Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Masyarakat dan Kebudayaan Sekolah


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sosiologi Pendidikan
Dosen: Susanti Nirmalasari, M.Pd.I
Prodi: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Semester: V
Oleh:
Kelompok 4
Miftahus Sa’diyah
Muhammad Yunus
Sri Sundari

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH (UNIVA)
MEDAN
T.A 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... I


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 2
A. Latar Belakang ............................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Makalah ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Masyarakat .................................................................................................. 3
B. Kebudayaan .......................... ...................................................................... 4
C. Kebudayaan Sekolah..................................................................................... 7
D. Norma-norma Sosial dalam Situasi Belajar ................................................. 9
E. Latar Belakang Guru.................................………………………………… 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................


11
A. Kesimpulan................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................ 11
REFERENSI ..................................................................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai pusat kebudayaan merupakan pusat nilai-nilai yang
disepakati sebagai terpuji, dikehendaki, berguna, serta dipertaruhkan bagi
kehidupan warga masyarakat, bangsa, dan Negara. Karenanya dianggap perlu
dibiasakan kepadsa anak didik untuk sedini mungkin menggali, mengenal,
memahami, menyadari, menguasai, menghayati, dan belajar mengenal
melalui proses belajar mengajar di sekolah. Sebagai pusat kebudayaan
harusnya sekolah adalah sebagai tempat atau sumber bagi pengembangan
kebudayaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian masyarakat?
2. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan kebudayaan sekolah?
4. Seperti apa norma-norma sosial dalam situasi belajar?
5. Bagaimanakah latar belakang guru?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian masyarakat.
2. Mengetahui pengertian kebudayaan
3. Mengetahui apa itu kebudayaan sekolah.
4. Mengetahui norma-norma sosial di dalam situasi belajar.
5. Mengetahui latar belakang guru.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat
a) Pengertian Masyarakat
Menurut Nasution, manusia adalah makhluk sosial, ia hidup dalam
hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain.
Karena itu manusia tidak mungkin hidup layak di luar masyarakat.
Masyarakat sangat luas meliputi seluruh ummat manusia. Masyarakat
terdiri atas bebas kelompok besar maupun kecil.1
Menurut Nasution, dalam pengelompokkannya masyarakat
dibedakan menjadi, yaitu sebagai berikut:
1) Kelompok Primer merupakan kelompok pertama dimana ia mula-mula
berinteraksi dengan orang lain, yakni: keluarga, kelompok sepermainan,
dan lingkungan tetangga. Kelompok primer juga sering disebut
gemeinschaft.
2) Kelompok Sekunder dibentuk dengan sengaja atas pertimbangan
tertentu berdasarkan kebutuhan tertentu seperti perkumpulan profesi,
organisasi agama, dan partai politik yang anggotanya mungkin tidak
pernah saling bertemu. Kelompok sekunder ini dapat hidup lama
melampaui suatu generasi. Kelompok sekunder juga sering disebut
dengan gesellschaft.
b) Unsur-unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat setidaknya memuat unsur,
yaitu sebagai berikut:
1) Beranggotakan minimal 2 (dua) orang.
2) Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3) Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan
manusia baru yang salinmg berkomunikasi dan membuat aturan-aturan
hubungan antar anggota masyarakat.
4) Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
1
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal. 167

