Anda di halaman 1dari 30

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA
FAKTOR- FAKTOR PENYEBABNYA
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG
INTERAKSI SOSIAL
4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA
DENGAN KEMUNCULAN BUDAYA
5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-
ORGANIS, GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-
PATEMBAYAN)
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Ilmu
Sosial Budaya Dasar (ISBD)

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Endang Sri Sundari
NIM : C1G020074
Prodi/Kelas : Agribisnis B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021

1
DAFTAR ISI
BAB 1………………………………………………………………..3-7
BAB 2………………………………………………………………..8-12
BAB 3………………………………………………………………..13-18
BAB 4………………………………………………………………..19-22
BAB 5………………………………………………………………...23-28
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….29

2
BAB 1
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

A.PENGERTIAN

lmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang merupakan
integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan sosiologi
(sosio:sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan salah satu cabang dari ilmu
sosial. Pengertian lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-masalah sosial, sedangkan
ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya, mengkaji masalah
kemanusiaan dan budaya. Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial dan budaya dasar
merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-
masalah sosial manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling
mendasar dalam kehidupan manusia sebagai mahluk berbudaya. Dan masalah-masalah
yang menyertainya, sering disebut sebagai humanities yang merupakan pengetahuan yang
diharpkan dapat memberikan pengetahuan tentang konsep-konsep yang dapat di gunakan
untuk masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Pengertian ilmu sosial budaya dasar
Sebagai integrasi ISBD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-
konsep budaya kepada manusia sehinnga mampu mengkaji masalah sosial dan budaya
secara arif.
ISBD sebagai kajian masalah sosial, kemanusiaan dan budaya sekaligus pula memberi
dasar yang bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial yang terintregasi.
ISBD buknlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu
pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia
sebagai mahluk sosialyang berbudaya, dan masalah masalah yang terwujud dari padanya

Istilah ISBD dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic
humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah
humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang artinya manusia, berbudaya
dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi
lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities
diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai
manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus,
mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan
3
tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri. Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang asal mula ilmu sosial dan budaya dasar, perlu diketahui pengelompokan ilmu
pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan
dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :

Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-


keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode
ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-
keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini
kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi.
Ilmu-ilmu sosial ( social scince ). Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-
keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini
digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hasil pengkajian
ini lebih bersifat kualitatif, sebab hal ini menyangkut pola perilaku dan tingkah laku
manusia di masyarakat yang cenderung berubah-ubah.
Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti
kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode
pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian
diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup
keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam
berbagai bidang keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu
sosial dan budaya dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaan.

Ilmu sosial dan budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya
dasar dalam bahasa Inggris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas
inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-
nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu sosial dan
budaya dasar bukan hanya ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar
dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-
masalah sosial manusia dan kebudayaannya.

B.KONSEP ILMU SOSIALBUDAYA DASAR


1. Manusia dan Tangung Jawab Manusia dan Pengabdian
Dasar tanggung jawab adalah hakekat keberadaan manusia sebagai mahluk yang mau
menjadi baik dan memeperoleh kebahagiaan.

2. Manusia dan Pengabdian


Pengabdian diartikan sebagai perihal perilaku berbakti atau meperhamba diri kepada tugas
yang (dianggap) mulia.

3. Manusia dan Pandangan Hidup


Pandangan hidup berkenan dengan eksistensi manusia di dunia dalam hubungannya dengan
Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita berdiam.
4
4. Manusia dan Keindahan. Manusia dan Kegelisahan.
Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan.

5. Manusia dan Kegelisahan.


Kegelisahan adalah merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tentram (hati
maupun perbuatannya), rasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah laku.

6. Manusia, keragaman dan kesederajatan


Struktur masyarakat Indonesia majemuk dan dinamis, ditandai keragaman suku bangsa,
agama dan kebudayaan.
Keragaman disisi lain membanggakan, dan sisi lain mengandung potensi masalah konflik.
Keragaman bisa diatasi dengan semangat pluralisme, keterbukaan dan mengembangkan
kesederajatan.

7. Manusia, sains dan teknologi


Sains dan tekhnologi dapat berkembang melalui kreativitas penemuan (discovery),
penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa.
Kegunaan nyata IPTEK bagi manusia sangat tergantung dari nilai, moral, norma dan
hukum yang mendasarinya. IPTEK tanpa nilai sangat berbahaya dan manusia tanpa IPTEK
mencermikan keterbelakangan.

8. Manusia dan lingkungan


Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan
terhadap kehidupannya sendiri.
Bagaimana manusia mensikapi dan mengelola lingkungannya pada akhirnya akan
mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan.

C.TUJUAN ILMU SOSIALBUDAYA DASAR

Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan
dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan
demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu
bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi
IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa
dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-
nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang
menyangkut dirinya sendiri.

Berpijak dari hal diatas, tujuan mata kuliah ilmu budaya dasar adalah untuk
mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya berkenaan dengan
kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai lingkungan budaya
5
mahasiswa dapat menjadi lebih halus. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD
diharapkan dapat :
1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka
lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk
kepentingan profesi mereka.
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka
tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka
terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3. Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik
ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan
budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan
pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang
menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya
sendiri.

Jika diperinci maka tujuan pengajaran ilmu budaya dasar itu adalah :
Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
1. Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, serta lebih
bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
2. Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan
diri. Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat,
hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
Dengan ringkas dapat disebutkan bahwa tujuan IBD adalah :
Perlunya melakukan pembentukan pemikiran yang khususnya berkenaan dengan
Kebudayaan dan Kemanusiaan,agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan
dengan lingkungan budaya dapat diperluas

6
BAB II
PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA

A. PENGERTIAN

Masyarakat merupakan kelompok individu yang dinamis. Banyak faktor yang dapat
mendorong terjadinya perubahan pada masyarakat, baik itu ideologi, kebijakan pemerintah,
maupun gerakan massal. Perubahan yang berdampak pada interaksi sosial, normal, dan
unsur kebudayaan dikenal dengan istilah perubahan sosial budaya.
Perubahan sosial budaya adalah perubahan pada unsur sosial dan kebudayaan di dalam
masyarakat, baik itu bersifat materiil maupun nonmateriil. Perubahan sosial budaya adalah
perubahan norma-norma sosial, pola-pola sosial, interaksi sosial, pola perilaku, organisasi
sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan masyarakat, serta susunan kekuasaan dan
wewenang.

Perubahan Sosial Budaya Menurut Para Ahli :


-Selo Soemardjan menjelaskan, bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
-Kingsley Davis memandang bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
-John Lewis Gillin dan John Philip Gillin melihat perubahan sosial sebagai variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi atau penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat.

7
Bentuk-bentuk perubahan sosial bisa dilihat dari waktunya, pengaruhnya, dan
perencanaannya.

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial


Dilihat dari waktunya, perubahan sosial dapat berupa revolusi maupun evolusi. Revolusi
adalah perubahan sosial yang terjadi dalam waktu cepat. Perubahan yang terjadi pun
dilakukan secara besar-besaran. Salah satu contohnya adalah peristiwa revolusi industri.

Sementara itu, evolusi adalah perubahan sosial yang terjadi dalam waktu yang lambat.
Evolusi terdiri dari rentetan perubahan kecil, sehingga kita sering kali tidak merasakannya.
Contoh evolusi adalah perubahan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.

