Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SKRIPSI

PROBLEMATIKA KARAKTER PEMUDA MILENIAL DALAM PERSPEKTIF AL-


QUR’AN TAFSIR QURAISH SHIHAB
(Studi Kasus Kampung Nelayan Kalibaru)

Dosen Pembimbing:

Abdullah Azzam Milenia

53020180092

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
Abstrak

Pendidikan karakter merupakan langkah pertama dan sangat penting, strategis dalam
membangun kembali jati diri bangsa dan menggalang pembentukan pemuda milenial bangsa
Indonesia baru. Pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif – analisis. Hasil kajian ini
menunjukkan bahwa membentuk seseorang yang berkarakter bukan suatu upaya yang mudah
dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk
membuat rentetan keputusan moral yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga
menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan proses panjang untuk membuat semua itu
menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Pendidikan karakter harus
melibatkan berbagai pihak, diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan sekolah atau pendidikan. Hal ini merupakan langkah utama yang harus dilakukan
untuk menyambung kembali hubungan dan jaringan pendidikan yang nyaris putus diantara
ketiga lingkungan pendidikan tersebut. Pembentukan sifat dan karakter pendidikan tidak akan
pernah berhasil selama tidak ada keharmonisan dan kesinambungan diantara ketiga
lingkungan pendidikan tersebut. Melihat kenyataan ini, membentuk karakter seseorang yang
berkualitas diperlukan pengaruh yang kuat dari keluarga, mayarakat, dan sekolah.

Kata kunci: pendidikan karakter, peran keluarga, masyarakat, dan sekolah

2
DAFTAR ISI

ABSTRAK..................................................................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................

BAB I Pendahuluan.....................................................................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................................................

B. Rumusan Masalah............................................................................................................................

C. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................

D. Manfaat Penelitian....................................................................................................................6

E. Kajian Pustaka............................................................................................................................6

F. Metode Penelitian.....................................................................................................................7

G. Sistematika Pembahasan...........................................................................................................7

BAB II Ayat-Ayat Pendidikan Karakter (Tafsir Quraish Shihab)..................................................................

A. Sejarah Singkat Hidup Quraish Shihab.......................................................................................9

1) Profil Masa Kecil Quraish Shihab...........................................................................................9


2) Riwayat Pendidikan Quraish Shihab......................................................................................10
3) Karier Quraish Shihab............................................................................................................10
B. Ayat-ayat Pendidikan Karakter................................................................................................11
1) Q.S Luqman ayat 12-14.............................................................................................................

2) Q.S Al-An'am ayat 151-153.......................................................................................................

3) Q.S Al-Hujurat ayat 11-


13......................................................................................................13

C. Tafsir Quraish Shihab.....................................................................................................................

1) Q.S Luqman ayat 12-14.............................................................................................................

2) Q.S Al-An'am ayat 151-153.......................................................................................................

3) Q.S Al-Hujurat ayat 11-13.........................................................................................................

BAB III Nilai - Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an..........................................

A. Pengertian Pendidikan Karakter....................................................................................................

B. Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Q.S. Luqman Ayat 12 – 14...................20

3
C. Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Q.S. Al-An'am ayat 151-153................22
D. Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 11-13..................23
BAB IV Peran Lingkungan Dalam Pendidikan Karakter......................................................................25
A. Lingkungan Keluarga................................................................................................................26
B. Lingkungan Sekolah.................................................................................................................27
C. Lingkungan Masyarakat............................................................................................................27
BAB V Penutup.........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................

4
5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mirisnya melihat penampakan pergaulan muda mudi saat ini yang begitu jauh dari
norma-norma maupun agama. Dimana sering terjadi pergaulan bebas, pesta miras,
pengonsumsian narkotika, tawuran (kerusuhan; perang antar golongan daerah maupun
kelompok), dan hal-hal yang kurang baik lainnya. Jangankan orang dewasa, anak-anak pun
saat ini sudah menjadi korban akibat meniru kebiasaan dari lingkungan sekitar yang kurang
baik. Yang seharusnya anak-anak itu dapat bersenang-senang, bermain permainan yang
mendidik dengan teman sebayanya. Namun saat ini permainannya berbeda, hal-hal yang
dinilai buruk mereka anggap baik karena sudah menjadi kebiasaan.
Rata-rata pergaulan dan perilaku diajarkan melalui kebiasaan dari orang tua maupun
lingkungan. Faktor utama karena kurangnya pendidikan ilmu pengetahuan, banyak dari
masyarakat yang tidak mengenyam bangku pendidikan, berhenti sebelum lulus SD, bahkan
lulus SD pun itu sudah yang paling bagus.
Kenapa itu dapat terjadi? Yang pertama karena faktor keluarga, kurangnya perhatian
dan arahan dari orang tua. Kedua karena faktor lingkungan, dimana banyak teman-teman
sebaya mereka yang tidak menyelesaikan pendidikannya dan ikut orang tuanya bekerja hanya
demi mendapatkan uang saku lebih untuk bermain game online, hunting, maupun kebutuhan
lain yang tidak diperlukan. Ketiga karena faktor ekonomi, rata-rata mata pencahariann warga
setempat adalah nelayan. Karena pendapatan atau penangkapan ikan yang tidak menentu
(terkadang banyak, terkadang sedikit, bahkan sampai tidak ada sama sekali) membuat
perekonomian warga tersendat, jika dapat untung untuk makan sehari-hari saja itu sudah
dianggap cukup.
Latar belakang yang menjadi pokok atau alasan utama penulis mengambil judul
“Problematika Karakter Pemuda Milenial Dalam Perspektif Al-Qur’an Tafsir Quraish
Shihab (Studi Kasus Kmapung Nelayan Kalibaru)” adalah karena pergaulan bebas yang
sudah di luar kendali, tawuran usia dini, dan kurangnya pemahaman agama dalam keluarga
maupun lingkungan. Penulis ingin membahas tuntas mengenai perilaku atau karakter yang
diajarkan di dalam Al-Qur’an, Hadis, dan Asunnah. Memberikan pengetahuan, pengajaran,
solusi, dan menerapkan pembentukan karakter yang seharusnya dimiliki dan diajarkan kepada
para pemuda milenial dan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hukum dan dasar berperilaku di dalam Al-Qur’an?

