Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KELOMPOK VIII

KONSEP ISLAM TENTANG RELASI SOSIAL

Disusun Oleh:
Adinda Dwi Kartika (4123164428)
Annisa Maresza (4123163746)
Gennisa Maryli Phalase (4123163029)
Rizka Dwi Novanti (4123165293)

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
OKTOBER
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabarakatuh

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya, yang bertemakan
Konsep Islam tentang Relasi Sosial.

Makalah ini berisikan tentang informasi penerapan konsep islam dalam hubungan sosial antar
manusia. Harapan dari kami, semoga informasi yang terkandung dalam makalah ini bisa menambah
pengetahuan dan bermanfaat baik bagi penulis, maupun kepada pembacanya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
sarang dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, kami mengucapkan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekeliruan, kesalahan, dan segala kekurangan
apapun dalam penulisan makalah ini, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.

Wassalamu'alaikum warahmatullah hiwabarakatuh

Jakarta, Oktober 2017

(Penyusun)
Manusia adalah makhluk sosial, dia tak bisa hidup seorang diri, atau mengasingkan diri dari
kehidupan bermasyarakat. Dengan dasar penciptaan manusia yang memikul amanah berat menjadi
khalifah di bumi, maka Islam memerintahkan ummat manusia untuk saling taawun, saling tolong-
menolong, untuk tersebarnya nilai rahmatan lil alamin ajaran Islam. Maka Islam menganjurkan
ummatnya untuk saling taawun dalam kebaikan saja dan tidak dibenarkan taawun dalam kejahatan
(QS Al Maaidah:2). Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi
dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu dengan individu. Individu dengan kelompok.
Kelompok dengan kelompok dll. Contoh, guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara
individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi
Sosial.

Agama merupakan pegangan dan pandangan hidup bagi masyarakat dan berperan di hampir
seluruh bidang kehidupan, terutama dalam hal bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Peranan sosial
agama ini haruslah dilihat terutama bagi sesuatu yang mempersatukan dimana dalam pengertian
harfiahnya agama menciptakan suatu ikatan bersama, yaitu dengan adanya kewajiban-kewajiban sosial
keagamaan yang membantu mempersatukan mereka. Dengan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem
kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok keagamaan.maka agama menjamin adanya
persetujuan bersama dalam masyarakat serta cenderung melestarikan nilai-nilai sosial.

Karakteristik ajaran Islam dapat dilihat dari ajarannya di bidang sosial. Ajaran Islam di bidang
sosial ini termasuk yang paling menonjol, karena seluruh bidang ajaran Islam pada akhirnya ditujukan
untuk kesejahteraan manusia. Namun khusus dalam bidang sosial ini Islam menjunjung tinggi nilai
tolong menolong, nasehat menasihati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan egaliter (kesamaan
derajat) tenggang rasa dan kebersamaan. Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam
bukan ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit, bahasa, jenis kelamin dan lain
sebagainya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketakwaan-
nya yang ditunjukkan oleh potensi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. Atas dasar ukuran ini maka
dalam Islam mempunyai kesempatan yang sama.. Mobilitas vertikal dalam arti yang sesungguhnya ada
dalam Islam, sementara sistem kelas yang menghambat mobilitas sosisl tersebut tidak diakui
keberadaannya. Seseorang yang berprestasi sungguhpun dari kalangan bawah, tetap dihargai dan dapat
meningkat kedudukannya serta mendapat hak-hak sesuai dengan prestasi yang dicapainya.
Jadi, pengertian tentang Interaksi Sosial sangat berguna didalam memperhatikan dan
mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpamanya di Indonesia sendiri membahas mengenai
interaksi-interaksi sosial yang berlangsung berbagai suku bangsa, golongan agama. Dengan mengetahui
dan memahami perihal tersebut dapat menimbulkan atau mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial
tertentu.

Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi,simpati
dan empati. Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang lain. Contoh anak
gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya memakai. Sugesti adalah interaksi sosial
yang didasari oleh adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke
murid atau yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan. Indentifikasi adalah
interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menjadi sama) dengan
pihak yang lain. Contoh menyamakan kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi
sosial yang didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.

Empati adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam. Interaksi sosial
mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial.
KONSEP ISLAM TENTANG RELASI SOSIAL

1. Konsep Interaksi Sosial

Interaksi Sosial berarti hubungan dinamis antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok dan kelompok dengan kelompok. Bentuknya seperti kerja sama, persaingan, pertikaian,
tolong-menolong dan Gotong-royong. Soerjono Soekanto mengatakan Interaksi sosial adalah kunci
dari seluruh kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
kehidupan bersama. Interaksi terjadi antara orang-perorangan, kelompok dengan kelompok, dan
individu dengan kelompok.

Dalam Islam, Interaksi Sosial disebut dengan istilah hablum minannaasi (hubungan dengan
sesama manusia), pengertiannya juga tidak berbeda dengan pengertian interaksi sosial diatas, yaitu
hubungan dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Contohnya,
Saling sapa, berjabat tangan, silaturrahim, solidaritas sosial, ukwah islamiah dan lai-lain. Interaksi
sosial tidak hanya terjadi dikalangan komunitas atau suatu kelompokya saja tetapi juga diluar
komunitasnya.

2. Determinan Interaksi Sosial


2.1. Adanya kepentingan.

Manusia sebagai makhluk paripurna dan makhluk sosial memiliki kepentingan terhadap orang
lain, tidak bisa hidup sendirian, dan bahkan memerlukan bantuan orang lain. Bentuk kepentingan itu
misalnya : pergaulan sosial, tolong-menolong dan punya kebutuhan yanga sama.

2.2. Ingin hidup bersama.

Ciri manusia yang selalu berinteraksi yaitu ingin hidup bersama dan bersosialisasi. Karena itu,
dalam pergaulan sosial ia tidak saja melakukan interaksi pada satu kelompok saja tetapi juga pada
kelompok-kelompok lain dengan tidak membeda-bedakan suku, bangsa latar belakang sosial, artinya,
pada siapa saja dapat melaksanakan interaksi sosial.

2.3. Menghindari konflik sosial.

Salah satu yang harus dijauhi di dalam kehidupan sosial ialah terjadinya konflik sosial, konflik
bisa timbul karena benturan agama, ideologi, politik, kesenjangan sosial, ekonomi, kesalah pahaman dan
penerapan hukum yang tidak adil. Untuk mengatasi konflik tersebut harus selalu berinteraksi dengan
berbagai lapisan masyarakat.

2.4. Menjalin kerja sama.

Bekerja sama maksudnya ialah bekerja sama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama
misalnya, organisasi sosial, organisasi politik, dan pada umumnya dalam suatu perusahaan , seorang
menejer dibantu oleh para karyawannya.

2.5. Faktor kekerabatan dan keagamaan.

Kekerabatan terjadi karena ada hubungan darah dan perkawinan sehingga memudahkan untuk
melakukan interaksi sosial.

2.6. Kedekatan

Hubungan ketetanggaan atau tempat tinggal interaksi yang harmonis tetapi juga sebaliknya yaitu
terjadi konflik antara tetangga. Pada umumnya semakin dekat jarak geografis antara dua orang maka
makin tinggi tingkat interaksi, saling bertemu, berbicara dan bersosialisasi.

2.7. Kesamaan

Terbentuknya kelompok sosial karena ada kesamaan di antara anggota-angotanya. Pada


umumnya faktor kesamaan itulah yang menyebabkan orang selalu berinteraksi.

2.8. Faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.

Faktor faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri, secara terpisah dan serentak.
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition),
dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin
mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaiaan tersebut hanya akan dapat diterima untuk
sementara waktu, yang dinamakan akomodasi (accomodation) ; dan ini kedua belah pihak belum tentu
puas sepenuhnya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.

3.1. Proses Asosiatif

` Proses asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat meningkatkan hubungan solidaritas
antara individu.

3.1.1. Kerja sama (cooperation).

Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu
usaha bersama antara perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama. Kerjasama ini semakin menguat apabila ada tantangan dari luar kelompoknya. Kerjasama bisa
timbul jika terjadi hal-hal berikut.

1. Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama.


2. Kedua belah pihak memiliki sumbangan atau konstribusi untuk memenuhi kepentingan mereka
melalui kerjasama.
3. Akomodasi (accomodation)

Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu yang menunjuk pada suatu keadaan dan yang
menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu
keseimbangan dalam interaksi di antara orang-orang, yang kaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-
nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada
usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan. Akomodasi mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Mengurangi pertentangan.
2. Mencegah pertentangan untuk sementara.
3. Memungkinkan terjadinya kerjasama.
4. Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara
untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya.

