Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum membahas lebih jauh terkait topik sosial dan budaya yang ada di
Indonesia, tentunya kita perlu memahami terlebih dahulu dasar ilmu yang dipakai
dalam membahas topik ini. Dasar ilmu yang tepat dalam mengangkat topik ini
adalah dengan menggunakan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Secara umum dapat
dikatakan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar merupakan pengetahuan yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial dan
budaya manusia.

Pemahaman mengenai ilmu budaya berkaitan dengan manusia yang


merupakan makhluk sosial, dimana mereka tidak dapat hidup sendiri dan pasti
akan membutuhkan bantuan orang lain. Di dalam hidup bermasyarakat atau
berkelompok harus adanya saling mengenal memahami satu sama lain,
bekerjasama, bergotong-royong, sehingga menciptakan hubungan yang harmonis.
Ilmu ini merupakan ilmu umum yang bisa dipelajari dengan cara dibaca maupun
dipraktikkan, karena semua yang dituliskan dalam Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
merupakan hal yang nyata dan merupakan bagian dari kehidupan kita.

Perkembangan yang demikian pesat ternyata membawa pengaruh yang luas


terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Hal ini juga yang kemudian
memicu tingkat perubahan dan pergeseran pola hidup dan interaksi dalam
kehidupan. Dari pola yang mengandalkan komunikasi langsung dengan
komunikasi menggunakan media. Pengaruh yang kemudian secara perlahan
memasuki kehidupan masyarakat adalah tergesernya kearifan lokal dalam kontek
adat serta kebudayaan lebih luas.

5|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, topik yang akan dikemukakan adalah:


1. Apakah yang dimaksud dengan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar?
2. Apa hakikat manusia sebagai individu dan mahkluk sosial?
3. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai mahkluk berbudaya dan
beretika?
4. Apa yang dimaksud dengan dinamika peradaban global?
5. Bagaimana dinamika sosial dan budaya terhadap sistem politik di Indonesia

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
2. Untuk mengetahui hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
3. Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk berbudaya dan beretika.
4. Untuk mengetahui dinamika peradaban global.
5. Untuk memahami keadaan dinamika sosial dan budaya terhadap sistem
politik di Indonesaia

6|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemahaman Dasar Tentang Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Secara umum ISBD (Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Dasar) termasuk
kelompok pengetahuan, yakni mempelajari mengenai pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep hubungan antar manusia (sosial) dan
budaya yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kemanusiaan,
sosial, dan budaya.

Ilmu sosial budaya dasar identik dengan Basic Humanities. Humanities


berasal dari kata latin Human yang berarti manusiawi, berbudaya dan berbudi
halus (refined). Diharapkan seseorang yang mempelajari Basic Humanities
tidaklah sama dengan the humanities (pengetahuan budaya) yang menyangkut
keahlian filsafat dan seni; seni pahat, seni tari dan lain-lain.1

Seperangkat konsep dasar ilmu sosial budaya dasar tersebut secara


interdisiplin digunakan sebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan masalah
yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian ilmu sosial
budaya dasar memberikan alternatif sudut pandang atas pemecahan masalah sosial
budaya dimasyarakat.

Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar akan memperluas pandangan


bahwa masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya dapat didekati dari berbagai
sudut pandang. Dengan wawasan ini pula maka mahasiswa tidak jatuh dalam sifat
pengotakan ilmu secara ketat. Sebuah ilmu secara mandiri tidak cukup mampu
mengkaji sebuah masalah kemasyarakatan. Dewasa ini perkembangan sebuah
masalah semakin kompleks. Kajian atas suatu masalah membutuhkan berbagai
sudut pandang keilmuan, demikian pula dengan solusi pemecahannya.

