Anda di halaman 1dari 5

C.

Sumber Penulisan Feature


Sebelum menulis sebuah feature, kita perlu membersiapkan bahan atau sumber
penulisannya. Sebaiknya kita mengumpulkan sumber sebanyak mungkin agar isi dari tulisan kita
tidak hambar dan dapat menyentuk emosi pembaca. Tetapi juga perlu diingat bahwa yang akan
dimasukkan ke dalam tulisan merupakan bahan-bahan yang memang diperlukan. Tidak apa-apa
bila sebagian dari sumber yang kita kumpulkan ternyata tidak berguna dalam menuliskan
feature, tetapi mempersiapkan semua dengan sebaik mungkkin akan membuat kita lebih leluasa
dalam menulis.
Dalam pengumpulan sumber penulisan feature dapat dilakukan dengan dokumentasi, observasi,
dan wawancara. Jika memang riset sangat diperlukan dalam pengumpulan sumber, maka bisa
dilakukan.1
1. Dokumentasi
Jika pembuatan feature dilakukan dengan turun lapangan, maka kita perlu menyiapkan
data yang dibutuhkan nantinya melalui dokumentasi. Pengumpulan data bisa berupa
kumpulan masalah yang akan kita olah. Dengan mengumpulkan data terlebih dahulu, kita
tidak akan membungn-buang waktu karena tidak ada persiapan. Kita perlu memahami
objek yang akan kita tangani terlebih dahulu. Biasanya pengumpulan data bisa dilakukan
dengan mencari dokumentasi hasil-hasil riset terdahulu. Bisa juga diperoleh dari buku-buku
yang memuat topik masalah yang kita cari.
Bila semua data sudah terkumpul kita bisa langsung menuju lokasi dan akan mudah bagi
kita untuk mengolah masalah yang akan kita hadapi.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan terhadap objek dengan bekal pengetahuan dan
informasi yang telah didapatkan sebelumnya untuk mendapatkan informasi selanjutnya
pada pengamatan atau penelititan yang akan dilakukan. Dengan observasi kita dapat
memperoleh informasi secara valid. Dengan begitu pembaca tidak akan meragukan isi
tulisan kita jika pendapatan informasinya saja dilakukan dengan observasi.
3. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang bertujuan untuk mengumpulkan suatu
informasi yang ingin dicari. Tanya jawab dalam wawancara dilakukan secara langsung oleh
pewawancara dengan memperdulikan teknik berwawancara yang benar dengan

1
Arifin S. Harahap, Teknik Penulisan Feature, (Jakarta: Universitas Esa Unggul)hlm.26
narasumber yang tepat sesuai dengan topik yang akan dibahas. Hasil dari wawancara
tersebut lalu diubah dalam bentuk tulisan. Pewawancara hendaklah menanyakan hal-hal
yang memang diperlukan dalam pemecahan masalah seperti fakta, informasi, data, dan
keterangan yg nantinya akan diolah menjadi isi feature.

D. Struktur Penlisan Feature


Cara menulis feature berbeda dengan cara menuliskan berita. Begitu juga dalam penulisan
strukturnya. Struktur penulisan feature sangat berbeda dengan struktur penulisan berita. Jika
penulisan berita lebih seperti piramida terbalik, yang mana pada awal bagian diisi dengan fakta-
fakta sangat penting hingga fakta yang kurang penting. Struktur penulisan feature lebih
cenderung berbentuk piramida, dimana pada bagian awal dapat diisi dengan hal-hal yang
kurang penting tetapi dapat menarik perhatian pembaca. 2 Adapun pola penulisan feature
berisikan informasi penting dari awal hingga penutup. Bentuk dari pola ini menyerupai tabung
yang mana seluruh bagiannya mengandung informasi penting. 3

Penulisan struktur feature lebih fleksibel. Terdapat struktur penting dalam penulisan feature,
yaitu judul, lead, perangkai atau penghubung, tubuh, dan terakhir yaitu penutup. 4 Sama halnya
dengan pendapat (Sopian,2016), penulisan struktur feature dibagi menjadi: head (judul), lead
(intro, bagian penarik perhatian), bridge (penghubung antara lead dan tubuh atau body), body
( isi atau tubuh), ending (penutup).

1. Head (Judul)
Judul merupakan bagian terpenting dalam penulisan feature. Dalam penulisan judul
hendaknya dibuat atraktif, komunikatif dan memuat inti terpenting dalam tulisan. Judul
yang dibuat hendaklah menarikdan tidak berlebihan.
2. Lead (Intro, teras, bagian penarik perhatian)
Seperti halnya berita, lead pada feature memiliki peran penting dalam menarik perhatian
pembaca. Isi tulisan lead hendaknya menarik perhatian pembaca karena lead dalam
feature memiliki daya tarik yang mana jika isi lead menarik maka pembaca akan semakin

2
Azwar, 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik, (Jakarta: Kencana, 2018) hlm.84
3
Ibid
4
Ibid
ingin untuk membaca. Dan jika isi lead tidak manarik bahkan membosankan maka
pembaca tidak segan-segan untuk meninggalkan bacaan tersebut. 5
Penulisan lead memiliki beberapa jenis, yaitu:
a. Teras/lead analogi, di dalamnya disajikan dua atau lebih suasana, perilaku ataupun
perkara yang berbeda.
b. Teras/lead kalimat pendek, di dalamnya berisikan penjelasan dengan kata-kata
singkat.
c. Teras/lead penggambaran atau bercerita, di dalamnya menyajikaan intro seperti
halnya intro saat menulis cerpen.
d. Teras/lead paparan, dalam penulisan menggunakan penggambaran tokoh maupun
peristiwa.
e. Teras/lead epigram, di dalamnya berisi pepatah.
f. Teras/lead figuratif, berisi pengandaian.
g. Teras/lead tiruan bunyi, di dalamnya berisi peniruan suara dari benda tertentu.
h. Teras/lead dialog, di dalamnya menggunakan kutipan obrolan.
i. Teras/lead filosofis, di dalamnya berisikan kata-kata filosofis.
j. Teras/lead kumulatif, berisikan rangkaian suatu kejadian.
k. Teras/lead kutipan, di dalamnya mengutip seseorang pada peristiwa yang sedang
ditulis.
l. Teras/lead sapaan, berisi kalimat sapaan atau pertanyaan yang menyapa.
m. Teras/lead ringkasan, menyajikan pokok masalah yang nantinya akan di paparkan.
n. Teras/lead kontras, berisi perbandingan dari sesuatu yang bertentangan.
o. Teras/lead sensasi, di dalamnya berisikan sesuatu yang menggemparkan atau
mengejutkan.
p. Teras/lead literer, yang di dalamnya merujuk pada sumber tertentu.
q. Teras/lead pasak, berisikan penyebab suatu kejadian.
r. Teras/lead pertanyaan, berii pertanyaan hanya saja tidak berbentuk sapaan.
3. Bridge (Penghubung antara lead dan tubuh atau body)
Merupakan bagian penghubung antara lead dengan tubuh feature. Karena merupakan
penghubung, alur penulisan bridge harus tepat dan selaras dengan bahasan isi feature.
Akan sangat aneh saat dibaca jika isi bridge tidak bisa berjalan sesuai alur cerita.

5
Sopian, Public Relations Writing, (Jakarta: Grasindo, 2016) hlm. 71-72
4. Body ( isi atau tubuh)
Pada bagian tubuh feature mengandung situasi dan proses,dengan penjelasan mendalam
mengenai mengapa dan bagaimana. Kesuksesan dalam menulis feature dapat dilihat atau
dinilai dari aspek metodologis, teknis, maupun bobot dari isinya.
Dalam menulis feature, teknis dalam penulisan bridge atau penghubung antara lead
dengan body feature sangat diperhatikan. Jika teknik penulisan tidak benar, maka isi lead,
bridge hingga bagian isi akan keluar dari jalur bahasan alias ngelantur. Lalu dalam
penulisan feature khususnya pada bagian body, yang perlu diperhatikan selanjutnya
adalah teknik penggunaan ejaan serta tata bahasa yang benar.
Dari segi bobot isi dapat dilihat dari informasi yang ditulis, apakah informasi yang
disampaikan sudah mencakup keseluruhan dan juga memperhatikan sumber-sumber yang
terpercaya ? lalu dalam aspek metodologis apakah sudah mengacu pada salah satu dari
beberapa metode berikut, antara lain: deduktif, induktif, topikal, spasial, logis dan
kronologis.
5. Ending (penutup)
Dalam menulis feature kita harus membuat bagian penutup juga. Penutup menciptakan
suatu simpulan, penyelesaian, atau klimaks pada sebuah tulisan. Penutup feature
merupakan struktur penguat setelah head, lead, bridge dan juga body. Adapun beberapa
jenis penutup feature yaitu sebagai berikut6:
a. Penutup ringkasan, merupakan kesimpulan agar pembaca tidak kesusahan atau salah
arti dalam menarik kesimpulan.
b. Penutup penyengat, merupakan penutup yang akan membuat pembaca terkaget-
kaget karena bersifat mengejutkan
c. Penutup pertanyaan, merupakan penutup yang berisi pertanyaan tidak disertai
jawaban, yang pada akhirnya pertanyaan tersebut dapat dijadikan sebuah renungan
bersama.
d. Penutup klimaks, merupakan penutup dengan pola penyampaian fakta secara
kronologis.

DAPUS

6
Ibid, 73
Sopian. 2016. Public Relations Writing. Jakarta: Grasindo

Azwar. 2018. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik. Jakarta: Kencana

Harahap, Arifin S. Teknik Penulisan Feature. Jakarta: Universitas Esa Unggul

Anda mungkin juga menyukai