3.1.2. Asimilasi

Asimilasi adalah penyesuaian sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat-sifat sekitar. Dalam hal
prose? sosial, asimilasi berkaitan dengan peleburan perbeda-an budaya.

1. Proses asimilasi bisa terjadi bila terdapat hal-hal berikut


2. Perbedaan kebudayaan kelompok-kelompok manusia.
3. Terjadi pergaulan secara langsung dan intensif.
4. Ada perubahan kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia dan saling menyesuaikan diri.

Beberapa faktor yang mempermudah asimilasi adalah toleransi, sikap menghargai orang asing, sikap
terbuka yang dimiliki para pemimpin, per-samaan unsur-unsur kebudayaan, dan kesempatan-
kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.

3.2. Proses Disosiatif

Proses disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan solidaritas
antarindividu. Proses disosiatif meliputi persaingan, kontravensi, dan konflik.

3.2.1. Persaingan (competition).

Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari
keuntungan melalui suatu bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum, dengar. cara menarik perhatian publik atau mem-pertajam prasangka yang ada, tanpa
menggunakan ancaman atau kekerasan. Beberapa bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi,
persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.

3.2.2. Kontravensi (contravention)

Pada hakikatnya kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan
dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-
orang lain atau unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu, yang dapat berubah menjadi bencian, tetapi
tidak sampai pada pertentangan pertikaian. Secara umum, bentuk kontravensi meliputi penolakan,
keengganan, perlawanan, per-buatan menghalang-halangi, protes, dan mengecewa-kan rencana pihak
lain.

3.2.3. Pertentangan/pertikaian (conflict)

Interaksi sosial dalam bentuk pertentangan atau pertikaian terjadi jika masing-masing pihak yang
sedang mengadakan interaksi, tidak menemukan kesepahaman mengenai sesuatu, kemudian berlanjut
menjadi adu kekuatan, lalu timbul adanya pertentangan atau pertikaian. Pertentangan atau pertikaian
tersebut dapat bersifat sementara atau terus-menerus.

4. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial

Sebelum menjelaskan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial terlebih dahulu dijelaskan ciri-cirinya,
antara lain :

1. Pelaku jumlahnya lebih dari satu orang.


2. Terjadi komunikasi antara pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
3. Punya dimensi waktu: masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang yang
menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.
4. Mempunyai tujuan-tujuan tertentu bisa sama dan bisa pula berbeda.

Menurut Soerjono Soekonto ada dua syarat terjadinya interaksi sosial, Yaitu :

1. Kontak Sosial (Social Contact).


2. Komunikasi Sosial.

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan, dialog dan masing-
masing pihak mengerti maksud dan tujuannya. Kontak sosial terbagi dua yaitu, kontak sosial secara
langsung dan kontak sosial secara tidak langsung. Kontak secara langsung misalnya pertemuan dan
dialog. Kontak tidak langsung yaitu, dengan menggunakan peralatan seperti telepon, radio, dan surat.
Atau yang paling populer saat ini adalah melaui sms (short message).
Soerjono Soekonto menjelaskan kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :

1. Antara orang-perorangan. Misalnya, anak kecil yang mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam


keluarganya.
2. Antara orang-perorangan dalam satu kelompok manusia atau sebaliknya. Contohnya, apabila
partai politik memaksa angota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan
program kerjanya.
3. Antara suatu kelompok manusia dengan satu kelompok manusia lainnya. Misalnya, dua
partai politik melakukan kerja sama untuk mengalahkan partai politik saingannya.

Sedangkan komunikasi sosial adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau dari
perilaku pihak lain. Melalui tafsiran pada perilaku pihak lain, sesorang mewujudkan perilaku sebagai
reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin disampaikan oleh pihak lain.

5. Tata Cara Membangun Interaksi Sosial.

Membangun interaksi sosial yang efektif tidaklah terlalu sulit dalam kehidupan sosial. Namun,
harus disadari tidak semua oarang dapat melakukan interaksi sosial dengan baik. Untuk memudahkan
kita berinteraksi sosial, ada beberapa kiat yang bisa dilakukakan, yaitu :

5.1. Simpati.

Maksudnya, belajar memahami dan menerima keberadaan orang lain. Tidak merendahkan status sosial,
tingkat ekonomi, pendidikan dan keluarganya. Artinya, tidak boleh superior dari orang lain. Lebih
menunjukkan kesederhanaan dan saling menghargai dalam kehidupan sosial. Ada beberapa syarat untuk
membangun simpati.

