampuanya dalam mentransmisikan pikiran seseorang

kepada orang lain.

2. Proses komunikasi sekunder, merupakan proses penyampain pesan

dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau

sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai

media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam

berkomunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di

tempat yang relatif jauh atau dalam jumlah yang banyak. Sarana

yang sering dikemukakan untuk komunikasi sekunder sebagai

media kedua tersebut, antara lain surat, telepon, faksimili, surat

kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain–lain.

Setelah pembahasan di atas mengenai proses komunikasi, kini kita

mengenal unsur-unsur dalam proses komunikasi. Penegasan

tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai

berikut:

a. Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada

seseorang atau sejumlah orang.

b. Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam

bentuk lambang.

c. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang

bermakna yang disampaikan oleh komunikator.


33

d. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari

komunikator kepada komunikan.

e. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan

menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh

komunikator kepadanya.

f. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

g. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan

setelah diterpa pesan.

h. Feedback: Umpan Balik, yakni tanggapan komunikan apabila

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

i. Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses

komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan

yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator

kepadanya. (Effendy dalam Mondry, 2008:3).

2.1.2.8. Jenis Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau

meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok.

Jenis komunikasi terdiri dari:

1. Komunikasi verbal

Komunikasi verbal ialah simbol atau pesan yang menggunakan

satu kata atau lebih dengan menggunakan usaha-usaha yang

dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain


34

secara lisan dalam menggunakan bahasa yang dapat di mengerti

karena bahasa merupakan sebagai suatu sistem kode verbal.

Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi:

penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi

informasi.

a) Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha

mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan

menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam

komunikasi.

b) Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi,

yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau

kemarahan dan kebingungan.

c) Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada

orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari

bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi

informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan

masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan

kesinambungan budaya dan tradisi kita. (Larry L. Barker,

dalam skripsi Anggi Akbar Frima, 2013).

2. Komunikasi non verbal

Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang

sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya

bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan-


35

gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa

isyarat atau body language. Selain itu juga, penggunaan bahasa

non verbal dapat melalui kontak mata, penggunaan objek seperti

pakaian, potongan rambut, dan penggunaan simbol-simbol.

Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa:

“Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya

dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata”. (Drs. Agus

M. Hardjana, M.Sc., Ed, dalam skripsi Anggi Akbar Frima,

2013).

2.1.2.9. Prinsip-Prinsip Komunikasi

Deddy Mulyana membuat istilah prinsip-prinsip komunikasi.

Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih

jauh dari definisi dan hakekat komunikasi, yaitu :

1) Komunikasi adalah suatu proses simbolik, komunikasi adalah

sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular, dan tidak berakhir pada

suatu titik, tetapi harus berkelanjutan.

2) Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi, setiap orang tidak

bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud

mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka

orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak

tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat

dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.


36

3) Komunikasi puna dimensi isi dan hubungan, setiap pesan

komunikasi mempunyai dimensi isi, dimana dari dimensi isi

tersebut kita dapat memprediksi dimensi hubungan yang ada

diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.

Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan

mahasiswa di kelas yang berbeda memiliki dimensi isi yang

berbeda.

4) Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan,

setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa

terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan

komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan

atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai

pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak

komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya

tercapai).

5) Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, pesan

komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikasi, baik secara

verbal maupun non verbal, disesuaikan dengan tempat dimana

proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu

dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.

6) Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi, tidak dapat

dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar

norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita


37

dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas

senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan

membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang

menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

7) Komunikasi itu bersifat sistemik, dalam siri seseorang mengandung

sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,

adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang

berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi

internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan di mana dia

bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan

komunikasi.

8) Semakin mirip latar belakang sosial budaya, semakin efektiflah

komunikasi. Jika dua orang melakukan komuniasi berasal dari suku

yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderugan dua

pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling

dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama

terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

9) Komunikasi bersifat nonsekuensial, proses komunikasi bersifat

sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon

atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu

diterima dan dimengerti.

10) Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional.

Konsekuensi dari dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah


38

proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada

proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-

pihak yang melakukan komunikasi.

11) Komunikasi bersifat irreversible, setiap orang yang melakukan

proses komnikasi tidak dapat mengontrol sedemian rupa terhadap

efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi

tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti

orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada

diri orang lain tersebut.

12) Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai

masalah, dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat

mujarab yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.2.10. Bentuk – bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam

bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, diantaranya:

1. Komunikasi Intrapribadi (Intapersonal Communication)

“Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri,

baik disadari atau tidak, contohnya berpikir. Komunikasi ini

merupakan landasan komunikasi antar-pribadi dan komunikasi

dalam konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin ilmu

komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata

lain, komunikasi intrapribadi ini inheren dalam komunikasi dua-


39

orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi

dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri

sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain),

hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan

komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan

komunikasi kita dengan diri sendiri” (Mulyana, 2003:72).

2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

“Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang-orang

secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun nonverbal. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan

paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan hingga

kapanpun, selama manusi masih mempunyai emosi” (Mulyana,

2003:73).

3. Komunikasi Kelompok (group communication)

“Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan

bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka

sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya

adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok

diskusi, kelompok pemecah masalah, atau suatu komite yang

tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan

demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada


40

komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut” (Mulyana,

2003:74).

4. Komunikasi Publik (public communication)

“Komunikasi publik adalah komuniaksi antara seorang pembicara

dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali

satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato,

ceramah, atau kuliah (umum). Komunikasi publik biasanya

berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi

antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi

publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian, dan

kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Komunikasi

publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur,

memberikan penghormatan, atau membujuk” (Mulyana,

2003:74).

5. Komunikasi Oganisasi (Organizational Communication)

“Komunikasi organisasi adalah proses komunikasi yang terjadi di

dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan

berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada

komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali

melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan

ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah

komunikasi menurut struktur organisasi, yakni : komunikasi ke

bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal.


41

Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur

organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk gosip”

(Mulyana, 2003:75).

6. Komunikasi Massa (Mass Commnication)

“Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media

massa, baik cetak (surat kabar, majalah), maupun elektronik

(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang

yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang

yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-

pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan

selintas (khususnya media elektronik)” (Mulyana, 2003:75).

2.1.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

2.1.3.1. Definisi Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasional adalah konteks komunikasi yang terjadi

didalam sebuah organisasi, dimana yang melaksanakan proses

komunikasi adalah orang-orang yang berkerja didalam organisasi

tersebut (Tubbs dan Moss, 2001:164).

Secara harfiah, organisasi berarti perpaduan bagian-bagian yang

satu sama lain saling bergantung. Ahli lain memandang organisasi

sebagai suatu stuktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan di mana oprasi dan interaksi di antara bagian yang
42

satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dan yang lainnya

berjalan secara harmonis, dinamis, dan pastis.

Kemampuan struktur organisasi yang melangsungkan prosesnya

secara sistem tersebut akan dapat mencapai tujuan secara efektif, dalam

arti input yang diproses akan menghasilkan output yang diharapkan

sesuai dengan biaya, personel, dan waktu yang direncanakan (Riswandi,

2009:144).

2.1.3.2. Proses Komunikasi Organisasi

Harold Koontz menjelaskan terdapat lima faktor atau kondisi yang

mempengaruhi proses komunikasi dalam organisasi, yaitu:

a) Pengiriman Pesan (The sender of message)

b) Penggunaan saluran komunikasi untuk mengirim pesan (Use of a

channel to transmit the message)

c) Penerimaan Pesan (Receiver of message)

d) Gangguan dan umpan balik (Noise and feedback in communication)

e) Situasi dan faktor pengorganisasian pesan dalam berkomunikasi

(Situational and Organizational factors in communication).

2.1.3.3. Fungsi Komunikasi Organisasi.

1. Fungsi Informatif.

Organisasi di pandang sebagai suatu sistem pemorosesan informasi.

Manajemen butuh informasi untuk membuat kebijakan dan mengatasi


43

konflik dan karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya dan

kesejahteraannya.

Fungsi regulatif.

a) Berkaitan dengan peraturan – peraturan yang berlaku.

b) Pada semua lembaga/organisasi ada dua hal yang berpengaruh

terhadap fungsi regulatif yaitu: Atasan/Pihak manajemen yang

berwenang mengendalikan semua informasi yang di sampaikan

dan memberikan intruksi.

c) Berkaitan dengan pesan

d) Fungsi regulatif pada dasarnya berorentasi pada kerja sebab

karyawan memerlukan kepastian perarturan pekerjaan yang boleh

dan tidak boleh di lakukan.

2. Fungsi Persuasif

Setiap organisasi menyediakan saluran yang memungkinkan

karyawan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Untuk itu ada dua

saluran komunikasi yaitu:

a) Komunikasi Formal : buletin, news latter, laporan – laporan

tertulis.

b) Komunikasi Informal : obrolan, pertandingan olahraga,

darmawisata.

3. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan

karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada


44

dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam

organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan

oraganisasi, juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan

antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga

ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan

menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam

diri karyawan terhadap organisasi.

4. Fungsi Manajer Subordinasi

Fungsi komunikasi dalam tingkatan Manajer-Subordinasi atau disebut

dalam proses komunikasinya disebut dengan ”Down the Line”

meliputi :

a) Pengarahan pelaksanaan Tugas (Job Instructions)

b) Perancangan peran komunikasi/informasi untuk menghasilkan

pemahaman dalam pelaksanaan tugas (Job Rationale)

c) Memberikan informasi tentang pelaksanaan prosedur organisasi

(Organizational Prosedures and Practices)

d) Memberikan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan tugas.

e) Pengarahan tentang misi yang akan dicapai (A sense of mission

indroctination of goals).

5. Fungsi Subordinasi

Secara fungsional pada tingkatan antara subordinasi atau disebut

dengan istilah ”Horizontal Communication”, meliputi:


45

a) Mendukung pengembangan sosio-emosional (sosio-emotional

support) diantara kelompok.

b) Mengkoordinasi proses bekerja diantara kelompok

c) Menyebarkan tempat-tempat pengawasan didalam organisasi.

6. Fungsi Subordinasi-Manajer

Pada tingkatan ini disebut dengan istilah ”up the line” atau yang

lebih populer ”bottom up” secara fungsional meliputi:

a) Berkomunikasi mengenai diri, penampilan dan masalah.

b) Berkomunikasi tentang masalah yang dihadapi bersama.

c) Mengetahui keputusan yang seharusnya, dan bagaimana

memperolehnya.

2.1.4. Tinjauan Tentang Public Relations

2.1.4.1. Definisi Public Relations

Istilah lain Public Relations adalah hubungan masyarakat (humas),

corporate communication (komunikasi korporat), communication

(komunikasi), corporate relations (hubungan korporat), corporate affairs

(hubungan korporat), corporate public affairs (hubungan publik

perusahaan), corporate marketing adn communication (pemasaran dan

komunikasi perusahaan), corporate secretary (hubungan perusahaan),

public affairs (hubungan publik), public infromation (informasi publik).

Humas adalah padanan kata dari PR, yang banyak digunakan

institusi-institusi pemerintah di Indonesia, seperti Biro Humas


46

Kementrian Dalam Negeri, Bagian Humas Provinsi. Secara etimologi

istilah public yang diterjemahkan menjadi masyarakat, kurang tepat

karena yang tepat padanan katanya, yaitu publik atau khalayak.

Sedangkan masyarakat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris

menjadi society atau general public, pengertiannya lebih luas dari public

itu sendiri. Sementara, dalam setiap kegiatan PR yang menjadi target

publiknya bukan society atau general public, melainkan public, dimana

public adalah bagian dari society atau general public.

Definisi Public Relations menurut Defleur & Dennis yang dikutip

Yosal Iriantara dalam bukunya yaitu manajemen srtrategi Public

Relations yaitu:

“Upaya terencana guna mempengaruhi opini publik melalui


karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang
didasarkan pada komunikasi dua arah yang memuaskan kedua
belah pihak (Yosal Iriantara, 2004 :43).

Definisi Public Relations menurut Frank Jefkins dalam bukunya

Public Relations yaitu :

“Public Relations adalah semua bentuk komunkasi yang terencana,


baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik
yang berlandaskan pada saling pengertian” (Jefkins, 2004 : 10).

Berbeda definisi Public Relations menurut (British) Institute of

Public Relations (IPR) yang dikutip olah Fank Jefkins dalam bukunya

Public Relations edisi kelima yaitu :


47

“Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara


terencana dan berkesinambungan dalam rangka dan memelihara
niat baik (good-will) dan saling pengertian antara suatu organisasi
dengan segenap khalayaknya” (Jefkins, 2004:9).

