Anda di halaman 1dari 15

HAMBATAN HAMBATAN YANG DI HADAPI GURU DALAM

PENGELOLAAN KELAS DI SD IT INSANTAMA


G I Agit, D Rachma

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No.1 Kotak Pos 35 Ciawi Bogor 16720 a

e-mail: garnisintan15@yahoo.com

Abstrak

Dalam Pengelolaan kelas, salah satu upaya guru adalah menciptakan kondisi kelas yang
kondusif. Obsevasi ini berupaya mengungkapkan hambatan-hambatan yang dihadapi guru
dalam pengelolaan kelas, kelas 3 di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insantama. Pendekatan
yang kami gunakan adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi
dan wawancara. Teknik observasi dilakukan pada satu orang guru wali kelas yang mengajar
pada kelas 3 C untuk melihat hambatan-hambatan yang dialami guru dalam pengelolaan kelas
dengan teknik wawancara. Berdasarkan analisis data, hasil obsevasi ini dapat dikemukakan
bahwa selama proses pembelajaran guru mengalami kesulitan yang terdapat pada faktor
kurikulum yang dimana guru kurang dapat memahmi beberapa bagian dari buku ajar yang
harus dilakukan pembedahan ulang mengenai makna dari materi tersebut. Simpulan dari
obsevasi ini adalah hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insantama adalah terletak pada buku ajar.

Abstrac
In classroom management, one of the teacher's efforts is to create conducive classroom
conditions. This observation seeks to reveal the obstacles faced by teachers in class
management, grade 3 in Insantama Integrated Islamic Primary School. The approach we use
is qualitative. Data collection is done by observation and interview techniques. The
observation technique was carried out on one homeroom teacher who taught in class 3 C to
see the obstacles experienced by the teacher in classroom management with interview
techniques. Based on data analysis, the results of this observation can be stated that during
the learning process the teacher experiences difficulties found in curriculum factors where the
teacher is less able to understand some parts of the textbook that must be re-performed on the
meaning of the material. The conclusion of this observation is that the obstacles faced by
teachers in managing classes at the Insantama Integrated Islamic Primary School are located
in the textbook.
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses mempersiapkan kehidupan anak yang sedang


mengalami perkembangan menuju ke arah kedewasaan. Proses pendewasaan ini berlangsung
dalam tiga lingkungan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekolah. Khususnya di lingkungan sekolah, ada tiga pokok yang menjadi dasar bagi kegiatan
pendidikan. Unsur pertama, bahwa pendidikan menjadi tujuan yang dicapai yaitu
pengembangan dan keterampilan anak. Kedua, bahwa pendidikan adalah usaha disengaja dan
berencana terutama dalam pemilihan materi pelajaran, strategi mengajar, serta teknik
penilaian. Sedangkan ketiga, bahwa proses pendidikan berlangusng dalam lingkungan yang
telah disiapkan sebelumnya (Sardiman,2010: 56)
Menurut Oemar Hamalik (dalam Djamarah dan Zain, 2002:196) “Kelas adalah suatu
kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari
guru”.
Dalam melakukan kegiatan belajar bersama, khususnya di dalam kelas, yang berupaya
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang kondusif sehingga memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan nyaman danmencapai tujuan pembelajaran secara efektif,
perlu adanya usaha dari guru dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif, guna
tercapainya tujuan pembelajaran. Guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pengajar
dengan menguasai pengelolaan kelas yang baik. Menurut Djamarah dan zain (2002:194)
“Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar.
Pengelolaan kelas berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Baik pengelolaan
kelas maka baik pula proses kegiatan belajar mengajar, begitupun sebaliknya butuk
pengelolaan kelas maka buruk pula proses kegiatan belajar mengajar yang akan berdampak
pada pembelajaran siswa. Semakin baik pegelolaan kelas yang diberikan, maka semakin baik
pula aktivitas belajar siswa disekolah, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa pengelolaan
kelas yang baik maka aktivitas belajar siswa disekolah akan menurun (Dai,2015:8).
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antar guru dan siswa dan
siswa dengan siswa, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas
yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinta proses belajar mengajar yang efektif.
Menurut pengamatan kami di SD IT Insantama, selama proses pembelajaran belum
berjalan dengan efektif. Terlihat suasana kelas yang tidak kondusif, itu terlihat dari tidak
tertibnya para siswa di dalam ruang kelas. Siswa terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-
masing tanpa memperdulikan penjelasan guru terhadap apa yang sedang disampaikan di
depan kelas, sehingga tidak sedikit siswa yang tidak mengerti terhadap apa yang sudah
dijelaskan oleh guru. Guru mencoba menertibkan siswa-siswanya namun ada yang
mendengarkan dan ada pula yang tidak memperdulikan perintah guru. Tentunya keadaan
seperti ini mengganggu jalannya proses pembelajaran dan sangat merugikan bagi siswa yang
memang ingin belajar. Tentunya menjadi tugas bagi guru sebagai pengendali kelas untuk
mengatasi permasalahan yang menghambat pengelolaan kelas sehingga pengelolaan kelas
tidak bisa terlaksana dengan baik. Untuk itu guru perlu mengetahui hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam pengelolaan kelas agar penyelesaian masalah dapat teratasi dengan tepat.
Dari uraian diatas maka tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan hambatan-hambatan yang di hadapi guru dalam pengelolaan kelas 3 di SD
IT Insantama.
Manfaat yang diharapkan adalah dari obsevasi ini kami sebagai penulis dapat
menambah wawasan dan pengalaman dalam hal hambatan-hambatan dalam pengelolaan
kelas.

MATERI DAN METODE

MATERI

Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memilki keukuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepibadian,kecerdasan,akhlak
mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Pengertian pendidikan
dapat diartikan sebagai usaha sadar sistemasis untuk mencapai taraf hidup atau untuk
kemajuan lebih baik.Secara sederhana,pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran
bagi peserta didik untuk dapat mengerti,paham,dan membuat mansia lebih kritis dalam
berpikir.
Pengertian pendidikan secara etimologi atau asal-usul,kata pendidikan dalam bahasa inggris
disebut dengan education,dalam bahasa latin pendidikan disebut dengan educatum yang
tersusun dari dua yaitu E dan Duco di mana kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam
ke luar atau dari sedikit banyak,sedangkan Duco berarti perkembangan atau sedang
berkembang.Jadi,secara etimologi pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.Sedangkan menurut Kamus Bahasa
Indonesia,pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia.Mneurut KBBI kata pendidikan datang dari kata
“didik” dengan memeperoleh imbuhan “pe” akhiran “an”,yang artinya langkah,sistem atau
perbuatan mendidik.
Kata pendidikan secara bahasa datang dari kata “pedagogi” yaitu “paid” yang artinya anak
serta “agogos” yang artinya menuntun,jadi pedagogi yaitu pengetahuan dalam menunutun
anak.Sedang secara istilah pengertian pendidikan adalah satu sistem pengubahan sikap serta
perilaku seorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia atau peserta didik
lewat usaha pengajaran serta kursus.
Pengertian pendidikan,pendidikan dapat diperoleh baik secara formal dan non
formal.Pendidikan secara formal diperoleh dengan mengikuti program-program yang telah
direncanakan,terstruktur oleh suatu institusi,departemen atau kementrian memerlukan sebuah
kurikulum untuk melaksanakan perencanaan pengajaran.Sedangkan pendidikan non formal
adalah pengetahuan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari berbagai pengalaman baik
yang dialami atau dipelajari dari orang lain.
Penegrtian pendidkkan menurut KI Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
: Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pengertian pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak,adapun maksudnya,pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu,agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut Ahmad D.Marimba :Pengertian pendidikan menurut Ahmad D.Marimba adalah
bimbingan secara saadar oelh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik
menuju terebntuknya kepribadian yang utama.
Martinus Jan Langeveld : Penegrtian pendidikan menurut Martinus Jan Langeveld :
Penegrtian pendidikan menurut Martinus Jan Langeveld bahwa pengertian pendidikan adalah
upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri supaya dpat
bertanggung jawab secara susila.Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam
membimbing manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan.
Gunning dan Kohnstamm :Pengertian pendidikan menurut Gunning dan Kohnstamm adalah
proses pemebentukan hati nuarni.Sebuah pembentukan dan penentuan diri secara etis yang
sesuai dengan hati nuarni.
Stella Van Petten Henderson : Menurut Stella Van Petten Henderson bahwa pendidikan
adalah kombiansi pertumbuhan,perkembangan diri dan warisan sosial.
Carter,V.Good : Pengertian pendidikan menurut nya bahwa pendidikan adalah proses
perekembangan kecakapan individu dalam sikap dan perilaku bermasyarakat.Prose ssosial
dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang teroragnisisr,seperti rumah atau
sekolah,sehingga dapat mencapai perkembangan diri dan ekcakapan sosial.
Kemudian juga ada penjelas pendidikan menurut UU NO.20 Tahun 2003 : Pengertian
pendidikan menurut UU No.20 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diirnya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian
diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang dieprlukan
dirinya,masyarakat,bangsa,dan negara.
Berdasarkan MPRS No.2 Tahun 1960 bahwa y=tujuan pendidikan adalah membentuk
panacasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD
1945 dan UUD 945.

Manajemen kelas adalah ketentuan dan prosedur yang diperlukan guna menciptakan
dan memelihara lingkungan tempat terjadi kegiatan belajar dan mengajar. Manajemen kelas
juga dapat diartikan sebagai perangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk
menarik perilaku siswa yang wajar, pantas, dan layak serta usaha dalam meminimalkan
gangguan (Hasri, 2009:41)
Manajemen Kelas merupakan usaha guru untuk menata dan mengatur tata laksana kelas
diawali dari perencanaan kurikulum, penataan prosedur dan sumber belajar, pengaturan
lingkungan kelas, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang
mungkin timbul di kelas. Menurut Arikunto (1992:67), manajemen kelas adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu
dengan maksud agar dicapainya kondisi yang optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan.
Manajemen Pengelolaan Kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru menciptakan
dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal agar peserta didik merasa nyaman, saling
memiliki dan betah belajar di dalam kelas. Dengan kondisi tersebut diharapkan prestasi siswa
bisa meningkat dalam proses belajar mengajar, sehingga melahirkan lulusan yang kompeten
dan sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional
dan sikap serta apresiasi pada siswa (Djamarah dan Zain, 2010:178)

Tujuan manajemen kelas adalah menurut (Wijaya dan Rusman, 1994:114)


1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan manajemen kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati
setiap kemajuan atau perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang
tergolong lamban.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.

Adapun tujuan pengelolaan kelas yang dikekukakan oleh Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen (1996) yang dikutip Rachman (1998/1999”15) adalah:
1. Mewujudkan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan berkembanganya kemampuan masing-
masing siswa.
2. Menghilangkan bebagai hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif.
3. Menyediakan fasislitas atau peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi
kegiatan belajar siswa yang seusia dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan
sosial, emosional dan intelektualnya
4. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan
kependidikannya.

Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah
kegiatan timbal balik antar guru dengan siswa untuk menuju tujuan yang lebih baik. Proses
pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interkasi antar guru dan
siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan
dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin
interkasi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapa tercapai secara optimal.

Menurut pendapat Badafal (2005:11), pembelajarn dapat diartikan sebagai “segala


usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien”. Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007:12) juga berpendapat bahwa
pembelajaran dapat di definisikan sebagai suatu proses yang mana suattu kegiatan berasal
atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari
perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecendrungan-kecenderungan
reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah
segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan
harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan
belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik
untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku
individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses
pembelajaran yang baik akan membetuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan
munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik
atau pengalamna tertentu.

Tujuan pembelajaran pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan


dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siwa dan merangsang
keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka (Dahar, 1996:106).
Menurut Adrian (200:25) dalam artikelnya menjelaskan kegiatan belajar mengajar
melibatkan beberapa komponen yaitu guru (pendidik), peserta didik, tujuan pembelajaran, isi
pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi pembelajaran. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar yaitu yang pertama adalah faktor guru, dimana yang
perlu diperhatikan adalah keterampilan mengajar, metode yang tepat dalam tahapan
pembelajaran. Kedua faktor siswa, yang perlu diperhatikan disini adalah karakteristik umum
dan karakteristik khusus. Ketiga faktor lingkungan, lingkungan di dalam ntraksi belajar
mengajar merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar. Keempat faktor kurikulum, di
bagian ini yang menjadi titik perhatian adalah bagaimana merealiasikan komponen metode
dengan evaluasi.
Selain proses belajar manajemen pengelolaan kelas juga erat kaitannya dengan
kurikulum. Kurikulum merupakan seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pembelajaran yang di pedomani dalam kativitas belajar mengajar. Menurut
Kerr, J.F (1968) adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilakasakan secraa individu
ataupun berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah. Manfaat kurikulum bagi guru
yaitu dapat menjadi pedoman untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi hasil
kegiatan pembelajaran. (1) Dapat memberikan pemahaman kepada pengajar atau guru dalam
menjalankan tugasnya, (2) dapat mendorong untuk lebbih kreatf dalam penyelerenggaraan
program pendidikan, (3) dapat membantu menunjang pengajaran supaya lebih baik.

Di setiap kegiatan ada saja masalah atau hambatan yang di dapat termasuk juga dalam
pengelolaan kelas. Ada beberapa hambatan pengelolaan kelas yang ada dalam ruang lingkup
wewenang seorang pendidik atau guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti
bahawa seorang pendidik dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan dan
mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang menguntungkan jika ada
gangguan sehingga peserta didik berkesempatan untuk mengambil manfaat yang optimal dari
kegiatan belajar yang dilakukannya.
Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut
bisa datang dari guru sendiri, peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karen afaktor
fasilitas.

A. Hambatan yang ada dalam wewenang guru


Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas yang ada dalam ruang lingkup wewenang
seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang guru bidang
studi yang sedang mengelola proses pembelajaran dituntut untuk dapat menciptakan,
memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang
menguntungkan kalau ada gangguan sehingga peserta didik berkesempatan untuk
mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
B. Hambatan yang ada dalam wewenang sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Dalam kenyataan sehari-hri di kelas, akan ditemukan masalah pengelolaan yang
lingkup wewenang untuk mengatasinya berada di luar jangkauan guru atau pendidik bidak
studi. Masalah ini harus diatasi oleh sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan. Bahkan
meungkin juga ada masalah pengelolaan yang tidak bisa hanya diatasi oleh suatu lembaga
pendidikan akan tetapi menuntut penanganan bersama anatar sekolah.
Hambatan-hambatan yang ada diabawah wewenang sekolah antara lain pembagian
ruangan yang adil, pengaturan upacara bendera pada setiap hari senin dan bila pada hari
itu turun hujan lebat, menegur peserta didik yang selalu terlambat pada saat apel bendera,
meningkatkan peserta didik yang tidak mau memakai seragam sekolah, menasehati peserta
didik yang rambutnya gondrong.

C. Hambatan yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah
Dalam mengatasi hambatan semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah orang
tua. Selain masalah di atas juga ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam
pengelolaan kelas adalah :

1. Faktor guru
Faktor penghambat yang datang dari sini berupa hal-hal, seperti tipe
kepemimpinan guru yang otoriter, format belajar mengajar yang tidak bervariasi
(monoton) atau bisa disebut gaya mengajar guru yang monoton, kepribadian guru yang
tidak baik, pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman guru tentang peserat didik
yang kurang.
Kemudian juga terdapat penjelasan tentang beberapa gaya mengajar guru agar
membuat siswa nyaman dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar guru adalah suatu
kegiatan guru dalam kondisi kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam kelas sehingga
peserta didik tidak merasa bosan dengan apa yang disampaikan oleh guru. Variasi gaya
mengajar guru dalam kegiatan mengajar tentunya sangat berpengaruh dalam kondisi
peserta didik dikelas, salah satu fungsi variasi mengajar sebagai penarik perhatian
peserta didik memberikan motivasi dan minat belajara peserta didik.
Tujuan dari gaya mengajar guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajar dikelas
untuk mencapainya tujuan pembelajaran serta kurikulum yang diimplementasikannya.
Dengan ketercapaiannya tujuan pembelajaran diharapkan proses belajar peserta didik
dapat meningkat sesuai dengan Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) dan guru juga
harus mampu mengembangkan gaya da teknik pengajaran. Dalam proses mengajar
guru pun yang juga manusia ciptaan Allah SWT telah diberikan akal unyuk berfikir dan
mengembangjan cara mengajarnya. Karena dalam proses belajar mengajar, variasi
mengajar seorang guru sangat dibutuhkan agar peserta didik tidak merasa bosan saat
berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk mengembangkan
variasi gaya mengajar agar peserta didik tidak merasa bosan dan dapat memberikan
motivasi belajar.
Setiap guru pasti memiliki gaya mengajar masing-masing hal inilah yang
merupakan ciri khas seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan itulah
yang harus di milki guru dalam melaksanakan pengajaran.

Adapun macam-macam gaya mengajar (Teaching Style)


a. Gaya mengajar klasik
Gaya mengajar klasik ini adalah gaya yang sudah sering digunakan oleh guru-
guru. Guru masih mendominasikan kelas dan peserta didik tidak aktif, sehingga akan
menghambat belajar peserta didik.

b. Gaya mengajar teknologis


Gaya mengajar ini menekankan pada pemvelajaran berbasis teknologi artinya
guru pun harus menguasai media yang berteknologi canggih. Berbeda dari gaya
mengajara sebelumnya, gaya mengajar mengajara teknologis memebrikan
kesempatan pada peserta didik untuk aktif dengan menggunakan media diharapkan
dengan peserta didik belajar menggunan media setidaknya dapat membrikan
motivasi belajar.

c. Gaya mengajar personalisasi


Berbeda dari gaya mengajar guru yang sebelum-sebelumnya disini guru lebih
memposisikan sebagai teman belajar peserta didik, jadi disini guru bukan hanya
memebrikan ilmu kepada peserta didik unutk lebih pandai, tetapi juga untuk
meningkatkan kompetensi seorang guru.

d. Gaya mengajar interaksional


Dalam proses pembelajaran,peserta didik juga sebagai makhluk hidup yang
tentunya adalah makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain dan
peserta didik juga melakukan interaksi sosial. Gaya mengajar interaksional ini guru
dituntut untuk menciptakan iklim saling ketergantungan dan timbulnya dialog antar
peserta dididk artinya keduanya sama-sama menjadi subjek pembelajaran.

2. Faktor peserta didik.


Sebagai salah satu komponenn yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.anak meupakan salah satu aspek yang dapat menjadi faktor penghambat
dalam pengelolaan kelas. Keadaan ini terjadi apabila aktivitas dan perilaku yang
ditampilkan anak tidak emndukung akttivitas pembelajaran yang diinginkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan kata lain,kegiatang
pengeloalaan kelas yang kondusif untuk aktivitas pembelajarantidak akan terwujud jika
anak menampilkan perilaku yang menganggu kelancaran proses pembelajaran. Perilaku
tidak mendukung atau menyimpang, kemarahan gurur memuncak seiring dengan
meningkatnya jumlah anak yang berperilaku menyimpang.
Kekurangan sadaran peserta didik dalam memenuhi yugas dan haknya sebagai
anggota kelas atau suatu sekolah akan menajdi masalah dalam pengelolaan kelas.

3. Faktor keluarga dan lingkungan.


Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan
keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik
yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik pengganggu
dan pembuat ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang broken-home.
Kelas merupakan suatu tempat berkumpulnya anak-anak sebagai individu dari
anggota masyarakat. Kehadiran anak di kelas sudah membawa beberapa karakteristik
lingkungan sekitar dan masyarakat di mana anak berada. Dikaitkan dengan pengelolaan
kelas, faktor lingkungan sekitar dan keluarga merupakan aspek yang berpengaruh
secara tidak langsung terhadap pembentukan moral, perilaku dan kepribadian anak. Ini
berarti bahwa anak yang hadir di kelas sudah mempunyai karakter yang terbentuk
akibat pengaruh lingkungan sekitar dan keluarga. Apabila lingkungan sekitar dan
keluarga memberikan stimulus yang positif terhadap pembentuka moral dan
kepribadian anak, maka perilaku yang ditampilkan anak cenderung positif pula.
Sebaliknya stimlus yang negatif menghasilkan pembentukan perialku yang negatif
pula. Jika hal ini yang dimunculkan anak di kelas, jelas akan menganggu suasana kelas.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mempunyau peranan penting dan
berfungsi melaksanakan dasar-dasar bagi perkembangan anak. Hubungan dan interaksi
dengan anggota keluarga akan dijadikan landasan bersikap oleh anak dalam bertindak
baik terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. Di samping itu, pola
penyesuaian diri dari belajar juga dieproleh pertama oleh anak dari lingkungan
keluarga. Oleh karena landasan awal diperoleh anak dari keluarga, maka Hurlock
(1978) berpendapat bahwa : Dengan meluasnya lingkup sossial dan adanya kontak
dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah,landasan awal ini, mungkin
berubah dan modifikasi, namun tidak permnah akan hilang sama sekali. Sebaliknya
landasan ini mempengaruhi pola sikap dan perilaku di kemudian hari.
Konsep di atas menunjukkan perlakuan yang diterima anak dari keluarga
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan anak secara keseluruhan. Secara
lebih khusus, menurut Hurlock ada sejumlah sikap orang tua yang khas yang
berpengaruh terhadap anak, yaitu :
a. Melindungi anak secara berlebihan
Sikap melindungi anak secara berlebihan menyebabkan anak empunyai
ketergantungan kepada orang lain, kurang rasa percaya diri dari frustasi.
b. Bersikap permisivitas
Sikap pemisivitas orang tua terhadap anak berarti orang tua membiarkan anak
berbuat sesuka hati, dengan sedikit kekangan. Sikap pemisif yang tidak berlebihan
dapat mendodorng anak menjadi kreatif, cerdik, percaya diri dan matang.
c. Memanjakan anak
Memanjakan anak secara berlebihan mengakibatkan anak egois dan penuntut
banyak perhatian dan pelayanan dari orang lain, sehingga penyesuaian sosial kurang
baik.
d. Penolakan
Sikap penolakan cenderung mengabaikan kesejahteraan anak. Hal ini dapat
menimbulkan rasa dendam, perasaan tak berdaya dan perilaku gugup.
e. Penerimaan
Sikap penerimaan ditandai dengan memberikan perhatian yang besar dan aksih
sayang kepada anak.denagn memperhatikan kemampuan dan minat anak. Sikap ini
menyebabkan anak dapat bersosialisasi dengan baik, kooperatif, ramah, loyal,
emosional stabil dan gembira.
f. Dominasi
Jika anak didominasi oleh orang tua, anak dapat bersifat jujur, sopan dan
berhati-hati. Tetapi anak yang selalu didominasi cenderung pemalu, patuh dan
mudah dipengaruhi oleh orang lain, mengalah, rendah diri da sangat sensitif.
g. Tunduk pada anak
Sikap tunduk pada anak mengakibatkan anak memerintah orang tua da sedikit
tenggang rasa. Anak belajar menentang semua yang berwenang dan mencoba
mendominasi orang di luar lingkungan rumah.
h. Favoritisme
Kebanyakan orang tua tidak bersikap sama terhadap anak, artinya ada anak yang
favorit sehingga orang tua lebih menuruti keinginan dan mencintai anak favorit.
Dampak dari sikap ini anak akan selalu berupaya unyuk mendominasi dalam
pergaulan.
i. Ambisi orang tua
Orang tua mempunyai ambisi tertentu bagi anaknya, namun kadang kala tidak
realistis. Hal ini disebabkan oleh ambisi dan hasrat orang tua yang tidak tercapai dan
diharapkan anak dapat merealisasikannya. Jika anak tidak dapat memenuhinya,anak
cenderung bersikap bermusuhan, tidak bertanngung jawab danprestasi di bawah
kemampuan. Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencermiann
keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku
peserta didik yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserat
didik pengganggu dan pembuat ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang
broken-home.

4. Faktor fasilitas.
Faktor ini meliputi : Upaya mewujudkan pengelolaan kelas yang efektif di SD
juga akan dipengaruhi oleh ketersediaan dan keadaan sarana prasarana sekolah serta
segala fasilitas yang dimilki oleh sebuah Sekolah Dasar. Faktor ini berkaitan dengan
fisik sekolah da ruang kelas dengan segala perlengakapan atau perabot pendukungnya.
Ini mempunyai arti bahwa pengelolaan kelas yang kondusif dapat diwujudkan apabila
tersedia sarana dan prasarana yang repsentasif dan memadai sebagai tempat yang
nyaman untuk melaksanakan proses pembelajaran. Konsep, teori dan strategi yang
digunakan oleh guru.
Jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu banyak dan tidak seimbang dengan
ukuran kelas, besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah peserta
didiknya, ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang
membutuhkannya dalam mengelola kelas tidak akan mempunyai arti apa-apa jika
aktivitas ini tidak ditunjang oleh ketersediaan saran dan prasarana yang memadai.
Faktor sarana dan prasarana yang dapat menajdi penghambat dalam usaha
menciptakan suasana kelas yang kondusif di SD adalah sebagai berikut :
a. Keadaan bangunan fisisk sekolah yang tidak layak dijadikan tempat
penyelenggaraan pendidikan SD
b. Tidak tersedianya ruang pendukung kelancaran aktivitas pemeblajaran seperti :
kamar kecil, ruang musik dan sebagainya.
c. Ukuran ruang kelas yang terlalu kecil sehingga membatsi pergerkaan dan aktiviats
anak
d. Ruang kelas yang tidak memiliki ventialsi yang cukup sehingga perkuranan udara
tidak baik
e. Suasana kelas yang gelap sebagi akibat dari kekurangan cahaya masuk atau sistem
peneranagan yang tidak mencukupi
f. Kurang tersedia perabot dan peralatan bermain yang sesuai dengan perkembanagn
anak yang dapat dimanfaatkan anak untuk bermain baik dalam maupun di luar kelas
g. Buku- buku yang tidak disimpan secara teratur pada tempatnya ssehingga tampak
berserakan dalam ruang kelas.
Agar saran dan prasaran sekolah dapat mendukung kegiatan peneglolaan kelas
yang kondusif, pada dasarnya sejak awal sangat diperlukan perencanaan bangunan
fisik sekolah dengan segala faislitas pendukungnya. Berkenaan dengan hal ini,
Nawawi (1989) menyatakan :
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah
berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus
disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum
selalu dapat berubah sedang ruanagn/gedung bersifat permanen,maka diperlukan
kreatktivitas yang mengatur pendayagunaan ruang/gedung yang tersedia berdasarkan
kurikulum yang dipergunakan.

5. Faktor yang bersumber dari Kurikulum


Kurikulum merupakan semua pengalaman belajar yang akan dieproleh anak guna
mencapai tujuan perkembangan secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilkinya.
Oleh karena itu kurikulum dirancang sesuai dengan karakteristik anak, di samping
memenuhi harapan masyarakat pada umumnya. Kurikulum yang telah dirancang akan
diimplementasikan di kelas. Ini berarti bahwa kelas bukan hanya tempat berkumpulnya
anak dan guru, melainkan lebih dari itu yaitu suatu tempat berlangsungnya aktivitas
pemeblajaran yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa rangkaian aktivitas pembelajaran yang terjadi di kelas
dipengaruhi oleh kurikulum yang telah disusun.

METODE

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


pendekatan kualitatif studi kasus.sebagaimana pendapat Lonoln dan Guba (Sayekti
Pujosuwarno,1992:34) yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga
disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan
mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insantama yang
beralamat Jl. Hergamanah IV No.47, Gunung Batu, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor,
Jawab Barat, 16118.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
wawancara mendalam, obsevasi. Tahap-tahap penelitian terdiri atas 4 tahap, yaitu :

Tahap pra lapangan


Pada awalnya peneliti akan melakukan observasi di sekolah yang ada di daerah Bogor
dan sekitarnya, namun karena satu dan dua hal seperti keterbatasannya waktu dan
kesempatan,akhirnya peneliti lakukan di SDIT Insantama. Dalam persiapannya peneliti
mencari dan mengumpulkan kembali data-data dan instrumen yang peneliti gunakan sewaktu
melakukan observasi. Sebelum peneliti melakukan observasi kami membuat terlebih dahulu
instrumen wawancara yang akan digunakan.

Tahap pekerjaan lapangan


Peneliti melakukan observasi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Bogor pada tanggal 2
Mei 2019 pukul 09:30 WIB. Peneliti melakukan observasi didalam kelas ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung. Selain itu peneliti juga melakukan observasi dilingkungan
sekolah. Selain itu peneliti juga sempat melakuakan wawancara dengan salah satu wali kelas.

Tahap analisis data


Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti dalam tahapan
ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif sampai pada interpretasi data-data
yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti juga menempuh proses triangulasi data
yang diperbandingkan dengan teori kepustakaan. Kami melakuakn analisis kembali data yang
sudah kami dapatkan. Tahapan analisis data dilakukan selama 2 minggu atau 14 hari.
Tahap laporan hasil penelitian
Pada tahap ini berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan dengan dosen
pengampu mata kuliah. Manajemen Pengelolaan Kelas yang telah ditentukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
Hasil penelitian menunjukkan :
Wawancara dengan Wali Kelas

Tabel 1.1 Hasil wawancara dengan Wali Kelas


No. Instrumen Hasil Wawancara
1. Bagaimana proses pembelajaran di Proses pembelajaran berjalan dengan baik dan
kelas 3 SD IT Insantama ini? tertib hanya saja ada beebrapa murid yang
sangat aktif bergerak.
2. Adakah perbedaan metode Tidak ada perbedaan metode yang digunakan
pembelajaran yang diberikan kepada pada siswa semuanya disamakan hanya saja
setiap peserta didik? metode yang digunakan berbeda di setiap
pembelajarannya.
3. Kurikulum apa yang digunakan di kelas Kurikulum yang digunakan saat ini adalah
3? KTSP, untuk kelas 3 4 5 masih menggunakan
kurikulum KTSP sedangakan kelas rendah 1 2
3 sudah menggunakan Kurtilas
4. Adakah keterlibatan orang tua dalam Keterlibatan orang tua pasti ada, semakin
proses pembelajaran? sering proses pembelajaran yang dilakukan
orang tua dirumah juga akan membantu siswa
dalam proses pembelajaran di kelas.
5. Apa hambatan-hambatan yang dialami Hambatan yang ada yaitu tersendat pada buku
pendidik selama proses pembelajaran? ajar yang dimana ada beberapa bagian yang
sulit untuk dimengerti sehingga harus dibaca
berulang-ulang.
6. Apa yang dilakukan atau cara apa yang Caranya yaitu dengan membedah buku
dilakukan pendidik untuk mengatasi tersebut sehingga memahami maksud dari
hambatan tersebut? materi tersebut.

PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SD IT Insantama yang berada di Jl. Hergamanah IV
No.47, Gunung Batu, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor, Jawab Barat. Kondisi sekolah
yang nyaman serta semua fasislitas yang lengkap mampu menciptakan kenyamanan
bagi siapapun yang datang.
Usaha guru dalam mengelola kelas bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan inilah
guru selalu berusaha meneglola kelas. Guru mengelola kelas tentunya dengan tujuan
agar kelas menjadi kondusif sehingga membuat jalannya proses belajar mengajar
menjadi lancar dan siswa dapat memahami terhadap pelajaran yang guru sampaikan.
Pengelolaan kelas berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Baik
pengelolaan kelas maka baik pula proses kegiatan belajar mengajar, begitupun
sebaliknya buruk pengelolaan kelas maka buruk pula proses kegiatan belajar mengajar
yang berdampak pada pembelajaran siswa.
Kami melakukan observasi di kelas 3 C, karna pada saat kami melakukan
observasi dan wawancara yang dimana proses belajar mengajar sudah selesai atau
ditutup karena semua materi sudah tersampaikan, sehingga digantikan oleh proses
pembelajaran lain yaitu siswa diminta untuk membuat poster yang bertemakan
“Ramadhan” yang nantinya akan dipamerkan pada saat menyambut bulan suci
Ramadhan. Kami melihat guru sudah melakukan proses belajar mengajar denga baik,
pada saat pemberian waktu untuk membuat poster pun cukup sehingga siswa memiliki
waktu untuk membuat konsep dari poster mereka selain itu juga guru memberikan
beberapa contoh tulisan agar dapat menginspirasi siswa-siswa yang lain.
Selama observasi kami melihat selama proses pembelajaran guru berkeliling dan
tidak hanya duduk. Guru berkeliling untuk mengecek sampai mana kesiapan atau
proses pembuatan poster dari setiap kelompok jikalau ada dari kelompok tersebut
didapati memiliki konsep yang sama atau sampai berebut konsep antar kelompok yang
pada akhirnya dapat menimbulkan perselisihan antar siswa. Selain itu juga didapati ada
beberapa siswa yang asik dengan kesibukannya sendiri terlewat dari pengawasan guru
tersebut sehingga dapat mengganggu temannya yang lain juga menggangu jalannya
proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil dari wawancara guru kelas 3 C tentang proses pembelajaran
dimana berjalan dengan baik dan tertib hanya ada beberapa siswa yang sangat aktif,
sehingga sedikit menggangu konsentrasi teman-teman yang lainnya. Dalam metode
yang digunakan pun merada tidak ada yang di beda-bedakan antara siswa satu dengan
yang lainnya hanya saja ada pergantian metode pada setiap perubahan pembelajaran.
Guru juga dibantu dengan adanya keterlibatan orang tua dengan siswa pada proses
pembelajaran di rumah sehingga siswa pun siap untuk mendapatkan pembelajaran esok
hari. Tentang hambatan yang dialami oleh guru dalam proses pembelajarannya menurut
analisis kami yaitu masuk kedalam habatan yang di sebabkan oleh faktor kurikulum,
karena hambatan yang dialami yaitu terdapat pada buku ajar yang sulit dipahami
sehingga dibutuhkan waktu untuk memahami kembali apa maksud dari materi tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi tentang hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam


pengelolaan kelas di SD IT Insantama disimpulkan bahwa hambatan yang dihadapi guru
dalam pengelolaan kelas di SD IT Insantama adalah media (buku siswa) yang digunakan sulit
dipahami sehingga dibutuhkan pengkajian atau pembahasan ulang mengenai media tersebut,
berikut menurut penjelasan yang dikemukakan oleh guru walikelas di SD tersebut.
Seorang guru diharapkan tidak hanya mampu dalam menjelaskan materi pelajaran
tetapi juga harus mampu menguasai semua poin-poin yang dapat mendukung terciptanya
kelancaran proses belajar mengajar yang baik pula sehingga membuat siswa dapat belajar
dengan nyaman dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/7689-hambatan-hambatan-manajemen-
kelas.html
https://id.scribd.com/doc/113872261/Hambatan-hambatan-Dalam-Pengelolaan-Kelas
https://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-kurikulum-fungsi-komponen.html
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-tujuan-dan-prinsip-manajemen-
kelas.html?m=1
Djabidi, Faizal. 2017. Manajemen Pengelolaan Kelas. MADANI

Anda mungkin juga menyukai