1. Rendah hati, maksudnya ikhlas dan tidak memposisikan diri lebih hebat dalam lingkungan
kerja dan lingkungan sosial.
2. Fleksibel, artinya supel dalam bergaul, mudah menerima dan memahami orang lain.
3. Memahami kehidupan sosial orang lain. Misalnya, tingkat ekonomi, status sosial,
pendidikan dan gaya bahasanya. Sama seperi juru dakwah sebelum menyampaikan dakwah
nya mengtahui terlebih dahuulu audiens nya maka dakwah yang akan disampaikan bisa
dimengerti orang lain.
5.2. Memberi Manfaat.

Sering kita dalam kehidupan sosial bukanlah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Karena
faktor ketertutupan pribadi, dan selalu berfikir negatif. Mungkin juga karena faktor pendidikan dan
kekayaan maka menganggap remeh terhadap lingkungan sosial. Dalam Islam yang ditutuntut adalah
manusia yang bermanfaat sesamanya.

5.3. Saling Menghargai dan Menghormati

Siapapun teman kita bicara, bergaul dan berinteraksi sosial harus mengutamakan sifat
mengahargai. Kita menghargai orang lain maka oarang lain juga pasti mengahargai kita.

5.4. Solidaritas Sosial

Ketika teman, keluarga, dan tetangga ditimpa oleh musibah maka harus bersifat solidaritas.
Ketika masyarakat ditimpa banjir, longsor, gempa bumi, angin puting beliung, kebakaran rumah dan
lainnya maka harus muncul sifat solidaritas sosial. Pada masyarakat kota sifat tasamuh itu jauh lebih
menipis dibanding dengan masyarakat desa, rasa persaudaraan dan kekeluargaan masih kuat dan dan
terpelihara. Garis keterunan, geneolgi, hubungan darah dan ikatan desa menjadi faktor pendukung
terciptanya solidaritas sosial.

5.5. Memahami Karakter Agama dan Budaya Masyarakat.

Pada masyarakat plural seperti di Sumatra Utara kita harus menghormati agama yang dianut oleh
suku-suku lain. Terjadinya gesekan-gesekan sosial antar penganut agama belakangan ini karena belum
sepenuhnya menerapkan kerukunan antara umat beragama. Demikian pula tentang keanekaragaman
yang dianut masyarakat harus diterima bersama dan tidak merendahkan budaya orang lain. Hal itu salah
satu kekayaan bansa Indonesia. Filosofi yang dipakai ialah Bhinneka Tunggal Ika, walaupun kita
berbeda Agama, Budaya, Suku, Bangsa tetapi harus mengutamakan kesatuan. Dalam istilah lain bersatu
dalam perbedaan.
6. Pandangan Islam Tentang Interaksi Sosial

Agama Islam adalah agama rahmat. Sebagaimana al-Quran menyatakan bahwa Nabi saw. diutus
sebagai rahmatan lil alamin.Untuk mengejawantahkan cita-cita besar yaitu rahmatan lil alamin
diperlukan kerjasama antara umat manusia tidak terbatas antar intern umat Islam tetapi dengan non
muslim pun perlu dijalin demi cita-cita di atas.

Untuk mewujudkan persaudaraan antarpemeluk agama, al-Quran telah memperkenalkan sebuah


konsep yaitu taaruf. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman yaitu:

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal.
Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.

Ayat diatas dijadikan sebagai dasar atas eksistensi interaksi social antar sesama manusia, dimana
sebelumnya telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan interaksi adalah aksi timbal balik dan
kata taaruf dalam hadis tersebut juga bermakna saling karna dalam penggunaannya dipakai isim
masdhar yang setimbang dengan kata tafaulun yang bermakna saling dimana fungsi isim
adalah musyarkah.

Selanjutnya kata taaruf dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud disitu adalah
pentingnya untuk saling mengenal dan saling berinteraksi antar satu sama lain dalam hal umum, tetapi
tidak dalam hal yang berhubungan dengan agama karena Allah telah membedakan diantara manusia
yang dia cintai yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa kepadanya. Dengan kata lain, Allah telah
memerintahkan hambanya untuk saling mengahrgai dan saling menghormati dalam urusan-urusan sosial
kemasyarakatan saja.

