Anda di halaman 1dari 35

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA


DASAR
2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-
FAKTOR PENYEBABNYA
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG
INTERAKSI SOSIAL
4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA
5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar (ISBD)
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Baiq Tiara Endang Kurnia


NIM : C1G020061
Kelas : Agribisnis B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................................1
BAB I. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA
DASAR
A. PENGERTIAN…………………………………………………………………………2
B. KONSEP……………………………………………………………………………….3
C. TUJUAN………………………………………………………………………………4
D. RUANG LINGKUP…………………………………………………………………...5
BAB II. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA
FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA
A. PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA…………………..…7
B. FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA……………8
BAB III. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG
INTERAKSI SOSIAL
A. TEORI-TEORI TENTANG KEBUDAYAAN…………………………….…..…11
B. TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI SOSIAL……………………………..13
BAB IV. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA…………………………………………………………19
BAB V. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)
A. KLASIFIKASI KEPENTINGAN SOSIAL………………………………………….24
B. MEKANIS – ORGANIS………………………………………...……………………27
C. GEMEINSCHAFT – GESSELSCHAFT………………………………………..……29
D. PAGUYUBAN - PATEMBAYAN…………………………………………………..32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..33

1
BAB I
PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA
DASAR

A. Pengertian

Secara umum ISBD (Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Dasar) termasuk kelompok
pengetahuan, yakni mempelajari mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep hubungan antar manusia (sosial) dan budaya yg dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah kemanusiaan, sosial, dan budaya.

Ilmu sosial budaya dasar merupakan sebagai integarasi dari ISD dan IBD yang
memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada
mahasiswa sehinggan mampu mengkaji masalah social, kemanusian, dan budaya.
Pendekatan Ilmu sosial budaya dasar juga merupakan akan memperluas pandangan
bahwa masalah social, kemanusian, dan budaya dapat didekati dari berbagai sudut
pandang. Dengan wawasan sehinggan mampu mengkaji sebuah masalah kemasyarakat
yang lebih kompleks,demikian pula dengan solusi pemecahannya.

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang merupakan
integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan sosiologi (sosio:
sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial.
Pengertian lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-masalah sosial,
sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya,
mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya.

Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial budaya dasar merupakan pengetahuan
yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia
dan kebudayaan. Istilah ilmu sosial budaya dasar dikembangkan pertama kali di
Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa
Inggris “the Humanities”.

2
Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar lebih bersifat interdisiplin atau
multidisiplin, khususnya ilmuilmu sosial dalam menghadapi masalah sosial. pendekatan
dalam ilmu sosial budaya dasar bersumber dari dasar-dasar ilmu social dan budaya yang
bersifat terintegrasi. ilmu sosial budaya dasar digunakan untuk mencari pemecahan
masalah kemasyarakatan melalui pendekatan interdisipliner atau multidisipliner ilmu-
ilmu sosial dan budaya. Sedangkan pendekatan dalam ilmu sosial lebih bersifat subjek
oriented, artinya berdasarkan sudut pandang dari ilmu sosial tersebut. Misalnya, ilmu
ekonomi melihat suatu masalah melalui prespektif ekonomi serta pemecahan masalah
pun dari sudut pandang ekonomi pula.

Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar akan memperluas pandangan bahwa
masalah social, kemanusiaan, dan budaya dapat didekati dari berbagai sudut pandang.
Dengan wawasan ini pula maka mahasiswa tidak jatuh dalam sifat pengotakan ilmu
secara ketat. Sebuah ilmu secara mandiri tidak cukup mampu mengkaji sebuah masalah
kemasyarakatan. dewasa ini perkembangan sebuah masalah semakin kompleks. Kajian
atas suatu masalah membutuhkan berbagai sudut pandang keilmuan, demikian pula
dengan solusi pemecahannya.

Ilmu sosial budaya dasar sebagai kajian masalah social, kemanusiaan dan budaya,
sekaligus pula member dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial
yang terintegrasi. Pendekatan yang mendalam bersifat subject oriented di bebankan
pada ilmu sosial budaya dasar yang lebih bersifat teoritis, baik yang menyangkut ruang
lingkup, metode dan sistematikanya.

B. Konsep
1. Manusia dan Tangung Jawab
Dasar tanggung jawab adalah hakekat keberadaan manusia sebagai mahluk yang
mau menjadi baik dan memeperoleh kebahagiaan.
2. Manusia dan Pengabdian
Pengabdian diartikan sebagai perihal perilaku berbakti atau meperhamba diri
kepada tugas yang (dianggap) mulia.
3. Manusia dan Pandangan Hidup

3
Pandangan hidup berkenan dengan eksistensi manusia di dunia dalam
hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita
berdiam.
4. Manusia dan Keindahan
Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi
kehidupan
5. Manusia dan Kegelisahan.
Manusia dan Kegelisahan.Kegelisahan adalah merupakan gambaran keadaan
seseorang yang tidak tentram (hati maupun perbuatannya), rasa khawatir, tidak
tenang dalam tingkah laku.

C. Tujuan

Pengembangan Ilmu Sosial Budaya Dasar memiliki tujuan umum yaitu;

1. Sebagai Pengetahuan, sebagai ilmu pengetahuan untuk membentuk dan


mengembangkan kepribadian serta memberikan kontribusi secara nyata dalam
perluasan wawasan yang diberikan oleh setiap insan.
2. Menjadikan mahasiswa agar lebih peka terhadap lingkungan budaya, sehingga
mereka mudah beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial yang baru, terutama beradaptasi dengan hal-hal yang pentin profesi
mereka nantinya.
3. Menjadikan mahasiswa memiliki wawasan yang lebih luas tentang
permasalahan-permasalahana kemánusiaan dan budaya serta mengembangkan
daya kritis mereka terhadap persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut
melalui kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa.

4. Menjadikan mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dan negara dengan


masing-masing keahlian sesuai bidangnya, serta menghindarkan diri agar tidak
terjatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan dengan disiplin yang
ketat. Upaya tersebut terjadi sebab ruang lingkup pendidikan kita sangatlah
sempit dan condong menjadikan manusia spesialis yang berpandangan kurang
luas. kedaerahan dan pengkotakan disiplin ilmu yang ketat.

4
5. Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang
keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan mahluk sosial
dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Menumbuhkan sikap kritis, peka dfan arif dalam memahami keragaman
kesederajatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat
7. Menciptakan wahana komunikasi bagi para akademisi agar mereka memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk berdialog satu sama lain, sehingga dengan
memiliki satu bekal yang sama, diharapkan para akademisi tersebut bisa lebih
lancar dalam berkomunikasi.
8. Memberi landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada
mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan mahluk
sosial yang beradab dalam mempraktikkan pengetahuan akademik dan
keahliannya

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian dalam Ilmu Sosial Budaya Dasar yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan Dasar Manusia

Kegiatan dasar setiap manusia dikaji secara menyeluruh untuk mendapatkan


perhatian bahwa pada hakakatnya manusia tidak bisa hidup sendiri, sehingga
dibutuhkan kontribusi orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

2. Ilmu Sosial

Ruang lingkup lainnya dalam Ilmu Sosial Budaya Dasar ialah tentang
beragam tujuan ilmu sosial dan manfaat ilmu sosial yang mempengaruhinya,
diantaranya yaitu ilmu psikologi, sosiologi, ilmu sejarah, yang semuanya itu dianggap
mampu untuk memberikan peran nyata dalam mengkaji kebudayaan yang ada.

