Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Ilmu Sosial
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
NIM : C1M020060
Prodi/Kelas : AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI
Daftar isi
DAFTAR PUSTAKA
1
A. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA
DASAR
1. Pengertian ISBD
Secara umum, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) adalah ilmu pengetahuan
yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum yang
berkaitan dengan konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji berbagai contoh
permasalahan maupun kebudayaan. ISBD sebagai kajian masalah sosial, kemanusiaan,
dan budaya sekaligus memberi dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar ilmu
sesuai yang terintegrasi.
Ilmu sosial dan budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Pengetahuan
budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai makhluk berbudaya (homo
humanus). Sedangkan ilmu sosial dan budaya dasar ini mengkaji mengenai pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaannya.
2. Konsep ISBD
2
disengaja maupun tidak. Tanggung jawab juga diartikan sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab dapat dibedakan menurut keadaan
manusia atau hubungan yang dibuatnya, yaitu bebagai berikut:
1) Tanggung jawab terhadap diri sendiri, kesaadaran setiap orang untuk
memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian
sebagai manusia pribadi.
2) Tanggung jawab terhadap keluarga, tiap anggota wajib memiliki tanggung
jawab kepada keluarganya karena tanggung jawab ini menyangkut nama
baik keluarga. Akan tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan,
keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
3) Tanggung jawab terhadap maasyarakat, manusia tidak bisa hidup tanpa
bantuan manusia lain sesuai dengan kedudukannya sebagai makhlik sosial.
Oleh sebab itu manusia sebagai anggota masyarakat tentu memiliki tanggung
jawab kepada anggota masyarakat lain agar dapat melangsungkan hidupnya
dalam masyarakat tersebut.
4) Tanggung jawab terhadap bangsa/negara, manusia tidak dapat berbuat
semaunya sendiri karena dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku
manusia terkait dengan norma-norma yang dibuat oleh negara. Jika manusia
berbuat salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.
5) Tanggung jawab terhadap Tuhan, Tuhan menciptakan manusia di bumu ini
bukanlah tanpa alasan, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia
memiliki tanggung jawab langsung terhadap Tuhan.
2. Manusia dan pengabdian
Pengabdian merupakan perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, maupun
tenaga sebagai wujud kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan dan
dilakukan dengan keikhlasan. Pengabdian dapat juga diartikan sebagai pilihan
hidup seseorang apakah ingin kepada orang tua, kepada agama dan Tuhan, ataupun
kepada bangsa dan negara dimana pengabdian dibutuhkan pengorbanan dan
kewajiban untuk melakukannya yang biasanya akan dihargai dan tergantung dari
apa yang diabadikannya.
Menurut WJS. Poerwodarminto pengabdian adalah hal-hal yang berhubungan
dengan mengabdi. Mengabdi adalah suatu penyerahan diri kepada “suatu: yang
3
dianggap lebih yang dilakukan dengan ikhlas, dan bahkan diikuti pengorbanan.
Pengabdian diartikan sebagai perilaku berbakti atau memperhamba diri kepada
tugas yang (dianggap) mulia. Berikut macam-macam pengabdian:
1) Pengabdian terhadap Tuhan YME, yaitu penyerahan diri secara penuh
terhadap Tuhan dan merupakan perwujudan tanggung jawab yang ikuti oleh
pengorbanan.
2) Pengabdian kepada Masyarakat, manusia hidup dan dibesarkan dalam
masyarakat, oleh sebab itu pengabdian dan pengobanan sebagai perwujudan
tanggung jawab terhadap masyarakat.
3) Pengabdian kepada Raja, yaitu, suatu penyerahan diri kepada raja yang
melindunginya.
4) Pengabdian kepada Negara, yaitu pengabdian yang timbul karena seseorang
merasa ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian negara dan demi
persatuan dan kesatuan bangsa.
5) Pengabdian kepada Harta, yaitu seseorang yang menganggap harta yang
menghidupinya hingga ia rela berkorban demi mempertahankan hartanya.