Menurut J.C. Seidel, PR adalah proses kontinu dari usaha-usaha

manajemen untuk memperoleh good will (itikad baik) dan pengertian dari

pelanggan, pegawai, dan publik yang lebih luas, ke dalam mengadakan

analisis sedangkan ke luar memberikan pernyataan-pernyataan.

2.1.4.2. Unsur-unsur Hakiki Humas

Suatu fungsi manajemen yang menggunakan penelitian dan upaya

yang berencana dengan mengikuti standar-standar etis yaitu sebagai

berikut:

1) Suatu proses yang mencakup hubungan antara organisasi dengan

publiknya

2) Analisa dan evaluasi melalui penelitian terhadap sikap dan opini dan

kecenderungan sosiental, dan mengkomunikasikan kepada

manajemen.

3) Konseling manajemen agar dapat dipastikan bahwa kebijaksanaan,

tata cara dan kegiatan-kegiatan secara sosial dalam kepentingan

bersama antara organisasi dengan publik

4) Pelaksanaan dan penindakan program yang berencana, komunikasi

dan evaluasi melalui penelitian


48

5) Pencapaian itikad baik, pengertian dan penerimaan sebagai hasil

akhir utama dari kegiatan Public Relations.

2.1.4.3. Kegiatan Humas (Public Relations)

Kegiatan PR adalah mediator yang menjembatani kepentingan

organisasi, lembaga atau perusahaan dengan publiknya yang terkait

dengan kegiatan PR itu sendiri. Berbagai aktivitas senantiasa

menciptakan, menjaga dan meningkatkan citra yang positif. Setelah

terjadinya revolusi industri, maslah penting yang dihadapi oleh lembaga

ekonomi, bisnis, sosial dan politik adalah masalah hubungan

(relationship). Permasalahannya berkisar pada pertanyaan bagaimana

membangun dan mengembangkan hubungan-hubungan yang baik antara

lembaga-lembaga tersebut dengan publik mereka demi tercapainya tujuan

lembaga, organisasi atau perusahaan (dalam Soemirat dan Ardianto, F.

Rachmadi, 2008).

Kegiatan objektif Public Relations menurut Lesly Tatkala dalam

bukunya Yosal Iriantara, manajemen strategi Public Relations yaitu :

1) Prestise atau “citra yang favourable” dan segenap faedahnya

2) Promosi produk atau jasa

3) Mendeteksi dan menghadapi isu dan peluang

4) Menetapkan postur organisasi ketika berhadapan dengan

publiknya.
49

5) Good Will karyawan atau anggota organisasi

6) Mencegah dan memberi solusi masalah perburuhan

7) Mengayomi good will komunitas tempat organisasi jadi

bagiannya

8) Good will para stakeholder dan konstituen

9) Mengatasi kesalahpahaman dan prasangka

10) Mencegah serangan

11) Good will para pemasok

12) Good will pemerintah

13) Good will bagian lain dari industri

14) Good will para dealer dan menarik dealer lain

15) Kemampuan untuk mendapat personel terbaik

16) Pendidikan publik untuk menggunakan produk atau jasa

17) Pendidikan publik untuk satu titik pandang

18) Good will para customer atau para pendukung

19) Investasi sikap pelbagai kelompok terhadap perusahaan

20) Merumuskan dan membuat pedoman kebijakan

21) Menaungi viabilitas masyarakat tempat organisasi berfungsi

22) Mengarahkan perubahan. (Yosal Iriantara, 2004:57)

2.1.4.4. Tujuan Humas (Public Relations)

Public Relations merupakan fungsi manajemen dan dalam struktur

organisasi Public Relations merupakan salah satu bagian atau divisi dari
50

organisasi. Karena itu, tujuan Public Relations sebagai bagian struktural

organisasi tentu saja tidak bisa lepas dari tujuan organisasinya sendiri.

prinsip tersebut menyatakan tujuan Public Relations jelas dan mutlak

memberi sumbangan pada objektif organisasi secara keseluruhan. Tujuan

kegiatan Public Relationsnya sendiri menurut Oxley yang dikutip oleh

Yosal Iriantara (2004:57) dinyatakan “mengupayakan dan memelihara

saling pengertian antara organisasi dengan publiknya.

2.1.5. Tinjauan Tentang Marketing Public Relations

2.1.5.1. Definisi Marketing Public Relations

Istilah marketing public relations dikemukakan pertama kali oleh

Thomas L. Harris yang memberikan pengertian sebagai berikut:

“Marketing public relations is the process of planning and


evaluating programs that encourage purchase and customers
satisfying through credible communication of information and
impression thad identity companies and their product with need,
concern of customers. Marketing public relations adalah proses
perencanaan dan pengevaluasian program-program yang
mendorong pembelian dan kepuasan pelanggan melalui komunikasi
berisi informasi yang dapat dipercaya dan kesan yang
menggambarkan perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.” (Rosady Ruslan, 2001:243).

Menurut Rhenald Kasali, “Khalayak marketing public relations

adalah masyarakat dan konsumen” (2003:105). Berdasarkan pendapat-

pendapat tersebut, marketing public relations dapat diartikan sebagai

pengelolaan komunikasi untuk memotivasi pembelian dan kepuasan

pelanggan, konsumen dan masyarakat.


51

Marketing public relations menunjukan adanya lalu lintas

informasi dua arah mengenai produk dan atau organisasi. Labih dari

menyampaikan informasi marketing public relations mengkomunikasikan

segenap konsep dan gagasan organisasi sehingga dalam benak publik

sasaran berkembang menjadi motivasi untuk melakukan pembelian.

2.1.5.2. Tujuan Marketing Public Relations

Menurut Roeslan (1998:232) Marketing Public Relations dapat

memberi sumbangan pada tujuan-tujuan berikut:

1. Menetapkan tujuan pemasaran

a) Membangun kesadaran: Marketing Public Relations dapat

memberikan cerita di media untuk menarik perhatian pada

suatu produk, jasa, organisasi, atau ide.

b) Membangun Kredibilitas: Marketing Public Relations dapat

menambah kredibilitas dengan mengkomunikasikan pesan

dalam suatu konteks editorial.

c) Mendorong wiraniaga dan penyalur: Marketing Public

Relations dapat mendorong antusiasme wiraniaga dan

penyalur.

d) Mengurangi biaya promosi: Marketing Public Relations

membutuhkan lebih sedikit biaya dibandingkan melalui

media iklan.

2. Memilih pesan dan sarana humas


52

3. Menerapkan rencana Marketing Public Relations

4. Mengevaluasi hasil Marketing Public Relations

Kotribusi Marketing Public Relations terhadap besarnya laba sulit

diukur karena Marketing Public Relations digunakan bersama dengan

kiat promosi lain. Jika digunakan sebelum kiat lain dijalankan,

kontribusinya lebih mudah dievaluasi. Tiga pengukuran efektivitas

Marketing Public Relations yang biasanya dipergunakan antara lain:

1. Banyaknya paparan

Ukuran efektivitas Marketing Public Relations yang mudah

adalah jumlah paparan (exposure) yang dijalankan oleh media

tersebut.

2. Perubahan kesadaran/pemahaman/sikap

Ukuran yang lebih baik adalah perubahan dalam

kesadaran/pemahaman/sikap produk yang dihasilkan dari

kampanye Marketing Public Relations.

3. Kontribusi penjualan dan laba

Dampak penjualan dan laba adalah ukuran yang paling

memuaskan jika dapat diperoleh.

Organisasi dengan pasar yang efektif, produk yang berbeda, dan

promosi yang seimbang dalam mencapai tujuan sehingga dapat

mendorong seseorang untuk mempunyai kesan positif terhadap

organisasi maupun produk, dan keputusan pembelian.


53

2.1.5.3. Bentuk-Bentuk Marketing Public Relations

Bentuk-bentuk marketing public relations menurut Rhenald Kasali terdiri

dari:

1. Publikasi

Kegiatan komunikasi untuk menjangkau dan mempengaruhi pasar

sasaran mencakup laporan tahunan, brosur, artikel, audio visual,

majalah perusahaan.

2. Sponsorship

Kegiatan menarik khalayak sasaran atas produk atau kegiatan

perusahaan lainnya dengan mengatur suatu peristiwa atau

partisipasi dalam acara tertentu seperti seminar, konferensi,

olahraga, hari jadi, pameran.

3. Berita

Kegiatan menemukan dan menciptakan informasi yang

mendukung perusahaan maupun produk.

4. Kegiatan Layanan Publik

Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan

hubungan baik dengan masyarakat melalui pemberian

sumbangan, aksi sosial.

5. Pidato

Kegiatan memberi ceramah atau mengisi acara pada berbagai

jenis kegiatan.

6. Media Identitas
54

Identitas atau ciri khas perusahaan seperti logo, warna, dan

slogan.

7. Bentuk Kegiatan lain sesuai dengan kebijakan perusahaan seperti

tokoh armada penjualan. (Rhenald Kasali, 2003).

2.1.6. Tinjauan Tentang Identitas Perusahaan

2.1.6.1. Definisi Identitas Perusahaan

Identitas Perusahaan merupakan “persona” dari suatu korporasi

yang disesuaikan dengan pencapaian terhadap sasaran bisnis secara

objektif, pada umumnya seringkali dimanifestasikan melalui branding

atau digunakan sebagai merek dagang. Identitas perusahaan dihadirkan

ketika suatu perusahaan/organisasi atau kelompok kepemilikan suatu

perusahaan berusaha secara bersama membangun filosofi perusahaannya.

Secara riil identitas perusahaan dapat diwujudkan berupa kultur

organisasi/perusahaan tersebut, pada intinya, bertujuan agar masyarakat

mengetahui, mengenal, merasakan, dan memahami filosofi-filosofi

perusahaan tersebut (Brannan, 1998:76).

Setiap perusahaan memiliki identitas yang berfungsi sebagai tanda

pengenal atau jati diri perusahaan kepada khalayak perusahaan. Pada

awalnya identitas sebuah perusahaan lebih dikenal masyarakat dalam

bentuk logo. Namun seiring berjalannya waktu, identitas perusahaan

lebih dipahami sebagai upaya perusahaan untuk memperkenalkan diri

kepada publik sebagai bentuk eksistensi dan pertanggungjawaban


55

perusahaan terhadap visi dan misi perusahaan. Dengan kata lain, identitas

perusahaan tidak hanya berupa logo perusahaan saja, namun identitas

perusahaan adalah sebuah kesan yang dihasilkan perusahaan dari

karyawan, konsumen dan semua pihak yang terlibat didalamnya.

Identitas perusahaan tercermin melalui logo, nama, dan tampilan lain

yang digunakan perusahaan seperti kemasan produk, interior bangunan,

seragam karyawan, dan audio visual.

Pada monograph didalam Chinese Corporate identity (Kusrianto,

2007:78), Peter Peverelli mengusulkan suatu defenisi yang baru tentang

Identitas Perusahaan, yang didasarkan dengan teori organisasi yakni:

1. Identitas Perusahaan adalah cara atau usaha para “aktor

korporasi” untuk menampilkan perusahaan/golongan agar mereka

bisa dipertimbangkan didalam interaksi sosial yang berkelanjutan

dengan para aktor lain dalam konteks yang spesifik, meliputi

persamaan persepsi tentang realitas, ways to do things, perilaku

lain yang terikat.

2. Didalam prosesnya perusahaan menjadikan Identitas Perusahaan

memiliki arti penting yang sama pentingnya dengan yang lain,

kapital perusahaan misalnya, Identitas Perusahaan juga meliputi

perusahaan itu sendiri sebagai sebuah kumpulan atau serikat yang

saling berkaitan antara satu dengan yang lain dan tidak

terpisahkan.
56

3. Perusahaan dapat membangun suatu identitas yang berbeda dalam


konteks yang berbeda pula. (dalam KSL Parhusip Universitas

Sumatera Utara, 2011)

Dalam bukunya The Company Image, Elinor Selame mengatakan

identitas korporat atau corporate identity adalah apa yang senyatanya ada

pada atau ditampilkan oleh perusahaan. (Selame dalam Sutojo, 2004:13)

Identitas korporat (corporate identity) menurut M. Linggar

Anggoro (2000:280) adalah suatu cara atau suatu hal yang

memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaan-

perusahaan lainnya. Ia juga menyebutkan bahwa identitas perusahaan

harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi

hal-hal unik atau khas tentang perusahaan yang bersangkutan secara fisik.

Rhenald Kasali dalam buku Manajemen Public Relations Konsep

dan Aplikasinya di Indonesia mengatakan bahwa:

“Identitas perusahaan atau identitas korporat disebut juga sebagai


simbol perusahaan, apakah berbentuk logo perusahaan atau
lambang lainnya. Simbol selain dimaksud agar lebih mudah diingat
oleh konsumen juga agar dijiwai oleh segenap karyawannya.
Simbol sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di sektor jasa
yang menjaga pelayanan, kredibilitas, dan keramahan manusia di
dalamnya.” Rhenald Kasali (2003:110-114).