3. Humaniora

5
Humaniora merupakan ilmu pengetahuan yang dianggap mampu untuk mengajarkan
bagaimana manusia menjadi manusia atau dengan kata lain memanusiakan manusia
sesuai dengan posinya masing-masing. Dengan kenyataan tersebut tentu saja tujuan
Ilmu Sosial Budaya Dasar dianggap bisa memberikan kontrbusi pengetahuan yang luas
pada perkembangan kembudayaan yang ada.

6
BAB II

PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-


FAKTOR PENYEBABNYA

A. Pengertian Perubahan Sosial Dan Budaya

Dalam KBBI, makna perubahan adalah : Hal (keadaan) berubah; peralihan;


pertukaran. Jadi, perubahan adalah suatu hal yang akan atau sudah kita alami dan
rasakan yang berbeda dari sebelumnya, bisa berupa kemajuan atau kemunduran. Tidak
ada yang tetap sama, semua pasti mengalami perubahan termasuk perubahan pada sosial
(perubahan sosial) dan budaya.

Perubahan sosial budaya adalah perubahan norma-norma sosial, pola-pola


sosial, interaksi sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan masyarakat, serta susunan kekuasaan dan wewenang. Perubahan sosial,
dapat berlangsung dalam kurun waktu cepat atau perlahan-lahan. Perubahan dalam
masyarakat pada prinsipnya merupakaan suatu proses yang terus menerus artinya setiap
masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan, akan tetapi perubahan
antara kelompok dengan kelompok lain tidak selalu sama serta banyak faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Berikut pengertian perubahan sosial menurut beberapa ahli :

a. Pengertian perubahan sosial menurut Selo Soemarjan

perubahan sosial adalah segala perubahanperubahanpada lembaga kemasyarakatan


didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalam
nilai-nilai sikap dan pola prilaku antar kelompok-kelompok di dalam masyarakat.

b. Pengertian perubahan sosial menurut Kingsley Davis

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan


fungsi masyarakat. Menurutnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat
kapitalis telah menyebabkan perubahan dalam hubungan-hubungan antara buruh dengan
majikan, dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi
dan politik.

7
c. Pengertian perubahan sosial menurut: Robert M MacIver

Perubahan-perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial


(social relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium)
hubungan sosial.

B. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Dan Budaya

Faktor penyebab perubahan sosial adalah bagian dari cara interaksi dan
hubungan manusia mengubah institusi budaya dan sosial dari waktu ke waktu. Sebagian
besar perubahan tidak terjadi secara instan. Dalam masyarakat, faktor
penyebab perubahan sosial seringkali timbul sangat lambat. Sosiolog Soerjono
Soekanto merumuskan beberapa faktor penyebab perubahan social budaya yang bisa
terjadi pada masyarakat. Faktor penyebab perubahan ini di antaranya adalah:

1. Kontak dengan kebudayaan lain

Kontak dengan kebudayaan lain atau difusi adalah penyebaran unsur-unsur


kebudayaan dari individu ke individu. Dengan proses ini manusia mampu
menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya
difusi suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan
dan disebarkan pada masyarakat luas, sampai umat manusia di dunia dapat
menikmati penggunaannya.

2. Sistem pendidikan formal yang maju

Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka


pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara
ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara objektif, hal
tersebut akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakat yang akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.

3. Sikap menghargai karya orang dan keinginan untuk maju

8
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, maka masyarakat akan
menjadi pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel misalnya,
menciptakan dorongan untuk menciptakan hasil-hasil karya yang baru.

4. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang

Adanya toleransi terhadap hal ini akan berakibat perbuatan menyimpang tersebut
akan melembaga, dan dapat menjadi kebiasaan terus menerus yang dilakukan
masyarakat.

5. Sistem terbuka pada lapisan masyarakat

Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial secara luas atau berarti memberi
kesempatan kepada individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Dalam
keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-
warga yang mempunyai status lebih tinggi.

6. Adanya penduduk yang heterogen

Masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar


belakang kebudayaan yang berbeda, ras yang berbeda, ideologi yang berbeda, dan
seterusnya mempermudah terjadinya pertentangan pertentangan yang mengundang
kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya
perubahan-perubahan dalam masyarakat.

7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu

Ketidakpuasan yang berlangsung selama dalam sebuah masyarakat berkemungkinan


besar akan mendatangkan revolusi.

8. Adanya orientasi ke masa depan

Adanya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa-masa yang akan datang


dapat merakibat munculnya perubahan dalam sistem sosial yang ada. Ini karena apa
yang dilakukan harus diorientasikan pada perubahan di masa yang akan datang.

9
Perubahan sosial budaya merupakan suatu hal yang wajar terjadi di masyarakat.
Masalah yang sering dihadapi yaitu banyak dari masyarakat yang tidak menyadari
apakah perubahan tersebut berdampak positif atau berdampak negatif. Perubahan sosial
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pengamatan.
Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsensus atau pertikaian, harmoni atau
perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan
sebagainya, berasal dari sifat saling memengaruhi dari keseluruhan ciriciri sistem sosial
yang kompleks (Sztompka: 2008: 4).

Proses dari perubahan sosial yaitu perubahan yang berproses secara cepat
maupun perubahan yang berproses secara lambat, perubahan yang direncanakan
maupun perubahan yang tidak direncanakan. Salah satu contoh perubahan yang tidak
disengaja atau tidak direncanakan adalah perubahan yang disebabkan oleh konflik dan
pertentangan. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial,
norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain
sebagainya.

Setiap manusia yang hidup dalam bermasyarakat, selama hidupnya sudah pasti
mengalami perubahan. Baik perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas,
perubahan yang lambat maupun yang berjalan dengan cepat. Perubahan yang mencolok
maupun yang samar-samar. Perubahan-perubahan tersebut hanya akan dapat ditemukan
oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada
suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat
tersebut pada waktu yang lampau.

10
BAB III

TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG


INTERAKSI SOSIAL

A. Teori-Teori Tentang Kebudayaan

EB Taylor, Primitive Culture, 1871 menyatakan bahwa kebudayaan adalah


keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adapt,
serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 1990: 180). Salah satu unsur kebudayaan adalah sistem religi yang di
dalamnya terkandung agama dan kepercayaan.

