Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEADILAN SOSIAL BAGI BANGSA INDONESIA

Disusun oleh Kelompok 5


Kelas 2 A Manajem

Neng Risma Daianti (5551170016)


Ilah Mahilah (5551170019)
Eka Nurindah Sari (5551170021)
Esti Elisa (5551170022)
Siska Amalia (5551170023)
Fitriyani (5551170026)
Cahyaning Mawar Prasasti (5551170032)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepaada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. makalah
yang berjudul “Keadilan Sosial Bagi Bangsa Indonesia ” ini di buat dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Kami sadar selama dalam proses
penyusunan makalah kami mengalami berbagai macam kendala yang di hadapi, namun berkat
bimbingan dan dukungan yang diberikan dari berbagai pihak semua kendala tersebut bisa
teratasi dan kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami baik dari segi moril maupun materil .

Sebagai manusia biasa Penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini terutama dalam segi teknis dan materi, mengingat kemampuan kami yang terbatas.
untuk itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penyusun sehingga tujuan yang di harapkan dapat tercapai.

Serang, 1 April 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yang memiliki sebuah ideologi. Sebuah pemikiran yang
melandasi segala aktivitas, tingkah laku dan pola fikir, yang akhirnya tercipta keharmonisan
didalamnya. Semakin tertata dan teraturnya pola hidup seseorang, maka akan semakin baik
hidup orang tersebut. Beda negara berbeda juga ideologi yang diterapkan, seperti Indonesia.
Indonesia adalah negara yang ideologinya berasakan oleh Pancasila. Dan sebagai warga
negara, kita diharuskan untuk mengerti, menghayati, mengamalkan dan mengamankannya.
Karena, Pancasila merupakan landasan terkuat karena tersusun dari berbagai aspek dasar
kehidupan. Pancasila yang memilki sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradap, Persatuan Indonseia, Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
adalah cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
Namun beberapa tahun terakhir ini, kita telah kehilangan sifat dasar dan makna yang
sebenanya dari Pancasila itu sendiri. Banyak sekali pergeseran yang telah terjadi di negara dan
bangsa tercinta ini. Beberapa contoh yang signifikan adalah dengan peristiwa - peristiwa yang
belakangan telah mencoreng dan jauh dari asas Pancasila. Dalam hal ini salah satu sila dari
Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Saat ini nilai - nilai yang
tertanam di masyarakat terhadap sila tersebut sangatlah kecil, hal itu terlihat dengan banyaknya
kerusuhan yang terjadi yang berawal dari hilangnya keadilan dalam kehidupan sosial di
masyarakat. Oleh karena itu, kami akan membahas apa makna dari salah satu sila dalam
Pancasila, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosial?
2. Apa makna keadilan dalam bidang sosial bagi bangsa Indonesia?
3. Apa saja contoh masalah sosial bangsa Indonesia?
4. Bagaimana cara menyelesaikan masalah sosial bangsa Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan utama dalam penulisan makalah yaitu:
1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana pribadi yang
sebenarnya dari bangsa yang berlandaskan Pancasila.
2. Diharapkan para pembaca dapat mengerti Pancasila dengan baik dan benar,
mengenai sila ke lima dalam Pancasila.
3. Diharapkan setelah mengerti arti dari Pancasila yang sebenarnya, para pembaca
dapat mengamalkan nilai-nilai yang terkandung pada sila kelima dalam Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosial
Di kehidupan kita sebagai anggota masyarakat istilah sosial sering dikaitkan dengan
hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin
di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Dan juga sering diartikan
sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga
memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah,
mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikataka sebagai mempunyai jiwa sosial yang
tinggi. Pada dunia pendidikan pun istilah sosial dipakai untuk menyebut salah satu jurusan
yang harus dipilih ketika memasuki jenjang sekolah menengah atas atau pilihan ketika
memasuki perguruan tinggi, dan jurusan tersebut adalah jurusan yang berkaitan dengan segala
aktivitas yang berkenaan dengan tindakan hubungan antar manusia. Lebih jauh lagi terdapat
dua bidang ilmu yang ada di dunia ini yaitu ilmu pengetahuan alam dan humaniora, kedua
bidang tersebut mempunyai perbedaan kajian, yaitu bahwa ilmu pengetahuan alam mengarah
pada kajian-kajian yang bersifat alam dan pasti, sedangkan humaniora berkaitan dengan
kemanusiaan, atau sering orang mengartikannya sebagai seni, bahasa, sastra. Sosial merupakan
bidang yang berada di antara humaniora dan ilmu pengetahuan alam. Atau juga Ilmu
pengetahuan alam dilawankan dengan ilmu pengetahuan sosial atau ilmu sosial. Sebenarnya
apakah yang dimaksud dengan sosial dari kenyataan-kenyataan tentang istilah tersebut di atas.
Dilihat dari sasaran atau tujuan dari istilah tersebut yang berkaitan dengan kemanusiaan, maka
dapat diasumsikan bahwa semua pernyataan tersebut pada dasarnya mengarah pada bentuk
atau sifatnya yang humanis atau kemanusiaan dalam artian kelompok, mengarah pada
hubungan antar manusia sebagai anggota masyarakat atau kemasyarakatan. Sehingga dapat
dimaksudkan bahwa sosial merupakan rangkaian norma, moral, nilai dan aturan yang
bersumber dari kebudayaan suatu masyarakat atau komuniti yang digunakan sebagai acuan
dalam berhubungan antar manusia.
Sosial disini yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan
dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komunitas, sebagai acuan
berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap
lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh
individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian, sosial
haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi,
karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing
individu yang saling berfungsi satu dengan lainnya. Dalam konteks ini, manusia diatur hak dan
kewajibannya yang menunjukkan identitasnya dalam sebuah arena, dan sering disebut sebagai
status, bagaimana individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan apa yang telah
ada dalam perangkat pedoman yang ada yang dipakai sebagai acuan.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, pengertian sosial adalah : suatu ilmu yang
mempelajari tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Jadi, sosial adalah
ilmu yang dapat mencakup semua kegiatan masyarakat, seperti sifat, perilaku dan lain lain.