Identitas perusahaan memberikan gambaran secara umum kepada

karyawan tentang bagaimana pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan


57

dalam melakukan usahanya, produk yang dihasilkan serta pelayanan

terhadap pelanggan dan investor (Fombrun, 1999:36).

“Identitas perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang


mempengaruhi keberhasilan citra perusahaan. Oleh karena identitas
yang kuat dan baik merupakan prasyarat membangun citra yang
baik. Identitas perusahaan diciptakan dengan tujuan untuk menjadi
jaminan mutu produk, membedakan perusahaan dengan perusahaan
yang lain, serta sebagai sarana promosi.” (Sutojo dalam bukunya,
2004:31).

Dari penjelasan diatas memperlihatkan bahwa identitas perusahaan

dapat mempengaruhi total keseluruhan kesan (keyakinan dan perasaan)

terhadap suatu organisasi yang ada di benak publik.

2.1.6.2. Komponen Pembangun Identitas

Dalam corporate identity, terdapat beberapa unsur pembangun di

dalamnya, antara lain:

1. Symbol atau Identitas visual (logo, uniform), simbol-simbol yang

diperlihatkan oleh perusahaan sebagai sebuah identitas

perusahaan termasuk di dalamnya logo, skema warna, dan lain-

lain.

2. Identitas behavior (nilai-nilai internal, norma-norma), perilaku

yang ditunjukan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya,

salah satunya ditunjukan dengan bagaimana tanggung jawab

sosial dijalankan.
58

3. Communications atau Identitas komunikasi (iklan, public

relations, informasi), merupakan komunikasi yang dijalin

perusahaan terhadap publiknya dalam mengkomunikasikan

perusahaan dan hal-hal yang telah dilakukan perusahaan.

Identitas perusahaan berkaitan erat dengan citra perusahaan dan ciri khas

yang ingin ditampilkan perusahaan. (Van Riel, 1995).

Dimulai dengan Olins (1978) dan diikuti oleh Birkight dan Stadler

(1980) yang memiliki pemahaman bahwa identitas perusahaan secara

bertahap diperluas dan sekarang diambil untuk menunjukkan cara dimana

identitas organisasi yang diturunkan melalui perilaku (behaviour),

komunikasi (communication), serta melalui simbolisme (symbol) untuk

internal dan khalayak eksternal.

Para ahli yang telah menghasilkan pemikiran, seperti Abratt

(1989), Albert dan Whetten (1985), Balmer (1994, 1995), Larçon Rietter

(1979), Ramanantsoa (1989), van Rekom (1993), van Riel (1992, 1995)

dan Wiedmann (1988), mengakui bahwa identitas perusahaan mengacu

pada karakteristik unik organisasi yang berakar pada perilaku anggota

organisasi. Banyak para ahli menyimpulkan bahwa manajemen identitas

organisasi adalah pentingnya strategi dan membutuhkan pendekatan

multidisiplin. Mereka berpendapat bahwa seniornya dapat mempersempit

kesenjangan antara identitas perusahaan yang sebenarnya dan yang


59

diinginkan dengan menyusun campuran identitas perusahaan

(komunikasi, simbolisme dan perilaku).

Pancaran Identitas perusahaan semakin kuat bila direfleksikan oleh

iklim dan gaya komunikasi pimpinan dan karyawan, karena mereka

menjadi simbol dan duta perusahaan yang sejati karena memahami

dinamika persoalan di tempat mereka bekerja.

2.1.6.3. Tujuan Identitas Perusahaan

Tujuan utama dari Identitas Perusahaan yaitu untuk memberi kesan

pertama dan kesan-kesan selanjutnya sebagai hal yang positif, abik dan

profesional, karena Identitas perusahaan dirancang untuk memiliki daya

tarik yang dapat memberikan respon positif masyarakat pada corporate

image. Sehingga tidak dapat dibedakan antara Identitas Perusahaan

dengan corporate image, karena corporate image merupakan pandangan

atau penilaian masyarakat pada umumnya terhadap perusahaan tertentu

yang mereka simpulkan dari apa yang mereka dengar dan yang mereka

lihat. Penilaian masyarakat pada suatu perusahaan ataupun produk dapat

ditingkatkan melalui pembuatan Identitas Perusahaan yang baik dan

terprogram.

Identitas Perusahaan mempunyai peranan yang penting bagi

perusahaan karena kebanyakan masyarakat mengenal suatu perusahaan

maupun produk untuk pertama kalinya melalui cara non-personal


60

(periklanan, surat, kendaraan, kemasan, dan gedung). Dengan melihat

semua itu maka akan terjalin sebuah kerjasama antara perusahaan dengan

publiknya. Identitas perusahaan juga dapat berupa non fisik seperti nilai-

nilai dan filosopi perusahaan, pelayanan, gaya kerja dan komunikasi.

Tujuannya adalah untuk membedakannya dengan perusahaan lain.

Menurut Olins:

“Identitas perusahaan menyatukan perasaan memiliki dan


membuatnya dapat terlihat. Identitas juga menawarkan garansi
standar kualitas yang konsisten dan menyumbangkannya pada
loyalitas pelanggan serta kepada target grup lainnya.” (dalam Van
Riel, 1995:36).

Perusahaan yang memiliki identitas perusahaan yang kuat dan

meyakinkan mampu mencapai target khalayak yang lebih luas. Identitas

perusahaan yang kuat akan lebih efektif dalam memaklumkan

kepentingan pelanggan. Banyak perusahaan memandang pelanggannya

sebagai target yang sangat penting sejak mereka mengakui eksistensi

perusahaan tersebut. Untuk itu, identitas perusahaan yang dirancang

dengan baik akan membantu membangun keyakinan pelanggan dalam

membangun basis hubungan yang berkelanjutan terhadap perusahaan

dimana hal tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan

dimasa depan (Van Riel, 1995:29).

Identitas perusahaan berkaitan erat dengan citra perusahaan dan

ciri khas yang ingin ditampilkan perusahaan. Menurut Blauw (1994):


61

“Corporate identity merupakan keseluruhan arti visual dan non


visual yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk menunjukkan
dirinya kepada seluruh kelompok sasaran. Fungsi dari identitas
perusahaan adalah untuk membuat perusahaan terlihat sebaik
mungkin, sesuai dengan realitas yang ada.” (dalam Van Riel,
1995:30).
Identitas dan citra merupakan kesan yang dibentuk oleh individu

berdasarkan persepsi individu tentang objek tersebut. Persepsi individu

dalam mempersepsi suatu objek akan dipengaruhi oleh latar belakang

pengalaman, budaya, dan daerah asal individu tersebut (Mulyana,

2005:175). Persepsi seseorang berkaitan dengan budaya dimana

seseorang tinggal. Persepsi terikat oleh budaya, bagaimana kita

memaknai suatu pesan, objek atau lingkungan bergantung pada sistem

nilai yang kita anut (Mulyana, 2005:197).

2.1.7. Tinjauan Tentang Karakteristik Komunikator (Pemberi

Informasi)

2.1.7.1. Definisi Karakteristik Komunikator (Pemberi Informasi)

Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakteristik adalah

ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan.

Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaskan

berbagai kunci karakteristik manusia (Boeree, 2008: 426).

Carl Jung adalah pemikir paling awal memperkenalkan suatu teori

karakteristik, dimana sebuah bawaan seseorang yang menentukan


62

berbagai karakteristik yang disebut temperamen. Hans Eysenck adalah

ahli psikolog pertama yang memberikan karakteristik sebagai sesuatu

yang lebih matematis. Ia membuat suatu perhitungan analisa faktor untuk

menemukan faktor apa dalam karakteristik yang sangat berpengaruh,

analisis ini disebut EPQ (Eysenck Personality Questionnaire).

Akhirnya diberikanlah suatu pendapat baru mengenai adanya teori

faktor lima dalam karakteristik manusia yaitu:

1. Karakteristik pertama adalah Introversi dan ekstraversi. Pengertian

yang sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Carl Jung dan

Hans Eysenck.

2. Karakteristik kedua adalah Stabilitas emosional. Seperti yang

dikemukakan oleh Hans Eysenck, nilai yang tinggi adalah orang yang

memiliki kestabilan emosi yang baik.

3. Karakteristik ketiga adalah mudah setuju. Nilai yang tinggi adalah

individu yang cenderung untuk bersahabat dan baik hati.

4. Karakteristik keempat adalah memiliki nurani. Nilai yang tinggi

adalah individu yang tertib selalu menyelesaikan pekerjaan serta

peduli terhadap segala hal.

5. Karakteristik kelima adalah keterbukaan akan pengalaman dan

budaya. Nilai yang tinggi adalah individu yang dapat memiliki

keterbukaan dalam menikmati hasil budaya, musik, kesenian serta

pendapat orang lain. (Carl Jung dalam Skripsi Ersita, Ilmu

Komunikasi, Unikom).
63

2.1.7.2. Karakteristik Komunikator (Pemberi Informasi)

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak.

Oleh karena itu, komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source atau

enconder. Suatu hal yang sering dilupakan oleh komunikator sebelum

memulai aktivitas komunikasinya, ialah bercermin pada dirinya sendiri

apakah syarat-syarat yang harus dimiliki seorang komunikator yang

handal telah terpenuhi atau belum.

Adapun Karakteristik komunikator untuk melaksanakan

komunikasi efektif adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan kepada Komunikator (source Credibility).

Kepercayaan kepada Komunikator ditentukan oleh keahliannya

dan dapat tidaknya ia dipercaya. Atau kepercayaan masyarakat

dapat tercipta manakala si komunikator dinilai punya

pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang relevan dengan

topic pesan yang disampaikan itu bersifat objektif.

2. Daya Tarik Komunikator (Source Attractiveness). Seorang

komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan

perubahan sikap melelui mekanisme daya tarik, jika komunikan

merasa bahwa komunikator ikut seta dengan mereka dalam

hubungannya dengan opini secara memuaskan.

3. Kekuatan/Kekuasaan sumber (Source Power). Kekuatan atau

kekuasaan sumber terhadap pihak penerima


64

4. Kharisma, yaitu faktor bawaan yang melekat pada diri seseorang.

5. Wibawa otoritas, yaitu yang berkaitan dengan kedudukan atau

otoritas formal.

6. Kompetensi/keahlian, yaitu sesuatu yang dapat diperoleh

seseorang melalui proses belajar.

7. Compliance/pemenuhan, yaitu sumber dinilai punya kekuatan

atau kekuasaan apabila ia mampu memberikan imbalan dan

hukuman kepada penerimanya. (dalam Skripsi Ersita, Ilmu

Komunikasi, Unikom).

2.1.8. Tinjauan Tentang Penyiar Radio

2.1.8.1. Definisi Penyiar Radio

Penyiar Radio adalah orang yang bertugas memandu acara di

Radio. Penyiaran Radio menjadi ujung tombak sebuah stasiun Radio

dalam berkomunikasi dengan pendengar. Keberhasilan sebuah program

acara dengan parameter jumlah pendengar dan pemasukan iklan

ditentukan oleh kepiawaian seorang penyiar dalam menghidupkan acara

tersebut. Menurut Asep Syamsul M. Romli (dalam Ningrum, 2007:19),

ada 3 keahlian utama yang harus dimiliki seorang penyiar Radio.

1. Berbicara

Pekerjaan penyiar adalah berbicara, mengeluarkan suara, ayau

melakukan komunikasi secara lisan. Oleh karena itu, iaharus


65

lancer bicara dengan kualitas vokal yang baik, seperti pengaturan

suara, pengendalaian irama, tempo, dan artikulasi.

2. Membaca

Dalam bersiaran, penyiar Radio tidak hanya membaca naskah

siaran secara kaku, melainkan seperti bertutur

3. Menulis

Penyiar Radio dituntut untuk menyiapkan naskah siaranya sendiri

walaupun sudah ada scriptwriter yang bertugas menyiapkan

naskah-naskah siaran, untuk itu penyiar harus memiliki

kemampuan menulis naskah siaran yang ditulis dalam bahasa

tutur, bukan naskah tulisan seperti dikoran atau majalah.

2.1.8.2. Karakteristik Penyiar Radio

Penyiar terkadang dideskripsikan sebagai seseorang yang ideal.