Pernyataaan Kroeber dan Kluckhohn (Alisjahbana, 1986: 207-208), definisi


kebuadayaan dapat digolongkan menjadi 7 hal, yaitu:

• Pertama, kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang kompleks,


meliputi hukum, seni, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan lain, yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
• Kedua, menekankan sejarah kebudayaan, yang memandang kebudayaan sebagai
warisan tradisi.
• Ketiga, menekankan kebudayaan yang bersifat normatif, yaitu kebudayaan
dianggap sebagai cara dan aturan hidup manusia, seperti cita-cita, nilai, dan
tingkah laku.
• Keempat, pendekatan kebudayaan dari aspek psikologis, kebudayaan sebagai
langkah penyesuaian diri manusia kepada lingkungan sekitarnya.
• Kelima, kebudayaan dipandang sebagai struktur, yang membicarakan pola-pola
dan organisasi kebudayaan serta fungsinya.
• Keenam, kebudayaan sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan.
• Ketujuh, definisi kebudayaan yang tidak lengkap dan kurang bersistem.

11
Terlepas dari itu semua, maka kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu fenomena
sosial dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat yang
mendukung atau menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola, atau konfigurasi yang
tampak pada perilaku dan tindakan warga suatu masyarakat tertentu dibandingkan
perilaku dan tindakan warga masyarakat yang lain, tidaklah dapat dipahami tanpa
dikaitkan dengan kebudayaan.

Secara garis besar hal yang dibahas dalam teori kebudayaan adalah memandang
kebudayaan sebagai :

a. Sistem adaptasi terhadap lingkungan.


b. Sistem tanda.
c. Teks, baik memahami pola-pola perilaku budaya secara analogis dengan wacana
tekstual, maupun mengkaji hasil proses interpretasi teks sebagai produk
kebudayaan
d. Fenomena yang mempunyai struktur dan fungsi.
e. Dipandang dari sudut filsafat.

Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu, (a) perspektif
perkembangan sejarah yang melihat bahwa keragaman itu muncul karena aspek-aspek
tertentu dari kebudayaan dianggap belum cukup memperoleh elaborasi. Dan (b)
perspekif konseptual yang melihat bahwa keragaman muncul karena pemecahan
permasalahan konseptual terjadi menurut pandangan yang berbeda-beda. Dalam
memahami kebudayaan tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. de Saussure
merumuskan setidaknya ada tiga prinsip dasar yang penting dalammemahami
kebudayaan, yaitu:

1. Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant,


signifier, penanda) dan yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda
adalah citra bunyi sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini
menunjukkan bahwa setidaknya konsep bunyi terdiri atas tiga komponen (1)
artikulasi kedua bibir, (2) pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan
(3) pita suara yang tidak bergetar.

12
2. Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah
tidak adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak
mempunyai nomenclature. Untuk memahami makna maka terdapat dua cara,
yaitu, pertama, makna tanda ditentukan oleh pertalian antara satu tanda
dengan semua tanda lainnya yang digunakan dan cara kedua karena
merupakan unsur dari batin manusia, atau terekam sebagai kode dalam
ingatan manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif
diberikan signifikasi ataukebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.

3. Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan


kebudayaan adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Untuk bahasa,
menurut Saussure ada langue dan parole (bahasa dan tuturan). Langue adalah
pengetahuan dan kemampuan bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati
bersama oleh semua warga masyarakat; parole adalah
perwujudan langue pada individu. Melalui individu direalisasi tuturan yang
mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku secara kolektif, karena kalau tidak,
komunikasi tidak akan berlangsung secara lancar.

Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar


pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoritis tentang kebudayaan dapat
mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaan-
kebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri.

B. Teori-Teori Tentang Interaksi Sosial

Pengertian Interaksi Sosial

Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu


satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau
sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut
dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok. Gerungan (2006) secara lebih mendalam menyatakan interaksi
sosial adalah proses individu satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada
individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. Individu yang satu

13
dapat juga menyesuaikan diri secara aloplastis dengan individu lain, dimana individu
yang lain itulah yang dipengaruhi oleh dirinya yang pertama.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi


sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki perilaku yang berlangsung antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

Aspek-Aspek Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat berlangsung apabila memiliki beberapa aspek berikut :

a) adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan
datang, yang menentukan sifat dan aksi yang sedang berlangsung

b) adanya jumlah perilaku lebih dari seseorang

c) adanya tujuan tertentu, tujuan ini harus sama dengan yang dipikirkan oleh
pengamat

Soekanto (2002) mengemukakan aspek interaksi sosial yaitu :

• Aspek kontak sosial, merupakan peristiwa terjadinya hubungan sosial


antara individu satu dengan lain. Kontak yang terjadi tidak hanya fisik
tapi juga secara simbolik seperti senyum, jabat tangan. Kontak sosial
dapat positif atau negatif. Kontak sosial negatif mengarah pada suatu
pertentangan sedangkan kontak sosial positif mengarah pada kerja sama.
• Aspek komunikasi. Komunikasi adalah menyampaikan informasi, ide,
konsepsi, pengetahuan dan perbuatan kepada sesamanya secara timbal
balik sebagai penyampai atau komunikator maupun penerima atau
komunikan. Tujuan utama komunikasi adalah menciptakan pengertian
bersama dengan maksud untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku
seseorang menuju ke arah positif.

14
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek interaksi
sosial yang digunakan sebagai skala interaksi sosial yaitu kontak sosial dan komunikasi,
dengan alasan kedua aspek sudah mencakup unsur-unsur dalam interaksi sosial serta
dianggap dapat mewakili teori-teori yang lain.

Teori –Teori Interaksi Sosial

Dalam ilmu sosiologi, terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang interaksi
sosial. Interaksionisme Simbolik, Definisi Situasi dan Dramaturgi.

a. Interaksionisme simbolik

Teori ini dikemukakan oleh George Herbert Mead. Menurutnya interaksi yang
dilakukan manusia adalah dengan menggunakan simbol-simbol atau tanda-tanda yang
memiliki makna. Ada 3 pokok pikiran dalam interaksionisme simbolik

• Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning).
Contohnya ketika upacara, kita berdiri tegak menghormati (act) sang saka merah
putih (thing) atas dasar rasa nasionalisme (meaning).
• Makna yang dimiliki berasal dari interaksi sosial antar individu.
• Makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran yang
digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya

b. Teori Definisi Situasi

Menurut William I. Thomas, manusia tidak langsung bereaksi ketika mendapatkan


rangsangan dari luar. Tindakan individu selalu didahului dengan tahap penilaian dan
pertimbangan. Jadi rangsangan yang didapatkan, diseleksi terlebih dahulu melalui
proses penafsiran situasi atau pembuatan definisi yang kemudian menghasilkan sebuah
makna. Teori ini terbagi menjadi 2, ada yang dihasilkan secara spontan dan ada yang
dibuat oleh masyarakat, keluarga, teman dan komunitas.

c. Teori Dramaturgi

Teori ini yang dikemukakan oleh Erving Goffman ini melihat bahwa kehidupan
sosial itu seperti pertunjukan dalam pentas seni. Menurut teori ini interaksi sosial
berlangsung secara belakang panggung (backstage) dan depan panggung (front stage).