Jika hal ini dikaitkan dengan aktifitas keagamaan, maka hal tersebut telah dijelaskan oleh al-Quran
tentang sistem dalam beragama. Allah berfirman :

Artinya : Untukmulah agamamu dan untukulah agamaku

Dalam al-Quran juga menganjurkan agar mencari titik-singgung dan titik-temu antarpemeluk
agama. Bahwa al-Quran menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan
hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling menyalahkan.
Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman yaitu:

Artinya : Katakanlah: Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak
ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai Tuhan selain Allah. jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: Saksikanlah,
bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).

Jalinan persaudaraan antara seorang Muslim dan non-Muslim sama sekali tidak dilarang oleh
Islam, selama pihak lain menghormati hak-hak umat Islam. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran.
Allah berfirman :

Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang yang tidak
memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusirmu dari negerimu, sesunggujnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil

Ketika sebagian sahabat Nabi memutuskan bantuan keuangan/material kepada sebagian


penganut agama lain dengan alasan bahwa mereka bukan Muslim, al-Quran menegur mereka dengan
Seperti yang disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman yaitu:

Artinya : bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang
member petunjuk atas siapa yang dikehendakinya. Dan apa saja harta yang yang kamu berikan dijalan
Allah, maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan jangalah kamu membelanjakan sesuatu melainkan
karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu berikan, niscaya kamu akan
diberikan pahalanya dengan cukup sedang kamu tidak dianiaya sedikitpun.

Sejarah telah mencatat bagaimana interaksi sosial dan muamalah dengan orang-orang non
muslim yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Rasulullah saw. sendiri pernah menerima
hadiah dari raja/kepala suku kafir. Bahkan Rasul pun pernah memberi hadiah kepada mereka.

Jadi, yang dimaksudkan dengan interasksi sosial menurut al-Quran adalah sikap saling
mengahargai dan saling menghormati dalam urusan-urusan sosial kemasyarakatan atau dalam bidang
muamalah.
Menurut Magnis Suseno, secara garis besarnya, etika dapat dilihat sebagai pedoman yang
berisikan aturan-aturan baku yang mengatur tindakan-tindakan pelaku dalam sebuah profesi, yang dalam
pedoman tersebut terserap prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang mendukung dan menjamin
dilakukannya kegiatan profesi si pelaku sebagaimana seharusnya, sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Dalam konteks ke-Indonesiaan, Masdar Hilmy berpandangan bahwa bagi bangsa Indonesia,
adanya keragaman budaya merupakan kenyataan sosial yang sudah niscaya. Eksternalisasi nilai-nilai
keadilan yang berdimensi multikultural, misalnya, merupakan suatu agenda besar yang perlu senantiasa
di dijalankan oleh semua komponen bangsa.

Didalam al-Qur,an Allah Swt berfirman yaitu:

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal.
Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.

Dalam Islam ada tiga hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan kepada Allah SWT,
hubungan kepada sesama manusia dan hubungan kepada alam semesta. Ketiga hubungan ini harus
seimbang dan bersinegri. Artinya, tidak boleh fokus pada satu bentuk hubungan saja. Misalnya,
mengutamakan hubungan kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama manusia di abaikan. Apabila hal
itu diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan sesorang. Hubungan kepada Allah dari sudut sosiologi
disebut dengan hubungan vertikal dan hubungan sesama manusia disebut hubungan horizontal.
Hubungan kepada sesama manusia dalam istilah sosiologi disebut dengan interaksi sosial. Hubungan
kepada alam semesta yaitu tidak dibenarkan merusak lingkungan tetapi melestrikan dan menjaga dengan
baik.

Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan yang mencakup populer
yaitu silaturrahim. Yang artinya hubungan kasih sayang. Silaturrahim sebagai bentuk interaksi sosial
banyak dilakukan umat islam pada kegiatan majelis taklim, menyambut bulan suci ramadahan,
penyambutan tahun baru Islam, hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal.
Namun, harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan itu saja. Tetapi dalam
bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga dapat dikelompokkan kedalam silaturrahim
karena setiap kamis malam selalu antara jamaah, saling kontak, saling bebicara dan saling berdiskusi.
Istilah yang lebih luas dari interaksi sosial yakni ukhwah Islamiyah. Artinya, persaudaraan yang
dijalin sesama muslim. Persaudaraan itu dibagi empat, yaitu :

1. Ukwah Ubudiyah, yaitu ukhwah berdasarkan sama-sama hamba Allah


2. Ukhwah Al Insaniyah, artinya ukwah yang didasarkan karena sama-sama manusia sebagai
makhluk Allah yang bersumber dari seorang ayah dan ibu yaitu nabi Adam Dan Siti Hawa.
3. Ukhwah al-Wathaniyah, Yaitu, ukhwah yang didasarkan pada negara dan kebangsaan yang
sama.
4. Ukhwan fin din Al-Islam, yaitu, ukhuwah yang didasarkan karena sama-sama satu akidah.

7. Etika Interaksi Sosial Dalam Islam

Dalam melakukan interaksi sosial harus ada etika yang dibangun sehingga interaksi itu tetap
harmonis, kondusif dan tidak terputus. Berkaitan dengan hal tersebut, Islam menjelaskan beberapa etika
tersebut, antara lain, :

7.1. Tidak boleh saling memfitnah.

Perbuatan fitnah itu dilarang dalam ajaran Islam karena bertentangan dengan kenyataannya.
Dalam kehidupan sosial ditemukan beberapa bentuk fitnah, yaitu fitnah terhadap harta, anak, keluarga,
dan jabatan bahkan perilaku tersebut cukup sulit dihindari oleh sebahagian masyarakat. Dari segi
pergaulan sosial fitnah itu cukup merugikan orang lain dan dampaknya dapat menimbulkan permusuhan,
kebencian, dendam dan terputusnya hubungan silaturrahim.

7.2. Tidak boleh menghina atau menghujat sesama muslim.

Perilaku tersebut dewasa ini cukup mudah ditemukan dalam kehidupan sosial. Orang begitu
mudah tersinggung, menghina, menghujat tanpa alasan yang jelas. Dampaknya, yakni sering terjadi
permusuhan, kebencian, bahkan juga pertengkaran sesama muslim yang pada akhirnya mengganggu
ukhwah Islamiyah.
7.3. Tidak dibenarkan berburuk sangka kepada orang lain (suuzzan).

Karena tetangga, teman dan pegawai kantoran membangun rumah mewah, menduduki jabatan
terhormat, punya harta, maupun mobil sering menimbulkan buruk sangka di masyarakat. Dalam Islam,
sifat buruk sangka tidak dibenarkan dan termasuk kedalam kategori akhlak al-mazmumah (akhlak
tercela).

7.4. Bersikap jujur dan adil.

Dalam kehidupan sosial tidak dibenarkan penuh dengan kebohongan dan ketiadakadilan karena
dapat merugikan pribadi, keluarga, masyrakat bahkan merugikan negara. Pemimpin yang jujur dan adil
akan dihormati, dicintai oleh rakyat dan diteladani kepemimpinannya. Tetapi apabila pemimpin tidak
jujur dan tidak adil maka aka dihina masyarakat, dan tidak dihormati.

7.5. Bersifat tawaduk atau merendah diri.

Salah satu sikap yang dibangun dalam interaksi sosial tidak dibenarkan bersifat sombong karena
haratnya, jabatan dan status social.

7.6. Berakhlak mulia.

Bustanuddin Agus mengatakan bahwa sesorang yang berakhlak mulia akan mengantarkan
bangsa itu menjadi baik dan dihormati dalam hubungan intersansional. Tetapi apabila masyarakat dan
bangsanya tidak berakhlak mulia maka bangsa itu tidak dihormati dan mengalami kehancuran. Perilaku
atau berakhlak tidaklah cukup sebatas ungkapan tetapi harus dalam perilaku nyata. Berkaitan dengan
soal akhlak itu, Asmaran mengatakan berakhlak mulia merupakan azas kebahagiaan, keselarasan,
keserasian dan keseimbangan hubungan anatara sesama manusia, baik pribadi maupun dengan
lingkungannya.

Dalam Surat al Hujurt ayat 11 juga dijelaskan etika dalam interaksi sosial







Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok olok kaum yang lain, boleh Jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu
sendiridan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim.

Kata qaum biasa digunakan untuk sekelompok manusia. Bahasa menggunakannya pertama
kali untuk kelompok laki-laki saja, karena ayat tersebut menyebut pula secara khusus wanita. Memang
wanita dapat saja masuk dalam pengertian kaum bila ditinjau dari penggunaan sekian banyak kata yang
menunjuk kepada laki-laki, misalnya kata al muminn dapat saja tercakup di dalamnya al mumint.
Namun, ayat di atas mempertegas penyebutan kata karena ejekan dan merumpi lebih banyak dari
kalangan perempuan dibanding kalangan laki-laki.

Dalam ayat ini ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan agar terwujudnya hubungan yang harmonis
antar sesama manusia, yaitu:

a. Larangan untuk mengolok-olokan

Adapun yang dimaksud dengan kata atau mengolok-olokkan pada ayat ini adalah
menyebut kekurangan pihak lain dengan tujuan menertawakan yang bersangkutan, baik dengan ucapan,
perbuatan, maupun tingkah laku atau dengan melalui isyarat. Pernyataan dari Allah agar tidak saling
mengejek ini sebenarnya mengandung suatu makna yang sangat halus (tersirat), bahwa pada umumnya
penilain seseorang manusia pada dirinya sendiri pada umumnya tidak tepat. Orang yang mengolok-olok
orang lain biasanya menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, karena itu Allah Swt mengingatkan
barangkali orang yang diejek itu bisa jadi lebih baik dari pada orang yang mengejek.

b. Larangan saling mencela

Kata ( talmiz) terambil dari kata ( al lamz). Para ulama berbeda pendapat dalam
memaknai kata ini, Ibnu Asyur misalnya memahaminya dalam arti ejekan yang langsung dihadapkan
kepada yang diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan, atau kata-kata yang dipahami sebagai ancaman
atau ejekan. Pada ayat di atas dilarang untuk melakukan al lamz terhadap diri sendiri, sedang maksudnya
adalah orang lain. Redaksi tersebut dipilih untuk mengisyaratkan kesatuan masyarakat dan bagaimana
seharusnya sesorang merasakan bahwa penderitaan dan kehinaan yang menimpa orang lain juga
menimpa dirinya sendiri.

c. Larangan untuk menggelar dengan gelar yang buruk

Kata ( tanbuz) terambil dari kata ( an Nabz) yakni gelar buruk. At Tanbuz adalah
saling memberi gelar yang buruk. Larangan ini menggunakan kata makna timbal balik, berbeda denagan
panggilan al lamz pada penggalan sebelumnya. Ini bukan saja karena at tanbuz lebih banyak terjadi dari
pada al lamz, tetapi karena biasanya gelar buruk biasanya disampaikan secara terang-terangan dengan
yang memanggil dengan yang bersangkutan. Hal ini mengundang siapa saja yang tersinggung dengan
panggilan buruk itu, membalas dengan memanggil yang memanggilnya pula dengan gelar buruk,
sehingga terjadilah tanbuz. Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa an nabz khusus digandengkan
dengan laqab atau gelar yang buruk,seperti mengatakan ya Fasiq, ya Kafir, dan lain sebagainya

Beberapa sifat di atas merupakan perbuatan-perbuatan yang akan merusak huibungan antar
manusia dengan sesamanya dalam sebuah lingkungan. Oleh sebab itu, Allah Swt mewanti-wanti untuk
menjauhi beberapa perbuatan ini agar terciptanya sebuah hubungan yang harmonis dan penuh dengan
kedamaian dan kenyamanan dalam sebuah kehidupan dengan sesama.
DAFTAR PUSTAKA

Buku.

Nata, Abuddin., 2002, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Skripsi.

Supriyanto, 2009, Islam dan Perubahan Sosial, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Internet.

Dewi, Meida Satyarini., 2010, Hubungan Sosial Dalam Islam, [Online],


(http://endutendut.blogspot.co.id/2010/01/hubungan-sosial-dalam-islam.html?m=1, diakses pada
Sabtu, 30 September 2017, pukul 07.10 WIB)

Ghali, Shafwan., 2013, Islam dan Interaksi Sosial, [Online],


(http://iain-s.blogspot.co.id/2013/04/islam-dan-interaksi-sosial.html?m=1), diakses pada Rabu, 3
Oktober 2017, pukul 17.41 WIB.

Huzaifa, 2013, Interaksi Sosial dan Tinjauan Dalam Islam, [Online],

http://interaksisosialdantinjauandalamislam.blogspot.co.id/2013/12/interaksi-sosial-dan-tinjauan-
dalam_7039.html diakses pada Jumat, 06 Oktober 2017, pukul 07.41 WIB.

Nengsih, Desri. 2014, Hubungan Antar Manusia Menurut Perspektif Al- Quran, [Online],

http://echie-d.blogspot.co.id/2014/06/hubungan-antar-manusia-menurut.html diakses pada


Jumat, 06 Oktober 2017, pukul 08.03 WIB.

Anda mungkin juga menyukai