Jika dilihat dari pengaruhnya, perubahan sosial budaya bisa dibagi menjadi perubahan kecil
dan perubahan besar. Perubahan kecil kurang membawa pengaruh langsung, sehingga tidak
membuat keguncangan. Contohnya adalah perubahan tren model pakaian.

Perubahan besar merujuk pada perubahan yang terjadi pada sendi-sendi kehidupan,
sehingga dampaknya cukup besar pada kehidupan masyarakat. Contohnya adalah
industrialisasi.

Dilihat dari perencanaannya, perubahan sosial budaya dibagi menjadi perubahan yang
direncanakan dan tidak direncanakan. Perubahan yang direncanakan atau planned change
adalah perubahan yang diinginkan masyarakat. Kadang-kadang, perubahan tersebut juga
terjadi ketika dikehendaki oleh pihak tertentu. Contohnya adalah pembangunan jalan.

Perubahan yang tidak direncanakan atau unplanned change adalah perubahan yang terjadi
di luar dugaan masyarakat. Perubahan tersebut tidak dikehendaki siapa pun. Salah satu
contohnya adalah bencana alam.
Perubahan sosial, dapat berlangsung dalam kurun waktu cepat atau perlahan-lahan.
Perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakaan suatu proses yang terus menerus
artinya setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan, akan tetapi
perubahan antara kelompok dengan kelompok lain tidak selalu sama serta banyak faktor-
faktor yang mempengaruhinya

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya. Pertama,
adanya konflik yang menuntut masyarakat untuk beradaptasi. Kedua, pengaruh kebudayaan
luar yang diadopsi oleh masyarakat. Ketiga, bertambah dan berkurangnya penduduk.
Keempat, perubahan alam, adanya penemuan baru yang digunakan oleh masyarakat dalam
kehidupan.

Teknologi Informasi yang Membuat Perubahan

Pandemi membuat siswa dan mahasiswa belajar dari rumah menggunakan jaringan internet.
Kondisi ini tidak mungkin terjadi 25 tahun lalu dimana teknologi informasi belum
secanggih sekarang ini.

8
Teknologi Internet juga mengubah masyarakat. Surat elektronik, misalnya menggantikan
surat yang ditulis diatas kertas. Ini membuat kantor pos dan pengantar surat tidak lagi
menjadi prioritas dalam berikirim pesan.

Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah perubahan posisi seseorang dalam masyarakat. Dari pembentukan
kata, mobilitas sosial berasal dari kata mobilitas dan sosial. Mobilitas merupakan kata dari
bahasa Inggris mobility, yang artinya pergerakan.
Sesuatu yang bergerak berarti terdapat perubahan, yaitu berpindah posisi dari satu tempat
ke tempat lainnya.

Sedangkan sosial, berasal dari kata social yang kurang lebih maknanya interaksi antar
manusia dalam kelompok masyarakat.
Dari pembentukan kata, mobilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
gerakan berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak.
Sedangkan secara etimologis mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu ‘mobilis’ yang berarti
mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain; terdapatnya
kata sosial pada istilah mobilitas sosial adalah untuk menekankan bahwa istilah tersebut
mengandung makna yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok
sosial. Dengan hijrahnya masyarakat desa ke daerah perkotaan ini akan berimplikasi pada
perubahan karakteristik masyarakat desa.
Bila sebelumnya masyarakat desa masih terikat oleh adanya suatu hubungan kekerabatan
serta sifat solidaritas yang tinggi di antara sesasamya, karena melihat perkembangan
kehidupan masyarakat yang rumit dan kompleks, misalnya berpandangan pada budaya
materialistis, maka dengan sendirinya masyarakat desa sedikit demi sedikit akan mengikuti
pola kehidupan tersebut, sehingga akan menggeser tata nilai yang telah lama terbentuk
dalam kehidupanya masyarakatnya. Salah satu bentuk nyata dari perubahan sosial adalah
modernisasi, yaitu perubahan sosial budaya yang terarah yang didasarkan pada suatu
perencanaan.

Modernisasi merujuk pada sebuah transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang
berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang lebih
berkembang, maju, dan makmur.
Modernisasi tidak sekedar menyangkut aspek material saja, melainkan juga aspek
immaterial seperti pola pikir, tingkah laku, dan lain sebagainya.

Tipe Mobililitas Sosial

Mobilitas manusia di masyarakat ada 2 jenis, yaitu vertikal dan horisontal.

Vertikal adalah perpindahan posisi dari atas kebawah dan atau sebaliknya, dari bawah ke
atas. Gerak mobilitas vertikal artinya perpindahan individu atau obyek sosial dari satu
kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya dalam posisi yang tidak sederajat.
Contohnya, seorang pedagang yang menjadi anggota dewan perwakilan pusat atau daerah.
Sebelumnya, ia berada di masyarakat dengan dikenal sebagai seorang pedagang yang
9
pengaruhnya berada di lingkungan sosialnya saja. Namun, ketika ikut pemilu dan terpilih
sebagai wakil rakyat, ia memiliki posisi yang membuat peraturan yang berdampak bagi
orang banyak di luar tempatnya biasa berinteraksi.

Gerak mobilitas vertikal ada dua macam. Yaitu, vertikal naik dari posisi lebih rendah ke
posisi lebih tinggi seperti contoh diatas.

Dan gerak vertikal menurun, dimana turunnya kedudukan individu ke posisi atau
kedudukan lain yang lebih rendah derajatnya. Contohnya, saat pedagang yang menjadi
contoh diatas, tidak lagi terpilih saat pemilu lima tahun berikutnya maka ia akan berpindah
posisi sosial menjadi masyarakat biasa.

Sementara horisontal adalah suatu perpindahan individu yang sederajat, dari satu kelompok
ke kelompok lain. Seorang guru yang berpindah sekolah untuk mengajar akan menemui
kelompok murid yang berbeda. Namun, posisinya tetaplah seorang guru.

Globalisasi Bawa Dampak Perubahan Sosial Budaya

Globalisasi mempengaruhi seluruh aspek penting kehidupan, termasuk sosial budaya.


Perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan
komunikasi. Dari jaringan kawat telegram dan telepon yang menghubungan berbagai kota
antar negara, sampai teknologi Internet yang diakses menggunakan komputer.

Sebelum membahasnya lebih jauh, mari kita telaah pengertian globalisasi. Ahli sosiologi
Indonesia, Selo Soemardjan menyebut globalisasi sebagai terbentuknya sistem organisasi
dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sebuah sistem dan
kaidah yang sama.

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus
dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kata
globalisasi diambil dari global yang maknanya universal.

Globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa
Indonesia. Berikut dampak globalisasi bidang sosial budaya:

Dampak Positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya

Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang
baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.

Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa
kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.

Dampak Negatif Globalisasi Bidang Sosial Budaya


10
Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui Internet, media
televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.
Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan gaya
hidup individualisme.

Tapi, ada juga faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan. Pertama, kehidupan
masyarakat yang terasing, sehingga sulit tersentuh kebudayaan baru. Kedua, adat istiadat.
Ketiga, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Keempat, adanya prasangka
terhadap hal baru atau asing. Terakhir, sikap masyarakat yang tradisional.