Bentuk – bentuk sosial:


 Struktur Sosial
Adalah urutan derajat kelas sosial dalam masyarakat mulai dari terendah sampai tertinggi.
Contoh: kasta.
 Diferensiasi sosial
Adalah suatu sistem kelas sosial dengan sistem linear atau tanpa membeda-bedakan tinggi-
rendahnya kelas sosial itu sendiri.
Contoh: agama.
 Integrasi sosial
Adalah pembauran dalam masyarakat, bisa berbentuk asimilasi, akulturasi, kerjasama,
maupun akomodasi.

B. Keadilan Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, adil adalah (1) sama berat; tidak berat sebelah; tidak
memihak; (2) berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; (3) sepatutnya; tidak
sewenang-wenang. Merupakan persoalan yang sangat fundamental. Tanpa rasa adil maka akan
lebih banyak gejolak yang timbul di dalam hati masing-masing manusia. Bila hati saja sudah
bergelora niscaya perkataan dan perilakupun akan ikut-ikutan bergelombang.

Akibat tidak mengimplementasikan keadilan sosial


 Manusia menjadi binatang tanpa keadilan sosial
Tanpa keadilan, kehidupan manusia tidak ada ubahya dengan kehidupan binatang di
alam liar. Mengapa hewan di alam liar saling bunuh membunuh? Bahkan kawannya sendiripun
dilahapnya! Semua ini terjadi demi kesejahteraannya. Demikian jugalah hidup bersosial itu.
Ketika seseorang belum tercukupi kebutuhannya maka ada kecenderungan yang lebih untuk
mengutil, mentokohi, merampas bahkan membunuh sesamanya sendiri.
Dengan pengetahuan yang dimilikinya manusia belajar untuk mengendalikan diri. Lewat ujian
sosial yang terjadi di masyarakat kita dilatih untuk menekan bahkan menghilangkan rasa
kebinatangan itu. Lewat pengetahuan tentang garam dan terang maka kita belajar untuk tampil
lebih sehat di segala kondisi. Dengan mempedomani garam dan terang dunia maka kita dapat
mengolah bahkan memutar kebutuhan hidup sehari-hari (termasuk makanan dan minuman)
sehingga tetap ada untuk keberlangsungan hidup manusia turun temurun.