3. Manusia dan pandangan hidup
Setiap manusia memiliki pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat
atau pertimbangan yang dijadikan sebagai pedoman, pegangan, arahan. Adapun
beberapa pengartian pandangan hidup berdasarkan sumbernya, yaitu:
1) Bersumber dari agama : kebenaran mutlak, berdasar wahyu
2) Bersumber dari abstraksi nilai (ideologi) : kebenaran hanya berlaku untuk
kelompok tertentu; ideologi mengandung dua halyaitu unsur filsafat dan
pembenaran intelektual norma-norma.
3) Bersumber dari pemikiran orang : kebenaran sangat relatif
4
dengan kemampuan akal, jasmasi, dan kepercayaan kepada Tuhan, memiliki tiga
aliran yaitu aliran naturalisme= hidup dihubungkan dengan kekuatan tertinnggi
(alam), aliran intelektualisme= dasar adalah logika akal, dan aliran gabungan.
5
2) Kecemasan neoritis, yaitu kecemasan yang dikarenakan penyesuaian diri
dengan lingkungan, kecemasan yang timbul karena takut akan bayangannya
sendiri sehingga dapat menekan dan menguasai ego.
3) Kecemasan moril, yaitu kecemasan yang paling gampang dimiliki oleh
manusia seperti iri, benci, dendam dan sebagainya.
Keterasingan yaitu dimana seseorang yang merasa tersisihkan dan dijauhi oleh
orang-orang disekitarnya, hal ini juga membuat seseorang merasa takut dan cemas.
Kesepian dan ketarasingan memiliki arti yang hampir sama namun berbeda.
Kesepian terasa hidupnya sunyi dan lengang, tidak memiliki teman. Yang
membedakannya yaitu kesepian terjadi karena ada kemungkinan seseorang yang
lebih memilih atau lebih suka hidup sendiri dan tidak mau diganggu oleh orang
sekitar. Ketidakpastian yaitu dimana manusia tidak tahu jalan mana yang akan ia
lalui. Ia akan berjalan tanpa arah dan selalu ragu akan apa yang ia pilih, hal itu lah
yang membuat pikirannya menjadi kacau dan tidak berkonsentrasi. Ketidakpastian
dapat disebabkan oleh obsesi, phobia, kompulasi, histeria, delusi, halusinasi, dan
keadaan emosi.
Apabila terdapat satu kesatuan terhadap unsur-unsur tersebut maka akan tercipta
keserasian, kseimbangan dan kadamaian. Adapun macam-macam cinta antara lain :
Agaphe (Yunani) yaitu antara manusia dengan Tuhan; Philia yaitu antara orang tua
dengan anak; Eros (bisa dinalar)/Amor (tidak bisa dinalar) yaitu antar lawan jenis;
Agaphe+Philia yaitu antar sesama manusia, antar manusia dan lingkungan.
6
7. Manusia dan penderitaan
Setiap manusia pasti mengalami yang namanya penderitaan. Mulai dari
penderitaan yang ringan hingga penderitaan yang berat yang bahkan bisa membuat
seseorang frustasi dan putus asa dalam menjalani hidupnya.
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta
dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau
merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa
penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin.
Sebab-sebab timbulnya penderitaan :
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan manusia
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan, atau azab dari Tuhan
8. Manusia dan harapan
Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau
sesuatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna
sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan
karunia dari Allah SWT yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Setiap orang
mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau keinginannya, baik
dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma
agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya : faktor
lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat,
kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat
berakibat buruk pada diri sendiri.
Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis
harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah
memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang
akan terjadi akan muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-
tanda rasional tidak akan terjadi.
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya
dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal
sebagai berikut :
7
1. Harapan apa yang baik
2. Bagaimana cara mencapai harapan itu
3. Bagaiman bila harapan tidak tercapai
3. Tujuan ISBD
8
B. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA
FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA
Perubahan soasial merupakan suatu hal yag tidak bisa dihindarkan dari kehidupan
bermasyarakat. Ini disebabkan karena manusia merupakan makhluk sosial, berbudi, dan
selalu merasa tidak puas. Perubahan sosial adalah hal yang bisa dilihat dan rasakan di
kehidupan sehari-hari kita. Perubahan sosial budaya tidak hanya melihat pada satu
orang saja, melainkan lebih menyangkut seluruh masyarakat. Berikit beberapa
pengertian perubahan sosial budaya menurut para ahli:
1) Max Weber, perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam
masyarakat sebagai akubat dari adanya ketidaksesuaian unsur-unsur
didalamnya.
