Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEREDAKSIAN
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Jurnalistik
Dosen Pengampu : Nanang Qosim, M.Pd.

Disusun oleh
Kelompok 6
1. Faraida Hadistian ( 1808056026 )
2. Malisa Diah Ayu Kusuma ( 1808056033 )
3. Umi Mustaghfiroh ( 1808056041 )
4. Amy Siti Nazilah ( 1808056049 )
5. Melvanna Rizky ( 1808056050 )

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Dasar – Dasar
Jurnalistik dengan judul “Keredaksian”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada dosen Dasar – Dasar Jurnalistik kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pati, 12 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
DESKRIPSI MAHASISWA...............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keredaksian............................................................................................2
B. Struktur Pengelolaan Organisasi Pers.......................................................................2
C. Susunan Manajemen Redaksional............................................................................3
D. Tugas dan Tanggung Jawab Redaksi........................................................................9
E. Penyuntingan bentuk, isi, dan bahasa dalam redaksi................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................21

DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................................22

DESKRIPSI MAHASISWA

1. Amy Siti Nazilah

iii
Amy Siti Nazilah seorang gadis desa yang merantau ke tanah Semarang untuk
melanjutkan pendidikan. Lahir di subang, pada 25 Mei 2000. Seseorang yang amat
berharga terlahir dari
rahim sang Ibu
bernama Elis Suryati
dan di didik hingga saat
ini oleh seorang Ayah
bernama Moh.
Nurudin. Kedua orang
tua yang sangat
mengutamakan
pendidikan, dan mengawali pendidikan saat berumur 4 tahun di TK Islam Raudlatu
Syifa Subang, kemudian melanjutkan pendidikan di SDN Rancabango pada umur 6
tahun, teapat pada tahun 2012 melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu di MTs PP
Darussalam Subang, setelah lulus pada tahun 2015 melanjutkan sekolah di MAN 2
Cirebon, sambil mendalami ilmu agama, maka saat menempuh MTs dan MAN
tinggal di pesantren, dan pada tahun 2018 hingga sekarang sedang menjalankan
pendidikan di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang di Fakultas Sains dan
Teknologi dengan jurusan Pendidikan Matematika.
2. Melvanna Rizky
Namaku Melvanna Rizky, aku mahasiswi semester 5 prodi pendidikan matematika
UIN Walisongo
Semarang. Aku berasal
dari kabupaten Pati.
Aku lahir di Pati pada
tanggal 12 Juni 2000,
aku anak pertama dari 3
bersaudara. Aku
memiliki hobi
menonton film dan
traveling, aku pertama kali masuk sekolah pada tahun 2003 di RA Al-Hikmah,
kemudian masuk Madrasah ibtidaiyah pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2012.
Kemudian saya melanjutkan sekolah lagi di Mts Darul Falah sirahan dan lulus pada
tahun 2015, kemudian melanjutkan di MA Darul Falah sirahan jurusan IPA dan lulus

iv
pada tahun 2018. Yang kemudian masuk perguruan tinggi negeri UIN Walisongo
Semarang prodi pendidikan matematika.
3. Umi Mustaghfiroh

Namanya Umi Mustaghfiroh, biasa


disapa akrab dengan panggilan
Firoh. Namun, ada juga yang
memanggil dengan nama Umi. Ia
lahir di Magelang pada tanggal 28
Maret 2000. Ia adalah anak ke-3
dari 5 bersaudara dari pasangan
Zuhri dan Siti Chasanah. Ia
memulai Pendidikan kanak-
kanaknya di RA Muslimat NU
Banaran 2. Kemudian pada tahun 2006 ia melanjutkan pendidikannya di MI Ma’arif
Pendem, sebuah sekolah swasta di dusunya. Setelah itu, pada tahun 2012 ia
melanjutkan pendidikannya di MTs Negeri Grabag dan lulus pada tahun 2015. Setelah
itu dia mengikuti nasehat orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan umum
sekaligus pendidikan agama di sebuah pondok pesantren, yaitu MA Sunan
Pandanaran yang berada dibawah Yayasan Pondok Pesantren Sunan Pandanaran di
Yogyakarta. Di pondok pesantren ini, ia dapat menuntut ilmu umum sekaligus ilmu
agama, terutama tahfidz Al-Qur’an karena pondok pesantren ini memang berbasis
tahfidz Al-Qur’an. Semasa masih duduk di bangku sekolah, ia sering mengikuti
berbagai olimpiade matematika baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional.
Ia pernah menjuarai beberapa diantaranya. Karena melihat kemampuannya dalam
matematika, maka setelah lulus MA pada tahun 2018, ia melanjutkan pendidikannya
di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan mengambil prodi
pendidikan matematika.
4. Faraida Hadistian

Assalamualaikum, halooo semuanyaaa . . . .


Kenalin nama aku Faraida Hadistian, biasa dipanggil
Fara atau Faraaaa. Aku lahir di Banjarsari, tanggal bulan
sama tahunnya gausah ya. Terus, aku asal dari Lampung

v
lebih tepatnya Kota Metro, Lampung. Rumahku ada di jalan Enggal RT 30 RW 12
Hadimulyo Timur, Metro Pusat, Kota Metro, Lampung. Aku satu bersaudara jadi
bener-bener cuma ber 3 dirumah. Aku tinggal bersama kedua orang tua ku, tidak
punya kakak maupun adik. Riwayat pendidikanku, aku TK di TK Aisyiyah Metro
Pusat, Madrasah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Metro, SMP di SMP Negeri
4 Metro, MA di MAN 1 Surakarta dan sekarang aku sedang menempuh jenjang
perkuliahan di UIN Walisongo Semarang Fakutas Sains dan Teknologi jurusanku
Pendidikan Matematika. Untuk pertama kali aku merantau ke tanah Jawa itu ya
masuk ke jenjang Madrasah Aliyah di Solo. Dan terus merantau sampai saat ini. Di
Semarang aku tinggal dirumah saudara yang lumayan jauh dari kampus. Di Semarang
aku punya keluarga KAMAPALA iya perkumpulan mahasiswa Lampung yang ada di
Semarang. Udah dulu ya perkenalannya terimakasih semua.

5. Malisa Diah Ayu Kusuma

Namanya Malisa Diah Ayu


Kusuma, biasa dipanggil Meli. Ia
lahir di Pati tanggal 26 Juni
2000. Ia terlahir dari pasangan
Bapak Subur dan Ibu Wartini. Ia
adalah anak ke-1 dari 3
bersaudara. Ia memulai
pendidikan kanak-kanaknya di
TK Aisyah. Kemudian pada
tahun 2006 ia melanjutkan
penddikannya di SD Negeri
Gabus 04 dan lulus pada tahun
2012. Kemudia saya melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 1 Gabus
dan lulus padda tahun 2015.
Setelah itu dia melanjutkan
pendidikannya di SMA Negeri 3
Pati jurusan IPA dan lulus pada
tahun 2018. Kemudian masuk di perguruan tinggi yang berada di Semarang, salah

vi
satunya adalah UIN Walisongo Semarang prodi Pendidikan Matematika. Dia
memiliki hobi olahraga terutama pada beladiri pencak silat, yang sudah mengikuti
latihan sejak di bangku SMP.

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Pers merupakan salah satu institusi sosial yang memiliki fungsi yang cukup
signifikan sehingga didefinisikan sebagai lembaga kontrol. Fungsi pers itu dapat
diwujudkan secara maksimal apabila kebebasan pers dijamin.  Pers yang terjamin
kebebasannya sebagai prasyarat untuk dapat berfungsi maksimal, bertanggung jawab
atas semua informasi yang dipublikasikan tidak kepada negara. Sebelum menerbitkan
suatu berita perlu adanya suatu sebuah struktur dan mekanisme yang terdapat di
dalam pengelolaan berita.
Dalam dunia pers dikenal suatu istilah keredaksian. Keredaksian adalah
sekelompok jajaran yang bekerja sma dengan proses rapat redaksi untuk memutuskan
peristiwa dan berita apa yang layak diterbitkan atau diangkat, dan mana berita atau
peristiwa yang tidak layak atau ditangguhkan untuk diterbitkan atau tidak.

B Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keredaksian ?
2. Bagaimana struktur pengelolaan organisasi pers ?
3. Bagaimana susunan manajemen redaksional ?
4. Apa sajakah tugas dan tanggung jawab redaksi ?
5. Bagaimanakah penyuntingan bentuk, isi, dan bahasa dalam redaksi ?

C Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keredaksian.
2. Untuk mengetahui struktur pengelolaan organisasi pers.
3. Untuk memenuhi susunan manajemen redaksional.
4. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab redaksi.
5. Untuk mengetahui penyuntingan bentuk, isi, dan bahasa dalam redaksi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keredaksian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), redaksi adalah badan
yang memilih dan menyusun tulisan yang akan yang akan dimasukkan
ke dalam media. Sedangkan menurut Septiawan Santana (2005), redaksi
adalah sebuah struktur dan mekanisme yang terdapat di dalam pengelolaan
media massa. Redaksi memiliki tanggung jawab dalam urusan suatu berita
pantas dipublikasikan atau tidak. Redaksi merupakan sisi ideal sebuah media
atau penerbitan pers yang menjalankan, visi, misi, atau idealism media.
Redaksi ialah bagian atau sekumpulan orang dalam sebuah organisasi
perusahaan media massa (cetak, elektronik, online) yang bertugas untuk
menolak atau mengizinkan pemuatan sebuah tulisan atau berita melalui
berbagai pertimbangan, di antaranya ialah bentuk tulisan berupa berita atau
bukan, bahasa, akurasi, dan kebenaran tulisan.1
Keredaksian adalah sekelompok jajaran yang bekerja sama dengan
proses rapat redaksi untuk memutuskan peristiwa dan berita apa yang layak
diterbitkan atau diangkat, dan mana berita atau peristiwa yang tidak layak atau
ditangguhkan untuk diterbitkan atau tidak. Keredaksian merupakan bagian
dari redaksi yang mengurus pencarian dan pelaporan berita.

B. Manajemen Pengelolaan Pers


Menurut Schoderber, Cosier, dan Aplin manajemen adalah suatu
proses untuk mencapai tujuan organisasi melalui pihak lain. Sementara itu,
Stoner mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Siregar dalam Fajar Junaedi ,
manajemen media massa diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari
bagaimana mengelola media dengan prinsip-prinsip dan seluruh proses

1
Kurnia, Septiawan Santana. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

2
manajemennya dilakukan, baik terhadap media sebagai industry yang bersifat
komersial atau sosial, maupun media sebagai institusi komersial ataupun
institusi sosial. 2
Junaedi menyatakan bahwa manajemen media harus memberikan
pengetahuan tentang pengelolaan media, prinsip-prinsip manajemen media
dengan seluruh proses manajemen yang ututh, dimana ini meliputi berbgaai
funhgsi manajemen, dalam manajemen modern hal itu sering disingkat POAC:
1. Fungsi perencanaan (planning)
2. Fungsi pengorganisasian (organizing)
3. Fungsi pelaksanaan ( actuating)
4. Fungsi pengontrolan (controlling)
Handoko menyatakan setidaknya ada beberapa alasan menempatkan
manajemen dalam posisi penting dalam media, yaitu manajemen diperlukan
untuk mencapai tujuan, manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan
antara tujuan, sasaran, dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak
yang berkepentingan, dan manajemen diperlukan dalam rangka mencapai
efisien dan egektivitas.

C. Susunan Manajemen Redaksional


Dalam sebuah redaksional terdapat susunan organisasi agar proses
keredaksian dapat berjalan dengan lancar. Setiap bagian memiliki tanggung
jawab masing-masing dalam proses keredaksian. Berikut ini contoh susunan
manajemen redaksional.
1. Pimpinan umum
a) Bertanggung jawab menjalankan organisasi perusahaan secara
keseluruhan.
b) Memegang otoritas tertinggi dari seluruh kegiatan yang ada di
perusahaan.
c) Membawahi semua lingkup unit (lingkup keredaksian maupun
perusahaan).

2
Kustandi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi Produk dan Kode Etik,
Bandung: Nuasa, 2004 h.42-96

3
d) Pada kondisi tertentu tetap menjalankan fungsi kewartwanan
dalam porsi yang disesuaikan.
e) Pemimpin umum dibantu oleh seorang pemimpin redaksi dan
seorang pemimpin perusahaan juga disebut tangan kiri dan
tangan kanan pemimpin umum
2. Redaksi pemimpin
a) Orang yang memiliki otoritas tertinggi di redaksi
b) Bertanggung jawab menjalankan organisasi keredaksian sehari-
hari
c) Pada saat tertentu juga menjalankan fungsi kewartawanan
dalam porsi yang disesuaikan.
d) Bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan pada unit
kerja yang berada dibawahnya(redaktur pelaksana, koordinatr
peliputan, manajer produksi, para redaktur wartawan, layouter,
desain grafis, hingga tenaga pracetak)
e) Bertanggung jawab pada pemimpin umum.
3. Manajer produski
a) Penguasa tertinggi pada saat produksi
b) Membawahi pengelola halaman, editor, layouter, dan tenaga
pra cetak
c) Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produksi yang
dibuat akan laku dipasaran sekaligus aman.
d) Menangani administrasi agenda keredaksian dan perencanaan
peliputan, serta bertanggung jawab pada pemred dan redpel
e) Bertanggung jawab menjalankan organisasi keredaksian sehari-
hari.
f) Memegang otoritas dan garis komando (line command)
keredaksian.
g) Membawahi semua unit divisi redaksi
h) Pada kondisi tertentu tetap menjalankan fungsi kewartawanan
dalam prosi yang disesuaikan
i) Melakukan pengawasan dan pembinaan pada unit kerja
dibawahnya.
j) Bertanggung jawab pada pemimpin umum

4
4. Sekrtetaris redaksi
a) Bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan,
pengembangan, dan keuangan redaksi.
b) Bertanggung jawab atas pengadaan tenaga di redaksi serta
sarana pendukungnya.
c) Penyelenggaraan kegiatan monitoring, prestasi wartawan serta
membuat evaluasi hasil kerja wartawan atau koresponden
d) Bertugas menyampaikan berbagai informasi dan
perkembangan, baik dalam maupun di luar redaksi pada
pemred dan redpel
e) Bertugas mengatur, meyelenggaraan dan menghadiri rapat-
rapat redaksi.
5. Redaktur pelaksana
a) Bertanggung jawab atas kegiatan operasional redaksi sehari-
hari.
b) Membawahi dan mengoordinasikan kegiatan bebrapa unit
manajerial di bawahnya, seperti coordinator peliputan, manajer
produksi, sekretaris redaksi.
c) Manjabarkan dan mengawasi pelaksaan konsep media dan yang
telah digariskan dalam perencanaan peliputan, penulisan hingga
penyajiannya.
d) Menyusun rencana kerja redaksi per 4 bulan, 6 bulan, dan atau
per tahun.
e) Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan
tenaga di redaksi.
f) Menyelenggarakan rapat evaluasi di anatara beberapa unit
manajerial yang dibawahinya, setidaknya sekali dalam
seminggu, atau sebulan atau dalam batas waktu yang disepakati
g) Pada kondisi tertentu, tetap menjalankan fungsi kewartawanan
dalam porsi yang disesuaikan.
h) Melakukan pengawasan dan pembinaan pada unit kerja
dibawahnya.
i) Bertanggung jawab pada pemimpin redaksi.
6. Koordinator liputan

5
a) Bertanggung jawab terhadap liputan seluruh desk/
bidang/halaman.
b) Menyusun perencaan peliputan Bersama redaktur, baik
pelipiutan sehari-hari, mingguan, bulanan, atau 6 bulanan.
c) Menjabarkan dan mengawasi pelaksaan konsep media yang
telah ditentukan sejak perencanaan peliputan, serta
memperkaya visi redaktur dan reporter.
d) Dalam kondisi tertentu, dimana redaktur berhalangan wajib
menjalankan fungsi redaktur setelah terlebih dahulu
berkonsultasi dengan redaktur pelaksanaan, pemred tau yang
mewakilinya.
e) Menyelenggarakan rapat evaluasi dengan para redaktur paling
tidak 2 minbgu sekali.
f) Pada kondisi tertentu, tetap menjalankan fungsi kewartawanan
dalam porsi yang disesuaikan.
g) Menjalankan fungsi pengawasan dan pembinaan pada unit
kerja yang dibawahinya.
h) Bertanggung jawab pada redaktur pelaksanaan.
7. Redaktur foto
a) Melaksanakan tugas koordinasi dengan para fotografer
b) Bersama koordinatir peliputan dan atau manajer produksi
membuat perencanaa foto untuk master tiap halaman.
c) Bersama redaktur bidang ikut membuat perencaan pembuatan
foto-foto, baik sebagai pendukung liputan maupun foto lepas.
d) Wajib mengikuti rapat budgeting dan melaporkan hasil foto
yang diperoleh.
e) Wajib memenuhi permintaan foto baik dari redaktur bidang,
manprod, korpil, maupun redpel.
f) Menyelenggarakan rapat evaluasi Bersama redpil dan redpel
mengenai hasil foto yang diperoleh secara berkala.
g) Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan bagian
dokumentasi terkait pengarsipan foto-foto yang diperoleh.
h) Bertanggung jawab pada korpil.

6
i) Wajib melengkapi dan menyempurnakan bahan-bahan tulisan
yang diperoleh dari lapangan dengan bahan atau dokumentasi
kepustakaan.
j) Wajib semaksimal mungkin membersihkan tulisan yang
dibuatnya dari kesalahan ketik, penalaran, dan logika.
k) Jika diminta, wajib mendampingi redaktur pada saat editing.
Jika mengetahui ada peristiwa atau informasi penting, baik
dibidang yang digarap maupun di liuar bidang yang ia garap,
wajib melaporakannya pada redaktur atau korlip pada
kesempatan pertama.
l) Bertanggung jawab pada redaktur bidang masing-masing.
8. Repoter dan koresponden
a) Melakukan kegiatan reportase dan menuliskannya sesuai
dengan konsep media yang telah ditentukan bai katas inisiatif
sendiri maupun penugasan dari redaktur bidang atau
coordinator peliputan.
b) Membuat perencanaan peliputan baik harian, mingguan,
maupun bulanan dan mengajukannya pada direktur bidang
masing-masing.
c) Wajib mengikuti proyeksi yang dilakukan redaktur.
d) Wajib mempelajari dan menambah wawasan mengenai topik
masalah yang akan diliput dengan berkonsultasi terlebih dahulu
dengan redaktur bidang masing-masing.
e) Wajib mendaftarkan atau melaporkan berkembangan hasil di
lapangan pada redaktur. Untuk hal-hal tertentui, pelaporan
perkembangan dilakukan jam demi jam atau bahkan lebih
sering.
f) Wajib berkonsultasi dengan direktur masing-masing terkait
hasil liputan di lapangan. Hal-hal yang dikonsultasikan meliputi
pemilihan angel, lead, bentuk penyajian, kebutuhan grafis,
ilustrasi dan hal teknis lainnya.
9. Dewan redaksi
Posisi dewan redaksi umumnya berada di bawah pemimpin
redaksi, namun pemimpin redaksi tidak memiliki alur komando kepada

7
dewan redaksi. Dewan redaksi umumnya terdiri dari pemimpin
redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, coordinator
peliputan, manajer produksi dan beberapa lainnya yang dipilih oleh
pemred karena keahliannya. Dewan redaksi bertugas memberikan
masukan dan arahan terutama yang terkait kebijakan redaksional untuk
kemudian di laksanakan oleh jajaran redaksi.3
Keredaksian menyangkut organisasi dalam sebuah media
massa. Umumnya susunan keredaksian dimulai dari pimpinan redaksi,
pemimpin redaksi, wakil pemimpin readksi, sekretaris redaksi,
redaktur pelaksana, redaktur reporter, koresponeden, dan fotografer.
Mereka semua adalah wartawan atau pekerja pers yang masing-masing
memiliki tugas dan fungsi sesuai kedudukannya. Artinya semua yang
termasuk dalam keredaksian bisa disebut sebagai wartwan.
Koresponden dan contributor belum sepenuhnya dianggap sebagai
wartawan karena mereka pada dasarnya berada diluar keredaksian dan
ditugaskan diluar daerah.
Berikut urutan keredaksian sebuah media jurnalistik :
1. Pimpinan umum : orang yang bertanggung jawab secara umum
terhadap media yang dipimpinnya, mulai dari keredaksian
sampai manajemen.
2. Pemimpin redaksi: orang yang bertindak sebagai kepla editor,
bertanggung jawab terhadap kereedaksian semata, bukan
manajemen. Terbit dan tidaknya sebuah media tergantung pada
tanggung jawab pemimpin redaksi.
3. Wakil pemimpin redaksi : orang yang bertanggung jawab
terhadap pemimpin redaksi, membantu pemimpin redaksi dalam
hal manajemn keredaksian, bukan manajemen perusahaan.
4. Sekretaris redaksi : orang yang bertanggung jawab terhadap
administrasi keredaksian, tidak sepenuhnya menjadi editor.
5. Redaktur pelaksana : orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan keredaksian jurnalistik, mulai mempersiapkan

3
Azwar, 4 Pilar Jurnalistik Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik, (Jakarta : Prenamedia Group, 2018),
hlm.53-55

8
rapar-rapat keredaksian sampai ,mengontrol kesiapan terbit
berita pada setiap desk.
6. Redaktur: editor, yakni bertanggung jawab terhadap
penuntingan berita. Biasanya ada pembagian desk editor,
misalnya redaktur opini, redactor seni, redactor olahraga, dan
lain-lain.
7. Reporter: orang lapangan, pencari dan pengumpul informasi,
lalu melapporkan informasi tersebut dalam bentuk berita kepada
redaktur masing-masing.
8. Fotografer: orang pers yang bertanggung jawab terhadap
ketersediaan foto-foto penunjang berita. Di Indonesia, reporter
biasa bertindak sekaligus fotografer, meskipun pada beberapa
media besae tersedia fotografer khusus yang senantiasa selalu
siap saat ditugaskan oleh redaksi.4

D. Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi Pers


1) Pemimpin Redaksi
Pemimpin redaksi adalah orang pertama bertanggung jawab
terhadap semua isi penerbitan pers. Dalam Undang-Undang Pokok
Pers, Pemimpin redaksi bertanggung jawab jika ada suatu tuntutan
yang disebabkan oleh isi dari penerbitan. Tetapi dalam prakteknya,
pemimpin redaksi bisa mendelegasikan kepda pihak lain yang
ditunjuknya.
Pada orde baru, pemimpin redaksi mempunyai tanggung jawab
yang besar terhadap pencantuman namanya dalam surat izin usaha
penerbitan pers atau disingkat dengan SIUPP. Artinya, ketika suatu
perusahaan pernebitan ingin menganti nama atas SIUPP yang baru
maka harus membatalkan SIUPP lama. Sehingga, pemimpin redaksi
memiliki kekuasaan mutlak terhadap perusahaan penerbitan. Bahkan,
pemimpin redaksi bisa mengajukan keberatan kepada Menteri
Penerangan (yang memberikan SIUPP) untuk mencabut SIUPP apabila
merasa tidak sesuai. Selain itu, pada masa ini menjadi pemimpin
redaksi harus anggota persatuan wartawan Indonesia (PWI) dan
4
Herman RN, Jurnalistik Praktis, (NAD: Syiah Kuala University Press), hlm.55.

9
mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesinya. Tetapi, pada
orde reformasi, terdapat perubahan pada sistem pemberian SIUPP,
dimana perusahaan yang ini melakukan penerbitan tidak perlu
mencantumkan nama pemimpin redaksinya sebagai pemegang SIUPP.
Dengan demikian, pemimpin redaksi bisa digantikan setiap saat. Selai
itu juga, syarat menjadi pemimpin redaksilebih mudah daripada pada
orde baru, dimana setiap orang memiliki peluang menjadi pemimpin
redaksi asalkan mengerti dan memahami tanggung jawab atas isi
penerbitannya.
Tugas utama pemimpin redaksi adalah mengendalikan kegiatan
keredaksian di perusahaannya, meliputi :
a) Penyajian berita
b) Penentuan liputan
c) Pencarian fokus pemberitaan topik
d) Pemilihan berita utama (head line)
e) Berita pembuka halaman
f) Menugaskan atau membuat sendiri tajuk
Pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu
oleh bebrapa tenaga lain, diantaranya :
a) Redaktur pelaksana (Managing editor)
b) Redaktur halaman (Editor)
c)  Asisten redaktur (Subeditor)
2) Sekretaris Redaksi
Sekretaris redaksi adalah pembantu pemimpin redaksi dalam
hal administrasi keredaksiaonalan. Misalnya menerima surat-surat dari
luar yang menyangkut keredaksionalan. Adapun tugas dari sekretaris
redaksi diantaranya :
a) Menata dan mengatur undangan dari instansi, perusahaan, atau
lembaga yang berkaitan dengan pemberitaan
b) Menghubungi sumber berita atau instansi untuk pendaftaran,
konfirmasi, atau pembatalan undangan, wawancara, dan
kunjungan kerja

10
c) Menyimpan salinan kartu pers dan foto untuk mensupport
kebutuhan kerja para wartawan dalam  meliput satu acara yang
mengharuskan membuat tanda pengenal
d)  Menyediakan peralatan kerja redaksi
e) Menata keperluan keuangan redaksi: uang perjalanan, uang
saku, uang rapat;
f) Mengatur jadwal rapat redaksi.
3) Redaktur Pelaksana
Redaktur pelaksana adalah jabatan yang dibentuk untuk
membantu pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugas-tugas
keredaksionalannya bersifat teknis. Dalam pelaksanaannya, tugas
sehari- hari redaktur pelaksana mengatur pelaksanaan tugas sesuai
dengan digariskan oleh pemimpin redaksi. Dalam keadaan tertentu,
redaktur pelaksana bisa membebankan tugas kepada para redaktur
halaman (editor) sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanggung
jawab redaktur pelaksana adalah langsung kepada pemimpin redaksi.
4) Redaktur
Redaktur (editor) adalah petugas yang bertanggung jawab
terhadap isi halaman surat kabar. Terdapat dua sebutan untuk redaktur,
yaitu redaktur halaman atau redaktur bidang. Keduanya sama, yang
membedakan hanya sebutannya saja. Banyaknya redaktur pada tiap
penerbitan pers tergantung dengan banyaknya halaman atau bidang
yang disajikan oleh penerbitan pers itu.
Tugas redaktur adalah menerima bahan berita, baik dari kantor
berita, wartawan, koresponden, atau bahkan press release dari lembaga,
organisasi, instansi pemerintah, atau perusahaan swasta. Bahan berita
itu kemudian diseleksi untuk dipilih mana yang layak untuk dimuat
dengan segera dan mana yang bisa ditunda pemuatannya.
Karena banyaknya bahan berita yang diterima oleh redaktur
setiap harinya maka seorang redaktur dibantu oleh asisten yang
biasanya disebut dengan subeditor. Subeditor inilah yang mengedit
kata demi kata dari bahan berita yang diterimanya, untuk dikemas dan
dijadikan berita yang sesuai gaya pemberitaan penerbitannya. Tugas
asisten redaktur hanya sebatas mengedit, memberi tambahan data, dan

11
literatur agar sesuai dengan gaya penulisan pada penerbitannya.
Wewenang dimuat atau tidaknya suatu berita tetap berada pada
redaktur setelah mendapatkan persetujuan dari pemimpin redaksi.
5) Wartawan
Wartawan atau reporter adalah seseorang yang bertugas
mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi berita,
untuk disiarkan melalui media massa. Dari status pekerjaannya,
wartawan dibedakan menjadi tiga. Wartawan tetap, wartawan
pembantu, dan wartawan lepas (freelance). Wartawan tetap artinya
wartawan yang bertugas di satu media massa (cetak atau elektronik)
dan diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan itu. Istilah
karyawan tetap adalah mereka mendapat gaji tetap, tunjangan, bonus,
fasilitas kesehatan, dan sebagainya serta diperlakukan sebagaimana
karyawan lainnya dengan hak dan kewajiban yang sama.
Wartawan pembantu adalah wartawan yang bekerja di satu
perusahaan pers (cetak atau elektronik), tetapi tidak diangkat sebagai
karyawan tetap. Mereka diberi honorarium yang disepakati, diberi
surat tugas (kartu pers) serta bisa diberi tugas sesuai kemampuannya,
dan dapat mewakili penerbitannya bila meliput satu peristiwa. Tetapi
mereka tidak mendapatkan jaminan lain sebagaimana karyawan tetap.
Wartawan lepas adalah wartawan yang tidak terikat pada satu
perusahaan media massa baik cetak maupun elektronik. Mereka bebas
mengirim beritanya ke berbagai media massa. Jika berita atau
tulisannya itu dimuat, mereka mendapatkan honorarium, tetapi jika
tidak dimuat, tidak mendapat imbalan apa-apa. Dalam perusahaan
penerbitan pers, wartawan merupakan ujung tombak dari usahanya.
Mereka yang paling banyak mensuplai bahan berita untuk penyajian
berita iap harinya. Karena itu, biasanya seorang wartawan dilengkapi
dengan peralatan komunikasi yang bisa mendukung mempercepat
tugasnya dalam mencari dan mengirim berita.
Dulu seorang wartawan umumnya menenteng kamera karena
berita yang disajikan akan lebih menarik jika dilengkapi dengan
gambar (foto). Sekarang tidak lagi, tugas wartawan tulis lebih
diutamakan pada kecepatannya mengirimkan berita yang sudah jadi.

12
Mereka harus menulis lebih dulu, sedangkan untuk urusan fotobisa
ditugaskan orang lain. Itulah sebabnya sekarang ada sebutan wartawan
foto (fotografer) dan wartawan tulis (reporter).
6) Koresponden
Koresponden (stringer) yang lebih dikenal dengan sebutan
wartawan pembantu adalah seseorang yang berdomisili di suatu
daerah, diangkat atau ditunjuk oleh suatu penerbitan pers di luar daerah
atau luar negeri, untuk menjalankan tugas kewartawanannya, yaitu
memberikan laporan secara kontinyu tentang kejadian atau peristiwa
yang terjadi di daerahnya.
Tugas dan wewenang koresponden sama dengan wartawan
tetap di suatu perusahaan penerbitan pers. Ia mendapatkan fasilitas
yang sama dan berhak mewakili penerbitannya dalam kegiatan-
kegiatan kewartawanan. Sistem pengiriman beritanya dilakukan
dengan surat menyurat (korespondensi). Itu sebabnya wartawan yang
bertugas di daerah tersebut mendapatkan sebutan koresponden. Jumlah
koresponden antara satu penerbitan dengan penerbitan lainnya berbeda.
Ada penerbitan yang memiliki koresponden di setiap daerah, tetapi ada
juga yang hanya pada beberapa daerah besar saja.

E. Penyuntingan Bentuk, Isi, dan Bahasa
a) Pengertian Penyuntingan
Kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan menyunting
(kata kerja/verba), penyunting (kata benda/nomina) dan penyuntingan
(kata benda/nomina) (Alwi, dkk, 2001:1106).
Kata menyunting berarti (1) menyiapkan naskah siap cetak atau
siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan
bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit,
yaitu pekerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah
yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3)
menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-
motong dan memasang kembali.

13
Penyunting merupakan (1) orang yang bertugas menyiapkan
naskah siap cetak; (2) orang yang bertugas merencanakan dan
mengarahkan penerbitan media (massa) cetak; (3) orang yang bertugas
menyusun dan merakit film atau pita rekaman. Beberapa contoh
penggunaan kata penyunting adalah berikut ini. Penyunting bahasa
berarti penyunting yang menyempurnakan naskah dari segi bahasa
(ejaan, diksi, dan struktur bahasa); pengedit bahasa; editor bahasa.
Penyunting pengelola berarti penyunting yang mempunyai tugas dan
wewenang mengelola dan melaksanakan kegiatan penyuntingan atau
penyiapan naskah siap cetak atau penyusunan dan perakitan film, pita
rekaman atau perencanaan dan penerbitan media massa cetak.
Penyunting penyelia berarti orang (pemimpin) yang bertugas
mengawasi pelaksanaan kegiatan penyuntingan. Kata penyuntingan
berarti proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting-menyunting.
(Sunting-menyunting berarti perbuatan atau pekerjaan menyunting).
Penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati,
memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah
sehingga naskah tersebut siap untuk dimuat atau diterbitkan oleh
sebuah penerbitan. Pada media noncetak, penyuntingan merupakan
proses membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim
seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap untuk disiarkan
dan ditayangkan oleh media audio dan visual.
b) Tujuan
Dalam dunia penerbitan di Indonesia, yakni media cetak,
seperti buku, surat kabar, majalah atau jurnal dikenal istilah
penyunting (penyunting naskah). Dalam dunia penyiaran pada media
noncetak, seperti radio dan televisi juga dikenal istilah penyunting
(penyunting naskah). Istilah ini disepadankan dengan kata Inggris
“editor” (dalam bahasa Latin editus, edere yang berarti „menghasilkan
atau mengeluarkan ke depan umum‟) atau redactor (dalam bahasa
Latin redigere „membawa kembali lagi‟). Kedua kata dalam bahasa
Inggris tersebut berarti „menyiapkan, menyeleksi, dan menyesuaikan
naskah orang lain untuk penerbitan‟. Dengan kata lain, penyunting
merupakan orang yang mengatur, memperbaiki, merevisi, mengubah

14
isi, dan gaya naskah orang lain, serta menyesuaikannya dengan suatu
pola yang dibakukan, kemudian membawanya ke depan umum dalam
bentuk terbitan (Rifai, 2004:86). Pengertian tersebut lebih mengarah
pada penerbitan media cetak. Sementara itu, untuk media noncetak,
seperti radio dan televisi, naskah yang sudah disunting sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, kemudian dibawakan ke depan umum bukan
dalam bentuk terbitan, tetapi tayangan atau siaran.
Di bawah ini merupakan tugas penyunting naskah yang diambil
dari pendapat Eneste (2005) dengan sedikit perubahan, yakni:
 Menyunting naskah dari segi kebahasaan, misalnya ejaan dan
penulisannya, tata istilah dan penulisannya, diksi, struktur
kalimat (mechanical editing), dan isi materi (substansial
editing);
 Memperbaiki naskah dengan persetujuan penulis;
 Membuat naskah menjadi lebih mudah dan enak dibaca serta
tidak membuat pembaca bingung (memperhatikan
keterbacaan);
 Membaca dan mengoreksi cetak coba (proof).
Dari pengertian dan tugas penyunting di atas dapat dirumuskan
tujuan penyuntingan, baik untuk media cetak maupun noncetak adalah
berikut ini :
 Membuat naskah bersih dari kesalahan kebahasaan dan isi
materi dengan persetujuan penulis naskah.
 Membuat naskah yang akan dimuat, diterbitkan atau disiarkan
dan ditayangkan lebih mudah dan enak dibaca sehingga
memudahkan pembaca (pendengar untuk siaran radio dan
penonton untuk tayangan televisi) menangkap isi tulisan, siaran
atau tayangan.
 Menjadi jembatan (mewakili penerbit atau penyelenggara
program siaran) yang dapat menghubungkan ide dan gagasan
penulis dengan pembaca, pendengar, dan penonton.
 Dalam salah satu butir kode etik penyuntingan, tujuan
penyuntingan ditulis adalah “tujuan utama pekerjaan seorang

15
penyunting naskah adalah mengolah naskah hingga layak terbit
sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan (yang digariskan)
dan dipersyaratkan oleh penerbit” jika dalam media noncetak
adalah mengolah naskah hingga layak siar dan tayang, terutama
untuk siaran atau tayangan tertentu.
c) Manfaat
Penyuntingan merupakan pekerjaan yang melibatkan 3
komponen, yakni penerbit (penyelenggara program siaran), penulis,
dan pembaca. Penyuntingan diperlukan untuk menjembatani ketiga
pihak tersebut. Artinya, penyuntingan diperlukan oleh ketiga pihak
tersebut. Manfaat penyuntingan bagi 3 komponen tersebut yaitu :
 Penerbit (Penyelenggara Program Siaran)
Manfaat penyuntingan yang diperoleh pihak
penyelenggara program siaran radio dan televisi adalah
memberi kepuasan atau layanan yang baik bagi pendengar dan
penonton; menjaga kualitas dan citra suatu siaran serta
menunjukkan kekhasan dan keunikan program siaran yang
diselenggarakan yang membedakan dengan program siaran
yang disajikan oleh stasiun radio maupun televisi yang lain.
 Penulis
 Agar ide atau gagasan yang disampaikan melalui tulisan
dapat dengan mudah dicerna dan ditangkap pembaca.
Dalam hal ini terdapat dua pihak yang saling
berhadapan, yakni penulis dan pembaca, yang
dimungkinkan memiliki perbedaan “selera”. Melalui
proses penyuntingan inilah selera kedua belah pihak
tersebut didekatkan;
 Melalui proses penyuntingan diharapkan hasilnya
objektif sehingga dapat menjembatani keinginan penulis
dan pembaca (atau pendengar dan penonton untuk
media noncetak). Terkait dengan ini, penyuntingan yang
dilakukan oleh penyunting yang profesional diperlukan.
Hasil penyuntingan yang dilakukan oleh orang lain

16
(penyunting) tentu lebih objektif dan baik dibandingkan
jika dilakukan oleh penulisnya sendiri;
 Proses penyuntingan merupakan usaha mempertemukan
dua kepala, yakni penulis dan penyunting, yang
mungkin berbeda sama sekali, untuk menemukan
“kesepakatan” dan “kebaikan” bersama. Proses
penyuntingan memungkinkan masukan-masukan bagi
penulis yang datang dari penyunting yang sebelumnya
tidak terpikirkan oleh penulis.
 Pembaca
 Pembaca yang membaca tulisan yang dimuat atau
diterbitkan oleh penerbit tertentu dan pembaca akhirnya
mengetahui serta memahami gaya selingkung sebuah
penerbitan. Bukan berarti melalui proses penyuntingan
“ciri khas” penulis hilang sepenuhnya. “Ciri khas”
penulis tetap tampak dalam karyanya meskipun sudah
disunting oleh penyunting. Tetapi juga, “ciri khas”
penerbit juga tampak dari hasil penyuntingan itu
 Pembaca lebih mudah menangkap ide dan gagasan
penulis melalui siaran maupun tayangan yang
dinikmati.
d) Penyuntingan Bahasa, Isi dan Format
Secara khusus penyuntingan bahasa ilmiah pada artikel,
terutama yang akan dimuat pada jurnal ilmiah, dipilah menjadi 4 aspek
(Mukhadis, 2003: 60-76), yakni :
 penyuntingan isi,
 penyuntingan bahasa,
 penyuntingan format, dan
 penyuntingan naskah pracetak
Penyuntingan bahasa bertujuan untuk memantapkan tata cara
penyajian, penulisan, penyuguhan pendukung, dan ketaatasasan pada
gaya selingkung (Ditbinlitabmas, 2001). Yang perlu dicermati dalam
penyuntingan bahasa, antara lain (1) penggunaan tatabahasa, pemilihan

17
kata, terjemahan kata atau istilah asing, ejaan, dan penggunaan simbol
atau lambang; (2) penyiangan kontaminasi penerapan kaidah tatabahasa
asing ke dalam kalimat bahasa Indonesia; (3) sistematika artikel,
keberadaan abstrak dan kata kunci; (4) penulisan rujukan dalam
pengutipan, penulisan daftar rujukan, penyajian tabel dan gambar, serta
(5) pencantuman nama penulis artikel dan alamat lembaga penulis.
Penyuntingan format bertujuan untuk mempertahankan
konsistensi penggunaan gaya selingkung yang telah ditetapkan dalam
suatu penerbitan jurnal. Dengan demikian, memungkinkan adanya
perbedaan format yang ditetapkan antara jurnal yang satu dan jurnal
yang lain, misalnya format bab, abstrak, kata kunci, pencantuman
identitas penulis, dan jenis huruf yang digunakan.
Penyuntingan isi merupakan penyuntingan dari segi mutu suatu
artikel, terutama untuk mengetahui cakupan keilmuan, keorisinalan isi,
dampak ilmiah, ketajaman analisis dan simpulan, serta kemutakhiran
pustaka (rujukan).
e) Tahapan – tahapan
Sebuah berita dihasilkan setidaknya ada delapan tahapan
yang dilaksanakan oleh redaksi yaitu :
 Rapat redaksi
Tahap pertama adalah rapat redaksi yang wajib
dilaksanakan sebelum dan saat penggarapan berita. Dalam rapat
redaksi akan dibahas mengenai tema yang akan diangkat,
sumber berita yang akan diliput, segmen pasar atau calon
pembaca yang akan dibidik, rubrikasi atau penentuan konten-
konten dalam sebuah majalah atau siaran berita, dan yang
terakhir pembagian kerja masing-masing anggota tim.
 Reportase dan penulisan berita
Setelah pembagian kerja menjadi jelas, berikutnya ialah
proses reportase dan penulisan berita. Dalam reportase,
sebaiknya reporter sudah mempunyai target per hari atau per
minggu menyesuaikan dengan deadline. Pengambilan data juga
informasi pendukung lainnya sebaiknya tidak hanya

18
sekedarnya. kevalidan berita menjadi nilai tersendiri bagi
pembaca.
Penulisan berita menjadi tugas dari reporter. Setiap
media memiliki standar penulisan tersendiri, oleh karena itu,
seorang reporter harus terus berkoordinasi dengan redaktur
pelaksana selama proses pembuatan berita. Hal ini berfungsi
agar berita yang dihasilkan tidak melenceng dari misi media
tersebut.
 Editing dan koreksi
Setelah berita ditulis oleh reporter, kemudian diedit oleh
editor. Pada dasarnya, dalam sistem redaksi yang baik, ada dua
editor. Yaitu; editor bahasa dan editor berita. Fungsinya tentu
saja berbeda. Editor bahasa hanya bertugas mengedit bahasa
agar mudah diterima oleh pembaca. Perlu diperhatikan
sebelumnya, berita tersebut harus diedit dulu oleh editor berita.
Hal ini dimaksudkan agar ide atau pesan berita juga kevalidan
berita dapat tersampaikan.
 Lay out
Setelah melalui proses editing, berikutnya yaitu
proses lay out. Proses ini dilakukan oleh lay outer atau redaktur
artistik. Kerja dari seorang lay outer bukan hanya saat berita itu
sudah jadi, melainkan jauh sebelum berita itu ditulis. Redaktur
artistik harus memastikan bahwa kelengkapan lay out seperti
foto maupun ilustrasi sudah lengkap. Biasanya, redaktur artistik
dibantu juga oleh redaktur foto.
 Pencetakan
Proses cetak media menjadi hal yang tidak kalah
pentingnya. Oleh karena itu, dalam proses ini redaksi harus jeli
memilih percetakan yang berkualitas. Selain itu, proses
percetakan tidak boleh lepas dari pantauan kru redaksi. Hal ini
sangat penting untuk menjaga kualitas dan tampilan dari
produk yang kita buat. Sedapat mungkin harus diteliti, diawasi
dan dijaga

19
 Evaluasi
Berita tersebut melalui tahap keenam yaitu harus
dievaluasi untuk memastikan tidak terdapat kesalahan di
dalamnya, apakah ada kesalahan ejaan, kosakata, dan lain
sebagainya.
 Sirkulasi
Tujuan dari terbitnya sebuah media massa yaitu agar
mendapat respon dari pembaca. Untuk itu, proses sirkulasi
harus dilaksanakan dan dipantau agar pesan dari media
tersampaikan pada masyarakat. Sirkulasi juga bertujuan untuk
menjaring dan membentuk relasi antara penerbitan dan para
pembacanya. Karena saat sirkulasi berlangsung, biasanya
disertai dengan perkenalan terhadap media yang dimiliki dan
saat itulah relasi bisa terbentuk
 Feedback
Tahapan feedback dimana redaksi melihat dan
memantau bagaimana berita sampai ke masyarakat dan
bagaimana tanggapan masyarakat (Civic journalism,
yaitu jurnalisme yang membuka kesempatan bagi masyarakat
untuk berkontribusi menyampaikan pendapat dan gagasan). Hal
ini berguna sebagai masukan bagi media tersebut agar menjadi
lebih baik kedepannya.
Dari proses penyuntingan, hal yang harus menjadi
perhatian utama adalah kepatuhan masing-masing individu
terhadap deadline yang telah diberikan. Disisi lain hal
yang menjadi faktor pendukung adalah motivasi diri, integritas
dan kemauan belajar dari diri sendiri. Karena satiap pembagian
tugas mencerminkan amanah dan kepercayaan yang telah
diberikan pada kita. Maka lakukan semaksimal
mungkin, deadline merupakan sebuah representasi toleransi
kita atas kemalasan diri.5
5
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik : Teori dan Praktik. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya Offset

20
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Redaksi adalah badan yang memilih dan menyusun tulisan yang akan yang akan
dimasukkan ke dalam media. Keredaksian adalah sekelompok jajaran yang bekerja sama
dengan proses rapat redaksi untuk memutuskan peristiwa dan berita apa yang layak
diterbitkan.
Manajemen media harus memberikan pengetahuan tentang pengelolaan media,
prinsip-prinsip manajemen media dengan seluruh proses manajemen yang utuh dimana
meliputi berbagai fungsi manajemen, dalam manajemen modern hal itu sering disingkat
POAC, yaitu fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
pengontrolan.
Berikut struktur yang ada di keredaksian beserta tugasnya. Pemimpin redaksi adalah
orang pertama bertanggung jawab terhadap semua isi penerbitan pers. Sekretaris redaksi
adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi keredaksiaonalan.. Redaktur
pelaksana adalah jabatan yang dibentuk untuk membantu pemimpin redaksi dalam
melaksanakan tugas-tugas keredaksionalannya bersifat teknis. Redaktur (editor) adalah
petugas yang bertanggung jawab terhadap isi halaman surat kabar. Wartawan atau reporter
adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi
berita, untuk disiarkan melalui media massa. Koresponden (wartawan pembantu) bertugas
memberikan laporan secara kontinyu tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi di
daerahnya.
Sebuah berita dihasilkan setidaknya ada delapan tahapan yang dilaksanakan oleh
redaksi yaitu rapat redaksi, reportase dan penulisan berita, editing dan koreksi, lay out,
pencetakan, posting atau penyiaran, evaluasi, sirkulasi, dan yang terakhir adalah feedback.

21
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, 4 Pilar Jurnalistik Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik, (Jakarta : Prenamedia


Group, 2018)
Kurnia, Septiawan Santana. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik : Teori dan Praktik.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
RN Herman, Jurnalistik Praktis, (NAD: Syiah Kuala University Press)
Suhandang Kustandi , Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi Produk dan Kode Etik,
Bandung: Nuasa, 2004

Anda mungkin juga menyukai