 Tanpa pemerataan yang adil maka setiap orang akan berebut sumber daya bahkan sampai
menghalalkan segala cara
Mari amati negeri kita Indonesia, terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Keunggulannya adalah rasa keberagaman yang sangat kental terutama dalam hal perbedaan
suku dan agama. Dari sini Indonesia mulai terpecah-pecah. Keadaan ini semakin diperparah
oleh banyaknya organisasi yang notabene mirip-mirip satu sama lain (hanya beda-beda tipis
saja). Mengapa hal ini terjadi? Semuanya demi memperebutkan jatah dari pemerintah.
Otomatis jatah terbanyaknya dipegang oleh orang-orang cerdas di bagian inti organisasi
(manajemen) tersebut.

C. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kita tahu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah Sila Kelima dari
Pancasila, dasar negara, ideologi negara, dan sumber dan segala sumber hukum. Saya
menganggap sila kelima itu merupakan ultimate goal (sacred mission) dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Ya, tujuan kita mendirikan NKRI adalah untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan seluruh rakyat Indonesia.
Negara yang kehidupan sosialnya sudah berada dalam keadaan berkeadilan sosial,
maka kemiskinan tetap ada, tetapi kemiskinan itu bersifat kultural (mental individual)
sedangkan kemiskinan yang bersifat struktural, yakni kemiskinan disebabkan karena adanya
kebijakan publik negara yang salah bahkan disengaja untuk memiskinkan orang atau
sekelompok orang karena alasan poltis atau karena secara tidak fair lebih mementingkan
kesejahteraan kelompok penguasa sendiri, sudah tidak ada lagi.
Dalam negara berkeadilan sosial juga tetap ada strata sosial atau kelas sosial, artinya
tidak ada penghapusan secara paksa pembedaan strata sosial sepanjang pembedaan strata atau
kelas itu terjadi oleh sebab-sebab yang alamiah bukan oleh suatu rekayasa politik.

1) Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menunjukkan bahwa manusia
Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
masyarakat Indonesia. Keadilan sosial memiliki unsur pemerataan, persamaan dan kebebasan
yang bersifat komunal
Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil
terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-
hak orang lain. Nilai keadilan sosial mengamatkan bahwa semua warga negara mempunyai
hak yang sama dan bahwa semua orang sama di hadapan hukum.
Dengan sikap yang demikian maka tidak ada usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain, juga untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup bergaya mewah
serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Demikian juga dipupuk sikap suka kerja keras dan sikap menghargai hasil karya orang lain
yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung nilai-nilai bahwa setiap
peraturan hukum, baik undang-undang maupun putusan pengadilan mencerminkan semangat
keadilan. Keadilan yang dimaksudkan adalah semangat keadilan sosial bukan keadilan yang
berpusat pada semangat individu. Keadilan tersebut haruslah dapat dirasakan oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia, bukan oleh segelintir golongan tertentu.
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus
tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun
batiniah.
Penegakan hukum dan keadilan ini ialah wujud kesejahteraan manusia lahir dan batin,
sosial dan moral. Kesejahteraan rakyat lahir batin, terutama terjaminnya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, rasa keamanan dan keadilan, serta kebebasan
beragama/kepercayaan. Cita-cita keadilan sosial ini harus diwujudkan berdasarkan UUD dan
hukum perundangan yang berlaku dan ditegakkan secara melembaga berdasarkan UUD 1945.
Dalam pandangan Bagir Manan, kekuasaan kehakiman di Indonesia memiliki beberapa
karakter yang harus dipahami oleh hakim sehingga dapat mewujudkan nilai keadilan sosial.
Peradilan berfungsi menerapkan hukum, menegakkan hukum dan menegakkan keadilan
berdasarkan Pancasila. Pelaksanaan peradilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan; segala bentuk campur tangan
dari luar kekuasaan kehakiman dilarang. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak
membeda-bedakan orang, tidak ada seorangpun dapat dihadapkan di depan pengadilan selain
daripada yang ditentukan baginya oleh undang-undang.
Pancasila sila kelima, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mempunyai makna
bahwa seluruh rakyat Indonesia mendapatkan perlakuan yang adil baik dalam bidang hukum,
politik, ekonomi, kebudayaan, maupun kebutuhan spiritual dan rohani sehingga tercipta
masyarakat yang adil dan makmur dalam pelaksanaan kehidupan bernegara. Di dalam sila
kelima intinya bahwa adanya persamaan manusia di dalam kehidupan bermasyarakat, tidak
ada perbedaan kedudukkan ataupun strata di dalamnya, semua masyarakat mendapatkan hak-
hak yang seharusnya diperoleh dengan adil.

2) Aktualisasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui Keadilan social


bagi seluruh rakyat Indonesia dapat diimplementasi antara lain:

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3. Menghormati hak-hak orang lain.
4. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
5. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
6. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
7. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
D. Masalah sosial

1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang sampai sekarang masih belum dapat
diselesaikan dengan baik, bahkan terus berlangsung atau bahkan meningkat di berbagai
belahan dunia. Dalam konteks negara, masalah kemiskinan bukan hanya terjadi di negara yang
kurang berkembang saja tetapi juga terjadi di beberapa negara maju dan berkembang.
Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidaksanggupan atau ketidakmampuan
dalam memenuhi kebutuhan pokok seperti kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Adanya
kemiskinan menyebabkan rendahnya pendapatan per-kapita suatu negara, hal ini juga erat
kaitannya dengan minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia.
Selain itu kurang berkembangnya pola pikir masyarakat juga menjadi faktor lain masih
adanya masalah kemiskinan dalam masyarakat. Mereka yang dapat beradaptasi dengan
perubahan sosial dengan baik dan dapat berpikir secara terbuka akan dengan mudah
menghindari masalah kemiskinan ini. Negara harus mengambil langkah cepat dalam upaya
mengurangi tingkat kemiskinan, karena tingginya tingkat kemiskinan dapat menyebabkan
munculnya masalah sosial lainnya seperti masalah kriminalitas, kesenjangan sosial ekonomi,
dan yang lainnya.

2. Masalah Pengangguran
Masalah pengangguran juga erat kaitannya dengan masalah kemiskinan yang terjadi di
dalam masyarakat. Masalah penggangguran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
rendahnya kualitas sumberdaya manusia karena rendahnya kualitas pendidikan dan
keterampilan, dan berkembangnya mesin canggih yang menggantikan tenaga manusia. Selain
itu, masalah pengangguran juga erat kaitannya dengan minimnya lapangan pekerjaan yang
tersedia tetapi semakin meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini yang harus mendapatkan
perhatian khusus dari pemerintah dalam upaya mengatasi masalah pengangguran yang ada.

3. Masalah Kependudukan
Salah satu contoh masalah kependudukan adalah meningkatnya jumlah penduduk
secara berkala. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya angka kelahiran dibanding dengan
angka kematian. Tingginya jumlah penduduk mengakibatkan persebaran penduduk yang tidak
merata dan adanya kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk juga dapat menyebabkan
masalah sosial lainnya, seperti masalah kemiskinan, pengangguran, hingga masalah
lingkungan sehingga dibutuhkan upaya yang nyata dalam mengatasi masalah kependudukan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menekan laju pertumbuhan penduduk
melalui program keluarga berencana.

4. Pendidikan
Rendahnya kualitas pendidikan dan minimnya fasilitas atau kesempatan mendapatkan
pendidikan merupakan salah satu faktor munculnya masalah sosial pendidikan dalam
masyarakat. Sebagai contoh, banyaknya anak dibawah umur yang ikut bekerja untuk
membantu ekonomi keluarga. Ketidakmampuan dalam membiayai sekolah serta faktor
kemiskinan merupakan alasan utama rendahnya kesempatan pendidikan dalam masyarakat.
Hal ini berakibat pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang juga erat kaitannya
dengan masalah pengangguran dan kesenjangan sosial.

5. Masalah Kesenjangan Sosial Ekonomi


Ketidak merataan pembangunan di daerah-daerah dan rendahnya mobilitas sosial
merupakan faktor utama munculnya kesenjangan sosial ekonomi. Masalah sosial ini dapat
dilihat dari perbedaan jarak antara yang disebut sebagai masyarakat mampu atau kelompok
atas dengan masyarakat kurang mampu atau masyarakat bawah. Masyarakat mampu dan
masyarakat tidak mampu merupakan salah satu contoh status sosial yang ada di masyarakat.
Adanya masalah kesenjangan sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi munculnya berbagai
macam masalah sosial lainnya, seperti masalah kriminalitas, munculnya sikap kecemburuan
sosial, dan yang lainnya.
Ketimpangan dalam pendistribusian pendapatan dan tingginya tingkat kemiskinan
merupakan masalah kesenjangan sosial ekonomi yang banyak terjadi di negara-negara
berkembang. Untuk mencegah atau mengurangi masalah ini maka dibutuhkan perencanaan
yang baik dalam hal pemerataan pembangunan, penyediaan lapangan pekerjaan, dan
pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan yang baik.

6. Masalah Tindak Kejahatan atau Kriminalitas


Masalah sosial tindak kejahatan atau kriminalitas merupakan masalah yang paling
mengganggu dan mengancam ketentraman masyarakat. Beberapa contoh tindak kejahatan
adalah pencurian, perampokan, korupsi, pembunuhan, penculikan, dan yang lainnya, dimana
tindakan ini sangat bertentangan dengan norma hukum. Adanya masalah sosial ini erat
kaitannya dengan masih adanya masalah kemiskinan, pengangguran, pendidikan, hingga
kesenjangan sosial ekonomi. Oleh sebab itu, perlu adanya kerjasama yang baik oleh
pemerintah, aparatur negara, dan masyarakat dalam upaya mengurangi masalah tindak
kejahatan atau kriminalitas dalam kehidupan masyarakat.

7. Masalah Lingkungan Hidup


Lingkungan hidup merupakan salah satu unsur utama dalam berlangsungnya kehidupan
bermasyarakat. Lingkungan hidup yang tidak aman dan tidak nyaman dapat memicu
munculnya masalah-masalah sosial lainnya dalam masyarakat, seperti masalah tindak
kejahatan atau kriminalitas dimana perkelahian, pertengkaran, dan tindakan lainnya terjadi.
Sedangkan lingkungan hidup yang tidak kotor atau tidak bersih dapat menimbulkan masalah
sosial kesehatan, seperti menyebar nya wabah penyakit, kurangnya ketersediaan air bersih,
maraknya gizi buruk, serta terganggu nya keseimbangan ekosistem alam dan yang lainnya.

8. Kenakalan Remaja
Remaja dikenal sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat berkontribusi
secara positif dalam memajukan negara, karena maju tidaknya suatu negara juga dapat dilihat
dari tingkah laku generasi mudanya. Tetapi semakin banyaknya perubahan sosial yang terjadi
semakin meningkat pula masalah sosial kenakalan remaja di masyarakat. Masalah kenakalan
remaja merupakan salah satu masalah yang paling menonjol dari contoh kasus realita sosial
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya kualitas pendidikan,
faktor pengaruh lingkungan, dan kurangnya pengawasan orang tua. Masalah yang sering di
lakukan oleh kaum remaja adalah tawuran, merokok, penggunaan obat-obat terlarang, dan
kelakuan lainnya yang sering meresahkan masyarakat.

Itulah beberapa contoh masalah sosial dalam masyarakat. Bagaimanapun kondisinya, dalam
sebuah lingkungan masyarakat pasti ada masalah-masalah sosial yang terjadi. Adanya berbagai
masalah sosial tersebut dapat memberikan dampak bagi kehidupan masyarakatnya, dampak
yang paling menonjol adalah dampak masalah sosial kemiskinan dan kriminalitas di
masyarakat
Sebagai contoh seperti munculnya perilaku menyimpang bahkan hingga adanya perpecahan
kelompok atau masyarakat. Sehingga dibutuhkan upaya nyata dalam pencegahan atau
pengurangan masalah-masalah sosial muncul dalam masyarakat, misalnya dengan adanya
kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya-upaya yang dilakukan.
Pemerintah dan masyarakat perlu menentukan dan melakukan langkah cepat dalam mengatasi
masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat agar tidak menimbulkan masalah-masalah sosial
yang lainnya yang mungkin berkonteks lebih besar. Upaya-upaya yang mungkin dapat
dilakukan seperti penyediaan lapangan pekerjaan, adanya penyuluhan atau sosialisasi,
peningkatan kualitas dan kesempatan pendidikan, peningkatan fasilitas-fasilitas atau layanan
sosial, dan lain sebagainya.

E. Makna dan Arti Pancasila


Sila Ke-5 Pada umumnya nilai pancasila digali oleh nilai-nilai luhur nenek moyang
bangsa Indonesia termasuk nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Karena digali
oleh nilai nilai luhur bangsa Indonesia, Pancasila mempunyai kekhasan dan kelebihan,
sedangkan Prinsip keadilan yaitu berisi keharusan/tuntutan untuk bersesuaian dengan hakikat
adil (Sunarjo Wreksosuharjo,2000:35). Dengan sila ke lima ini, manusia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Sila Kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat Indonesia.
Untuk itu dikembangkan perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu diperlukan sikap adil terhadap sesama, menjaga
kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Nilai yang
terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab , Persatuan Indonesia,
serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau
Perwakilan. Dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai- nilai yang merupakan tujuan Negara
sebagai tujuan dalam hidup bersama.
Maka dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam
kehidupan bersama ( kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan
manusia dengan Tuhannya.

F. Nilai Yang Terkandung Pada Sila Ke Lima


Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan atau Perwakilan.
Dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai- nilai yang merupakan tujuan Negara
sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai keadilan
yang harus terwujud dalam kehidupan bersama ( kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari
dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain , manusia dengan masyarakat, bangsa dan
negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya
Keadilan Sosial adalah sifat masyarakat yang adil, makmur dan berbahagia untuk
semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penghisapan, bahagia material dan bahagia
spritual, lahir dan batin. Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa seseorang harus memberikan
apa yang menjadi haknya. Dan tahu mana haknya dan kewajibannya sendiri kepada orang lain
dan dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja, tetapi mengutamakan
kepentingan umum, tidak individualistis dan egois.
Tetapi berbuat untuk kepentingan bersama. Maka di dalam sila ke-5 tersebut,
terkandung nilai Keadilan tersebut didasari oleh hakekat keadilan manusia yaitu keadilan
dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia
dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Oleh
karena itu manusia dikatakan pula sebagai makhluk Monopruralisme. Konsekuensinya nilai-
nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama adalah meliputi:

1) Keadilan Distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak sama. Keadilan distributif
sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warganya, dalam arti pihak
negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk
kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasrkan atas
hak dan kewajiban.

2) Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)


Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam masalah ini
pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum
merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya.
Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling
cocok baginya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya
disebut keadilan legal.

3) Keadilan Komulatif
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik.
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.
Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asan pertalian dan ketertiban dalam
masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan
merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam
hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan
seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan wilayahnya, mencerdaskan seluruh
warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara
negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam
suatu pergaulan antar bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi
setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan bersama).
Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu Negara berkebangsaan,
mengharuskan Negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-undangan. Dalam
pengertian inilah maka Negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan suatu
negara yang berdasarkan atas Hukum. Sehingga sebagai suatu negara hukum haruslah
terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu:
a. Pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia.
b. Peradilan yang bebas
c. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya

Konsekuensinya sebagai suatu Negara Hukum yang berkeadilan sosial maka Negara Indonesia
harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam undang-undang
1945 pasal:
1. Pasal 27 (1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
perintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. (2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
2. Pasal 28, “Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”
3. Pasal 29 (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya
4. Pasal 31 (1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. (2) Setiap warga
Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3)
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

G. Penerapan Sila ke-5 di Indonesia


Keadilan sosial berarti keadaan yang seimbang dalam suatu masyarakat, namun
ternyata dalam kenyataannya sila ke-5 masih memiliki banyak kekurangan.
Perwujudan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia setelah 68 tahun merdeka
masih belum maksimal sekaligus merupakan sila yang diabaikan oleh penyelenggara Negara
Kesatuan Republik Indonesia dari saat kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai dengan saat ini.
Ini ditandai dengan saat ini adanya kurang lebih 100 juta rakyat Indonesia (menurut data Bank
Dunia) berada dibawah garis kemiskinan atau kurang lebih 40 % dari bangsa Indonesia ini
menandakan masih besarnya kesenjangan sosial di indonesia.
Dilihat dari strata sosial bangsa Indonesia setelah kemerdekaan tidak mengalami perubahan,
strata tersebut antara lain:
a) Strata Sosial Utama : Diduduki oleh kaum pemodal yang dengan kebijakan ekonomi
liberal, dimulai masa orde baru sampai dengan saat ini.
b) Strata Sosial Kedua : Kalangan birokrat penyelenggara negara yang dengan penyakit
KKN yang akut dari masa orde baru sampai dengan saat ini.
c) Strata Sosial Ketiga : Para pekerja professional.
d) Strata Sosial Keempat : Tetap tidak berajak dari masa penjajahan Belanda dulu yang
menikmati paling sedikit kesejahteraan dialam kemerdekaan ini adalah: petani, buruh,
pekerja rendahan, nelayan, akibat daya dukung kehidupan makin menurun di pedesaan
dan terpaksa melarikan diri ke kota tanpa modal pendidikan dan keahlian apa-apa.

H. Garis Besar Sila Ke-5


Secara garis besar sila ke-5 mengalami masalah atau kekurangan dalam bidang perekonomian
nasional dan kesejahteraan sosial yang tidak merata. Untuk contoh konkrit berdasarkan pasal-
pasal yang terkait dengan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pasal 33 UUD 1945
Tentang kesejahteraan sosial, dimana di ayat 3 disebutkan bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Berarti seharusnya rakyat Indonesia dapat menggunakan air secara gratis
dan merata tapi ternyata sudah rakyat harus bayar dan tidak merata terbukti banyak terjadi
kekeringan dan kekurangan air didaerah-daerah terpencil contoh NTB. Mereka harus membuat
sumber air sendiri hingga hal tersebut dijadikan sebagai iklan salah satu perusahaan air minum.
Kemudian kelangkaan minyak dan bahan bakar (bensin) padahal Indonesia kaya akan segala
macam kekayaan alam. Tetapi realitanya bangsa Indonesia harus antri dan membayar mahal
untuk mendapatkan kebutuhan tersebut.

b. Pada Pasal 31 UUD 1945


Tentang Pendidikan, juga belum terlaksana dengan baik. Biaya sekolah setiap tahun semakin
meningkat, beasiswa juga disalurkan tidak merata kadang malah salah orang, dan pendidikan
pun mengenal kata diskriminasi karena penduduk kota saja yang dapat merasakan pendidikan
dengan baik sedangkan daerah – daerah tertentu yang sulit dijangkau oleh manusia apalagi
teknologi tidak dapat, merasakan pendidikan itu dengan baik.
Berdasarkan pengamalan nilai Pancasila khususnya sila ke-5 maka seharusnya aplikasi sila ke-
5 dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
8. Suka bekerja keras.
9. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
10. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Republik Indonesia secara resmi tercantum di
dalam alenia ke-empat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yang ditetapkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. Nilai-nilai keadilan dalam sila ke-5 mempunyai Konsekuensi
nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama antara lain keadilan
distributif, keadilan legal, keadilan komulatif. Selain itu pancasila mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut terletak pada tujuan utama sila ke-5, sedangkan
kelemahannya terletak pada pelaksanaan yang belum maksimal.

B. Saran
Seharusnya Pemerintah melaksanakan apa yang menjadi tujuan utama dari sila ke-5. Seperti
pada bidang hukum, ekonomi, pendidikan, dll. Bukan saja Pemerintah yang memiliki
tanggung jawab untuk terwujudnya tujuan dari sila ke-5, namun juga peran masyarakat dan
lingkungan serta para pendidik untuk ikut menanamkan rasa keadilan kepada setiap orang
tanpa membedakan ras, agama, latar belakang, warna kulit, dll. Sehingga para calon penerus
bangsa Indonesia memiliki jiwa sesuai dengan isi dari sila ke-5, yang akhirnya tercipta rasa
persatuan sebagai rakyat Indonesia yang kekeluargaan, kegotongroyongan dan penuh
keadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji, Prof.S.H., dkk. 1978. Santiaji Pancasila. Surabaya. Usaha Nasional.
Sundawa, Dadang, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
http://yunitayuii.blogspot.com/2010/06/pengertian-dan-sejarah-pancasila.html
http://mathsowhat.blogspot.com/2010/04/pengamalan-pancasila-sila-ke-5.html

Anda mungkin juga menyukai