15
Interaksi yang terjadi akan berbeda ketika manusia berada di belakang panggung dan
depan panggung. Dramaturgi adalah teori yang menjelaskan bahwa adanya perbedaan
interaksi ketika seseorang berada di depan dan di belakang panggung.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial. Dimana, faktor
interaksi sosial ada untuk saling mempengaruhi satu sama lain baik yang bersifat
individu maupun kelompok. Adapun beberapa faktor interaksi sosial antara lain :

• Motivasi

Motivasi yaitu dorongan kepada pihak lain baik individu maupun kelompok untuk
menuruti atau melaksanakan apa yang diinginkan dengan sadar dan penuh rasa
tanggung jawab. Pihak yang memberi motivasi dinamakan motivator

• Sugesti

Sugesti merupakan pengaruh kepada pihak lain untuk mengikuti dan melaksanakan apa
yang diinginkan karena rasa percaya. Pemberi sugesti biasanya kalangan yang
berpengaruh, dipercaya, dan berwibawa, entah karena jabatan, kepintaran, dan
kemampuan lainnya.

• Simpati

Simpati merupakan perilaku peduli kepada pihak lain karena kesukaan ataupun
kedukaan yang dialami pihak lain tersebut. Simpati menunjukan sikap perhatian dan
menghargai sesame.

• Empati

16
Empati adalah perilaku ikut merasakan dan terlibat dengan apa yang dirasakan atau
dialami pihak lain. Rasa empati ditunjukan dengan sikap mau berbagai dalam kesukaan
dan kedukaan.

• Imitasi

Imitasi merupakan perilaku meniru pihak lain, baik dari tingkah laku, penampilan,
maupun gaya hidup. Kalangan yang ditiru disebut idola, entah dibidang musik, film,
fashion, bahkan politik.

• Identifikasi

Identifikasi merupakan perilaku menjadikan diri sama atau serupa dengan pihak lain
yang ditiru. Identifikasi merupakan tindak lanjut dari proses imitasi, namun imitasi
masih dalam batas tertentu.

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial ini dibagi menjadi dua, ada yang asosiatif dan ada pula
yang disosiatif.

Bentuk interaksi sosial yang tergolong asosiatif adalah yang dapat mendukung
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Macam-macam interaksi
social yang bersifat adosiatif adalah sebagai berikut:

a. Kerjasama (cooperation) adalah usaha antar individu atau antar kelompok untuk
mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi (accommodation) adalah proses penyesuaian diri individu/kelompok
manusia yang semula saling bertentangan sebagai upaya mengatasi ketegangan.
c. Asimilasi (assimilation) adalah perubahan yang dilakukan (umumnya) secara
sukarela dan ditandai oleh upaya untuk mengurangi perbedaan dalam
masyarakat dengan mempercepat kesatuan untuk mencapai tujuan bersama.

17
d. Akulturasi (acculturation)adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur
kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok.

Sedangkan bentuk interaksi sosial yang selanjutnya adalah disosiatif. Bentuk


interaksi ini lebih mengarah ke hal yang bertentangan dan memicu ke arah berlomba
untuk mencapai tujuan tertentu. Macam-macam interaksi social yang bersifat disosiatif
adalah sebagai berikut:

a. Persaingan adalah proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba
dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.
b. Kontraversi adalah suatu pertentangan atau perbedaan pendapat terhadap suatu
masalah yang bertentangan dan memiliki pandangan yang bersebrangan
c. Pertikaian adalah proses sosial sebagai bentuk lanjut dari kontravensi. Disini
perselisihan semakin terbuka, pertikaian makin tajam, jadi muncul amarah,
benci, dan berbagai emosi negatif.

18
BAB IV.

HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN


KEMUNCULAN BUDAYA

Tidak bisa dimungkiri bahwa seluruh manusia pasti memiliki kebutuhan. Kebutuhan
muncul sebagai upaya manusia untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan manusia
memang bermacam-macam, tapi ada satu teori terkenal yang bisa menjelaskan konsep
kebutuhan manusia. Teori tersebut adalah teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan
oleh Abraham Maslow. Abraham Maslow sendiri merupakan tokoh psikologi asal
Amerika Serikat.

Menurut Maslow, kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki. Disebut


hierarki karena memang manusia memenuhi kebutuhannya secara berjenjang. Manusia
akan berusaha memenuhi satu jenjang kebutuhan terlebih dahulu. Setelah jenjang
pertama terpenuhi, maka manusia akan mencoba memenuhi kebutuhan yang ada di
jenjang berikutnya.

Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasikan


gagasannya mengenai teori hierarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
memiliki tingkatan atau hierarki, mulai dari yang paling rendah, sampai yang paling
tinggi.

19
a. Kebutuhan Fisiologis (Faali)

Kebutuhan ini adalah tingkatan kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan paling
jelas antara kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk mempertahankan hidup
secara fisik, yaitu yaitu kebutuhan akan makan, minum, tempat berteduh, seks, tidur,
oksigen dan pemuasan terhadap kebutuhan- kebutuhan itu sangat penting dalam
kelangsungan hidup. Begitupun dengan seorang anak, anak adalah seorang manusia,
dan setiap manusia membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, sehingga jika semua
kebutuhan fisiologis itu terpenuhi atau terpuaskan maka anak akan ada dorongan untuk
memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang lain. Jika anak yang kekurangan makanan,
keamanan, kasih sayang, dan penghargaan besar kemungkinannya akan lebih banyak
membutuhkan makan dari pada yang lainya.31 Apabila semua kebutuhan itu kurang
terpenuhi, dan organisme itu didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan pokok, kebutuhan-
kebutuhan lainnya tidak akan ada sama sekali atau terdorong ke belakang. Dengan kata
lain anak yang kurang terpenuhi (melarat) kebutuhan pokoknya akan selalu terbayang
akan kebutuhan satu ini.

b. Kebutuhan akan rasa aman

Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah terpenuhi, maka akan muncul


seperangkat kebuthan-kebuutuhan yang baru yang kurang-lebih dapat di kategorikan
(keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut,
cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan
pada diri pelindung, dan sebagainya)

Kebutuhan ini merupakan pengatur perilaku eksklusif, yang menyerap semua


kapasitas organisme bagi usaha memuaskan kebutuhan itu, dan layaklah apabila
organisme itu kita gambarkan sebagai suatu mekanisme pencari keselamatan. Dalam
kebutuhan yang ini kita juga dapat mengamati atau melakukan pengamatan terhadap
bayi dan kanak-kanak, sebab reaksi terhadap ancaman dan bahaya pada bayi kelihatan
lebih jelas ialah karena mereka sama sekali tidak menahan-nahan reaksi ini, sedangkan
kanak-kanak akan bereaksi secara total, dan seolah-olah mereka dalam bahaya.

