Anda di halaman 1dari 28

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA


DASAR
2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-
FAKTOR PENYEBABNYA
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG
INTERAKSI
SOSIAL
4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA
5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)

Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar (ISBD)

Dosen Pengampu:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Disusun Oleh :

Nama : Ithnan Baqi Putra Erlangga


NIM : K1A020027
Prodi/Kelas : Farmasi A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
202
DAFTAR ISI

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA


DASAR………………………………………....………….…………………..2

2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-


FAKTOR PENYEBABNYA……………………..............................................9

3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG


INTERAKSI…………………………………………………………………..14

4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA


DENGANKEMUNCULAN BUDAYA……………………………………...
……………………………...20

5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS


ORGANIS,GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN
PATEMBAYAN)……………………………………………………………..23

Daftar Pustaka…………………………………………………….…………………27

1
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Pengertian :
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang merupakan
integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan sosiologi
(sosio:sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan salah satu cabang dari ilmu
sosial. Pengertian lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-masalah sosial,
sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya,
mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya.
Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial dan budaya dasar merupakan
pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian
umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah
sosial manusia dan kebudayaan. Istilah ISBD dikembangkan pertama kali di Indonesia
sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the
Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus
yang artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities
diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih
halus.
Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi
lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau
manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu
yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggung jawabnya yang lain
sebagai manusia itu sendiri.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang asal mula ilmu sosial dan budaya dasar, perlu
diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan
bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :

1. Ilmu-ilmu Alamiah ( natural science ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui


keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal
ini digunakan metode ilmiah. Caranya adalah dengan menentukan hukum yang
berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk
menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas
dasar ini lalu dibuat prediksi.
2. Ilmu-ilmu sosial ( social science ). Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji
keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk
mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu
alamiah. Tetapi hasil pengkajian ini lebih bersifat kualitatif, sebab hal ini
menyangkut pola perilaku dan tingkah laku manusia di masyarakat yang
cenderung berubah-ubah.

2
3. Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari
arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini
digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan
yang bersifat unik, kemudian diberi arti.

Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang


mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke
dalam berbagai bidang keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll.
Sedangkan ilmu sosial dan budaya dasar adalah usaha yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaan.
Dengan perkataan lain ISBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari
berbagai bidang pengetahuan sosial budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran
serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah sosial manusia di
masyarakat dalam tingkah lakunya dalam kehidupan dan kebudayaan yang
menyertainya.

Ilmu sosial dan budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya
dasar dalam bahasa Inggris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa
inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah
nilai-nilai manusia sebagai makhluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu
sosial dan budaya dasar bukan hanya ilmu tentang budaya, melainkan mengenai
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaannya.

Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa
dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata
kuliah ISBD. Kedua masalah pokok itu adalah :

1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah


kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan
budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin)
didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai
disiplin dalam pengetahuan budaya
2. Hakikat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam
perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat.

Konsep Ilmu Sosial dan Budaya Dasar :

ISBD diharapkan dapat membekali mahasiswa berupa kemampuan dasar tentang

3
pemahaman, pemaknaan dan pengamalan nilai-nilai dasar kemanusiaan baik sebagai
pribadi, sebagai warga Negara Indonesia, anggota keluarga, warga masyarakat dan
sebagai bagian dari alam ciptaan Tuhan. Tujuannya memberikan landasan berfikir,
bersikap dan bertindak agar lulusan perguruan tinggi menjadi manusia yang memiliki
kepribadian yang utuh yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat rohani dan jasmani, cerdas, terampil, mandiri,
memiliki jati diri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemanusiaan dan kebangsaan.

Pokok Bahasan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

1. Manusia dan Cinta Kasih


Seorang yang mempunyai cinta mendalam pada sesuatu maka akan diungkapkan kasih
sayangnya dengan perilaku. Cinta kasih tercipta dengan sempurna apabila kedua belah
pihak sama-sama saling menerima dan memberi Cinta dan Nafsu berbeda karena cinta
bersifat memberi sedangkan nafsu cenderung menuntut.
Unsur-unsur dasar cinta :
a. Pengasuhan : seorang ibu mengasuh anaknya dengan tulus
b. Tanggung jawab : suatu tindakan yang benar-benar berdasarkan sukarela
c. Perhatian : suatu perbuatan yang yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi
orang lain agar mau membuka diri
d. Pengenalan : keinginan mengetahui rahasia orang lain.
Apabila terdapat satu kesatuan dari unsur-unsur tersebut maka akan tercipta keserasian,
keseimbangan, dan kedamaian. Pengurangan nilai kemanusiaan (dehumanisasi)
disebabkan karena pada diri manusia tersebut tidak terdapat dasar agama, nilai, moral,
dan norma dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Cinta menimbulkan kreatifitas
dalam bentuk produk keindahan/ seni.
Macam-macam cinta :
Agaphe (Yunani) : Manusia dengan Tuhan
Philia : Orang tua dengan Anak (dalam keluarga)
Eros (bisa dinalar)/ Amor (tidak bisa dinalar) : Antar lawan jenis
Agape + Philia : Antar sesama manusia, antar manusia – lingkungan
Cinta juga memiliki tiga tingkatan :
a. Cinta tingkat tinggi adalah cinta kpd Allah, rasulullah dan berjihad di jalan Allah
b. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dst
c. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat,
harta dan tempat tinggal.

2. Manusia dan Keindahan


Pengertian keindahan :
Leo Tolstoy : “Menyenangkan bagi yang melihat”
Sulzer : “Yang indah itu hanyalah yang baik”

4
Alexander Baumgarten : “Keseluruhan yang merupakan : susunan yang teratur, terdiri
atas bagian-bagian yang erat hubungannya satu sama lain, juga dengan keseluruhan”
Immanuel Kant :
Arti subjektif : sesuatu yang tanpa direnungkan, dikaitkan dengan kegunaan praktis
yang dapat mendatangkan rasa senang.
Arti Objektif : Adanya keserasian dari objek terhadap tujuan yang dikandungnya dan
tidak ditinjau dari segi kegunaannya.
The Liang Gie :
Arti luas : Keindahan mengandung ide kebaikan.
Arti estetik murni : Keindahan terkait dengan pengalaman estetik seseorang yang
melalui persepsi penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Arti sempit : keindahan terbatas pada persepsi penglihatan.
Sifat-sifat umum keindahan :
a. Unity (Kesatuan)
b. Balance (Keseimbangan)
c. Contrast (Kebalikan)
Perasaan Keindahan mempunyai watak yang tetap/ statis dan mempunyai ekspresi
dinamis (dipengaruhi keadaan lingkungan)
Kontemplasi : Dasar untuk menciptakan sesuatu yang indah
Ekstasi : Dasar untuk menyatakan, merasakan, dan menikmati sesuatu yang indah 
Kontemplasi dan Ekstasi pada manusia derajatnya berbeda-beda 

3. Manusia dan Penderitaan  Pengertian : Asal kata dhra : menahan; menanggung


Franklin JM : keadaan yang berhubungan dengan rasa sakit, tak menyenangkan, dan
rugi  Macam Penderitaan : Disengaja : melawan kesenangan untuk tujuan tertentu (ex.
Puasa, bertapa, matiraga, menyakiti diri sendiri) Tidak sengaja : kelaparan, wabah,
bencana, kecelakaan  Sumber Penderitaan : Akibat perbuatan manusia, akibat penyakit,
akibat siksaan/ azab Tuhan  Penderitaan mengandung : rasa sakit, siksaan, dan neraka 
Rasa Sakit : sakit fisik, sakit rohani, sakit psikosomatis  Siksaan : berasal dari orang lain
: fisik/ psikis  Neraka : akibat dosa, sudah dapat dirasakan di dunia  Cara manusia
menghadapi penderitaan : - Sikap negatif : antipati terhadap penderitaan (kompensasi
negatif), sehingga akan timbul frustasi, seperti :  Agresi : emosi tak terkendali  Regresi :
reaksi primitive/ kekanak-kanakan  Fiksasi : pembatasan pada satu pola (membisu,
memukul-mukul, dll)  Proyeksi : melemparkan sikap negatif pada orang lain 
Identifikasi : menyamakan dengan orang lain yang lebih baik  Narsisme : merasa
dirinya superior  Autisme : menutup diri secara total dari dunia nyata - Sikap positif :
ketabahan, penyesalan, pertobatan, inisiatif (kompensasi positif), berkomunikasi dengan
orang lain (psikiater)

4. Manusia dan Keadilan


Pengertian :
Aristoteles : Kelayakan (titik tengah dari kedua ujung yang ekstrim) tindakan manusia

5
Plato : Orang yang mampu mengendalikan diri dengan perasaan dan akalnya
Socrates : identik dengan pemerintahan, apabila pemerintah dapat menjalankan
tugasnya dengan baik itulah adil
Confucius (orang Kong Hu Cu): keadilan terjadi apabila anak berperan sebagai
anak, bapak sebagai bapak, dan raja sebagai raja
Charles E.M. : Menghubungkan keadilan dengan tujuan Negara dan keadilan
merupakan sistem nilai antara individu dengan masyarakat sebagai makhluk sosial
Prof. Pujo Wiyoto : Pengakuan dan perlakuan terhadap hak yang sah
Hak (Austin Fagothey) : wewenang moral untuk mengerjakan, memiliki, menuntut,
mempergunakan, meninggalkan sesuatu
Hak objektif : sesuatu dimana orang mempunyai hak atasnya
Hak Subyektif : wewenang moral yang bukan kekuatan dan dapat dihalangi oleh
sesuatu kekuatan
Macam-macam keadilan :
Plato : keadilan legal/ moral (membayar pajak); keadilan distribusi (bila terlaksana
apabila hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama sedangkan hal-hal yang
sama diperlakukan sama); keadilan komutatif (berdasarkan ketertiban masyarakat
dan kesejahteraan umum)
Aristoteles : keadilan distributif dan keadilan komutatif
John Locke : keadilan adalah hak asasi yaitu hak-hak alamiah yang dimiliki sejak
lahir dan keadilan merupakan kebutuhan naluri manusia. Hak asasi ada 3 : Hak
hidup, hak kebebasan/ kemerdekaan, hak akan nilai
Sedangkan hak asasi menurut PBB : hak asasi pribadi, H.A. Ekonomi, perlakuan
yang sama dalam hukum, hak Politik, hak memilih jenis dan jenjang kehidupan
Sifat-sifat yang melekat pada manusia (Thomas Hobbes) : Competition (menguasai
manusia lain), Defentio (mempertahankan diri), Gloria (dihormati dan dipuji) 

5. Manusia dan Pandangan Hidup Manusia yang menginginkan kebahagiaan maka dia
harus mempunyai tuntunan/ pegangan/ pandangan hidup  Pengertian (Berdasar
sumbernya) : Bersumber dari agama : kebenaran mutlak, berdasar wahyu Bersumber
dari abstraksi nilai (ideologi) : kebenaran hanya berlaku untuk kelompok tertentu ;
ideology (William 1959) mengandung dua hal = unsure-unsur filsafat dan pembenaran
intelektual norma-norma (ex. Pancasila, kapitalisme, liberalisme) Bersumber dari hasil
pemikiran seseorang : kebenaran sangat relative  Macam-macam pandangan hidup :
Liberalisme : kebebasan Sosialisme : menekankan pada perhatian masyarakat secara
keseluruhan Komunisme : paham atau ideologi (di bidang politik) yg menganut ajaran
Karl Marx dan Friedrich Engels, yg hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan
menggantikannya dng hak milik bersama yg dikontrol oleh negara Religius : bersifat
religi; bersifat keagamaan; yg bersangkut-paut dng religi Sosio-Religius : hubungan
antara berbagai kesatuan masyarakat, perbedaan atau masyarakat secara utuh dengan
berbagai sistem agama, tingkat dan jenis spesialisasi berbagai peranan agama dalam
berbagai masyarakat dan sistem keagamaan yang berbeda (memandang agama sebagai

6
fenomena sosial).  Unsur-unsur pandangan hidup : cita-cita, kebajikan, keyakinan/
kepercayaan  Cita-cita : keinginan yang ada dalam hati seseorang; diwujudkan dengan
perjuangan/ usaha; cita-cita yang belum tercapai disebut dengan angan-angan; harapan
= ada usaha tetapi belum kesampaian  Kebajikan : sesuatu yang mendatangkan
kebaikan, keselamatan, keuntungan, kemakmuran, dan kebahagiaan
• Sumber kebajikan : Rasa (berkehendak baik = kebajikan; berkehendak tidak baik =
kesengsaraan/ tidak bahagia)
• Usaha kebajikan : individual, kelompok
• Aliran naturalisme = hidup dihubungkan dengan kekuatan tertinggi (alam) 
• Aliran intelektualisme = dasar adalah logika/ akal 
• Aliran gabungan

6. Manusia dan Tanggung Jawab serta Pengabdian  Pengertian : Kewajiban dalam


melakukan tugas tertentu sehingga harus ada kesanggupan untuk menentukan sikap dan
resiko dari suatu perbuatan  Unsur-unsur tanggung jawab : kesadaran, kecintaan, dan
keberanian  Macam-macam tanggung jawab : terhadap diri sendiri, manusia/
masyarakat, lingkungan, Tuhan  Pengabdian : Perbuatan baik berupa : pikiran,
pendapat, tenaga sebagai wujud kesetiaan. Dasarnya adalah tanggung jawab 

7. Manusia dan Kegelisahan  Pengertian : Suatu perasaan tidak tenteram, tidak tenang,
tidak sabar, cemas, khawatir  Kegelisahan berasal dari perasaan maupun pemikiran yang
bermanifestasi fisik (ex. Murung, dsb)  Macam-macam kecemasan (Sigmund Freud) :
Kecemasan obyektif : ada bahaya eksternal yang nyata Kecemasan neurotic : ada
bahaya naluriah (ex. Penyesuaian diri, phobia, rasa takut yang lain (demam panggung))
Kecemasan moral : bersifat emosional (iri, dengki, benci, takut, kurang PeDe, jijik) 
Ketidakpastian : tidak dapat ditentukan, tanpa arah yang jelas, tanpa asal-usul yang
jelas, biasanya tertuju pada status, nama baik dan martabat yang menyentuh nilai
kemanusiaan.  Keterasingan : tersisih, terpisah dan terpencil yang dikarenakan perilaku
yang tidak dapat diterima masyarakat, ada yang kurang pada dirinya sehingga sulit
menyesuaikan diri.  Sikap orang lain dapat berupa : tidak simpati, tidak mau berurusan,
tidak mau mendekati, tidak mempedulikan, memboikot, mengisolasi. Kesepian : merasa
tidak berteman, merasa tidak punya apa-apa, mengandung arti psikologis yang
berdampak : khawatir/ takut kehilangan, terancam hak kodratinya, kegelisahan.

8. Manusia dan Harapan  Pengertian : harapan berasal dari kata harap yang berarti
keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan
dapat terjadi (masa depan)  Persamaan harapan dan cita-cita : keduanya menyangkut
masa depan karena belum terwujud; menginginkan sesuatu yang lebih baik/ meningkat 
Harapan manusia/ kebutuhan manusia (Abraham Maslow) :
• Kelangsungan hidup (survival) 
• Keamanan (safety) 
• Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love) 

7
• Diakui lingkungan (status) 
• Perwujudan cita-cita (self actualization) 
 
3 Macam kepercayaan : 
• Kepercayaan pada diri sendiri = hakekatnya percaya pada Tuhan
• Kepercayaan pada orang lain/ masyarakat 
• Kepercayaan pada Tuhan 

3 teori kebenaran Dr. Yuyun Suriasumantri :


 • Teori Koherensi/ konsistensi: suatu pernyataan dianggap benar bila konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (ex. Setiap manusia akan mati) 
• Teori Korespondensi : suatu pernyataan benar bila materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berhubungan dng. objek yang dituju oleh pernyataan tersebut
(ex. Jakarta itu ibukota Republik Indonesia) 
• Teori Pragmatis : suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis

TUJUAN ISBD

Ilmu Sosial Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat


memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya
dasar adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar Kebudayaan, Dan
Budaya memang merupakan salah satu jiwa dari nilai-nilai yang ada di masyarakat Jika
diperinci maka tujuan pengajaran ilmu budaya dasar itu adalah :
● Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
● Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, serta lebih
bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
● Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah
menyesuaikan diri.
● Menyadarkan kita terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat
menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.

Dengan ringkas dapat disebutkan bahwa tujuan IBD adalah:


Perlunya melakukan pembentukan pemikiran yang khususnya berkenaan dengan
kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan
dengan lingkungan budaya dapat diperluas.

8
2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-
FAKTOR PENYEBABNYA

Perubahan Sosial Serta Faktor-Faktor Penyebabnya :


Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia, mempengaruhi
hubungan sosial manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Ada perubahan yang
berdampak positif, ada pula yang berdampak negatif. Ketika perubahan terjadi dan
masyarakat siap untuk menerimanya, maka perubahan itu akan memajukan kehidupan
atau membawa kesejahteraan pengikutnya, sebaliknya ketika perubahan terjadi tidak
diimbangi dengan kesiapan menerima perubahan itu sendiri, akan berdampak pada
timbulnya pertentangan, konflik dan hilangnya integritas atau kesatuan sosial. Salah
satunya manusia menjadi individualis. Jika dahulu untuk menjaga hubungan
kekeluargaan dan persaudaraan, manusia akan saling bertegur sapa bahkan saling
berkunjung rumah, namun dengan adanya kemajuan teknologi informasi manusia lebih
mementingkan berkomunikasi melalui handphone daripada bertatap muka dengan
alasan lebih menghemat waktu dan biaya perjalanan.
Begitu pula dengan perubahan yang terjadi dalam tradisi Manekat orang Timor.
Manekat yang pada hakikatnya adalah sebagai perekat sosial untuk menjaga dan
mempersatukan hubungan kekeluargaan, dewasa ini telah mengalami perubahan nilai
dan maknanya yang pada akhirnya berdampak pada memudarnya rasa solidaritas dan
integrasi sosial. Pemberian dalam manekat yang seharusnya sebagai pemberian sukacita
dan tanda kasih yang tidak mengharapkan imbalan, mengalami perubahan dalam nilai,
bentuk dan pelaksanaannya. Penulis melihat bahwa perubahan yang terjadi dalam
manekat telah merubah pola-pola perilaku dan hubungan sosial dalam masyarakat.
Karena itu, dalam bab ini penulis akan memaparkan pengertian perubahan sosial
menurut beberapa ahli, dan teori perubahan sosial menurut perspektif Soerjono
Soekanto serta faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan sosial. Penulis juga akan
memaparkan tentang manekat sebagai pemberian dalam kebutuhan saling tolong
menolong yang terangkum dalam teori The Gift dari Marcel Mauss.

Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para Ahli


Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan sosial yang tak bisa dihindari
oleh setiap individu maupun kelompok masyarakat. Terjadinya perubahan sosial
merupakan gejala wajar yang muncul sebagai akibat dari proses interaksi manusia di
dalam dan dari masyarakat. Perubahan sosial sebagai suatu proses perubahan bentuk
yang mencakup keseluruhan aspek kehidupan masyarakat. Proses tersebut berlangsung
sepanjang sejarah hidup manusia, baik itu dalam lingkup lokal maupun global.
Perubahan sosial tersebut dapat terjadi karena pada dasarnya masyarakat itu tidak
bersifat statis melainkan dinamis dan heterogen.

9
Perubahan sosial juga dapat terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur
yang mempertahankan keseimbanganmasyarakat, seperti perubahan dalam unsur-unsur
geografis, biologis, ekonomis, kebudayaan, dan perubahan-perubahan tersebut
dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Jacobus
Ranjabar dalam bukunya “Perubahan Sosial dalam Teori Makro” mengatakan bahwa
perubahan sosial adalah perubahan yang menyangkut kehidupan manusia, perubahan
tersebut dapat mencakup nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perilaku, susunan
lembaga kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya.
  Wilbert Moore mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari
struktur sosial, dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan
interaksi sosial. Lebih lanjut Moore mengatakan bahwa perubahan sosial bukanlah suatu
gejala masyarakat modern tetapi sebuah hal yang universal dalam pengalaman hidup
manusia, di mana perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial.
Selanjutnya dalam pengertian struktur sosial dimasukan pula ekspresi seperti norma,
nilai dan fenomena kultural. Sehingga dengan demikian pengertian perubahan sosial
bisa pula mencakup di dalamnya pengertian perubahan kultural.
 Harper (1989) dalam bukunya “ Exploring Social Change “, juga mengartikan
perubahan sosial sebagai perubahan penting dalam struktur sosial, di mana Harper
mengartikan struktur sosial sebagai satu jaringan relasi sosial yang bersifat tetap di
mana di dalamnya terjadi interaksi rutin dan berulang. Gillin dan Gillin mengatakan
perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material.
Komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan
baru dalam masyarakat, sedangkan Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan
sosial meliputi segala perubahan pada suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosial, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat.
Prinsip-prinsip sosial yang berlaku dalam masyarakat, sudah pasti akan
berkaitan dengan cara bagaimana mereka saling berhubungan. secara tradisional, setiap
masyarakat pasti memiliki sistem kekerabatan. Kekerabatan merupakan organisasi yang
kuat dari interaksi manusia. Ada tiga model kekerabatan yang biasanya berkembang
dalam masyarakat, yakni Consanguineal, affinal, dan fictive. Consanguineal merupakan
kekerabatan yang dihasilkan karena kelahiran. Kekerabatan Affinal ada karena dilatari
oleh hubungan pernikahan, dan kekerabatan fictive tercipta dari proses atau praktek
adopsi. Dalam hubungannya dengan masalah perubahan sosial, Harper (1989)
memberikan beberapa tipologinya, yaitu: 

1. Adanya perubahan dalam personal di dalam struktur yang ada, yaitu dengan
hadirnya orang orang baru dan atau hilangnya orang-orang lama dalam
struktur yang ada. Ini dalam pengertian bahwa keluar atau masuknya elemen-
elemen anggota dari suatu struktur sosial akan mendorong terjadinya suatu
perubahan sosial. Dalam konteks yang luas, misalnya suatu komunitas atau

10
masyarakat, bila komposisi penduduknya berubah maka struktur sosialnya
akan berubah.

Contohnya: Desa di Timor yang hanya dihuni oleh orang-orang yang berasal
dari suku yang sama dan mempunyai satu ikatan kekeluargaan, didatangi oleh
orang-orang luar dari berbagai suku yang berbeda dan menetap di desa
tersebut, baik karena tugas kedinasan maupun kepentingan perdagangan.
Sedangkan orang-orang lama dalam desa tersebut keluar untuk mencari
pekerjaan di daerah lain. Kehadiran orang-orang baru tersebut dengan
pengalaman hidup yang berbeda, mengisi kekosongan peran sosial yang
ditinggalkan oleh orang-orang lama, peran-peran sosial yang baru lambat laun
akan mempengaruhi pola relasi masyarakat.

2. Adanya perubahan relasi dalam struktur sosial. Dalam hal ini termasuk
misalnya perubahan dalam struktur kekuasaan, otoritas, dan komunikasi dalam
struktur sosial yang ada.

Contohnya: Desa yang dipimpin oleh seorang tuan tanah, mewariskan tongkat
kepemimpinannya kepada anak atau cucunya, dalam hal ini kepemimpinan
dinasti keluarga. Namun karena kehadiran orang-orang baru yang mengisi
kekosongan peran sosial yang ditinggalkan oleh orang-orang lama, turut
merubah pola kepemimpinan yang ada. Kepala desa diangkat berdasarkan
pemilihan demokrasi bukan karena dinasti keluarga lagi.

3. Adanya perubahan fungsi dalam struktur, yaitu menyangkut apa yang harus
dilakukan dan bagaimana masyarakat tersebut melakukannya.

Contohnya: Di Timor, yang berhak dan memiliki kuasa untuk memimpin


adalah mereka yang berasal dari golongan Usif atau Raja. Namun karena
golongan Usif tidak memiliki generasi atau karena generasi berikutnya
bermigrasi ke daerah lain, maka Golongan Mafefa atau juru bicara adat naik
menjadi pemimpin. Maffa dalam kepimpinannya membuat pendekatan-
pendekatan yang berbeda atau pola fungsi berubah.

4. Adanya perubahan dalam hubungan antara struktur-struktur yang berbeda. Ini


menyangkut antara struktur sosial tertentu dengan struktur sosial lainnya di
luar struktur yang disebutkan pertama.

Contohnya: Dulu dalam masyarakat yang homogen, kalau orang gunting atau
pangkas rambut, tidak akan membayar karena mereka adalah keluarga. Tetapi
setelah masuknya orang-orang baru yang merubah pola relasi masyarakat,
sekarang segala sesuatu yang dikerjakan harus dibayar dengan uang. 

