Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
NIM :C1M020099
Prodi/Kelas :Agroekoteknologi B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
A. PENGERTIAN.....................................................................................................................1
B.KONSEP...............................................................................................................................3
C.TUJUAN...............................................................................................................................4
A.PENGERTIAN......................................................................................................................6
B.FAKTOR PENYEBAB.........................................................................................................7
A.TEORI HIRARKHI............................................................................................................24
B. KEMUNCULAN KEBUDAYAAN..................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................34
ii
BAB 1
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
A. PENGERTIAN
1
bahwa the humanities memiliki kaitan erat dengan nilai-nilai manusia sebagai homo
humanus atau manusia berbudaya.Oleh karena itulah Ilmu Sosial Budaya Dasar
bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, tapi merupakan suatu rangkaian
pengetahuan yang berkaitan dengan aspek-aspek yang paling mendasar dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah yang
terwujud daripadanya.
Ilmu Sosial Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan bisa memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum yang berkaitan dengan konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji berbagai contoh permasalahan sosial maupun
kebudayaan.
Definisi ISBD (Ilmu Sosial Budaya Dasar) menurut para ahli, antara lain;
1. Kian Amboro, Definisi Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) yaitu ilmu
pengetahuan yang dinilai bisa berkontribusi secara nyata dalam meningkatkan
pengetahuan dasar yang mampu melakukan kajian pada masalah-masalah sosial
kemanusiaan dan kebudayaan.
Ruang lingkup kajian dalam Ilmu Sosial Budaya Dasar yaitu sebagai berikut:
Kegiatan dasar setiap manusia dikaji secara menyeluruh untuk mendapatkan perhatian
bahwa pada hakakatnya manusia tidak bisa hidup sendiri, sehingga dibutuhkan
kontribusi orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
2
2. Ilmu Sosial
Ruang lingkup lainnya dalam Ilmu Sosial Budaya Dasar ialah tentang beragam tujuan
ilmu sosial dan manfaat ilmu sosial yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu ilmu
psikologi, sosiologi, ilmu sejarah, yang semuanya itu dianggap mampu untuk
memberikan peran nyata dalam mengkaji kebudayaan yang ada.
3. Humaniora
B.KONSEP
3
3. Manusia, keragaman dan kesederajatanStruktur masyarakat Indonesia
majemuk dan dinamis, ditandai keragaman suku bangsa, agama dan
kebudayaan.Keragaman disisi lain membanggakan, dan sisi lain mengandung
potensi masalah konflik.Keragaman bisa diatasi dengan semangat pluralisme,
keterbukaan dan mengembangkan kesederajatan.
C.TUJUAN
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan
dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep
yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam
salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities)
akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan
kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan
kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam
sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan
tersebut ISBD diharapkan dapat :
1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga
mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama
untuk kepentingan profesi mereka.
4
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka
tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis
mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara
serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat
kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
4. Menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu
berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para
akademisi diharapkan akan lebih lancar dalam berkomunikasi.
5
BAB II
PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA
A.PENGERTIAN
Perubahan sosial, dapat berlangsung dalam kurun waktu cepat atau perlahan-lahan.
Perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakaan suatu proses yang terus
menerus artinya setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan, akan
tetapi perubahan antara kelompok dengan kelompok lain tidak selalu sama serta banyak
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Berikut ini adalah penjelasan sejumlah ahli tentang perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat:
John Lewis Gillin dan John Philip Gillin melihat perubahan sosial sebagai
variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology, maupun karena adanya
difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
6
B.FAKTOR PENYEBAB
Dalam KBBI, makna perubahan adalah : Hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran.
Jadi, perubahan adalah suatu hal yang akan atau sudah kita alami dan rasakan yang
berbeda dari sebelumnya, bisa berupa kemajuan atau kemunduran. Tidak ada yang tetap
sama, semua pasti mengalami perubahan termasuk perubahan pada sosial (perubahan
sosial) dan budaya.
1.Dinamika Penduduk
Yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Hal ini disebabkan karena adanya
peristiwa kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk.
