Anda di halaman 1dari 20

HAMBATAN HAMBATAN YANG DI HADAPI GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP

ISLAMIC CENTRE AISYIYAH CIANJUR

Asep Kurniawan
STAI Al-Azhary, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia
askurniawan24@gmail.com Rizki azkiya
STAI Al-Azhary, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia
azkiya2906@gmail.com Saeful Bahri
STAI Al-Azhary, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia
saefulbahri@gmail.com

Abstrak

Dalam Pengelolaan kelas, salah satu upaya guru adalah menciptakan kondisi kelas yang
kondusif. Obsevasi ini berupaya mengungkapkan hambatan-hambatan yang dihadapi
guru
dalam pengelolaan kelas, kelas 9 di Islamic centre aisyiyah cianjur. Pendekatan yang kami
gunakan adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan
wawancara. Teknik observasi dilakukan pada satu orang guru wali kelas yang mengajar
pada kelas 9 untuk melihat hambatan-hambatan yang dialami guru dalam pengelolaan
kelas dengan teknik wawancara. Berdasarkan analisis data, hasil obsevasi ini dapat
dikemukakan bahwa selama proses pembelajaran guru mengalami kesulitan yang
terdapat pada faktor kurikulum yang dimana guru kurang dapat memahmi beberapa
bagian dari buku ajar yang harus dilakukan pembedahan ulang mengenai makna dari
materi tersebut. Simpulan dari obsevasi ini adalah hambatan-hambatan yang dihadapi
guru dalam pengelolaan kelas di Sekolah MTs Iislamic centre aisyiyah cianjur adalah
terletak pada buku ajar.

Kata kunci : hambatan,guru,buku ajar,pengelolaan kelas,kurikulum.


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses mempersiapkan kehidupan anak yang
sedang mengalami perkembangan menuju ke arah kedewasaan. Proses pendewasaan ini
berlangsung dalam tiga lingkungan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
dan lingkungan sekolah. Khususnya di lingkungan sekolah, ada tiga pokok yang menjadi
dasar bagi kegiatan pendidikan. Unsur pertama, bahwa pendidikan menjadi tujuan
yang dicapai yaitu pengembangan dan keterampilan anak. Kedua, bahwa pendidikan
adalah usaha disengaja dan berencana terutama dalam pemilihan materi pelajaran,
strategi mengajar, serta teknik penilaian. Sedangkan ketiga, bahwa proses pendidikan
berlangusng dalam lingkungan yang telah disiapkan sebelumnya (Sardiman,2010: 56)
Menurut Oemar Hamalik (dalam Djamarah dan Zain, 2002:196) “Kelas adalah
suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat
pengajaran dari guru”. Dalam melakukan kegiatan belajar bersama, khususnya di dalam
kelas, yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang kondusif
sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan nyaman danmencapai
tujuan pembelajaran secara efektif, perlu adanya usaha dari guru dalam menciptakan
kondisi belajar yang efektif, guna tercapainya tujuan pembelajaran. Guru dapat
mengoptimalkan perannya sebagai pengajar dengan menguasai pengelolaan kelas yang
baik. Menurut Djamarah dan zain (2002:194) “Pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Baik
pengelolaan kelas maka baik pula proses kegiatan belajar mengajar, begitupun
sebaliknya butuk pengelolaan kelas maka buruk pula proses kegiatan belajar mengajar
yang akan berdampak pada pembelajaran siswa. Semakin baik pegelolaan kelas yang
diberikan, maka semakin baik pula aktivitas belajar siswa disekolah, sehingga dapat
dikatakan bahwa tanpa pengelolaan kelas yang baik maka aktivitas belajar siswa
disekolah akan menurun (Dai,2015:8). Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai
jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan
interpersonal yang baik antar guru dan siswa dan siswa dengan siswa, merupakan syarat
keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat
mutlak bagi terjadinta proses belajar mengajar yang efektif. Menurut pengamatan kami
di MTs IC, selama proses pembelajaran belum berjalan dengan efektif. Terlihat suasana
kelas yang tidak kondusif, itu terlihat dari tidak tertibnya para siswa di dalam ruang kelas.
Siswa terlihat sibuk dengan kegiatannya masing- masing tanpa memperdulikan
penjelasan guru terhadap apa yang sedang disampaikan di depan kelas, sehingga tidak
sedikit siswa yang tidak mengerti terhadap apa yang sudah dijelaskan oleh guru.
Guru mencoba menertibkan siswa-siswanya namun ada yang
mendengarkan dan ada pula yang tidak memperdulikan perintah guru. Tentunya
keadaan seperti ini mengganggu jalannya proses pembelajaran dan sangat merugikan
bagi siswa yang memang ingin belajar. Tentunya menjadi tugas bagi guru sebagai
pengendali kelas untuk mengatasi permasalahan yang menghambat pengelolaan kelas