Sifat ideal tersebut meliputi kehangatan dan kasih sayang, memiliki rasa

humor dan cerdas, jujur, rasa saling berbagi sekaligus temanyang sellau

menemani dengan baik, dapat dipercaya, memiliki rasa percaya diri,

bersemangat, dan optimis. Coba membayangkan seorang salesman yang

menjual suaranya dengan menawarkan barang-barang tertentu, kita

mungkin melihat mereka seperti percaya diri, memiliki rasa humor, dan

optimis, tetapi calon pembeli tidak mempercayainya, mungkin karena

mereka terkesan sedikit memaksa menawarkan barang-barang tersebut.

Namun, bagaimanapun juga rasa percaya diri, semangat, dan

optimis merupakan petunjuk terbesar dari emosi diri. Emosi lebih


66

merupakan refleksi jiwa manusia yang terpancar dari pembicaraannya.

Penolakan yang terjadi mungkin karena tidak melibatkan rasa saling

memberi kehangatan dan kasih saying dalam hubungan tersebut. Sebuah

keniscahyaan bahwa rasa humor dapat menimbulkan tawa, atau

kecerdasan dapat membuka wawasan baru. Mainkan peran dan jangan

emosi, pada kenyataannya, penyiar profesional harus pintar dalam

bermain peran.

Peran harus dilihat dengan sesuatu yang objektif, karena maminkan

emosi yang berlebihan akan menyebabkan penyiar menjadi monoton dan

berdampak pada minat pendengar. Itulah mengapa penyiar tidak cukup

hanya memiliki rasa percaya diri, bersemangat, dan optimis, karena

menarik atau tidaknya sebuah program ditentukan oleh hasil reaksi

pendengar.

Air Personality sebuah Radio akan bermanfaat jika didiskusikan

secara terus menerus oleh para praktisi penyiarannya, karena berkaitan

dengan tujuan yang ingin di capai oleh stasiun penyiaran Radio dari

dampak yang ditimbulkan masyarakat. Selain itu, penyiar harus

berkonsentrasi pada peran-peran yang di mainkan dalam upaya untuk

kelangsungan air personality sebuah Radio akan bermanfaat jika

didiskusikan secara terus menerus oleh para praktisi penyiarannya,

karenaberkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh stasiun penyiaran

Radio dari dampakyang ditimbulkan di masyarakat. Selain itu, penyiar

harus berkonsentrasi pada peran-peran yang dimainkandalam upaya


67

untuk kelangsungan air personality yang dibangun oleh stasiun Radio

tersebut.

2.1.9. Tinjauan Tentang Radio Siaran

2.1.9.1. Definisi Radio Siaran

Radio adalah sebuah media yang digunakan untuk memberikan

hiburan kepada pendengarnya melalui lagu dan informasi yang

disampaikan sesuai dengan segmentasi Radio siaran itu sendiri. Didalam

buku “Radio Siaran teori & praktek” menuliskan: faktor ke-3 yang

menyebabkan Radio siaran memiliki kekuasaan, ialah daya tariknya yang

kuat yang dimilikinya. daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba

hidup berkat 3 unsur yang ada padanya, yakni musik, kata-kata dan efek

suara . (Effendy, 1991:77).

Prof. Onong U. Effendy.M.A. menyatakan mengenai dunia Radio

siaran memiliki kekuatan untuk mempengaruhi massa atau khalayak,

yaitu: .., Radio siaran diberi julukan The Fifth Estate disebabkan daya

kekuatannya dalam mempengaruhi massa khalayak (Effendy, 1991:74).

Selanjutnya kekuatan massa atau khalayak pada dunia Radio siaran

disebabkan oleh beberapa faktor yang dijabarkan, yaitu:

1. Daya Langsung

Untuk mencapai sasarannya, yakni pendengar, isi program acara yang

akan disampaikan tidaklah mengalami proses kompleks. Sebagai

contoh adanya propaganda yang disiarkan Radio siaran pada masa


68

PD II yang dilakukan oleh Jerman pada masa itu, sehingga

masyarakat dapat terpengaruh langsung oleh propaganda yang

disiarkan Radio ditiap-tiap Negara jajahannya, jika dibandingkan

dengan penggunaan pamflet pada masa itu. Daya langsung

merupakan kemampuan Radio siaran yang dapat meliput secara

langsung mengenai suatu kejadian yang sedang berjalan.

2. Daya Tembus

Daya tembus dalam arti kata, tidak mengenal jarak dan rintangan.

Dipedesaan kita masih dapat menikmati Radio siaran yang sama

dengan di kota. Tetapi hal ini tergantung dari seberapa kuat pancaran

gelombang yang disiarkan oleh tiap-tiap stasiun Radio siaran.

3. Daya Tarik

Daya tarik Radio siaran disebabkan sifatnya yang serba hidup, berkat

unsur yang ada pada Radio siaran, yakni musik, kata-kata dan efek

suara seperti yang telah digambarkan diatas. (Effendy, 1991:75-77).

2.1.9.2. Karakteristik Radio Siaran

Sebagai sebuah media masa, Radio siaran pun memiliki

karakteristik yang mendukung Radio tersebut untuk terus berkembang,

Karakteristik tersebut adalah:

1. Imajinatif

Karena hanya indra pendengaran yang digunakan oleh khalayak, dan

pesannya pun selintas, maka Radio siaran dapat mengajak


69

komunikannya untuk berimajinasi Imajinasi pendengaran akan

semakin intensif dalam acara sandiwara Radio siaran, karena dalam

sandiwara Radio siaran suasana dibuat sedemikian rupa agar

menyerupai keadaan yang sesungguhnya.

2. Auditori

Sifat auditori itu sebagai konsekuensi dari Radio siaran untuk

didengar. Karena kemampuan mendengar itu terbatas, maka pesan

komunikasi melalui Radio siaran diterima dengan selintas. Pendengar

tidak akan mendengar kembali (rehearing) informasi yang tidak jelas

diterimanya, karena ia tidak bisa meminta kepada komunikator atau

penyiar untuk mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia

merekamnya.

3. Akrab

Sifat Radio siaran yang lainnya adalah akrab, intim. Sebagaimana

kita lakukan sehari-hari, kita jarang mendengarkan acara Radio siaran

secara khusus duduk dan telinga kita didekatkan pada pesawat Radio

siaran. Seorang penyiar Radio seolah-olah berada dikamar pendengar,

menemani pendengar dalam mobil, dan ditempat tempat lainnya

dimana saja pendengarnya berada, maka dengan akrab dan cekatan ia

menghidangkan acara-acara yang bervariasi, mulai dari acara

informatif sampai acara-acara hiburan yang menggembirakan.


70

4. Gaya Percakapan

Dengan demikian materi siaran kata Radio siaran bergaya percakapan

(conversational style). Karakteristik Radio siaran tersebut diatas perlu

dipahami komunikator agar dalam menyususn dan menyampaikan

pesan dengan menggunakan media Radio siaran, komunikator dapat

melakukan penyesuaian, sehingga komunikasi mencapai sasaran.

(Ardianto dan Komala, 2007:124).

2.2. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan sebagai

skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam kerangka pemikiran

ini, peneliti akan mencoba menjelaskan pokok masalah penelitian. Penjelasan

yang disusun akan menggabungkan antara teori dengan masalah yang diangkat

dalam peneltian ini.

2.2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam kerangka penelitian teoritis ini, peneliti akan membahas pokok

dari penelitian ini. Yaitu membahas kata-kata kunci atau subfokus yang

menjadi inti permasalahan pada penelitian.

Uma Sekaran mengemukakan bahwa:

“Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana


teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka kerangka berpikir
adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman
yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi
pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan
dari penelitian yang akan dilakukan.” (dalam Sugiyono, 2011 : 60).
71

Sesuai dengan pendapat di atas, pembahasan dalam penelitian ini

adalah bagaimana identitas suatu radio dapat dipertahankan melalui

pembentukan karakteristik penyiar. Subfokus dalam penelitian ini merupakan

kesatuan dari identitas perusahaan (corporate identity), yakni simbol

(symbol), perilaku (behaviour), dan komnikasi (communications). Ketiga

komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Symbol atau Identitas visual (logo, uniform), simbol-simbol yang

diperlihatkan oleh perusahaan sebagai sebuah identitas

perusahaan termasuk di dalamnya logo, skema warna, dan lain-

lain.

2. Identitas behavior (nilai-nilai internal, norma-norma), perilaku

yang ditunjukan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya,

salah satunya ditunjukan dengan bagaimana tanggung jawab

sosial dijalankan.

3. Communications atau Identitas komunikasi (iklan, public

relations, informasi), merupakan komunikasi yang dijalin

perusahaan terhadap publiknya dalam mengkomunikasikan

perusahaan dan hal-hal yang telah dilakukan perusahaan.

Peneliti memilih tiga komponen itu karena ketiga komponen itu

menjadi satu kesatuan dalam identitas perusahaan yang tidak terpisahkan, dan

memilih penyiar sebagai objek penelitian karena identitas dari suatu

perusahaan radio salah satunya dapat dipertahankan dengan pembentukan

karakter penyiar yang bisa dilakukan oleh humas (public relations) radio itu,
72

karena dalam stasiun radio penyiar merupakan wakil dari humas radio

tersebut, penyiar dapat membantu mempertahankan identitas dan citra positif

radio.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan teori interaksi

simbolik untuk mendukung jawaban dari subfokus yang peneliti gunakan

dalam penelitian yang dilakukan.

Teori interaksi simbolik memfokuskan perhatiannya pada cara-cara

yang digunakan manusia untuk membentuk makna dan struktur masyarakat

melalui percakapan. Interaksi simbolik pada awalnya merupakan suatu

gerakan pemikiran dalam ilmu sosiologi yang dibangun oleh George Herbert

Mead, dan karyanya kemudian menjadi inti dari aliran pemikiran yang

dinamakan Chicago School.

Interaksi simbolik mendasarkan gagasannya atas enam hal berikut ini :

1. Manusia membuat keputusan dan bertindak pada situasi yang

dihadapinya sesuai dengan pengertian subjektifnya.

2. Kehidupan sosial merupakan proses interaksi, kehidupan sosial

bukanlah struktur atau bersifat struktural dan karena itu akan terus

berubah.

3. Manusia memahami pengalamannua melalui makna dari simbol yang

digunakan di lingkungan terdekatnya (primary group), dan bahasa

merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan sosial.

4. Dunia terdiri atas berbagai objek sosial yang memiliki nama dan

makna yang ditentukan secara sosial.


73

5. Manusia mendasarkan tindakannya atas interpretasi mereka, dengan

mempertimbangkan dan mendefenisikan objek-objek dan tindakan

yang relevan pada situasi saat itu.

6. Diri seseorang adalah objek signifikan dan sebagaimana objek sosial

lainnya, diri didefenisikan melalui interaksi sosial dengan orang lain.

(Morissan, 2013:25).

Mead yang dikenal sebagai bapak Teori Interaksionisme Simbolik ini

menekankan sebuah pemahaman dunia sosial berdasarkan pentingnya makna

yang diproduksi dan diinterpretasikan melalui simbol-simbol dalam interaksi

sosial (Ardianto dan Anees, 2007:135).

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri

khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.

Para pemikir dalam tradisi teori interaksionisme simbolik dibagi menjadi dua

aliran, yaitu aliran Iowa dan Chicago. Mazhab Iowa dikembangkan oleh

Manford H. Kuhn, mazhab Iowa menggunakan metode saintik (positivistik)

dalam kajian-kajiannya, yakni untuk menemukan hukum-hukum universal

mengenai perilaku sosial yang dapat diuji secara empiris. Sementara mazhab

Chicago menggunakan pendekatan humanistik. (Mulyana, 2008:68-69).

George Herbert Mead mengemukakan bahwa:

“Makna muncul sebagai hasil interaksi diantara manusia, baik secara


verbal maupun nonverbal. Melalui aksi dan respons yang terjadi, kita
memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya
kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu
(Morissan, 2009:75).
74

Menurut teoritis Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya

adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol.” Mereka

tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang

merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan

sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-

simbol ini terhadap prilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.

(Mulyana, 2008:71).

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari

sudut pandang subjek. Persepektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia

harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan

mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain

yang menjadi mitra interaksi mereka.

Interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, oleh

interpretasi, atau oleh penetapan makna dari tindakan orang lain. Mediasi ini

ekuivalen dengan pelibatan proses interpretasi antara stimulus dan respon

dalam kasus perilaku manusia.

Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran

simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan

mencari petunjuk mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks

itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh

orang lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada

interaksi antar individu, dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk
75

mengerti apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai

individu.

Mead (dalam Mulyana, 2008:77) menekankan pentingnya komunikasi,

khususnya melalui mekanisme isyarat vokal (bahasa), meskipun teorinya

bersifat umum. Isyarat vokallah yang potensial menjadi seperangkat simbol

yang membentuk bahasa. Simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung

makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respon manusia terhadap

simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya alih-alih dalam

pengertian stimulasi fisik adalah alat-alat indranya.

Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori tentang diri (self). Interaksi

simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari

pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self) dan hubungannya ditengah

interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, dan menginterpretasi

makna ditengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

Karya Mead yang paling terkenal yang berjudul Mind, Self, and Society,

menggarisbawahi tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah

diskusi tentang teori interaksionisme simbolik. Ketiga konsep ini saling

memengaruhi satu sama lain dalam teori interaksionisme simbolik. Ketiga

konsep tersebut adalah pikiran manusia (mind), diri (self), dan masyarakat

(society). Pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial diri (self) dengan yang

lain digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat

(society) dimana kita hidup. Ketiga konsep tersebut memiliki aspek-aspek

yang berbeda, namun berasal dari proses umum yang sama, yang disebut
76

‘tindakan sosial’ (social act). Tindakan sosial (social act) adalah suatu unit

tingkah laku lengkap yang tidak dapat dianalisis ke dalam subbagian tertentu

(Morissan, 2009:144).

Seperti yang dicatat oleh Douglas dalam Ardianto (2007:136), makna

itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna,

selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Definisi singkat dari ketiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:

1. Mind (pikiran), yaitu kemampuan untuk menggunakan simbol yang

mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus

mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.

2. Self (Diri), yaitu kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari

penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori

interaksionisme simbolik adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi

yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.

3. Society (Masyarakat), yaitu jejaring hubungan yang diciptakan,

dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat,

dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih

secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia

dalam proses pengambilan peran ditengah masyarakatnya.


77

2.2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual

Radio Ardan merupakan radio yang tergabung dalam manajemen

ARDAN Group, radio ini banyak digemari oleh anak muda, selain memang

karena segmentasinya untuk anak muda, contentnya pun sesuai dengan

keinginan para pendengarnya. Sejauh ini Ardan sudah memiliki rating yang

cukup bagus dan menduduki peringkat pertama sebagai radio anak muda,

diluar content atau program yang bagus Ardan juga memiliki banyak mitra

kerja, banyak melakukan sponsorship, sehingga radio Ardan dikenal oleh

masyarakat dari kalangan manapun.

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti akan menggunakan teori

interaksionisme simbolik untuk membantu menjawab permasalahan yang

diangkat. Dalam penelitian ini peneliti akan berusaha menganalisa dan

mengkaji secara mendalam bagaimana pembangunan identitas media melalui

karakteritik penyiar dengan menggunakan sub kasus yang diantaranya,

symbol, behaviour, dan communications, yang dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Symbol, simbol-simbol yang diperlihatkan oleh perusahaan sebagai

sebuah identitas perusahaan termasuk di dalamnya logo, skema warna,

dan lain-lain

2. Behaviour, perilaku yang ditunjukan oleh perusahaan dalam

menjalankan bisnisnya, salah satunya ditunjukan dengan bagaimana

tanggung jawab sosial dijalankan.


78

3. Communications merupakan komunikasi yang dijalin perusahaan

terhadap publiknya dalam mengkomunikasikan perusahaan dan hal-hal

yang telah dilakukan perusahaan.

Identitas perusahaan berkaitan erat dengan citra perusahaan dan ciri khas yang

ingin ditampilkan perusahaan.


79

2.2.5. Alur Pikir Penelitian

Berikut ini adalah alur pikir untuk pedoman penelitian yang digunakan

oleh peneliti:

Gambar 2.1. Alur Pikir Penelitian

STUDI KASUS IDENTITAS RADIO

PENYIAR

IDENTITAS

SIMBOL PERILAKU KOMUNIKASI

INTERAKSIONISME
SIMBOLIK

KARAKTERISITIK PENYIAR

RADIO ARDAN

Sumber : Data Peneliti, 2015


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,

sebagaimana diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang di kutip dari bukunya

Metodologi Penelitian Kualitatif.

“Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak


mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau
metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan
isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih
mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif.” (Mulyana, 2007:150).

Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-

fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti

proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang

suatu konsep yang beragam, dan lain sebagainya. Berg menyatakan dalam

definisinya bahwa: “Qualitative Research (QR) thus refers to the meaning,

concepts, definitions, characteristics, methamorps, simbols, and descriptions of

things.”

Furchan (1992:21-22), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah

satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau

tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif,

penulis dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam

kehidupan sehari-hari.

80
81

Maka penelitian kualitatif selalu mengandalkan adanya suatu kegiatan

proses berpikir induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat

langsung dalam situasi dan latar belakang fenomena yang diteliti serta

memusatkan perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks

penelitian.

Thomas Lindlof dengan bukunya Qualitative communication research

methods menyebutkan bahwa metode kualitatif dalam penelitian komunikasi

dengan paradigma fenomenologi, etnometodologi, interaksi simbolik, etnografi,

dan studi budaya, sering disebut sebagai paradigma interpretif. (Lindlof, 1995:27-

28).

Bagi peneliti kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan

oleh individu-individu yang terlibat dalam penelitian. Peneliti melaporkan fakta di

lapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara dan penafsiran informan.

Sebagaimana diungkapkan beberapa ahli (Bogdan dan Taylor, 1975:5).

Seperti dikatakan Denzin dan Lincoln (dalam Creswell, 1998:15), bahwa:

Penelitian kualitatif memiliki fokus pada banyak metode, meliputi pendekatan

interpretif dan naturalistik terhadap pokok persoalannya. Ini berarti bahwa para

peneliti kualitatif mempelajari segala sesuatu di lingkungannya yang alami,

mencoba untuk memahami atau menafsirkan fenomena menurut makna-makna

yang diberikan kepada fenomena tersebut oleh orang-orang.

Penelitian kualitatif meliputi penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan

empiris yang diteliti penelitian kasus, pengalaman pribadi, introspektif, kisah


82

pekerjaan, wawancara, pengamatan, sejarah, interaksi, dan naskah-naskah visual

yang menggambarkan momen-momen problematik dan pekerjaan sehari-hari serta

makna yang ada di dalam pekerjaan individu.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Studi

Kasus. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaah

suatu kasus secara intensif, mendetail, mendalam dan komprehensif.

Sebuah studi kasus (case study) memberikan deskripsi tentang individu.

Individu ini biasanya adalah orang, tapi bisa juga sebuah tempat seperti

perusahaan, sekolah dan lingkungan sekitar. Sebuah studi observasi naturalistik

kadang juga disebut dengan studi kasus (Cozby, 2009: 188).

Creswell dalam bukunya yang berjudul “Qualitative Inquiry And Research

Design” mengungkapkan lima tradisi penelitian, yaitu: biografi, fenomenologi,

grounded theory study, studi kasus dan etnografi. Creswell memulai pemaparan

studi kasus dengan gambar tentang kedudukan studi kasus dalam lima tradisi

penelitian kualitatif yang dikemukakan Foci berikut ini:


83

Gambar 3.1.
Kedudukan Studi Kasus

A Case Study
A Case
A Potrait
Individual
Cultural Group

An Etnography

A
A Biography
A Concept or Theory
Phenomenon

A Phenomenology
A Grounded Theory

Sumber: Foci dalam buku Creswell “Qualitative Inquiry And Research Design

(1998)”

Dari gambar di atas dapat diungkapkan bahwa fokus sebuah biografi adalah

kehidupan seorang individu, fokus fenomenologi adalah memahami sebuah

konsep atau fenomena, fokus suatu teori dasar adalah seseorang yang

mengembangkan sebuah teori, fokus etnografi adalah sebuah potret budaya dari

suatu kelompok budaya atau suatu individu, dan fokus studi kasus adalah

spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu yang mencakup individu,
84

kelompok budaya ataupun suatu potret kehidupan. Lebih lanjut Creswell

mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus yaitu :

1) Mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi

2) Kasus tersebut merupakan sebuah “sistem yang terikat” oleh waktu dan

tempat.

3) Studi kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam

pengumpulan datanya untuk memberikan gambaran secara terinci dan

mendalam tentang respons dari suatu peristiwa

4) Menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan “menghabiskan

waktu” dalam menggambarkan konteks atau setting untuk suatu kasus.

Hal ini mengisyaratkan bahwa suatu kasus dapat dikaji menjadi sebuah

objek studi (Stake, 1995) maupun mempertimbangkannya menjadi sebuah

metodologi (Merriam, 1988). Berdasarkan paparan di atas, dapat diungkapkan

bahwa studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang terikat” atau

“suatu kasus/beragam kasus” dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data

yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam

suatu konteks.

Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji

dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu. Dengan perkataan

lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena

tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi

atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan


85

mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama

periode tertentu.

Selanjutnya Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih

studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau sebuah

program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi:

observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan. Konteks

kasus dapat “mensituasikan” kasus di dalam settingnya yang terdiri dari setting

fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi.

Sedangkan fokus di dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya,

memerlukan suatu studi (studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu

(isu-isu) dengan menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan

isu tersebut (studi kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu

kasus hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif. Untuk itu Lincoln Guba

mengungkapkan bahwa struktur studi kasus terdiri dari masalah, konsteks, isu dan

pelajaran yang dipelajari.

Hal pertama yang harus diingat tentang penggunaan studi kasus adalah

bahwa kasus ini harus memiliki masalah bagi para peneliti untuk

memecahkannya. Kasus ini harus memiliki informasi yang cukup di dalamnya,

dimana peneliti dapat memahami apa masalahnya dan memungkinkan

dikembangkan suatu kerangka analisis untuk memecahkan misteri kasus tersebut.

Menulis laporan dengan metode studi kasus yang menarik adalah sedikit

seperti menulis cerita detektif. Jadi peneliti harus menjaga pembaca agar tetap

tertarik dalam situasi tersebut. Sebuah kasus yang baik adalah lebih dari sekedar
86

deskripsi. Peneliti harus tetap mengatur informasi di dalam laporan studi kasus

sedemikian rupa sehingga pembaca diletakan di dalam posisi yang sama sebagai

peneliti berada di awal ketika ia dihadapkan dengan situasi baru dan diminta

untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Deskripsi, di sisi lain mengatur

semua informasi sampai ke kesimpulan, dan pembaca dibuat benar-benar tidak

harus bekerja sangat keras ketika membaca laporan studi kasus. (Bungin,

2007:132).

3.2. Teknik Penentuan Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang pilihan peneliti yang

dianggap terbaik dalam memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.

Pengertian informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik

terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada

peneliti.

Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, sebagai

individu yang sangat penting. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data

bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian. Informan adalah

seseorang yang mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian,

sehingga seorang informan harus memiliki banyak pengalaman tentang latar

penelitian (Moleong, 2006).

Dalam penelitian menentukan informan dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive, kuota dan snowball. Purposive yaitu dimana


87

teknik ini menentukan sampel berdasarkan kapasitas dan kapabilitas yang

kompeten atau yang benar-benar paham dibidangnya diantara anggota populasi

lainnya. Teknik kuota, yaitu dimana peneliti memutuskan saat merancang

penelitian, berapa banyak orang dengan karakteristik yang diinginkan untuk

dimasukan sebagai informan. Sedangkan teknik snowball, yaitu dimana dalam

prosedur ini, dengan siapa peserta atau informan pernah dikontak atau pertama

kali bertemu dengan peneliti adalah penting untuk menggunakan jaringan mereka

untuk merujuk peneliti kepada orang lain yang berpotensi berpartisipasi atau

berkontribusi dan mempelajari atau memberi informasi kepada peneliti. (Bungin,

2007).

Untuk memperoleh data penelitian yang mencerminkan keadaan subjek

penelitian dan bisa menggambarkan (menjawab) apa yang menjadi tujuan dan

permasalahan penelitian, peneliti memilih semua informan dalam penelitian ini

dengan menggunakan teknik Snowball, yaitu teknik penentuan informan yang

awalnya sedikit dan lama-lama menjadi banyak. Dalam penelitian ini awalnya

dipilih satu orang informan yakni Gebyar selaku Commercial Supervisor,

kemudian dengan semakin banyaknya data yang dibutuhkan Gebyar pun

memberikan rekomendasi informan kepada peneliti.

Menurut Sugiyono, Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel

yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2011:68).

Informan yang didapat dalam penelitian ini sebanyak 9 orang seperti terlihat pada

tabel di bawah ini:


88

Tabel 3.1
Informan Penelitian

No Informan Pekerjaan

1. Dimasta Penyiar

2. Haried Penyiar

3. Indi Penyiar

4. Gebyar Produser

5. Abhipraya Produser
Public Relations &
6. Alke
Promotion
7. Imelda Mahasiswa (Pendengar)

8. Ami Mahasiswa (Pendengar)

9. Dea Mahasiswa (Pendengar)

Sumber: Data Peneliti, 2015

Adapun alasan dalam perolehan informan tersebut yaitu karena

mereka bersembilan adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam

masalah penelitian yang digali oleh peneliti, misalnya Alke sebagai

Public Relations (PR) & Promotion yang berperan dalam

mempertahankan identitas radio Ardan, Dimas, Haried dan Indi sebagai

Penyiar yang direkomendarikan oleh Gebyar karena mereka merupakan 3

orang penyiar yang dianggap sudah memiliki kemampuan yang baik

dalam siaran di radio Ardan.


89

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian teknik pengumpulan data adalah langkah yang

terpenting dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah

prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam

penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari

sumber, dan berbagai cara. Dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan

dengan menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

peneliti, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada peneliti. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data

dilakukan pada natural setting, sumber data primer dan teknik pengumpulan data

lebih banyak pada observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi.

1. Data primer

Data yang diperoleh oleh peneliti dari informan melalui observasi

partisipan, wawancara mendalam dengan menggunakan teknik snowball

kepada ke sembilan informan kunci yang direkomendasikan kepada

peneliti dan dokumentasi.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari pengumpulan data yang menunjang data primer.

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berasal dari sumber-sumber

tertulis mengenai tema dan objek penelitian yang di dapat penliti melalui

penelitian terdahulu, buku, internet searching dan lain sebagainya.


90

3.3.1. Studi Pustaka

Dalam penelitian ini penelusuran sumber-sumber tertulis peneliti lakukan

guna mendapatkan informasi yang relevan seputar objek penelitian.

3.3.1.1. Studi Literatur

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencarian data melalui

sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek

penelitian. Peneliti melakukan pencarian data yakni studi literatur untuk

menemukan kerangka teoritis dan kerangka konseptual, serta

memperkaya latar belakang penelitian melalui pengumpulan data dari

Buku, Majalah, Jurnal, dan referensi lainnya.

Selain itu peneliti juga menggunakan pencarian data melalui

sumber-sumber lainnya seperti skripsi dan karya ilmiah. Skripsi

merupakan tugas akhir dari seorang peneliti yang lain. Dari skripsi

peneliti juga mendapatkan berbagai data-data yang dibutuhkan sebagai

refensi penelitian dan untuk menambah pengetahuan peneliti dalam

menulis penelitian. Karena peneliti dapat mengambil data dari berbagai

sumber dan guna untuk melengkapi data yang diinginkan (Sugiyono,

2009).

Sedangkan Karya ilmiah merupakan karya tulis yang berisi suatu

pembahasan ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis. Peneliti

mendapatkan berbagai data yang dinginkan untuk melengkapi penelitian

yang diingkan. Karya ilmiah tentu berhubungan dengan penelitian yang


91

ingin ditulis karena data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dan

dimanapun peneliti berada (Sugiyono, 2009).

3.3.1.2. Internet Searching

Teknik pengumpulan data selain Studi Literatur adalah Internet

Searching, yaitu teknik penelusuran data yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi dengan melalui media internet. Dimana di

dalamnya terdapat berbagai referensi yang mendukung penelitian ini.

Penelusuran Data Online menurut Burhan Bungin adalah :

“Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online


seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan
fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat
memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun
informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2008: 148).

Penelusuran data online ini dengan menggunakan jasa search

engine seperti yang dijelaskan Bungin di atas yang melakukan

penelusuran data dengan media internet, atau media jaringan lainnya

seperti: Google, Blog, dan situs lainnya yang berisi informasi yang dapat

dijadikan data.

3.3.2. Studi Lapangan

Di samping studi pustaka, dalam penelitian ini pun data diperoleh melalui

studi lapangan, yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:


92

3.3.2.1. Wawancara

Dalam penelitian ini, demi memperoleh data yang akurat dari

narasumber secara langsung sebagai data primer, maka peneliti

melakukan metode wawancara. Wawancara adalah pengumpulan data

yang dalam pelaksanaannya adalah mengadakan tanya jawab terhadap

orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik tertulis

maupun lisan guna memperoleh masalah yang di teliti.

Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti

langsung berdialog langsung dengan responden untuk menggali

informasi dari responden.

Stewart menyatakan:

“Definisi wawancara adalah “suatu proses komunikasi diadik


rasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dahulu
yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan
tanya jawab “atau singkatnya” suatu percakapan berdasarkan suatu
maksud”. Namun definisi tersebut agak terbatas, karena wawancara
membatasi wawancara dengan tujuan yang serius. Wawancara juga
telah menjadi bentuk hiburan yang popular seperti disiarkan televisi
dan radio.” (dalam skripsi Linda Yulianti, 2011).

Wawancara merupakan “Alat pengumpulan data sangat penting

dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai

subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang

dipilih untuk diteliti” (Pawito, 2007:132).

Peneliti melakukan wawancara tidak hanya ke satu orang informan,

melainkan informan yang peneliti wawancara terus bertambah seiring


93

banyaknya kebutuhan data atau informasi yang harus peneliti peroleh

terkait masalah penelitian. Wawancara dilakukan kepada orang-orang

yang berbeda-beda latar belakangnya, seperti penyiar, produser,

pendengar dan public relations. Hal tersebut dilakukan mengingat

semakin banyaknya kebutuhan informasi yang harus didapat dari

berbagai sumber.

3.3.2.2. Observasi

Teknik pengumpulan data yang lainnya yaitu Observasi, Observasi

yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung

permasalahan yang ada dengan menggunakan indera penglihatan peneliti.

Observasi adalah cara untuk menyajikan gambaran realistik

perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu

mengerti prilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan

pengukuran terhadap aspek tertentu dan melakukan umpan balik terhadap

pengukuran tersebut.

Dalam konteks ilmu komunikasi, penelitian dengan metode

pengamatan atau observasi (Observation Reaserch) biasanya “Dilakukan

untuk melacak sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait

dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultur masyarakat”

(Pawito, 2007:111).
94

Bungin (2007:115) mengemukakan beberapa bentuk observasi

yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu observasi

partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak

terstruktur. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan

tanpa guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus

mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu

obyek.

Peneliti melakukan observasi secara tidak terstruktur, dimana

peneliti mengamati dan hanya melihat secara langsung tetapi tidak ikut

terlibat di dalamnya, peneliti melakukan pengamatan ketika penyiar

sedang siaran, ketika persiapan siaran dan ketika suasana kerja sehari-

hari sedang berlangsung. Kemudian selain datang langsung ke tempat

penelitian untuk melakukan observasi, peneliti juga melakukan observasi

dengan cara mendengarkan radio atau mendengarkan penyiarnya ketika

sedang siaran, tanpa datang langsung ke studio tempat penyiar sedang

siaran.

3.3.2.3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data lainnya yaitu Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa (field note) yang sudah berlalu

dan teknik pengambilan data ini menggunakan beberapa perangkat

seperti kamera, dan perekam video. Dokumen dapat berupa gambar,

tulisan, atau karya-karya yang monumental dari seseorang.


95

Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai catatan kejadian

yang sudah lampau. Tentang hal ini, McMillan dan Schumacher (2001

:42) menjelaskan bahwa:

“Documentation are record of past events that are written or


printed; they may be anecdotal notes, letters, diaries, and
documents. Official documents include internal papers,
communications to various publics, student and personnel file,
program description, and institusional statistical data.
(Dokumentasi adalah catatan peristiwa masa lalu yang ditulis atau
dicetak, mereka mungkin catatan anekdot, surat, buku harian, dan
dokumen. Dokumen resmi meliputi dokumen internal, komunikasi
untuk berbagai publik, berkas personil dan siswa, deskripsi
program, dan data statistik kelembagaan).”

Secara bebas dapat diterjemahkan bahwa dokumen merupakan

rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa

catatan anecdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen. Dokumen

kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik yang

beragam, file siswa dan pegawai, deskripsi program dan data statistik

pengajaran.

Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumentasi adalah

teknik pengumpulan data dengan mengambil sejumlah besar fakta dan

data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi misalnya

berupa foto-foto, surat-surat, catatan harian, dan sebagainya, atau juga

peneliti secara langsung mengambil gambar menggunakan kamera dan

perekam video sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan

dan pembuktian suatu kejadian.


96

Dokumentasi yang peneliti peroleh akan berguna untuk

menguatkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan.

Peneliti mendokumentasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan

cara melakukan rekaman video dan suara ketika penyiar sedang siaran,

serta melakukan pengambilan gambar.

3.4. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan supaya hasil penelitian bisa

dipertanggungjawabkan dari segala aspek. Dalam penelitian kualitatif, menurut

Sugiyono (2009), uji keabsahan data meliputi uji validitas internal (credibility),

validitas eksternal (transferability), reliabilitas (dependentbility), dan obyektivitas

(confirmability).

Pada penelitian ini uji kredibilitas data dilakukan melalui cara Triangualasi.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini adalah pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Menguji kredibilitas data

dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda.

Pengujian dilakkukan berdasarkan sumber data yang diperoleh oleh peneliti,

misalnya observasi, data yang diperoleh dari hasil observasi peneliti tanyakan

kembali kebenarannya kepada informan melalui wawancara yang berulang

dengan waktu yang berbeda. Begitupun dengan wawancara, hasil dari wawancara

peneliti bandingkan dengan hasil observasi yang peneliti dapatkan, dilihat sesuai

atau tidaknya data atau informasi yang peneliti dapatkan dari berbagai cara

pengumpulan data tersebut, serta didukung pula dengan dokumentasi atau


97

pengambilan data melalui gambar dan video yang peneliti lakukan. Sebagai

contoh, triangulasi atas data yang diperoleh oleh peneliti dengan hasil wawancara

kepada informan yang ada di radio Ardan akan dicek dengan observasi dan

sebaliknya, serta tidak lupa mempelajari dokumentasi yang peneliti dapatkan.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga difahami

oleh diri sendiri maupun orang lain.

Data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara

terus menerus. Data yang diperoleh di lapangan harus segera dituangkan dalam

bentuk tulisan dan dianalisis. Kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau

pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-

bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan.

Menurut Bodgan & Biklen bahwa:

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memmutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Bodgandan Biklen dalam Moleong,
2005:248)”
98

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif

bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), seperti dikemukakan

Faisal (dalam Bungin, 2003: 68-69).

Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu

logika yang bertitik tolak dari khusus ke umum bukan dari umum ke khusus

sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan

pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama

lain keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya

berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti

terlihat pada gambar berikut:

Gambar 3.2
Komponen-Komponen Analisis data

Sumber : Milles dan Huberman (1992 : 20)

1. Pengumpulan Data (Data collection)

Data yang didapat oleh peneliti dari hasil wawancara kepada penyiar,

produser, Public Relations dan pendengar, serta observasi yang


99

dilakukan oleh peneliti, dan pengumpulan dokumentasi. Selanjtnya

peneliti deskripsikan sesuai dengan masalah yang sedang diteliti.

2. Reduksi data (Data Reduction)

Dari data yang sudah didapatk di lapangan dan sudah peneliti

deskripsikan, kemudian peneliti mereduksi atau merangkum data-data

berbentuk deskripsi tersebut agar menjadi lebih fokus pada hal-hal

yang dicari dalam masalah penelitian, selain itu juga untuk

menghindari terlalu banyaknya data yang tidak terlalu penting untuk

hasil dari penelitian.

3. Penyajian data (Data Display)

Kemudian setelah data direduksi atau dirangkum, maka langkah

selanjutnya yaitu menyajikan data, data yang sudah peneliti dapatkan

disajikan dalam berbagai bentuk, seperti narasi, tabel dan dilengkapi

dengan gambar yang peneliti dapat selama penelitian berlangsung,

agar peneliti mudah untuk pengambilan kesimpulannya.

4. Penarikan kesimpulan (Conlusing Drawing/Verification)

Setelah selesai semua langkah-langkahnya, maka langkah terakhir

yang harus peneliti lakukan yaitu pengambilan kesimpulan dan

verifikasi data. Pengambilan kesimpulan peneliti bagi menjadi tiga

bagian sesuai dengan sub-fokus yang terdapat dalam penelitian, yakni

simbol, perilaku dan komunikasi. Tidak lupa juga peneliti menarik

kesimpulan keseluruhan sesuai dengan pertanyaan besarnya yakni


100

identitas yang dipertahankan dan seperti apa karakteristik penyiar

yang dibentuk oleh radio Ardan.

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Supaya menjadi terarah dan fokus, sebuah penelitian perlu memiliki

batasan lokasi dan waktu. Berikut adalah lokasi dan waktu dari penelitian ini.

3.6.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung. Hal ini karena Bandung adalah

daerah dan tempat PT. Ardan Radio berada. Lebih tepatnya Radio Ardan

terletak di Jl. Cipaganti No. 159 Bandung.

3.6.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan, terhitung sejak Februari 2015

sampai dengan Agustus 2015, dengan tabel waktu penelitian sebagai berikut:
101

Tabel 3.2
Waktu Penelitian

Bulan (Tahun 2015)


No Uraian Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
Pengumpulan
Judul
Persetujuan
Judul
Persetujuan
Pembimbing
Bimbingan
Judul
2. Pelaksanaan
BAB I
BAB II
BAB III
ACC draft
seminar UP
3. Seminar UP
Revisi setelah
UP
4. Penelitian
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentas
i
5. BAB IV
6. BAB V
Bimbingan
7. semua draft
skripsi
8. ACC skripsi
9. Sidang Skripsi

Sumber : Data Peneliti, 2015


MEMPERTAHANKAN IDENTITAS RADIO MELALUI
PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK PENYIAR

(Studi Kasus Tentang Mempertahankan Identitas Radio Melalui


Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada
Radio Ardan 105,9 FM Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)


Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

Marlinah
41811068

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2015
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

ABSTRACT .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 12

1.2.1. Makro ................................................................................................... 12

1.2.2. Mikro ................................................................................................... 12

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ...................................................................... 13

1.3.1. Maksud Penelitian ............................................................................... 13

1.3.2. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13

1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 14

1.4.1. Kegunaan Teoritis ................................................................................ 14

xi
1.4.2. Kegunaan Praktis ................................................................................ 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............ 16

2.1. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 16

2.1.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................ 16

2.1.2. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi .................................................... 20

2.1.2.1. Definisi Ilmu Komunikasi ............................................................. 20

2.1.2.2. Unsur Komunikasi ......................................................................... 23

2.1.2.3. Fungsi Komunikasi ....................................................................... 24

2.1.2.4. Tujuan Komunikasi ...................................................................... 26

2.1.2.5. Sifat Komunikasi .......................................................................... 28

2.1.2.6. Karakteristik Komunikasi ............................................................. 29

2.1.2.7. Proses Komunikasi ........................................................................ 31

2.1.2.8. Jenis Komunikasi .......................................................................... 33

2.1.2.8. Prinsip Komunikasi ....................................................................... 35

2.1.2.10. Bentuk-Bentuk Komunikasi ........................................................ 38

2.1.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi ......................................... 41

2.1.3.1. Definisi Komunikasi Organisasi ................................................... 41

2.1.3.2. Proses Komunikasi Organisasi ..................................................... 42

2.1.3.3. Fungsi Komunikasi Organisasi ..................................................... 42

2.1.4. Tinjauan Tentang Public Relations ..................................................... 45

2.1.4.1. Definisi Public Relations .............................................................. 45

2.1.4.2. Unsur-Unsur Hakiki Humas (Public Relations) ........................... 47

xii
2.1.4.3. Kegiatan Humas (Public Relations) .............................................. 48

2.1.4.4. Tujuan Humas (Public Relations) ................................................. 49

2.1.5. Tinjauan Tentang Marketing Public Relations .................................... 50

2.1.5.1. Definisi Marketing Public Relations ............................................. 50

2.1.5.2. Tujuan Marketing Public Relations ............................................... 51

2.1.5.3. Bentuk-Bentuk Marketing Public Relations .................................. 53

2.1.6. Tinjauan Tentang Identitas Perusahaan ............................................... 54

2.1.6.1. Definisi Identitas Perusahaan ........................................................ 54

2.1.6.2. Komponen Pembangun Identitas Perusahaan ................................ 57

2.1.6.3. Tujuan Identitas Perusahaan .......................................................... 59

2.1.7. Tinjauan Tentang Karakteristik Komunikator (Pemberi Informasi) ... 61

2.1.7.1. Definisi Karakteristik Komunikator (Pemberi Informasi) ............. 61

2.1.7.2. Karakteristik Komunikator Komunikator (Pemberi Informasi) .... 63

2.1.8. Tinjauan Tentang Penyiar Radio ......................................................... 64

2.1.8.1. Definisi Penyiar Radio ................................................................... 64

2.1.8.2. Karakteristik Penyiar Radio............................................................ 65

2.1.9. Tinjauan Tentang Radio Siaran ........................................................... 67

2.1.9.1. Definisi Radio Siaran ..................................................................... 67

2.1.9.2. Karakteristik Radio Siaran ............................................................. 68

2.2. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 70

2.2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................... 70

2.2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ......................................................... 77

xiii
2.2.3. Alur Pikir Penelitian ............................................................................ 79

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 80

3.1. Desain Penelitian ........................................................................................... 80

3.2. Teknik Penentuan Informan Penelitian ......................................................... 86

3.3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 89

3.3.1. Studi Pustaka ....................................................................................... 90

3.3.1.1. Studi Literatur ................................................................................ 90

3.3.1.2. Internet Searching .......................................................................... 91

3.3.2. Studi Lapangan ................................................................................... 91

3.3.2.1. Wawancara .................................................................................... 92

3.3.2.2. Observasi ....................................................................................... 93

3.3.2.3. Dokumentasi .................................................................................. 94

3.4. Uji Keabsahan Data ....................................................................................... 96

3.5. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 97

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 100

3.6.1. Lokasi Penelitian ............................................................................... 100

3.6.2. Waktu Penelitian ................................................................................ 100

BAB IV HASIL DAN PMBAHASAN PENELITIAN .................................. 102

4.1. Hasil Penelitian ........................................................................................... 103

4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 103

4.1.2. Deskripsi Identitas Informan ............................................................... 106

4.1.3. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................... 115

xiv
4.1.3.2. Simbol (Symbol) Penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio
Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar ............................................ 115

4.1.3.2. Perilaku (Behaviour) Penyiar dalam Mempertahankan Identitas


Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar ................................. 119

4.1.3.3. Komunikasi (Commnications) yang Dibangun Penyiar dalam


Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik
Penyiar ...................................................................................................... 125

4.2. Pembahasan ................................................................................................. 134

4.2.1. Simbol (Symbol) .................................................................................. 139

4.2.2. Perilaku (Behaviour) ........................................................................... 146

4.2.3. Komunikasi (Communication) ............................................................ 153

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 163

5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 163

5.2. Saran ........................................................................................................... 165

5.2.1. Saran Bagi Radio Ardan ...................................................................... 165

5.2.2. Saran Bagi Akademik .......................................................................... 165

5.2.3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................... 166

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 167

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 176

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ 268

xv
167

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Anggoro, M. Linggar. 2000. Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di

Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardianto, Elvinaro. 2011. Handbook of Public Relations “Pengantar

Komprehensif”. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. 2007. Komunikasi Massa Suatu

Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arief, Furchan. (1992). Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha

Nasional.

Bogdan, Robert dan Steven Taylor. 1975. Introducing to Qualitative Methods

Phenomenological. NewYork: A Wlley Interscience Publication.

Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

_______________.2003. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.
168

_______________.2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Creswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design : choosing among

five tradition. London : Sage Publication

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

_______________.2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_______________.2007. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

_______________.1991. Radio Siaran: Teori dan Praktek. Bandung: C.V Mandar

Maju.

Fombrun, Charles J. 1996. Reputation: Realizing Value from the Corporate

Image. Cambridge, Massachusetts: Harvard Business School Press.

Iriantara, Yosal. 2004. Manajemen Strategic Public Relations. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Jefkins, Frank. 1992. Public Relations. Jakarta: Erlangga.

Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di

Indonesia. Jakarta: Grafiti.

_______________. 2003. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya

di Indonesia. Jakarta: Grafiti.


169

Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta:

Erlangga.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi

Offset.

Ludlow, Ron dan Fergus Panton. 1992. The Essence of Effective Communication.

Prentice-Hall.

Merriam, Sharan B. 1998. Case Study Research in Education: A Qualitative

Approach. Jossey-Bass.

Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku

Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya

_______________. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Morissan & Wardhany. Andy. 2009. Teori Komunikasi: Tentang Komunikator,

Pesan, Percakapan Dan Hubungan. Bandung: Ghalia Indonesia

Morissan. 2013. Teori Komunikasi. Bandung: Kharisma Putra Utama


170

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

_______________. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

_______________. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

_______________. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ningrum, Fatmasari. 2007. Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter, & Repoter,

Jakarta: Penebar Plus.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Pelangi Aksara.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Riswandi, 2009. Ilmu Komunikasi (cetakan Pertama). Yogyakarta : Graha Ilmu.

Ruslan, Rosady. 1998. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi:

Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

_______________. 2001. Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi :

Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Rajawali Pers.

Pace, R. Wayne, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett. 1997. Techniques for

effective Communication. Addison-Wesley.


171

Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2000. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sendjaja, S. Djuarsa. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Soemirat, Soleh., dan Elvinaro Ardianto. 2008. Dasar-Dasar Public relations.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Solihat, Manap., Melly Maulin, dan Olih Solihin. 2014. Interpersonal Skill.

Bandung: Mujahid Press.

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. 2001. Human Communication. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta

Sutojo, Siswanto. 2004. Membangun citra perusahaan. Jakarta: PT Damar.

Stake, Robert E. 1995. The Art of Case Study Research. Sage Publications.

Tom Brannan. 1998. Pedoman Praktis Untuk Komunikasi Terpadu. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Van Riel. 1995. Principles of Corporate Communication. Prentice-Hall.

Lindlof Thomas R. 1995. Qualitative Communication Research Methods. Sage

Publications.
172

B. SKRIPSI

Ria Septiani. 2010. Strategi Public Relations Mobile Unit Departement Radio

Ardan 105.9 Fm Dalam Menarik Minat Masyarakat Kota Bandung

Untuk Menjadi Pendengarnya. Bandung: Universitas Komputer

Indonesia.

Ersita Pratiwi. 2010. Analisis Karakteristi Penyiar Radio Dahlia 101,5 FM

Bandung. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Aisha Putri Tania, 2012. Transformasi Identitas Radio (Studi Kasus Transformasi

Identitas Radio Prfm 107.5 Bandung Dari Format Radio Lifestyle

Menjadi Radio News). Bandung: Universitas Padjajaran.

Anggi Akbar Frima. 2013. Pola Komunikasi Komunitas Telusuri Jalur Liar

(TERJAL) Bandung dalam Mempertahankan Solidaritas Anggotanya.

Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Ardiansyah Nasution, 2010. Strategi Radio Prambors dalam Upaya

Mempertahankan Pendengar Siaran Putus Sama Nataya di Prambors

Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

C. INTERNET SEARCHING

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online tentang “Aku” dan “Kamu”. Melalui

http://www.kbbi.web.id/aku dan http://www.kbbi.web.id/kamu.

[29/07/15].
173

Kusmarni, Yani. Laporan Studi Kasus. Melalui

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5

&cad=rja&uact=8&ved=0CDMQFjAE&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.e

du%2FDirektori%2FFPIPS%2FJUR._PEND._SEJARAH%2F19660113

1990012-

YANI_KUSMARNI%2FLaporan_Studi_Kasus.pdf&ei=jQT7VJClFIaLu

wT0wYIg&usg=AFQjCNElO23RlmW9D7JnKDJg8Ieqv5oYQw&sig2=

AmzQi8IOV9nQ0aG3UdiQ9g. [05/03/15].

Dwitasari, Diyanti. 2012. Strategi Marketing Public Relations (MPR) Dalam

Proses Rebranding. Melalui

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1

&cad=rja&uact=8&ved=0CB8QFjAA&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id

%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F20289900-S-

Dwitasari%2520Diyanti.pdf&ei=kSr7VKfVPMP_ugTzxYGoBw&usg=

AFQjCNHNU7T58wHcPJYLGh-

_ljC801414A&sig2=j05NcIs88u8b0Mpt3qanmQ. [05/03/15].

Rahmat, Pupu Saeful. 2012. Jurnal Penelitian Kualitatif. Melalui

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5

&cad=rja&uact=8&ved=0CEAQFjAE&url=http%3A%2F%2Fyusuf.staf

f.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F11%2FJurnal-Penelitian-

Kualitatif.pdf&ei=iQv7VO71GZXluQSyh4CwAg&usg=AFQjCNGIN1p

BDvKdRN2NZkdv0plSEJcv_Q&sig2=s4vZdmG_Zo-OUMhj1NJqGw.

[05/03/15].
174

Alifahmi Hifni. Merawat Reoutasi Korporat. Melalui

http://www.theprworld.com/insight/expert/342-merawat-reputasi-

korporat. [05/03/15].

Ruliana, Vita. 2009. Pengaruh keterlibatan Pelanggan-Literatur. Melalui

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124146-

SK%20001%2009%20Rul%20p%20-%20Pengaruh%20keterlibatan-

Literatur.pdf. [06/03/15].

Suwandi, Iman Mulyana Dwi. Marketing Public Relations. Melalui

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=

4&cad=rja&uact=8&ved=0CD4QFjAD&url=https%3A%2F%2Foecono

micus.files.wordpress.com%2F2007%2F07%2Fmarketing-public-

relations.pdf&ei=jCr7VLrWEpSMuATRr4CwBQ&usg=AFQjCNHG-

cQgB6igjXnXooIIVZc5oFEXBg&sig2=dIr1JATw4jC3gg81QjZW_g.

[06/03/15].

USU Institutional Repository. Uraian Teoritis. Melalui

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1

&cad=rja&uact=8&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepositor

y.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F26250%2F4%2FChapter%2

520II.pdf&ei=-m4SVePcN9agugSIgoHICQ&usg=AFQjCNGSKmyo-

4JU4GI4CJRbBGtxZhW6Cg&sig2=UgpzQiM5BekcxP7uourtfA.

[06/03/15].
175

Universitas Sumatera Utara. 2013. Paradigma Konstruktivisme. Melalui

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38405/Chapter%2

0II.pdf;jsessionid=AB809F3F8AA3FD16D05CC679E734B73F?sequenc

e=3. [07/03/15].
268

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Marlinah

Nama Panggilan : Alina, Lina, Alin

Tempat, Tgl Lahir : Karawang, 13 Januari 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

No Handphone : 085694322995, 082120241445

Status : Belum Menikah

Tinggi Badan : 169 CM

Berat Badan : 58 Kg

Kewarganegaraan : Indonesia

Hobby : Traveling, Memasak, Berorganisasi.

Nama Ayah : Jenih (Joni)

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Anisah (Anis)

Pekerjaan : Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Citaman, RT / RW. 07 / 03. Kelurahan Taman Mekar,


269

Kecamatan Pangkalan, Karawang 41362

Motto : Tidak ada yang tidak bisa dilakukan selagi ada kemauan,

jangan pernah menyerah pada hidup karena Tuhan akan


selalu membimbing orang yang mau berusaha dan berdoa.

E-mail : alinadhe@gmail.com / alina_marlina@yahoo.co.id

Pendidikan Formal

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 1999 – 2005 SDN Taman Mekar 3 Berijazah

2. 2005 – 2008 SMPN 1 Pangkalan Berijazah

3. 2008 – 2011 SMKN 2 Karawang Berijazah

4. 2011 – 2015 Universitas Komputer Indonesia Sedang Menempuh

Pengalaman Organisasi

1. SMK

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2008 - 2009 Osis SMKN 2 Karawang Pengurus

2. 2008 - 2010 Paskibra SMKN 2 Karawang Anggota

3. 2009 - 2010 Paskibra SMKN 2 Karawang Sekretaris

2. Perguruan Tinggi

No. Tahun Uraian Keterangan


270

1. 2011 – 2012 Pers Kampus (Birama Unikom) Reporter

Ketua Divisi
Himpunan Mahasiswa Ilmu
2. 2012 - 2013 Pengabdian
Komunikasi Unikom
Masyarakat

3. 2012 - 2013 Pers Kampus (Birama Unikom) Redaktur

4. 2012 - 2013 Himpunan Mahasiswa Karawang Sekretaris

5. 2012 - 2013 Komunitas Peduli Sesama Bandung Anggota

Himpunan Mahasiswa Ilmu


6. 2013 - 2014 Wakil Ketua 2
Komunikasi Unikom

Pengalaman Kegiatan

No. Tahun Uraian Keterangan

Workshop “Jurnalistik Mahasiswa”


1. 2012 -
Bersama Dewan Pers

2. 2013 Mengajar di Rumah Bintang -

Menjadi Panitia Gerakan Ambil


3. 2013 Sampah di Prodi Ilmu Komunikasi -
Unikom

Menjadi Panitia Communication


4. 2013 Cup 5 Himpunan Mahasiswa Ilmu Bersertifikat
Komunikasi Unikom

Menjadi Panitia PMB Tahun


5. 2013 Bersertifikat
Akademik 2013/2014

6. 2013 Menjadi Panitia Wisuda Tahun Bersertifikat


271

Akademik 2012/2013

Menjadi Panitia Kegiatan Paskah di


7. 2013 Himpunan Mahasiswa Ilmu -
Komunikasi Unikom

Menjadi Panitia Seminar


Communiartion di Himpunan
8. 2013 Bersertifikat
Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Unikom

Menjadi Panitia Communication


9. 2014 Cup 6 Himpunan Mahasiswa Ilmu -
Komunikasi Unikom

Menjadi Panitia Kuliah Umum


10. 2014 Bersertifikat
“Elan Vital” di FISIP Unikom

Menjadi Panitia Seminar di FISIP


11. 2014 Bersertifikat
Unikom

Menjadi Panitia PMB Tahun


12 2014 -
Akademik 2014/2015

Menjadi Panitia Kuliah Umum dan


13. 2014 Perkenalan Dosen dan Karyawan di Bersertifikat
Lingkungan FISIP Unikom

Menjadi Panitia Pelatihan MC di


14. 2014 Bersertifikat
Prodi Ilmu Komunikasi

Menjadi Panitia Halal bi Halal


15. 2014 -
Kantor Pusat PT. Pos Indonesia

Menjadi Panitia 17an Kantor Pusat


16. 2014 -
PT. Pos Indonesia
272

Menjadi Panitia HUT PT. Pos


17. 2014 -
Indonesia ke-268

Pelatihan dan Seminar

No. Tahun Uraian Keterangan

Sebagai Peserta pada Kegiatan


1. 2011 “Shutter” yang dilaksanakan oleh Bersertifikat
Prodi IK dan PR Unikom

Sebagai Peserta pada Kajian


Spiritual Agama Islam yang
2. 2011 Bersertifikat
dilaksanakan oleh Prodi IK dan PR
Unikom

Sebagai Peserta pada Seminar


Public Speaking yang dilaksanakan
3. 2012 Bersertifikat
oleh Himpunan Mahasiswa Sastra
Inggris Unikom

Sebagai Peserta pada Table Manner


4. 2012 Course yang dilaksanakan oleh Bersertifikat
Prodi IK Unikom

Sebagai Peserta pada Talkshow


“Kreatif Menulis, Rejeki Tak Akan
5. 2012 Habis” bersama Raditya Dika oleh Bersertifikat
Himpunan Mahasiswa Sastra
Inggris Unikom

Sebagai Peserta pada Kuliah Umum


6. 2012 Bersertifikat
Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom
273

Sebagai Peserta pada One Day


Workshop Great Managing Event
7. 2012 Bersertifikat
“Master of Ceremony” oleh Prodi
IK dan PR Unikom

Sebagai Peserta pada One Day


Workshop Great Managing Event
8. 2012 Bersertifikat
“Event Management” oleh Prodi IK
dan PR Unikom

Sebagai Peserta pada Kegiatan


Leadership “Leadership Can Make
9. 2013 Bersertifikat
Intelegent of Leader” oleh
Himpunan Mahasiswa IK Unikom

Sebagai Peserta pada Talkshow


10. 2014 Citizen Journalism oleh Himpunan Bersertifikat
Mahasiswa IK Unikom

Sebagai Peserta pada Pra FIKOM


Festival “Urban Culture
11. 2014 Bersertifikat
Communication” oleh BEM
FIKOM UNISBA

Sebagai Peserta pada Seminar Anti


12. 2015 Plagiarisme oleh Prodi Ilmu Bersertifikat
Komunikasi Unikom

Bandung, Agustus 2015


Hormat Saya,

Marlinah
NIM. 41811068
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala

nikmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Proses Mempertahankan Identitas Radio Melalui

Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung”.

Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak menemukan kesulitan

dan hambatan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan

pengalaman peneliti, namun berkat arahan, dorongan serta bimbingan dari

berbagai pihak, dan kesungguhan peneliti dalam mengerjakan skripsi ini, akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya peneliti sampaikan kepada orang tua peneliti yaitu Ayah dan Ibu

yang selalu mendoakan peneliti, memberikan semangat, motivasi, dukungan moril

serta materi untuk kelancaran penelitian dan skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga peneliti mengucapkan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya kepada pihak yang sudah banyak membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

vi
1. Yth. Bapak DR. IR. H. Eddy Soeryanto Soegoto sebagai Rektor

Universitas Komputer Indonesia yang telah mengijinkan peneliti

melakukan studi di Universitas Komputer Indonesia.

2. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA sebagai Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

yang sangat berjasa dan telah menyetujui surat perijinan untuk Penelitian

yang peneliti ajukan.

3. Yth. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi yang telah banyak membantu peneliti, memberikan perijinan-

perijinan judul serta surat-surat yang peneliti ajukan, memberikan tanda

tangannya, serta semangat dan motivasinya yang telah diberikan kepada

peneliti.

4. Yth. Bapak Sangra Juliano P, M.I.Kom selaku sekretaris program studi

yang sangat banyak berjasa bagi peneliti, terimakasih atas masukannya,

sarannya, dukungan, do’a dan motivasinya yang selama ini telah diberikan

kepada peneliti.

5. Yth. Ibu Sri Dewi Setiawati, S.Sos., M.Si. selaku Pembimbing dalam

penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas waktunya, segala dukungan,

arahan, bimbingan, nasihatnya, serta persetujuan-persetujuan yang telah

diberikan kepada peneliti.

6. Yth. Ibu Tine Agustin Wulandari, M.I.Kom selaku Dosen Wali yang

telah memberikan arahan dan nasihatnya selama peneliti menyelesaikan

vii
skripsi ini, serta terimakasih atas persetujuan perwalian yang telah

diberikan kepada peneliti.

7. Yth. Seluruh Staff Dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi,

Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, Bapak Inggar Prayoga, M.I.Kom,

Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si, Bapak Olih Solihin, S.Sos.,

M.I.Kom, Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si, Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos.,

M.Si, dan Bapak DR. Ali Syamsudin, S.AG., M.Si.

8. Yth. Mba Astri Ikawati, A.Md.Kom selaku Sekretariat Program Studi

Ilmu Komunikasi yang telah memudahkan dan membantu peneliti dalam

pembuatan surat-surat yang dibutuhkan oleh peneliti dan memberikan

pelayanan yang baik kepada peneliti demi kelancaran dalam mengerjakan

skripsi ini.

9. Yth. Mas Gebyar selaku Produser, Mba Alke selaku staff di bagian

Public Relations, Mas Peter selaku Program Director, Mas Dimas, Mas

Haried, Mas Abhipraya, serta Indie, selaku penyiar dan produser yang

telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini, serta terimakasih atas

informasi-informasi yang telah diberikan.

10. Terimakasih untuk kedua kakak tersayang, Imas Suminar dan Maman

Firmansyah, S.Kom yang selalu memberikan nasihat dan menguatkan

peneliti dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini, terimakasih

juga untuk semangat dan dukungannya kepada peneliti.

11. Terimakasih Adik angkatku Denti Fatmawati dan adik sepupuku Siti

Aminah yang selalu memberikan semangatnya.

viii
12. Terimakasih untuk sahabat-sahabat seperjuangan, Dwika Ovelia

Friskandhi, Ria Apriyani, Shinta Nur Imansari, Deliana Zairina,

Shendi Rosyian D.C, Arieska Nabila, yang tak henti-hentinya

memberikan semangat dan dukungannya kepada peneliti, serta teman-

teman Humas 2, IK 2 dan IK angkatan 2011 yang sama-sama berjuang

dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

13. Terimakasih sahabatku Faisal Abdul Rahman, Regita Octaviane S, Siti

Sarah Juarsa dan Dea Indriawaty atas semangat dan doa yang selalu

diberikan.

14. Terimakasih kepada yang terkasih, Gilang Ginanjar yang selalu setia

menemani peneliti dalam penulisan skripsi ini, yang selalu memberikan

motivasi, semangat, serta do’anya.

15. Terimakasih Kak Imel, Bu Siti, dan Umi yang selalu memberikan

semangat serta selalu mendengarkan keluh kesah peneliti.

16. Terimakasih untuk Fajar Sodiq, Muhamad Kurnia, Achmad Fauzi

yang selalu memberikan semangat, do’a, motivasi, dan selalu menemani

saat peneliti merasa kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

17. Semua pengurus HIMA IK periode 2013-2014 dan Semua Demisioner

Birama, Iqbal, Fisa, Elly, Maulana, Lukman yang sedang sama-sama

berjuang untuk kelulusan.

ix
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat diterima dengan

sebaik-baiknya dan dapat bermanfaat, guna menyempurnakan hasil dari skripsi

ini, peneliti mengharapkan adanya saran dan masukan untuk skripsi ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2015

Peneliti

Marlinah
41811068

x
ii
iii

Anda mungkin juga menyukai