Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep Masyarakat adalah segenap tingkah laku manusia yang di anggap sesuai. Tidak
melanggar norma-norma umum dan adat istiadat serta terintegrasi langsung dengan
tingkah laku umum. Masyarakat menurut definisi kamus dewan ialah kumpulan manusia
yang hidup bersama di sesuatu tempat dengan aturan dan cara tertentu. Individu, keluarga
dan kumpulan-kumpulan kecil merupakan anggota sesebuah masyarakat. Jaringan erat
wujud dalam kalangan anggota tersebut, khususnya melalui hubungan bersemuka.
Daripada pergaulan ini, terbina pola hubungan sosial yang berulang sifatnya seperti
kegiatan gotong royong, bersama-sama merayakan sesuatu perayaan melalui rumah
terbuka, berkumpul menyambut pembesar yang datang berkunjung, menghadiri kendui
majlis perkahwinan, membantu mereka yang ditimpa malapetaka atau menziarahi jiran
yang sakit tenat atau yang telah meninggal dunia. Kekerapan pergaulan ini membina satu
kesepaduan dalam masyarakat tersebut sebagai satu unit sosial. Dalam konteks Malaysia,
hubungan harmonis antara pelbagai kumpulan etnik dapat membina sebuah masyarakat
Malaysia yang teguh.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Konsep Masyarakat Dalam Sosial Masyarakat Indonesia ?
2. Jelaskan Keadaan Sosial Indonesia ?
3. Jelaskan Pendekatan Silang dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing ?

BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Masyarakat adalah segenap tingkah laku manusia yang di anggap sesuai. Tidak
melanggar norma-norma umum dan adat istiadat serta terintegrasi langsung dengan tingkah
laku umum. Dan dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu
kesatuan sosial dengan batasan-batasan tertentu.
Setiap masyarakat pula mempunyai budayanya yang tersendiri yang terbentuk daripada
hubungan rapat sesama anggotanya semenjak masyarakat itu wujud. Sebagai contoh,
masyarakat melayu kampung di kawasan luar bandar Malaysia telah wujud berpuluh abad
lamanya, semenjak sbelum kedatangan kebudayaan asing (sama ada dari negara China, India,
Tanah Arab atau Eropah).
A. Konsep - Konsep tentang Realitas Sosial
Berikut ini beberapa realitas sosial yang terdapat di masyarakat.
1. Masyarakat, adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah tertentu dan
membina kehidupan bersama dalam berbagai aspek kehidupan atas dasar norma sosial
terntentu dalam waktu yang cukup lama.
2. Interaksi Sosial dalah hubungan dan pengaruh timbal balik antarindividu,antara
individu dari kelompok dan antarkelompok.
3. Status dan Peran, status adalah posisi seseorang dalam masyarakat yang merupakan
aspek masyarakat yang kurang lebih bersifat statis. Peran merupakan pola tindakan
dari orang yang memiliki status tertentu dan merupakan aspek masyarakat yang
kurang lebih bersifat dinamis.
4. Nilai, nilai itu adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar oleh anggota
masyarakat dan merupakan sesuatu yang diidam-idamkan.Pergeseran nilai akan
mempengaruhi kebiasaan dan tata kelakuan.
5. Norma, norma merupakan wujud konkret dari nilai sosial,dibuat untuk melaksanakan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang telah dianggap baik dan benar.
6. Lembaga Sosial, menurut Paul B.Horton dan Chester L Hunt,lembaga adalah sistem
hubungan sosial yang terorganisir dan mewujudkan nilai-nilai dan tata cara umu
tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.Lembaga merupaka satu sistem
norma untuk mencapai suatu tujuan yang oleh masyarakat dianggap penting.
7. Sosialisasi, sosialisasi merupakan proses individu belajar berinteraksi di tengah
masyarakat.Melalui proses sosialisasi ,seorang individu akan memperoleh
pengetahuan,nilai-nila dan norma-norma yang akan membekalinya dalam proses
pergaulan.
8. Perilaku Menyimpang, merupakan bentuk perilaku masyarakat yang tidak sesuai
dengan norma dan nilai yang berlaku.
9. Pengendalian Sosial, setiap masyarakat menginginkan adanya suatu ketertiban agar
tata hubungan antarwarga masyarakat dapat berjalan secara tertib dan lancar,untuk
kepentingan ini masyarakat membuat norma sebagai pedoman yang pelaksanaannya
memerlukan suatu bentuk pengawasan dan pengendalian.
10. Proses Sosial, proses sosial merupakan proses interaksi dan komunikasi
antarkomponen masyarakat dari waktu ke waktu hingga mewujudkan suatu
perubahan.Dlama suatu proses sosial terdapat komponen-komponen yang saling
terkait satu sama lain, yaitu :
a. Struktur sosial,yaitu susunan masyarakat secara komprehensif yang menyangkut
individu ,tata nilai,dan struktur budayanya.
b. Interaksi Sosial,yaitu keseluruhan jalinan antarwarga masyarakat.
c. Struktur alam lingkungan yang meliputi letak, bentang alam, iklim, flora dan
fauna.Komponen isi merupakan salah satu komponen yang turut mempengaruhi
bagaimana jalannya proses sosial dalam suatu masyarakat.
11. Perubahan Sosial Budaya, adalah perubahan struktur sosial dan budaya akibat adanya
ketidaksesuaian di antara unsur-unsurnya sehingga memunculkan suatu corak sosial
budaya baru yang dianggap ideal.
12. Kebudayaan, adalah semua hasil cipta,rasa dan karsa manusia dalam hidup
bermasyarakat.Dalam arti luas,kebudayaan merupakan segala sesuatu yang ada di
muka bumi yang keberadaannya diciptakan oleh manusia. Dibentuk oleh :
a. artefak,yaitu benda hasil karya manusia
b. sistem aktivitas,seperti berbagai jenis tarian,olahraga,kegiatan sosial,ritual
c. sistem ide atau gagasan,yaitu pola pikir yang ada di dalam pikiran manusia.

B. Keadaan Sosial Indonesia


Dari perspektif agama, masyarakat Indonesia dalam berperilaku menyelaraskan diri
dengan tatanan yang diyakini berasal dari Tuhan, perspektif spiritual merujuk pada
pengembangan potensi-potensi internal diri manusia dalam aktualisasi yang selaras
dengan hukum non materi, dan perspektif budaya yang merujuk pada tradisi penghayatan
dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan untuk membangun sebuah kehidupan yang
comfort baik secara individu maupun kolektif. Dalam konteks perubahan social sekarang
masyarakat Indonesia dalam sekat pluralisme terakomodasi secara otomatis dalam civics
responsibility, social economics responsibilities dan personal responsibility.

Secara spesifik keadaan sosial Indonesia sangat kompleks, mengingat penduduk


Indonesia kurang lebih sudah di atas 200 juta dalam 30 kesatuan suku bangsa. Oleh
karena itu pada bagian ini akan dibicarakan keadaan sosial budaya Indonesia dalam garis
besar. Kesatuan politis Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas 6000 buah pulau
yang terhuni dari jumlah keseluruhan sekitar 13.667 buah pulau. Dapat dibayangkan
bahwa bahasa Indonesia yang dijadikan sebagai bahasa nasional belum tentu sudah
tersosialisasikan pada 6000 pulau tersebut, mengingat sebagian besar bermukim di
pedesaan. Hanya 10-15% penduduk Indonesia yang bermukim di daerah urban. Indonesia
sudah tentu bukan hanya Jawa dan Bali saja, karena kenyataan Jawa mencakup 8%
penduduk urban.

Sementara itu bahasa Indonesia masih dapat dikatakan sebagai “bahasa bagi kaum
terdidik/sekolah” pada daerah-daerah yang tidak berbahasa ibu bahasa Indonesia.
Bagaimana dengan yang lain? Sementara ada orang asing pada tahun 1998 sangat
kebingungan mengartikan kata lengser keprabon yang dalam Kamus Bahasa Indonesia
belum tercantum, sedangkan untuk mengartikan lengser keprabon tidak sekedar
pengertian definitif dalam semantik bahasa Indonesia. Lengser keprabon (yang sekarang
sudah dianggap bahasa Indonesia, seperti dengan kata lain seperti “legawa”) harus
dipahami dalam perspektif sejarah kebudayaan dan sistem politik Jawa. Oleh karena itu
dengan mempelajari aspek psikologis budaya Jawa, penutur asing dapat memahami
makna sebenarnya kata “Lengser Keprabon”. Contoh lain, seperti kata “ Gemah Ripah
Loh Jinawi” yang sering digunakan dalam kosa kata bahasa Indonesia yang
menggambarkan kesuburan Indonesia, antara penutur Jawa dan Sunda memiliki konsep
yang berbeda.

Dalam konsep Jawa “Gemah Ripah Loh Jinawi, Subur kang Sarwa Tinandur, Murah kang
Sarwa Tinuku, Tata Tentrem Kerta Raharja”, sementara saudara-saudara dari Sunda
mengekspresikan dalam “ Tata Tentrem Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi , Rea
Ketan Rea Keton Buncir Leuit Loba Duit” yang artinya saudara dari suku Sunda yang
lebih memahami. Sementara itu di Sumatera Barat dengan adat Minangkabau yang
didalamnya terdapat suatu sistem yang sempurna dan bulat, dalam berbahasa sangat
memperhatikan raso, pareso, malu dan sopan, sehingga bahasa Indonesia yang
dituturkannya pun sangat terkait dengan psikologi budaya Minangkabau.
Oleh sebab itulah dalam memahami Sosial Budaya dan psikologi masyarakat Indonesia
yang nantinya berimplikasi pada tindak tutur berbahasa Indonesia, paling tidak dalam
pendekatan silang budaya memperhatikan tiga hal yaitu
1. masyarakat dalam perspektif agama,
2. perspektif spiritual, dan
3. perspektif budaya.

C. Pendekatan Silang dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing


Konsep pendekatan silang sebagai pencitraan budaya Indonesia melalui pengajaran BIPA
menunjukkan suatu wacana baru dalam pengajaran Bahasa Indonesia untuk penutur asing
dengan menekankan pada pertumbuhan, perubahan, perkembangan dan kesinambungan
yang menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dinamis dan bersinergi
dengan kebutuhan masyarakat Informatif. Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa
di Asia yang berpotensi untuk pertukaran kebutuhan informasi dunia, karena ciri
pluralistik masyarakat penuturnya. Bahasa Indonesia dan pendekatan silang budaya
merupakan upaya “kembali ke etnisitas”. Terlepas dari penafsiran hegemoni sukuisme,
dalam belajar bahasa Indonesia (khususnya bagi orang asing) merupakan realitas sosial
bahwa pluralisme masyarakat Indonesia berbicara bahasa Indonesia dengan pola pikir,
pola hidup dan berdasar nilai etnisitas, sehingga bersifat “Indonesianisasi tata krama
komunikasi etnisitas” .
Keragaman suku di Indonesia dapat dilihat sebagai perbedaan yang masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Perbedaan itulah yang dipelajari secara silang
budaya untuk dilihat nilai-nilai psikologis masyarakatnya. Silang budaya antar-berbagai
tradisi di nusantara baik dengan anasir kesatuan Indonesia sebagai “nation state”, maupun
dengan asing sebagai rasional globalisasi tentunya akan membawa ke arah suatu
perubahan yang dinamis. Budaya lokal akan melakukan filterisasi sebelum menjadi
sebuah acuan.

Pendekatan silang budaya akan melakukan kompromi secara sistematik terhadap konteks
kearifan budaya lokal di Indonesia. Oleh sebab itu sangat bijaksana sebelum mengajarkan
bahasa secara aspek linguistik (pembelajaran berbahasa Indonesia), perlu diajarkan
(dikenalkan) pengetahuan budaya-budaya etnik yang meliputi sistem nilai, sistem sosial,
dan produk budaya serta implikasinya terhadap tindak berbahasa. Selain itu pengenalan
“sikap berbahasa” secara “PDL “ atau “pandang dengar dan lihat” dari guru,
tutor/instruktur sangat membantu proses belajar bahasa ini.. Ideologi yang dikembangkan
adalah multikulturalisme atau keanekaragaman budaya, sehingga perlu seorang pengajar
bahasa Indonesia yang berasal dari (yang merupakan wakil dari) etnis yang ada. Pigura
besarnya adalah Linguistik Indonesia sedangkan gambar yang ditampilkan adalah tanda-
tanda budaya multikultural. Dalam konsep budaya Jawa hal ini disebut dengan ngertos
caranipun ngertos atau pengertian bagaimana caranya mengerti (model pendidikan
heuristik).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep - Konsep tentang Realitas Sosial Budaya : Masyarakat, Interksi social, Status dan
peran, nilai, norma, lembaga social, sosialisasi, perilaku menyimpang, pengendalian
sosial, proses social, perubahan social dan kebudaya.

Konsep Masyarakat adalah segenap tingkah laku manusia yang di anggap sesuai. Tidak
melanggar norma-norma umum dan adat istiadat serta terintegrasi langsung dengan
tingkah laku umum.

Secara spesifik keadaan sosial budaya Indonesia sangat kompleks, mengingat penduduk
Indonesia kurang lebih sudah di atas 200 juta dalam 30 kesatuan suku bangsa. Oleh
karena itu pada bagian ini akan dibicarakan keadaan sosial budaya Indonesia dalam garis
besar. Kesatuan politis Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas 6000 buah pulau
yang terhuni dari jumlah keseluruhan sekitar 13.667 buah pulau. Dapat dibayangkan
bahwa bahasa Indonesia yang dijadikan sebagai bahasa nasional belum tentu sudah
tersosialisasikan pada 6000 pulau tersebut, mengingat sebagian besar bermukim di
pedesaan.

B. Kritik dan saran


Demi menyempurnakan makalah ini agar tidak terdapatnya kesalahan, maka kami
mengharapkan saran, kritikan maupun partisipasinya yang dapat membantu dalam
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Mengubah Kendala Menjadi Aset’, Jurnal Wacana FSUI.No.1 April 1999. Vol 1.
hal. 3

Kleden, Ignas.1987. Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3 Es.

Roeder, O.G. 1987. Indonesia. A Personal Introduction. Jakarta : Gramedia.

Soeparmo, dkk. 1986. Pola Berpikir Ilmuwan dalam Konteks Sosial Budaya Indonesia.
Surabaya: Unair Press.

Tim Lembaga Riset Kebudayaan. 1986. Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia.
Bandung: Alumni

Budiman, Maneke 1999. ‘Jati Diri Budaya dalam Proses Nation Building di Indonesia:

Anda mungkin juga menyukai