Perubahan Cepat dan Lambat

Bentuk dan Contoh Perubahan Sosial Budaya Dalam Tatanan Kehidupan (1)
Ilustrasi kartu untuk alat pembayaran foto:Unsplash
Perubahan cepat atau revolusi merupakan perubahan berskala besar yang berlangsung
dengan cepat. Sebaliknya, perubahan lambat atau evolusi adalah perubahan terjadi dalam
waktu lama. Biasanya, perubahan berskala kecil ini cenderung tidak disadari atau
dirasakan.
Contoh:
Perubahan cepat:
Revolusi Prancis yang mengubah sistem monarki menajadi demokrasi liberal.
Revolusi di Inggris yang berupaya mengganti tenaga manusia dengan tenaga mesin di
pabrik.

Perubahan lambat:

Transaksi barter perlahan digantikan dengan uang kertas, ATM, hingga uang digital.
Manusia awalnya berburu dengan peralatan sederhana, kemudian mulai meramu dan
bertani.
Perubahan Berdampak Besar dan Kecil
Bentuk dan Contoh Perubahan Sosial Budaya Dalam Tatanan Kehidupan
Ilustrasi ibu potong rambut anak. Foto: Shutter Stock
Perubahan bedampak besar adalah perubahan yang berdampak langsung pada masyarakat
dan mengubah sendi kehidupan secara luas. Perubahan berdampak kecil adalah perubahan
yang tidak terlalu berpengaruh untuk masyarakat.
Contoh:
Perubahan berdampak besar:
Mata pencaharian penduduk Desa Kinahrejo yang berubah usai terkena dampak letusan
Gunung Merapi.

Perubahan berdampak kecil:


Potongan rambut anak-anak mulai berubah ketika memasuki libur panjang.
Perubahan Direncanakan dan Tidak Direncanakan
Bentuk dan Contoh Perubahan Sosial Budaya Dalam Tatanan Kehidupan (3)
Ilustrasi pembangunan bandara foto:Unsplash
Perubahan direncanakan adalah perubahan yang disetujui dan direncanakan dengan matang
11
oleh masyarakat. Di sisi lain, perubahan tidak direncanakan terjadi secara spontan dan tidak
sengaja. Perubahan ini bisa saja tidak diinginkan, namun kondisi mengharuskannya untuk
terjadi.

Contoh:
Perubahan direncanakan:
Pembangunan pelabuhan di pantai.
Pembangunan bandara di kota.
Perubahan tidak direncanakan:
Munculnya daerah prostitusi di area wisata.
Desa yang menjadi tempat wisata secara tidak sengaja

BAB III
TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI INTERKASI SOSIAL

A.TEORI KEBUDAYAAN

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbenuk dan dipengaruhi
oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Eropa, Tionghoa, India, Arab dan lain
sebagainya.
Kata Kebudayaan, berasal dari kata Sanskerta buddhayah, bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “kekal”.
(Koentjaraningrat. 2003:73) Menurut BAKKER kata kebudayaan dari “Abhyudaya”,
12
Sansekerta Kata “Abhyudaya” menurut Sanskrit Dictionary (Macdonell, 1954): Hasil baik,
kemajuan, kemakmuran yang serba Iengkap.
Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari
bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau
“akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa
cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
Culture dari kata Latin colere “mengolah”, “mengerjakan”, dan berhubungan dengan tanah
atau bertani sama dengan “kebudayaan”, berkembang menjadi” “segala daya upaya serta
tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam”. (Koentjaraningrat. 2003:74)

Pada awalnya, konsep kebudayaan yang benar-benar jelas yang pertama kalinya di
perkenalkan oleh Sir Edward Brnett Taylor. Seorang ahli Antropologi Inggris pada tahun
1871, mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, mora, kebiasaan, dn lain-lain. Pada waktu itu,
banyak sekali definisi mengenai kebudayaan baik dari par ahli antropologi, sosiologi,
filsafat, sejarah dan kesusastraan. Bahkan pada tahun 1950, A.L. Kroeber dan Clyde
Kluchkhon telah berhasil mengumpulkan lebih dari serats definisi ( 176 definisi ) yang
diterbitkan dalam buku berjudul Culture : A Critical Review of Concept and
Definition (1952).
Menurut Atmadja, teori kebudayaan adalah kebudayaan yang timbul sebagai suatu usaha
budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan di daerah-daerah seluruh Indonesia,
terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuj kearah kemajuan
adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan
asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan itu sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Dalam Koentjaraningrat, (2003 : 74 ) J.J Honingmann mengatakan bahwa ada tiga wujud
kebudayaan, yaitu :

1. Ideas
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba,
dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana
kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur,
mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia
dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat
istiadat.

2. Activities
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan
berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan
karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam
wujud perilaku dan bahasa.

3. Artifacts
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik.
13
Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi,
bangunan, baju, kain komputer dll.
Sedangkan (dalam Koentjaraningrat. 2003:81) terdapat tujuh unsur kebudayaan menurut C.
Kluckhon, antara lain :

1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian

Kebudayaan, sebagai suatu pengetahuan yang dipelajari orang sebagai anggota dari suatu
kelompok, tidak dapat diamati secara langsung. Jika kita ingin menemukan hal yang
diketahui orang maka kita harus menyelami alam pikir mereka, dimam-mana setiap orang
mempelajari kebudayaan mereka dengan mengamati oarang lain, mendengarkan
mereka,kemudian membuat suatu kesimpulan. Maka disinilah peran seorang etnograper
meleakukan proses yang sama yaitu dengan memahami hal yang dilihat dan didengarkan
untuk menyimoulkan hal yang diketahui orang dimana hal ini meliputi pemikiran atas
kenyataan. Dalam melakukan kerja lapoangan, etnografer membuat sebuah kesimpulan
budaya dari tiga sumber sehingga hal ini menjadi dasar adanya saling keterkaitan yamg
sangat kuat tentang Etnograpi dan Kebudayaan itu sendiri yaitu:

• Dari hal yang dikatakan orang


• Dari cara orang bertindak, dan
• Dari berbagai artefak yang digunakan orang.

definisi kebuadayaan dapat digolongkan menjadi 7 hal, yaitu:

Pertama, kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang


kompleks, meliputi hukum, seni, moral, adat istiadat, dan segala
kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kedua, menekankan sejarah kebudayaan, yang memandang kebudayaan


sebagai warisan tradisi.

Ketiga, menekankan kebudayaan yang bersifat


normatif, yaitu kebudayaan dianggap sebagai cara dan aturan hidup
manusia, seperti cita-cita, nilai, dan tingkah laku.

Keempat, pendekatan
kebudayaan dari aspek psikologis, kebudayaan sebagai langkah
penyesuaian diri manusia kepada lingkungan sekitarnya.

14
Kelima,
kebudayaan dipandang sebagai struktur, yang membicarakan pola-pola
dan organisasi kebudayaan serta fungsinya.

Keenam, kebudayaan sebagai


hasil perbuatan atau kecerdasan.

Ketujuh, definisi kebudayaan yang tidak


lengkap dan kurang bersistem.

B.TEORI INTERAKSI SOSIAL

Kehidupan dan aktivitas manusia tidak terlepas dari interaksi sosial. Sebagai makhluk
sosial, setiap manusia akan melakukan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Maka itu,
interaksi sosial pun menjadi salah satu topik pembahasan di sosiologi, bidang ilmu yang
mempelajari masyarakat. Dalam sosiologi, interaksi sosial didefinisikan sebagai suatu
aktivitas pertukaran sosial antara dua atau lebih individu. Interaksi sosial dapat dilihat dari
berbagai jenis ukuran kelompok seperti, dua, tiga individu, atau kumpulan yang lebih besar
lagi, demikian dikutip dari LibreTexts, platform non-profit yang menyediakan sumber-
sumber teks untuk studi ilmiah. Peran interaksi sosial di aktivitas masyarakat begitu besar.
Munculnya sosialisasi dalam aktivitas sosial dipicu oleh adanya interaksi sosial. Selain itu,
dengan adanya interaksi sosial, suatu tatanan masyarakat yang dapat membentuk
kepribadian setiap individu juga akan terbentuk. Jadi, struktur masyarakat dan kedudayaan
terbangun karena interaksi sosial. Dengan berinteraksi satu sama lain, orang merancang
aturan, institusi, dan sistem tempat mereka hidup. Lewat interaksi sosial pula, simbol
digunakan guna mengomunikasikan kesadaran satu masyarakat kepada mereka yang baru
mengenalnya, baik anak-anak maupun orang asing.
Teori interaksi sosial melihat pola tindakan dan reaksi individu dalam menanggapi
orang lain. Hal tersebut dilandasi dari fokus sosiologi yaitu gagasan bahwa manusia
berperilaku berbeda ketika berada dalam kelompok. Ketika manusia sendirian, manusia
berperilaku berbeda dari pada saat berada di sekitar orang lain. Pada kelompok sosial,
memiliki serangkaian perilaku dan sikap unik tersendiri. Menurut teori interaksi sosial,
perilaku sosial masyarakat ditentukan oleh tekanan sosial yang dihadapi. Artinya, perilaku
diciptakan salah satunya sebagai respon terhadap lingkungan sekitar, khususnya kelompok
sosial. Cara manusia berinteraksi dalam masyarakat dapat menentukan perilaku manusia
tersebut. Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Cirinya Pengertian interaksi sosial Georg
Simmel, sosiolog dan filsuf Jerman, menyatakan masyarakat muncul di mana sejumlah
orang melakukan interaksi dan membentuk kesatuan baik sementara maupun permanen.
Dikutip dari buku Georg Simmel (2002) karya David Frisby, Georg Simmel menyatakan
tugas sosiologi adalah penyelidikan bentuk-bentuk menjadi bagian dari masyarakat, yaitu
bentuk sosiasi. Terima kasih telah membaca Kompas.com. Dapatkan informasi, inspirasi
dan insight di email kamu. Daftarkan email Sosiasi berasal dari bahasa Jerman
Vergesellschaftung. Secara harafiah berarti proses di mana masyarakat itu terjadi. Menurut
15
Simmel, masyarakat dapat terbentuk karena adanya interaksi, bukan adanya kelompok
orang yang hanya diam. Melalui interaksi timbal balik, individu saling berhubungan dan
saling memengaruhi dan masyarakat muncul. Jika individu-individu saling berhubungan
dan saling memengaruhi, maka terbentuklah suatu masyarakat. Baca juga: Status dan Peran
Sosial dalam Studi Sosiologi Max Weber dalam Basic Sociological Terms (1968)
menyatakan fokus kajian sosiologi adalah tindakan sosial. Menurutnya setiap tindakan
individu yang ditujukan kepada individu atau kelompok lain memiliki makna yang bersifat
subjektif

Teori Interaksi Sosial Menurut Ahli Sosiologi Pembahasan terkait dengan interaksi
sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi pada era abad ke-19 dan awal 20. Di
antaranya ialah George Herbert Mead dan Erving Goffman. Keduanya menjelaskan
interaksi sosial sebagai suatu bentuk aktivitas individu yang dapat menjadi faktor
pembentuk kepribadian dari setiap orang. Kedua sosiolog itu juga merumuskan teori
tentang interaksi sosial, yakni Interaksionisme Simbolik dan Dramaturgi.

1. Teori Interaksionisme Simbolik Teori Interaksionisme Simbolik dikemukakan oleh


George Herbert Mead. Menurut pendapat Mead, interaksi sosial terjadi karena penggunaan
simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol tersebut menciptakan makna yang dapat
memicu adanya interaksi sosial antar individu. Contoh interaksionisme simbolik dalam
aktivitas sehari-hari yaitu ketika kita sedang melakukan aktivitas berbelanja di mana
terdapat pelayan yang menawarkan berbagai produk. Oleh karena itu dalam hal ini kita
akan menempatkan diri sebagai seorang konsumen. Interaksionisme simbolik pada contoh
ini memberikan makna atas suatu peran dan juga aktivitas pada setiap individu.

2. Teori Dramaturgi Teori Dramaturgi dikonsepsikan oleh Erving Goffman. Menurut


Goffman, interaksi sosial seperti suatu pertunjukan seni. Sebab, dalam interaksi sosial ada
dua jenis kehidupan, yaitu backstage (belakang panggung) dan juga frontstage (depan
panggung). Teori Goffman menggambarkan kehidupan manusia yang memiliki perbedaan
pola interaksi yang tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam kehidupan sehari-hari,
dramaturgi dalam interaksi sosial terlihat seperti dalam kehidupan seorang Ayah. Saat
bekerja, seorang ayah mungkin akan menjadi seorang bos yang akan bersikap tegas kepada
bawahannya di perusahaan. Sebaliknya, saat di rumah dan menjadi figur ayah, sosok itu
mungkin akan lebih ramah dan bersahabat kepada anak-anaknya. Jenis-Jenis Interaksi
Sosial Ada beragam jenis interaksi sosial yang dipelajari dalam sosiologi. Secara umum,
mengutip isi dari penjelasan di publikasi Kemdikbud, jenis interaksi sosial bisa terbagi
menjadi tiga, yakni hubungan orang per-orang, relasi individu dan kelompok, serta
hubungan antar-kelompok. Pembagian jadi 3 jenis ini didasari atas subyek yang terlibat
dalam interaksi. Sementara mengutip situs Lumen Learning, terdapat setidaknya 5 jenis
interaksi sosial. Detailnya adalah sebagai berikut.

1. Komunikasi Non-Verbal Proses komunikasi ini dilakukan tanpa adanya aktivitas


verbal antar individu. Jenis interaksi sosial seperti ini banyak ditemukan dewasa ini
seperti dalam aktivitas media sosial. Selain itu, jenis komunikasi ini dapat
disampaikan pula melalui pakaian dan gaya kita. Sehingga dalam hal ini berkaitan
dengan teori interaksionisme simbolik.
16
2. Pertukaran Sosial Jenis interaksi sosial ini melakukan aktivitas pertukaran yang
mengarah pada hubungan antar individu. Munculnya pertukaran didasarkan pada
kepentingan satu sama lain dengan membentuk suatu hubungan.
3. Kerja sama Proses ini merupakan suatu kegiatan kerja atau melakukan sesuatu
secara bersamaan antara dua orang individu atau lebih. Kerja sama bisa terbagi ke
dalam tiga jenis, yaitu dipaksakan, sukarela, dan tidak disengaja.
4. Konflik Dalam sosiologi, konflik dianggap sebagai hal yang normal yang ada dalam
suatu interaksi sosial. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya kepentingan pribadi
atau perebutan suatu kendali atas sumber daya yang langka.
5. Kompetisi Kompetisi juga wajar dalam aktivitas interaksi sosial. Kompetisi memicu
terjadinya interaksi sosial satu sama lain dalam suatu kelompok, yakni antar-
individu, ataupun antarkelompok.

Hubert Bonner dalam Social Psychology (1953) menjelaskan interaksi sosial adalah
suatu hubungan antara dua atau lebih individu. Perilaku individu yang satu memengaruhi,
mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Baca juga:
Sosiologi: Pengertian, Sejarah, dan Ciri-cirinya Menurut John Lewis Gillin dan John Philip
Gillin dalam Cultural Sociology, a Revision of An Introduction to Sociology (1954),
interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara
orang perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkan Kimball Young dan Raymond,
W. Mack dalam Sociology and Social Life (1954) menerangkan interaksi sosial adalah
kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Soerjono Soekanto dalam Sosiologi: Suatu Pengantar (1994),
menjelaskan interaksi sosial adalah sebuah proses sosial yang mempunyai hubungan
dengan berbagai cara berhubungan. Baik sesama individu maupun kelompok tertentu, yang
bertujuan untuk membangun sistem dalam sebuah hubungan sosial.
Berikut ini penjelasannya: kontak sosial Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk
yaitu antar orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia dan
sebaliknya, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Kontak
sosial bisa bersifat positif atau negatif.
Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada kerjasama. Kontak
sosial negatif mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan
kontak sosial. Kontak sosial juga dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi
bila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sedangkan
kontak sekunder memerlukan perantara. komunikasi Komunikasi adalah proses
penyampaian informasi (pesan, ide, dan gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain untuk
saling memengaruhi satu sama lain. Proses komunikasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu
komunikasi verbal (bentuk komunikasi secara lisan dan tulisan) dan komunikasi nonverbal
(bentuk komunikasi memakai simbol-simbol
Ciri-Ciri interaksi sosial Ciri-ciri interaksi sosial adalah:
-Melibatkan lebih dari satu orang.
-Adanya komunikasi antara pelaku dengan cara kontak sosial. Maksud dan tujuan yang
ditentukan jelas.
-Terdapat dimensi waktu (masa lalu, masa kini dan masa akan datang).

17
Jenis-Jenis interaksi sosial Gillin dan Gillin menjelaskan ada tiga jenis interaksi sosial,
yaitu:
1. Interaksi antara individu dengan individu. Interaksi ini terjadi saat dua individu
bertemu, baik ada tindakan maupun tidak. Individu sadar ada pihak lain yang
menimbulkan perubahan pada diri individu tersebut akibat faktor-faktor tertentu.
2. Interaksi antara individu dengan kelompok. Interaksi ini berbeda-beda sesuai
keadaan. Interaksi ini terlihat mencolok saat terjadi benturan antara kepentingan
perorangan dengan kepentingan kelompok.
3. Interaksi antara kelompok dan kelompok. Kelompok merupakan satu-kesatuan,
bukan pribadi.

Faktor-faktor yang memengaruhi interaksi sosial Beberapa faktor yang dapat


memengaruhi interaksi sosial adalah:

Imitasi.
Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-
perbuatan yang baik.

Sugesti
Sugesti dapat terjadi bila individu yang memberikan pandangan tersebut adalah orang
berwibawa atau karena sifatnya otoriter.

Identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan
orang lain, secara lahiriah maupun batiniah.

Simpati
Simpati adalah bentuk interaksi yang melibatkan ketertarikan individu terhadap
individu lainnya. Dorongan utama simpati adalah keinginan memahami pihak lain dan
bekerja sama.

Empati
Empati adalah perasaan yang menempatkan diri seolah berada di posisi seseorang atau
kelompok tertentu yang sedang mengalami suatu perasaan tertentu.

Motivasi
Motivasi adalah semangat atau dorongan yang diberikan kepada individu ke individu
atau kelompok ke kelompok, maupun antara individu dengan kelompok.

18
BAB IV
HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA

Hierarki kebutuhan Maslow adalah teori psikologi yang diperkenalkan oleh


Abraham Maslow dalam makalahnya, "A Theory of Human Motivation", di Psychological
Review pada tahun 1943.[1] Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah
harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-
kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.

Konsep Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Abraham Maslow
Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow melakukan observasi terhadap
perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa beberapa
kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. Contohnya jika
individu merasa haus, maka individu akan cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga.
Individu dapat hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu.Tetapi tanpa air, individu
hanya dapat hidup selama beberapa hari saja karena kebutuhan akan air lebih kuat daripada
kebutuhan akan makan

Menurut Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Hierarchy of Needs), kebutuhan manusia


dapat dikategorikan menjadi 5 level: physiological needs (kebutuhan fisiologi), safety needs
(kebutuhan akan keamanan), social needs (kebutuhan akan memiliki dan kasih sayang),
esteem needs (kebutuhan akan penghargaan), dan self-actualization needs (kebutuhan akan
aktualisasi diri). Menurut hasil riset Abraham Maslow, kebutuhan – kebutuhan ini
bertingkat dan sebelum bisa memuaskan kebutuhan di level berikutnya, kebutuhan di level
sebelumnya harus dipenuhi dulu. Level – level dari hierarki tersebut adalah seperti berikut.

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)


Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen (sandang, pangan, papan).
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua
pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan,
bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu
semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang
sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka
biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang
sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar
yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli
dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.

Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama,
19
kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau
minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada
titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja
menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi
sudah cukup untuk membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah
hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi
dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan
yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal
terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin
bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus
mencari-carinya lagi.

2. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)


Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang
disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan
rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan
dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti kriminalitas, perang, terorisme, penyakit,
takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Serta kebutuhan secara psikis yang
mengancam kondisi kejiwaan seperti tidak diejek, tidak direndahkan, tidak stres, dan lain
sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan
ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari
ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-
anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan
terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan
stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat
asing dan yang tidak diharapkannya

3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang (Social Needs)


Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah
kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini
meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap sebagai warga
komunitas sosialnya. Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan
memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan
antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Seseorang yang
kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat
menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang
yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan
merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih
mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika
salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.
Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan
cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya,
menciptakannya dan meramalkannya.

4. Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)


20
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan bebas untuk
mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi dan memiliki prestise.
Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan
penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.
Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan
status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan
dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan,
keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia
dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang
aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.

5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)


Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri, yaitu kebutuhan
untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain. Pada tahap ini, seseorang
mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi yang dimilikinya. Kebutuhan
aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan
keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini
sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa
saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk
aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan tetapi
selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda memiliki pemenuhan yang
cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi
mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.

Menurut Abraham Maslow, kebutuhan semua orang adalah seperti yang diatas.
Sebelum mau memikirkan kebutuhan yang di level – level berikut, kita harus memenuhi
kebutuhan di level sebelumnya terlebih dahulu. Namun harus diingat bahwa kebutuhan
semua orang tidak sama; walaupun kebutuhan semua orang harus dipenuhi, apa yang
mereka anggap cukup dapat berbeda. Contoh yang sering digunakan adalah Vincent van
Gogh, pelukis terkenal asal belanda. Selama hidupnya, ia terkenal akan tidak memiliki
banyak dan hanya memiliki keinginan untuk melukis. Banyak yang mengatakan bahwa,
dalam kasus ini, ia sudah ada di tahap terakhir dari hierarki kebutuhan Maslow walaupun
kebutuhan lainnya tidak terpenuhi; dia tidak memiliki banyak teman, komunitas sosialnya
tidak menganggap dia sebagai warga yang memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan
fisiologinya pun sangat mendasar. Menurut Maslow, dalam kasus ini, bukanlah kebutuhan
– kebutuhan lainnya belum terpenuhi, melainkan mereka sudah terpenuhi makanya Vincent
van Gogh bisa memiliki kebutuhan akan aktualisasi sendiri, yaitu mengembangkan dan
menjual lukisan yang dia buat. Kebutuhan yang dimiliki van Gogh sudah terpenuhi karena
menurut dia, untuk hidup memiliki kebutuhan dasar saja sudah cukup. Ia tidak
menginginkan persahabatan maka kebutuhan sosialnya sudah terpenuhi, ia tidak merasa
takut maka kebutuhan akan keamanannya sudah terpenuhi, dan begitu juga kebutuhan
lainnya.

Bagi seseorang, memiliki 1 atau 2 interaksi bersama teman mereka perminggu saja sudah
cukup untuk kebutuhan sosialnya, namun bagi orang lain mereka harus berinteraksi setiap
hari untuk memuaskan kebutuhan sosialnya. Semua orang akan memiliki tingkat kebutuhan
yang berbeda dan agar kita dapat memotivasikan karyawan kita, sebagai pebisinis, kita
21
harus bisa mengerti mereka. Setelah kita mengerti kebutuhan mereka, barulah kita bisa
memotivasi mereka.

BAB V
SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)

Solidaritas Sosial

Solidaritas sosial merupakan tema utama yang dibicarakan oleh Durkheim sebagai
sumber moral untuk membentuk tatanan sosial ditengah masyarakat. Durkheim menyatakan
bahwa asal-usul otoritas moralitas harus ditelusuri sampai pada sesuatu yang agak samar-
samar yang ia sebut “masyarakat” (Hasbullah, 2012). Solidaritas dalam setiap kelompok
atau masyarakat berbeda kadarnya. Intensitas dalam integrasi sosial sangat mempengaruhi
dalam keikutsertaan di masyarakat. Menurut Saidang dan Suparman : 2019, solidaritas
sosial menunjuk satu keadaan hubungan antara individu dengan kelompok yang ada pada
suatu komunitas masyarakat yang didasari pada moral dan kepercayaan yang dianut
bersama yang diperkuat oleh pengalaman bersama. Jadi interaksi sosial yang dibangun
dalam kelompok atau masyarakat adalah komponen terciptanya solidaritas sosial yang ada
di masyarakat. Interaksi sosial dapat tercipta secara rekat ataupun longgar sesuai dengan
kebutuhan masing-masing manusia. Solidaritas sosial yang dikemukakan Durkheim
merujuk pada solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial organic.

Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat urban dari berbagai asal/desa yang bersifat
heterogen dan majemuk karen terdiri dari berbagai jenis pekerjaan/keahlian dan datang dari
berbagai ras, etnis, dan agama. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat perkotaan
adalah masyarakat perkotaan yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan pengertian
kota terletak pada sifat serta kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.

Karakteristik umum masyarakat pedesaan adalah masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri
dalam hidup bermasyarakat, yang biasa terlihat dari dalam perilaku keseharian mereka.
Pada situasi dan juga kondisi tertentu, sebagian karakteristik ini dapat dicontohkan pada
kehidupan masyarakat desa . tetapi dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta
teknologi dan juga informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut
ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang berkaitan dengan etika dan juga budaya
mereka yang bersifat umum.

Masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang homogen. Dalam kehidupan sehari-hari


interaksi sosial yang dilakukan sudah saling mengenal antara orang yang satu dengan yang
22
lainnya. Keakraban antar manusia menumbuhkan kegiatan yang ada dilakukan secara
bersama-sama. Masyarakat desa yang identik dengan kesederhanaan masih menjaga nilai-
nilai kearifan lokal. Solidaritas sosial masyarakat pedesaan masih kuat yaitu saling tolong-
menolong dalam berbagai hal. Aktivitas sosial yang dilakukan mencerminkan kerjasama,
kekompakan, dan gotong royong sebagai modal tindakan keseharian dalam kegiatan yang
dilakukan. Masyarakat desa masih memiliki nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam wujud
aktivitas sosial. Aktivitas yang dilakukan dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu budaya,
sosial, politik, hukum, agama, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Kiranya serangkaian
aktivitas manusia masyarakat pedesaan menjadi menarik untuk diperbincangkan karena
memuat unsur keseragaman dalam pola kehidupan.

Masyarakat desa adalah masyarakat yang unik yang masih tradisional jauh dari
bingar-bingar perkotaan. Antara manusia yang satu dengan yang lainnya terjalin hubungan
sosial yang sangat erat sehingga kalau terjadi apa-apa pada saudara, tetangga, kerabat pasti
mengetahuinya dengan cepat. Manusia yang satu dengan manusia yang lain saling
membutuhkan sehingga ketika ada pekerjaan bisa dilakukan secara bersamaan. Solidaritas
sosial yang ada pada masyarakat pedesaan masih kental, ikatan sosial juga tinggi. Hal
demikian menandakan bahwa keintiman pada masyarakat dapat menjaga nilai dan norma
yang ada di masyarakat dengan baik. Masyarakat desa dalam menjalankan aktivitas sosial
berkaitan dengan solidaritas sosial, yang mana tipe solidaritas sosial pada masyarakat
pedesaan cenderung bersifat primitif-pedesaan

Ciri-ciri masyarakat pedesaan berikut ini adalah sebagai berikut :


1. Kehidupan masyarakat pedesaan masih memegang tinggi nilai keluhuran
keagamaan dan juga kebudayaan

2. Warga pedesaan sering sekali bergotong-royong ketimbang dengan individualisme


3. Masyarakat pedesaan masih berkutat dengan hal-hal yang lama dan juga cenderung
susah untuk dapat menerima hal baru

4. Fasilitas-fasilitas masih jarang terdapat di pedesaan


5. Akses pedesaan yang terpencil susah untuk ditempuh
6. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
7. Mempunyai sifat kekeluargaan yang erat
8. berbicara apa adanya
9. Tertutup dalam hal keuangan
10. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
11. Menghargai orang lain
12. Demokratis dan juga religious

Sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap
kekeluargaan dan juga gotong royong antara sesama, dan juga sikap sopan santun yang
kerap digunakan masyarakat pedesaan.

Masyarakat PerkotaanMasyarakat Perkotaan ialah Masyarakat yang dihuni oleh orang-


orang yang bersifat heterogen kedudukan sosialnya . Masyarakat kota ini pada dasarnya
telah mengikuti dampak dari era globalisasi sehingga dapat sering kali pada umumnya
23
muncullah suatu individualisme yakni kurang nya rasa sosialisasi antara orang lain.

Ciri-ciri masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut :


1. Kehidupan agamanya berkurang sebab biasanya hanya duniawi saja yang di kejar
nya tanpa memikirkan kelak akhirat nanti
2. Banyak warga kota yang individualisme tanpa harus memperdulikan orang lain
3. Warga kota pada umumnya mendapatkan pekerjaan lebih banyak dan lebih baik
4. Perubahan-perubahan akan terlihat nyata di kota sebab sangat berpengaruh dari
budaya luar
5. Lebih sering terkena dampak globalisasi.
6. orang kota pada umumnya akan dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung
pada orang lain
7. di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan
politik dan agama dan sebagainya.
8. Pola pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
9. interaksi-interaksi yang terjadi lebih berdasarkan pada faktor kepentingan pribadi
daripada kepentingan umum.

Dalam menjalankan aktivitas terkait erat dengan beberapa aspek yang melingkupinya
diantaranya yaitu lingkup budaya, sosial, politik, hukum, ekonomi, pendidikan, agama, dan
lain-lain. Solidaritas sosial juga sangat terlihat ketika seseorang atau kelompok melakukan
hubungan sosial dalam aktivitas yang dilakukan. Berikut beberapa uraian dalam wujud
solidaritas sosial :

a. Lingkup budaya

Masyarakat desa kaya akan budaya yang dimilikinya. Pewarisan budaya yang dimiliki
masih ada sampai saat ini. Contohnya tradisi yang masih dilakukan adalah selametan 7
bulanan bayi (mitoni), siraman pengantin, gotong royong membangun rumah, dan lain-lain.
Dimana setiap masyarakat yang ada selalu dilibatkan dalam serangkaian acara tersebut.

b. Lingkup sosial

Kerja bakti yang dilakukan oleh masyarakat desa mempererat hubungan sosial yang ada.
Sering diadakannya kegiatan tersebut menambah interaksi sosial semakin dekat antara
individu yang satu dengan yang lainnya.

c. Lingkup politik

Dalam pemilihan kepala daerah misalnya, maka pemilihan terhadap tokoh yang dipilihnya
biasanya timbul dari keselarasan masyarakat desa tersebut. Pola pikir yang cenderung sama
dalam menentukan pilihan politik tidak jauh beda antara orang yang satu dengan yang lain.

d. Lingkup hukum

Hukum yang ada adalah berasal dari masyarakat tersebut. Maka ketika ada seseorang
melakukan penyimpangan atau tindak kejahatan yang pertama kali memberikan hukuman
24
adalah masyarakat itu sendiri.

e. Lingkup ekonomi

Dalam jual-beli masyarakat desa yang lebih diutamakan adalah tuna satak bathi sanak,
artinya lebih mementingkan persaudaraan daripada untung material yang diperoleh.

f. Lingkup pendidikan

Pendidikan dalam masyarakat desa cenderung homogen. Maka untuk melakukan belajar
bersama adalah hal yang mungkin untuk dilakukan oleh para siswa.

g. Lingkup agama

Agama yang dimiliki oleh masyarakat desa biasanya sama. Perbedaan agama yang ada
sangat jarang dijumpai. Selain itu dalam tindakan keberagamaan biasanya dilakukan secara
bersama-sama.

Adapun perbedaan yang menonjol pada masyarakat pedesaan dan masyarakat


perkotaan misalnya gaya hidup, hubungan sosial, sistem mata pencaharian,
kehidupan keagamaan, pendidikan, dan perubahan sosial. Pada masyarakat
perkotaan kebutuhan sandang, pangan, dan papan bukan semata-mata untuk

kebutuhan biologisnya saja tetapi untuk kebutuhan sosial. Hubungan sosial yang
terjalin dalam masyarakat perkotaan pun cenderung rendah dan mata pencaharian
masyarakat perkotaan bersifat heterogen.
Perbedaan-perbedaan yang terlihat dalam masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan dilihat dari berbagai aspek terutama dari segi integrasi sosial.
Proses integrasi sosial yang terjadi pada masyarakat perkotaan cenderung lemah.
Hal ini dilihat dari sikap kita yang cenderung individual karena mereka berfikir
bahwa mereka dapat hidup mandiri tanpa harus menggantungkan diri pada orang
lain.

Gaya hidup merupakan salah satu hal yang dapat dilihat dengan seksama.
Tentunya gaya hidup di wilayah perkotaan akan mengikuti perkembangan zaman.
Dimulai dari cara berpakaian, menggunakan teknologi, dapat masyarakat rasakan.
Gaya hidup di lingkungan perumahan ini, walaupun letak wilayah strategis berada
di kota, namun para penghuninya tidak terlalu menonjol dalam memanfaatkan gaya
hidup pada saat ini. Mereka yang memiliki kendaraan pribadi ataupun yang tidak
memiliki, tentunya tidak dijadikan sebagai kedala dalam berkomunikasi dan
berinteraksi sehari-hari. Kemudian, apabila dilihat dari keharmonisan dalam
menjalin hubungan kekeluargaan dengan latar belakang keagamaan yang berbeda
pada masyarakat di perumahan ini berjalan dengan rukun. Bisa dilihat dalam
pembangunan salah satu masjid yang berada di lingkungan perumahan. Adapun
pembangunan masjid sebagai tempat beribadah Ummat Islam ini dibangun atas
dana swadaya dari masyarakat perumahan setempat. Dalam menjaga kerukunan ini,
maka yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari akan terasa tentram.
25
Emile Durkheim melihat masyarakat didasarkan pada bentuk solidaritas sosial yang
utama. Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan masyarakat yang memiliki integrasi
serta kekompakkan yang tinggi.
Menurut Emile Durkheim solidaritas sosial merupakan keterkaitan manusia pada
kelompok sosialnya yang mana merupakan suatu keadaan masyarakat yang
memiliki integrasi serta kekompakkan yang tinggi.
Emile Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat memerlukan solidaritas.
Maka dari itu ia membagi solidaritas sosial pada dua tipe utama, antara lain sebagai
berikut:

1. Solidaritas Mekanik
Pada masyarakat dengan tipe solidaritas mekanik, individu diikat dalam suatu
bentuk solidaritas yang memiliki kesadaran kolektif yang sama dan kuat. Karena
itu individualitas tidak berkembang karena “dilumpuhkan” oleh tekanan besar
untuk menerima konformitas. Realitas masyarakat yang memiliki solidaritas
mekanik dapat kita temukan pada masyarakat sederhana, segmental, dan
masyarakat pedesaan.
2. Solidaritas Organik
Pada masyarakat dengan tipe solidaritas organik masing-masing anggota
masyarakat tampaknya tidak dapat lagi memenuhi semua kebutuhannya sendiri,
mereka terspesialisasi berdasarkan jenis pekerjaan yang pada gilirannya
menyebabkan dependen atau saling ketergantungan yang semakin kuat. Solidaritas
organik merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling
tergantung. Jika solidaritas mekanik didasarkan pada hati nurani kolektif, maka lain
hal nya dengan solidaritas organik.
Dari teori solidaritas sosial menurut Durkheim yang dibagi atas dua tipe,
maka apabila dikaitkan dengan permasalahan penelitian di atas kita dapat melihat
pertama dari segi solidaritas mekanik. Dari solidaritas mekanis ini terikat oleh
faktor kebutuhan dan spesialisasi pekerjaan atau profesi. Yang terjadi pada
masyarakat lingkungan perumahan ini yakni mereka berprofesi mulai dari tenaga
pengajar, karyawan, dan lain-lain. Namun mayoritas sebagai tenaga pengajar, yang
terjadi disini harmonisasi dalam interaksi memang terjalin tidak intens. Namun,
dapat terjaga dengan adanya aktifitas-aktifitas sosial yang ada di lingkungan
perumahan tersebut.
Masyarakat yang tinggal di perumahan dapat dikatakan
masyarakat modern, pertama karena wilayah perumahan ini berada di perkotaan,
masyarakatnya memiliki ketergantungan yang besar kepada orang lain, terutama
berkaitan dengan lapangan pekerjaan. Kemudian yang kedua apabila dari segi
solidaritas organik masyarakat lingkungan perumahan ini datang dari berbagai
daerah. Tentunya memiliki beranekaragam perbedaan mulai dari agama, suku,
bahasa, budaya, dan lain-lain. Secara teoritis, solidaritas organis ini dikaitkan
dengan masyarakat yang masih primitif justru memiliki solidaritas yang kuat
berdasarkan faktor norma, kepercayaan, serta budaya. Masyarakat lingkungan
perumahan disini, datang dari berbagai daerah, ada beberapa dari mereka yang

masih taat akan hukum adat serta budaya yang berasal dari tempat tinggal mereka.
26
Bagaimanapun juga pada akhirnya solidaritas organik akan digantikan oleh
solidaritas mekanik yang didasarkan pada hubungan saling ketergantungan dalam
organisasi masyarakat serta pembagian kerja. Semakin modern suatu masyarakat,
maka semakin besar juga kebutuhan terhadap terwujudnya solidaritas mekanik itu
sendiri. Sebab, di era modern setiap individu semakin membutuhkan fungsi-fugsi
dan peran-peran dari orang lain.
Selain teori dari Emile Durkheim tentang integrasi sosial, peneliti juga
menggunakan teori Sosiologi Perkotaan yakni mengenai tata ruang kota. Proses
perubahan yang terjadi menjadikan kota sebagai tempat tinggal, tempat kegiatan
ekonomi (bidang jasa, pedagangan, industri) serta tempat pusat pemerintahan.
Untuk itu diperlukan tata ruang kota yang merupakan perwujudan alamiah dari
suatu permukiman perkotaan yang terus-menerus berkembang pesat.
Perkembangan tersebut menyebabkan jumlah penduduk terus bertambah dan
diiringi karaktersitik dan perosalan yang berbeda serta spesifik. Tujuan utama
penataaan ruang berkelanjutan adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Gemeinschaft dan Gesellschaft (dalam bahasa Indonesia dipadankan menjadi


paguyuban dan patembayan) adalah istilah yang diperkenalkan oleh sosiolog
berkebangsaan Jerman, Ferdinand Tönnies, untuk membedakan dua ikatan sosial menjadi
dua dikotomi tipe sosiologis. Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama, anggotanya
diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alami dan kekal. Dasar hubungan adalah
rasa cinta dan rasa persatuan yang telah dikodratkan. Biasanya paguyuban lahir dari dalam
diri individu ditandai dengan rasa solidaritas dan identitas yang sama. Keinginan untuk
berhubungan didasarkan atas kesamaan dalam keinginan dan tindakan.

Pendapat Ferdinand Tonnies tentang gemeinschaft dan gesellschaft


Ferdinan Tonnies adalah sosiolog Jerman yang mencetuskan kedua konsep tersebut sebagai
alat analisis perubahan sosial yang terjadi di Jerman secara khusus dan Eropa Barat secara
umum sekitar abad 18 sampai 19 masehi.

Tonnies melihat pola relasi sosial masyarakat berubah secara signifikan hingga
menghasilkan karakteristik yang dilihatnya berbeda satu sama lain. Masyarakat rural yang
identik dengan ikatan tradisi dan personal yang sangat kuat tergantikan oleh relasi
impersonal dan berdasarkan kontrak pada masyarakan modern yang industrial.

Kedua karakteristik masyarakat yang berbeda tersebut diteorisasi menggunakan konsep


”paguyuban” untuk menggambarkan masyarakat perdesaan yang tradisional dan
”patembayan” untuk menggambarkan masyarakat perkotaan yang modern.

Pendapat Max Weber tentang gemeinschaft dan gesellschaft


Max Weber melihat konsep yang dikembangkan Tonnies berguna untuk mengidentifikasi
perubahan sosial dari masyarakat petani menjadi masyarakat industri yang terjadi di hampir
seluruh penjuru dunia, terutama Eropa dan Amerika.

Max Weber memposisikan kedua konsep tersebut sebagai tipe ideal dalam masyarakat
artinya lebih relevan dilihat sebagai prinsip teoritis ketimbang kenyataan praktis. Dalam
27
artian, meskipun sulit sekali menemukan masyarakat yang sepenuhnya paguyuban atau
yang sepenuhnya patembayan, perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat sangat
mungkin dipahami dengan menggunakan kedua istilah tersebut.

Gemeinschaft dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Gemeinschaft ikatan darah, hubungannya didasarkan pada ikatan darah atau


keturunan
2. Gemeinschaft ikatan tempat, hubungannya didasarkan pada kedekatan tempat
tinggal atau kesamaan lokasi
3. Gemeinschaft ikatan ideologi/pemikiran, hubungannya didasarkan pada kesamaan
ideologi meskipun tidak memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal yang
berdekatan

Sedangkan gesellschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya mempunyai


hubungan yang sifatnya sementara dan disatukan oleh pemikiran yang sama. Gesselschaft
ditentukan oleh kurwille (kehendak rasional) dan dilambangkan oleh masyarakat
kosmopolitan modern dengan birokrasi pemerintah dan organisasi industri besar. Dalam
gesellschaft, kepentingan pribadi yang rasional dan tindakan penghitungan melemahkan
ikatan tradisional keluarga, kekerabatan dan agama.

Perbedaan Gemeinschaft dan Gesellschaft


Hubungan gemeinschaft mudah ditemui pada masyarakat rural yang rata-rata masih bekerja
sebagai petani. Tipikal masyarakat ini masih tradisonal dengan sistem kekeluargaan dan
kekerabatan yang masih sangat kuat yang masih memegang tradisi yang mengedepankan
prinsip berdasarkan nilai bersama. Komposisi masyarakat bersifat homogen dengan
interaksi sosial bersifat emosional. Pembagian kerja masih sederhana dan tatanan sosial
dibentuk oleh tradisi. Peran agama dalam pengorganisasian sosial masih dominan dan
hubungan sosial didominasi oleh kerjasama.

Sedangkan pada hubungan gesellschaft mudah ditemui pada masyarakat urban. Tipikal
masyarakat ini sudah mulai modern dan berorientasi ke industri yang ditandai dengan
melemahnya tradsi. Sistem kekeluargaan dan kekerabatan melemah, tindakan sosial
berdasarkan komando dan mengedepankan prinsip efisiensi. Komposisi masyarakat bersifat
heterogen, dengan interaksi sosial bersifat rasional. Pembagian kerja bersifat kompleks dan
tatanan sosial dibentuk oleh birokrasi. Pada masyarakat gesellschaft peran ilmu
pengetahuan ilmiah dalam pengorganisasian sosial lebih dominan. Hubungan sosial
masyarakat gesellscahft didominasi oleh kompetisi.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsgd.ac.id/20159/4/4_bab1.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Hierarki_kebutuhan_Maslow
https://kumparan.com/berita-hari-ini/bentuk-dan-contoh-perubahan-sosial-budaya-dalam-
tatanan-kehidupan-1uvQoxGfE86/full
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/10/161818569/interaksi-sosial-pengertian-
syarat-ciri-jenis-dan-faktornya?page=all
httpa://fatkhan.web.id/ilmu-sosial-budaya-dasar-isbd/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/31/140134369/teori-hierarki-kebutuhan-
abraham-maslow?page=all
https://indomaritim.id/perubahan-sosial-budaya-pengertian-menurut-ahli-dan-contohnya/

http://nova32bhsaindo2c.blogspot.com/2011/03/pengertian-tujuan-fungsi-ilmu-sosial.html

29
30

Anda mungkin juga menyukai