3
c) Ciri-ciri Masyarakat
Menurut Marion Levy diperlukan 4 kriteria yang harus dipenuhi
agar sekumpulan manusia disebut sebagai manusia, yaitu sebagai berikut:
1) Ada sistem tindakan utama.
2) Saling setia pada sistem tindakan utama.
3) Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4) Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi.
B. Kebudayaan
a) Pengertian Kebudayaan
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, kebudayaan adalah
kegiatan dan penciptaan akal budi manusia. Kebudayaan (Cultuur dalam
bahasa Belanda), (Culture dalam bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin
“Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
maka berkembanglah arti culture yang berarti “Segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengubah alam”. Sedangkan dari sudut bahasa Indonesia,
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan dapat dipandang sebagai cara mengatasi. Kebudayaan
juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik seperti iklim, topografi, kekayaan
alam dan sebagainya. Kebudayaan daerah tropis berbeda dengan
kebudayaan di daerah dingin, kebudayaan di daerah gurun berbeda dengan
kebudayaan daerah berhutan. 2
Menurut Nasution, kebudayaan juga dipengaruhi oleh kontak
dengan kebudayaan ain yang dipercepat oleh perkembangan komunikasi
dan transportasi.
b) Bentuk-bentuk Kebudayaan
Para ahli sosiologi pada umumnya sependapat bahwa isi dari
kebudayaan dapat menjadi 2 unsur komponen yang nyata, yaitu sebagai
berikut:

2
Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 210
1) Kebudayaan Materi
Bagian materi dari kebudayaan itu meliputi segala sesuatu yang
telah diciptakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai bentuk
yang dapat dilihat dan diraba.
Kebudayaan materi itu mudah dikenali, kebudayaan tersebut
mempunyai kaitan dengan aspek-aspek nonmateri dari kebudayaan
yang tidak begitu dipahami. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa
benda yang sama, bisa jadi mempunyai kegunaan atau arti yang
berbeda dalam kebudayaan yang berlainan.
2) Kebudayaan Non-Materi
Aspek non –materi dari kebudayaan ini merangkum semua
buah karya manusia yang ia gunakan untuk menjelaskan serta
dijadikan pedoman bagi tindakan-tindakannya, dan itu tidak hanya
dapat ditemukan di dalam pikirannya orang-orang. Di dalam aspek
kebudayaan non-materi terdapat 2 kategori , yaitu Kategori
pertama, meliputi apa yang secara luas dapat di definisikan sebagai
norma-norma individu, sedangkan kategori kedua, meliputi
kelompok-kelompok norma-norma yang membentuk pranata sosial
(Social Institutions).
c) Norma-Norma
Norma-norma ini dapat didefinisikan sebagai standar-standar
tingkah laku yang terdapat di semua masyarakat seperti bagaimana
sarannya berpakaian pada peristiwa-peristiwa tertentu atau bagaimana
menegur atau menyapa orang-orang dari kelas-kelas berlainan. Sebaagi
suatu dari bagian dari kebudayaan non-materi, norma-norma tersebut
menyatakan konsepsi-konsepsi yang teridealisir dan tingkah laku.
Istilah norma itu di interpretasikan mencakup pengetahuan,
keyakinan dan nilai-nilai. Konsep-konsep ini banyak di defenisikan dan
di bahas secara unsur-unsur dari sistem-sistem sosial. Di dalam
pengertian kebudayaan ide-ide merangkum folklore (kisah-kisah
rakyat), doktrin-doktrin keagamaan, teori dan prinsip ilmu pengetahuan,

