HUBUNGAN
MASYARAKAT
KODE ETIK
JURNALISTIK
PROGRAM STUDI D III
HUBUNGAN
MASYARAKAT
JURNALISTIK
5. Syifa Oktaviani Bachtera (C/22/ 4123163774)
JURNALISME
Jurnalisme adalah seni, bukan sains. Penilaian, bukan formula, yang akan menentukan mana kejadian dan isu yang akan
diberitakan dan cara pemberitaannya-tidak ada dua jurnalis yang memandang berita dengan cara yang persis sama. Ini
membuat proses pengumpulan dan penyampaian berita mendapat kritik. Jurnalis di setiap waktu senantiasa bertanya apakah
ada acara yang lebih baik untuk menjalankan tugasnya. Yang dapat dilakukan semua jurnalis adalah berusaha mencari
kebenaran dan menyampaikan secara akurat. Walau begitu, kompleksitas pengumpulan berita modern-yang melibatkan
banyak orang, masing-masing punya kesempatan untuk mengubah atau bahkan menghapus berita-menyebabkan ada
ketidakakuratan dan kesalahan dalam berita.
(John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 329)
KODE ETIK
Kata etik berasal dari bahasa yunani kuno, Dalam sebuah berita atau tulisan feature,
etike (kata sifat) sementara kata bendanya wartawan tidak boleh memasukkan opininya sendiri.
adalah ethos yaitu watak (character), Si penulis feature harus mengungkapkan fakta,
kebiasaan (custom). bukan khalayan atau imajinasinya sendiri (factum,
Etika merupakan standar tingkah laku/ non fictum). Memasukkan atau mencampurkan opini
pembuatan tertentu dari manusia yang ke dalam berita merupakan tindak pelanggaran atas
dapat dianggap sebagai sesuatu yang ideal. kode etik profesi, dalam hal ini Kode Etik Wartawan
Indonesia.
Pertanggungjawaban
Kepribadian Wartawan Indonesia
(Drs.Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisistik (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hlm. 343-345)
KODE ETIK JURNALISTIK
Pasal 3
5. Dalam menyatakan suatu pendapat, menggunakan kebebasannya dengan menitikberatkan pada rasa tanggung
jawab Nasional dan Sosial, kejujuran, sportivitas dan toleransi.
(Drs.Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisistik (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hlm. 343-345)
KODE ETIK JURNALISTIK
Pasal 4 Pasal 5
1. Tulisan yang berisi tuduhan yang tidak berdasar, 1. Wartawan Indonesia menghargai dan melindungi
hasutan yang yang membahayakan keselamatan kedudukan sumber berita yang tidak mau disebut
negara, fitnahan, memutarbalikan kejadian dengan namanya dan tidak menyiarkan keterangan-
sengaja, penerimaan sesuatu untuk menyiarkan keterangan yang diberikan secara off the record.
sesuatu berita atau tulisan, adalah pelanggaran yang
berat terhadap profesi jurnalistik. 2. Wartawan Indonesia dengan jujur menyebut
sumbernya dalam mengutip berita atau tulisan dari
2. Setiap pemberitaan yang tidak benar atau sesuatu surat kabar atau penerbitan, untuk
membahayakan negara, merugikan kepentingan kesetiakawanan profesia.
umum/golongan/perorangan, harus dicabut kembali
dan diralat atas keinsafan wartawan sendiri, sedang 3. Penerimaan uang atau sesuatu janji untuk menyiarkan
pihak yang dirugikan diberi kesempatan untuk atau tidak menyiarkan sesuatu yang dapat
menjawab atau memperbaiki pemberitaan yang menguntungkan atau merugikan orang, golongan
dimaksud maksimal sama panjang selama jawaban ataupun sesuatu pihak adalah pelanggaran Kode Etik
itu dilakukan secara wajar. yang berat.
(Drs.Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisistik (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hlm. 343-345)
KODE ETIK JURNALISTIK
Pasal 6 Pasal 7
Kode etik jurnalistik wartawan Indonesia ini dibuat atas Pengawasan penataan kode etik Jurnalistik ini dilakukan
prinsip bahwa pertanggunggjawaban tentang oleh Dewan Kehormatan Persatuan wartawan Indonesia
penataannya terutama pada hati nurani setiap wartawan yang menentukan sanksi-sanksi yang diperlukan.
Indonesia.
(Drs.Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisistik (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hlm. 343-345)
Pasal 1
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 2
D. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas liputan wartawan lain sebagi karya sendiri
sumbernya H. penggunaan cara-cara tertentu dapat
dipertimbangkan untuk peliputan investigasi bagi
kepentingan publik.
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 3
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 4
Penafsiran
JURNALISTIK
A. Bohong adalah sesuatu yang sudah diketahui wartawan
sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 5 KODE ETIK
Wartawan indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan susila tidak menyebutkan
JURNALISTIK
identitas pelaku kejahatan
Penafsiran:
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 6
KODE ETIK
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan
tidak menerima suap. JURNALISTIK
Penafsiran :
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 7
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 8
KODE ETIK
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap JURNALISTIK
seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit,
agama, jenis kelamin dan bahasa serta tidak merendahkan
martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat
jasmani.
Penafsiran :
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 9
KODE ETIK
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber
tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan
JURNALISTIK
umum.
Penafsiran :
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 9
KODE ETIK
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber
tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan
JURNALISTIK
umum.
Penafsiran :
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 10
KODE ETIK
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan
memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai
JURNALISTIK
dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan
pemirsa.
Penafsiran :
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
Pasal 11
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 256-260)
KODE ETIK WARTAWAN
INDONESIA
1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar.
2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk
memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan
identitas kepada sumber informasi.
3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah,
tidak mencampurkan fakta dan opini, berimbang dan selalu
meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat.
4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat
dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebutkan
identitas korban kejahatan susila.
5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak
menyalahgunakan profesi.
6. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan
embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai
kesepakatan.
7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan
dalam pemberitaan serta melayani Hak Jawab.
(Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita
(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 253-255)
DAFTAR PUSTAKA