2) Selo Soemarjan, perubahan sosial merupakan perubahan di lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat tersebut.
3) William Kornblum, perubahan sosial budaya merupakan perubahan suatu
budaya secara bertahap dalam jangka waktu yang lama.
4) J.L Gillin dan J.P Gillin, perubahan sosial merupakan variasi dari cara-cara atau
mode hidup yang telah diterima, bisa karena perubahan kondisi geografis,
komposisi penduduk atau ideologi, dalam kebudayaan materil, maupun
disebabkan oleh difusi atau penemuan-penemuan baru dalam kelompok.
5) Kingsley Davis, perubahan budaya adalah perubahan yang mencakup segenap
cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena adanya interaksi yang
bersifat komunikatif.
Secara umum terdapat empat proses yang menyebabkan perubahan itu terjadi
yaitu akulturasu, asimilasi, difusi, dan akomodasi. Adapun ciri-ciri dari perubahan
sosial sebagai berikut:
a) Berkelanjutan, artinya masyarakat di manapun akan mengalami perubahan,
bisa secara cepat maupun lambat.
9
b) Imitatif, misalnya terjadi perubahan pada suatu kelompok masyarakat, hal
tersebut bisa saja diikuti ileh kelompok lain. Hal ini karena masing-masing
kelompok akan mempengaruhi, mereka tidak dapat mengisolir diri dari
perubahan-perubahan yang ada.
c) Disorganisasi sementara, merupakan sebuah keadaan yang kacau yang mana
diakibatkan dari adaptasi bagian-bagian masyarakat terhadap perubahan
sosial yang terjadi.
d) Hubungan kausalitas (timbal balik), perubahan sosial tidak terbatas pada
bidang material atau immaterial saja, atau bisa terjadi pada keduanya karena
kedua bidang tersebut memiliki satu hubingan kausalitas (timbal balik).
2. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
1) Perubahan Evolusi dan revolusi
Perubahan evolusi merupakan perubahan-perubahan sosial yang terjadi
dalam proses yang lambat dan dalam waktu yang cukup lama tanpa ada
kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Biasanya perubahan ini
terjadi karena adanya dorongan dari masyarakat untuk menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan hidup terhadap perkembangan masyarakat pada waktu
tertentu. Sedangkan perubahan revolusi adalah perubahan yang berlangsung
cepat dan tidak ada kehendak atau direncanakan sebelumnya, biasanya terjadi
karena sudah direncanakan sebelumnya atau tidak sama sekali.
2) Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki disebut juga dengan perubahan yang
direncanakan, perubahan ini terjadi karena adanya perkiraan atau perencanaan
oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan tersebut. Sedangkan perubahan
yang tidak dikehendaki disebut juga dengan perubahan yang tidak direncanakan,
perubahan ini berlangsung di luar kehendak dan pengawasan masyarakat, dan
biasanya dapat menimbulkan pertentangan yang merugikan kehidupan
masyarakat yang bersangkutan.
3) Perubahan Kecil dan Besar
Perubahan kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.
10
Sedangkan perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur struktur
sosial yang memberi pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.
3. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
1) Perubahan dari dalam Masyarakat
- Perubahan Penduduk yaitu perubahan yang dikarenakan bertambah dan
berkurangnya jumlah penduduk. Pertanbahan penduduk akan menyebabkan
perubahan pada tempat tinggal.
- Pemberontakan atau revolusi akan menyebabkan perubahan sosial budaya,
contohnya pemberontakan G30S/PKI tahun 1965 yang membawa perubahan
terutama dalam sistem politik Indonesia sehingga dilarangnya ajaran komunis
di Indonesia.