7
tempat tinggalnya semula dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan mengalami
perubahan pada pola kelembagaannya.
6.Arus Globalisasi : Arus globalisasi membawa perubahan terhadap tata nilai dan sikap
yang semula irasional menjadi rasional. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi memberikan kemudahan pada masyarakat dalam beraktivitas dan mengakses
apa saja dengan nyaman dan mudah.
8
BAB III
TEORI KEBUDAYAAN DAN INTERAKSI SOSIAL
Tak pelak hal demikian juga dirasakan oleh David Kaplan dan Robert A.
Manners. Mereka merasa pemahaman mengenai teori dan teorisasi dalam antropolog
adalah sangat mutlak dikuasai. Terlebih, ilmu ini tidak mengandung sifat yang eksak,
yang dalam beberapa sisi sangat memudahkan para ilmuwan alam dalam menyusun
teori. Ilmu-ilmu sosial, yang variabel-variebel penelitiannya seringkali bersifat sangat
terbuka dan dinamis, memberikan peluang untuk diterapkannya metode, acuan,
perspektif, atau paradigma yang berbeda pada objek penelitian yang sama.
Dengan demikian, dapat muncul teori yang berbeda namun berasal dari satu
objek yang sama. Hal inilah yang menyebabkan sering terjadinya perdebatan di antara
kaum intelektual antropologi, yang sejatinya ingin diarahkan agar lebih berbobot dan
berisi, agar bisa mengetahui kritik-kritik yang diajukan satu sama lain, sehingga antar
teori dapat membangun kesinambungan dan saling mengisi untuk membentuk suatu
pehamaman, yang setidaknya, lebih utuh mengenai apa itu kebudayaan.
Buku Teori Budaya yang dituls oleh Kaplan dan Manners merupakan
pengejawantahan tujuan-tujuan tersebut. Mereka membagi bukunya ke dalam lima bab,
yang di setiap babnya mengandung beberapa sub-bab. Penulis akan mencoba
9
merangkum kelima bab itu berdasarkan tiap babnya. Pada akhir tulisan ini, penulis akan
menyampaikan komentar kritis atas buku Teori Budaya.
10
1.Antropologi: Metode dan Pokok Soal dalam Penyusunan Teori
Antropologi adalah ilmu yang paling takabur di ilmu-ilmu sosial (Kaplan &
Manners, 1999;2012: 1). Cakupan disiplin ilmu beserta rentang waktu ilmu ini begitu
luas. Antropologi mengambil manusia sebagai bahan studi disiplinnya, sehingga semua
yang berkaitan dengan manusia, baik ragawi maupun budaya, adalah bidang-bidang
kajian antropologi.
Luasnya cakupan ilmu ini mengarahkan para ilmuwannya mempunyai fokus dan
tujuan yang mungkin seringkali tampak berbeda satu sama lain dalam melakukan studi
antropologi. Meskipun demikian, Kaplan dan Manners menemukan dua pertanyaan
penting yang tampaknya berusaha dijawab oleh segenap antropolog, yaitu (1)
bagaimanakah bekerjanya berbagai sistem budaya yang berbeda-beda? Dan (2)
bagaimakah maka sistem-sistem budaya yang beraneka ragam itu menjadi seperti yang
sekarang ini.Masalah utama dalam antropologi, menurut mereka, adalah menjelaskan
kesamaan dan perbedaan budaya, pemeliharaan budaya, maupun perubahannya dari
masa ke masa.
10
menggunakan teori konkatenasi. Setelah itu, Kaplan dan Manners menjelaskan
hubungan antara teori etnologi dan fakta entografi. Mereka berpendapat, berdasarkan
pernyataan Julian Steward, bahwa fakta hanya ada sehubungan dengan teori, dan teori
tidak dirusak oleh fakta, melainkan akan digantikan oleh teori-teori baru yang
memberikan penjelasan yang lebih baik tentang fakta .
Pembentukan teori adalah sub-bab terakhir yang menjadi bahasan Kaplan dan
Manner pada bab ini. Selain membahas mengenai verstehen atau proses pemahaman
dan empati individual, mereka juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan penting
yang membantu menjelaskan sifat teori antropologi yang relatif tak pasti, yang
membedakannya dengan teori-teori ilmu alam. Menurut mereka, ada empat hal yang
mampu membantu menjelaskan sifat tersebut, yaitu historisitas, sistem dari objek yang
terbuka, isu-isu sosial, dan ideologi.
2.Orientasi Teoretik
Pada bab ini, Kaplan dan Manners menerangkan empat pendekatan atau yang
mereka sebut, orientasi teoritik, yaitu evolusionisme, fungsionalisme, sejarah, dan
ekollgi budaya. Menurut mereka, orientasi teoritik adalah cara seleksi, konseptualisasi,
dan penataan data dalam menanggapi jenis pertanyaan atau permasalahan tertentu, yang
memungkinkan pada pembentukan teori. Mereka kemudian memberikan gambaran
singkat tentang latar belakang historis pemikiran antropologi dari abad ke-19.
11
Evolusionisme menjadi orientasi teoritik yang dibahas oleh Kaplan dan
Manners. Mereka memberikan konteks historis pada pemikiran-pemikiran evolusionis
sehingga kita tidak serta merta mengkritiknya habis-habisan seperti yang dilakukan para
fungsionalis di abad ke-20. Beberapa tokoh yang mereka singgung adalah Tylor dan
Morgan. Mereka menganggap bahwa para tokoh evolusionis abad ke-19 adalah peletak
landasan bagi suatu disiplin yang tertata, yang sebelumnya tidak memiliki landasan
apapun. Ada tiga asumsi dasar dari pemikiran di abad itu, yaitu diktum bahwa fenomen
kebudayaan harus dikaji dengan cara naturalistik, premis bahwa perbedaan budaya
disebabkan perbedaan pengalaman sosial-budaya, dan penggunaan metode komparatif
sebagai ganti teknik eksperimen dan laboratories.
12
Manners kemudian menerangkan bahwa seringkali analisis fungsional tidak dapat
menjelaskan perubahan struktural. Tidak adanya bobot kausal dari ancangan yang murni
fungsional menyebabkan tidak bisa dijelaskannya perubahan struktural. Lalu, Kaplan
dan Manners membahas prasarat fungsional. Menurut mereka, ada 5 syarat untuk
menyusun analisis fungsional yang memadai (Kaplan & Manners, 1999;2012: 90).
Mereka kemudian menyatakan hubungan antara fungsionalisme dengan evolusionisme.
Jika dapat ditemukan bahwa struktur tertentu atau unsur tertentu yang memiliki
hubungan fungsional merupakan dasar bagi terpeliharanya tipe struktural tertentu, maka
serentak kita pun mempunyai gambaran mengenai struktur-strukutr penentu
transformasi tipe tersebut. Di sinilah pemikiran fungsional dan evolusioner bertitik temu
dan cenderung sekadar berbeda dalam hal penekanan atau pilihan segi perhatian belaka
(Kaplan & Manners, 1999;2012: 91).
13
wawasan yang tidak ditawarkan pendekatan sinkronis-fungsional yang kaku (Kaplan &
Manners, 1999;2012: 101).
Kaplan dan Manners kemudian membahas orientasi teoritik ekologi budaya. Hal
penting dari ancangan ini adalah pernyataan ekolog-budaya bahwa dipentingkannya
proses-proses adaptasi akan memungkinan dilihatnya cara kemunculan, pemeliharaan,
dan transformasi berbagai konfigurasi budaya. Ekologi-budaya memiliki pandangan
bahwa budaya memungkinkan kita untuk beradaptasi dengan peran “aktif” (Kaplan &
Manners, 1999;2012: 104). Kaplan dan Manners lalu menjelaskan konsep lingkungan
dan adaptasi menurut ekologi-budaya. Konsep lingkungan yang sering muncul bagi
ekolog-budaya adalah lingkungan yang telah mengalami modifikasi kultural yang
kemudian menyebabkan elemen sirkularitas antara lingkungan dengan budaya.
Sedangkan konsep adaptasi menurut Kaplan dan Manners adalah proses yang
menghubungkan sistem budaya dengan lingkungannya. Hal yang terutama mencolok
dari pembahasan mereka pada bagian ini adalah istilah-istilah adaptasi dan lingkungan
ternyata tidak memiliki ketepatan definisi yang seharusnya dimiilikinya, namun tetap
sangat merguna sebagai konsep metodologis. Mereka berpendapat bahwa mustahil
untuk mendapatkan kepastian penuh tentang konsep kerja yang digunakan dalam
pendekatan ekologi-budaya.
Bab ini membicarakan kelanjutan dari orientasi teoritik. Menurut Kaplan dan
Manners, antropolog, bila berlaih dari pemerian etnografi ke penjelasan, ia niscara
terpaksa menggunakan keempat orientasi teoretik itu semuanya, dan ada satu yang dapat
dipilih untuk diberik tekanan khusus. Mereka kemudian membahas tipe-tipe teori
budaya seturut dengan seperangkat variabel atau aspek perilaku yang terlembagakan
dan secara analistis dapat disendirikan untuk memberikan penjelasan mengenai cara
masyarakat memelihara dirinya sendiri dan juga melaksanakan perubahan atau disebut
dengan subsistem-subsistem yang utama yang diakui oleh antropolog, yaitu
teknoekonomi, struktur sosial, ideologi, dan kepribadian (Kaplan & Manners,
1999;2012: 124).
14
4.Teknoekonomi
5.Struktural sosial
Kaplan dan Manners menerangkan bahwa dalam usaha menyikapi hal tersebut,
telah dilakukan upaya untuk memasukkan unsur dinamis dalam analisis struktur sosial.
Unsur dinamis yang terutama adalah mengenai faktor individu “menyimpang” beserta
putusan-putusan yang dipilihnya serta dilaksanakan. Namun, hal tersebut mengantar
pada kesulitan dalam teori-teori aksi-interaksi sosial, sehingga pada uumnya para
teoriwan struktur sosial melangkah keluar dari struktur sosial dalam upaya menemukan
15
variabel yang sanggup menjelaskan strukutr sosial dan pengaturan sosial-budaya,
terutama restrukturasi perilaku peran. Kaplan dan Manners kemudian membahas
hubungan konseptualisasi struktur sosial dengan tindak sosial, interaksi sosial, dan
perilaku peran. Mereka kemudian menyebutkan beberapa contoh studi yang menyatakan
bahwa struktur sosial suatu masyarakat dapat memberikan pengaruh signifikan bagi
upaya reorganisasi masyarakat tersebut. Kaplan dan Manners melanjutkan dengan
membahas insitusi politik sebagai variabel struktural yang memiliki dampak penentu
bagi infrastruktur yang bersangkutan (Kaplan & Manners, 1999;2012: 153).
6.Ideologi
16
7.Kepribadian: Matra Sosial dan Psikobiologis
Pada yang lama, pengaruh psikologis Freud yang menekankan sifat afektif dan
irrasional dari kepribadian sangat mempengaruhi banyak antropolog, sehingga tercipta
mazhab lama, yang oleh Kaplan dan Manners dinyatakan terdapat dua pemikiran yang
terkandung, yaitu struktur kepribadian dasar dan struktur kepribadian modal. Sebagian
besar menekankan pada pentingya sosialisasi yang berasal dari teknik perawatan anak
pada pembentukan struktur kepribadian dasar atau modal. Pada aliran budaya-
kepribadian yang baru, aspek kognisi menjadi perhatian utama, terutama dirangsang
oleh linguistik. Tujuan inti antropologi kognitif adalah mengetahui alat konseptual yang
digunakan sesuatu bangsa untuk mengkalsifikasikan, menata, dan menafsir semseta
sosial serta alaminya (Kaplan & Manners, 1999;2012: 194). Anggapan lain yang
mendasari banyak dari karya antropologi kognitif adalah bahwa kategori itu terkodekan
dalam strukutr dan ciri-ciri pembeda kebahasaan yang digunakan oleh suatu bangsa.
Pada akhir bab ini, Kaplan dan Manners menyampaikan bahwa dalam
praktiknya para antorpolog budaya dari aliran apapun cenderung menggunakan
variabel-variabel dari dua subsistem atau lebih ketika menganalisis atau menjelaskan.
Mereka kemudian menyatakan untuk tidak menunjuk suatu subsistem tertentu sebagai
dampak kausal utama dalam segala situasi, dan lebih memilih mempertimbangkan
keempat subsistem tersebut secara bersamaan dan berhubungan satu sama lain.
17
8.Analisis Formal
Pada bab ini, Kaplan dan Manners membahas tentang strukturalisme, terutama
strukturalisme Levi-Strauss, dan entografi-entografi baru. Mereka menggunakan bagian
strukturalisme Levi-Strauss tentang sifat logis pikiran manusia itu sendiri sebagai fokus
telaah, sedangkan pada etnografi-baru, kaidah konseptual, aturan kognitif, dan kategori
yang digunakan orang dalam berbagai masyarakat untuk menata pengalamannya,
dianggap menjelaskan perilaku serta pengaturan sosial-budayanya (Kaplan & Manners,
1999;2012: 227) . Kedua pemikiran ini baik Levi-Strauss maupun para etnograf-baru
pada hakekatnya memandang budaya sebagai bahasa dala arti seluas-luasnya (Kaplan &
Manners, 1999;2012: 228). Bagi Levi-Strauss, budaya pada hakikatnya adalah suatu
sistem simbolik atau konfigurasi sistem perlambangan (Kaplan & Manners, 1999;2012:
244). Kemudian Kaplan dan Manners menyebutkan bahwa para strukturalis memiliki
pandangan bahwa jika seseorang telah memahami sistem-sistem budaya yang pada
hakikatnya bersifat forma, segala macam hubungan logis antara fenomen-fenomen
budaya pun menjadi dapat disingkapkannya.
18
Pada bab terakhir ini, Kaplan dan Manners menyampaikan bahwa antropologi
sedang dalam keadaan krisis. Krisis yang dimaksud adalah lenyapnya dunia primitif.
Mereka menyebut terobosan yang dilakukan dengan mengubah pandangan tradisional
akan lapangan kerja antropologi dengan optimistik, yaitu jika terobosoan yang mungkin
dilakukan dianggap akan mempunyai dampak atau makna yang sebanding dengan
revoulusi teori Darwin di masanya. Mereka menyatakan bahwa pandangan tradisional
antropologi memusatkan pada budaya non-barat, terutama yang berlingkup kecil dan
bercorak eksotis. Kaplan dan Manners lalu mejelaskan mengenai kritik-kritik tajam
yang ditujukan pada pandangan semacam itu. Kaplan dan Manners lalu menerangkan
tentang kecenderungan masa depan di mana akan terdapat titik temu antara antropologi
dengan ilmu-ilmu sosial yang lain serta relevansi dan aplikasi ilmu antropologi
19
dua kata, yakni action (aksi) dan inter (antara).1 Jadi, Interaksi adalah suatu rangkaian
tingkah laku yang terjadi antara dua orang atau lebih dari dua atau beberapa orang yang
saling mengadakan respons secar timbal balik. Oleh karena itu, interaksi dapat pula
diartikan sebagai saling mempengaruhi perilaku masing-masing. Hal ini bisa terjadi
antara individu dan individu lain, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok
dan kelompok lain.2 Interaksi sosial dapat diartikan sebgai hubungan-hubungan sosial
yang dinamis. Hubungan sosila yang dimaksud dapat berupa hubungan antar individu
yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat
simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan
kepadannya oleh mereka yang menggunakannya. Menurut H. Bonner, interaksi sosial
adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, diman kelakuan individu
yang satu mempengaruhi, mengubah ataumemperbaiki kelakuan individu yang lain atau
sebaliknya. Definisi ini menggambarkan kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial
antara dua atau lebih manusia itu.3 Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak ada kehidupan bersama. Bertemunya orang
perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam
suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-
orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan
seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian
dan lain sebagainya.
a. Situasi sosial, tingkah laku individu harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi
yang dihadapi.
b. Kekuasaan norma kelompok. Individu yang menaati norma-norma yang ada, dalam
setiap berinteraksi individu tersebut tak akan pernah berbuat suatu kekacauan, berbeda
dengan individu yang tidak menaati norma-norma yang berlaku. Individu itu pasti akan
20
menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya dan kekuasaan norma itu berlaku
untuk semua individu dalam kehidupan sosialnya.
d. Penafsiran situasi, setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga
mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut.