6
2. Bagaimana penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar berperilaku menurut tafsir
Quraish Sihab?
3. Bagaimana peran lingkungan dalam pembentukan karakter pemuda milenial?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membentuk karakter pemuda milenial sesuai kriteria yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
2. Menghasilkan bibit-bibit pemuda milenial sebagai agen perubahan.
3. Memberikan modal dasar pengetahuan keagamaan sebagai landasan, tameng.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis:
Dengan memberikan edukasi, pemahaman keagamaan dan ilmu pengetahuan mengenai
karakter yang dianjurkan Allah ‫ ﷻ‬dan Rasulullah ‫ﷺ‬, diharapkan para pemuda dapat
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dinilai buruk dan memulai dengan kebiasaan
yang lebih baik dan bermanfaat. Dan diharapkan kepada orang tua dapat mendidik,
memberikan contoh, dan menjadi panutan bagi anak-anaknya dan masyarakat disekitar
rumah.
2. Manfaat praktis:
Menyulut semangat juang pemuda milenial untuk menjadi agen perubahan bagi
lingkungan sekitar, baik perubahan kecil maupun besar. Perubahan baik yang diberikan
meskipun itu kecil, tapi jika dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang
dan menjadi sebuah kebiasaan hal tersebut akan menjadi perubahan yang besar dan sangat
berarti untuk lingkungan.
E. Kajian Pustaka
Sebelum dilakukan penelitian ini, penulis membaca sumber-sumber rujukan dari
beberapa kitab tafsir dan juga beberapa jurnal yang berhubungan dengan tema yang penulis
angkat. Beberapa jurnal yang digunakan yaitu:
(1). Yuliharti. 2018. Pembentukan Karakter Islami Dalam Hadis dan Implikasinya
Pada Jalur Pendidikan Non Formal. Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 4, No. 2.1 yang berisi
tentang upaya cerdas dan solutif untuk mengatasi problematika karakter remaja masa kini.
Upaya cerdas yang dimaksud adalah kembali kepada apa yang telah dilakukan Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dalam membina karakter umat Islam di Madinah. Pola pembentukan karakter
Nabi ‫ ﷺ‬menjadi suatu yang penting bagi perbaikan karakter dan akhlak pemuda bangsa ini.
(2). Endang Mulyatiningsih. 2011. Analisis Model-Model Pendidikan Karakter Untuk Usia
Anak-Anak, Remaja dan Dewasa. 2 yang berisi tentang model-model pendidikan karakter yang
1
Yuliharti, Pembentukan Karakter Islami Dalam Hadis dan Implikasinya Pada Jalur Pendidikan Non Formal,
(Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 4, No. 2. 2018), hlm. 218
2
Endang Mulyatiningsih, Analisis Model-Model Pendidikan Karakter Untuk Usia Anak-Anak, Remaja dan
Dewasa, (Yogyakarta: FT UNY, 2011), hlm. 17

7
telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil analisis meta menunjukkan bahwa model
pendidikan karakter disesuaikan dengan jenjang usia yaitu pada usia anak-anak sebagai
pembentukan, pada usia remaja bertujuan untuk pengembangan, sedangkan di usia dewasa
bertujuan untuk pemantapan. (3).Jito Subianto. 2103. Peran Keluarga, Sekolah,dan
Masyarakat Dalam Pembentukan Karakter Berkualitas. 3 Yang membahas tentang peran
penting lingkungan pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) dalam pembentukan
karakter pemuda untuk menciptakan pemuda bangsa yang berkarakter untuk memajukan
kehidupan dan kesejahteraan bangsa.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif – analisis, yang akan mencoba
menjawab rumusan masalah. Adapun jenis riset yang dipakai dalam penelitian ini adalah riset
tematik kontekstual, yakni cara memahami al-Qur’an dengan mengumpulkan ayat-ayat yang
setema untuk memperoleh gambaran yang utuh, holistik, dan komperhensif mengenai tema
yang dibahas, kemudian mencari makna yang aktual dan relevan untuk konteks masa kini.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode dokumentasi terhadap data primer dan
menggunakan metode observasi (wawancara). Data primer merupakan bahan-bahan
kepustakaan yang memiliki kaitan langsung dengan pembahasan, yaitu Tafsir Quraish Shihab
dan masyarakat kampung Nelayan Kalibaru.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan penelaahan
penelitian. Dalam laporan penelitian ini, sistematika pembahasan terdiri atas lima bab,
masing-masing uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini merupakan pendahuluan yang materinya sebagian besar
melengkapi usulan penelitian yang berisikan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II VARIABEL BEBAS
Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang mendasari pembahasan secara
terperinci yang memuat tentang tafsir ayat-ayat yang bertemakan
pembentukan karakter.
BAB III VARIABEL TERIKAT
Dalam bab ini membahas lebih mendalam mengenai kandungan-kandungan,
nilai- nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur’an.
BAB IV PEMBAHASAN VARIABEL BEBAS DAN TERIKAT

3
“PERAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BERKUALITAS |
Subianto | Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam.”

8
Dalam bab ini membahas mengenai hasil dari pengamatan dan penelitian
yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data-data dan informasi
mengenai peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan
karakter pemuda milenial.
BAB V PENUTUP
Terdapat beberapa kesimpulan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter yang
dapat diterapkan di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun pada
kurikulum sekolah.

BAB II
AYAT-AYAT PENDIDIKAN KARAKTER
(Tafsir Quraish Shihab)

9
Al-Qur’an adalah firman Allah yang dijadikan pedoman hidup oleh umat Islam yang tidak
ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Al-Qur’an mengandung ajaran-ajaran pokok; prinsip
dasar menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan dalam berbagai permasalahannya. Al-
Qur’an seperti sumber mata air yang tidak pernah kering ketika manusia mengambil dan
mengkaji hikmah kandungan Al-Qur’an. Kapan pun masanya Al-Qur’an selalu hadir secara
funsional untuk memecahkan permasalahan kemanusiaan, sudah tentu tergantung kemampuan
dan daya nalar setiap manusia.
Salah satu permasalahan yang sering diperbincangkan adalah masalah penddikan. Al-
Qur’an telah mengisyaratkan bahwa pendidikan itu sangat penting, terutama pendidikan
karakter (etika; adab; moral). Jika Al-Qur’an dikaji lebih mendalam, akan ditemukan prinsip-
prinsip dasar pendidikan yang dijadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka
membangun pendidikan yang bermutu.4

A. Sejarah Singkat Hidup Quraish Shihab5


1. Profil Masa Kecil Quraish Shihab
Quraish Shihab atau yang memiliki nama lengkap Prof. Dr. H. Muhammad
Quraish Shihab, M.A. adalah putra dari pasangan Abdurrahman Shihab dan Asma
Aburisy. Ayahnya merupakan keturunan keluarga Arab Hadhrami golongan
Alawiyyin bermarga Aal Shihāb-Uddīn.
Lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, 16 Februari 1944, Quraish Shihab
mengenyam pendidikan sekolah dasar di Ujung Pandang. Lalu memasuki sekolah
menengah di Pondok Pesantren Darul-Hadits Al-Faqihiyyah, Malang, Jawa Timur di
usia 12 tahun.
Berkat kecerdasannya dalam menguasai bahasa Arab, pria yang pada
Februari 2019 mendatang menginjak usia 75 tahun itu berhasil menyelesaikan
sekolah menengahnya hanya dalam kurun waktu 2 tahun.
Melihat kemampuan luar biasa tersebut, Quraish Shihab beserta adiknya,
Alwi Shihab dikirim ke Al-Azhar, Kairo oleh ayahnya untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Riwayat Pendidikan Quraish Shihab


Pada usianya yang ke 23 tahun, Quraish Shihab meraih gelar sarjana di
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits, Universitas Al-Azhar. Tak hanya
sampai di situ, Quraish Shihab melanjutkan studinya ke jenjang S2 di jurusan yang

4
Djunaid, “KONSEP PENDIDIKAN DALAM ALQURAN (Sebuah Kajian Tematik),” 139.
5
Shihab, Tafsir al-Mishbāh.

10
sama dan berhasil menyematkan gelar M.A nya dengan tesis berjudul Al-I’jaz at-
Tasyri’i li Al-Qur’an Al-Karim atau dalam bahasa Indonesia: Kemukjizatan Al-
Qur'an Al-Karim dari Segi Hukum.
Setelah meraih gelar M.A., ia kembali ke Tanah Air tepatnya pada tahun
1973. Ayahnya yang ketika itu menjabat sebagai rektor di IAIN Alauddin Makassar
memintanya membantu mengelola pendidikan di kampus tersebut.
Masa mudanya disibukkan dengan aktivitas di kampus seperti menjadi wakil
rektor bidang akademis dan kemahasiswaan. Selain itu, ia pernah menjadi
koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur, pembantu
pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental, dan berbagai
jabatan lainnya.
Setelah mengantongi dua gelar dari Kairo, Quraish Shihab masih belum puas
menuntut ilmu sehingga ia kembali untuk mengenyam pendidikan doktornya di
kampus yang sama, mengambil spesialisasi dalam studi tafsir Al-quran. Melalui
disertasinya, Quraish Shihab mendapat predikat summa cumlaude.
Quraish Shihab adalah ulama Indonesia pertama yang mengambil konsentrasi
Tafsir Al-Quran. Jika biasanya sebagian besar ulama memilih mempelajari ilmu fikih
dan hukum Islam, Quraish Shihab memilih jalan hidupnya sebagai seorang tafsir Al-
Quran.
Meskipun bukan satu-satunya pakar Al-Quran, tetapi kemampuannya
menerjemahkan dan menyampaikan pesan-pesan Al-Quran dalam konteks kekinian
membuatnya lebih dikenal. Kepiwaian ini pula yang kemudian dimiliki Najwa
Shihab, salah satu putrinya yang akrab di televisi

3. Karier Quraish Shihab


Sejak muda, Quraish Shihab sudah meniti karier di bidang pendidikan dan
berbagai bidang lain. Berkat peran ayahnya, Quraish Shihab memiliki pengalaman
terjun dalam dunia pekerjaan. Setelah mencicipi jabatan sebagai wakil rektor, Quraish
secara resmi bergabung sebagai tenaga pendidik di IAIN Jakarta mengajar bidang
Tafsir dan Ulum Al-Quran di Program S1, S2 dan S3 hingga tahun 1998.
Di samping pekerjaannya sebagai dosen, Quraish Shihab juga menjabat
sebagai rektor di kampus tersebut selama dua periode berturut-turut hingga 1998.
Selain itu, Quraish juga kerap aktif sebagai penulis hingga menghasilkan beberapa
buku tentang Islam yang terkenal.
Melihat potensinya, Quraish Shihab kemudian diangkat menjadi Menteri
Agama RI pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto pada tahun 1998.

11
Meskipun jabatannya sebagai Menteri Agama tidak lama karena lengsernya
Soeharto, Quraish Shihab mendapat amanah lain menjadi Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir merangkap
negara Republik Djibouti yang berkedudukan di Kairo.
Tak hanya itu saja, Quraish Shihab juga mendirikan Pusat Studi Al-Quran
dengan harapan untuk melahirkan tafsir Al-Quran handal yang dapat mengamalkan
isi Al-Quran.

B. Ayat-ayat Pendidikan Karakter


1. Q.S Luqman ayat 12-14
a. Ayat 12

 ‫مَحِ يد‬ ِِ ِ ِِ ِ ‫ولََق ْد آَتينَا لُْقما َن احْلِك‬


ٌّ ‫ْمةَ َأن ا ْش ُك ْر للَّه َو َم ْن يَ ْش ُك ْر فَِإمَّنَا يَ ْش ُك ُر لَن ْفسه َو َم ْن َك َفَر فَِإ َّن اللَّهَ َغيِن‬
َ َ ْ َ
Artinya: Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu,
"Bersyukurlah kepada Allah Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak
bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”

b. Ayat 13
ِ ‫ِ ِ ِإ‬ ِ ِِ ‫ِإ‬
ٌ ‫َو ْذ قَ َال لُْق َما ُن البْنه َو ُه َو يَعظُهُ يَا بُيَنَّ ال تُ ْش ِر ْك باللَّه َّن الش ِّْر َك لَظُْل ٌم َعظ‬
‫يم‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia
memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar.”

c. Ayat 14
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ‫صالُهُ يِف َع َامنْي ِ َِأن ا ْش ُك ْر يِل َول َوال َدي‬
 َّ ‫ك ِإيَل‬ َ ‫صْينَا اإلنْ َسا َن بَِوال َديْه مَحَلَْتهُ ُُّأمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬
َّ ‫َو َو‬
ِ
ُ‫الْ َمصري‬
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.

2. Q.S Al-An'am ayat 151-153


a. Ayat 151

12
‫قُ ْل َت َعالَ ْو ۟ا َأتْ ُل َما َحَّر َم َربُّ ُك ْم َعلَْي ُك ْم ۖ َأاَّل تُ ْش ِر ُكو ۟ا بِِهۦ َشْيـًٔا ۖ َوبِٱلْ َٰولِ َديْ ِن ِإ ْح َٰسنًا ۖ َواَل َت ْقُتلُ ٓو ۟ا َْأوٰلَ َد ُكم ِّم ْن‬

‫س ٱلَّىِت َحَّر َم‬ َّ ‫ش َما ظَ َهَر ِمْن َها َو َما بَطَ َن ۖ َواَل َت ْقُتلُو ۟ا‬
َ ‫ٱلن ْف‬
ِ ۟
َ ‫اه ْم ۖ َواَل َت ْقَربُوا ٱلْ َف َٰوح‬
ٰ
ُ َّ‫ِإ ْملَ ٍق ۖ حَّنْ ُن َنْر ُزقُ ُك ْم َوِإي‬
‫صٰى ُكم بِِهۦ لَ َعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُو َن‬
َّ ‫ٱللَّهُ ِإاَّل بِٱحْلَ ِّق ۚ ٰذَلِ ُك ْم َو‬
Artinya: Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-
anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya
kamu memahami(nya).

b. Ayat 152

‫َأشدَّهۥُ ۖ َو َْأوفُو ۟ا ٱلْ َكْي َل َوٱلْ ِم َيزا َن بِٱلْ ِق ْس ِط ۖ اَل‬ ِ ِ ۟


ْ ‫َواَل َت ْقَربُوا َم َال ٱلْيَتي ِم ِإاَّل بِٱلَّىِت ه َى‬
ُ ‫َأح َس ُن َحىَّت ٰ َيْبلُ َغ‬

َّ ‫ٱع ِدلُو ۟ا َولَ ْو َكا َن ذَا ُقْرىَب ٰ ۖ َوبِ َع ْه ِد ٱللَّ ِه َْأوفُو ۟ا ۚ ٰذَلِ ُك ْم َو‬
‫ص ٰى ُكم بِِۦه‬ ْ َ‫ف َن ْف ًسا ِإاَّل ُو ْس َع َها ۖ َوِإذَا ُق ْلتُ ْم ف‬
ُ ِّ‫نُ َكل‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرو َن‬
Artinya: Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah
janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.

c. Ayat 153

َّ ‫ٱلسبُ َل َفَت َفَّر َق بِ ُك ْم َعن َسبِيلِ ِهۦ ۚ َٰذلِ ُك ْم َو‬


‫ص ٰى ُكم بِِهۦ لَ َعلَّ ُك ْم‬ ۟ ِ ِ ِ
ُّ ‫يما فَٱتَّبِعُوهُ ۖ َواَل َتتَّبِعُوا‬ َّ ‫َو‬
ً ‫َأن َٰه َذا ص َٰرطى ُم ْستَق‬
‫َتَّت ُقو َن‬
Artinya: Kemudian Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa
untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan,
dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar
mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka.

13
3. Q.S Al-Hujurat ayat 11-13
a. Ayat 11
ٍ ‫ٰيَٓ َُّأيها ٱلَّ ِذين ءامنو ۟ا اَل يس َخر َقوم ِّمن َقوٍم عس ٰ ٓى َأن ي ُكونُو ۟ا َخيرا ِّم ْنهم واَل نِسٓاء ِّمن نِّس‬
‫ٓاء َع َس ٰ ٓى‬ َ ٌ َ َ ْ ُ ًْ َ ََ ْ ٌْ ْ َْ َُ َ َ َ
ِ ‫ب ۖ بِْئ‬
ِ ‫َأن يَ ُك َّن َخ ْي ًرا ِّم ْن ُه َّن ۖ َواَل َتل ِْم ُز ٓو ۟ا َأن ُف َس ُك ْم َواَل َتنَ َاب ُزو ۟ا بِٱَأْللْ َٰق‬
َٰ ‫سو ُق َب ْع َد ٱِإْل‬
‫يم ِن‬ ُ ‫ٱس ُم ٱلْ ُف‬
ْ ‫س ٱل‬
َ
‫ك ُه ُم ٱل ٰظَّلِ ُمو َن‬ ٰٓ
َ ‫ب فَُأ ۟ولَ ِئ‬ ْ ُ‫ۚ َو َمن لَّ ْم َيت‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

b. Ayat 12
۟ ِ ۟ ِ ‫ٰيََٓأيُّها ٱلَّ ِذين ءامنُو ۟ا‬
‫ضا‬ ُ ‫ض ٱلظَّ ِّن ِإمْثٌ ۖ َواَل جَتَ َّس ُسوا َواَل َي ْغتَب بَّ ْع‬
ً ‫ض ُكم َب ْع‬ َ ‫ٱجتَنبُوا َكث ًريا ِّم َن ٱلظَّ ِّن ِإ َّن َب ْع‬
ْ ََ َ َ
ِ ۟ ِِ ُّ ِ‫ۚ َأحُي‬
‫يم‬ ٌ ‫َأح ُد ُك ْم َأن يَْأ ُك َل حَلْ َم َأخيه َمْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َو َّٱت ُقوا ٱللَّهَ ۚ ِإ َّن ٱللَّهَ َت َّو‬
ٌ ‫اب َّرح‬ َ ‫ب‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.

c. Ayat 13

‫َّاس ِإنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن ذَ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َو َقبَٓاِئ َل لَِت َع َارفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْكَر َم ُك ْم ِع َند ٱللَّ ِه‬ ٰٓ
ُ ‫يََأيُّ َها ٱلن‬
ِ ِ‫َأْت َق ٰى ُكم ۚ ِإ َّن ٱللَّهَ َعل‬
ٌ‫يم َخبري‬
ٌ ْ
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

14
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

C. Tafsir Quraish Shihab6


1. Q.S Luqman ayat 12-14
a. Ayat 127
Sesungguhnya Kami telah memberikan Luqmân hikmah, ilmu dan kebenaran
dalam berkata. Dan Kami minta izin, "Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat
yang telah Dia berikan kepadamu. Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah,
maka semestinya ia mencari kebaikan untuk diri sendiri. Dan barangsiapa yang
mengingkari nikmat dan tidak mensyukurinya, maka Allah tidak memerlukan
rasa syukurnya. Dialah yang berhak dipuji, walau tak seorang pun pun yang
berhak-Nya. "

b. Ayat 138
Dan ingatlah kompilasi ia berkata pada pembahasan untuk membantunya, "Wahai
anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah dengan yang lain, karena
menyimpukan Allah adalah kezaliman yang besar. Karena, dalam hal ini, pilihlah
yang mendukung dan yang tidak pantas untuk disembah." (1) (1) Orang Arab
mengenal dua tokoh yang bernama Luqmân. Pertama, Luqmân bin 'Ad. Tokoh ini
begitu diagungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan dan
kepandaiannya. Ia kerap kali dibuat sebagai permisalan dan perumpamaan, dapat
dilihat pada banyak buku Arab klasik. Tokoh kedua adalah Luqmân al-Hakîm
yang terkenal dengan kata-kata bijak dan Namanya kemudian menjadi nama surat
ini. Ibn Hisyâm menceritkan bahwa Suwayd ibn al-Shâmit dari sebuah kompilasi
datang ke Mekah. Ia adalah seorang yang cukup dihormati di kalangan
mayarakatnya. Lalu Rasulullah mengajaknya untuk memeluk agama
Islam. Suwayd berkata kepada Rasulullah, "Mungkin apa yang ada padamu itu
sama dengan apa yang harus diterima." Rasulullah berkata, "Apa yang ada
padamu?" Ia menjawab, "Kumpulan Hikmah Luqmân." Kemudian Rasulullah
berkata, "Tunjukkanlah disetujui." Suwayd pun menunjukkannya, lalu Rasulullah
berkata, "Sungguh perkataan yang sangat baik! Tapi apa yang harus dilakukan
lebih baik dari itu. Apakah al-Qur'ân yang diturunkan Allah menerima saya untuk
menjadi petunjuk dan cahaya." Rasulullah lalu membacakan Al-Qur'an dan
6
Shihab.
7
Shihab dan Shihab, Surah al-Ankabût, Surah ar-Rûm, Surah Luqmân, Surah as-Sajdah, Surah al-Ahzâb, Surah
Sabaʾ, 291.
8
Shihab dan Shihab, 296.

15
mengajaknya memeluk Islam. Imam Milik juga sering menyitir kata-kata mutiara
Luqmân di dalam al-Muwaththa'-nya. Dalam beberapa buku tafsir dan
kesusasteraan, kata mutiara Luqmân sering ditemukan. Selain itu, tamsil ibarat
Luqmân dalam bentuk cerita dikumpulkan menjadi satu buku dengan judul
Amtsâl Luqmân. Namun, sayang, buku itu memiliki kelemahan dari segi diksi
dan gaya bahasanya di samping banyak mengandung kesalahan-kesalahan tata
bahasa dan morfologis. Tidak ada buku dengan judul itu dalam literatur Arab
klasik, disetujui dugaan buku ini disusun pada masa yang belum terlalu
lama. Banyak pendapat tentang siapa Luqmân al-Hakîm sebenarnya. Ada yang
mengatakan bahwa ia berasal dari Nûba, dari keluarga Aylah. Ada juga yang
menjawab dari Etiopia. Pendapat mengatakan bahwa ia berasal dari Mesir selatan
yang berkulit hitam. Juga ada yang membantah bahwa ia adalah seorang
Ibrani. Hampir semua orang yang berbicara tentang topiknya membahas Luqmân
bukan seorang nabi. Hanya sedikit yang membantah bahwa ia termasuk salah
seorang nabi. Kesimpulan yang dapat kita ambil dari publikasi-publikasi yang
dikutipnnya adalah itu bukan orang Arab. Para periwayat itu bersepakat untuk
mengatakan demikian. Ia adalah seorang yang bijak, bukan seorang nabi. Dan ia
telah memasukkan banyak kata bijak baru ke dalam literatur Arab yang kemudian
mereka pakai, diumumkan dapat ditemukan dalam banyak buku.

c. Ayat 149
Dan telah Kami perintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada orangtuanya,
dengan membawa yang harus diterima. Karena ia telah memakannya sehingga
menjadi semakin bertambah. Lalu isi itu sedikit demi sedikit membesar. Ibu
kemudian menyapihnya dalam dua tahun. Dan telah Kami wasiatkan,
"Bersyukurlah kepada Allah dan kedua orangtuamu. Kepada-Nyalah tempat
kembali untuk perhitungan dan pembalasan.

2. Q.S Al-An'am ayat 151-15310


a. Ayat 151
Katakan pula, "Kemarilah kalian, akan aku terangkan larangan-larangan yang
harus kalian perhatikan dan jauhi. Pertama, jangan menyekutukan Allah dengan
apa pun dan dalam bentuk apa pun. Kedua, jangan berbuat tidak baik (artinya:
harus berbuat baik) kepada orang tua. Perbanyaklah berbuat baik kepada
mereka. Ketiga, jangan membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan
9
Shihab dan Shihab, 290.
10
Shihab, Tafsir al-Mishbāh.

16
yang melanda kalian atau yang akan melanda mereka kelak. Kalian tidak
memberikan rezeki kepada mereka. Kamilah yang memberikan rezeki kepada
kalian dan kepada mereka. Keempat, jangan dekati perbuatan zina, sebab zina
adalah perbuatan yang sangat jelek dan hina. Larangan ini berlaku pada zina
yang tampak, diketahui oleh orang, juga pada zina yang tidak tampak dan hanya
diketahui oleh Allah. Kelima, jangan membunuh jiwa yang memang dilarang
karena tidak ada alasan yang sah, kecuali kalau membunuh itu dilakukan secara
benar, karena melaksanakan keputusan hukum. Allah sangat menekankan
perintah menjauhi larangan itu, sesuatu yang oleh akal sehat pun dinilai
demikian, agar kalian berpikir.

b. Ayat 152
Keenam, jangan menggunakan harta anak yatim kecuali dengan cara terbaik
yang dapat menjamin dan mengembangkannya, sampai ia mencapai usia dewasa
dan mampu mengatur sendiri keuangannya dengan baik. Saat itu, serahkan harta
itu kepadanya. Ketujuh, jagan mengurangi timbangan atau ukuran saat kalian
memberi dan jangan meminta lebih atau tambahan saat kalian menerima.
Lakukanlah timbangan itu secara adil semampu kalian. Allah tidak membebani
manusia kecuali sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya, tanpa merasa
terpaksa. Kedelapan, apabila kalian mengucapkan sesuatu tentang hukum,
persaksian, berita dan sebagainya, jangan sampai condong kepada perilaku tidak
adil dan tidak jujur. Lakukanlah itu tanpa melihat hubungan kebangsaan, warna
kulit, kekerabatan, dan sebagainya. Kesembilan, jangan melanggar janji kepada
Allah yang telah memberikan tugas. Juga, jangan mlanggar janji di antara sesama
kalian, berkenaan dengan urusan yang disyariatkan. Tepatilah semua janji itu.
Allah menekankan perintah menjauhi larangan ini kepada kalian, agar kalian
ingat bahwa ketentuan itu memang untuk maslahat kalian.

c. Ayat 153
Terakhir, kesepuluh, jangan kalian keluar dari ketentuan yang telah Aku
gariskan. Sebab, ketentuan- ketentuan itu adalah jalan lurus yang akan
mengantarkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ikutilah jalan itu dan jangan sekali-
kali mengikuti jalan lain yang tidak benar, yang telah ditolak Allah, agar kalian
tidak terpecah menjadi kelompok-kelompok dan golongan-golongan, dan tidak
menjauh dari jalan Allah yang lurus. Allah memutuskan untuk meminta larangan
itu, agar kalian tidak pernah-kali melanggarnya. "

17
3. Q.S Al-Hujurat ayat 11-1311
a. Ayat 11
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah laki-laki di antara kalian
mengolok-olok laki-laki yang lain. Sebab, boleh jadi mereka yang diolok-olok itu
lebih baik di sisi Allah daripada mereka yang mengolok-olok. Dan jangan pula
wanita-wanita Mukmin mengolok-olok wanita-wanita Mukmin yang lain.
Karena, boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik di sisi Allah dari mereka
yang mengolok-olok. Janganlah kalian saling mencela yang lain, dan jangan pula
seseorang memanggil saudaranya dengan panggilan yang tidak disukainya.
Seburuk-buruk panggilan bagi orang Mukmin adalah apabila mereka dipanggil
dengan kata-kata fasik setelah mereka beriman. Barangsiapa tidak bertobat dari
hal-hal yang dilarang itu, maka mereka adalah orang-orang yang menzalimi
dirinya sendiri dan orang lain.

b. Ayat 12
Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah prasangka buruk terhadap orang-
orang yang baik. Sebagian besar prasangka adalah dosa yang harus
diselesaikan. Janganlah kalian membiarkan dan mencari-cari aib dan cela orang-
orang muslim, dan jangan pula kalian saling menggunjing. Apakah salah seorang
di antara kalian senang menghabiskan bangkai saudaranya yang mati? Maka
bencilah perbuatan menggunjing, karena perbuatan menggunjing itu bagaikan
melibatkan bangkai saudara sendiri. Peliharalah dirimu dari azab Allah dengan
menaati semua perintah dan menjauhuhi segala larangan. Sesungguhnya Allah
Mahaagung dalam menerima pertobatan orang-orang yang mau bertobat, lagi
Mahaluas terima kasih-Nya terhadap alam semesta.

c. Ayat 13
Wahai manusia, sungguh Kami telah menciptakan kalian dalam keadaan
yang sama, dari satu asal: Adam dan Hawâ '. Lalu kalian Kami jadikan, dengan
keturunan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, tolong kalian saling kenal dan
saling menolong. Sesungguhnya orang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Allah sungguh Maha
Mengetahui segala sesuatu dan Maha Mengenal, yang tiada rahasia pun
tersembunyi bagi-Nya.

11
Shihab.

18
BAB III
NILAI - NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN

19
A. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan secara umum dapat diartikan proses yang bertujuan membangun intelektual,
moral, keterampilan, bahkan fisik seseorang sehingga sasaran pendidikan itu lazimnya
membangun pribadi seseorang secara komprehensif meliputi olah fikir, olah hati, olah raga, olah
karsa, dan keterampilan. Dengan kata lain pendidikan membangun kecerdasan intelektual,
kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial. 12
Pengertian pendidikan karakter menurut para ahli, yaitu:
Pendidikan karakter menurut Muhammad Fakry Gaffar adalah sebuah proses transformasi
nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Sedangkan menurut Ratna Magawati, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk
mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberi kontribusi yang positif kepada
lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses
pemberian tuntunan kepada anak didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hat dimensi hati, pikir, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan
pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan watak yang bertujuan untuk memberikan keputusan baik
buruk, memelihara yang baik, dan mewjudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.13
Dalam buku yang disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ada delapan belas budaya karakter bangsa, yaitu: 14
(1) Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
sesama pemeluk agama.
(2) Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
(3) Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.
(4) Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh kepada berbagai
peraturan dan ketentuan.
(5) Kerja Keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

12
Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia,” 234.
13
“Pemandangan PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PRESPEKTIF ISLAM,” 201.
14
Fitri, “PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF AL-QURAN HADITS,” 39.