- Peranan nilai yang diubah, misalnya sosialisasi program keluarga berencana
mampu untuk menghambat pertambahan penduduk.
- Peranan tokoh kharismatik dapat membawa pengaruh dalam perubahan
kehidupan masyarakat.
- Penemuan baru, dengan adanya penemuan baru dalam kehidupan masyarakat
baik berupa ilmu pengetahuan maupun teknologi dapat mempengaruhi dan
membawa perubahan dalam masyarakat.
2) Perubahan dari luar Masyarakat
- Pengaruh lingkungan alam: ini juga berpengaruh terhadap perubahan sosial
budaya, contohnya tanah yang subur dapat berguna bagi lahan pertanian
sehingga masyarakat di daerah tersebut memiliki usaha sebagai petani.
- Kebudayaan masyarakat lain: contohnya kontak kebudayaan bangsa Indonesia
dengan bangsa Barat (Eropa) dapat memberi pengaruh positif seperti transfer
ilmu pengatahuan dan teknologi, dapat juga memberi dampak negatif
contohnya pola hidup yang kebarat-baratan (western).
- Peperangan: peperangan dapat membawa pengaruh negatif terhadap sebuah
aspek kehidupan masyarakat.
3) Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
- Timbunan kebudayaan dan penemuan baru
- Perubahan jumlah penduduk
- Pertentangan atau konflik
11
- Terjadinya pemberontakan atau revolusi
- Sistem terbuka lapisan masyarakat
- Sifat menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
- Sistem pendidikan formal yang maju
- Orientasi ke masa depan
- Akulturasi
- Asimilasi
4) Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
- Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat
- Sikap masyarakat yang tradisional
- Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
- Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat
- Rasa takut dengan adanya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
- Hubungan yang bersifat ideoligis
- Adat atau kebiasaan
- Prasangka terhadap hal-hal yang baru dan menilai bahwa itu buruk, susah, dan
tidak mungkin diperbaiki
4. Dampak Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor perubahan sosial budaya secara langsung maupun tudak langsung
dapat membawa dampak positif dan negatif.
1) Dampak positif: perubahan dapat terjadi apabila masyarakat dengan
kebudayaan dapat menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Keadaan
masyarakkat yang mampu dalam menyesuaikan diri disebut adjusment,
sedangkan bentuk penyesuaian masyarakat dengan gerak perubahan disebut
integrasi.
2) Dampak negatif: ini dapat terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya
tidak mampu menyesuaikan siri dengan gerakan perubahan. Ketidak mampuan
dalam menyesuaikan diri dengan terubahan maladjusment yang dapat
menimbulkan disintegrasi.
5. Faktor Pendukung Proses Perubahan
1) Kontak dengan budaya lain: hal ini menyengkut preses diffusion (difusi) yang
merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke
12
individu lain. Proses tersebur membuat manusia mampu untuk menghimpun
penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Proses difusi dapat
menyebabkan lancarnya perubahan, karena mampu memperkaya dan
menambah unsur kebudayaan yang seringkali memerlukan perubahan dalam
setiap lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lama dengan yang baru.
2) Sistem pendidikan formal yang maju: pendidikan dapat mengajarkan kepada
individu untuk dapat berfikir secara objektikarena hal ini dapat membantu
setiap manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat
memenuhi kebutuhan zaman atau tidak.
3) Sikap yang menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untul maju: hal ini
dapat menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru.
4) Sikap toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang penyimpang (deviation).
5) Sistem yang terbuka pada lapisan masyarakat: dapat menimbulkan terdapatnya
gerak sosial vertical yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para
individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri.
6) Adanya penduduk yang heterogen: terdapatnya penduduk yang memiliki latar
belakang kelompok-kelompok sosial yang berbeda-beda akan mudah menyulut
terjadinya konflik yang dapat menjadi pendorong perubahan sosial dalam
masyarakat.
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu: hal
tersebut dapat mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.
8) Adanya orientasi ke masa depan: pemikiran-pemikiran yang mengutamakan
masa yang akan datang akan berdampak mulai terjadinya perubahan-perubahan
dalam sistem sosial yang ada.
13
C. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG
INTERAKSI SOSIAL
1. Teori-Teori Kebudayaan
Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah tidak
adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai nomenclature. Untuk
memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu, pertama, makna tanda ditentukan oleh
pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lainnya yang digunakan dan cara kedua
karena merupakan unsur dari batin manusia, atau terekam sebagai kode dalam ingatan
manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif diberikan signifikasi
ataukebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.
14
Suatu perkembangan penting dalam teori kultural berasal dari aliran yang
meninjau kebudayaan dari sudut pandang evolusionari. Penerapan satu model
evolusionari seleksi-alam atas dasar biologis terhadap bangunan kultural telah
mempuat para ahli-ahli antropologi bertanya-tanyadengan kearifan yang semakin
tinggi tentang cara bagaimana komuniti manusia mengembangkan pola-pola
kultural tertentu. Sejumlah besar penerbitan, populer dan teknis, telah membahas
tentang pentingnya dan tentang saling berkaitan antara komponen biologis dan
komponen kultural dalam tingkah laku manusia. Dari kesemuanya dapat ditarik
kesimpulan : pertama, setiap pemikiran bahwa apabila kita menguliti lapisan
konvensi kultural maka pada akhirnya kita akan menemuka Primal man dan
keadaan manusia yang bugil di dasarnya, merupakan pemikiran yang steril dan
berbahaya. Kedua, baik determinisme ekologis maupun determinisme kultural yang
ekstrem sekarang dapat didukung oleh kepercayaan dan ideologi, tetapi tidak oleh
ilmu pengetahuan yang arif bijaksana. Dari sudut pandang kultural, perkembangan
penting telah muncul dari pendekatan evolusionari/ekologis terhadap budaya
sebagai sistem adaptif.
2) Teori-teori idealisional mengenai budaya
Berlaawanan dengan ahli teori adaptasi tentang budaya, yang beranekaragan
adalah sejumlah ahli teori yang melihat budaya sebagai sistem ideasional. Ada tiga
cara yang khas dalam mendekat budaya sebagai sistem gagasan (ide), yaitu:
1. Budaya sebagai sistem kognitif
2. Budaya sebagai sistem struktural
3. Budaya sebagai sistem simbolik
3) Budaya dan sistem sosiokultural
Sistem sosiokultural mewakili realisasi sosial atau aturan-aturan tentang “pola-
untuk-hidup” yang ideasional dalam lingkungan tertentu. Satu cara teknologi mata
pencarian hidup adalah juga merupakan bagian dari satu “sistem sosiokultural”,
tetapi tidak secara tegas dikatakan sebagai bagian dari satu “sistem kultural”. Apa
yang dibicarakan oleh para ahli adaptasi kultural adalah dalam datu pengertian
“sistem-sosiokultural-dalam-lingkungan”. Sistem inilah yang adaptif dan
maladaptif, dan tergantung dalam beberapa hal pada seleksi alam. Pola-pola
ideasional untuk hidup, pola-pola makna, dan sistem pengetahuan dan kepercayaan
15
yang dimiliki bersama oleh subsistem sangat penting dari :cara-hidup-dalam-
lingkungan”.
4) Budaya sebagai sistem ideasional: paradoks dan masalah
Ahli-ahli teori antropologi modern ini memiliki bersama satu premis penting
yang membedakan mereka dari pendahulu mereka. Seperti yang dikatakan oleh
Singer (76), dua tradisi yag sejajar, yaitu antropologi kulturalAmerika dan
antropologi sosial Inggris, masing-masing mengeluarkan sejenis imprealisme
intelektual. Bagi antropologi kultural Amerika, pola-pola sosial adalah salah satu
aspek dari budaya. Sedangkan bagi antropologo sosial Inggris, khususnya
Radcliffe-Brown, pola-pola kultural dipandang terkristaal dalam struktur sosial,
dalam bentuk “cara bertinngkag laku dan berpikir yang melembaga dan baku, yang
bentuk normalnya diakui secara sosial dalam aturan yang nyata dan tidak nyata,
menjadi pedoman bagi anggota-anggita suatu masyarakat”.