Kehidupan dan aktivitas manusia tidak terlepas dari interaksi sosial. Sebagai
makhluk sosial, setiap manusia akan melakukan interaksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Maka itu, interaksi sosial pun menjadi salah satu topik pembahasan di
sosiologi, bidang ilmu yang mempelajari masyarakat. Dalam sosiologi, interaksi sosial
didefinisikan sebagai suatu aktivitas pertukaran sosial antara dua atau lebih individu.
Interaksi sosial dapat dilihat dari berbagai jenis ukuran kelompok seperti, dua, tiga
individu, atau kumpulan yang lebih besar lagi, demikian dikutip dari LibreTexts,
platform non-profit yang menyediakan sumber-sumber teks untuk studi ilmiah. Peran
interaksi sosial di aktivitas masyarakat begitu besar. Munculnya sosialisasi dalam
aktivitas sosial dipicu oleh adanya interaksi sosial. Selain itu, dengan adanya interaksi
sosial, suatu tatanan masyarakat yang dapat membentuk kepribadian setiap individu
juga akan terbentuk. Jadi, struktur masyarakat dan kedudayaan terbangun karena
interaksi sosial. Dengan berinteraksi satu sama lain, orang merancang aturan, institusi,
dan sistem tempat mereka hidup. Lewat interaksi sosial pula, simbol digunakan guna
21
mengomunikasikan kesadaran satu masyarakat kepada mereka yang baru mengenalnya,
baik anak-anak maupun orang asing. Teori Interaksi Sosial Menurut Ahli Sosiologi
Pembahasan terkait dengan interaksi sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli
sosiologi pada era abad ke-19 dan awal 20. Di antaranya ialah George Herbert Mead
dan Erving Goffman. Keduanya menjelaskan interaksi sosial sebagai suatu bentuk
aktivitas individu yang dapat menjadi faktor pembentuk kepribadian dari setiap orang.
Kedua sosiolog itu juga merumuskan teori tentang interaksi sosial, yakni
Interaksionisme Simbolik dan Dramaturgi.
22
subyek yang terlibat dalam interaksi. Sementara mengutip situs Lumen Learning,
terdapat setidaknya 5 jenis interaksi sosial. Detailnya adalah sebagai berikut.
2. Pertukaran Sosial Jenis interaksi sosial ini melakukan aktivitas pertukaran yang
mengarah pada hubungan antar individu. Munculnya pertukaran didasarkan pada
kepentingan satu sama lain dengan membentuk suatu hubungan.
3. Kerja sama Proses ini merupakan suatu kegiatan kerja atau melakukan sesuatu secara
bersamaan antara dua orang individu atau lebih. Kerja sama bisa terbagi ke dalam tiga
jenis, yaitu dipaksakan, sukarela, dan tidak disengaja.
4. Konflik Dalam sosiologi, konflik dianggap sebagai hal yang normal yang ada dalam
suatu interaksi sosial. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya kepentingan pribadi atau
perebutan suatu kendali atas sumber daya yang langka. 5. Kompetisi Kompetisi juga
wajar dalam aktivitas interaksi sosial. Kompetisi memicu terjadinya interaksi sosial satu
sama lain dalam suatu kelompok, yakni antar-individu, ataupun antarkelompok
23
BAB IV
TEORI HIRARKHI DENGAN KEBUDAYAAN
A.TEORI HIRARKHI
B. KEMUNCULAN KEBUDAYAAN
24
Kebutuhan fisiologis
25
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling mendasar dari hierarki Maslow.
Kebutuhan ini disebut juga sebagai kebutuhan primer, seperti makan, minum,
pakaian, dan tempat tinggal. Manusia akan memenuhi kebutuhan fisiologis terlebih
dahulu sebelum ia beranjak ke kebutuhan berikutnya. Sebab, kebutuhan fisiologis
merupakan kebutuhan yang paling kuat dan mendesak pemenuhannya.
Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan yang menempati posisi kedua dari
hierarki Maslow. Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan keamanan dan
perlindungan dari bahaya fisik dan emosi. Kebutuhan ini didapatkan setelah
kebutuhan fisiologis terpenuhi. Kebutuhan rasa aman dipenuhi untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan lain agar bisa terus berjalan dengan baik.
Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan yang menempati posisi ketiga dari hierarki
Maslow. Kebutuhan sosial ini meliputi kebutuhan kasih sayang, rasa memiliki,
bersosialisasi, penerimaan, dan persahabatan. Manusia sejatinya adalah makhluk
sosial, tidak mengherankan jika manusia membutuhkan sosialisasi dalam menjalani
hidupnya. Sebab dalam menjalani hidupnya, manusia senantiasa membutuhkan
bantuan dari orang lain.
Kebutuhan penghargaan
25
ini adalah seseorang yang sering mencari status. Baca juga: Pengembangan
Produk: Definisi, Tujuan, dan Strategi Pengembangannya
26
BAB V
SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT DESA DAN KOTA
28
2. Kemandirian
3. Pembagian Kerja
29
4. Peluang Memperoleh Pekerjaan
5. Jalan Pikiran
6. Perubahan Sosial
7. Perubahan masyarakat desa menjadi masyarakat kota.
Magnet kehidupan di perkotaan masih tinggi yang pada akhirnya menyebabkan
bertambahnya penduduk di kota yang berasal dari desa.
1. Daerah yang termasuk pusat pemerintahan atau ibu kota, seperti Jakarta.
2. Letak kota tersebut yang sangat strategis untuk usaha-usaha perdagangan atau
perniagaan, misalnya kota pelabuhan atau kota yang letaknya dekat pada
sumber-sumber bahan mentah.
3. Banyaknya ragam industri di daerah itu, yang menyediakan barang maupun
jasa.
Kecenderungan bagi masyarakat desa mengarah pada kehidupan agamis
dan religius, sedangkan orang-orang kota lebih mengarah pada kehidupan
duniawi.Pada masyarakat kota, individu biasanya tidak terlalu bergantung pada
orang lain sedangkan di desa, antar warga biasanya memiliki hubungan yang
erat karena satu sama lain sering bergantung dalam berbagai hal dan kegiatan.
Di kota, pembagian kerja lebih tegas dan jelas sehingga antar profesi
memiliki garis batas yang nyata dan hubungan yang terjalin antar profesi lebih
profesional.Dengan adanya sistem pembagian kerja yang tegas, maka
kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada masyarakat kota
dibandingkan warga pedesaan.Dalam pola pikir secara rasional dan profesional
pada masyarakat yang tinggal di perkotaan, ada kemungkinan terjadi sebuah
interaksi yang didasarkan pada kepentingan bersama.
Di kota, perubahan sosial lebih cepat terjadi dibandingkan di desa karena
masyarakat kota yang datang dari berbagai latar belakang cenderung lebih
terbuka dengan perubahan.Karena dinamisnya kehidupan di kota, maka banyak
warga desa yang tergiur untuk menetap di kota, yang mana proses ini dinamakan
urbanisasi. Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke
kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terbentuknya
masyarakat perkotaan.
29
B.GEMEINSCHAFT-GESSESCHAFT DAN PAGUBAYAN-PATEMBAYAN
Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan yang telah
dikodratkan. Biasanya paguyuban lahir dari dalam diri individu ditandai dengan
rasa solidaritas dan identitas yang sama. Keinginan untuk berhubungan
didasarkan atas kesamaan dalam keinginan dan tindakan. Kesamaan individu
merupakan faktor penguat hubungan sosial, yang kemudian diperkuat dengan
hubungan emosional serta interaksi antar individu. Di pedesaan, masyarakat tani
yang melambangkan Gemeinschaft, hubungan pribadi didefinisikan dan diatur
berdasarkan aturan sosial tradisional. Orang-orang memiliki hubungan tatap
muka yang sederhana dan langsung satu sama lain yang ditentukan oleh
Wesenwille (kehendak alami), sebagai emosi alami dan spontan serta ekspresi
sentimen.
30
Sosiologi (2009) karya Syahrial Syarbaini Rusdianta, Gemeinschaft atau
masyarakat paguyuban dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu Gemesinschaft by
blood, Gemeinschaft by place, dan Gemeinschaft of mind. Gemeinschaft of
mind adalah hubungan persahabatan yang disebabkan karena persamaan
keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang mendorong untuk saling
berhubungan secara teratur.
31
mana hubungan bersifat kontraktual, impersonal dan sementara (temporer). Ada
sedikit kesamaan dan hubungan sosial sering tumbuh dari tugas-tugas segera
seperti membeli produk. Kebanyakan, hasil industrialisasi, urbanisasi, revolusi
teknologi, pembagian tenaga kerja dan pertumbuhan populasi, Gesellschaft telah
menggantikan masyarakat tradisi dengan masyarakat kontrak. Dalam
masyarakat, keterikatan pribadi maupun hak dan kewajiban tradisional tidak
penting. Hubungan antara laki-laki ditentukan oleh tawar menawar dan
didefinisikan dalam perjanjian tertulis. Perbedaan Gemeinschaft dan
Gemeinschaft Untuk lebih jelasnya, berikut ini perbedaan antara Gemeinschaft
(paguyuban) dan Gemeinschaft (patembayan): Baduy adalah Aset Budaya yang
Tak Patut Dianggap Komoditas Gemeinschaft (paguyuban) Ciri-ciri
Gemeinschaft (paguyuban) adalah sebagai berikut:
32
Tipikal masyarakat urban.
Tipikal masyarakat modern.
Tipikal msayarakat industri.
Tradisi lemah.
Hubungan sosial bersifat kontraktual.
Hubungan sosial sosial didominasi oleh kompetisi.
Sistem kekeluargaan dan kekerabatan lemah.
Tindakan sosial berdasarkan komando.
Mengedepankan prinsip efisiensi.
Komposisi masyarakat bersifat heterogen.
Tatanan sosial dibentul oleh birokrasi.
Interaksi sosial bersifat rasional.
Pembagian kerja bersifat kompleks.
Peran ilmu pengetahuan ilmiah dominan dalam pengorganisasn sosial.
33
DAFTAR PUSTAKA
https://sifekdomain.wordpress.com/2018/12/30/teori-budaya/
https://www.kompasiana.com/agitabrahmana7280/5ffeedb8d541df347c26df63/faktor-
penyebab-terjadinya-perubahan-sosial-dan-kebudayaan
https://docplayer.info/72901857-Pengertian-tujuan-fungsi-ilmu-sosial-budaya-
dasar.html
https://slideplayer.info/slide/13722530/
https://dosensosiologi.com/ilmu-sosial-budaya-dasar/
https://indomaritim.id/perubahan-sosial-budaya-pengertian-menurut-ahli-dan-
contohnya/
https://tirto.id/jenis-jenis-interaksi-sosial-teorinya-menurut-para-ahli-sosiologi-f8SZ
http://digilib.uinsby.ac.id/13128/56/Bab%202.pdf
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/31/140134369/teori-hierarki-kebutuhan-
abraham-maslow?page=all
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/23/200000469/pengertian-dan-perbedaan-
gemeinschaft-dan-gesellschaft?page=all#:~:text=Gemeinschaft%20adalah%20asosiasi
%20sosial%20di,murni%2C%20bersifat%20alami%20dan%20kekal
34
https://www.ruangguru.com/blog/perbedaan-masyarakat-pedesaan-dan-perkotaan-
dalam-kelompok-sosial
35