Anda di halaman 1dari 23

UNDANG – UNDANG PERS DAN KODE ETIK JURNALISTIK WARTAWAN

INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Dasar – Dasar jurnalistik

Dosen Pengampu : Nanang Qosim, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Wardah Nazilatus Salwa 1708056082
2. Nurul Munzayanah 1708056083
3. Madda Salimatul Hikmah 1708056084
4. Laeli Mukarromah 1708056085
5. Meria Fadilah Pratiwi 1708056086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi di masa ini sangatlah pesat, ditambah lagi adanya media
massa yang tiada hentinya menyampaikan informasi dari berbagai topik, bidang, dan dari
manapun asal daerahnya. Informasi cepat tersampaikan pada khalayak karena
perkembangan teknologi pula. Tentunya dengan pesatnya pertumbuhan teknologi dimasa
sekarang ini, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan teknologi yang ada dan
menambah pengetahuan, dan tidak mengunakan pengetahuan untuk hal yang tidak benar,
serta tidak sembarang menerima informasi yang tidak ada bukti penguatannya, karena
banyak sekali informasi hoax yang beredar akhir-akhir ini.
Pers sebagai lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memper oleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media
cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Dengan adanya perusahaan pers di Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers
meliputi perusahaan media cetak, media lurkan informasi.elektronik, dan kantor berita,
serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan atau
menyalurkan informasi. Sehingga memudahkan penyiaran informasi secara menyeluruh
kepada masyarakat. Adapun untuk mengantisipasi adanya hoax dan Tindakan yang
melawan hukum, berikut kami bahas mengenai Undang- Undang Pers beserta ketentuan
Pidananya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian UU Pers?
2. Apa isi dari Undang – Undang Pers?
3. Apa saja asas dan fungsi UU Pers?
4. Apa pengertian kode etik Jurnalistik?
5. Bagaimana isi pasal kode etik Jurnalistik Wartawan Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian UU Pers
Undang-undang Pers  adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip,
ketentuan dan hak-hak penyelenggara Pers di Indonesia. Undang-undang pers disahkan di
Jakarta pada 23 September 1999 oleh presiden B.J Habibie dan Sekretari negara Muladi.
Adapun undang-undangnya yaitu Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

2. Undang – Undang PERS


Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Presiden Republik Indonesia1

Menimbang:

a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud ke kedaulatan rakyat dan menjadi
unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
ber. negara yang demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat
sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 harus dijamin;

b. bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan ber negara yang demokratis,
kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani dan hak
memperoleh infor masi, merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang
diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, mema jukan kesejahteraan umum,
dan mencerdaskan kehidupan bangsa;

c. bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi, dan
pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban dan peranannya
dengan baik baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus
mendapat jaminan dan perlindungan hukum serta bebas dari campur tangan dan paksaan
dari manapun;

1
A.A Shahab, Cara mudah Menjadi Jurnalistik, 2008, Jakarta Selatan: Diwan Publishing
d. bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;

e. bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang ketentuan - ketentuan Pokok Pers
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1967 dan diubah
dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d, dan e,


perlu dibentuk Undang-Undang tentang Pers.

Mengingat:

1. Pasal 5 Ayat (1), Pasal 20 Ayat (1), Pasal 27 dan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998


tentang Hak Asasi Manusia,

Dengan Persetujuan

Dewan Perwakilan rakyat

Republik Indonesia

Memutuskan:

Menetapkan: Undang-Undang tentang Pers

Bab I

Ketentuan Umum

Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:


1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memper oleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dangambar,
serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers
meliputi perusahaan media cetak, media lurkan informasi.elektronik, dan kantor berita,
serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan atau
menyalurkan informasi.

3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau
media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.

4. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik

5. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.

6. Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia.

7. Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh pers perusahaan asing

8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi
yang akan diterbitkan atau disiarkan atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat
mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari
pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.

9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran


atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum.

10. Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya untuk menolak mengungkapkan nama
dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya. atau
sekelompok orang untuk pemberitaan

11. Hak Jawab adalah hak seorang memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap berupa
fakta yang merugikan nama baiknya.
12. Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan
informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau alat terhadap suatu
informasi, data, fakta, opini atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh
pers yang bersangkutan.

14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi ke wartawanan.

Bab II

Asas, Fungsi, Hak Kewajiban dan Peranan Pers

Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip
demokrasi, keadilan dan supremasi hukum.

Pasal 3

(1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan
kontrol sosial.

(2) Disamping fungsi-fungsi tersebut Ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai
lembaga ekonomi.

Pasal 4

(1) Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara

(2) Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelanggaran
penyiaran.
(3) Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh
dan menyampaikan gagasan dan informasi.

(4) Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai


Hak Tolak.

Pasal 5

(1) Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati
norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.

(2) Pers wajib melayani Hak Jawab,

(3) Pers wajib melayani Hak Koreksi

Pasal 6

Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:

a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;

b. menegakkan nilai-nilai dasar.demokrasi, mendorong terwujud nya supremasi hukum,


dan hak asasi nanusia serta menghormati kebhinekaan;

c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar;

d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum;

e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Bab III

Wartawan

Pasal 7
(1) Wartawan bebas memilih organisasi wartawan.

(2) Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik

Pasal 8

Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum.

Bab IV

Perusahaan Pers

Pasal 9

(1) Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers

(2) Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.

Pasal 10

Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam bentuk
kepemilikan saham dan atau laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya.

Pasal 11

Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar modal.

Pasal 12

Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan penanggung jawab secara terbuka
melalui media yang bersangkutan: khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat
percetakan.

Pasal 13

Perusahaan pers dilarang memuat iklan:

a. Yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan
hidup antarumat beragama serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;
b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

Pasal 14

Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri setiap warga negara Indonesia
dan negara dapat mendirikan kantor berita.

Bab V

Dewan Pers

Pasal 15

(1) Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan mening kata kehidupan pers
nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.

(2) Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;

b. melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;

c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik jurnalistik;

d. memberikan pertimbangan dan mengupayakan saian pengaduan masyarakat atas


kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers.

e. mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;

f. memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di


bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;

g. mendata perusahaan pers

(3) Anggota Dewan Pers terdiri dari:


a. wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;

b. pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers;

c. tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang-bidang
lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.

(4) Ketua dan wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota

(5) Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam Ayat (3) pasal ini ditetapkan
dengan keputusan presiden.

(6) Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dipilih
kembali untuk satu periode berikutnya.

(7) Sumber Pembiayaan Dewan Pers berasal dari:

a. organisasi pers:

b. perusahaan pers;

c. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.

Bab VI

Pers Asing

Pasal 16

Peredaran pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia disesuaikan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bab VII

Peran Serta Masyarakat


Pasal 17

(1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan
menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dapat berupa:

a. memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, etika, dan


kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan pers.

b. Menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan
meningkatkan kualitas pers nasional.

Bab VIII

Ketentuan Pidana

Pasal 18

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja dan melakukan tindakan yang
berakibat menghambat atau mengha langit pelaksanaan ketentuan Pasal 4 Ayat (2) dan
Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 Ayat (1) dan Ayat (2), serta Pasal 13
dipidana dengan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3)
Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 Ayat (2) dan Pasal 12 dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp 10000000000 seratus juta rupiah).

Bab IX

Ketentuan Peralihan
Pasal 19

(1) Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan pe undang-undangan di bidang


pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang ada tetap berlaku atau tetap
menjalankan fungsinya sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang
baru berdasarkan undang-undang ini.

(2) Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-undang ini wajib
menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini.

Bab X

Ketentuan Penutup

Pasal 20

Pada saat undang-undang ini mulai berlaku:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pers


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 40, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2815) yang telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Pers sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1967 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1982 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3235);

2. Undang-Undang Nomor 4 PNPS Tahun 1963 tentang Penga manan Terhadap


Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1963 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2533, Pasal 2 Ayat (3) sepanjang menyangkut
ketentuan mengenai buletin-buletin, surat-surat kabar harian, majalah-majalah, dan
penerbitan-penerbitan berkala; dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan perundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

3. Pengertian Kode Etik Jurnalistik


Kode Etik Jurnalistik – Kode, artinya tanda (sign) yang secara luas diartikan sebagai bangun
simbolis. Kode etik berupa nilai-nilai dasar yang disepakati secara universal yang menjadi cita-
cita setiap manusia. Kode etik yang berkaitan dengan dunia pers adalah kode etik
jurnalistik.Kode etik jurnalistik adalah suatu etik profesi yang dipatuhi oleh wartawan Indonesia.
Tujuan terpenting suatu kode etik jurnalistik adalah melindungi hak masyarakat dalam
memperoleh informasi objektif di media massa dan memayungi kinerja wartawan dari segala
risiko kekerasan.
Kode Etik jurnalistik dibuat dalam rangka mewadahi dan menjaga agar pelaksanaan
kebebasan pers dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab serta profesional oleh
para pelaku pers. Diharapkan dengan adanya kode Etik Jurnalistik akan membawa kehidupan
pers di Indonesia menjadi lebih baik, para pelaku-pelaku pers dapat menjalankan tugasnya secara
profesional dan baik, sehingga pers dapat menjalankan fungsi dan peranannya dengan baik
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara2

4. Kode Etik Wartawan Indonesia


Menurut beberapa sumber kode etik jurnalistik adalah sebagai berikut:
A. Kode Etik Jurnalistik3
Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan
berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan
manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya
kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

2
https://www.jatikom.com/pengertian-kode-etik/ diakses pada 13 Sepetember 2020 pukul 14.41 WIB

3
Bekti Nugroho, Samsuri. Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas. 2013. Jakarta Pusat: Dewanpers
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak
asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh
masyarakat.
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh
informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai
pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta
profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik
Jurnalistik:
Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan
tidak beritikad buruk.
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas
jurnalistik.
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan
tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia
diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa
atau cacat jasmani.
Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk
kepentingan publik.
Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak
akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas
pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

B. Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia4

PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan Negara Republik
Indonesia adalah kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana
diamanatkan oleh pasal 28 Undang-undang Dasar 1945. Oleh sebab itu kemerdekaan pers
wajib dihormati oleh sernua pihak.

Mengingat Negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum


sebagaimana diamanatkan dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, seluruh
wartawan Indonesia menjunjung tinggi konstitusi dan menegakkan kemerdekaan pers yang
bertanggung jawab, mematuhi norma-norma profesi kewartawanan, memajukan
kesejahteraan urnum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta memperjuangkan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
berdasarkan Pancasila.

4
Nikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, 2012. Jurnalistik Teori dan Praktik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
Maka atas dasar itu, tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu
kewartawanan Indonesia serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat, dengan ini
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang harus ditaati
dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan terutama anggota PWI.

C. Kode Etik Jurnalistik5


PEMBUKAAN
Bahwasanya kemerdekaan pers adalah pengwujudan kemerdeekaan menyatakan
pendapat sebagaimana tercantum dalam pasal 28 UUD tahun 1945, dank arena itu wajib
dihormati semua pihak. Kemerdekaan pers merupakan salah satu ciri negara hukum yang
dikehndaki oleh penjelasan-penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Sudah barang tentu
kemerdekaan per situ harus dilaksanakan dengan tanggung jawab social serta jiwa Pancasila
demi kesejahteraan dan keselamatan Bangsa dan Negara. Karena itulah PWI menetapkan Kode
Etik Jurnalistik untuk untuk melestarikan asas kemerdekaan pers yang bertanggungjawab.
Pasal 1
Kepribadian Wartawan Indonesia
Wartawan Indonesia adalah warga negara yang memiliki keribadian:
a. Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa;
b. Berjiwa Pancasila;
c. Taat pada Undang-Undang Dasar 1945;
d. Bersifat kesatria;
e. Menjunjung tinggi hak-hak manusia;
f. Berjuang untuk emansipasi Bangsa dalam segala lapangan; sehingga dengan demikian
turut bekrja kearah keselamatan Masyarakat Indonesia sebagai anggota Masyarakat
Bangsa-Bangsa di dunia.

Pasal 2

5
Kustadi Suhandang, 2016, Pengantar junalistik organisasi produk dan kode etik. Bandung:
Nuansa Cendekia
Pertanggungjawaban
1. Wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggungjawab dan bijaksana
mempertimbangkan perlu/patut atau tidaknya suatu berita, tulisan, gambar, karikatur, dan
sebagainya disiarkan.
2. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan:
a. hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat merugikan Negara dan Bangsa:
b. hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan;
c. hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan atau
keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi oleh undang-undang.

2. Wartawan Indonesia melakukan pekerjaannya berdasarkan kebebasan yang


bertanggungjawab demi keselamatan umum. Ia tidak menyalah gunakan jabatan dan
kecakapannya untuk kepentingan sendiri dan/ atau kepentingan golongan.
3. Wartawan Indonesia dalam menjalankan tugas jurnalistik yang men yangkut Bangsa dan
Negara lan, mendahulukan kepentingan nasional Indonesia.
Pasal 3
Cara Pemberitaan dan Menyatakan Pendapat
1. Wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-
bahan berita dan tulisan dengan selalu menyatakan identitasnya sebagai wartawan apabila
sedang melakukan tugas peliputan.
2. Wartawan Indonesia meneliti kebenaran sesuatu berita atau keterangan sebelum
menyiarkannya, dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber berita yang
bersangkutan.
3. Di dalam menyusun suatu berita, Wartawan Indonesia membedakan antara kejadian
(fakta) dan pendapat (opini), sehingga tidak mencampurbaurkan fakta dan opini tersebut.
4. Kepala-kepala berita harus mencerminkan isi berita.
5. Dalam tulisan yang memuat tentang suatu kejadian (byline story) Wartawan Indonesia
selalu berusaha untuk bersikap objektif, jujur dan sportif berdasarkan kebebasan yang
bertanggung jawab dan menghindarkan diri dari cara-cara penulisan yang bersifat
pelanggaran kehidupan pribadi (privacy), sensasional, immoral, atau melanggar
kesusuilaan.
6. Penyiaran setap berita atau tulisan yang berisi tuduhan yang tidak berdasar, desas-desus,
hasutan yang dapat membahayakan keselamatanan Banga dan Negara, fitnahan,
pemutarbalikan sesuatu kejadian, merupakan pelanggaran berat terhadap profesi
jurnalistik.
7. Pemberitaan tentang jalannya pemeriksaan perkara pidana di dalam sidang sidang
pengadilan harus dijiwai oleh prinsip praduga tak bersalah, yaitu bahwa seseorang
tersangka baru dinggap bersalah telah melakukan sesuatu tindak pidana apabila telah
dinyatakan terbukti bersalah dalam keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
tetap
8. Penyiaran nama secara lengkap. identitas, dan gambar dan seorang tersangka dilakukan
dengan penuh kebijaksanaan, dan dihındarkan dalam perkara perkara yang menyangkut
kesusilaan atau menyangkut anak-anak yang belum dewasa. Pemberitaan harus selalu
berimbang antara tuduhan dan pembelaan dan dihindarkan terjadinya trial by the press

Pasal 4
Hak Jawab
1. Setiap pemberitaan yang kemudian ternyata tidak benar atau berisi hal-hal yang
menyesatkan, harus dicabut kembali atau diralat atas keinsafan wartawan sendiri
2. Pihak yang merasa dirugikan wajib diberi kesempatan secepatnya untuk menjawab atau
memperbaiki pemberitaan yang dimaksud sedapat mungkin dalam ruangan yang sama
dengan pemberitaan semula dan maksimal sama panjangnya. asal saja jabatan atau
perbaikan itu dilakukan secara wajar.
Pasal 5
Sumber Berita
1. Warisan Indonesia menghargai dan melindung kedudukan sumber berita yang tidak
bersedia di sebut namanya Dalam hal berita tanpa menyebut nama sumber tersebut
disiarkan, maka segala tanggung jawab berada pada wartawan dan/atau penerbit pers
yang bersangkutan.
2. Keterangan keterangan yang diberikan secara off the record tidak disiarkan, kecuali
apabila wartawan yang bersangkutan secara nyata-nyata dapat membuktikan bahwa ia
sebelumnya memiliki keterangan-keterangan yang kemudian ternyata diberikan secara
off the record itu. Jika seorang wartawan tidak ingin terikat pada keterangan yang akan
diberikan dalam suatu pertemuan secara off the record, maka ia dapat tidak
menghadirinya.
3. Wartawan Indonesia dengan jujur menyebut sumbernya dalam mengutip berita, gambar,
atau tulisan dari suatu penerbitan pers, baik yang terbit di dalam maupun di luar negeri.
Perbuatan plagiat, yaitu mengutip berita, gambar, atau tulisan tanpa menyebutkan
sumbernya, merupakan pelanggaran berat.
4. Penerimaan imbalan atau sesuatu janji yang untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan
suatu berita, gambar atau tulisan yang dapat menguntugkan atau merugikan seseorang,
suatu golongan atau sesuatu pihak dilarang sama sekali
Pasal 6
Kekuatan Kode Etik
1. Kode Etik ini dibuat atas prinsip bahwa pertanggungjawaban tentang pentaatannya
berada terutama pada hati nurani setiap wartawan Indonesia
2. Tiada satu pasal pun dalam Kode Akun ini yang memberi wewenang kepada golongan
mana pun di luar PWI untuk mengambil tindakan terhadap seorang wartawan Indonesia
atau terhadap penerbitan pers di Indonesia berdasarkan pasal-pasal dalam Kode Etik ,
karena sanksi atas pelanggaran Kode Etik ini merupakan hak Organisatoris dari Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) melalui organ-organnya. [ ]

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers adalah lembaga
sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi
mencari, memper oleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dangambar, serta data dan grafik maupun
dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala
jenis saluran yang tersedia.
Sebagaimana diamanatkan dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945,
seluruh wartawan Indonesia menjunjung tinggi konstitusi dan menegakkan kemerdekaan
pers yang bertanggung jawab, mematuhi norma-norma profesi kewartawanan,
memajukan kesejahteraan urnum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
memperjuangkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial berdasarkan Pancasila.
Atas dasar itu, tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu kewartawanan
Indonesia serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat, dengan ini Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang harus ditaati dan dilaksanakan
oleh seluruh wartawan terutama anggota PWI.

B. Saran
Penulis sadar bahwa dalam mengerjakan makalah ini tidaklah sempurna dan
masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis meminta kritik dan saran agar penulis
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR ISI
A.A Shahab. 2008. Cara mudah Menjadi Jurnalistik. Jakarta Selatan: Diwan Publishing

Bekti Nugroho, Samsuri. 2013. Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas.Jakarta Pusat: Dewanpers

https://www.jatikom.com/pengertian-kode-etik/ diakses pada 13 Sepetember 2020 pukul 14.41


WIB

Kusumaningrat. Nikmat dan Purnama Kusumanigrat. 2012. Jurnalistik Teori dan Praktik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suhandang. Kustadi. 2016. Pengantar junalistik organisasi produk dan kode etik. Bandung:
Nuansa Cendekia

BIODATA MAHASISWA
1. Wardah Nazilatus Salwa – 1708056082
Nama saya Wardah Nazilatus Salwa, saya berasal dari Semarang tepatnya di desa mangkang,
kecamatan Ngaliyan kelurahan Wonosari rt 03 rw 04.
kota Semarang adalah ibukota provinsi Jawa Tengah sekaligus kota metropolitan terbesar ke
lima di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Sebagai salah satu kota
paling berkembang di pulau jawa, di kota Semarang makanan khas yang terkenal adalah lumpia
dan bandeng presto.
Alhamdulillah Saya lahir tanggal 29 Mei 1999 dengan selamat dan sehat. Sekarang saya belajar
di UIN Walisongo Semarang fakultas sains dan teknologi pada jurusan pendidikan matematika
semester 7
2. Nurul Munzayanah - 1708056083
3. Madda Salimatul Hikmah - 1708056084
Nama saya Madda Salimatul Hikmah, biasa dipanggil dengan Madda. saya lahir di Pemalang
tepatnya pada Jum’at, 3 Desember 1999. Rumah orang tua saya di Desa Kendalrejo RT 3 RW 1
Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang. Hobi saya saat ini menonton film horror dan suatu
saa bisa berubah. Saya sekarang sedang menempuh Pendidikan tingkat Universitas di UIN
Walisongo Semarang, tepatnya mengambil jurusan Pendidikan supaya linear dengan cita-cita
saya menjadi guru. Selain mempunyai impian sebagai guru, saya juga ingin menjadi pemilik
rumah makan yang ramai pengunjungnya, dengan memiliki impian seperti itu tentunya harus
pandai membaca peluang dan pandai melakukan riset pasar. Tentunya masih banyak bidang lain
yang ingin saya pelajari lebih lanjut.
4. Laeli Mukarromah – 1708056085
Nama saya Laeli Mukarromah. Asal dari Bumiayu salah satu desa di Kabupaten Brebes yang
terkenal akan bawang merah dan telur asin.
21 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 22 Mei 1999 saya dilahirkan sebagai anak pertama
sekaligus kakak bagi kedua adik saya.
Sekarang sedang menempuh Pendidikan S-1 Prodi Pendidikan Matematika di Universitas Islam
Negri Walisongo Semarang semester 7.

5. Meria Fadilah - 1708056086


Nama saya Meria Fadilah Pratiwi, saya berasal dari Jepara tepatnya di desa Kaligarang
Kecamatan Keling, yaitu salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki julukan sebagai kota
ukir. Saya lahir 21 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 1 Januari 1999. Sekarang saya
menempuh pendidikan di UIN Walisongo Semarang fakultas Sains dan Teknologi pada Jurusan
pendidikan matematika semester tujuh.

Anda mungkin juga menyukai