5
filsafat pendidikan dan pemerintah, aturan-aturan olahraga, perasaan-
perasaan, sistem-sistem moralitas serta etika, maupun penjeasan-
penjelasan dari dunia dimana seseorang itu hidup.
d) Unsur-Unsur atau Bagian-Bagian Kebudayaan
Menurut Linton, kebudayaan sebagai bagian besar dan umum
secara totalitas terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai
berikut:
1) Cultural universal. Misalnya: mata pencaharian, kesenian agama,
ilmu pengetahuan, kekerabatan, dan sebagainya.
2) Cultural activitas (kegiatan-kegiatan kebudayaan). Misalnya: dari
mata pencaharian tadi terdapat pertanian, perternakan, perikanan,
perdagangan lain sebagainya. Dalam Cultural Universal kesenian
terdapat, misalnya seni sastra, lukis, seni musik, drama, film, dan
lain sebagainya.
3) Traits complexes adalah bagian-bagian dari cultural activitas. Dari
pertanian terdapat irigasi, pengolahan sawah, masa panen dan
sebagainya.
4) Traits adalah bagian-bagian dari traits complexes. Misalnya: dari
sistem pengolahan tanah, terdapat bajak, guru, cangkul, sabit, dan
lain sebagainya.
5) Items adalah bagian-bagian di dalam traits kebudayaan. Dari bajak
terdapat bagian-bagiannya, yaitu mata bajak, tangkai bajak,
pasangan, kendala, dan sebagainya.
Bagian-bagian kebudayaan tersebut tersusun secara Hierarchies.
C. Kebudayaan Sekolah
Menurut Nasution, sistem pendidikan mengembangkan pada pola
kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dari
murid-murid. Kehidupan di sekolah dan norma-norma yang berlaku dapat
disebut dengan kebudayaan sekolah. Walaupun kebudayaan sekolah
merupakan kebudayaan dari kebudayaan masyarakat luas, namun mempunyai
ciri-ciri yang khas (khusus) sebagai suatu “Subculture”. Sekolah juga
bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan karena
itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum.
Timbulnya Sub-Kebudayaan di sekolah juga terjadi yang disebabkan
sebagian yang cukup besar dari waktu murid yang terpisah dari kehidupan
orang dewasa. Dalam situasi yang serupa ini dapat berkembang pola kelakuan
yang khas bagi anak muda yang tampak dari pakaian, bahasa, kebiasaan
kegiatan-kegiatan serta upacara-upacara. Sebab lain yang timbul dari
kebudayaan sekolah adalah tugas sekolah yang khas, yakni mendidik anak
dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap keterampilan yang
sesuai dengan kurikulum dengan metode dan teknik kontrol tertentu yang
berlaku di sekolah itu. 3
Setiap kebudayaan mengandung bentuk kelakuan yang diharapkan dari
anggotanya. Di sekolah diharapkan membentuk kelakuan tertentu dari setiap
murid dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi setiap murid dan guru.
a) Kenaikan Kelas
Belajar dengan rajin agar naik kelas, merupakan patokan yang
mempengaruhi kehidupan anak selama bersekolah. Untuk itu ia harus
menguasai bahan pelajaran yang ditentukan oleh kurikulum yang sering
diolah dalam bentuk buku pelajaran, diktatna atau buku catatan. Dengan
nilai atau tes ulangan guru menilai kemampuan anak. Hak guru memberi
angka, yang memberinya kekuasaan yang disegani murid. Ada juga guru
yang bila perlu menggunakan angka itu untuk menegakkan kekuasaannya.
Guru itu disebut “Killer” sangat ditakuti.
Angka raport menjadi dasar bagi kenaikan kelas. Pemberian raport
dan penentuan kenaikan kelas sering dilakukan dengan upacara tertentu
sekalipun sederhana. Tinggal kelas merupakan masalah yang berat bagi
murid. Bagi anak yang bersangkutan ini bahwa ia akan ditinggalkan oleh
teman-temannya selama setidaknya 1 tahun dan ia harus masuk kelompok
anak-anak yang lebih muda dari pada yang selama ini lebih rendah

3
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 98

7
kedudukannya. Oleh sebab itu kenaikan kelas merupakan hal yang sangat
penting maka murid-murid biasanya belajar untuk memperoleh angka
yang baik, walaupun ilmu itu juga penting.
b) Upacara-Upacara
Peristiwa yang biasanya dilakukan dengan upacara ialah
penerimaan murid baru. Pada waktu yang lalu murid-murid SMA turut
melakukan masa perkenalan, meniru kakak-kakaknya diperguruan
tinggi. Sebenarnya mereka mengikuti jejak mahasiswa zaman kolonial,
yang menerima mahasiswa baru dengan upacara perpeloncoan.
Upacara yang menggembirakan ialah upacara wisuda yang
melepaskan para siswa yang telah lulus yang kemudian akan
melanjutkan pelajaran pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi atau
mengadu nasibnya dalam dunia pekerjaan.
Upacara itu melambangkan beberapa hal:
1) Untuk menyatakan besarnya nilai pendidikan bagi pembinaan
generasi muda dan kepercayaan bahwa pendidikan membawa
kemajuan bagi setiap siswa.
2) Bagi mereka yang lulus, wisuda itu merupakan pengakuan atas
paraf pendidikan yang telah mereka capai. Wisuda mengakhiri
periode tertentu dalam hidupnya dan membuka lembaran baru serta
memasuki periode yang baru dan masa menuju kedewasaan.