sehingga pengelolaan kelas tidak bisa terlaksana dengan baik. Untuk itu guru perlu
mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan kelas agar
penyelesaian masalah dapat teratasi dengan tepat.
Dari uraian diatas maka tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan hambatan-hambatan yang di hadapi guru dalam pengelolaan kelas 9
MTs islamic centre aisyiyah cianjur
Manfaat yang diharapkan adalah dari obsevasi ini kami sebagai penulis dapat
menambah wawasan dan pengalaman dalam hal hambatan-hambatan dalam
pengelolaan kelas.

MATERI DAN METODE PENELITIAN


Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memilki keukuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri,kepibadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Pengertian pendidikan dapat diartikan sebagai
usaha sadar sistemasis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih
baik.Secara sederhana,pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta
didik untuk dapat mengerti,paham,dan membuat mansia lebih kritis dalam berpikir.
Pengertian pendidikan secara etimologi atau asal-usul,kata pendidikan dalam
bahasa inggris disebut dengan education,dalam bahasa latin pendidikan disebut dengan
educatum yang tersusun dari dua yaitu E dan Duco di mana kata E berarti sebuah
perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak,sedangkan Duco berarti
perkembangan atau sedang berkembang.Jadi,secara etimologi pengertian pendidikan
adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan
individu.Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia,pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia.Mneurut KBBI kata pendidikan datang dari kata “didik” dengan
memeperoleh imbuhan “pe” akhiran “an”,yang artinya langkah,sistem atau
perbuatan mendidik.
Kata pendidikan secara bahasa datang dari kata “pedagogi” yaitu “paid” yang
artinya anak serta “agogos” yang artinya menuntun,jadi pedagogi yaitu pengetahuan
dalam menunutun anak.Sedang secara istilah pengertian pendidikan adalah satu sistem
pengubahan sikap serta perilaku seorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan
manusia atau peserta didik lewat usaha pengajaran serta kursus.
Pengertian pendidikan,pendidikan dapat diperoleh baik secara formal dan non
formal.Pendidikan secara formal diperoleh dengan mengikuti program-program yang
telah direncanakan,terstruktur oleh suatu institusi,departemen atau kementrian
memerlukan sebuah kurikulum untuk melaksanakan perencanaan
pengajaran.Sedangkan pendidikan non formal adalah pengetahuan yang diperoleh dari
kehidupan sehari-hari berbagai pengalaman baik yang dialami atau dipelajari dari orang
lain.
Pengertian pendidikan menurut KI Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia) : Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pengertian pendidikan adalah tuntutan

di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,adapun maksudnya,pendidikan yaitu menuntun


segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.
Menurut Ahmad D.Marimba :Pengertian pendidikan menurut Ahmad
D.Marimba adalah bimbingan secara saadar oelh pendidik terdapat perkembangan
jasmani dan rohani terdidik menuju terebntuknya kepribadian yang utama.
Martinus Jan Langeveld : Penegrtian pendidikan menurut Martinus Jan
Langeveld : Penegrtian pendidikan menurut Martinus Jan Langeveld bahwa pengertian
pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara
mandiri supaya dpat bertanggung jawab secara susila.Pendidikan merupakan usaha
manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan.
Gunning dan Kohnstamm :Pengertian pendidikan menurut Gunning dan
Kohnstamm adalah proses pemebentukan hati nuarni.Sebuah pembentukan dan
penentuan diri secara etis yang sesuai dengan hati nuarni.
Stella Van Petten Henderson : Menurut Stella Van Petten Henderson bahwa
pendidikan adalah kombiansi pertumbuhan,perkembangan diri dan warisan sosial.
Manajemen kelas adalah ketentuan dan prosedur yang diperlukan guna
menciptakan dan memelihara lingkungan tempat terjadi kegiatan belajar dan mengajar.
Manajemen kelas
juga dapat diartikan sebagai perangkat perilaku dan kegiatan guru yang
diarahkan untuk menarik perilaku siswa yang wajar, pantas, dan layak serta usaha dalam
meminimalkan gangguan (Hasri, 2009:41)
Manajemen Kelas merupakan usaha guru untuk menata dan mengatur tata
laksana kelas diawali dari perencanaan kurikulum, penataan prosedur dan sumber
belajar, pengaturan lingkungan kelas, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin timbul di kelas. Menurut Arikunto (1992:67),
manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan
belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapainya kondisi yang
optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Manajemen Pengelolaan Kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru
menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal agar peserta didik
merasa nyaman, saling memiliki dan betah belajar di dalam kelas. Dengan kondisi
tersebut diharapkan prestasi siswa bisa meningkat dalam proses belajar mengajar,
sehingga melahirkan lulusan yang kompeten dan sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan
pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan
bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa (Djamarah
dan Zain, 2010:178)
Tujuan manajemen kelas adalah menurut (Wijaya dan Rusman, 1994:114)
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan manajemen kelas, guru mudah untuk melihat dan
mengamati setiap kemajuan atau perkembangan yang dicapai siswa, terutama
siswa yang tergolong lamban.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Adapun tujuan pengelolaan kelas yang dikekukakan oleh Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen (1996) yang dikutip Rachman (1998/1999”15) adalah:
1. Mewujudkan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan berkembanganya kemampuan masing-
masing siswa.
2. Menghilangkan bebagai hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif.
3. Menyediakan fasislitas atau peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi
kegiatan belajar siswa yang seusia dengan tuntutan pertumbuhan dan
perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya
4. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya,
dan kependidikannya.

Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan


dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi
sebuah kegiatan timbal balik antar guru dengan siswa untuk menuju tujuan yang lebih
baik. Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interkasi
antar guru dan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Dalam proses
pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan.
Antara dua komponen tersebut harus terjalin interkasi yang saling menunjang agar hasil
belajar siswa dapa tercapai secara optimal.
Menurut pendapat Badafal (2005:11), pembelajarn dapat diartikan sebagai
“segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien”. Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007:12) juga
berpendapat bahwa pembelajaran dapat di definisikan sebagai suatu proses yang mana
suattu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan
karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan
berdasarkan kecendrungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-
perubahan sementara.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan
mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam
diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya
perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif
yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan
membetuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalamna
tertentu.
Tujuan pembelajaran pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh
pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siwa
dan merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka (Dahar,
1996:106).
Menurut Adrian (200:25) dalam artikelnya menjelaskan kegiatan belajar
mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu guru (pendidik), peserta didik, tujuan
pembelajaran, isi pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi pembelajaran.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar yaitu yang pertama
adalah faktor guru, dimana yang perlu diperhatikan adalah keterampilan mengajar,
metode yang tepat dalam tahapan pembelajaran. Kedua faktor siswa, yang perlu
diperhatikan disini adalah karakteristik umum dan karakteristik khusus. Ketiga faktor
lingkungan, lingkungan di dalam ntraksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya
pengalaman belajar. Keempat faktor kurikulum, di bagian ini yang menjadi titik perhatian
adalah bagaimana merealiasikan komponen metode dengan evaluasi.
Selain proses belajar manajemen pengelolaan kelas juga erat kaitannya dengan
kurikulum. Kurikulum merupakan seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pembelajaran yang di pedomani dalam kativitas belajar
mengajar. Menurut Kerr, J.F (1968) adalah semua pembelajaran yang dirancang dan
dilakasakan secraa individu ataupun berkelompok, baik disekolah maupun diluar
sekolah. Manfaat kurikulum bagi guru yaitu dapat menjadi pedoman untuk merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran. (1) Dapat memberikan
pemahaman kepada pengajar atau guru dalam menjalankan tugasnya, (2) dapat
mendorong untuk lebbih kreatf dalam penyelerenggaraan program pendidikan, (3) dapat
membantu menunjang pengajaran supaya lebih baik.
Di setiap kegiatan ada saja masalah atau hambatan yang di dapat termasuk juga
dalam pengelolaan kelas. Ada beberapa hambatan pengelolaan kelas yang ada dalam
ruang lingkup wewenang seorang pendidik atau guru bidang studi untuk mengatasinya.
Hal ini berarti bahawa seorang pendidik dituntut untuk dapat menciptakan,
memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang
menguntungkan jika ada gangguan sehingga peserta didik berkesempatan untuk
mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan
tersebut bisa datang dari guru sendiri, peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karen
afaktor fasilitas.
A. Hambatan yang ada dalam wewenang guru
Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas yang ada dalam ruang lingkup
wewenang seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang
guru bidang studi yang sedang mengelola proses pembelajaran dituntut untuk dapat
menciptakan, memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar
mengajar yang menguntungkan kalau ada gangguan sehingga peserta didik
berkesempatan untuk mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang
dilakukannya.
B. Hambatan yang ada dalam wewenang sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Dalam kenyataan sehari-hri di kelas, akan ditemukan masalah pengelolaan yang
lingkup wewenang untuk mengatasinya berada di luar jangkauan guru atau pendidik
bidak studi. Masalah ini harus diatasi oleh sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan.
Bahkan meungkin juga ada masalah pengelolaan yang tidak bisa hanya diatasi oleh suatu
lembaga pendidikan akan tetapi menuntut penanganan bersama anatar sekolah.
Hambatan-hambatan yang ada diabawah wewenang sekolah antara lain
pembagian ruangan yang adil, pengaturan upacara bendera pada setiap hari senin dan
bila pada hari itu turun hujan lebat, menegur peserta didik yang selalu terlambat pada
saat apel bendera, meningkatkan peserta didik yang tidak mau memakai seragam
sekolah, menasehati peserta didik yang rambutnya gondrong.

C. Hambatan yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah
Dalam mengatasi hambatan semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah
orang tua. Selain masalah di atas juga ada beberapa faktor yang menjadi penghambat
dalam pengelolaan kelas adalah :
1. Faktor guru
Faktor penghambat yang datang dari sini berupa hal-hal, seperti tipe
kepemimpinan guru yang otoriter, format belajar mengajar yang tidak bervariasi
(monoton) atau bisa disebut gaya mengajar guru yang monoton, kepribadian guru yang
tidak baik, pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman guru tentang peserat didik
yang kurang.
Kemudian juga terdapat penjelasan tentang beberapa gaya mengajar guru agar
membuat siswa nyaman dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar guru adalah suatu
kegiatan guru dalam kondisi kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam kelas sehingga
peserta didik tidak merasa bosan dengan apa yang disampaikan oleh guru. Variasi gaya
mengajar guru dalam kegiatan mengajar tentunya sangat berpengaruh dalam kondisi
peserta didik dikelas, salah satu fungsi variasi mengajar sebagai penarik perhatian
peserta didik memberikan motivasi dan minat belajara peserta didik.
Tujuan dari gaya mengajar guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajar dikelas
untuk mencapainya tujuan pembelajaran serta kurikulum yang diimplementasikannya.
Dengan ketercapaiannya tujuan pembelajaran diharapkan proses belajar peserta didik
dapat meningkat sesuai dengan Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) dan guru juga
harus mampu mengembangkan gaya da teknik pengajaran. Dalam proses mengajar guru
pun yang juga manusia ciptaan Allah SWT telah diberikan akal unyuk berfikir dan
mengembangjan cara mengajarnya. Karena dalam proses belajar mengajar, variasi
mengajar seorang guru sangat dibutuhkan agar peserta didik tidak merasa bosan saat
berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk mengembangkan
variasi gaya mengajar agar peserta didik tidak merasa bosan dan dapat memberikan
motivasi belajar.
Setiap guru pasti memiliki gaya mengajar masing-masing hal inilah yang
merupakan ciri khas seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan itulah
yang harus di milki guru dalam melaksanakan pengajaran. Adapun macam-macam gaya
mengajar (Teaching Style)
a. Gaya mengajar klasik
Gaya mengajar klasik ini adalah gaya yang sudah sering digunakan oleh guru-
guru. Guru masih mendominasikan kelas dan peserta didik tidak aktif, sehingga akan
menghambat belajar peserta didik.

b. Gaya mengajar teknologis


Gaya mengajar ini menekankan pada pemvelajaran berbasis teknologi artinya guru
pun harus menguasai media yang berteknologi canggih. Berbeda dari gaya mengajara
sebelumnya, gaya mengajar mengajara teknologis memebrikan kesempatan pada
peserta didik untuk aktif dengan menggunakan media diharapkan dengan peserta
didik belajar menggunan media setidaknya dapat membrikan motivasi belajar.

c. Gaya mengajar personalisasi


Berbeda dari gaya mengajar guru yang sebelum-sebelumnya disini guru lebih
memposisikan sebagai teman belajar peserta didik, jadi disini guru bukan hanya
memebrikan ilmu kepada peserta didik unutk lebih pandai, tetapi juga untuk
meningkatkan kompetensi seorang guru.

d. Gaya mengajar interaksional


Dalam proses pembelajaran,peserta didik juga sebagai makhluk hidup yang tentunya
adalah makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain dan peserta didik
juga melakukan interaksi sosial. Gaya mengajar interaksional ini guru dituntut untuk
menciptakan iklim saling ketergantungan dan timbulnya dialog antar peserta dididk
artinya keduanya sama-sama menjadi subjek pembelajaran.

2. Faktor peserta didik


Sebagai salah satu komponenn yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.anak meupakan salah satu aspek yang dapat menjadi faktor
penghambat dalam pengelolaan kelas. Keadaan ini terjadi apabila aktivitas dan
perilaku yang ditampilkan anak tidak emndukung akttivitas pembelajaran yang
diinginkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan kata
lain,kegiatang pengeloalaan kelas yang kondusif untuk aktivitas pembelajarantidak
akan terwujud jika anak menampilkan perilaku yang menganggu kelancaran proses
pembelajaran. Perilaku tidak mendukung atau menyimpang, kemarahan gurur
memuncak seiring dengan meningkatnya jumlah anak yang berperilaku
menyimpang. Kekurangan sadaran peserta didik dalam memenuhi yugas dan
haknya sebagai anggota kelas atau suatu sekolah akan menajdi masalah dalam
pengelolaan kelas.

3. Faktor keluarga dan lingkungan.


Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan
keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik
yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik
pengganggu dan pembuat ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang broken-
home.
Kelas merupakan suatu tempat berkumpulnya anak-anak sebagai individu dari
anggota masyarakat. Kehadiran anak di kelas sudah membawa beberapa
karakteristik lingkungan sekitar dan masyarakat di mana anak berada. Dikaitkan
dengan pengelolaan
kelas, faktor lingkungan sekitar dan keluarga merupakan aspek yang berpengaruh
secara tidak langsung terhadap pembentukan moral, perilaku dan kepribadian anak.
Ini berarti bahwa anak yang hadir di kelas sudah mempunyai karakter yang
terbentuk akibat pengaruh lingkungan sekitar dan keluarga. Apabila lingkungan
sekitar dan keluarga memberikan stimulus yang positif terhadap pembentuka moral
dan kepribadian anak, maka perilaku yang ditampilkan anak cenderung positif pula.
Sebaliknya stimlus yang negatif menghasilkan pembentukan perialku yang negatif
pula. Jika hal ini yang dimunculkan anak di kelas, jelas akan menganggu suasana
kelas. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mempunyau peranan penting
dan berfungsi melaksanakan dasar-dasar bagi perkembangan anak. Hubungan dan
interaksi
dengan anggota keluarga akan dijadikan landasan bersikap oleh anak dalam
bertindak baik terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. Di samping itu,
pola penyesuaian diri dari belajar juga dieproleh pertama oleh anak dari lingkungan
keluarga. Oleh karena landasan awal diperoleh anak dari keluarga, maka Hurlock
(1978) berpendapat bahwa : Dengan meluasnya lingkup sossial dan adanya kontak
dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah,landasan awal ini, mungkin
berubah dan modifikasi, namun tidak permnah akan hilang sama sekali. Sebaliknya
landasan ini mempengaruhi pola sikap dan perilaku di kemudian hari.
Konsep di atas menunjukkan perlakuan yang diterima anak dari keluarga
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan anak secara keseluruhan.
Secara lebih khusus, menurut Hurlock ada sejumlah sikap orang tua yang khas yang
berpengaruh terhadap anak, yaitu :
a. Melindungi anak secara berlebihan
Sikap melindungi anak secara berlebihan menyebabkan anak empunyai
ketergantungan kepada orang lain, kurang rasa percaya diri dari frustasi.
b. Bersikap permisivitas
Sikap pemisivitas orang tua terhadap anak berarti orang tua membiarkan anak
berbuat sesuka hati, dengan sedikit kekangan. Sikap pemisif yang tidak berlebihan
dapat mendodorng anak menjadi kreatif, cerdik, percaya diri dan matang.
c. Memanjakan anak
Memanjakan anak secara berlebihan mengakibatkan anak egois dan penuntut
banyak perhatian dan pelayanan dari orang lain, sehingga penyesuaian sosial kurang
baik.
d. Penolakan
Sikap penolakan cenderung mengabaikan kesejahteraan anak. Hal ini dapat
menimbulkan rasa dendam, perasaan tak berdaya dan perilaku gugup.
e. Penerimaan
Sikap penerimaan ditandai dengan memberikan perhatian yang besar dan aksih
sayang kepada anak.denagn memperhatikan kemampuan dan minat anak. Sikap ini
menyebabkan anak dapat bersosialisasi dengan baik, kooperatif, ramah, loyal,
emosional stabil dan gembira.
f. Dominasi
Jika anak didominasi oleh orang tua, anak dapat bersifat jujur, sopan dan berhati-
hati. Tetapi anak yang selalu didominasi cenderung pemalu, patuh dan mudah
dipengaruhi oleh orang lain, mengalah, rendah diri da sangat sensitif.
g. Tunduk pada anak
Sikap tunduk pada anak mengakibatkan anak memerintah orang tua da sedikit
tenggang rasa. Anak belajar menentang semua yang berwenang dan mencoba
mendominasi orang di luar lingkungan rumah.
h. Favoritisme
Kebanyakan orang tua tidak bersikap sama terhadap anak, artinya ada anak yang
favorit sehingga orang tua lebih menuruti keinginan dan mencintai anak favorit.
Dampak dari sikap ini anak akan selalu berupaya unyuk mendominasi dalam
pergaulan.
i. Ambisi orang tua
Orang tua mempunyai ambisi tertentu bagi anaknya, namun kadang kala tidak
realistis. Hal ini disebabkan oleh ambisi dan hasrat orang tua yang tidak tercapai dan
diharapkan anak dapat merealisasikannya. Jika anak tidak dapat memenuhinya,anak
cenderung bersikap bermusuhan, tidak bertanngung jawab danprestasi di bawah
kemampuan. Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencermiann
keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku
peserta didik yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserat
didik pengganggu dan pembuat ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang
broken-home.

4. Faktor fasilitas.
Faktor ini meliputi : Upaya mewujudkan pengelolaan kelas yang efektif di MTs
juga akan dipengaruhi oleh ketersediaan dan keadaan sarana prasarana sekolah
serta segala fasilitas yang dimilki oleh sebuah MTs IC. Faktor ini berkaitan dengan
fisik sekolah da ruang kelas dengan segala perlengakapan atau perabot
pendukungnya. Ini mempunyai arti bahwa pengelolaan kelas yang kondusif dapat
diwujudkan apabila tersedia sarana dan prasarana yang repsentasif dan memadai
sebagai tempat yang nyaman untuk melaksanakan proses pembelajaran. Konsep,
teori dan strategi yang digunakan oleh guru.
Jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu banyak dan tidak seimbang
dengan ukuran kelas, besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah
peserta didiknya, ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik
yang membutuhkannya dalam mengelola kelas tidak akan mempunyai arti apa-apa
jika aktivitas ini tidak ditunjang oleh ketersediaan saran dan prasarana yang
memadai.
Faktor sarana dan prasarana yang dapat menajdi penghambat dalam usaha
menciptakan suasana kelas yang kondusif di MTs adalah sebagai berikut :
a. Keadaan bangunan fisisk sekolah yang tidak layak dijadikan tempat
penyelenggaraan pendidikan MTs
b. Tidak tersedianya ruang pendukung kelancaran aktivitas pemeblajaran
seperti : kamar kecil, ruang musik dan sebagainya.
c. sehingga membatsi pergerkaan dan aktiviats anak
d. Ruang kelas yang tidak memiliki ventialsi yang cukup sehingga
perkuranan udara tidak baik
e. Suasana kelas yang gelap sebagi akibat dari kekurangan cahaya masuk
atau sistem peneranagan yang tidak mencukupi
f. Kurang tersedia perabot dan peralatan bermain yang sesuai dengan
perkembanagn anak yang dapat dimanfaatkan anak untuk bermain baik
dalam maupun di luar kelas
g. Buku- buku yang tidak disimpan secara teratur pada tempatnya sehingga
tampak berserakan dalam ruang kelas.
Agar saran dan prasaran sekolah dapat mendukung kegiatan
peneglolaan kelas yang kondusif, pada dasarnya sejak awal sangat
diperlukan perencanaan bangunan fisik sekolah dengan segala faislitas
pendukungnya. Berkenaan dengan hal ini,
Nawawi (1989) menyatakan :
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah
berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang
harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena
kurikulum selalu dapat berubah sedang ruanagn/gedung bersifat
permanen,maka diperlukan kreatktivitas yang mengatur pendayagunaan
ruang/gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan.

5. Faktor yang bersumber dari Kurikulum


Kurikulum merupakan semua pengalaman belajar yang akan dieproleh anak
guna mencapai tujuan perkembangan secara optimal sesuai dengan potensi
yang dimilkinya.

Oleh karena itu kurikulum dirancang sesuai dengan karakteristik anak, di


samping memenuhi harapan masyarakat pada umumnya. Kurikulum yang telah
dirancang akan diimplementasikan di kelas. Ini berarti bahwa kelas bukan hanya tempat
berkumpulnya anak dan guru, melainkan lebih dari itu yaitu suatu tempat
berlangsungnya aktivitas pemeblajaran yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rangkaian aktivitas pembelajaran
yang terjadi di kelas dipengaruhi oleh kurikulum yang telah disusun.

METODE
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pendekatan
kualitatif observasi.sebagaimana pendapat Lonoln dan Guba (Sayekti
Pujosuwarno,1992:34) yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga
disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan
mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Islamic centre aisyiyah cianjur yang beralamat Jl.
DA MUWARDI No.120, Cianjur, Jawab Barat.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
wawancara mendalam, obsevasi. Tahap-tahap penelitian terdiri atas 4 tahap, yaitu :
Tahap pra lapangan.
Pada awalnya peneliti akan melakukan observasi di sekolah yang ada di daerah
Cianjur dan sekitarnya, namun karena satu dan dua hal seperti keterbatasannya waktu
dan kesempatan,akhirnya peneliti lakukan di MTs Islamic centre aisyiyah cianjur . Dalam
persiapannya peneliti mencari dan mengumpulkan kembali data-data dan instrumen
yang peneliti gunakan sewaktu melakukan observasi. Sebelum peneliti melakukan
observasi kami membuat terlebih dahulu instrumen wawancara yang akan digunakan.
Tahap pekerjaan lapangan
Peneliti melakukan observasi di MTs Iislamic centre aisyiyah cianjur pada tanggal
15 Januari 2024 pukul 09:30 WIB. Peneliti melakukan observasi di luar kelas dikarnakan
proses pembelajaran sedang berlangsung. Selain itu peneliti juga melakukan observasi
dilingkungan sekolah. Selain itu peneliti juga sempat melakuakan wawancara dengan
salah satu wali kelas.

Tahap analisis data


Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti dalam
tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif sampai pada
interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti juga
menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan dengan teori kepustakaan.
Kami melakuakn analisis kembali data yang sudah kami dapatkan. Tahapan analisis data
dilakukan selama 1 minggu atau 7 hari.

Tahap laporan hasil penelitian


Pada tahap ini berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan dengan dosen
pengampu mata kuliah. Manajemen Pengelolaan Kelas yang telah ditentukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
Hasil penelitian menunjukkan : Wawancara dengan Wali Kelas 9

1. Bagaimana proses pembelajaran di kelas 3 SD IT Insantama ini?


Proses pembelajaran berjalan dengan baik dan tertib hanya saja ada beebrapa
murid yang sangat aktif bergerak.
3. Adakah perbedaan metode pembelajaran yang diberikan kepada setiap peserta
didik?
Tidak ada perbedaan metode yang digunakan pada siswa semuanya disamakan
hanya saja metode yang digunakan berbeda di setiap pembelajarannya.

3. Kurikulum apa yang digunakan di kelas 9?


Kurikulum yang digunakan Tahun ini adalah Kurikulum Merdeka, untuk kelas 9
menggunakan kurikulum Merdeka

4. Adakah keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran?


Keterlibatan orang tua pasti ada, semakin sering proses pembelajaran yang
dilakukan orang tua dirumah juga akan membantu siswa dalam proses
pembelajaran di kelas.

5. Apa hambatan-hambatan yang dialami pendidik selama proses pembelajaran?


Hambatan yang ada yaitu tersendat pada buku ajar yang dimana ada beberapa
bagian yang sulit untuk dimengerti sehingga harus dibaca berulang-ulang.

6. Apa yang dilakukan atau cara apa yang dilakukan pendidik untuk mengatasi
hambatan tersebut?
Caranya yaitu dengan membedah buku tersebut sehingga memahami maksud
dari materi tersebut.

PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Iislamic centre aisyiyah cianjur yang berada di
Jl. DA Muwardi No.120, Canjur Jawab Barat. Kondisi sekolah yang nyaman serta semua
fasislitas yang lengkap mampu menciptakan kenyamanan bagi siapapun yang datang.
Usaha guru dalam mengelola kelas bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan inilah guru
selalu berusaha meneglola kelas. Guru mengelola kelas tentunya dengan tujuan agar
kelas menjadi kondusif sehingga membuat jalannya proses belajar mengajar menjadi
lancar dan siswa dapat memahami terhadap pelajaran yang guru sampaikan.
Pengelolaan kelas berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Baik
pengelolaan kelas maka baik pula proses kegiatan belajar mengajar, begitupun
sebaliknya buruk pengelolaan kelas maka buruk pula proses kegiatan belajar mengajar
yang berdampak pada pembelajaran siswa.
Kami melakukan observasi di kelas 9, karna pada saat kami melakukan observasi
dan wawancara yang dimana proses belajar mengajar sudah selesai atau ditutup karena
semua materi sudah tersampaikan, sehingga digantikan oleh proses pembelajaran lain
yaitu siswa diminta untuk membuat poster yang bertemakan “Ramadhan” yang nantinya
akan dipamerkan pada saat menyambut bulan suci Ramadhan. Kami melihat guru sudah
melakukan proses belajar mengajar denga baik, pada saat pemberian waktu untuk
membuat poster pun cukup sehingga siswa memiliki waktu untuk membuat konsep dari
poster mereka selain itu juga guru memberikan beberapa contoh tulisan agar dapat
menginspirasi siswa-siswa yang lain.
Selama observasi kami melihat selama proses pembelajaran guru berkeliling dan
tidak hanya duduk. Guru berkeliling untuk mengecek sampai mana kesiapan atau proses
pembuatan poster dari setiap kelompok jikalau ada dari kelompok tersebut didapati
memiliki konsep yang sama atau sampai berebut konsep antar kelompok yang pada
akhirnya dapat menimbulkan perselisihan antar siswa. Selain itu juga didapati ada
beberapa siswa yang asik dengan kesibukannya sendiri terlewat dari pengawasan guru
tersebut sehingga dapat mengganggu temannya yang lain juga menggangu jalannya
proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil dari wawancara guru kelas 9 tentang proses pembelajaran
dimana berjalan dengan baik dan tertib hanya ada beberapa siswa yang sangat aktif,
sehingga sedikit menggangu konsentrasi teman-teman yang lainnya. Dalam metode yang
digunakan pun merada tidak ada yang di beda-bedakan antara siswa satu dengan yang
lainnya hanya saja ada pergantian metode pada setiap perubahan pembelajaran.
Guru juga dibantu dengan adanya keterlibatan orang tua dengan siswa pada
proses pembelajaran di rumah sehingga siswa pun siap untuk mendapatkan
pembelajaran esok hari. Tentang hambatan yang dialami oleh guru dalam proses
pembelajarannya menurut analisis kami yaitu masuk kedalam habatan yang di sebabkan
oleh faktor kurikulum, karena hambatan yang dialami yaitu terdapat pada buku ajar yang
sulit dipahami sehingga dibutuhkan waktu untuk memahami kembali apa maksud dari
materi tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi tentang hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam
pengelolaan kelas di MTs Iislamic centre aisyiyah cianjur disimpulkan bahwa hambatan
yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas di MTs Iislamic centre aisyiyah cianjur
adalah media (buku siswa) yang digunakan sulit dipahami sehingga dibutuhkan
pengkajian atau pembahasan ulang mengenai media tersebut, berikut menurut
penjelasan yang dikemukakan oleh guru walikelas di MTs tersebut.
Seorang guru diharapkan tidak hanya mampu dalam menjelaskan materi
pelajaran tetapi juga harus mampu menguasai semua poin-poin yang dapat mendukung
terciptanya kelancaran proses belajar mengajar yang baik pula sehingga membuat siswa
dapat belajar dengan nyaman dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/7689-hambatan-hambatan-manajemen-
https://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-kurikulum-fungsi-komponen.html
Djabidi, Faizal. 2017. Manajemen Pengelolaan Kelas. MADANI
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai