Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Broadcasting Radio
TAHUN 2021
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYIAR
Dalam bahasa inggris, penyiar disebut announcer (arti harafiah: orang yang
mengumumkan). Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), penyiar adalah orang
yang menyiarkan atau menyeru pada radio. Menurut M. Habib sebagaimana dikutip oleh
Harley Prayudha dalam bukunya yang berjudul Radio (Penyiar It’s Not Just A Talk)
memberikan pengertian bahwa penyiar adalah, “ seseorang yang bertugas menyebarkan
(syair) suatu atau lebih informasi yang terjamin akurasinya dengan menggunakan radio
dengan tujuan untuk diketahui oleh pendengarnya,dilakasanakan,dituruti,dan dipahami. 1
Selain melakukan siaran, penyiar juga disebut DJ (Disk Jockey), yakni perangkai
lagu, karena ia menyajikan lagu-lagu dan “bersuara” sebagai “lirik” atau perangkai antar
lagu. Suara dan pembicaraan penyiar jika “pas” dengan lagu-lagu yang diputar akan
menambah kenikmatan pendengar dalam mendengarkan lagu 2.
Pada umumnya penyiar adalah juru bicara stasiun radio siaran. Bahkan, penyiar
adalah “ujung tombak” stasiun radio, sukses tidaknya sebuah acara ditentukan oleh
penyiarnya. Penyiar adalah seorang penampil yang melakukan pekerjaan penyiaran,
menyajikan produk komersial, menyiarkan berita/informasi, akting sebagai pembawa
acara atau pelawak, menangani olahraga, pewawancara, diskusi, kuis dan narasi .3
Seorang penyiar profesional dituntut untuk mengetahui banyak hal, sebagai tolak
ukur kualitas dan daya tarik dirinya, tetapi bukan untuk menggurui. Apalagi untuk hal
yang sedang hangat dibicarakan orang (hot issues) mulai dari infotainment (informasi
tentang selebritis, musik, film, dan lain-lain), olahraga, ekonomi (kenaikan BBM, kurs
mata uang), sampai hal yang terjadi disekitar kita (lokal).Kelebihan media radio
dibandingkan dengan media lainnya adalah informasi yang disampaikan secara cepat dan
1
Prayudha, Harley. (2006). Penyiar it’s Not Just a Talk.( Malang : Bayu Media Publishin) Hlm 9
2
Irawanti Said, Fungsi Sosial Siaran Radio (Cet. I ; Alauddin University Press, 2012), h. 140.
3
Irawanti Said, Fungsi Sosial Siaran Radio (Cet. I ; Alauddin University Press, 2012), h. 141-142.
sifat lokalnya (local content) yang menjadi kekuatan media radio. Seorang penyiar atau
siapa saja yang berkomunikasi melalui radio siaran perlu memperhatikan sifat-sifat
pendengar radio yakni selain bersifat pribadi (personal), anonim, heterogen, selektif,dan
aktif.
Sasaran komunikasi seorang penyiar bejumlah jutaan orang,tetapi jumlah orang
yang demikian banyak itu terdiri dari unit-unit kecil,seseorang atau sebuah keluarga yang
terdiri dari suami istri tanpa atau dengan anak. Seseorang yang berkomunikasi dengan
pendengarnya adalah bagaikan sedang bertamu kepada sebuah rumah. Baginya penghuni
rumah tersebut anonim. Ia tidak kenal kepadanya. Sebagai seorang tamu yang berkunjung
kepada orang yang tidak dikenalnya, jelas ia harus ramah. Dan karena orang-orang yang
didatangi itu heterogenada jendral, direktur jendral, pegawai negri, petani, nelayan,
mahasiswa, anak-anak, kakek-kakaek, yang berpendidikan SD sampai universitas, dan
lain sebagainya maka informasi yang disampaikan kepada tuan rumah harus dapat
diterima, dimengerti, dan menarik perhatian, dan selanjutnya semuanya berminat untuk
melakukan apa yang diserukan si penyiar.
Tetapi “kedatangan” penyiar itu kerumah pendengar akan diterima dengan senang
hati apabila sang penyiar bersikap ramah dan simpatik. Pendengar sifatnya selektif ; ia
akan mencari memutar-mutar jaurm gelombang pesawat radionya mencari stasiun lain.