2. Teori Teori Interaksi Sosial
interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain,
individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat
hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Aspek-Aspek Interaksi Sosial
Louis (Toneka, 2000) mengemukakan interaksi sosial dapat berlangsung apabila
memiliki beberapa aspek berikut : a) adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa
lampau, kini dan akan datang, yang menentukan sifat dan aksi yang sedang
berlangsung; b) adanya jumlah perilaku lebih dari seseorang; c) adanya tujuan tertentu,
tujuan ini harus sama dengan yang dipikirkan oleh pengamat.
Soekanto (2002) mengemukakan aspek interaksi sosial yaitu :
a. Aspek kontak sosial, merupakan peristiwa terjadinya hubungan sosial antara individu
satu dengan lain. Kontak yang terjadi tidak hanya fisik tapi juga secara simbolik seperti
senyum, jabat tangan. Kontak sosial dapat positif atau negatif. Yang negatif mengarah
pada suatu pertentangan sedangkan kontak sosial positif mengarah pada kerja sama.
b. Aspek komunikasi. Komunikasi adalah menyampaikan informasi, ide, konsepsi,
pengetahuan dan perbuatan kepada sesamanya secara timbal balik sebagai penyampai
atau komunikator maupun penerima atau komunikan. Tujuan utama komunikasi adalah
16
menciptakan pengertian bersama dengan maksud untuk mempengaruhi pikiran atau
tingkah laku seseorang menuju ke arah positif. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa aspek-aspek interaksi sosial yang digunakan sebagai skala interaksi
sosial yaitu kontak sosial dan komunikasi, dengan alasan kedua aspek sudah mencakup
unsur-unsur dalam interaksi sosial serta dianggap dapat mewakili teori-teori yang lain.
Pembahasan terkait dengan interaksi sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli
sosiologi pada era abad ke-19 dan awal 20. Di antaranya ialah George Herbert Mead
dan Erving Goffman. Keduanya menjelaskan interaksi sosial sebagai suatu bentuk
aktivitas individu yang dapat menjadi faktor pembentuk kepribadian dari setiap orang.
Kedua sosiolog itu juga merumuskan teori tentang interaksi sosial, yakni
Interaksionisme Simbolik dan Dramaturgi.
1. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori Interaksionisme Simbolik dikemukakan oleh George Herbert Mead.
Menurut pendapat Mead, interaksi sosial terjadi karena penggunaan simbol-simbol
yang memiliki makna. Simbol tersebut menciptakan makna yang dapat memicu
adanya interaksi sosial antar individu. Contoh interaksionisme simbolik dalam
aktivitas sehari-hari yaitu ketika kita sedang melakukan aktivitas berbelanja di mana
terdapat pelayan yang menawarkan berbagai produk. Oleh karena itu dalam hal ini
kita akan menempatkan diri sebagai seorang konsumen. Interaksionisme simbolik
pada contoh ini memberikan makna atas suatu peran dan juga aktivitas pada setiap
individu.
2. Teori Dramaturgi
Teori Dramaturgi dikonsepsikan oleh Erving Goffman. Menurut Goffman,
interaksi sosial seperti suatu pertunjukan seni. Sebab, dalam interaksi sosial ada dua
jenis kehidupan, yaitu backstage (belakang panggung) dan juga frontstage (depan
panggung). Teori Goffman menggambarkan kehidupan manusia yang memiliki
perbedaan pola interaksi yang tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam kehidupan
sehari-hari, dramaturgi dalam interaksi sosial terlihat seperti dalam kehidupan
seorang Ayah. Saat bekerja, seorang ayah mungkin akan menjadi seorang bos yang
akan bersikap tegas kepada bawahannya di perusahaan. Sebaliknya, saat di rumah
dan menjadi figur ayah, sosok itu mungkin akan lebih ramah dan bersahabat kepada
anak-anaknya.
17
Jenis-Jenis Interaksi Sosial Ada beragam jenis interaksi sosial yang dipelajari
dalam sosiologi. Secara umum, jenis interaksi sosial bisa terbagi menjadi tiga, yakni
hubungan orang per-orang, relasi individu dan kelompok, serta hubungan antar-
kelompok. Pembagian jadi 3 jenis ini didasari atas subyek yang terlibat dalam interaksi.
Sementara mengutip situs Lumen Learning, terdapat setidaknya 5 jenis interaksi sosial,
yaitu sebagai berikut.
18
D. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA
19
penekanan Maslow pada pertumbuhan dan perubahan manusia bertitik tolak dari
konsep penjadian. Konsep ini berasal dari salah satu aliran filsafat modern
eksistensialisme.
20
Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan
mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka
pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang. Kebutuhan
keamanan sudah muncul sejak bayi, dalam bentuk menangis dan berteriak ketakutan
karena perlakuan yang kasar atau karena perlakuan yang dirasa sebagai sumber bahaya.
Anak akan merasa lebih aman berada dalam suasana keluarga yang teratur, terencana,
terorganisir dan disiplin, karena suasana keluarga semacam itu mengurangi
kemungkinan adanya perubahan dadakan, kekacauan yang tidak terbayangkan
sebelumnya.
Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang, baik anak, remaja maupun dewasa.
Pada anak, kebutuhan akan rasa aman ini tampak sangat jelas sebab mereka suka
mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya. Pada orang
dewasa, kebutuhan ini memotivasinya untuk mencari kerja, menjadi peserta asuransi,
atau menabung uang. Orang dewasa yang sehat mentalnya, ditandai dengan perasaan
aman, bebas dari rasa takut dan cemas. Sementara yang tidak sehat ditandai dengan
perasaan seolah-olah selalu dalam keadaan terancam bencana besar
3. Kebutuhan Kasih Sayang (social needs)
Sesudah kebutuhan fisiologis dan keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau
menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang
sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan dan kehilangan
sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.
Maslow menolak pandangan Freud bahwa cinta adalah sublimasi dari insting seks.
Menurutnya, cinta tidak sinonim dengan seks, cinta adalah hubungan sehat antara
sepasang manusia yang melibatkan perasaaan saling menghargai, menghormati dan
mempercayai. Bagi Maslow, cinta dan seks adalah dua hal yang sama sekali berbeda.
Selanjutnya Maslow menekankan bahwa yang dibutuhkan oleh setiap orang adalah cinta
yang matang, yakni cinta yang dibangun oleh dua orang atau lebih yang didalamnya
terdapat sikap saling percaya dan saling menghargai. Kebutuhan ini dapat diekspresikan
dalam berbagai cara, seperti: persahabatan, percintaan, atau pergaulan yang lebih luas.
Melalui kebutuhan ini, seseorang mencari pengakuan, dan curahan kasih sayang dari
orang lain, baik orang tua, saudara, guru, pimpinan, teman, atau orang dewasa lainnya.
21
Kebutuhan akan kasih sayang atau mencintai dan dicintai dapat dipuaskan melalui
hubungan yang akrab dengan orang lain.
4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem needs)
Kebutuhan penghargaan atau disebut juga kebutuhan harga diri merupakan hak
untuk memperoleh dan kewajiban untuk meraih atau mempertahankan pengakuan dari
orang lain. Kebutuhan penghargaan merupakan kebutuhan yang menempati posisi
keempat dari hierarki Maslow. Dalam buku Perilaku Organisasi (2018) karya Timotius
Duha, dijelaskan bahwa kebutuhan penghargaan meliputi faktor-faktor internal seperti
harga diri, otonomi, dan prestasi serta faktor-faktor eksternal seperti status, pengakuan,
dan perhatian. Pengakuan akan diperoleh seseorang apabila telah sukses dalam
memenuhi kebutuhan sosialnya. Kebutuhan ini bisa menjadi sangat ambisius apabila
yang memenuhi kebutuhan ini adalah seseorang yang sering mencari status.
Manakala kebutuhan dimiliki dan mencintai telah relatif terpuaskan, kekuatan
motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri:
a) Menghargai diri sendiri (self respect): kebutuhan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian dan kebebasan. Orang
membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri bahwa dirinya berharga,
mampu menguasai tugas dan tantangan hidup.
b) Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other): kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa
dirinya dikenal baik dan dinilai baik oleh orang lain.
5. Kebutuhan Aktualisasi diri (self-actualization needs)
Sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan
aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya
memakai (secara maksimal) seluruh bakat kemampuan- potensinya. Aktualisasi diri
adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fulfilment),
untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat
melakukannya dan untuk menjadi kreatif serta bebas mencapai puncak prestasi
potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia
yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan
tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu
22
E. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)
1. Silodaritas Mekanis-Organis
Dalam sosiologi, solidaritas mekanik dan solidaritas organik adalah dua jenis
solidaritas sosial yang dirumuskan oleh Emile Durkheim. Menurut Durkheim, tipe
solidaritas akan berkorelasi dengan tipe masyarakat, baik masyarakat mekanis maupun
organis. Kedua jenis solidaritas ini dapat dibedakan berdasarkan ciri morfologis dan
demografis, jenis norma keberadaan, dan intensitas serta isi kolektif hati nurani.
23
Pada solidaritas organik ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat
bukan lagi kesadaran kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin di antara berbagai
profesi. Hukum yang menonjol bukan hukum pidana, melainkan ikatan hukum perdata.
Sanksi bagi pelanggaran kesepakatan bersama bersifat restitutif, yang artinya si
pelanggar harus membayar ganti rugi kepada pihak yang dirugikan untuk
mengembalikan keseimbangan yang telah ia langgar.
2. Gemeinschaft-Gessellschaft /Paguyuban-Patembayan
24
3. Gemeinschaft of mind (Gemeinschaft ikatan ideoligo/pemikiran) adalah hubungan
persahabatan yang disebabkan karena persamaan keahlian atau pekerjaan serta
pandangan yang mendorong untuk saling berhubungan secara teratur.
25
Ada sedikit kesamaan dan hubungan sosial sering tumbuh dari tugas-tugas
segera seperti membeli produk. Kebanyakan, hasil industrialisasi, urbanisasi, revolusi
teknologi, pembagian tenaga kerja dan pertumbuhan populasi, Gesellschaft telah
menggantikan masyarakat tradisi dengan masyarakat kontrak. Dalam masyarakat,
keterikatan pribadi maupun hak dan kewajiban tradisional tidak penting. Hubungan
antara laki-laki ditentukan oleh tawar menawar dan didefinisikan dalam perjanjian
tertulis.
- Paguyuban
1. Ikatan sosial bersifat personal.
2. Tipikal masyarakat rural.
3. Tipikal masyarakat trasisional.
4. Tradisi masih kuat.
5. Tipikal masyarakat petani.
6. Hubungan sosial bersifat tradisional.
7. Sistem dari suatu kekeluargaan dan kekerabatan masih kuat, dan lainya.
- Patembayan
1. Ikatan sosial bersifat impersonal.
2. Masyarakat urban.
3. Masyarakat modern.
4. Tradisi melemah.
5. Tipikal masyarakat industri.
6. Hubungan sosial bersifat kontraktual.
7. Sistem dari kekeluargaan dan kekerabatan melemah, dan lainya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Alvi Utama, Syahrian.(2013). Manusia dan Kegelisahan. Diakses pada 6 Juni 2021,
darihttps://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/syahrian/manusia
-dan-kegelisahan_5529b553f17e61f01bd623ed
Rochmawati, Arva.(2011). Konsep Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Diakses pada 5 Juni
2021, dari https://id.scribd.com/doc/76548936/Konsep-Ilmu-Sosial-Budaya-Dasar
27
Sari, Elisa & Dwianti, Rina.(2018). Pendekatan Hierarki Abraham Maslow Pada
aprestasi Kerja Karyawan P.T Madubaru (PG Madukismo) P.T Madubaru (PG
Madukismo) Yogyakarta. Jurnal Perilaku dan Strategi Bisnis, 6(1), 58-77.
28