Anak pada umumnya dan orang dewasa dalam masyarakat kita, lebih menyukai
dunia yang aman, tertib, teramalkan, taathukum, teratur, yang dapat diandalkannya dan

20
dimana tidak terjadi hal-hal yang tidak di sangka-sangka, tidak dapat di atur, kalut, atau
lainnya yang berbahaya, dan dimana, bagaimanapun, ia mempunyai orang tua atau
pelindung yang kuat yang melindunginya terhadap bahaya. Masyarakat yang damai-
tentram, berjslsn lancar, mantap dan baik biasanya memberikan kepada anggotanya rasa
yang cukup aman terhadap hewan liar, suhu yang ekstrem, tindak kejahatan,
pembunuhan, kekalutan, tirani, dan sebagainya. Karenanya, dalam arti yang sebenarnya,
kebutuhan akan keselamatan tidak lagi motivator yang aktif padanya. Setiap orang
kenyang tidak akan merasa lapar lagi, demikian pula orang yang merasa aman tidak
merasa dirinya dalam bahaya lagi.

c. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta

Apabila kebutuhan-kebutuhan Faali (fisiologi) dan keselamatan cukup


terpenuhi, maka akan muncul kebutuhankebutuhan akan cinta, rasa kasih, dan rasa
memiliki, dan seluruh jalur yang telah di gambarkan diulangi kembali dengan
menempatkan hal-hal ini sebagai titik pusat yang baru. Maka sekarang, dan belum
pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya kawan-kawan, atau kekasih,
atau istri, atau anak-anak. Ia haus akan hubungan yang penuh rasa dengan orang-orang
pada umumnya, yakni akan suatu tempat dalam kelompok atau keluarganya, dan ia akan
berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai tujuan ini. Ia akan bermaksud mendapatkan
tempat seperti itu lebih daripada lainnya di dunia ini, dan mungkin dengan melupakan
bahwa, ketika lapar, ia pernah mencemoohkan cinta sebagai sesuatu yang tidak nyata,
atau tidak perlu atau tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa
kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, keadaan yang tak
menentu.

Dalam masyarakat kita rintangan terhadap pemenuhan kebuutuhan ini merupakn


inti yang paling sering diketemukan dalam berbagai kasus yang menunjukkan
kegagalan untuk menyesuaikan diri dan patologi yang lebih gawat lagi. Cinta dan kasih
sayang, demikian pula kemungkinan pengungkapannya dalam seksualitas, umumnya di
pandang ambivalen dan biasanya di pagari dengan banyak pembatasan dan larangan.
Hampir semua teoritis psikapatologi menekankan rintangan terhadap kebutuhan untuk
bercinta seebagai sebab utama dari kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri.

21
Satu hal yang harus di tekankan mengenai hal ini bahwa cinta tidaklah sinonim
sex. Sex dapat diteaah sebagai sutu kebutuhan fisik yang murni. perilaku seksual biasa
di tentukan oleh banyak hal, yakni, bukan hanya di tentukan oleh kebutuhan-kebutuhan
seksual tetapi juga oleh kebutuhankebutuhan lainnay, dalam hal man yang paling utama
ialah kebutuhan-kebutuhan akan cinta dan kelembutan hati. Yang juga tidak boleh di
lupakan adalah bahwa kebutuhan-kebutuhan akan cinta mencangkup baik yang
memberi maupun yang menerima

Menurut Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih
mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati
tidak akam ada rasa takut, sedangkan berbagai bentuk pertahanan pun akan runtuh.
sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut kalau-kalau
kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya terungkap.

d. Kebutuhan Akan Harga Diri

Semua orang dalam masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian yang


patologis) mempunyai kebutuhan atau menginginakan penilaian terhadap dirinya yang
mantap, mmpunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri,
atau harga diri, dan penghargaan akan orangorang lainnya. Karenaya, kebutuhan-
kebutuhan ini dapat siklasifikaiskan dalam dua perangkat tambahan. Yakni, pertama,
keinginan akan kekuatan, akan prestasi, akan kecukupan, akan keunggulan dan
kemampuan, akan kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia, dan akan
kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, kita memiliki apa yang dapat kita katakan hasrat
akan nama baik atau gengsi, pretise (yang dirumuskan sebagai penghormatan dan
penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan,
perhatian, arti yang peenting, martabat, atau apresiasi. Kebutuhan-kebutuhan ini telah di
tekankan secara relatif oleh Fred Adler dan para pengikutnya, dan relatif telah di
abaikan Frued. Namun, sekarang apresiasi itu kelihatan makin meluas periahal
pentingnya hal-hal itu secara sentral, baik di kalangan psikoanalis maupun di kalangan
psikolog klinis.

Pemenuhan kebutuhan akan harga-diri membawa perasaan percaya pada diri-


sendiri, kegunaan, kekuatan, kapabilitas, dan kalaikan, akan kegunaan dan rasa
diperlukan oleh dunia. Tetapi rintangan menuju pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan

22
perasaan-perasaan rendah-diri, kelemahan, dan tidak berdaya. Pada gilirannya peasaan-
perasaan ini melahirkan keputusasaan yang mendasar atau, jika tidak demikian berbagai
kecendrungan kompensatif atau neorotis. Makin lama makin banyak kita pelajari
tentang bahaya dari sikap menyerahkan harga-diri pada pendapat orang lain dan bukan
pada kapasitas, kompetensi, dan kelaikan yang sebenarnya terhadap tugas.

Harga-diri yang paling mantap dan karenanya paling sehat dilandaskan pada
pada penghargaan yang di peroleh dari orang lain dan bukan pada ketenaran atau
kemasyhuran faktor-faktor luar dan pujian yang berlebihan dan tidak mendasar. Dalam
hal ini pun perlu di bedakan antra kompetensi dan prestise yang sebenarnya yang hanya
di landaskan pada kemauan keras, ketetapan hati dan tanggungjawab, daipada hal yang
datangnya secara alami dan dengan mudah dari dalam sifat seseorang yang
sesungguhnya, konstitusi seseorang, nasib atau takdir biologis seseorang, atau, yang
seperti dikatakan oleh Horney, datang dari Diri Sejati dan bukan dari diri yang semu
yang dicita-citakan.

e. Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri dapat didefenisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi


dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita. kita
harus menjadi menurut potensi kita untuk menjadi. Meskipun kebutuhan-kebutuhan
dalam tingkat yang lebih rendah di puaskan, seperti merasa aman secara fisik maupun
emosional, mempunyai perasaan memiliki dan cinta serta merasa bahwa diri kita adalah
individu-individu yang berharga, namun kita akan merasa kecewa, tidak tenang dan
tidak puas jika kita gagal berusaha untuk memuaskan kebutuuhan akan aktulisasi diri.

Suatu perasaan puas dan kegelisahan yang baru, kecuali apabila orang itu
melakukan apa yang secara individual, sesuai baginya. Seorang musisi harus
menciptakan musik, seorang artis harus melukis, seorang musisi harus bersyair, jika
pada akhirnya ia ingin tenterem. Orang yang dapat menjadi sesuatu, harus menjadi
sesuatu

Munculnya kebutuhan yang kelihatan dengan jelas ini biasanya berdasarkan


suatu pemenuhan kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan, cinta dan harga
diri yang ada sebelumnya.

23
BAB V
SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)

A. Klasifikasi Kepentingan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yang secara kodrati tidak dapat hidup tanpa orang
lain dan saling memiliki ketergantungan satu sama lainnya. Namun adakalanya, dalam
hubungan sosial tersebut memiliki perbedaan-perbedaan sehingga memunculkan
adanya jenis kelompok sosial di tengah masyarakat yang diantaranya membawa
kepentingan masing-masing. Secara umum kelompok-kelompok sosial ini muncul
karena adanya kedekatan, interaksi, atau kesamaan geografis, maupun kepentingan.

Ada beberapa jenis kelompok kepentingan sosial yaitu klasifikasi menurut Emile
Durkeim, klasifikasi menurut Ferdinand Tonnies, Klasifikasi menurut Charles H.
Cooley dan Ellsworth Farris, klasifikasi W. G. Sumner, dan klasifikasi menurut
Soerjono Soekanto.

a. Klasifikasi Emile Durkeim

• Solidaritas mekanik

Ini terjadi dalam kehidupan masyarakat yang ditandai dengan ciri masyarakat
sederhana, belum mengenal pembagian kerja, semua anggota kelompok diikat
oleh kesadaran kolektif, dan sanksi terhadap pelanggaran bersifat represif atau
hukuman pidana.

• Solidaritas Organik

Ini merupakan sifat ketergantungan antar anggota karena adanya sistem


pembagian kerja yang teratur dan keterikatan solidaritas masyarakat yang
bersifat kompleks. Sanksi terhadap pelanggaran bersifat restitutif atau membayar
ganti rugi kepada yang dirugikan.

b. Klasifikasi Ferdinand Tonnies

24
• Gemeinschaft atau paguyuban

Ini adalah hubungan yang dilakukan baik antar individu maupun antar kelompok
yang memiliki ikatan kuat, dan mengikat akibat adanya ikatan darah, ideologi
maupun kesamaan daerah asal. Ikatan darah atau ikatan kekerabatan adalah
ikatan paling kuat karena didasarkan pada ikatan darah yang tidak terputus.

• Gesellchaft atau patembayan

Ini adalah suatu kelompok sosial yang terbentuk sebagai akibat adanya
kepentingan bersama. Umumnya, merupakan ikatan untuk jangka waktu yang
pendek, bersifat formal, mekanis, ibarat kerja mesin. Contohnya adalah
hubungan dalam dunia instri atau organisasi.

c. Klasifikasi Charles H. Cooley dan Ellsworth Farris

• Kelompok primer

Ini merupakan hubungan yang terjalin karena keakraban atau interaksi yang
bersifat intensif. Kelompok ini ditandai dengan pergaulan, kerjasama dan tatap
muka yang intim. Contohnya; keluarga, teman bermain masa kecil dan rukun
warga.

• Kelompok sekunder

Ini merupakan hubungan timbal balik karena adanya kepentingan bersama.


Dimana ditandai dengan bersifat formal, tidak pribadi, dan berciri kelembagaan.
Contohnya; koperasi dan partai politik.

d. Klasifikasi W. G. Sumner

• In-Group (kelompok dalam)

Pada umumnya ini didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai
perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompoknya. Kelompok dalam muncul
ketika para anggota suatu kelompok merasa bahwa mereka mempunyai suatu
tujuan dan cita-cita yang sama, menaati norma-norma yang sama dan nasib yang
sama.

25
• Out-group (kelompok luar)

Ini merupakan antagonis dan antipasti. Pada umumnya out-group menerapkan


sikap etnosentrisme yang menjadi dasar kelompok dalam bersikap atau menilai
orang lain.

e. Klasifikasi Soerjono Soerkanto

• Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota

Kelompok sosial berdasarkan hal tersebut didalamnya dibagi menjadi 3 bagian


yaitu Monad (kelompok kecil yang beranggotan satu orang), Dyad (kelompok
kecil yang beranggota dua orang), dan Triad (kelompok kecil yang beranggota
tiga orang).

• Berdasarkan hubungan sosial dan tujuan

Berdasarkan hal ini maka kelompok sosial dibagi kedalam 4 bagian yaitu primer,
sekunder, Gemeinschaft (paguyuban), dan Gesellschaft (patembayan).

• Berdasarkan kepentingan dan wilayah

Dalam hal ini kelompok sosial dibagi menjadi 3, yaitu komunitas, asosiasi, dan
kerumunan.

• Berdasarkan Derajat interaksi sosial

Dalam hal ini kelompok sosial dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu kelompok
yang saling mengenal satu sama lain, dan kelompok yang tidak saling mengenal
atau memiliki hubungan akrab.

• Berdasarkan kesadaran terhadap jenis yang sama

Berdasarkan hal ini, kelompok sosial dibagi menjadi 2 bagian, yaitu in group
dan out group.

• Berdasarkan derajat organisasi

26
Berdasarkan hal ini maka kelompok sosial dibagi menjadi 2 bagian yaitu
kelompok yang terorganisasi, dan kelompok yang tidak terorganisasi.

B. Mekanis-Organis
1. Mekanis

Emile Durkheim membagi masyarakat menjadi dua, yaitu masyarakat


sosial solidaritas mekanik dan yang didasarkan pada solidaritas organik. Solidaritas
mekanik merupakan ciri masyarakat masyarakat yang masih sederhana dan belum
mengenal pembagian kerja. Tiap-tiap masyarakat dapat memenuhi keperluan mereka
masing-masing tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok di
luarnya.

Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang di utamakan adalah


persamaan perilaku dan sikap. Seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif,
yaitu suatu kesadaran yang memiliki tiga karakteristik yaitu mencakup keseluruhan
kepercayaan dan perasaan kelompok, ada di luar warga, dan bersifat memaksa. Sanksi
terhadap pelanggaran kesadaran bersama akan di kenai hukuman yang bersifat represif
(hukuman pidana). Kesadaran bersama itu menjaga persatuan, sedangkan hukuman
bertujuan agar kondisi tidak seimbang akibat perilaku menyimpang dapat di pulihkan
kembali.

2. Organis

solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal pembagian


kerja. bentuk solidaritas ini bersifat mengikat sehingga unsur-unsur di dalam
masyarakat tersebut saling bergantung. Karena adanya kesalingtergantungan ini,
ketiadaan salah satu unsur akan mengakibatkan ganguan pada kelangsungan hidup
masyarakat

Pada masyarakat dengan solidaritas orgnik, ikatan utama yang mempersatukan


masyarakat bukan lagi kesadara kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin di antara
berbagai profesi. Hukum yang menonjol bukan hukum pidana, melainkan ikatan hukum
perdata. Sanksi terhadap pelanggaran kesepakan bersama bersifat restitutif. Artinya, si
pelanggar harus membayar ganti rugi kepada yang dirugikan untuk mengembalikan
keseimbangan yang telah ia langgar.

