PENDAHULUAN
Sebelum membahas lebih jauh terkait topik sosial dan budaya yang ada di
Indonesia, tentunya kita perlu memahami terlebih dahulu dasar ilmu yang dipakai
dalam membahas topik ini. Dasar ilmu yang tepat dalam mengangkat topik ini
adalah dengan menggunakan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Secara umum dapat
dikatakan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar merupakan pengetahuan yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial dan
budaya manusia.
5|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
2. Untuk mengetahui hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
3. Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk berbudaya dan beretika.
4. Untuk mengetahui dinamika peradaban global.
5. Untuk memahami keadaan dinamika sosial dan budaya terhadap sistem
politik di Indonesaia
6|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum ISBD (Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Dasar) termasuk
kelompok pengetahuan, yakni mempelajari mengenai pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep hubungan antar manusia (sosial) dan
budaya yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kemanusiaan,
sosial, dan budaya.
7|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Ilmu sosial budaya dasar adalah suatu pengetahuan yang bisa digunakan
untuk meneliti masalah sosial atau budaya yang terjadi di lingkungan sekitar.
Namun, ilmu sosial budaya dasar ini tentu saja tidak berdiri sendiri karena
penelitian dalam ilmu sosial budaya dasar juga akan menggunakan berbagai
macam ilmu sosial turunan lain yang memiliki ruang lingkup kajian lebih spesifik
sehingga bisa mendapatkan hasil penelitian yang terbaik.
Manusia sebagai mahluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur
fisik dan psikis, serta unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia
individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya . Jika unsur
tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut lagi sebagai
individu. Karakteristik yang khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan
yang lain. Kepribadian seseorang itu dipengaruhi faktor bawaan (genotip) dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus menerus.
8|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
termasuk dalam cakupan sosial.2 Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, salah
satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup
berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari
kawan atau teman. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering kali
didasari atas kesamaan ciri atau kepentingannya masing-masing. Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
2
Agus hermawan, dkk., Psikologi Sosial, (DIY: Trussmedia Grafika, 2020), hal. 10
9|DINAMIKA S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
yang ada pada masyarakat,
dan suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat,
serta benda-benda hasil
karya manusia
(Koentjaraningrat, 1990 : 186
- 187).
Wujud dari kebudayaan
yang diungkapkan
tersebut terdapat juga di
dalam sistem religi
(kepercayaan) yang ada
pada setiap masyarakat, dan
Setiap manusia memiliki
kebudayaannya masing-
10 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
masing, dan masing-masing
manusia tersebut
mewujudkan kebudayaannya
dalam bentuk ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan-peraturan
yang ada pada masyarakat,
dan suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat,
serta benda-benda hasil
karya manusia
(Koentjaraningrat, 1990 : 186
- 187).
Wujud dari kebudayaan
yang diungkapkan
11 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
tersebut terdapat juga di
dalam sistem religi
(kepercayaan) yang ada
pada setiap masyarakat, dan
Setiap manusia memiliki
kebudayaannya masing-
masing, dan masing-masing
manusia tersebut
mewujudkan kebudayaannya
dalam bentuk ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan-peraturan
yang ada pada masyarakat,
dan suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat,
12 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
serta benda-benda hasil
karya manusia
(Koentjaraningrat, 1990 : 186
- 187).
Wujud dari kebudayaan
yang diungkapkan
tersebut terdapat juga di
dalam sistem religi
(kepercayaan) yang ada
pada setiap masyarakat, dan
Setiap manusia memiliki
kebudayaannya masing-
masing, dan masing-masing
manusia tersebut
mewujudkan kebudayaannya
dalam bentuk ide-ide,
13 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan-peraturan
yang ada pada masyarakat,
dan suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat,
serta benda-benda hasil
karya manusia
(Koentjaraningrat, 1990 : 186
- 187).
Wujud dari kebudayaan
yang diungkapkan
tersebut terdapat juga di
dalam sistem religi
(kepercayaan) yang ada
pada setiap masyarakat, dan
Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing-masing, dan masing-masing
manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide-ide, gagasan, nilai-
14 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
nilai, norma-norma, peraturan-peraturan yang ada pada masyarakat, dan suatu
kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, serta
benda-benda hasil karya manusia. 3
3
Koentjaraningrat, Pengantar ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 186-187
4
Muhammad Alqadri Burga, Hakikat Manusia sebagai Makhluk Pedagogik, Al-Musannif: Jurnal
Pendidikan Islam dan Keguruan, Vol. 1 No. 1 (Januari, 2019), hal. 21
15 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi
berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika
memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan
buruk terhadap perbuatan manusia. Etika bermaksud membantu manusia untuk
bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan, karena setiap
tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia
untuk mempertanggungjawabankan tindakannya itu, karena memang ada alasan-
alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang kuat mengapa ia betindak begitu.
16 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi inilah yang kemudian
berpengaaruh besar terhadap perubahan kebudayaan dan peradaban.
5
Osman Bakar, Pengaruh Globalisasi Terhadap Peradaban, Jurnal Peradaban - Jurnal Rasmi Pusat
Dialog Peradaban, Vol. 1 (2008), hal. 1
17 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya adalah masuknya nilai-nilai dari
peradaban lain. Hal ini berakibat timbulnya erosi nilai-nilai social budaya suatu
bangsa yang menjadi jati dirinya. Pengaruh ini semakin lancar dengan pesatnya
media informasi dan komunikasi, seperti televisi, komputer, Internet sebagainya.
Masuknya nilai budaya asing akan membawa pengaruh pada sikap, perilaku, dan
kelembagaan masyarakat. Menghadapi perkembangan ini diperlukan suatu upaya
yang mampu mensosialisasikan budaya nasional sebagai jati diri bangsa.
6
Dedy Djamaluddin Malik, Globalisasi Dan Imperialisme Budaya di Indonesia, Journal
Communication Vol. 5 No. 2 (Oktober, 2014), hal. 1
18 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Proses saling memengaruhi
sesungguhnya adalah gejala yang wajar dalam interaksi antarmasyarakat. Melalui
interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa ataupun kelompok-kelompok
masyarakat yang menghuni nusantara (sebelum bangsa Indonesia terbentuk) telah
mengalami proses dipengaruhi dan memengaruhi. Pada hakikatnya, bangsa
Indonesia atau bangsa-bangsa lain berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh
luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak dari luar. Gambaran di
atas menunjukkan bahwa pengaruh dunia luar adalah sesuatu yang wajar dan tidak
perlu ditakutkan. Pengaruh tersebut selamanya mempunyai dua sisi, yaitu positif
dan negatif.
Oleh karena itu, dalam pembangunan nasional lima tahun kedepan dinyatakan
adanya Program Pengembangan Nilai Budaya. Program ini bertujuan untuk
memperkuat jati diri bangsa dan memantapkan budaya nasional. Tujuan tersebut
dicapai antara lain melalui upaya memperkokoh ketahanan budaya nasional
sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negative dan
memfasilitasi proses adopsi dan adaptasi budaya asing yang bernilai positif dan
produktif.
19 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
politik itu sendiri. Di dalam kegiatan politik, kita tidak bisa lepas dari partisipasi
masyarakat karena masyarakatlah yang menjadi pelaku politik tersebut. Begitu
juga sebaliknya, dalam kehidupan sosial dan berbudaya kita tidak bisa lepas dari
unsur-unsur politik.
Ketiga fase tersebut telah menorehkan berbagai macam sejarah baik dan
buruk yang membentuk dan membekas di era reformasi sekarang ini. Pergantian
fase itu sebenarnya adalah bertujuan untuk Indonesia yang lebih baik. Seluruh
sistem pemerintahan di Orde Lama yang tidak sesuai dengan rakyat Indonesia
telah diubah. Namun terlepas dari itu semua, sebagai negara multikultur dan
masyarakatnya yang sangat dinamis, Indonesia tidak bisa terlepas dari berbagai
permasalahan khususnya dalam dunia perpolitikan.
Seperti yang kita ketahui, adanya persaingan dalam dunia perpolitikan adalah
suatu masalah yang masih dirasakan dari dulu hingga sekarang. Persaingan
tersebut dilakukan dalam bentuk persaingan sehat dan persaingan yang tidak
7
Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2011), hal. 169
20 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
sehat. Persaingan sehat akan memberikan dampak positif bagi siapapun, dan
sebaliknya persaingan tidak sehat akan memberikan dampak negatif bagi pihak
manapun. Persaingan tidak sehat ini, biasanya dilakukan dalam bentuk: saling
menjatuhkan, menghina, memaki, bahkan saling menyakiti. Hal ini masih sering
terjadi sampai sekarang ini. Ada banyak sekali tindakan-tindakan persaingan tidak
sehat yang dilakukan antara partai politik yang satu dengan partai politik yang
lainnya. Tindakan tersebut dilakukan oleh anggota partai politik, pengurus partai
politik, pendukung partai politik, serta masyarakat yang sebenarnya tidak tahu
menahu tentang politik tetapi memilih untuk mencoba melakukan tindakan
tersebut. Sangat disayangkan jika masalah ini akan terus melanda negara yang kita
cintai ini. Banyaknya partai merupakan bentuk dari kemajemukan bangsa yang
seharusnya dijadikan pemersatu, bukan pemecah apalagi penghancur.
Masalah lain yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa sekarang ini
adalah banyaknya partai politik yang memilih selebritis tanah air untuk menjadi
anggota partainya. Dengan maksud rakyat lebih banyak memilihnya karena
kepopuleran. Padahal, kinerja dari para selebritis tersebut tidak bisa dijamin jika
hanya mengandalkan kepopuleran. Yang dibutuhkan dalam dunia perpolitikan
Indonesia bukanlah sebuah kepopuleran, akan tetapi kinerja optimal yang dapat
membangun politik Indonesia menjadi sangat baik. Dan seharusnya, partai politik
memilih dengan bijaksana siapa anggota yang mahir pada bidangnya, bukan asal-
asalan.
Saat ini, Indonesia tengah mengalami masalah yang cukup serius. Hilangnya
nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan dunia perpolitikan telah
menimbulkan masalah yang sampai sekarang belum terpecahkan. Nilai-nilai
pancasila sudah tidak lagi menjadi dasar negara yang diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Nilai pancasila sudah tidak lagi dijunjung tinggi. Dan nilai pancasila
sudah tidak dihiraukan lagi oleh masyarakat Indonesia. Pancasila seharusnya
dijadikan landasan dalam dunia perpolitikan. Pancasila seharusnya diterapkan
dalam segala macam kegiatan yang dilakukan di dunia perpolitikan. Namun yang
terjadi sekarang ini adalah sebaliknya.
21 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Keberagaman yang kita miliki, adalah asset terbesar untuk menunjukkan pada
dunia bahwa kita mampu bersatu. Dunia perpolitikan merupakan suatu wadah
untuk menyalurkan aspirasi kita dalam mewujudkan kemajuan bangsa., dan
masalah yang ada harus kita jadikan motivasi untuk menyatukan bangsa ini.
Persaingan tidak sehat dalam dunia perpolitikan sudah seharusnya kita kurangi,
karena persaingan tidak sehat hanya akan menimbulkan dampak negatif yang
dapat merugikan orang lain.
Pancasila yang telah dibuat dengan darah dan air mata oleh para pejuang
bangsa sejak dahulu harus kita jadikan landasan dalam berkehidupan. Pancasila
harus menjadi pemersatu, bukan penghancur. Mulailah berpikir kritis sejak dini.
Memang tidak mudah untuk merubah sesuatu yang sudah rusak, namun bukankah
semuanya masi bisa diperbaiki? Kita tidak akan mampu merubah pola pikir orang
lain, apalagi sifat orang lain. Namun kita mampu untuk merubah pola pikir kita
sendiri. Semuanya dimulai dari diri sendiri.
8
Choirotun Chisaan, LESBUMI: Strategi Politik Kebudayaan, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2008),
hal. 2
22 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu siap orientasi
yang khas warga Negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan
sikap terhadap peranan warga Negara yang ada didalam sistem itu. Dengan kata
lain bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik
diantara masyarakat bangsa itu.
Selain itu, ikatan kesukuan atau primordial terhadap budaya daerah secara
berlebihan terlihat masih mendominasi dan sangat kuat dalam kehidupan budaya
politik Indonesia. Seperti, agama tertentu, suku bangsa dan ras, marga, serta sifat
23 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
keaderahan. Oleh karena itu, elit politik sering memanfaatkan ikatan kedaerahan
ini untuk tujuan politiknya yaitu mendapatkan dukungan dalam pemilihan umum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sosial dan budaya politik memiliki beragam tipe tergantung dari karakteristik
masyarakat pada suatu wilayah atau negara dan budaya politik dapat berkembang
tergantung dari masyarakat dan pemerintahannya yang berkuasa. Sosial dan
budaya politik di Indonesia sebagian besar masih bersifat parokial-kaula yaitu
masyarakat masih pasif dalam kegiatan dan peran serta politik walaupun segelintir
pihak sudah bersifat partisipan. Untuk itu diperlukan adanya suatu perubahan
untuk mencapai budaya politik yang ideal yaitu partisipan, sehingga budaya
partisipan ini tidak hanya berkembang pada kota-kota besar saja tetapi juga bisa
menyentuh di daerah-daerah terpencil lainnya di Indonesia.
3.2 Saran
Kita harus peka terhadap dinamika sosial dan budaya politik yang
berkembang di Indonesia. Dalam berpolitik sebaikya dilakukan menurut kaidah-
kaidah dan aturan-aturan yang sesuai agar tercipta integrasi nasional. Karena
bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya,
menyebabkan mudah terjadi selisih paham dalam berpolitik. Oleh karena itu peran
mahasiswa sangat diharapkan demi terwujudnya budaya politik yang partisipan.
24 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
Peran mahasiswa dalam sosial, budaya dan politik untuk mewujudkan
Indonesia lebih maju, mahasiswa sejatinya memiliki peran dan fungsi yang
strategis dalam pembangunan dan perubahan sosial. Mahasiswa menjadi aktor
dari pembangunan dan perubahan bangsa Indonesia. Peran mahasiswa
sebagai Agent of change, social control, dan iron stock. Sebagai mahasiswa patut
melakukan beberapa upaya yang di jelaskan di atas, dan mengusahakan yang
terbaik untuk Indonesia menjadi lebih baik dan lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA
Umanailo,Chairul Basrun. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jawa Timur: FAM
Publishing
25 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A
26 | D I N A M I K A S O S I A L D A N B U D A Y A T E R H A D A P P O L I T I K D I I N D O N E S I A