Anda di halaman 1dari 5

PASAL 17

BI selaku Lender Of Last Resort yaitu pemneri bantuan likuiditas

UU No 13 Tahun tahun 1968 Tentang Bank Sentral

Bank yang diselamatkan yaitu PT. Bank Muttaqin Hasan

Pendiri Bank Muttaqin Hasan Yaitu Nouval Abednego / Direktur Utama

Silwa Martiana yaitu Pemegang saham pengendali Bank Muttaqin Hasan tahunn
1987

Bank Muttaqin Hasan berpusat di Semarang, Jawa Tengah cabangnya ada diberbagai
daerah Di Indonesia

Bank Muttaqin Hasan mengalami saldo debet yang berujung pada kesulitan likuiditas,
diakibatkan karena krisis yang terjadi dan pengelolaan internal yang buruk

Direktur Utama Bank Muttaqin Hasan mengajukan permohonan likuiditas ke BI

BI menerima Permohonan likuiditas melalui rapat Gubernur BI dengan jajarnnya

Disepakati pemberian bantuan likuiditas oleh BI kepada Bank Muttaqin Hasan,


melalui pertimbangan bahwa Bank Muttaqin Hasan hanya mengalami saldo debet
dalam kondisi normal dan salah satu Bank yang sangat dipercaya masyarakat luas

BI memberikan likuiditas Rp33.200.000.000.000,00 yang dibagi secara bertahap

Pertama , Agustus 1998 sebnyak 22.100.000.000.000,00

Kedua , Juni 1999 sebanyak Rp11.100.000.000.000,00

TPPU

TINDAK PIDANA KORUPSI


Berdasarkan kasus posisi diatas saya menyimpulkan ada 3 nama besar yang
tersandung dalam kasus hukum. Yang pertama yaitu Direktur Utama sekaligus
Pendiri PT. Bank Muttaqin Hasanm yaitu Nouval Abednego, kedua Silwa Martiana
selaku Pemegang saham pengendali Bank Muttaqin Hasan tahun 1987 dan juga
pemilik perusahaan Siagian Grup, dan yang ketiga yaitu Faiz Napitupulu selaku
direktur utama dan suami dari Silwa Martianna.

Adapaun pelanggaran yang dilakukan oleh Nouval Abednego selaku direktur utama
PT. Bank Muttaqin Hasan yaitu mereka melakukan transaksi yang tidak wajar kepada
Silwa Martiana dan Faiz Napitupulu dengan jumlah dana kredit yang sangat banyak
sehingga mengakibatkan Nouval Abednego melakukan pelanggaran penyalahgunaan
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan juga Bank Muttaqin Hasan
dinyatakan sebagai Bank yang tidak sehat karena NPL pembagian kreditnya diatas
5%. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 Tanggal 20 Mei 2013
bahwa tingkat NPL yang wajar adalah kurang dari 5 % dari total kredit karena sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum atau penetapan status layak dalam
penyaluran kredit,semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak
sehat, didasarkan pernyataan tersebut bertujuan untuk bagaimana bank itu dapat terus
berputar dengan stabil dalam melakukan aktivitas kegiatan penyaluran kredit dengan
baik dan optimal.

NPL adalah data persentase keseluruhan kredit macet berdasarkan data sesuai dengan
laporan Bank untuk mengukur tingkat kesehatan Bank dalam penyaluran kredit NPL
= Total OS Macet/Menunggak OS KreditLancar x 100 %

dengan dikenai Pasal 3 UU PTPK yang berbunyi “Setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah)”, Jo Pasal 55 KUHP yang berbunyi:
“(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan;
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain
supaya melakukan perbuatan.
(2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang
diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.”
Pasal 3 UU PTPK dapat diuraikan unsur-unsur deliknya adalah sebagai berikut:
(a) dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;
(b) menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan;
(c) yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Frasa “dengan tujuan menguntungkan....” secara implisit sudah terkandung unsur
kesengajaan. Unsur dolus atau sengaja ditempatkan di depan maka dolus/kesengajaan
mencakup unsur-unsur delik berikutnya, termasuk juga penyalahgunaan wewenang.
Selanjutnya Unsur “menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena kedudukan atau jabatan”.

Faiz Napitupulu dan istrinya mengajukan kredit kepada Bank Muttaqin Hasan untuk
keperluan perusahaannya. Setelah itu Silwa Martiana dan suaminya Faiz Napitupulu.
Melakukan wanprestasi karena tidak membayar sama sekali (keditur macet) yang
kemudian mereka menjadi tersangka dan ditetapkan dalam Daftar Pencarian Orang
(DPO) karena mereka lari keluar negeri.

Perjanjian menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata didefinisikan sebagai berikut:


“Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih saling
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Didalam pelaksanaannya kredit
dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangatlah
beresiko dan membahayakan posisi bank, mengingat jika nasabah mengalami
kesulitan dalam memenuhi prestasinya, maka bank akan sulit menutupi kerugian yang
ditimbulkan terhadap kredit yang disalurkan.

Kredit macet adalah suatu kondisi di mana debitur baik individu maupun perusahaan,
tidak mampu membayar kewajibannya kepada kreditur secara tepat waktu yang
disebabkan oleh kondisi debitur mengalami penurunan performa keuangan, adanya
bentuk ketidakstabilan dari bisnis yang mereka lakukan, atau memang sengaja untuk
tidak membayar kreditnya secara tepat waktu termasuk menurunnya aktivitas
ekonomi maupun tingginya suku bunga kredit yang dalam hukum perdata disebut
wanprestasi atau istilah lain Non Performing Loan.

Pasal 1243 KUHPer menegaskan konsekuensi kepada pihak yang melakukan


wanprestasi: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu
perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai
untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui
waktu yang telah ditentukan”.

Karena yang dilakukan Silwa Martiana dan suaminya Faiz Napitupulu adalah
pengambilan uang secara penuh dan tidak ingin mengembalikan uang yang
dipinjamnya kepada Bank Muttaqin Hasan maka mereka dikenakan pasal tentang
korupsi, yaitu pasal UU PTPK, yang dinyatakan sebagai berikut: Setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).

Anda mungkin juga menyukai