27
Solidaritas mekanik, yaitu bentuk solidaritas yang menandai masyarakat yang maih
sederhana, dalam mana kelompok-kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup
terpisah satu dengan yang lainya. Solidaritas organik, yaitu bentuk solidaritas yang
mengikat masyarakat komplek yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan
dipersatukan oleh saling ketergantungan antar bagian. Solidaritas Mekanik adalah
solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh
kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota
kelompok. (Masyarakat Pedesaan). Solidaritas Organik adalah solidaritas yang
mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang
teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan antar anggota. (Masyarakat
Perkotaan). Berikut adalah ciri-ciri solidaritas mekanik dan organik dilihat dari
penjelasan diatas:

Solidaritas Mekanik merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan,
kepercayaan dan adat bersama. Disebut mekanik, karena orang yang hidup dalam unit
keluarga suku atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua
kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok lain. Solidaritas Mekanik, relatif
berdiri sendiri (tidak bergantung pada orang lain) dalam keefisienan kerja, terjadi di
Masyarakat Sederhana, ciri dari Masyarakat Tradisional (Pedesaan), kerja tidak
terorganisir, beban lebih berat, tidak bergantung dengan orang lain.

Solidaritas Organik menguraikan tatanan sosial berdasarkan perbedaan individual


diantara rakyat. Merupakan ciri dari masyarakat modern, khususnya kota. Bersandar
pada pembagian yang rumit dan didalamnya orang terspesialisasi dalam pekerjaan yang
berbeda-beda. Seperti dalam organ tubuh, orang lebih banyak saling bergantung untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Beban yang kami berikan dalam masyarakat modern
lebih ringan daripada masyarakat pedesaan dan memberikan lebih banyak ruang kepada
kita untuk bergerak bebas. Solidaritas Organik, saling Keterkaitan dan mempengaruhi
dalam keefisienan kerja, dilangsungkan oleh Masyarakat yang kompleks, ciri dari
Masyarakat Modern (Perkotaan), kerja terorganisir dengan baik, beban ringan, banyak
saling bergantungan dengan yang lain.

28
C. Gemeinschaft- Gesellschaft

1. Gemeinschaft (Masyarakat Paguyuban)


Masyarakat yang ditandai hubungan Gemeinschaft berfifat homogeny, sebagian
besar diikat kekerabatan dan hubungan organic, dan memiliki kohesi moral yang
didasarkan pada sentiment keagamaan yang umum. Gemeinschaft (masyarakat
paguyuban) sendiri terbagi menjadi tiga bagian yaitu, Gemeinschaft by blood,
Gemeinschaft by place, Gemeinschaft of mind

Gemeinschaft of blood yaitu ikatan-ikatan kekerabatan, Gemeinschaft by place yaitu


ikatan berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta tempat kerja yang mendorong
orang untuk berhubungan secara intim satu sama lain dan mengacu pada kehidupan
bersama didaerah pedesaan. Sedangkan Gemeinschaft of mind yaitu hubungan
persahabatan yang disebabkan karena persamaan keahlian atau pekerjaan serta
pandangan yang mendorong untuk saling berhubungan secara teratur. Konsensus
terhadap kepercayaan-kepercayaan serta pandangan-pandangan dasar selalu merupakan
dasar untuk solidaritas dalam masyarakat. Karena kebanyakan sejarah manusia berada
dibawah dominasi cara berfikir teologis, tidak mengherankan kalau agama dilihat
sebagai sumber utama solidaritas sosial dan consensus. Selain ini isi kepercayaan agama
mendorong individu untuk berdisiplin dalam mencapai tujuan yang mengatasi
kepentingan individu dan meningkatkan perkembangan ikatan emosional yang
mempersatukan individu dalam keteraturan social.

Selanjutnya, karena aplikasi dari tradisi merupakan kegiatan yang dilakukan tidak
dengan satu orang tetapi secara bersama-sama, karena yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah tradisi masyarakat, dan yang tampak dari masyarakat yakni kumpulan dari
individu, kemudian mengapa individu-indivitu tersebut berkumpul dan membentuk
kelompok masyarakat untuk menjalankan tradisi. Dalam bagian ini akan diuraikan
alasan-alasan mengapa seseorang tertarik kepada lainya, sehingga terjalin hubungan
kelompok. Alasan –alasan itu dapat dikelompokkan sebagai berikut;

• Kesempatan untuk berinteraksi: Dasar pokok yang amat penting dari


daya tarik antar individu, dan pembentukan kelompok adalah secara
sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu sama lain. Hal ini

29
dapat dipahami secara jelas, bahwa orang yang jarang melihat, atau
berbicara satu sama lain sulit dapat tertarik.
• Kesamaan latar belakang: Latar belakang yang sama merupakan salah
satu faktor penentu dari proses daya tarik individu untuk berinteraksi satu
sama lain. Kesamaan latar belakang seperti misalnya usia, jenis kelamin,
agama, pendidikan, ras, kebangsaan, dan status sosio ekonomis seseorang
akan memudahkan mereka untuk menemukan daya tarik berinteraksi satu
sama lain.
• Kesamaan sikap: Kesamaan sikap ini sebenarnya pengembangan lebih
lanjut dari kesamaan latar belakang. Orangorang yang mempunyai
kesamaan latar belakang tampaknya mempunyai kesamaan pengalaman,
dan orang yang mempunyai kesamaan pengalaman ini lebih
memudahkan untuk berinteraksi dibandingkan dengan orang yang tidak
mempunyai kesamaan pengalaman. Kesamaan yang didasarkan dari
pengalaman yang melatarbelakangi itu membawa orang-orang kea rah
kesamaan sikap.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gemeinschaft


merupakan situasi yang berorientasi pada nilai, aspiratif, memiliki peran dan terkadang
menjadi kebiasaan asal yang mendominasi kekuatan sosial, Gemeninschaft lahir dari
dalam individu, keinginan berhubungan didasarkan atas kesamaan dalam keinginan dan
tindakan. Kesamaan individu dalam hal ini merupakan faktor penguat hubungan sosial
yang kemudia diperkuat dengan adanya hubungan emosional serta interaksi antar
individu

2. Gesellschaft (Masyarakat Patembayan)


Globalisasi merupakan tahap lanjut dari perkembangan peradaban manusia. Ibnu
Khaldun memandang bahwa kohesi sosial (ashobiyah) begitu kuat dalam masyarakat
tradisional dan primitif. Hal ini sering dijumpai pada masyarakat pedesaan yang
bercirikan paguyuban atau gotong royong, dan berbanding terbalik dengan masyarakat
perkotaan yang bercirikan invidualistik. Untuk kenyataan dijaman sekarang perbedaan
antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan sulit dibedakan, itu karena

30
peradaban sudah mulai masuk pada wilayah-wilayah pedesaan. Tetapi walau begitu
masih akan tetap bisa kita jumpai perbedaanya melalui kebudayaan, adat kebiasaan
yang masih dipertahankan oleh masyarakat pedesaan. Masyarakat yang kapitalistik
menurut Ibnu Khaldun akan mengalami krisis sosial, dalam kondisi krisis, kohesi sosial
tidak bertambah kuat, tetapi kohesi sosial sangat rapuh akibat terlalu mendewakan
materi dan hidup hanya untuk hidup, tidak ada lagi makna lain dari kehidupan ini
kecuali kesenangan dan kemewahan duniawi. Hal tersebut hanyalah salah satu ciri dari
masyarakat Patembayan (Gesellschaft).

Secara historis, retaknya kohesi atau solidaritas sosial dalam masyarakat muslim
telah berlangsung lama dan retaknya kohesi sosial ini sulit terhindarkan akibat orientasi
kepentingan dan kekuasan yang mengabaikan etika sosial. Dalam hal ini, Spencer
menggambarkan perkembangan masyarakat dari tipe masyarakat yang homogeny
menuju tipe masyarakat yang heterogen.Perbedaan ini dianalogikan dengan tipe
masyarakat primitif (yang homogeny) dan modern (yang heterogen) dan juga bisa kita
sebut dengan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Gesellschaft merupakan sebuah ikatan yang


lemah, terkadang antar individu tidak saling mengenal, nilai norma dan sikap menjadi
kurang berperan dengan baik. Gesellchaft disebut dengan konsep kurwille yang
merupakan bentuk-bentuk kehendak yang mendasarkan pada akal manusia yang
ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu dan sifstnya rasional dengan menggunakan alat-
alat dan unsureunsur kehidupan lainya atau dapat pula berupa pertimbangan dan
pertolongan.

Kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni,


bersifat alamiah, dan kekal (gemeinschaft), dengan ciri-ciri kelompok yaitu terdapat
ikatan batin yang kuat antaranggota, hubungan antar anggota bersifat informal, karena
ikatan darah, karena tempat, karena ideologi. atau masyarakat Kelompok sosial yang
anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek
(gesselschaft), dengan ciri-ciri kelompok yaitu hubungan antar anggota bersifat formal,
memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal, memperhitungkan nilai guna (utilitarian),
lebih didasarkan pada kenyataan sosial dan dengan menggunakan pisau analisis teori
solidaritas mekanik dan organic Emile Durkheim.

31
D. Paguyuban-Patembayan
1. Paguyuban
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat
oleh hubungan batin yang murni serta bersifat nyata dan organis. Kelompok paguyuban
sering dikaitkan dengan masyarakat desa atau komunal dengan ciri-ciri adanya ikatan
kebersamaan (kolektif) yang sangat kuat.Berikut ini Ciri-ciri masyarakat paguyuban
menurut F. Tonnies :
a. Intimate, artinya hubungan menyeluruh yang mesra sekali.
b. Private, artinya hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja.
c. Exclusive, artinya hubungan tersebut hanyalah untuk kita dan tidak untuk orang-
orang di luar kita.

Dalam suatu masyarakat, tipe paguyuban bergantung dari bentuk masyarakat itu
sendiri. Misalnya, di Jakarta, terutama di daerah elite, paguyuban karena tempat tinggal,
seperti RTdan RW, tidak begitu banyak kegunaannya, tetapi Iebih besar manfaatnya
paguyuban karena ikatan darah. Orang mempunyai kecenderungan untuk tolong-
menolong dengan keluarganya.

2. Patembayan

Masyarakat Patembayan (Gesellschaft) Merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok


untuk jangka waktu pendek, bersifat satu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta
strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat di umpamakan dengan sebuah mesin.
Masyarakat patembayan juga ber-cirikan sebgai masyarakat konsumen. Masyarakat
konsumen adalah sebuah suasana dimana segala sesuatu dijual. Tidak hanya itu saja,
segala sesuatu itu adalah komoditas tanda, bahkan semua tanda adalah komoditas.
Masyarakat perkotaan (masyarakat patembayan) identik dengan dunia modern, yang
mana dunia modern adalah sebuah sangkar besi sistem rasional dimana tiada lubang
untuk melepaskan diri darinya, kehidupan perkotaan melahirkan tipe kepribadian
khusus, dalam kehidupan sosial perkotaan orang cenderung menggunakan berbagai
tindakan teatrikal, kohesi moral dunia modern lebih lemah ketimbang didalam
masyarakat sebelumnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

• Abraham H. Maslow. 1994. Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan


Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia). Jakarta : PT. PBP. Alwasilah, A. C.
2002. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar merancang dan Melakukan Penelitian
Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
• Agita, Brahmana. 13 Januari 2021.Diperbarui: 13 Januari 2021
https://www.kompasiana.com/agitabrahmana7280/5ffeedb8d541df347c26df63/f
aktor-penyebab-terjadinya-perubahan-sosial-dan-kebudayaan
• Anugerah,. Ayu, Sendari. 16 Feb 2021. FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN
SOSIAL. https://hot.liputan6.com/read/4484715/14-faktor-penyebab-perubahan-
sosial-lengkap-dengan-pengertiannya. Diakses 28 Mei 2021.
• Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012),
• Rizki, Afif. February 13, 2020. BENTUK INTERAKSI SOSIAL.
https://pahamify.com/blog/artikel/sosiologi-bentuk-interaksi-sosial/. Diakses 28
Mei 2021.
• https://saintif.com/perubahan-sosial-budaya-adalah/
• https://sosiologis.com/perubahan-sosial-budaya
• https://www.quipper.com/id/blog/mapel/sosiologi/perubahan-sosial-menurut-
para-ahli/
• https://www.kompasiana.com/agitabrahmana7280/5ffeedb8d541df347c26df63/f
aktor-penyebab-terjadinya-perubahan-sosial-dan-kebudayaan
• https://tirto.id/apa-saja-faktor-penyebab-perubahan-sosial-internal-dan-
eksternal-gbvj
• https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/15/170000569/perubahan-sosial-
budaya-bentuk-faktor-pendorong-dan-penghambat
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hierarki_kebutuhan_Maslow
• https://brandadventureindonesia.com/pengertian-karyawan-adalah-salah-satu-
tahap-dalam-branding-hierarki-kebutuhan-maslow/
• https://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id.pdf
• https://sosiologis.com/solidaritas-mekanik

33
• https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/18/190000069/teori-solidaritas-
dari-mekanik-hingga-organik
• https://dosensosiologi.com/solidaritas-mekanik-organik/
• https://materiips.com/ciri-ciri-solidaritas-organik
• https://fatkhan.web.id/ilmu-sosial-budaya-dasar-isbd/
• https://dosensosiologi.com/ilmu-sosial-budaya-dasar/
• https://www.ilmubudaya.com/2018/07/pengertian-ilmu-budaya-dasar.html?m=1
• https://www.laporan-praktikum.com/2018/01/konsep-ilmu-sosial-dan-budaya-
materi.html?m=1
• http://fachryys.blogspot.com/2014/12/tujuan-mempelajari-ilmu-sosial-
dan.html?m=1
• http://nova32bhsaindo2c.blogspot.com/2011/03/pengertian-tujuan-fungsi-ilmu-
sosial.html?m=1

34

Anda mungkin juga menyukai