2.2 Ruang Lingkup Ilmu Sosial dan Budaya Dasar


1
Chairul Basrun Umanailo, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Jawa Timur: FAM Publishing, 2016), hal. 1

7|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Ilmu sosial budaya dasar adalah suatu pengetahuan yang bisa digunakan
untuk meneliti masalah sosial atau budaya yang terjadi di lingkungan sekitar.
Namun, ilmu sosial budaya dasar ini tentu saja tidak berdiri sendiri karena
penelitian dalam ilmu sosial budaya dasar juga akan menggunakan berbagai
macam ilmu sosial turunan lain yang memiliki ruang lingkup kajian lebih spesifik
sehingga bisa mendapatkan hasil penelitian yang terbaik.

Dalam ilmu sosial budaya dasar, berikut adalah beberapa jenis


dari ruang lingkup yang digunakan:

1. Kegiatan dasar manusia: kegiatan dari manusia bisa dikaji secara


menyeluruh dan intensif sehingga mendapatkan kesimpulan bahwa adanya
kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan orang lain untuk
mencapai potensi diri tertingginya.
2. Ilmu sosial: adanya beberapa ilmu turunan lain yang bisa digunakan untuk
mengkaji kebudayaan yang ada pada suatu kelompok masyarakat, seperti
sosiologi, sejarah dan psikologi.

3. Humaniora: adanya pengetahuan untuk mengajarkan manusia untuk


menjadi manusia yang seutuhnya dan mencapai kehidupan manusia yang
sesuai dengan posisinya masing-masing.

2.3 Hakikat Manusia Sebagai Individu dan Makhluk Sosial

Manusia sebagai mahluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur
fisik dan psikis, serta unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia
individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya . Jika unsur
tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut lagi sebagai
individu. Karakteristik yang khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan
yang lain. Kepribadian seseorang itu dipengaruhi faktor bawaan (genotip) dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus menerus.

Hubungan manusia baik individu maupun antar masyarakat serta antar


kelompok akan berdampak pada kejiwaan bagi manusia. Sebagaimana kejiwaan
manusia seperti emosional, sikap, kemauan, perhatian, harga diri, serta motivasi

8|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
termasuk dalam cakupan sosial.2 Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, salah
satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup
berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari
kawan atau teman. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering kali
didasari atas kesamaan ciri atau kepentingannya masing-masing. Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

2.4 Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya dan Beretika

Setiap manusia memiliki


kebudayaannya masing-
masing, dan masing-masing
manusia tersebut
mewujudkan kebudayaannya
dalam bentuk ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan-peraturan

2
Agus hermawan, dkk., Psikologi Sosial, (DIY: Trussmedia Grafika, 2020), hal. 10

9|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
yang ada pada masyarakat,
dan suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat,
serta benda-benda hasil
karya manusia
(Koentjaraningrat, 1990 : 186
- 187).
Wujud dari kebudayaan
yang diungkapkan
tersebut terdapat juga di
dalam sistem religi
(kepercayaan) yang ada
pada setiap masyarakat, dan
Setiap manusia memiliki
kebudayaannya masing-

10 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
masing, dan masing-masing
manusia tersebut
mewujudkan kebudayaannya
dalam bentuk ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan-peraturan
yang ada pada masyarakat,
dan suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat,
serta benda-benda hasil
karya manusia
(Koentjaraningrat, 1990 : 186
- 187).
Wujud dari kebudayaan
yang diungkapkan

11 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
tersebut terdapat juga di
dalam sistem religi
(kepercayaan) yang ada
pada setiap masyarakat, dan
Setiap manusia memiliki
kebudayaannya masing-
masing, dan masing-masing
manusia tersebut
mewujudkan kebudayaannya
dalam bentuk ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan-peraturan
yang ada pada masyarakat,
dan suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat,

12 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
serta benda-benda hasil
karya manusia
(Koentjaraningrat, 1990 : 186
- 187).
Wujud dari kebudayaan
yang diungkapkan
tersebut terdapat juga di
dalam sistem religi
(kepercayaan) yang ada
pada setiap masyarakat, dan
Setiap manusia memiliki
kebudayaannya masing-
masing, dan masing-masing
manusia tersebut
mewujudkan kebudayaannya
dalam bentuk ide-ide,