11
5. Adanya perubahan dalam bentuk munculnya struktur sosial baru dari struktur
sosial yanglama. Struktur sosial yang lama mungkin pada akhirnya akan
memudar atau hilang sama sekali atau dalam beberapa kasus terintegrasi
dengan struktur sosial yang baru terbentuk itu.

Contohnya: Dulu jika orang hendak bepergian jauh, anak-anak yang masih
kecil dititipkan pada keluarga untuk sementara waktu. Namun, karena orang-
orang lama telah keluar dan kehadiran orang-orang baru telah merubah pola
relasi masyarakat, maka muncullah tempat penitipan anak (TPA). 

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan perubahan sosial adalah


perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat yang dapat mempengaruhi pola
interaksi sosial di dalam suatu masyarakat yang dapat bersifat membangun karakter
manusia menuju proses yang lebih baik atau malah sebaliknya. Dari definisi-definisi di
atas juga, memperlihatkan bahwa perubahan sosial mengandung dua konsep dasar yang
saling berkaitan yaitu dinamika sosial dan struktur sosial. Yang dimaksud dengan
dinamika sosial itu mencakup semua hal yang berubah dari waktu ke waktu yang
mendorong manusia untuk mencapai tahap keseimbangan baru dan lebih lengkap atau
lebih tinggi dari sebelumnya. Sedangkan struktur sosial mengarah pada hierarki
masyarakat yang berdasarkan tingkatan perkembangan dari suatu masa ke masa yang
berikutnya.

Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial :


Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial Perubahan tidak datang dengan
sendirinya, tetapi terjadi melalui interaksi sosial harian dan bila dikaitkan dengan
pemikiran Dahrendorf, maka unsur dominasi menjadi salah satu penyebab terjadinya
perubahan. Ada begitu banyak faktor pemicu adanya perubahan sosial, namun yang
paling umum terjadi adalah karena bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri atau
faktor internal dan yang bersumber dari luar masyarakat atau faktor eksternal. Begitu
juga dengan siapa yang menjadi aktor di balik munculnya suatu perubahan sosial.
Dalam bahasan umum sumber perubahan sosial seringkali didasarkan pada dua sumber
pokok, yakni endogenous (dalam) dan exogenous (luar). Adapun sebab-sebab terjadinya
perubahan sosial dari faktor internal, antara lain:

a. Penduduk, perubahan jumlah penduduk seperti bertambahnya jumlah penduduk


karena transmigrasi dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada struktur
masyarakat terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kehadiran
transmigrasi dapat berdampak positif dan menguntungkan jika mereka memiliki
keterampilan kerja. 
b. Pertentangan/konflik, selama manusia hidup berkelompok, selama itu pula
terdapat pertentangan. Pertentangan merupakan bagian dari interaksi sosial,

12
karena itu pertentangan tidak mungkin dihilangkan tetapi dapat diatasi. Ketika
sumber pemenuhan kebutuhan semakin terbatas, akan menimbulkan persaingan
dan pada akhirnya mengakibatkan konflik. Ketika terjadi konflik, dalam
masyarakat muncul kekecewaan dan keresahan sosial, maka pada saat itu
individu-individu sangat mudah terpengaruh dengan hal-hal yang baru. 
c. Penemuan baru, penemuan baru dalam kebudayaan dapat berpengaruh pada
berbagai sektor kehidupan lainnya. Pengaruh-pengaruh tersebut saling berkaitan
dan saling mempengaruhi bidang-bidang kehidupan yang satu dengan lainnya.
Contohnya penemuan listrik mengakibatkan penemuan radio, televisi dan
komputer yang akhirnya dapat mempengaruhi adat istiadat, pendidikan, ekonomi
dan pola perilaku masyarakat. 

Adapun perubahan sosial terjadi karena adanya faktor eksternal atau faktor-
faktor yang bersumber dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain: 

a. Lingkungan alam, lingkungan alam turut mempengaruhi keadaan sosial,


kebudayaan serta perilaku masyarakat yang hidup di sekitarnya. Lingkungan
alam yang berbeda-beda berdampak pada mata pencaharian masyarakat yang
berbeda-beda pula. Masyarakat yang tinggal di pedesaan kehidupan sosialnya
berbeda dengan masyarakat perkotaan. 

b. Peperangan, peperangan antar dua negara atau lebih menyebabkan adanya


perubahan, di mana pihak yang kalah akan dipaksa untuk mengikuti semua
keinginan pihak yang menang, termasuk dalam hal ekonomi, kebudayaan dan
pola perilaku. 
c. Pengaruh kebudayaan lain, masuknya kebudayaan asing yang diterima dan
diterapkan berdampak pada kehidupan sosial yang mengakibatkan terjadinya
perubahan sistem sosial. Akibat globalisasi informasi, transparansi dan ekonomi,
pengaruh budaya asing merubah keseluruhan tatanan hidup dan pola
perikelakuan masyarakat, seperti pola konsumsi dan gaya hidup.

13
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI
SOSIAL

Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar


pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoritis tentang kebudayaan dapat
mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaan-
kebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri.

Pengetahuan yang ada belum menjamin adanya kemampuan untuk dapat


digunakan bagi tujuan-tujuan praktis karena antara teori dan praktek terdapat sisi-antara
(interface) yang harus diteliti secara tuntas agar dengan pengetahuan yang diperoleh
lebih lanjut dari penelitian yang dilakukan, konsekuensi dalam penerapan praktis dapat
dikendalikan secara ketat. Dengan demikian akan didapat pemahaman tentang prinsip-
prinsip dan konsep-konsep dasar yang melandasi pandangan-pandangan teoritis tentang
kebudayaan.

Secara garis besar hal yang dibahas dalam teori kebudayaan adalah memandang
kebudayaan sebagai, (a)Sistem adaptasi terhadap lingkungan.(b)Sistem tanda.(c) Teks,
baik memahami pola-pola perilaku budaya secara analogis dengan wacana tekstual,
maupun mengkaji hasil proses interpretasi teks sebagai produk kebudayaan.(d)
Fenomena yang mempunyai struktur dan fungsi. (e) Dipandang dari sudut filsafat.

Sebelum lebih lanjut memahami teori kebudayaan ada baiknya kita meninjau
terlebih dahulu wilayah kajian kebudayaan, atau lebih tepatnya Ilmu Pengetahuan
Budaya. Jika menilik pembagian keilmuan seperti yang diungkapkan oleh Wilhelm
Dilthey dan Heinrich Rickert, mereka membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua bagian,
yaitu Naturwissenschaften (ilmu pengetahuan alam) dimana dalam proses penelitiannya
berupaya untuk menemukan hukum-hukum alam sebagai sumber dari fenomena alam.
Sekali hukum ditemukan, maka ia dianggap berlaku secara universal untuk fenomena
itu dan gejala-gejala yang berkaitan dengan fenomena itu tanpa kecuali. Dalam
Naturwissenschaften ini yang ingin dicari adalah penjelasan (erklären) suatu fenomena
dengan menggunakan pendekatan nomotetis.

Hal lain adalah Geisteswissenschaften (ilmu pengetahuan batin)atau oleh Rickert


disebut dengan Kulturwissenschaften (ilmu pengetahuan budaya) dimana dalam tipe
pengetahuan ini lebih menekankan pada upaya mencari tahu apa yang ada dalam diri
manusia baik sebagai mahluk sosial maupun makhluk individu. Terutama yang
berkaitan pada faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperilaku dan bertindak
menurut pola tertentu. Upaya memperoleh pengetahuan berlangsung melalui empati dan

14
simpati guna memperoleh pemahaman (verstehen) suatu fenomena dengan
menggunakan pendekatan ideografis.
Pada perkembangannya banyak ilmu-ilmu geisteswissenschaften dan
kulturwissenschaften menggunakan pendekatan yang digunakan oleh
naturwissenschaften seperti halnya Auguste Comte yang melihat suatu fenomena
perkembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan positivistik. Jika ditilik
tentang konsep kebudayaan, maka dapat dilihat dari dua sisi, yaitu, pertama, Konsep
kebudayaan yang bersifat materialistis, yang mendefinisikan kebudayaan sebagai sistem
yang merupakan hasil adaptasi pada lingkungan alam atau suatu sistem yang
berfungsi untuk mempertahankan kehidupan masyarakat. Kajian ini lebih menekankan
pada pandangan positivisme atau metodologi ilmu pengetahuan alam. Kedua, Konsep
kebudayaan yang bersifat idealistis, yang memandang semua fenomena eksternal
sebagai manifestasi suatu sistem internal, kajian ini lebih dipengaruhi oleh pendekatan
fenomenologi.

Terlepas dari itu semua maka kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu
fenomena sosial dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga
masyarakat yang mendukung atau menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola, atau
konfigurasi yang tampak pada perilaku dan tindakan warga suatu masyarakat tertentu
dibandingkan perilaku dan tindakan warga masyarakat yang lain, tidaklah dapat
dipahami tanpa dikaitkan dengan kebudayaan.

Mengenai pembagian wilayah keilmuan ini terdapat kerancuan terutama yang


berkaitan dengan peristilahan human science and humanities. Pada masa Yunani dan
Romawi, pendidikan yang berkaitan dengan humanities adalah yang berkaitan dengan
pemberian keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan agar
seseorang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya tentang
kemanusian yang berbudi dan bijaksana secara sempurna. Adapun mata pelajaran yang
diberikan untuk mencapai hal itu adalah filsafat, kesusastraan, bahasa (retorika,
gramatika), seni rupa dan sejarah. Maka dari penjelasan ini, humanities atau humaniora
lebih mendekati pada ilmu pengetahuan budaya.

Berbicara tentang kebudayaan maka tidak bisa terlepas dari peradaban. Berikut
ini beberapa dimensi dari peradaban, diantaranya, pertama, Adanya kehidupan kota
yang berada pada tingkat perkembangan lebih „tinggi“ dibandingkan dengan keadaan
perkembangan di daerah pedesaan. Kedua, Adanya pengendalian oleh masyarakat dari
dorongan-dorongan elementer manusia dibandingkan dengan keadaan tidak
terkendalinya atau pelampiasan dari dorongan-dorongan itu.

Selain menganggap corak kehidupan kota sebagai lebih maju dan lebih tinggi
dibandingkan dengan corak kehidupan di desa, dalam pengertian peradaban terkandung
pula suatu unsur keaktifan yang menghendaki agar „kemajuan“ itu wajib disebarkan ke

15
masyarakat dengan tingkat perkembangan yang lebih rendah, yang berada di daerah-
daerah pedesaan yang terbelakang.
Peradaban sebenarnya muncul setelah adanya masa kolonialisasi dimana ada
semangat untuk menyebarkan dan menanamkan peradaban bangsa kolonial dalam
masyarakat jajahannya, sehingga pada masa itu antara masyarakat yang „beradab“ dan
„kurang beradab“ dapat digeneralisasikan sebagai corak kehidupan barat versus corak
kehidupan bukan barat.Unsur lain yang terkandung dalam makna „peradaban adalah
kemajuan sistem kenegaraan yang jelas dapat dikaitkan dengan pengertian civitas.
Implikasinya adalah bahwa penyebaran sistem politik barat dapat merupakan sarana
yang memungkinkan penyebaran unsur-unsur peradaban lainnya. Corak kehidupan kota
atau kehidupan yang beradab pada hakikatnya berarti tata pergaulan sosial yang sopan
dan halus, yang seakan-akan mengikis dan melicinkan segi-segi kasar.

Dari penjelasan definisi peradaban diatas yang hampir merangkum semua unsur
adalah definisi yang diambil dari bahasa Belanda (beschaving) yang mengatakan bahwa
peradaban meliputi tata cara yang memungkinkan berlangsungnya pergaulan sosial
yang lancar dan sesuai dengan norma-norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat
barat.

Dalam mengkaji kebudayaan, unit analisis atau objek dari kajiannya dapat
dikategorikan kedalam lima jenis data, yaitu, (a) artifak yang digarap dan diolah dari
bahan-bahan dalam lingkungan fisik dan hayati, (b) perilaku kinetis yang digerakkan
oleh otot manusia, (c) perilaku verbal yang mewujudkan diri ke dalam dua bentuk yaitu
(d) tuturan yang terdiri atas bunyi bahasa yang dihasilkan oleh pita suara dan otot-otot
dalam rongga mulut dan (e) teks yang terdiri atas tanda-tanda visual sebagai
representasi bunyi bahasa atau perilaku pada umumnya. Baik artefak, teks, maupun
perilaku manusia memperlihatkan tata susunan atau pola keteraturan tertentu yang
dijadikan dasar untuk memperlakukan hal-hal itu sebagai data yang bermakna, karena
merupakan hasil kegiatan manusia sebagai makhluk yang terikat pada kelompok atau
kolektif, dan karena keterikatan itu mewujudkan kebermaknaan itu.

Teori kebudayaan adalah usaha untuk mengonseptualkan kebermaknaan itu,


untuk memahami pertalian antara data dengan manusia dan kelompok manusia yang
mewujudkan data itu. Teori kebudayaan adalah usaha konseptual untuk memahami
bagaimana manusia menggunakan kebudayaan untuk melangsungkan kehidupannya
dalam kelompok, mempertahankan kehidupannya melalui penggarapan lingkungan
alam dan memelihara keseimbangannya dengan dunia supranatural.

Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu, (a)
perspektif perkembangan sejarah yang melihat bahwa keragaman itu muncul karena
aspek-aspek tertentu dari kebudayaan dianggap belum cukup memperoleh elaborasi.
Dan (b) perspektif konseptual yang melihat bahwa keragaman muncul karena

16
pemecahan permasalahan konseptual terjadi menurut pandangan yang berbeda-beda.
Dalam memahami kebudayaan kita tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. de
Saussure merumuskan setidaknya ada tiga prinsip dasar yang penting dalam memahami
kebudayaan, yaitu:

1. Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier, penanda)
dan yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda adalah citra bunyi
sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini menunjukkan bahwa
setidaknya konsep bunyi terdiri atas tiga komponen (1) artikulasi kedua bibir,
(2) pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan (3) pita suara yang tidak
bergetar.

2. Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah tidak
adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai
nomenclature. Untuk memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu, pertama,
makna tanda ditentukan oleh pertalian antara satu tanda dengan semua tanda
lainnya yang digunakan dan cara kedua karena merupakan unsur dari batin
manusia, atau terekam sebagai kode dalam ingatan manusia, menentukan
bagaimana unsur unsur realitas obyektif diberikan signifikansi atau
kebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.

3. Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan


adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Untuk bahasa, menurut
Saussure ada langue dan parole (bahasa dan tuturan). Langue adalah
pengetahuan dan kemampuan bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati
bersama oleh semua warga masyarakat; parole adalah perwujudan langue
pada individu. Melalui individu direalisasi tuturan yang mengikuti kaidah-
kaidah yang berlaku secara kolektif, karena kalau tidak, komunikasi tidak akan
berlangsung secara lancar.

Gagasan kebudayaan, baik sebagai sistem kognitif maupun sebagai sistem


struktural, bertolak dari anggapan bahwa kebudayaan adalah sistem mental yang
mengandung semua hal yang harus diketahui individu agar dapat berperilaku dan
bertindak sedemikian rupa sehingga dapat diterima dan dianggap wajar oleh sesama
warga masyarakatnya.

Teori-teori tentang interaksi Sosial :


Kehidupan dan aktivitas manusia tidak terlepas dari interaksi sosial. Sebagai
makhluk sosial, setiap manusia akan melakukan interaksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Maka itu, interaksi sosial pun menjadi salah satu topik pembahasan di
sosiologi, bidang ilmu yang mempelajari masyarakat. Dalam sosiologi, interaksi sosial

17
didefinisikan sebagai suatu aktivitas pertukaran sosial antara dua atau lebih individu.
Interaksi sosial dapat dilihat dari berbagai jenis ukuran kelompok seperti, dua, tiga
individu, atau kumpulan yang lebih besar lagi, demikian dikutip dari LibreTexts,
platform non-profit yang menyediakan sumber-sumber teks untuk studi ilmiah.

Peran interaksi sosial di aktivitas masyarakat begitu besar. Munculnya sosialisasi


dalam aktivitas sosial dipicu oleh adanya interaksi sosial. Selain itu, dengan adanya
interaksi sosial, suatu tatanan masyarakat yang dapat membentuk kepribadian setiap
individu juga akan terbentuk. Jadi, struktur masyarakat dan kebudayaan terbangun
karena interaksi sosial. Dengan berinteraksi satu sama lain, orang merancang aturan,
institusi, dan sistem tempat mereka hidup. Lewat interaksi sosial pula, simbol
digunakan guna mengomunikasikan kesadaran satu masyarakat kepada mereka yang
baru mengenalnya, baik anak-anak maupun orang asing.
Teori Interaksi Sosial Menurut Ahli Sosiologi Pembahasan terkait dengan
interaksi sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi pada era abad ke-19 dan
awal 20. Di antaranya ialah George Herbert Mead dan Erving Goffman. Keduanya
menjelaskan interaksi sosial sebagai suatu bentuk aktivitas individu yang dapat menjadi
faktor pembentuk kepribadian dari setiap orang. Kedua sosiolog itu juga merumuskan
teori tentang interaksi sosial, yakni Interaksionisme Simbolik dan Dramaturgi. 

1. Teori Interaksionisme Simbolik Teori Interaksionisme Simbolik dikemukakan oleh


George Herbert Mead. Menurut pendapat Mead, interaksi sosial terjadi karena
penggunaan simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol tersebut menciptakan makna
yang dapat memicu adanya interaksi sosial antar individu. Contoh interaksionisme
simbolik dalam aktivitas sehari-hari yaitu ketika kita sedang melakukan aktivitas
berbelanja di mana terdapat pelayan yang menawarkan berbagai produk. Oleh karena itu
dalam hal ini kita akan menempatkan diri sebagai seorang konsumen. Interaksionisme
simbolik pada contoh ini memberikan makna atas suatu peran dan juga aktivitas pada
setiap individu. 

2. Teori Dramaturgi Teori Dramaturgi dikonsepsikan oleh Erving Goffman. Menurut


Goffman, interaksi sosial seperti suatu pertunjukan seni. Sebab, dalam interaksi sosial
ada dua jenis kehidupan, yaitu backstage (belakang panggung) dan juga frontstage
(depan panggung). Teori Goffman menggambarkan kehidupan manusia yang memiliki
perbedaan pola interaksi yang tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam kehidupan
sehari-hari, dramaturgi dalam interaksi sosial terlihat seperti dalam kehidupan seorang
Ayah. Saat bekerja, seorang ayah mungkin akan menjadi seorang bos yang akan
bersikap tegas kepada bawahannya di perusahaan. Sebaliknya, saat di rumah dan
menjadi figur ayah, sosok itu mungkin akan lebih ramah dan bersahabat kepada anak-
anaknya. 
Jenis-Jenis Interaksi Sosial Ada beragam jenis interaksi sosial yang dipelajari
dalam sosiologi. Secara umum, mengutip isi dari penjelasan di publikasi Kemdikbud,

18
jenis interaksi sosial bisa terbagi menjadi tiga, yakni hubungan orang per-orang, relasi
individu dan kelompok, serta hubungan antar-kelompok. Pembagian jadi 3 jenis ini
didasari atas subjek yang terlibat dalam interaksi. Sementara mengutip situs Lumen
Learning, terdapat setidaknya 5 jenis interaksi sosial. Detailnya adalah sebagai berikut. 

1. Komunikasi Non-Verbal Proses komunikasi ini dilakukan tanpa adanya aktivitas


verbal antar individu. Jenis interaksi sosial seperti ini banyak ditemukan dewasa
ini seperti dalam aktivitas media sosial. Selain itu, jenis komunikasi ini dapat
disampaikan pula melalui pakaian dan gaya kita. Sehingga dalam hal ini
berkaitan dengan teori interaksionisme simbolik. 

2. Pertukaran Sosial Jenis interaksi sosial ini melakukan aktivitas pertukaran yang
mengarah pada hubungan antar individu. Munculnya pertukaran didasarkan pada
kepentingan satu sama lain dengan membentuk suatu hubungan. 

3. Kerja sama Proses ini merupakan suatu kegiatan kerja atau melakukan sesuatu
secara bersamaan antara dua orang individu atau lebih. Kerja sama bisa terbagi
ke dalam tiga jenis, yaitu dipaksakan, sukarela, dan tidak disengaja. 

4. Konflik Dalam sosiologi, konflik dianggap sebagai hal yang normal yang ada
dalam suatu interaksi sosial. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya
kepentingan pribadi atau perebutan suatu kendali atas sumber daya yang langka. 

5. Kompetisi Kompetisi juga wajar dalam aktivitas interaksi sosial. Kompetisi


memicu terjadinya interaksi sosial satu sama lain dalam suatu kelompok, yakni
antar-individu, maupun antar kelompok.

19
4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA

Teori Hirarki Kebutuhan (Maslow Theory) Teori Hierarki kebutuhan ini


diajukan oleh Abraham Maslow, seorang tokoh psikologi aliran humanistik, pada tahun
1943 dalam karyanya, A Theory of Human Motivation. Maslow menyatakan bahwa
pada dasarnya terdapat berbagai macam kebutuhan dalam diri seseorang yang bisa
dilihat secara berjenjang (hierarchical). Berbagai kebutuhan tersebut oleh Maslow
dikelompokkan secara hierarki menjadi lima bentuk kebutuhan, yakni: (1) kebutuhan
fisiologis; (2) kebutuhan rasa aman; (3) kepemilikan sosial; (4) kebutuhan akan
penghargaan diri; dan (5) kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti Gambar 2.1 berikut.
Rivai (2009:840) dalam hal ini menerangkan bahwa bagan teori hierarki kebutuhan
Maslow di atas merupakan penanda rangkaian kebutuhan seseorang yang selalu
mengikuti alur hirarki tersebut. 
Semakin tinggi tingkat kebutuhan seseorang, atau semakin bergerak ke atas
tingkat kebutuhan seseorang, maka semakin sedikit kebutuhannya, karena kebutuhan
yang lain dianggap sudah terpenuhi, serta semakin sedikit juga orang yang memang
mencapai level atas tersebut. Kebutuhan fisik seperti terdapat pada gambar di atas,
berada pada dasar hierarki kebutuhan. Hal tersebut merupakan kebutuhan dasar yang
menopang hidup manusia. Seperti makanan, pakaian, perlindungan. Sampai kebutuhan
ini terpenuhi kebutuhan lain akan menunjukan angka yang kecil. 

Ketika suatu kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan lain akan muncul yang
berada di hirarki bawah. Jika kebutuhan fisik telah terpuaskan, safety atau keamanan
merupakan kebutuhan yang kemudian muncul, kebutuhan ini pada dasarnya adalah
kebutuhan untuk bebas dari ketakutan secara fisik maupun perampasan kebutuhan
psikologis dasar. Dengan kata lain ini adalah kebutuhan untuk penjagaan diri. Ketika
kebutuhan fisik dan keamanan telah hampir terpuaskan, kebutuhan sosial atau afiliasi
merupakan kebutuhan yang akan muncul, karena manusia merupakan makhluk sosial.