20
(6) Kreatif, yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru
dari sesuatu yang telah dimiliki.
(7) Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
(8) Demokratis, yaitu cara berfikir dan bersikap serta tunduk yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dengan orang lain.
(9) Rasa lngin Tahu, yaitu selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajarinya.
(10) Semangat Kebangsaan, yaitu cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
(11) Cinta Tanah Air, yaitu cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulan dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan bangsa.
(12) Menghargai Prestasi, yaitu yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati
keberhasilan orang lain.
(13) Bersahabat, yaitu tindakan yang memperlihatkan senang berbicara dan bergaul dengan
orang lain.
(14) Cinta Damai, yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.
(15) Gemar Membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
(16) Peduli Lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upayaupaya untuk
memperbaiki kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
(17) Peduli Sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan bantuan.
(18) Tanggung Jawab, yaitu sikap dan tindakan yang selalu menerima konsekwensi setiap
perbuatan dan tindakan dengan tidak menyalahkan orang lain.

B. Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Q.S. Luqman Ayat 12 – 14


Ibnu Qayyim al-Jauwziyah membagi hikmah dalam katagori teoretis (nazariyah) dan
praktis (‘amaliyah). Pertama: hikmah teoretis (‘ilmiah atau nazariyah) hikmah ilmiah atau
nazariyah yaitu mengetahui hakikat sesuatu beserta hubungannya dengan sebab-sebab
penciptaannya, dari sisi kadar dan syariat. Kedua: hikmah praktis (‘amaliah) maksudnya ialah
menempatkan sesuatu pada tempatnya, dimana bagian ini memiliki tiga tingkatan yaitu:

21
memberikan sesuatu sesuai kebutuhannya dan tidak melampaui batas, tidak mendahului dan
tidak mengakhirkan dari waktunya, jadi hikmah itu menjaga tiga hal di atas dari segala
aspeknya.
Aplikasi syukur menurut al-Mawardi meliputi empat hal yaitu: Pertama,
memuji/mengucapkan syukur atas nikmat tersebut. Kedua, tidak mendurhakai nikmat. Ketiga,
mengakui nikmat pada hakikatnya datang dari Allah ‫ﷻ‬. Keempat, taat atas perintah-Nya.15

1. Pada ayat 12 Surah Luqman terdapat nilai karakter yaitu syukur, yakni bersyukur kepada
Allah ‫ﷻ‬., dan barang siapa yang bersyukur maka pada dasarnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri.
Secara umum kaidah bersyukur menurut al-Qasimi memiliki beberapa kaidah, yaitu:
Patuhnya orang yang bersyukur kepada yang disyukuri, mencintainya, mengakui
nikmatnya, memuji nikmatnya dan tidak menggunakan nikmat itu untuk hal yang
dibencinya. Inilah prinsip bersyukur, jika salah satunya tidak ada maka belum sempurna
syukurnya.16
2. Pada ayat 13 Surah Luqman terkandung nilai pendidikan karakter yaitu bijaksana, yaitu
wasiat Luqman terhadap anaknya menggambarkan idealitas kebijaksanaan Luqman
dalam bentuk perintah dan larangan yang memuat ajaran berbuat baik terhadap manusia,
berbuat baik terhadap kedua orang tua dan ajaran mengikuti jalan hidup orang mukmin.
3. Pada ayat 14 Surah Luqman terkandung nilai pendidikan karakter yakni amal saleh,
bersikap dan berperilaku yang menunjukkan ketaatan dan berbuat baik kepada kedua
orang tua (birrul wãlidain) dengan jalan bersyukur kepada Allah ‫ﷻ‬., dan bersyukur
kepada kedua orang tua dengan jalan berbuat baik kepada kedua orang tua ditunjukkan
dengan sikap lemah lembut, menghindari kekerasan perilaku dan tutur kata, ikut
meringankan beban atau tanggungan orang tua.
Dapat dipahami bahwa taat kepada Allah ‫ﷻ‬., hukumnya wajib, demikian pula taat
kepada kedua orang tua, hanya saja menurut al-Maraghi taat kepada Allah ‫ﷻ‬., itu mutlak
dan taat kepada kedua orang tua hukumnya sangat dianjurkan. Jika kedua orang tua
memerintahkan berbuat syirik, maka tidak wajib ditaati.

Mengenai urgensi kisah Luqman ini, yang termuat dalam al-Qur’an merupakan
petunjuk dan rahmat bagi orang yang berbuat baik. Kisah ini menceritakan contoh ideal dari
wasiat mutiara hikmah orang bijak.8 Hal ini merupakan bukti bahwa Qur’an sangat bijaksana

15
Arif, “Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Al-qur'an (Studi Qs Luqman,” 17.
16
Al-Qâsimî, Tafsir al-Qasimi al-masamma mahasin al-ta’wil.

22
karena menerangkan mutiara hikmah, dan menjelaskan perintah serta larangan dan metode
wasiat dari orang yang bijaksana.17

C. Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Q.S. Al-An’am Ayat 151-153
Dalam Surah Al-An’am terdapat nilai-nilai karakter yang patut digali dan
dikembangkan lebih lanjut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di masyarakat. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalam
Q.S.al-An’am ayat 151-153 adalah taqwa, kasih sayang, tanggung jawab, cinta damai, peduli
sosial, dan adil. Semua ini merupakan hal yang perlu ada dalam diri seseorang agar ia
mampu manjadi insan kamil. Nilai taqwa yang terdapat pada karakter religius merupakan
karakter yang kompleks.18
1. Pada ayat 151 terdapat nilai-nilai karakter yaitu, nilai religius. Dimana dalam hal ini ada
larangan untuk tidak menyekutukan Allah ‫ﷻ‬., yang diartikan dalam hal ini lebih kepada
menjaga ketauhidan seseorang agar tidak terjerumus kepada jalan yang salah. Terdapat
nilai akan cinta damai yang di tunjukan oleh sikap atau tingkah laku agar berbuat baik
kepada kedua orang tua, kemudian larangan untuk membunuh anak karena takut
kemiskinan, hal ini merupakan salah satu nilai kepedulian sosial dimana adanya sikap
saling menghargai akan hak setiap manusia, tidak bersikap semena mena akan orang
lain, serta harus mengetahui akan apa yang Allah ‫ﷻ‬., perintahkan dan apa yang
dilarang-Nya.
2. Dalam ayat 152 terdapat nilai karakter peduli sosial yang ditunjukkan dengan adanya
larangan mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat .
Dalam arti tidak diperbolehkan kepada siapapun akan harta anak yatim itu sendiri
apalagi sampai dipergunakan untuk kepentingan pribadi yang tentunya itu tidak boleh
dilakukan.
Dengan cara menjaga harta anak yatim maka secara tidak langsung bahwa itu
merupakan sesuatu hal yang mencerminkan bahwa kita memiliki sikap peduli sosial
terhadap sesama dan tentunya itu merupakan sesuatu yang baik. Adapun diperbolehkan
menggunakan akan harta anak yatim itu dengan cara yang baik dan tentunya
bermanfaat dan maslahat bagi orang lain.
Dalam ayat 152 terdapat nilai kejujuan serta keadilan dengan adanya rasa
tanggungjawab atas apa yang menjadi tnggungjawabnya, baik itu dilakukan kepada

17
Arif, “Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Al-qur'an (Studi Qs Luqman,” 211.
18
Fitri dan Tantowie, “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QURAN SURAH AL-AN’AM AYAT 151-153
DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Analisis Terhadap Tafsir
Al-Munir Karya Wahbah Az-Zuhaili),” 84.

