Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“HAKEKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL”

Dosen pengampu:
Bayu Rusdiyanto Mps. Sp

Disusun oleh:
1. Jeanni betasya sabila 22100146
2. Dewa mayang sari 22100053
3. Bima zalmi putra 22100129

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
2023

1
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang berjudul “Hakekat Manusia Sebagai Makhluk
Sosial”.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita tentang “Hakekat
Manusia Sebagai Makhluk Sosial”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Bengkulu, 29 Maret 2023

Penulis, dkk

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak dpat terlepas dari
interaksi, sosialisasi, dan komunikasi. Komunikasi menjadi sangat penting karena dengan
melakukan komunikasi seseorang akan dapat mengungkapkan apa yang mereka inginkan dan
harapkan terhadap orang lain dalam aktivitasnya. Budaya merupakan enigma, entah itu sebuah
teka-teki atau penyataan yang membingungkan (Ting-Toomey, 1999:9). Budaya sendiri
mempunyai komponen yang bersifat kongkrit dan abstrak. Meskipun budaya merupakan sebuah
konsep yang sangat umum, tetapi budaya memiliki efek yang sangat kuat terhadap perilaku
individu, termasuk perilaku komunikasi. Budaya tidak hanya dimilik oleh kelompok bangsa atau
etnis saja tetapi juga komunitas organisasi dan sistem-sistem lain.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
pembahasan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Sosial?
2. Bagaimana Kondisi Faktual Manusia Sebagai Makhluk Sosial di Indonesia?
3. Bagaimana Cara Menyikapi Manusia Sebagai Makhluk Sosial di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Sosial?
2. Untuk mengetahui apa itu Kondisi Faktual Manusia Sebagai Makhluk Sosial di
Indonesia?
3. Untuk mengetahui apa itu Cara Menyikapi Manusia Sebagai Makhluk Sosial?

3
BAB II

Tinjauan teori PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Pada hakekatnya, manusia ialah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri karena
saling membutuhkan. Secara alami keberadaannya membutuhkan hubungan dengan orang lain.
Oleh karena itu, manusia selalu berhubungan dengan lingkungan sosial di lingkungannya. Secara
bahasa sosial dari bahasa latin socius yang memilki arti teman, ikatan. Secara etimologi makhluk
yang berteman, memilki ikatan antar satu dengan yang lainnya. Karena kata sosial ini untuk
menekankan terdapatnya kedekatan seorang individu dengan individu, kelompok dengan
individu, atau kelompok dengan kelompok. Manusia hidup secara berkelompok, sehingga akan
mempunyai sebuah ikatan. Ikatan tersebut akan membentuk suatu kelompok sosial dapat di
artikan kumpulan individu yang mempunyai kesadaran bersama dalam keanggotaannya dan
saling berinteraksi. Setiap anggota kelompok sosial saling mencermati dan berhubungan satu
sama lain. Manusia membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk dalam mencukup
kebutuhannya. Untuk berjalan saja manusia harus belajar dari manusia yang lain.
Kamus Besar Bahasa Indonesis (KBBI) menerangkan makhluk sosial adalah manusia yang
berhubungan secara timbal balik dengan manusia lain. Sedangkan menurut para ahli seperti Elly
M.Setiadi, Muhammad Zuhri, Dr. Johannes Garang, Liturgis, dan Aristoteles. Jadi, kesimpulan
dari para ahli tersebut makhluk sosial adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, di dalam
hidupnya manusia saling berhubungan satu sama lain yang tidak bisa melepaskan diri dari
pengaruh orang lain yang dikodratkan untuk hidup bermasyarakat serta berhubungan dengan
orang lain. Sebagai makhluk sosial ingin tidak ingin akan memerlukan lingkungannya untuk
berinteraksi dengan manusia lain, untuk mewujudkan lingkungan yang tenang tanpa terganggu
oleh berbagai hal yang dapat merugikan dirinya. Karena terdapatnya lingkungan sosial yang
ramah, peduli, santun, menyayangi, bantu membantu, saling menjaga dan taat pada aturan yang
berlaku disiplin, tertib, menghargai hak-hak asasi manusia dan sebagainya. Dengan demikian,
perlunya keinginan untuk mendorong setiap manusia untuk membina masyarakat yang
berpendidikan, beriman, dan bertakwa kepada Allah. Demikian itulah akan tercipta lingkungan
dimana berbagai ketentuan dan perundang-undanga dapat ditegakkan.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan
sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan
lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan
satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Manusia pun berlaku sebagai makhluk
sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk
menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup
sejenisnya. Namun potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia
hidup dan belajar di tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia harus belajar dari
manusia lainnya.

4
2.2 Kondisi Faktual Manusia Sebagai Makhluk Sosial di Indonesia
Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah
satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan
kondisi yang Interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai
warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan
antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti
positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai
sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu.
Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan
pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja,
manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan
mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula.
Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa
emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia
berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam
arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap
anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti
bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga
hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

2.3 Cara Menyikapi Manusia Sebagai Makhluk Sosial di Indonesia


1. Imitasi yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap
penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul
di lungkungan keluarga, kemudian lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.
2. Indentifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk menjadi sama
(identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui
serangkain proses peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses kejiwaaan yang
sangat mendalam.
3. Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan sesorang individu kepad
individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir
kritis dan rasional.
4. Simpati adalah proses kejiwaan , dimana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang
atau kelompok orang, karena sikapnya, penampilannya, wibawanya atau perbuatannya yang
sedemikian rupa.
5. Empati yaitu mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja.
Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intens/dalam.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapat itu: Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia
membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.
Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya
maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan
berinteraksi.
Disini terdapat Kondisi Faktual Manusia Sebagai Makhluk Sosial di Indonesia, Manusia
memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat
manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi
yang Interdependensi. Dan terdapat Juga Cara Menyikapi Manusia Sebagai Makhluk Sosial yaitu
Cara Imitasi, Indentifikasi, Sugesti, Simpati dan Empati.

6
DAFTAR PUSAKA

http://arifwibowo158.blogspot.com/2011/11/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html
http://annyeong-rara-imnida.blogspot.com/2011/11/pengertian-imitasi-identifikasi-
sugesti.html
Heru Juabdin Sada, Manusia Dalam Perspektif Agama Islam, Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 7, Mei 2016, Dosen PAI FTIK IAIN Raden Intan Lampung, hlm. 133
Sujarwa, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 288- 289
Farida rahmawati dan Sri Muhammad Kusumantoro, Pengantar Ilmu Sosiologi, (Klaten:
Cempaka Putih, 2019), hlm 46
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (KBBI V), Aplikasi luring resmi Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
Lihat Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 50
Lihat Waluyo, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: PT Intan Pariwara, 2008), hlm.

Anda mungkin juga menyukai