20
Individu mempunyai kebutuhan untuk menjadi dan menerima bermacam kelompok,
ketika kebutuhan sosial lebih dominan individu akan berusaha berhubungan dengan
orang lain. Setelah individu mulai puas akan kebutuhan tersebut, mereka biasanya ingin
lebih dari sebatas anggota dari kelompok mereka, mereka lalu merasa butuh akan
penghargaan seperti penghargaan diri atau pengakuan dari orang lain. Kepuasan dari
kebutuhan penghargaan diri ini dihasilkan oleh perasaan seperti kepercayaan diri,
wibawa, kekuatan ataupun kontrol. 
Hal ini dimulai ketika individu merasa berguna dan mempunyai pengaruh di
lingkungan. Setelah kebutuhan akan penghargaan diri dirasa terpenuhi, kebutuhan
aktualisasi akan muncul. Aktualisasi adalah kebutuhan untuk memaksimalkan potensi
dirinya. Jadi aktualisasi adalah hasrat yang muncul ketika satu keahlian telah dikuasai.
Individu memuaskan hal ini dengan cara yang berbeda sesuai dengan potensi dan
keahliannya. Alur dari aktualisasi ini dapat berubah dengan cepat dalam lingkaran hidup
sampai berakhir. Pemenuhan kebutuhan yang satu akan menimbulkan keperluan
kebutuhan yang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda,
adakalanya seseorang untuk mencapai kebutuhan aktualisasi diri harus melewati
pemenuhan kebutuhan mulai dari fisik, dan terus merangkak pada aktualisasi diri.
Perdagangan bebas memberikan dampak yang positif dan negatif. Bagi
perusahaan yang sudah memiliki tim manajemen yang kuat yang sudah dipersiapkan
sejak lama untuk menghadapi persaingan global, maka ini akan menjadi peluang emas
baginya untuk memperluas pasar. Namun bagi perusahaan yang tidak mempersiapkan
manajemennya untuk menghadapi tantangan perdagangan bebas, maka hal ini akan
menjadi bencana besar bagi perusahaan tersebut karena tanpa persiapan dan strategi
yang matang maka perusahaan tersebut akan dengan mudah tergilas oleh zaman.
Era globalisasi merupakan era persaingan sumber daya manusia (SDM). Makna
penting bagi Manager Human Resources Development (HRD) untuk dapat mengelola
SDM nya secara efektif, salah satunya dengan memberikan motivasi kepada karyawan
dengan memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan karyawan itu sendiri. Mengapa
demikian? karena tentunya seseorang bekerja tak lain hanya untuk memenuhi kebutuhan
mereka, dengan memenuhi apa yang dibutuhkan karyawan maka karyawan tersebut
akan memberikan feedback (umpan balik) positif bagi perusahaan yakni mereka akan
bekerja dengan semangat dan dengan hati yang senang sehingga kinerja/prestasi kerja
karyawan pun meningkat dan rasa nyaman bekerja pun akan menimbulkan loyalitas
karyawan. Manajer HRD dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan karyawannya
dengan berpatokan pada teori motivasi kebutuhan yang banyak dikemukakan oleh para
ahli.
Salah satu teori motivasi kebutuhan yang merangkum kebutuhan dasar hidup
manusia adalah teori motivasi kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.
Maslow mengklasifikasikan kebutuhan manusia kedalam lima hierarki yang mana
pemenuhannya bersifat berjenjang dalam artian ketika kebutuhan dasar itu terpenuhi
maka ia akan naik ke kebutuhan selanjutnya hingga mencapai kebutuhan pada tingkat
tertinggi. Teori kebutuhan Maslow ini telah menerima pengakuan luas diantara manajer

21
pelaksana karena teori ini logis secara intuitif. Selain itu teori Maslow telah banyak
digunakan secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara
pekerja dengan performansi kerja Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik
untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan dan faktor
kebutuhan apa yang paling dominan memotivasi prestasi kerja karyawannya dengan
menggunakan pendekatan teori hierarki kebutuhan Maslow. Pendekatan teori ini pun
bisa menciptakan budaya perusahaan 
Ia menemukan terdapat banyak perbedaan diantara berbagai kebudayaan dan
juga perbedaan dalam motivasi karyawan, gaya manajemen. Hofstede menyimpulkan
bahwa teori motivasi seperti hierarki kebutuhan dari Maslow sama sekali bukan
gambaran dari proses motivasi manusia universal. Sebaliknya, bahwa itu merupakan
gambaran dari sistem nilai, yakni sistem nilai masyarakat kelas menengah Amerika
Serikat yang mana Maslow masuk di dalamnya. Negara-negara yang mengembangkan
sistem nilai lain bisa jadi menganggap kebutuhan akan rasa aman melampaui kebutuhan
sosial atau penghargaan diri.
Contoh, di Swedia, yang cukup berhasil menerapkan gaya manajemen
partisipatif, kebutuhan sosial bernilai lebih dari kebutuhan akan penghargaan. Di
Jerman, Jepang, Swiss, Italia, dan Austria, kebutuhan akan rasa aman pada umumnya
dinilai lebih daripada kebutuhan akan penghargaan. Di Kanada, India, dan Inggris
seperti juga di Amerika Serikat, pada umumnya prinsip teori Maslow diterapkan relatif
baik (Sutrisno, Edy, 2010: 127-128). Bagaimanapun juga teori kebutuhan Maslow juga
telah menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara
intuitif. Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan
bukti empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengusahakan teori ini tidak
menemukan pendukung yang kuat. (id.m.wikepedia.org/wiki/ Motivasi, diakses tanggal
3 November 2014 pukul 20.19 WIB).
Terlepas dari itu semua, teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam
dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi
kerja (Robert, Thomas B., 1972). Mengapa karyawan bisa begitu loyal terhadap
perusahaan? Jika ditelaah hal ini dikarenakan prinsip atau budaya organisasi yang
dibangun oleh perusahaan terpatri dengan baik diantara pegawainya, yakni perusahaan
menanamkan rasa Nasionalisme yang tinggi dalam menjalankan roda bisnis perusahaan.
Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama,
sehingga segala kebijakan perusahaan mengenai karyawan selalu mempertimbangkan
kesejahteraan pegawainya dan hubungan yang terjalin antar karyawan adalah bagaikan
keluarga, perusahan juga mengupayakan agar tidak sampai terjadi PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) karyawan. Loyalitas karyawan yang dikarenakan perusahaan sangat
memperhatikan kesejahteraan karyawannya ini, terlihat dari program jaminan sosial
yang diberikan perusahaan untuk karyawan tetap. Selain itu loyalitas ini juga
disebabkan sistem pengupahan karyawan tetap diatur tersendiri oleh Serikat Pekerja dan
Direksi, sehingga gaji yang diterima karyawan dapat sesuai dengan keinginan
karyawan.

22
5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)

Kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari beberapa individu
yang hidup bersama dengan hubungan timbal balik yang intensif dan teratur. Kelompok
sosial dapat dibedakan menjadi beberapa kriteria. Dikutip dari Encyclopaedia
Britannica, sosiolog Jerman, Ferdinand Tonnies dalam Gemeinschaft und Gesellschaft
atau Community and Society (1887) membedakan tipe kelompok sosial menjadi dua
yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft. Konsep-konsep tersebut digunakan untuk
membedakan antara kehidupan perkotaan dan pedesaan atau kehidupan komunitas dan
kehidupan dalam masyarakat massa.
Gemeinschaft dalam bahasa Inggris disebut communal society atau masyarakat
komunal. Dalam bahasa Indonesia disebut paguyuban. Gemeinschaft adalah asosiasi
sosial di mana individu-individu cenderung ke arah komunitas sosial daripada keinginan
dan kebutuhan individu mereka. Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama,
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Dasar
hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan yang telah dikodratkan. Biasanya
paguyuban lahir dari dalam diri individu ditandai dengan rasa solidaritas dan identitas
yang sama. Keinginan untuk berhubungan didasarkan atas kesamaan dalam keinginan
dan tindakan. Kesamaan individu merupakan faktor penguat hubungan sosial, yang
kemudian diperkuat dengan hubungan emosional serta interaksi antar individu. Di
pedesaan, masyarakat tani yang melambangkan Gemeinschaft, hubungan pribadi
didefinisikan dan diukur berdasarkan aturan sosial tradisional. Orang-orang memiliki
hubungan tatap muka yang sederhana dan langsung satu sama lain yang ditentukan oleh
Wesenwille (kehendak alami), sebagai emosi alami dan spontan serta ekspresi sentimen.
Dalam Kamus Sosiologi (2010), Nicholas Abercrombie, menjelaskan
masyarakat yang ditandai dengan hubungan paguyuban bersifat homogen. Sebagian
besar terikat kekerabatan dan hubungan organik dan memiliki kohesi moral yang
didasarkan pada sentimen keagamaan yang umum. Dalam Encyclopaedia of the Social
Sciences Vol. 3 (1968), Horace Miner menggambarkan Gemeinschaft untuk merujuk
pada komunitas perasaan, semacam kesatuan ide dan emosi, berasal dari persamaan dan
pengalaman hidup bersama. Orang sering berinteraksi satu sama lain dan cenderung
membangun hubungan yang dalam dan jangka panjang. Kontrol sosial dalam
Gemeinschaft dipertahankan melalui cara-cara informal seperti persuasi moral, gosip
dan bahkan gerak tubuh (gesture). Dikutip dari Dasar-dasar Sosiologi (2009) karya
Syahrial Syarbaini Rusdiyanta, Gemeinschaft atau masyarakat paguyuban dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu Gemeinschaft by blood, Gemeinschaft by place, dan
Gemeinschaft of mind.

Berikut ini penjelasan lengkapnya: 


1. Gemeinschaft of blood adalah ikatan-ikatan kekerabatan. 

23
2. Gemeinschaft by place adalah ikatan berlandaskan kedekatan letak tempat
tinggal serta tempat kerja yang mendorong orang untuk berhubungan secara
intim satu sama lain dan mengacu pada kehidupan bersama di daerah pedesaan.
3. Gemeinschaft of mind adalah hubungan persahabatan yang disebabkan karena
persamaan keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang mendorong untuk
saling berhubungan secara teratur.

Gesellschaft dalam bahasa Inggris disebut associational society atau masyarakat


asosiasi dan dalam bahasa Indonesia disebut patembayan. Gesellschaft adalah
masyarakat sipil di mana kebutuhan individu mendapatkan prioritas penting daripada
asosiasi sosial. Kadangkala individu tidak saling mengenal, nilai, norma dan sikap
menjadi kurang berperan dengan baik. Patembayan merupakan bentuk kehidupan
bersama dimana anggotanya mempunyai hubungan yang sifatnya sementara dan
disatukan oleh pemikiran yang sama. Gesselschaft ditentukan oleh Kurwille (kehendak
rasional) dan dilambangkan oleh masyarakat kosmopolitan modern dengan birokrasi
pemerintah dan organisasi industri besar. Dalam Gesellschaft, kepentingan pribadi yang
rasional dan tindakan penghitungan melemahkan ikatan tradisional keluarga,
kekerabatan dan agama. Dengan kata lain, Gemeinschaft menembus struktur
Gesellschaft.
Dalam patembayan, hubungan manusia lebih bersifat impersonal dan tidak
langsung, dibangun secara rasional untuk kepentingan efisiensi atau pertimbangan
ekonomi dan politik lainnya. Gesellschaft adalah karakteristik tipe ideal kehidupan
perkotaan modern. Seringkali dikonseptualisasikan sebagai masyarakat korporat atau
massa masyarakat yang didasarkan pada hubungan atau peran dan terdiri dari kelompok
asosiasi. Gesellschaft ditandai oleh individualisme, mobilitas, impersonalitas,
pengejaran kepentingan diri sendiri dan penekanan pada kemajuan daripada tradisi.
Nilai-nilai bersama dan keterlibatan pribadi secara total menjadi prioritas sekunder.
Singkatnya, Gesellschaft adalah logika pasar, di mana hubungan bersifat kontraktual,
impersonal dan sementara (temporer). Ada sedikit kesamaan dan hubungan sosial sering
tumbuh dari tugas-tugas segera seperti membeli produk. Kebanyakan, hasil
industrialisasi, urbanisasi, revolusi teknologi, pembagian tenaga kerja dan pertumbuhan
populasi, Gesellschaft telah menggantikan masyarakat tradisi dengan masyarakat
kontrak. Dalam masyarakat, keterikatan pribadi maupun hak dan kewajiban tradisional
tidak penting. Hubungan antara laki-laki ditentukan oleh tawar menawar dan
didefinisikan dalam perjanjian tertulis.

Ferdinand Tonnies membedakan kelompok sosial gemeinschaft dan gesellschaft.


Bentuk semacam ini diterjemahkan Djojodigoeno menjadi paguyuban dan patembayan.

PAGUYUBAN (GEMEINSCHAFT)
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh
hubungan batin yang murni serta bersifat nyata dan organis. Kelompok paguyuban

24
sering dikaitkan dengan masyarakat desa atau komunal dengan ciri-ciri adanya ikatan
kebersamaan (kolektif) yang sangat kuat.

Ciri-ciri masyarakat gemeinschaft menurut F. Tonnies adalah sebagai berikut:


a. Intimate, artinya hubungan menyeluruh yang mesra sekali.
b. Private, artinya hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja.
c. Exclusive, artinya hubungan tersebut hanyalah untuk kita dan tidak untuk orang-
orang di luar kita.

Menurut F. Tonnies, di masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga tipe paguyuban,
yaitu:
a. Gemeinschaft by blood, merupakan gemeinschaft yang berupa ikatan yang didasarkan
pada ikatan darah atau keturunan.
b. Gemeinschaft of place, merupakan gemeinschaft yang terdiri atas orang-orang yang
berdekatan tempat tinggalnya sehingga dapat saling menolong, misalnya RT dan RW.
c. Gemeinschaft of mind, merupakan gemeinschaft yang terdiri atas orang-orang yang
walaupun tidak memiliki hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan,
tetapi mereka memiliki jiwa dan pikiran yang sama karena ideologi yang dianut sama.
Misalnya: kelompok pengajian, partai politik, dan pergerakan mahasiswa.

Dalam suatu masyarakat, tipe paguyuban bergantung dari bentuk masyarakat itu sendiri.
Misalnya, di Jakarta, terutama di daerah elite, paguyuban karena tempat tinggal, seperti
RT dan RW, tidak begitu banyak kegunaannya, tetapi Lebih besar manfaatnya
paguyuban karena ikatan darah. Orang mempunyai kecenderungan untuk tolong-
menolong dengan keluarganya.

PATEMBAYAN (GESELLSCHAFT)
Gesellschaft adalah ikatan Untuk jangka waktu yang pendek, bersifat formal dan
mekanis. Keanggotaan kelompok patembayan didasari oleh perhitungan yang bersifat
rasional. Misalnya, untung rugi, peningkatan karier, prestasi, dan status sosial. Ikatan
dalam kelompok relatif Longgar, tetapi serba kompetitif atau bersaing dan sewaktu-
waktu bisa berhenti sebagai anggota kelompok.

Sebagai contoh bentuk patembayan adalah interaksi melalui internet. Hal ini disebabkan
patembayan bersifat sebagai suatu bentuk yang ada dalam pikiran belaka. Selain itu,
bentuk pengelompokan gesellschaft lebih dihubungkan pada masyarakat industrial yang
sering diidentikkan dengan masyarakat kota.

Menurut Tonnies, penyesuaian kedua bentuk kehidupan bersama yang pokok tersebut di
atas dengan dua bentuk kemauan asasi manusia dinamakan wesenwille dan kurwille.

25
Wesenwille adalah bentuk kemauan yang dikodratkan dan timbul dari keseluruhan
kehidupan alami. Adapun kurwille adalah bentuk kemauan yang dipengaruhi oleh cara
berpikir yang didasarkan pada akal. Wesenwille selalu menimbulkan paguyuban,
sedangkan kurwille selalu menimbulkan patembayan. Orang menjadi anggota suatu
patembayan karena dia mempunyai kepentingan-kepentingan rasional. Dengan
demikian, maka kepentingan-kepentingan individu berada di atas kepentingan hidup
bersama.

26
Daftar Pustaka

Arif. (2008, November 10). Teori Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Budaya.
Retrieved from https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/11/11/teori-kebudayaan-
dan-ilmu-pengetahuan-budaya/amp/

Azzulfa, M. I., & Idhom, A. M. (2021, February 12). Jenis-jenis Interaksi Sosial
& Teorinya Menurut para Ahli Sosiologi. Retrieved from https://tirto.id/jenis-
jenis-interaksi-sosial-teorinya-menurut-para-ahli-sosiologi-f8SZ

Iskandar, I. (2016). Implementasi Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow


terhadap Peningkatan Kinerja Pustakawan. Khizanah Al-Hikmah : Jurnal Ilmu
Perpustakaan, Informasi, Dan Kearsipan, 4(1), 23-34. doi:10.24252/kah.v4i1a2

Nailufar, N. N. (2019, December 23). Pengertian dan Perbedaan Gemeinschaft


dan Gesellschaft Halaman all. Retrieved from
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/23/200000469/pengertian-dan-
perbedaan-gemeinschaft-dan-gesellschaft?page=all

Nazarul. (2015, April 03). Tujuan Ilmu Budaya Dasar. Retrieved from
https://nazarul14.wordpress.com/2015/04/03/tujuan-ilmu-budaya-dasar/

Sari, E., & Dwiarti, R. (2018). Pendekatan Hierarki Abraham Maslow pada
prestasi kerja karyawan PT. Madubaru (PG Madukismo) Yogyakarta. Jurnal
Perilaku Dan Strategi Bisnis, 6(1), 58. doi:10.26486/jpsb.v6i1.

Umanailo, M. C. (2017). Ilmu Sosial Budaya Dasar. doi:10.31219/osf.io/tha2u

Rochyadi, A., Haryono, T., & Untoro, W. (2015). Impact of company’s


performance and green strategy on organizational culture: Phenomenon of
Indonesia. International Journal of Research In Commerce & Management, 6(11),
1–7.

27

Anda mungkin juga menyukai