23
orang lain ataupun terhadap dirinya sendiri. Jadi tidak adanya diskriminasi antara dirinya
dan orang lain dalam hal apapun yang sesuai dengan syariat Islam.
Ini dikemukakan untuk mengingatkan bahwa memang dalam kehidupan sehari-hari
tidak mudah mengukur, apabila menimbang, yang benar-benar mencapai kadar adil
yang pasti. Tetapi kendati demikian, penimbang dan penakar hendaknya berhati-hati
senantiasa melakukan penimbangan dan penakaran itu semampu mungkin.
3. Dalam ayat 153 terdapat nilai karakter yaitu nilai rasa ingin tahu, dimana dengan cara
kita mencari tahu bagaimana mengikuti jalan yang benar sehingga tidak mengikuti jalan
yang salah, yaitu dengan cara melakukan perintah Allah ‫ﷻ‬., yang tentu baik bagi
makhluk-Nya dan tentunya hal tersebut ada pada Ridha-Nya. 19

D. Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Q.S. Al-Hujurat Ayat 11-13
Islam adalah agama kemanusiaan, dalam arti bahwa ajaran-ajarannya sejalan dengan
kecenderungan alami manusia menurut fitrahnya yang abadi (perennial). Salah satu fitrah
yang abadi itu adalah manusia akan tetap selalu berbeda-beda sepanjang masa. Hanya sikap
manusianya yang berbeda-beda dalam menanggapinya jika perbedaan itu disikapi dengan
baik tanpa perselisihan maka ini termasuk rahmat dari Allah ‫ﷻ‬., dan akan membawa
kebahagiaan, tapi jika diterima dengan perselisihan dan perpecahan maka akan menjadi
pangkal kehancuran.20
Islam juga mengajarkan tentang menata hubungan berdasarkan prinsip keadilan
sosial sehingga tidak terdapat kesenjangan yang tidak terlalu jauh yang dapat menimbulkan
konflik diantara sesama Muslim. Diantara prinsip-prinsip sosial tersebut antara lain:
1. Prinsip saling mengenal (ta’aruf). Saling berkenalan dan memahami satu sama lain
akan melahirkan sifat empati, yaitu merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang
lain.
2. Prinsip saling menolong (ta’awun). Prinsip ini berawal dari kesadaran keterbatasan
manusia serta kebutuhan hidup terhadap orang lain, karena manusia termasuk makhluk
sosial yang tidak bias hidup sendiri (homosocius).
3. Prinsip toleransi (tasamuh). Sikap saling menerima terhadap prinsip yang dipegang atau
dianut oleh orang lain, tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Islam mendorong umatnya
untuk bekerja sama dalam berbagai segi kehidupan dengan siapa saja, termasuk dengan
umat beragama lain sepanjang kerja sama dilakukan untuk kebaikan. Dalam kehidupan
sehari-hari semua orang mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya tanpa ada
perbedaan baik pria maupun wanita, kaya dan miskin, dan beragam suku bangsa, ras

19
Fitri dan Tantowie, 93.
20
Azamiyah, “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur‟an Surah Al-Hujarat.”

24
maupun bahasa. Dengan demikian akan tercipta kehidupan damai, sejahtera, adil,
makmur dan sentosa.
4. Prinsip persaudaraan ( ukhuwah ). Persaudaraan pada dasarnya lahir dari kedekatan
keturunan atau pertalian darah. Akan tetapi pada perkembangannya persaudaraan tidak
selalu berkaitan dengan kesamaan keturunan. Esensi dari persaudaraan adalah adanya
keakraban dan kasih sayang yang membentuk sikap dan perilaku yang khas dalam
bentuk kepedulian dan perhatian.

25
BAB IV
PERAN LINGKUNGAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Lingkungan pendidikan mencakup segala materiil dan stimuli di dalam dan di luar diri individu,
baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kulutral. faktor-faktor penting lingkungan
pendidikan dalam implementasi pendidikan adalah: 21
1. Manusia
Pada dasarnya pengetahuan berada dalam pikiran manusa. Disamping sebagai sumber
pengetahuan, pada dasarnya juga merupakan pelaku dari proses pembelajaran. Tingkat
pergaulan antar sesama dan pergaulan dengan orang di sekitar akan memberikan dampak pada
kemampuan seseorang (peserta didik) dalam menginternalisasi suatu nilai dan norma
kehidupan.
2. Kepemimpinan
Peran yang sangat kritis yang harus dijalankan pemimpin adalah membangun visi dan misi
yang kuat, yaitu visi dan misi yang dapat menggerakkan semua anggota organisasi untuk
mencapai visi dan misi tersebut. Kepemimpinan merupakan proses yang mencakup pemberian
motivasi bagi anggota organisasi, pengaturan orang, pemilihan saluran komunikasi yang
paling efektif, dan penyelesaian konflik. Pola kepemimpinan dari pimpinan institusi
pendidikan dan tenaga pendidik akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas proses
pendidikan karakter bagi para pembelajar. Pola kepemimpinan dari pimpinan institusi
pendidikan dan tenaga pendidik akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas proses
pendidikan karakter bagi para pembelajar.
3. Teknologi
Teknologi adalah penerapan sains secara sistematis untuk memanfaatkan alam di sekelilingnya
dan mengendalikan gejala-gejala yang dapat dikendalikan oleh manusia dalam proses
produktif yang ekonomis. Teknologi merupakan seperangkat alat untuk membantu aktivitas
manusia dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat
yang mencangkup dalam pencapaian suatu tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi
mampu mendorong efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran berbasis pendidikan karakter.
4. Organisasi
Organisasi merupakan bidang studi yang mencakup teori, metode, dan prinsip dari berbagai
disiplin ilmu guna mempelajari persepsi individu, nilai-nilai, kapasitas pembelajaran individu,
dan tindakan-tindakan saat bekerja dalam kelompok dan dalam organisasi secara keseluruhan,
menganalisis akibat lingkungan eksternal terhadap organisasi dan sumberdayanya, misi,

21
“Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter | Ali Ramdhani | Jurnal Pendidikan
UNIGA,” 34.

26
sasaran, dan strateginya. Pola dan bentuk organisasi akan memberikan pengaruh nyata
terhadap efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran berbasis pendidikan karakter.

A. Peran Keluarga
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat
atau pemerintah. Sekolah sebagai pembentuk lanjutan pendidikan dalam keluarga, karena
pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah di dalam keluarga. 22
Tidak dapat dipunkiri bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
pendidikan karakter. Banyak anggapan yang menyatakan bahwa keluarga merupakan
pendidik karakter yang pertama dan utama. Orang tua merupakan guru dalam pendidikan
karakter yang memupnyai pengaruh yang begitu besar dan bertahan lama karena hubungan
orang tua dan anak berlangsung sepanjang masa, tidak dapat diputus oleh siapa pun atau
dengan sebab apa pun.
Hubungan orang tua dan anak mengandung hubungan khusus yang begitu kuat atau
biasa disebut ikatan batin. Sebagai modal utama pendidikan karakter bekal minimal harus
disiapkan oleh orang tua. Dengan demikian, akan terlihat pentingnya peran orang tua/keluarga
dalam membentuk karakter anak.23 Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan anak
mengenai masalah keyakinan (agama), akhlak dan hukum-hukum fiqih serta kehidupan
manusia.
Peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya.
2. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anaknya.
3. Mewujudkan kepercayaan.
4. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan ketenangan jiwa anak-
anak.
5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan karakter pertama dan utama haruslah
diberdayakan kembali. Dalam perspektif Islam, keluarga sebagai “madrasah mawaddah wa
rahmah” tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang.
Berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan Anas r.a, “keluarga yang baik memiliki
empat ciri. Pertama, keluarga yang memiliki semangat (ghirah) dan kecintaan untuk
mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan sebaik-baiknya untuk kemudian
mengamalkan dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan seharihari. Kedua, keluarga di
mana setiap anggotanya saling menghormati dan menyayangi; saling asah dan asuh. Ketiga,

22
“PERAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BERKUALITAS |
Subianto | Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,” 337.
23
Kunci, “CHARACTER EDUCATION MANAGEMENT,” 304.

27
keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi) tidak berlebih-lebihan; tidak foya-foya atau tidak
serakah dalam usaha mendapatkan nafkah; sederhana atau tidak konsumtif dalam
pembelanjaan. Keempat, keluarga yang sadar akan kelemahan dan kekurangannya; dan
karena itu selalu berusaha meningkatkan ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya
melalui proses belajar dan pendidikan seumur hidup (min al-mahdi ila al-lahdi).”24

B. Peran Sekolah
Jika dilingkungan rumah/ keluarga, anak dapat dikatakan “menerima apa adanya”
dalam menerapkan sesuatu perbuatan, maka dilingkungan sekolah sesuatu hal menjadi
“mutlak” adanya, ini menunjukkan bahwa pengaruh sekolah sangat besar dalam membentuk
pola pikir dan karakter anak.
Sekolah, pada hakikatnya tidaklah semata-mata tempat di mana guru menyampaikan
pengetahuan melalui berbagai kurikulum pelajaran. Sekolah juga merupakan lembaga yang
mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai. Pembentukan
karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai.
Sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian.
Usaha pembentukan watak melalui sekolah, secara bersamaan dapat juga dilakukan melalui
pendidikan nilai. Sekolah merupakan sarana yang secara langsung dirancang untuk
memberikan pendidikan. Karena kemajuan zaman, maka keluarga kurang mampu memenuhi
seluruh kebutuhan dan aspirasi anak terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat, semakin
penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses
pembangunan masyarakat itu sendiri.
Sistem pendidikan dan lingkungan sekolah yang mengayomi dapat memacu kemauan
setiap anak untuk mengembangkan rasa bangga pada diri mereka untuk selalu berusaha
mencapai kemampuan terbaik mereka sebagai seorang yang seimbang dan berkembang secara
utuh untuk mengembangkan kualitas dan keterampilan yang diperlukan sebagai pembelajaran
sejati dan sebagi bagian dari masyarakat global. 25

C. Peran Masyarakat
Masyarakat juga memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan
karakter pemuda bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah
orang yang lebih tua yang “tidak dekat“, “tidak dikenal“ “tidak memiliki ikatan keluarga“
dengan anak tetapi saat itu ada dilingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak.
24
“PERAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BERKUALITAS |
Subianto | Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,” 339.
25
“PERAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BERKUALITAS |
Subianto | Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,” 348.

28
Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam
melakukan suatau perbuatan.
Lingkungan masyarakat sudah jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan
penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter. Peran serta masyarakat
dalam pendidikan memang sangat erat sekali berkait dengan pengubahan sudut pandang
masyarakat terhadap pendidikan karakter. Akan tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan
dari sekarang, kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat
dengan tingkatan maksimal dapat diperolah dunia pendidikan.
Masyarakat sebagai pusat pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah,
mempunyai peranan sifat dan fungsi yang berbeda. Setiap masyarakat dimanapun berada pasti
memiliki karakteristik tersendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda
dengan masyarakat lain nya. Norma-norma yang terdapat dilingkungan masyarakat harus
diikuti dan ditaati oleh warganya dan norma-norma itu sangat berpengaruh dalam
pembentukan karakter warganya dalam bertindak dan bersikap.
Masyarakat tidak terlepas dalam pembahasan masalah pendidikan anak, baik
akademis maupun non akademis. Dan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dalam
rencana pengembangan pendidikan.26
Contoh-contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh masyarakat:
1. Membiasakan gotong royong.
2. Membiasakan untuk selalu perduli dan menrawat fasilitas umum. Seperti tidak
membuang sampah sembarangan, tidak coret-coret fasilitas umum, dan lain-lain.
3. Menciptakan rasa peduli terhadap sesama.
4. Menjunjung tinggi persaudaraan antar sesama.
5. Menanamkan rasa bertanggung jawab.
6. Saling menghargai atas setiap perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA

26
“PERAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BERKUALITAS |
Subianto | Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,” 349.

29
Al-Qâsimî, Jamâl al-Dîn. Tafsir al-Qasimi al-masamma mahasin al-ta’wil. Dar al-Fikr, 1978.
Arif, Muh. “Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Al-qur’an (Studi Qs Luqman: 12-19).” Irfani 11,
no. 1 (2015): 29308.
Azamiyah, Azamiyah. “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur‟an Surah Al-Hujarat: 11- 13.”
TADARUS 6, no. 1 (16 November 2017).
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Tadarus/article/view/935.
Djunaid, Hamzah. “KONSEP PENDIDIKAN DALAM ALQURAN (Sebuah Kajian Tematik).”
Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 17, no. 1 (18 Juni 2014): 139–50.
https://doi.org/10.24252/lp.2014v17n1a10.
Fitri, Anggi. “PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF AL-QURAN HADITS,” 2018, 30.
Fitri, Sofia Ratna Awaliyah, dan Tanto Aljauharie Tantowie. “NILAI-NILAI PENDIDIKAN
KARAKTER DALAM AL-QURAN SURAH AL-AN’AM AYAT 151-153 DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Analisis Terhadap Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Az-Zuhaili).” Tarbiyat Al-Aulad :
Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini 1, no. 1 (15 Mei 2018).
http://riset-iaid.net/index.php/TA/article/view/100.
Kunci, Kata. “CHARACTER EDUCATION MANAGEMENT.” Jurnal Pendidikan Karakter, 2013,
7.
“Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter | Ali Ramdhani | Jurnal
Pendidikan UNIGA.” Diakses 8 Desember 2019.
http://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/view/69/70.
“Pemandangan PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PRESPEKTIF ISLAM.” Diakses 19
November 2019. http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/kabilah/article/view/
1724/1273.
“PERAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER BERKUALITAS | Subianto | Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam.”
Diakses 6 Desember 2019.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/757/726.
Raharjo, Sabar Budi. “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia.” Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan 16, no. 3 (10 Mei 2010): 229-238–238.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i3.456.
Shihab, M. Quraish, dan M. Quraish Shihab. Surah al-Ankabût, Surah ar-Rûm, Surah Luqmân, Surah
as-Sajdah, Surah al-Ahzâb, Surah Sabaʾ. Cetakan V. Tafsîr Al-Mishbâẖ, Pesan, Kesan, dan
Keserasian al-Qurʾan / M. Quraish Shihab ; 10. Jakarta: Lentera Haiti, 2012.
Shihab, Moh Quraish. Tafsir al-Mishbāh: pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an. Cet. 6. Ciputat,
Jakarta: Lentera Hati, 2005.

30

Anda mungkin juga menyukai