c) Upacara Bendera
Ada sekolah yang memulai sekolah dengan mengumpulkan
murid-murid untuk upacara, namun ada juga sekolah swasta
mungkin mulai dengan do’a serta pengumuman dan petunjuk dari
kepala sekolah. Upacara ini selain mempunyai fungsi kontrol juga
menanamkan rasa identifikasi anak dengan sekolahnya dan semangat
persatuan serta rasa turut bertanggung jawab atas nama baik
sekolahnya.
Upacara bertujuan untuk menanamkan rasa kebangsaan
dengan meresapkan dasar pikiran, dan cita-cita serta norma-norma
yang terkandung dalan Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, dan
Sumpah Pemuda.
D. Norma-Norma Sosial dalam Situasi Belajar
Kegiatan belajar yang berpusat dalam ruang kelas hanya dapat
berjalan lancar karena adanya pola-pola kebudayaan sekolah yang
menentukan kelakuan yang diharapkan dari murid dalam proses
pembelajaran. Interaksi yang terus menerus antara guru dan murid
mengharuskan masing-masing memahami norma-norma kelakuan serta
isyarat yang melambangkan norma-norma tertentu.
Norma di sekolah juga memperhatikan apa yang diharapkan
masyarakat. Guru harus memanfaatkan harapan orang tua dan
menerapkannya dalam kelas dalam bentuk norma-norma.
E. Latar Belakang Guru
Menurut penelitian di Amerika Serikat sebagian besar guru berasal
dari golongan menengah seperti petani, pengusaha kecil, buruh harian, dan
sebagainya. Latar belakang guru, yakni berasal dari golongan petani dan
kaum buruh perlu dipertimbangkan dalam pola kebudayaan di sekolah
yang banyak dipengaruhi oleh guru itu.

Guru akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang


diperolehnya melalui pendidikan dari orang tuanya ke dalam kelas yang
diajarnya. Dalam kelas guru merupakan daya utama menentukan norma-
norma di dalam kelasnya dan otoritas guru sukar dibantah. Dialah
menentukan apa yang harus dilakukan oleh murid agar ia belajar. Ia
menuntut agar anak-anak menghadiri setiap pelajaran agar mereka berlaku
jujur dalam ulangan, datang pada waktunya ke sekolah, melakukan
tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Masyarakat
Menurut Nasution, manusia adalah makhluk sosial, ia hidup dalam
hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain.
Karena itu manusia tidak mungkin hidup layak di luar masyarakat.
Menurut Nasution, dalam pengelompokkannya masyarakat dibedakan
menjadi, yaitu:
a) Kelompok Primer
b) Kelompok sekunder
Pengertian Kebudayaan
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, kebudayaan adalah kegiatan
dan penciptaan akal budi manusia. Kebudayaan (Cultuur dalam bahasa
Belanda), (Culture dalam bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin “Colere”
yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan,
terutama mengolah tanah atau bertani.
Kebudayaan Sekolah
Menurut Nasution, sistem pendidikan mengembangkan pada pola kelakuan
tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dari murid-
murid. Kehidupan di sekolah dan norma-norma yang berlaku dapat disebut
dengan kebudayaan sekolah.

REFERENSI

Ahmadi, Abu, 2004. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nasution, 2010. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Bumi Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai