Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dalam hidup, karena melalui
pendidikan yang tepat, seorang individu dapat mengembangkan segala aspek
dalam kehidupannya. Pendidikan tidak bisa kita lepaskan dari mereka yang
sedang berstatus pelajar, karena pada hakikatnya merekalah yang sedang
menempuh pendidikan. I Made Sonny (2016) Menjelaskan pendidikan dapat
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar
sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat
dan segala usia. Sebagai pelajar yang sedang menempuh pendidikan, belajar
adalah hal yang paling penting, kebiasaan belajar yang tepat akan
menghasilkan pelajar yang baik. Pendidikan indonesia saat ini membutuhkan
pelajar-pelajar yang baik, yang nantinya akan menentukan masa depan negara
ini.
Alfiatin Nisa (2017) Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang
mencetak calon pemimpin bangsa berkualitas, oleh karena itulah sekolah
merupakan wadah yang sangat berarti dalam usaha mencapai program
pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, perhatian utama siswa adalah dapat
menjalani pendidikan secara nyaman dan dapat melakukan aktivitas pendidikan
dengan baik yang pada akhirnya mereka berprestasi juga dengan baik. Individu
yang dikatakan berprestasi apabila mereka mencapai hasil belajar maksimal
atau dengan kata lain mereka telah mendapat nilai diatas nilai ketuntasan
belajar, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun psikomotor.
Keberhasilan proses pembelajaran tercermin pada pembentukan
manusia yang berkualitas, yaitu mereka yang tangguh dalam iman dan taqwa
serta memiliki akhlak mulia dengan demikian, kompetensi kelulusan yang
diharapkan oleh setiap instansi pendidikan ialah pribadi-pribadi yang memiliki
keimanan dan ketaqwaan yang kuat, pengetahuan, keterampilan, dan berakhlak
mulia. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tercantum
dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang pendidikan yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusi yang beriman
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Manusia lahir dengan ketidakberdayaan, tanpa bantuan lingkungannya
manusia bukanlah apa-apa. Untuk menjadi berdaya, manusia terus-menerus
harus belajar, hingga akhir hayatnya. Dalam keseluruhan proses pendidikan,
kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini
berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan
dijalankan secara profesional. Menurut Pupuh Fathurrohman (2010) Proses
pembelajaran dikatakan berhasil manakala tujuan pembelajaran tercapai.
Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran bergantung pada proses
pembelajaran yang dijalani oleh peserta didik.
Wiwit Angrati (2016) Menjelaskan bahwa belajar pada dasarnya
merupakan usaha mengubah atau meningkatkan potensi seseorang. Belajar
mengubah sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dari tidak tahu menjadi
tahu, tidak mampu menjadi mampu dan lebih baik lagi melalui proses belajar
yang dijalani. Thorndike dalam Annisa Nur, dkk (2022) Berpendapat bahwa
belajar diciptakan dengan menggabungkan kebutuhan panca indra dan perilaku
atau hubungan rangsangan dan tanggapan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan yang terjadi kepada diri manusia yang didapatkan
dari usaha meningkatkan potensi dengan menggabungkan kebutuhan panca
inda dan perilaku sehingga mendapatkan informasi ataupun perubahan perilaku
dari pengalaman yang diperkuat dengan latihan.
Problematika belajar yang dihadapi oleh siswa satu dengan yang
lainnya memang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan siswa memiliki
kepribadian, pengalaman, tujuan dan kondisi yang beragam. Dewasa ini
banyak muncul fenomena perilaku peserta didil seperti tawuran,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan psikotropika, degradasi moral,
pencapaian hasil belajar yang tidak memuaskan dan banyak lainya. Ini
menunjukan proses pembelajaran konvensional biasa tidak cukup untuk
memenuhi tujuan dari pendidikan. Hal ini menunjukan perlu ada upaya
pendekatan selain proses pembelajaran guna mengatasi permasalahan tersebut.
Selain masalah kepribadian, ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan
dalam mencapai hasil belajar yang optimal, menurut Zakiah Daradjat, dkk
(2008) Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharpakan dapat
dikuasai siswa antara lain: aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik.
Aspek kognitif meliputi perubahan dalam penguasaan dan perkembangan
keterampilan atau kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan
pengetahuan tersebut, aspek afektif meliputi perubahan dalam sikap mental,
perasaan dan kesadaran serta yang ketiga aspek psikomotorik meliputi
perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. Dalam prosesnya guru
sering diahadapkan dengan masalah adanya peserta didik yang belum dapat
mengikuti pelajaran dengan lancar, ada peserta didik yang mendapatkan hasil
belajar yang rendah, meskipun sudah diusahakaan untuk belajar sebaik-
baiknya. Dengan kata lain, guru sering dihadapakan dan menemukan
permasalahan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Alfiatin Nisa (2017) Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana
siswa tidak dapat belajar dengan baik, disebabkan karena adanya gangguan,
baik yang berasal dari faktor internal siswa maupun faktor eksternal siswa.
Fenomena kesulitan belajar seseorang anak biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga
dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) anak
seperti kesukaan berteriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering
tidak masuk sekolah, keluar pada jam pelajaran dikarenakan sulit memahami
pelajaran, lebih sering mengerjakan PR di sekolah, selalu keluar kelas pada
saat proses belajar berlangsung, diberi hukuman oleh guru karena tidak
mengerjakan tugas, jika diberikan tugas ataupun latihan oleh guru jarang
dikerjakan, pengetahuan dan wawasan siswa mengenai pelajaran tersebut yang
tidak luas, banyak siswa yang ribut di dalam kelas saat proses belajar mengajar
berlangsung, mengganggu dan diganggu teman saat belajar, peralatan yang
dibutuhkan saat belajar yang tidak terpenuhi. Nuraeni dan Syahna (2020)
Menerangkan kesulitan belajar juga disebabkan oleh bebrapa faktor antara lain:
faktor internal yaitu dari dalam diri anak itu sendiri dan faktorb eksternal yaitu
faktor dari luar anak, yang meliputi cara mendidik anak oleh orang tua mereka
dirumah dan faktor guru di sekolah, kemudian alat-alat pendukung pelajaran,
kondisi tempat belajar, serta kurikulum dan lain-lain.
Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh peserta didik
merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius dikalangan
pendidik. hal ini dikarenakan kesulitan belajar yang dialami peserta didik
disekolah akan membawa dampak negatif, baik terhdap diri peserta didik itu
sendiri maupun terhadap lingkunganya, hal ini tercermin dalam bentuk
timbulnya kecemasan, frustasi, malas sekolah, drop out, ataupun keinginan
pindah sekolah karena malu dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa belum
tercapai sepenuhnya upaya proses pembelajaran, belum mampu memecahkan
persoalan tersebut. Hal ini mengindikasikan perlu adanya upaya pendekatan
lain guna memacahlan permasalahan tersebut. Salah satu instrumen sekolah
yang mengemban tugas tersebut adalah guru Bimbingan Konseling.
Menurut Luky Kurniawan (2015) Bimbingan dan konseling dikenal
dengan sebagai layanan untuk peserta didik di sekolah. Bimbingan dan
konseling merupakan ilmu yang bergerak dalam bidang human services.
Bantuan psikologis diberikan oleh konselor atau pembimbing dengan maksud
membentuk individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkembanganya. Guru bimbingan dan konseling
merupakan elemen di sekolah yang mempunyai tugas dalam bidang pelayanan
bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu posisi guru BK di sekolah samgat
penting adanya yang bertujuan untuk mencapai kemandirian dan dapat
melakukan penyuluhan maupun konseling apabila peserta didik memerlukan
bantuan dalam menyelesaikan permasalahnya terutama dalam hal ini kaitanya
dengan kesulitan belajar. Delvianty (2016) Bimbingan konseling yang efektif
di sekolah sangat diperlukan, karena sangat penting bagi siswa untuk
mengenali diri, mengetahui kemampuanya, serta dapat memotivasi siswa untuk
belajar lebih lagi, sehingga dalam memppelajari suatu pelajaran tidak
melakukanya secara terpaksa melainkan siswa menyadari bahwa kegiatan
belajar sangat penting untuk masa depanya. Guru bimbingan konseling
diharpkan dapat berkolaborasi dengan guru mapel dalam mengatasi kesulitam
belajar siswa disekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling di
SMPN 3 Talang, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar,
hal ini tercermin dari masih adanya siswa yang terlihat sulit dalam mengikuti
pembelajaran dikelas, sulit menangkap apa yang diterangkan di kelas yang
akhirnya menyebabkan prestasi belajar atau hasil rapot yang kurang
memuaskan dari beberapa siswa. Banyak siswa yang masih mengerjakan tugas
rumah disekolah, masih ribut saat diterangkan, siswa yang minder dengan
teman karna tidak paham pelajaran, banyak yang kurang bisa bersosialisasi
dengan teman sekelas, ada beberapa anak yang bolos pelajaran karena mungkin
tidak suka dengan pelajaran ataupun gurunya, dan hal penyimpangan lainya
yang mana seharusnya di tingkat SMP siswa optimalnya sudah dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik agar prestasi belajarnya bisa meningkat guna
kelanjutan pendidikan yang lebih baik kedepanya
Salah satu layanan yang dapat dilakukan adalah konseling kelompok
dengan menggunakan teknik Cognitive Behavior Theraphy. Oemarjoedi dalam
Sulistianingsih (2020) Menerangkan CBT akan membantu individu untuk
mengenali pola dan gaya pikiran individu sendiri yang menciptakan
ketidakbahagiaan dan kesusahan, dan bagaimana cara menetralkannya.
Sehingga individu bisa menangani situasi-situasi yang menyebalkan dengan
cara-cara yang lebih bermanfaat. CBT dapat membantu individu agar mampu
menghadapi kesulitan dalam hidupnya sehingga akan mencapai tingkat
kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Diharapkan dengan pemberian
layanan tersebut dapat membantu peserta didik mengatasi permasalah
perkembanganya terutama dalam mengatasi kesulitan belajar serta dapat
meningkatkan tanggung jawab para peserta didik untuk lebih mengedepankan
statusnya sebagai siswa dan kewajiban belajar secara sungguh-sungguh.
Menurut Juntika Nurihsan dalam Kumanto, (2013) mengatakan bahwa
konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi
kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada
pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling
kelompok menurut Pauline Harisson dalam Kumanto, (2013) adalah konseling
yang terdiri dari 4-8 konseli yang bertemu dengan 1-2 konselor. Dalarn
prosesnya, konseling kelompok dapat membeicarakan beberapa masalah,
seperti kemampuan dalam membangun hubungan dan komunikasi,
pengembangan harga diri, dan keterampilan-keterampilan dalam mengatasi
masalah.
Dalam proses konseling kelompok juga akan digunakan pendekatan
Cognitive Behavior Theraphy. Menurut Aaron T. Beck dalam Yahya (2016)
Cognitive Behavior Therapy (CBT) sebagai pendekatan konseling yang
dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat dan perilaku
yang menyimpang. Konseling Cognitive Behavior Therapy (CBT) adalah
model teoritis yang menghubungkan pikiran dengan emosi dan perilaku.
Dengan pendekatan ini diharapkan siswa akan dapat merubah mindset atau
cara berpikir yang negatif yang membuat peserta didik dalam membangun
hubungan dan komunikasi, pengembangan harga diri, dan keterampilan-
keterampilan dalam mengatasi masalah. Dengan pendekatan ini diharapkan
siswa akan dapat merubah mindset atau cara berpikir yang negatif yang
membuat peserta didik mengalami kesulitan belajar. Kemudian juga perubahan
tingkah laku siswa yang awalnya acuh tak acuh terhadap pelajaran sehingga
akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan perduli terhadap kegiatan di
dalam sekolah terutama dalam belajarnya.
Dini Firlanda (2019) dalam penelitianya tentang pendekatan Cognitive
Behavior Theraphy menjelaskan bahwa konseling kelompok dengan
pendekatan tersebut cukup bisa membuat siswa yang mengalami kesulitan
belajar dapat memiliki perubahan yang positif dan berkurang tingkat kesulitan
belajarnya dari 80% siswa menjadi hanya sekitar 50% siswa setelah diberikan
layanan tersebut. Namun ada gap yang muncul yaitu apakah penelitian tersebut
dapat juga disamakan hasilnya apabila diimplementasikan di SMPN 3 Talang,
karena tentunya setiap wilayah mempunyai karakteristik budaya dan sosial
tersendiri sehingga diperlukan penelitian yang berfokus pada efektifitas
layanan konseling kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Theraphy
di SMPN 3 Talang.
Nur Ainun (2018) dalam penelitianya juga menjelaskan bahwa
konseling kelompok pendekatan Cognitive Behavior Therapy cukup bisa
membuat perubahan terhadap para siswa yang memiliki permasalahan
kesulitan belajar namun menurutnya dalam pelaksanaanya masih kurang
maksimal mengurangi kesulitan belajar siswa. Terdapat perbedaan hasil yang
dikemukakan dalam 2 penelitain diatas, yang membedakan penelitian tersebut
adalah pendalaman mengenai teori dan prinsip pendekatan Cognitive Behavior
Therapy yang melandasi penelitian mereka.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dalam rangka mengintervensi
kesulitan belajar pada siswa SMPN 3 Talang, maka penelitian ini difokuskan
pada pelaksanaan layanan konseling kelompok, diharapkan siswa dapat
mengetahui solusi dari permasalahan kesulitan belajar yang mereka alami serta
dapat menunjang keberhasilan siswa dalam proses pendidikannya. Maka dari
itu prnulis merasa penting untuk melakukan penelitian ini sehingga penulis
mengambil suatu penelitian dengan judul “Efektifitas Konseling Kelompok
Dengan Cognitive Behavior Therapy Sebagai Strategi Intervensi Kesulitan
Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 3 Talang”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
diidentifikasi permasalahn sebagai berikut:
1. Masih ada siswa yang belum bisa beradaptasi dengan teman kelasnya
2. Masih ada anak yang kurang pd dengan teman di kelasnya
3. Masih ada siswa yang ikut ikutan hal negatif temanya
4. Masih ada siswa yang belum mempunyai kemandirian belajar
5. Masih ada siswa yang kurang semangat dan tidak fokus dalam mengikuti
pelajaran.
6. Banyak siswa yang tidak mengulang pelajaran dirumah.
7. Siswa ribut dikelas saat guru menerangkan pelajaran.
8. Banyak siswa yang menyelesaikan PR nya disekolah.
9. Ada beberapa siwwa yang mengalami penurunan prestasi belajar

C. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang di kemukakan melalui identifikasi
masalah di atas, maka dilakukan pembatasan masalah penelitian ini adalah:
1. Masih ada siswa yang kurang semangat dan tidak fokus dalam mengikuti
pelajaran.
2. Banyak siswa yang tidak mengulang pelajaran dirumah.
3. Siswa ribut dikelas saat guru menerangkan pelajaran.
4. Banyak siswa yang menyelesaikan PR nya disekolah.
5. Ada beberapa siswa yang mengalami penurunan prestasi belajar

D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Seperti apa tingkat kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran di SMPN 3
Talang?
2. Apakah SMPN 3 Talang sudah melaksanaan Konseling Kelompok dengan
Cognitive Behavior Theraphy?
3. Apakah Konseling Kelompok Dengan Cognitive Behavior Theraphy Efektif
dalam mengintervensi kesulitan belajar siswa kelas VIII di SMPN 3 Talang?

E. Tujuan Penelitian
Setelah menentukan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka
tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar siswa di SMPN 3 Talang.
2. Untuk mengetahui Layanan Konseling Pendekatan Cognitive Behavior
Therapy di SMPN 3 Talang.
3. Untuk mengetahui Efektifitas Konseling Kelompok Pendekatan Cognitive
Behavior Theraphy Dalam Mengintervensi Kesulitaan Belajar Siswa Kelas
VIII di SMPN 3 Talang.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini baik secara
teoritis maupun praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya yang berkaitan dengan Efektifitas Layanan Konseling Kelompok
Pendekatan Cognitive Behavior Therapy sebagai Starategi Intervensi Untuk
Mengurangi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 3 Talang.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Sebagai masukan dalam melaksanakan layanan bimbingan
konseling saat siswa mengalami kesulitan belajar.
b. Bagi Peserta Didik
Diharapkan dapat membantu dalam meminimalisir/mengurangi
kesulitan belajar yang dialami siswa.
c. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan pembinaan serta
pengembangan bagi guru bk agar bisa lebih professional dalam
melaksanakan proses pembelayanan dengan menggunakan dan
mengelola berbagai model pendekatan sehingga pembelajaran menjadi
bermutu dan dapat mengurangi permasalahan siswanya tertuata
permasalahan kesulitan belajar.s

Anda mungkin juga menyukai