Ini dapat diartikan,pendengar akan “mempesilahkan seorang penyiar pergi”, dan akan
mencari penyiar lain dengan acaranya yang lebih menarik.
Berdasarkan hal diatas,ditinjau dari seni berbicara (speech), pekerjaan penyiar
merupakan suatu pekerjaan yang benar-benar khas (Highly Specialized). Pekerjaan
tersebut memang dapat dipelajari seperti pekerjaan lainnya, tetapi untuk menjadi penyiar
seseorang harus memiliki kwalifikasi yang tepat dan keinginan untuk memahirkan
dirinya dalam lapangan penyiar radio.
1. Karakteristik Penyiar (Annoncer)
Menjadi seorang penyiar radio dimasa sekarang ini paling tidak dapat memenuhi 4
kriteria, yaitu:
a. DJ As Sales Person
Penyiar mempunyai peranan untuk membuat pendengar tertarik, antusias, dan
ingin kembali mendengarkan lagu-lagu yang diputar. Selain lagu, penyiar juga
harus bisa membuat pendengar berminat untuk men dengarkan spot iklan yang
diputar, mengikuti pesan-pesan didalam spot iklan tersebut dengan rasa ingin tahu
bahkan mempercayai semua pesanpesan yang disampaikan. Penyiar adalah sales
personyang mampu mengemas seluruh komponen“barang dagangannya” yang
berupa lagu, iklan dan informasi.
b. Penyiar Sebagai Sahabat Pendengar
Televisi biasanya diletakkan disuatu ruang yang cukup lega agar dapat ditonton
secara bersama-sama, berbeda dengan radio yang memiliki sifat lebih pribadi dan
lebih intim. Pakar komunikasi bahkan mengatakan “Radio is a portable friend”,
sahabat yang bisa dibawa kemana-mana bahkan ditempat pribadi sekalipun yaitu
tempat tidur atau kamar mandi. Karena sifat radio yang pribadi itulah maka
seorang penyiar harus berusaha menjadi sahabat yang baik bagi pendengarnya.
Sebagai sahabat yang punya derajat yang setara, pendengar biasanya tidak suka
penyiar yang terlalu monoton, kasar, sombong, suka melecehkan, merendahkan
bahkan menghina pendengar. Jadi pendengar suka penyiar yang bisa dijadikan
sahabat yang hangat, wajar dan tidak dibuat-buat.
c. Pendengar: Orang Kedua Tunggal
Penyiar menyapa pendengarnya harus akrab, dilandasi suasana intim, sangat
personal, direndahkan volumenya tetapi tetap memiliki power sehingga terdengar
seperti sedang bercakap-cakap dengan sahabatnya, dan menyapa pendengarnya
dengan “anda” atau “kamu” bentuk kata ganti orang kedua tunggal dengan
menggunakan idiom-idiom. Bahasa percakapan layaknya sedang berbicara
dengan temannya.
d. Personality Lebih Penting daripada Suara yang bagus
Bukan hanya karakteristik suara atau kemampuan vokal tetapi juga karakteristik
kepribadian bahwa menjadi seorang penyiar dituntut untuk lebih terbuka, lebih
bisa familiar dengan orang-orang. Pada umumnya pendengar lebih tertarik pada
apa yang dibicarakan penyiar dan bagaimana penyiar itu menyampaikannya
daripada bagus tidaknya suara penyiar tersebut. Seorang penyiar adalah salah satu
sumber kepercayaan dan sumber informasi bagi pendengar, sehingga penyiar
harus jujur dalam menyampaikan informasi, jika informasi belum pasti jangan
disampaikan karena akan mericuhkan pendengarnya jika informasi yang
disampaikan ternyata tidak benar, selain itu penyiar juga haru hangat, bersahabat,
berpengetahuan luas, serta kritis, sehingga informasi yang diberikan bermutu dan
dapat dipercaya.
Hubungan akrab seperti itu akan menyebabkan pula stasion radio yang
diwakili penyiar simpatik tersebut, selalu mendapat perhatian utama. Satu hal lain
yang tidak kurang pentingnya ialah kondisi badan yang selalu harus dijaga oleh
penyiar agar tetap sehat.
4. Teknik Penyiar
Sebelum mengudarakan suaranya, seorang penyiar perlu melakukan persiapan
yang seksama agar dalam pengutaraannya nantitidak terbata-bata. Ia pun dituntut
harus mampu memelihara kualitas gayadalam menyampaikan pesan secara lazim dari
pada cara membawakanyang agresif. Penyiar harus pula dapat menggunakan
beberapa variasi dalam teknik membacanya termasuk variasi dalam kecepatan
bicaranya,menekankan kata-kata kunci ke dalam sub idea yang bermakna. Penyiar
yang baik menggunakan kata atau kalimat dan pengucapannya yang tepat, jelas dan
selalu mengupayakan hal itu bukan merupakan sesuatu yang sulit dilakukan.8
8
Tommy Surapto. 2013. Radio Penyiaran. (Yogyakarta : Media Pressindo) hlm 102
Hal apa saja yang akan diudarakan sebaiknya dipelajari dahulu. Pada umumnya ada
dua teknik yang biasa digunakan oleh penyiar dan initergantung dari jenis bahan yang
harus diudarakan.
a. Teknik ad libitum
Ad libitum berarti berbicara santai sebagaimana seseorangmenghendakinya. Penyiar
yang berbicara secara ad libitummelakukannya bebas tanpa naskah. Memang penyiar
yang berbicarabebas dan fasih yang disenangi pendengar, tetapi bebas dan fasih
9
dengan bahasa yang benar tata bahasanya, jelas dan tegas pengutaraannya.
Penyiar yang menggunakan teknik ini harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Menggunakan bahasa sederhana, yaitu bahasa sehari-hari yang biasa
digunakan dalam percakapan antarpribadi (bahasa tutur).
2) Mencatat terlebih dahulu pokok-pokok penting yang akan disampaikan
selama siaran agar sistematis dan sesuai waktu yang tersedia. Penyiar
berbicara dengan bantuan catatan tersebut (using note)
3) Menguasai information behind information, yakni memahami
keseluruhan informasi yang disajikan dan hal-hal lain yang ada
kaitannya dengan informasi yang disampaikan. Dengan begitu, penyiar
bisa berimprovisasi dalam siaran secaran proposional dan tidak
melantur (out of context).
4) Menguasai istilah-istilah khusus (jargon) dalam bidang-bidang
tertentu, sehingga pembicaraan tampak berkualitas dan meyakinkan.
Dalam siaran berita sepakbola misalnya, penyiar harus menguasai
istilah-istilah seperti corner, tendangan first time, striker, ball
posession, dan sebagainya.
5) Menguasai standarisasi kata, antara lain standar pengucapan slogan
atau motto stasiun radio, sapaan pendengar (station call, listener call),
terminologi musik atau lagu, frekuensi, dan line telepon yang bisa
dihubungi pendengar untuk minta lagu, berkomentar, atau berinteraksi
dengan penyiar atau narasumber.
9
Effendy. (1978). Radio Siaran Teori dan Praktek. Bandung : Alumni. Hlm 131
6) Mencegah atau menghindari pengucapan kata-kata yang tidak wajar
atau melanggar rasa susila, misalnya kata-kata cabul, menyinggung
perasaan, atau melecehkan suku dan pemeluk agam tertentu
(melanggar SARA). 10
12
Romli Asep S.M. (2009) Jurnalistik Praktis. Bandung : Remaja Rosdakarya . Hlm. 48
yang akan membentuk nuansa alami (tidak dibuat-buat). Ini akan menjadi sebuah
daya pikat yang luar biasa untuk menarik pendengar.Bertutur luwes akan terwakili
oleh gaya individu karena tema (materi) yang sederhana sekalipun akan menjadi lebih
menarik setelah diolah dengan kemampuan berbahasa dan air personality yang baik
dari seorang penyiar (Wardana, 2009 : 90).
B. REPORTER TELEVISI
Reporter televisi adalah seorang yang membuat suatu karya jurnalistik yang akan
ditayangkan dimedia televisi, dimana reporter berita ialah seorang yang bertugas
mengumpulkan berita, menentukan lead berita, menulis dan menyusunnya menjadi
sebuah laporan, lalu melaporkan hasil liputannya untuk disiarkan melalui media televisi.
Disamping memahami ilmu jurnalistik, reporter yang baik harus kreatif dalam
mengolah peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai jurnalistik. Reporter televisi yang baik,
juga harus bisa menjadi penyaji berita yang baik, dalam hal ini ia tak hanya dituntut bisa
menulis berita secara baik dan benar, namun ia pun dituntut untuk bisa menyampaikan
berita dengan ucapan kata-kata yang baik didepan kamera, memiliki mimik serta ekspresi
yang menunjang (Body language), yang menjadikan beritanya bisa tersampaikan secara
baik kepada khalayak. Hal lain yang tidak bisa ditinggalkan oleh seorang reporter adalah
ia harus mengikuti setiap perkembangan berita yang ia laporkan sebelumnya, hal ini guna
melaporkan perkembangan peristiwa tersebut serta menambahkan laporan dari berita
sebelumnya. 14
Para penyiar di televisi, secara generic, biasa dikenal dengan sebutan presenter. Di
Indonesia, pada sekitar era 1980-an, mereka disebut sebagai TV Announcer, atau penyiar
televisi. Kemudian sesuai dengan perkembangan zaman, sebutannya berubah menjadi tv
presenter.15 Presenter berita atau yang sering disebut dengan newsanchor adalah orang
yang membawakan, mengantarkan atau memandu acara berita di televisi.16
Seorang penyiar berita harus memiliki kredibilitas, otoritas, berkepribadian kuat,
komunikatif, profesionalitas yang tinggi, penampilan kejelasan dan kejernihan suara dan
volume suara yang prima. Tugas penyiar berita tidak hanya sekedar membaca naskah
berita yang telah disajikan redaktur, tetapi ia juga harus bisa menuturkan, menyampaikan
atau menyajikan sehingga harus mampu meyakinkan pemirsa.
1. Karakteristik Reporter
Menurut Ben G. Henneke dalam bukunya The Radio Announcer’s Handbook (1954),
kecakapan yang harus dimiliki penyiar meliputi:17
a. Komunikasi gagasan (communications of ideas).
b. Seorang penyiar harus mampu menyampaikan gagasan, pemikiran, atau informasi
dengan baik dan mudah dipahami pendengar.
c. Komunikasi kepribadian (communications of personality).
d. Proyeksi kepribadian. Penyiar harus memproyeksikan dirinya sebagai pribadi yang
memiliki hal-hal berikut:
15
Anita Rahman, Teknik & Etik Profesi TV Presenter, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2016), h 15
16
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, ( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
2005), h 172 .
17
Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter & Script Writer, (Bandung:
Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), h. 34.
1) Keaslian (naturalness)
2) Kelincahan(vitality)
3) Keramahtamahan(friendliness)
4) Kesanggupan menyesuaikan diri (adaptability)
5) Pengucapan (pronouncation) yang jelas dan benar atas setiap kata atau istilah yang
dikemukakan.
e. Kontrol suara (voice control), meliputi pola titinada (pitch), kerasnya suara
(loudness), tempo (time), kadar suara (quality).
Menjadi seorang presenter didepan layar kaca dapat mempengaruhi persepsi dan
penerimaan pemirsa televisi. Seorang presenter yang tampak memiliki itegritas dan
kecerdasan mampu menghipnotis pemirsa untuk menyaksikan tayangan berita atau
tayangan talk show. Berikut karakteristik yang harus dimiliki oleh presenter, diantaranya
adalah:18
b. Kecerdasan pemikiran
Salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh presenter adalah memiliki
kecerdasan pemikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya
penyesuaian, serta daya ingatan yang kuat. Hal ini memang diperlukan karena seorang
presenter harus memiliki kecerdasan pemikiran, hal tersebut akan meningkatkan
18
Baraya TV, “Menjadi Presenter Televisi yang Baik”, http://kiatmandiri.wordpress.com/2012/10/04/menjadi-
presenter-televisi -yang-baik/, Diakses tanggal 8 April 2021.
kepercayaan khalayak audien terhadap program berita tersebut sehingga nantinya akan
meningkatkan kualitas program tersebut.
c. Kontrol suara
Selain yang tersebut diatas, presenter juga harus dapat menguasai kontrol suara.
Penyampaian vokal yang baik kita bisa dapat melalui penguasaan sebagai berikut:
1) Pernafasan
Untuk berbicara didepan khalayak audien, diperlukan ruang suara yang solid agar
dapat menyampaikan kalimat yang lebih panjang dari biasanya.
2) Ekspresi
Suara yang baik tidak akan berarti tanpa adanya ekspresi yang baik. Tiga elemen
penting yang harus diperhatikan dalam ekspresi adalah :
a) Pitch (tinggi rendah suara)
b) Pace (kecepatan berbicara)
c) Phrasing (pemenggalan kalimat)
d. Berwibawa
Menjadi seorang presenter hendaknya memiliki wibawa yang mantap. Dengan
wibawa yang mantap dapat menimbulkan kepercayaan penonton untuk melihat program
acara tersebut.
e. Bahasa Tubuh
Penggunaan bahasa tubuh yang baik dan benar dapat mempermudah seorang
presenter dalam menyampaikan sesuatu. Dalam beberapa kasus, bahasa tubuh ternyata
lebih komprehensif daripada kata-kata. Bahasa tubuh dalam konteks presenter terbagi
menjadi:
1) Pakaian
2) Gerakan tubuh atau postur
3) Kontak Mata
4) Gerakan Tangan
5) Ekspresi Wajah
2. Tugas Reporter
di Indonesia, seorang wartawan identik dengan mereka yang bekerja dimedia
massa cetak, dan istilah reporter cenderung digunakan untuk mereka yang bekerja di
televisi atau radio. Padahal mereka memiliki tugas yang sama, yaitu memiliki keahlian
serta kewenangan khusus untuk mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan
menyebarluaskan informasi melalui media massa atau elektronik.19
Bisa dikatakan tugas reporter secara umum adalah memberikan laporan
pandangan mata dari fakta dan informasi yang ia temukan dilapangan. Ia memilki tugas
yang jauh lebih penting jika dibandingkan petugas lainnya di lapangan. Seorang reporter
bisa bertugas sebagai seorang wartawan serta penyiar. Yang dimaksud dari hal ini
adalah:20
1. Reporter sebagai wartawan
Sebagai penyiar, reporter mampu secara fasih dan spontan berbicara didepan
kamera, suaranya harus enak didengar disertai artikulasi dan intonasi yang benar dan
jelas. Karena saat dilapangan dan melaporkan berita secara langsung, seorang reporter
akan menemukan gangguan secara teknis maupun non teknis.
19
Jani Yosep. To Be a Journalist, Menjadi Jurnalis TV, Radio dan Surat kabar yang Profesional. Yogyakarta. Graha
Ilmu. 2009. Hlm. 44
20
Morissan. Op.Cit,, Hlm. 51
3. Peran Reporter
Dalam mengolah berita hingga menjadikan berita suatu laporan yang akan
diketahui oleh seluruh khalayak, seorang reporter melalui tahapan-tahapan dimana ia
akan melakukan tugas serta perannya, yaitu:
Tahap observasi
Dalam mencari data / berita seorang reporter biasanya telah menampati pos-pos
tertentu, dimana biasanya ditempat tersebut sering ditemukan informasi
yang penting untuk diinformasikan, namun terkadang seorang reporter juga
mendapatkan berita dari undangan sebuah instansi atau peusahaan yang berniat
melaksanakan konferensi pers.
Ada beberapa langkah yang dilakukan reporter dalam memperoleh data
21
Jani Yosep. Op.cit, hlm. 83
22
Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta . LPTP Kanisius. 1998.
Hlm. 20
dilapangan: 23
1. Sebaiknya mempersiapkan pertanyaan terlebih dahulu dan datang ditempat lebih awal,
sehingga mendapat tempat serta posisi kamera yang bagus
2. Mengamati jalannya suatu peristiwa dan mencatat orang yang terikat didalam peristiwa
tersebut, siapa pembicara serta jabatannya
3. Menyimak pertanyaan dari reporter lain, serta Mencatat serta menganalisa pendapat yang
disampaikan oleh nara sumber berita yang berhubungan dengan peristiwa.
4. Melakukan wawancara dengan orang-orang tertentu guna mendapat keterangan tetang
latar belakang peristiwa atau pandangan-pandangan mengenai peristiwa tersebut.
5. Mencari dan mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya dari beberapa sumber yang
terpercaya.
6. Fakta yang diperolehny haruslah diteliti kebenaraan serta keakuratannya, check and re
check.
7. Menyusun laporan dari observasi lapangan dengan baik dan teliti
8. Sebaiknya tidak meninggalkan ruangan konferensi pes sebelum selesai.
9. Beberapa reporter biasanya akan melakukan wawancara tambahan guna mendapatkan
soundbyte yang tidak dimiliki reporter lain.
23
Morissan, Op.Cit, Hlm. 58
24
Dedy Iskandar Muda. Jurnalistik Media Televisi “Menjadi Reporter Profesional . Bandung. Rosda. 2003. Hlm 86
Hal yang perlu diperhatikan dalam suatu wawancara yaitu posisi narasumber
dalam wawancara. Pertama kali seorang reporter harus memperkenalkan dirinya kepada
sang nara sumber sebelum berlangsungnya wawancara. Reporter harus mampu
bernegosiasi dengan nara sumber agar kesepakan antara dua belah pihak saling
menguntungkan dan memuaskan tanpa berlangsung dibawah tekanan oleh pihak – pihak
tertentu. 25
26
Ada beberapa jenis wawancara yang biasanya digunakan:
1. Live interview
Adalah wawancara yang dilakukan secara langsung distudio, dengan
mengundang orang yang diwawancarai.kegiatan juga bisa dilakukan
dilapangan. Pada “live interview” yang bertindak sebagai pewawancara adalah penyiar
atau reporter yang lokasinya berada
disatu ruang studio berita yang sama.
2. Interview by appointment
Suatu wawancara dimana seorang reporter meminta kesediaan nara sumber untuk
diwawancarai, biasanya dilakukan seorang reporter dengan terlebih dahulu melakukan
janji yang disepakati secara bersama. hal tersebut dilakukan karena reporter bertemu
dengan nara sumber yang dianggap punya informasi yang snagat perlu untuk dilaporkan
kepada khalayak. Wawancara jenis ini adalah rekaman sehingga akan melalui proses
tahapan penyuntingan baik durasi ataupun isinya.
3. Press conference
Wawancara yang dilakukan pada saat berlangsungnya konferensi pers. Peristiwa
ini biasanya terdapat banyak wartawan media ataupun elektronik.
4. On the spot interview
Wawancara yang dilakukan ditempat kejadian peristiwa tersebut berlangsung,
wawancara dilakukan terhadap orang-orang biasa yang menjdi saksi mata peristiwa
tersebut.
5. Telephone interview
25
Mursito.BM. Penulisan Jurnalistik Konsep dan Teknik Penulisan Berita. Solo. SPIKOM. 1999. Hlm. 47
26
Dedy Iskandar Muda, Loc.Cit. Hlm. 94
Wawancara yang dilakukan via telepon, wawancara dilakukan dengan orang lain
sebagai sumber berita atau bisa juga dilakukan dengan reporter lapangan. Pemilihan
wawancara jenis hanya dilakukan dalam suatu kedaaan yang darurat demi mnegejar
aktualitas berita.
6. Vox pops
Vox pops yang juga berarti suara rakyat, merupakan wawancara yang biasanya
dilakukan ditempat serta waktu yang bersamaan kepada beberapa orang khalayak biasa
guna meminta pendapat mereka mengenai suatu permasalahan.
Semua bentuk wawancara diatas bisa bejalan dengan baik, bila reporter
mengetahui teknik memformulasikan pertanyaan sebagai berikut:
27
Drs.Ishadi SK,MSc. Dunia Penyiaran Prospek dan Tantangannya. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka Utama. 1999.
Hlm. 16
bersama team work divisi pemberitaan menjadi suatu informasi yang siap untuk
diketahui oleh khalayak dari media televisi.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ashadi Siregar,dkk. (1999) Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa.
Yogyakarta . LPTP Kanisius.
Iskandar Muda, Deddy. 2005. Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Jani Yosep. (2009) To Be a Journalist, Menjadi Jurnalis TV, Radio dan Surat kabar yang
Profesional. Yogyakarta. Graha Ilmu
Prayudha, Harley. (2006). Penyiar it’s Not Just a Talk. Malang : Bayu Media Publishing.
Rahman, Annisa. 2016. Teknik & Etik Profesi TV Presenter, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.