13 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan-peraturan
yang ada pada masyarakat,
dan suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat,
serta benda-benda hasil
karya manusia
(Koentjaraningrat, 1990 : 186
- 187).
Wujud dari kebudayaan
yang diungkapkan
tersebut terdapat juga di
dalam sistem religi
(kepercayaan) yang ada
pada setiap masyarakat, dan
Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing-masing, dan masing-masing
manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide-ide, gagasan, nilai-

14 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
nilai, norma-norma, peraturan-peraturan yang ada pada masyarakat, dan suatu
kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, serta
benda-benda hasil karya manusia. 3

Wujud dari kebudayaan yang diungkapkan tersebut terdapat juga di dalam


sistem religi (kepercayaan) yang ada pada setiap masyarakat, dan juga merupakan
kenyataan hidup dari masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan dan
adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat merupakan alat pengatur dan memberi
arahan kepada setiap tindakan, prilaku dan karya manusia yang menghasilkan
benda-benda kebudayaan. Kebudayaan yang ada pada masyarakat juga
mempengaruhi pola-pola perbuatannya, bahkan juga cara berpikir dari setiap
masyarakat.

Manusia adalah makhluk berbudaya dan budaya manusia penuh dengan


simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia penuh diwarnai dengan
simbolisme yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau
mengikuti pola-pola yang mendasarkan diri kepada simbol atau lambang. Simbol
merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang terkandung sebuah makna yang
dapat menjelaskan kebudayaan dari manusia. Disinilah pentingnya pengetahuan
akan hakikat manusia dalam berbudaya agar menjadi jalan untuk mewujudkan
manusia yang menyadari dirinya sebagai makhluk individu, sosial, beragama, dan
berbudaya.4

Selain berbudaya, manusia juga sebagai makhluk beretika. Secara


metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu.

3
Koentjaraningrat, Pengantar ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 186-187

4
Muhammad Alqadri Burga, Hakikat Manusia sebagai Makhluk Pedagogik, Al-Musannif: Jurnal
Pendidikan Islam dan Keguruan, Vol. 1 No. 1 (Januari, 2019), hal. 21

15 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi
berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika
memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan
buruk terhadap perbuatan manusia. Etika bermaksud membantu manusia untuk
bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan, karena setiap
tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia
untuk mempertanggungjawabankan tindakannya itu, karena memang ada alasan-
alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang kuat mengapa ia betindak begitu.

Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang


tindakan apa yang patut dilakukan. Oleh karena itu etika merupakan bagian dari
wujud pokok budaya yang pertama yaitu gagasan atau sistem ide. Menyangkut
masalah budaya atau kebudayaan di sini, bukan berarti budaya dalam arti yang
sempit, yang hanya bergerak dalam tataran seni (art) seperti seni tari, seni rupa,
seni pahat, seni suara, seni suara atupun seni drama. Namun menyangkut tentang
hal ikhwal terkait dengan hajad hidup manusia sebagai makhluk sosial.

2.5 Dinamika Peradaban Global Pada Kehidupan Manusia


Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan. Kebudayaan pada
hakikatnya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kemampuan cipta (akal) manusia menghasilkan ilmu
pengetahuan. Kemampuan rasa manusia melaui alat inderanya menghasilkan
beragam barang seni dan kesenian. Sedangkan karsa manusia menghasilkan
berbagai aktivitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Dengaan sikap dan kecenderungan inilah sifat manusiawi manusia


mengambarkannya menjadi sosok yang berkebudayaan dan berperadaban. Suatu
peradaban mempunyai wujud, tahapan  dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat mengakibatkan suatu perubahan
pada kehidupan sosial. Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh
modernisasi yang terjadi di masyarakat. Dinamika peradaban dan kebudayaan
yang di jalankan oleh manusia dewasa ini telah melahirkan pola yang berbeda
sesuai dengan evolusinya yang didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan

16 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi inilah yang kemudian
berpengaaruh besar terhadap perubahan kebudayaan dan peradaban.

2.5.1 Pengaruh Globalisasi


Kebanyakan diskusi tentang globalisasi tertumpu pada isu-isu ekonomi
seolah-olah dimensi globalisasi yang lain seperti globalisasi kebudayaan dan
globalisasi ilmu pengetahuan dan maklumat tidak penting.5 Globalisasi memberi
pengaruh dalam berbagai kehidupan, seperti politik, ekonomi, social, budaya, dan
pertahanan. Pengaruh Globalisasi terhadap ideologi dan politik adalah akan
semakin menguatnya pengaruh ideologi liberal dalam perpolitikan negara-negara
berkembang yang ditandai oleh menguatnya ide kebebasan dan demokratis,
termasuk di dalamnya masalah hak asasi manusia. Di sisi lain, ada pula masuknya
pengaruh ideologi lain, seperti ideologi Islam yang berasal dari Timur Tengah.
Implikasinya adalah negara semakin terbuka dalam pertemuan berbagai ideologi
dan kepentingan politik negara.

Pengaruh globalisasi terhadap bidang politik, antara lain membawa


internasionalisasi dan penyebaran pemikiran serta nilai-nilai demokratis, termasuk
di dalamnya masalah hak asasi manusia. Di sisi lain, ada pula masuknya pengaruh
ideologi lain, seperti ideologi Islam yang berasal dari Timur Tengah. Implikasinya
adalah negara semakin terbuka dalam pertemuan berbagai ideologi dan
kepentingan politik negara.

Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi antara lain menguatnya kapatalisme


dan pasar bebas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tumbuhnya perusahaan-
perusahaan transnasional yang beroperasi tanpa mengenal batas-batas negara.
Selanjutnya juga akan semakin ketatnya persaingan dalam menghasilkan barang
dan jasa dalam pasar bebas. Kapitalisme juga menuntut adanya ekonomi pasar
yang lebih bebas untuk mempertinggi asas manfaat, kewiraswastaan, akumulasi
modal, membuat keuntungan, serta manajemen yang rasional. Ini semua menuntut
adanya mekanisme global baru berupa struktur kelembagaan baru yang ditentukan
oleh ekonomi raksasa.

5
Osman Bakar, Pengaruh Globalisasi Terhadap Peradaban, Jurnal Peradaban - Jurnal Rasmi Pusat
Dialog Peradaban, Vol. 1 (2008), hal. 1

17 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya adalah masuknya nilai-nilai dari
peradaban lain. Hal ini berakibat timbulnya erosi nilai-nilai social budaya suatu
bangsa yang menjadi jati dirinya. Pengaruh ini semakin lancar dengan pesatnya
media informasi dan komunikasi, seperti televisi, komputer, Internet sebagainya.
Masuknya nilai budaya asing akan membawa pengaruh pada sikap, perilaku, dan
kelembagaan masyarakat. Menghadapi perkembangan ini diperlukan suatu upaya
yang mampu mensosialisasikan budaya nasional sebagai jati diri bangsa.

Globalisasi juga memberikan dampak terhadap pertahanan dan keamanan


negara. Menyebarnya perdagangan dan industri diseluruh dunia akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan yang dapat
mengganggu keamanan bangsa. Globalisasi juga menjadikan suatu negara Amat
perlu menjalin kerja sama pertahanan dengan negara lain, seperti latihan perang
bersama, perjanjian pertahanan, dan pendidikan militer antarpersonel negara. Hal
ini dikarenakan, saat ini ancaman bukan lagi bersifat kovensional tetapi juga
kompleks dan semakin canggih. Misalnya, ancaman terorisme, ancaman
pencemaran udara, kebocoran nuklir, kebakaran hutan, illegal fishing, illegal
logging, dan sebagainya.

2.5.2 Efek Globalisasi bagi Indonesia


Globalisasi berkaitan erat dengan komunikasi dan komunikasi global
melahirkan imperialisme budaya. Pada era Orde Lama, imperialisme budaya ada
namun terkendali akibat politik kebudayaan rezim Soekarno yang
“menasionalisasi budaya”. Sementara pada era rezim Soeharto, imperialisme
budaya lebih menonjol karena politik kebudayaan pintu terbuka (open sky policy)
dan pada era reformasi, imperialisme budaya semakin nampak signifikan akibat
liberalisasi semua bidang kehidupan, termasuk politik. Dan wajah imperialisme
budaya semakin beragam tidak hanya datang dari Barat, melainkan juga dari non-
Barat, termasuk Asia.6

Globalisasi telah melanda kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.


Globalisasi telah memberikan pengaruh besar dalam kehidupan bersama, baik

6
Dedy Djamaluddin Malik, Globalisasi Dan Imperialisme Budaya di Indonesia, Journal
Communication Vol. 5 No. 2 (Oktober, 2014), hal. 1

18 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Proses saling memengaruhi
sesungguhnya adalah gejala yang wajar dalam interaksi antarmasyarakat. Melalui
interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa ataupun kelompok-kelompok
masyarakat yang menghuni nusantara (sebelum bangsa Indonesia terbentuk) telah
mengalami proses dipengaruhi dan memengaruhi. Pada hakikatnya, bangsa
Indonesia atau bangsa-bangsa lain berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh
luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak dari luar. Gambaran di
atas menunjukkan bahwa pengaruh dunia luar adalah sesuatu yang wajar dan tidak
perlu ditakutkan. Pengaruh tersebut selamanya mempunyai dua sisi, yaitu positif
dan negatif.

Bagi bangsa Indonesia, globalisasi perlu diwaspadai dan dihadapi dengan


sikap arif dan bijaksana. Salah satu sisi negatif adalah semakin menguatnya nila-
nilai materialistis masyarakat Indonesia. Di sisi lain, nilai-nilai solidaritas sosial,
kekeluargaan, keramahtamahan sosial dan rasa cinta tanah air yang pernah
dianggap sebagai kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia makin
pudar. Inilah yang menyebabkan krisis pada jati diri bangsa.

Oleh karena itu, dalam pembangunan nasional lima tahun kedepan dinyatakan
adanya Program Pengembangan Nilai Budaya. Program ini bertujuan untuk
memperkuat jati diri bangsa dan memantapkan budaya nasional. Tujuan tersebut
dicapai antara lain melalui upaya memperkokoh ketahanan budaya nasional
sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negative dan
memfasilitasi proses adopsi dan adaptasi budaya asing yang bernilai positif dan
produktif.

Di samping itu, diupayakan pula pembangunan moral bangsa yang


mengedepankan nilai-nilai kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin,
etos kerja, gotong-royong, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, dan tanggung
jawab.

2.6 Dinamika Sosial dan Budaya Terhadap Sistem Politik di Indonesia


Sosial, budaya dan politik mempunyai hubungan dan ketekaitan yang sangat
erat. Seperti yang kita ketahui, bahwa dunia politik pasti berkenaan dengan dunia
sosial dan budaya masyarakat. Masyarakat menjadi penghubung antara sosial dan

19 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
politik itu sendiri. Di dalam kegiatan politik, kita tidak bisa lepas dari partisipasi
masyarakat karena masyarakatlah yang menjadi pelaku politik tersebut. Begitu
juga sebaliknya, dalam kehidupan sosial dan berbudaya kita tidak bisa lepas dari
unsur-unsur politik.

Untuk urusan politik, Indonesia sudah melakukan banyak sekali kegiatan


politik sejak kemerdekaan Indonesia. Dalam sejarahnya, Indonesia telah mencatat
sebanyak tiga fase pemerintahan, yaitu Demokrasi Terpimpin atau Orde Lama
yang dilaksanakan sejak kemerdekaan Indonesia di bawah kepemimpinan Ir.
Soekarno, kemudian Orde Lama yaitu pada masa kepemimpinan Soeharto, dan
Era Reformasi yang dimulai sejak lengsernya Soeharto pada tahun 1998.

Ketiga fase tersebut telah menorehkan berbagai macam sejarah baik dan
buruk yang membentuk dan membekas di era reformasi sekarang ini. Pergantian
fase itu sebenarnya adalah bertujuan untuk Indonesia yang lebih baik. Seluruh
sistem pemerintahan di Orde Lama yang tidak sesuai dengan rakyat Indonesia
telah diubah. Namun terlepas dari itu semua, sebagai negara multikultur dan
masyarakatnya yang sangat dinamis, Indonesia tidak bisa terlepas dari berbagai
permasalahan khususnya dalam dunia perpolitikan.

2.6.1 Kondisi Sosial Politik di Indonesia


Dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada saat ini, nilai
kemajemukan (pluralisme) ini lebih banyak dikembangkan daripada nilai
persaudaraan, karena dalam dunia yang semakin maju dan semakin individualistis
ini tidak mudah mewujudkan nilai persaudaraan secara penuh. Yang paling
memungkinkan adalah sikap menghargai keberagaman ini, baik secara politik
maupun sosial, sehingga setiap orang/kelompok dapat eksis tanpa gangguan dari
orang/kelompok laindisertai dengan sikap toleran terhadap peradaban-peradaban
yang ada.7

Seperti yang kita ketahui, adanya persaingan dalam dunia perpolitikan adalah
suatu masalah yang masih dirasakan dari dulu hingga sekarang. Persaingan
tersebut dilakukan dalam bentuk persaingan sehat dan persaingan yang tidak
7
Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2011), hal. 169

20 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
sehat. Persaingan sehat akan memberikan dampak positif bagi siapapun, dan
sebaliknya persaingan tidak sehat akan memberikan dampak negatif bagi pihak
manapun. Persaingan tidak sehat ini, biasanya dilakukan dalam bentuk: saling
menjatuhkan, menghina, memaki, bahkan saling menyakiti. Hal ini masih sering
terjadi sampai sekarang ini. Ada banyak sekali tindakan-tindakan persaingan tidak
sehat yang dilakukan antara partai politik yang satu dengan partai politik yang
lainnya. Tindakan tersebut dilakukan oleh anggota partai politik, pengurus partai
politik, pendukung partai politik, serta masyarakat yang sebenarnya tidak tahu
menahu tentang politik tetapi memilih untuk mencoba melakukan tindakan
tersebut. Sangat disayangkan jika masalah ini akan terus melanda negara yang kita
cintai ini. Banyaknya partai merupakan bentuk dari kemajemukan bangsa yang
seharusnya dijadikan pemersatu, bukan pemecah apalagi penghancur.

Masalah lain yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa sekarang ini
adalah banyaknya partai politik yang memilih selebritis tanah air untuk menjadi
anggota partainya. Dengan maksud rakyat lebih banyak memilihnya karena
kepopuleran. Padahal, kinerja dari para selebritis tersebut tidak bisa dijamin jika
hanya mengandalkan kepopuleran. Yang dibutuhkan dalam dunia perpolitikan
Indonesia bukanlah sebuah kepopuleran, akan tetapi kinerja optimal yang dapat
membangun politik Indonesia menjadi sangat baik. Dan seharusnya, partai politik
memilih dengan bijaksana siapa anggota yang mahir pada bidangnya, bukan asal-
asalan.

Saat ini, Indonesia tengah mengalami masalah yang cukup serius. Hilangnya
nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan dunia perpolitikan telah
menimbulkan masalah yang sampai sekarang belum terpecahkan. Nilai-nilai
pancasila sudah tidak lagi menjadi dasar negara yang diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Nilai pancasila sudah tidak lagi dijunjung tinggi. Dan nilai pancasila
sudah tidak dihiraukan lagi oleh masyarakat Indonesia. Pancasila seharusnya
dijadikan landasan dalam dunia perpolitikan. Pancasila seharusnya diterapkan
dalam segala macam kegiatan yang dilakukan di dunia perpolitikan. Namun yang
terjadi sekarang ini adalah sebaliknya.

21 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Keberagaman yang kita miliki, adalah asset terbesar untuk menunjukkan pada
dunia bahwa kita mampu bersatu. Dunia perpolitikan merupakan suatu wadah
untuk menyalurkan aspirasi kita dalam mewujudkan kemajuan bangsa., dan
masalah yang ada harus kita jadikan motivasi untuk menyatukan bangsa ini.
Persaingan tidak sehat dalam dunia perpolitikan sudah seharusnya kita kurangi,
karena persaingan tidak sehat hanya akan menimbulkan dampak negatif yang
dapat merugikan orang lain.

Pemilihan selebritis menjadi anggota partai sebenarnya tidak ada masalah.


Namun dalam pemilihan anggota, sebagai partai politik yang bijak sudah
seharusnya kita tidak hanya memikirkan kepopuleran yang ada tanpa memikirkan
kinerjanya. Menang karena kepopuleran tanpa memiliki kinerja yang baik, justru
akan terasa sia-sia.

Pancasila yang telah dibuat dengan darah dan air mata oleh para pejuang
bangsa sejak dahulu harus kita jadikan landasan dalam berkehidupan. Pancasila
harus menjadi pemersatu, bukan penghancur. Mulailah berpikir kritis sejak dini.
Memang tidak mudah untuk merubah sesuatu yang sudah rusak, namun bukankah
semuanya masi bisa diperbaiki? Kita tidak akan mampu merubah pola pikir orang
lain, apalagi sifat orang lain. Namun kita mampu untuk merubah pola pikir kita
sendiri. Semuanya dimulai dari diri sendiri.

2.6.2 Perkembangan Budaya Politik di Indonesia


Dalam sejarah kebudayaan Indonesia modern, ada relasi yang sangat erat
antara budaya dan politik Bahkan pada fase tertentu, budaya dipandang sebagai
produk sebuah proses politik.8 Perkembangan budaya politik di Indonesia
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas.
Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses
gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Dengan demikian,
budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan
keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber daya
masyrakat.

8
Choirotun Chisaan, LESBUMI: Strategi Politik Kebudayaan, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2008),
hal. 2

22 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu siap orientasi
yang khas warga Negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan
sikap terhadap peranan warga Negara yang ada didalam sistem itu. Dengan kata
lain bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik
diantara masyarakat bangsa itu.

Almond dan Powell mengklasifikasikan budaya politik ke dalam tiga hal,


yakni:

1. Budaya Politik Parokial: Budaya politik yang level partisipasinya sangat


rendah.
2. Budaya Politik Kaula: suatu komunitas atau masyarakat yang cukup maju
baik sosial maupun ekonomi, tetapi sikapnya pasif terhadap politik.
3. Budaya politik partisipan: budaya politik di mana kesadaran masyarakatnya
sangat tinggi untuk aktif dalam aktivitas politik.

Budaya politik partisipan di Indonesia sudah mulai terlihat. Tolak ukurnya


adalah level partisipasi politik masyarakat pada aktivitas politik semakin tinggi,
baik berupa tuntutan maupun dukungan terhadap pemerintah. Sebagian besar
masyarakatnya sudah tersosialisasikan dengan baik dalam bidang politik. Akan
tetapi, masih ada masyarakat yang tidak berdaya dalam memengaruhi pembuatan
kebijakan. Masyarakat ini didominasi oleh individu yang marginal atau
terpinggirkan, masyarakat yang tingkat perekonomiannya masih rendah, dan
tingkat pendidikan yang rendah.

Oleh karena itu, budaya politik masyarakat Indonesia termasuk kategori


budaya politik campuran atau mixed political culture antara budaya politik
partisipan dan budaya politik kaula-parokial. Budaya politik partisipan banyak
terlihat di kota-kota besar, seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta,
Palembang, Medan, dan kota metropolitan lainnya. Sedangkan budaya politik
kaula-parokial masih ditemukan di daerah pedesaan atau terpencil.

Selain itu, ikatan kesukuan atau primordial terhadap budaya daerah secara
berlebihan terlihat masih mendominasi dan sangat kuat dalam kehidupan budaya
politik Indonesia. Seperti, agama tertentu, suku bangsa dan ras, marga, serta sifat

23 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
keaderahan. Oleh karena itu, elit politik sering memanfaatkan ikatan kedaerahan
ini untuk tujuan politiknya yaitu mendapatkan dukungan dalam pemilihan umum.

Budaya politik di Indonesia juga cenderung masih memperlihatkan sikap


"Bapakisme" yaitu sikap ABS atau asal bapak senang. Sementara, pejabat publik
masih berorientasi kepada kekuasaan semata daripada pengabdian kepada
masyarakat. Sikap bapakisme diperparah dengan kondisi partai politik yang tidak
lagi berdasar pada ideologi perjuangan politiknya, tetapi lebih bersifat pragmatis.
Pada akhirnya, rakyat selalu menjadi obyek politik dan kekuasaan, bukan subyek
kekuasaan seperti yang diharapkan oleh demokrasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosial dan budaya politik memiliki beragam tipe tergantung dari karakteristik
masyarakat pada suatu wilayah atau negara dan budaya politik dapat berkembang
tergantung dari masyarakat dan pemerintahannya yang berkuasa. Sosial dan
budaya politik di Indonesia sebagian besar masih bersifat parokial-kaula yaitu
masyarakat masih pasif dalam kegiatan dan peran serta politik walaupun segelintir
pihak sudah bersifat partisipan. Untuk itu diperlukan adanya suatu perubahan
untuk mencapai budaya politik yang ideal yaitu partisipan, sehingga budaya
partisipan ini tidak hanya berkembang pada kota-kota besar saja tetapi juga bisa
menyentuh di daerah-daerah terpencil lainnya di Indonesia.

3.2 Saran
Kita harus peka terhadap dinamika sosial dan budaya politik yang
berkembang di Indonesia. Dalam berpolitik sebaikya dilakukan menurut kaidah-
kaidah dan aturan-aturan yang sesuai agar tercipta integrasi nasional. Karena
bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya,
menyebabkan mudah terjadi selisih paham dalam berpolitik. Oleh karena itu peran
mahasiswa sangat diharapkan demi terwujudnya budaya politik yang partisipan.

24 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Peran mahasiswa dalam sosial, budaya dan politik untuk mewujudkan
Indonesia lebih maju, mahasiswa sejatinya memiliki peran dan fungsi yang
strategis dalam pembangunan dan perubahan sosial. Mahasiswa menjadi aktor
dari pembangunan dan perubahan bangsa Indonesia. Peran mahasiswa
sebagai Agent of change, social control, dan iron stock. Sebagai mahasiswa patut
melakukan beberapa upaya yang di jelaskan di atas, dan mengusahakan yang
terbaik untuk Indonesia menjadi lebih baik dan lebih maju.

Mahasiswa tidak boleh apatis, mahasiswa harus aktif mengikuti


perkembangan politik bangsa ini dan ikut memberikan penerangan atau sosialisasi
kepada masyarakat mengenai cara berpolitik yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Umanailo,Chairul Basrun. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jawa Timur: FAM
Publishing

Hermawan, dkk. 2020. Psikologi Sosial. DIY: Trussmedia Grafika

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Burga, Muhammad Alqadri. 2019. “Hakikat Manusia sebagai Makhluk


Pedagogik”, Al-Musannif: Jurnal Pendidikan Islam dan Keguruan, Vol.
1 No. 1 : 21. doi: 10.56324

Bakar, Osman. 2008. “Pengaruh Globalisasi Terhadap Peradaban”, Jurnal


Peradaban - Jurnal Rasmi Pusat Dialog Peradaban, Vol. 1: 1 Web. 03
Januari 2023

Malik , Dedy Djamaluddin. 2014. “Globalisasi Dan Imperialisme Budaya di


Indonesia”. Journal Communication, Vol. 5 No. 2 : 1. Print.

Abdillah, Masykuri. 2011. Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Chisaan, Choirotun. 2008. LESBUMI: Strategi Politik Kebudayaan. Yogyakarta:


LKiS Yogyakarta

25 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
26 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A

Anda mungkin juga menyukai