Anda di halaman 1dari 15

BAHAN MATERI

MASALAH-MASALAH PESERTA DIDIK : SEKOLAH, PRIBADI DAN SOSIAL


Kelompok 2
Anggota : Bima Sakti 222103012
Siti Shafaa’ Nurani 222103016
Nita Riyanti 222103035
Deden Muhamad Ilham 222103040

A. Masalah-Masalah Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar


Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
(Hanafy, 2014). Dengan demikian, pendidikan merupakan sarana untuk menunjang
pengubahan perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik, tidak hanya itu pendidikan juga
dijadikan sarana untuk membantu peserta didik dalam mewujudkan kemauannya. Pendidikan
pun memiliki peranan yang sangat esensial untuk penentuan generasi bangsa, karena
pendidikan merupakan suatu hal yang paling penting dalam mencetak generasi penerus bangsa.
Pendidikan juga bukan hanya berfungsi sebagai transfer ilmu saja, akan tetapi pendidikan
sebagai pengubah serta pembaharu yang prosesnya diwariskan secara turun-temurun dari
generasi terdahulu terhadap generasi selanjutnya.
Disamping itu, tentunya pendidikan erat kaitannya dengan peserta didik.Menurut
Sarwono (2007) peserta didik atau siswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk
mengikuti pelajaran di dunia pendidikan. Dengan demikian, peserta didik merupakan individu
yang cenderung membutuhkan pengetahuan serta bimbingan untuk mencapai tahap
kematangan perilaku. Terlepas dari itu, dalam menempuh pendidikan pastinya terdapat
hambatan maupun masalah yang dirasakan peserta didik. Masalah atau problematika adalah
suatu hal yang mencakup kesenjangan yang membutuhkan alternatif solusi atau pemecahan
masalah di dalamnya. Problematika pembelajaran merupakan sutau hal yang mengganggu,
mempersulit, menghambat, dan bahkan dapat mengakibatkan kegagalan dalam mencapai
tujuan dalam pembelajaran. Problematika pada pembelajaran terjadi karena adanya beberapa
faktor pemicu, seperti hambatan praktis, karakter siswa, karakter guru, dan proses belajar
(Budyartati, 2016).
Problematika yang sering kali terjadi pada peserta didik dalam pembelajaran yaitu,
perkembangan peserta didik dan perbedaan individual peserta didik dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura
menemukan permasalahan yang terjadi pada peserta didik kelas 5
SDN Kowel 3 yaitu:
1. Masalah pada perkembangan peserta didik dapat mencakup pada kesulitan dalam belajar,
motivasi peserta didik, masalah psikologis, dan sosial peserta didik.
2. Problematika pada perbedaan individual yang dialami peserta didik yaitu mencakup,
kemampuan belajar peserta didik yang berbeda satu dengan yang lainnya, keaktifan
peserta didik, perbedaan intelegensi, dan karakter peserta didik yang berbeda satu dengan
yang lain.
Berdasarkan probelmatika peserta didik pada pembelajaran tersebut maka pedidik harus
mempunyai alternatif solusi yang tepat dalam menghadapi berbagai bentuk problematika yang
terjadi pada peserta didik dalam proses pembelajaan di kelas guna mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif. Terlepas dari itu, Problematika pada pembelajaran sering kali
ditemukan tidak hanya pada jenjang sekolah dasar, jejang sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas, Warga belajar PKBM bahkan perkuliahan sering kali ditemukan berbagai
macam bentuk problematika pada pembelajaran.
Dengan demikian, problematika yang ada, pendidik tidak bisa berupaya memberikan
proses belajar mengajar yang lebih baik apabila manajemen sekolah tidak memberikan upaya
dukungan yang memadai terhadap pelaksanaannya, kurikulum yang belum siap juga menjadi
hambatan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, sarana dan prasarana belum memadai,
guru yang kurang terampil dalam menyampaikan ilmu juga akan menjadi penghambat dalam
proses pembelajaran seperti halnya guru yang kurang dalam memahami materi yang akan
disampaikan kepada muridnya atau guru yang kurang piawai dalam membawa suasana kelas
agar menjadi menarik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Trunojoyo
Madura terhadap kelas 5 SDN Kowel 3 menemukan beberapa problematika peserta didik
dalam pembelajaran, yakni dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor
internal yang dihadapi peserta didik diantaranya:
1. Faktor Internal:
• Siswa yang mengganggu temannya pada saat pembelajaran berlangsung
• Kesulitan anak dalam bersosialisasi
• Emosi siswa yang belum stabil, emosi merupakan hal yang penting bagi manusia,
karena emosi merupakan bentuk apresiasi perasaan pada diri manusia.
• Pola pikir peserta didik
2. Faktor Eksternal:
• Kemampuan belajar siswa masih lebih lambat daripada teman lainnya
• Terdapat siswa yang cenderung pasif (pendiam)
• Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar peserta didik
• Kecakapan berbahasa sebagian siswa masih kurang

B. Masalah-Masalah Peserta Didik Jenjang SMP dan SMA


Dalam menempuh pendidikan tentunya ada target yang dijadikan tujuan. Karir
merupakan suatu hal yang ditempuh seseorang selama ia menjalani kehidupannya. Menurut
Yusuf (2011:85) perencanaan karir merupakan salah satu aspek dari tugas perkembangan karir
seorang remaja. Sejalan dengan pendapat Yusuf, menurut Super (dalam Sukardi, 1994: 47)
remaja dengan usia 14-18 tahun, berada pada tahapan kristalisasi untuk tugas-tugas
perkembangan vokasional (karir). Menurut Sukardi dan Sumiati (1993:21) memaparkan,
perencanaan karir merupakan serangkaian proses panjang yang dilalui oleh individu untuk
persiapan yang bukan hanya untuk satu keputusan melainkan untuk berpuluh-puluh keputusan,
dengan artian bahwa perencanaan karir memerlukan persiapan yang matang sebab akan
mempengaruhi banyak keputusan dalam kehidupan individu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Padang,
bahwa pengolahan AUM umum terhadap 81 peserta didik kelas X di SMA Negeri 1 Padang
yang diadministrasikan pada tanggal 20 Februari 2012, 71 orang peserta didik mengalami
permasalahan di bidang karir dan pekerjaan (KDP), yang bila dipersentasekan diperoleh hasil
87,7% peserta didik mengalami permasalahan di bidang karir dan pekerjaan.
Kemudian dari wawancara yang dilakukan terhadap 15 orang peserta didik kelas X
SMA Negeri 1 Padang pada tanggal 23 April 2012 diperoleh keterangan beberapa peserta didik
belum memahami dirinya sendiri atau menilai diri sendiri, contohnya peserta didik tidak
mengetahui apa bakat yang dimilikinya, apa minat yang disukainya, mata pelajaran yang
disukai dan prestasi akademik yang dapat mendukung karir di masa depan, bila dibiarkan maka
hal ini akan menjadi masalah yang menghalangi perencanaan karir peserta didik. Kemudian
masalah selanjutnya yang banyak dialami oleh peserta didik berdasarkan pengadministrasian
AUM umum adalah pada bidang waktu senggang (WSG) yakni 74% dari 81 peserta didik,
diartikan bahwa peserta didik belum mampu menyusun jadwal kegiatan sehari-hari dan
mengakibatkan peserta didik bermasalah dalam penggunaan waktu senggang.
C. Masalah-masalah Warga Belajar pada saat Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian Mahasiswa Universitas Padang pada program paket C
setara SMA di Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan yang menjadi problem atau
permasalahan yang sering ditemuimeliputi aspek:
1. Gambaran hambatan pembelajaran program Paket C dilihat dari segi minat
Variabel hambatan dari segi minat diungkapkan melalui 3 indikator yaitu: Perasaan
senang, perhatian, ketertarikan, rasa ingin tahu.
2. Gambaran hambatan pembelajaran program Paket C dilihat dari segi ketersediaan waktu
Variabel ketersediaan waktu belajar diungkapkan melalui 3 indikator yaitu: waktu dalam
mengikuti pembelajaran, ketersediaan waktu untuk membantu orang tua, dan
ketersediaan waktu untuk kegiatan sosial.
3. Gambaran hambatan pembelajaran program Paket C dilihat dari segi kesibukan pekerjaan
Variabel kesibukan bekerja diungkapkan melalui 3 indikator yaitu: kesibukan bekerja
wiraswasta, kesibukan bekerja rumah tangga, kesibukan pekerjaan pada kegiatan sosial.

D. Masalah-Masalah yang di Alami Peserta Didik di Sekolah


Masalah yang dihadapi siswa di sekolah merupakan hal yang umu terjadi,
perkembangan pola pikir, pengaruh lingkungan menjadi hal yang kompleks dan memicu
perang internal pada diri peserta didik. Peserta didik lebih banyak menghabiskan waktu di
sekolah dibandingkan di rumah, sekolah ikut andil dalam pembentukkan karakter peserta didik.
Kontaminasi lingkungan yang terjadi disekolah seringkali menjadi masalah yang harus
dihadapi oleh peserta didik, pendidik, dan oran tua karena dapat memberikan efek negatif
terhadap kesehatan fisik maupun psikis peserta didik. Adapun beberapa masalah yang kerap
kali dihadapi oleh peserta didik yaitu:
1. Kurang Motivasi
Motivasi atau dorongan merupakan hal yang penting untuk melakukan kegiatan
belajar dan di ajar di sekolah dengan baik. Adakalanya dorongan untuk bersekolah hilang
karena suatu hal yang terjadi terhadap peserta didik, kita dapat mengetahui ciri-ciri
peserta didik yang kehilangan motivasi dari perilakunya. Ada beberapa faktor yang
membuat peserta didik kehilangan motivasinya untuk belajar:
• Pendidik tidak memberikan motivasi terhadap peserta didik, dukungan dan motivasi
pendidik dapat memberikan dorongan agar peserta didik memiliki motivasi yang tinggi
untuk belajar dan menguasai pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Pemberian
motivasi dapat dilakukan dengan memberikan pujian atau reward kepada peserta didik
ketika ia mencapai suatu prestasi dan memberikan kalimat semangat yang baik agar
peserta didik yang lain berlomba-lomba dalam belajar.
• Peserta didik tidak menyukai cara pengajaran pendidik, terkadang beberapa pendidik
memiliki cara mengajar yang dianggap kurang menarik oleh peserta didik, sehingga
tidak disukai oleh peserta didik. Maka dari itu pendidik harus bisa menyesuaikan gaya
mendidiknya karena peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda. Gaya mengajar
yang diterapkan pendidik tidak mono agar peserta didik bisa lebih antusias dalam
belajar.
• Peserta didik tidak menyukai materi tertentu, setiap peserta didik mempunyai bakat dan
minat tertentu yang membedakan peserta didik satu dengan yang lainnya, pendidik
harus menemukan metode pembelajaran yang efektif agar peserta didik tersebut
mengerti dan memahami isi dari materi yang disampaikan.
• Peserta didik yang bermasalah, ada sebagian peserta didik yang kurang bisa memilah
apa yang benar dan apa yang salah untuk dirinya, misalnya bergabung ke geng motor,
salah pergaulan, terlibat tawuran, dan sebagainya. Dalam hal ini pendidik harus
merangkul peserta didik yang memiliki masalah tersebut agar menjadi peserta didik
yang aktif belajar.
• Kurangnya perhatian orang tua di rumah, perhatian orang tua merupakan hal yang
penting dalam mendorong peserta didik untuk belajar, sering kali orang tua yang terlalu
sibuk membuat peserta didik merasa kesepian dan kurang menerima kasih sayang dan
berakibat melakukan hal-hal yang dianggapnya benar untuk menarik kembali perhatian
orang tuanya. Maka dari itu sebagai orang tua harus bisa memberikan kasih sayang dan
perhatian yang cukup kepada anak agar anak tersebut memiliki motivasi dan semangat
yang sehat untuk belajar.
2. Mengalami Masalah dalam Fokus dan Konsentrasi
Fokus dan konsentrasi merupakan kunci untuk menangkap materi saat
pembelajaran. Tidak jarang juga peserta didik mengalami fokus dan konsentrasi yang
menurun terjadi karena banyaknya agenda atau pikiran yang akan dilakukan secara
bersamaan atau dalam jangka waktu yang dekat, pendidik dapat menjadi teman bicara
peserta didik untuk berbagi pikiran yang menjadi beban bagi peserta didik.
3. Memiliki Gangguan dari Lingkungan Sekolah
Waktu yang lebih banyak di sekolah tentu memiliki potensi masalah yang
dihadapi di sekolah lebih besar, masalah yang kerap kali dialami oleh peserta didik ialah
kasus pembulian oleh teman sebaya, peserta didik yang mengalami pembulian kerap kali
tidak berani untuk berbicara kepada pendidik karena memiliki rasa takut akan
penolakkan dan tidak dipercayai, seorang pendidik harus peka atas apa saja yang dialami
oleh peserta didiknya agar peristiwa yang tidak diharapkan memiliki kemungkinan kecil
untuk terjadi.
4. Manajemen Waktu
Mengatur waktu adalah masalah peserta didik disetiap jenjang pendidikan,
terkadang dengan banyaknya tugas atau tugas yang tertunda membuat peserta didik
burnout dan kewalahan. Pendidik harus mengajarkan peserta didik untuk membuat skala
prioritas dan menghindari penundaan tugas.
5. Kehilangan Rasa Percaya Diri
Lingkungan hidup peserta didik dapat mempengaruhi tingkat percaya diri yang
ada dalam dirinya, percaya diri juga dapat membuat peserta didik belajar dan bergaul
dengan baik. Jika kepercayaan diri peserta didik menurun, peserta didik harus
mengarahkan peserta didik untuk menggali dan menemukan apa yang menjadi minatnya
agar peserta didik dapat menunjukkan dirinya dan memupuk rasa percaya diri.
6. Masalah Pribadi
Permasalahan pribadi peserta didik sering kali berkenaan dengan kondisi fisik,
kesehatan, serta kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

E. Peran Bimbingan Penyuluhan atau Konseling terhadap Masalah yang Terjadi Pada
Peserta didik : Sekolah, Pribadi dan Sosial
Keberadaan bimbingan dan penyuluhan berperan untuk membantu siswa/WB yang
mengalami kesulitan dalam berbagai hal terutama masalah kesulitan belajar harus senantiasa
mendapat perhatian yang serius agar kesulitan belajar agar dapat segera teratasi. Bimbingan
dan penyuluhan keberadaannya semakin dibutuhkan dalam dunia pendidikan merupakan suatu
badan yang mempunyai fungsi esensial, dengan kata lain bimbingan dan penyuluhan
mempunyai peran dalam mencarikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi siswa/WB
dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, bimbingan dan penyuluhan juga berfungsi untuk membantu kelancaran
pendidikan dan pengajaran. Hal tersebut selaras dengan Athur J. Jhon dan Herold C. Hand
dalam bukunya karyanya “Guidance in Purpose Living” bahwa antara bimbingan dan
pendidikan tak dapat dipisahkan dalam proses terutama yang berkaitan dengan upaya
membantu anak didik menemukan atau memenuhi kebutuhan, kebutuhan hidupnya sesuai
dengan kemampuannya, juga dalam upaya mengembangkan tujuan, tujuan hidupnya,
merumuskan rencana kegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidupnya, serta dalam
merealisasikan proses tersebut.
Jika kita kerucutkan secara gamblang masalah-masalah yang terjadi pada peserta didik
atau warga belajar baik di sekolah, pribadi maupun sosialnya dapat dijadikan oleh bimbingan
penyuluhan sebagai bahan masukan untuk pelayanan bimbingan karir. Karena pada dasarnya
setiap individu yang menempuh dan melanjutkan pendidikannya bertujuan untuk mewujudkan
karir yang diinginkannya. Kemudian yang paling utama adalah sebagai bahan masukan oleh
bimbingan penyuluhan maupun bimbingan konseling dalam membantu peserta didik atau
warga belajar mengentaskan masalah yang dihadapi dalam perencanaan karirnya.
Adapun acuan yang memungkinkan untuk diberikan pada peserta didik maupun warga
belajar, pada penilaian diri peserta didik serta warga belajar untuk perencanaan karir meliputi
indikator menilai minat, kemampuan diri, dan kepribadian peserta didik/warga belajar untuk
merencanakan karir yang sesuai, untuk penilaian diri ini dapat diberikan pelayanan bimbingan
karir meliputi layanan;
1. Informasi, seperti layanan, informasi mengenai bakat kemampuan,
2. Konseling/penyuluhan perorangan, untuk mengentaskan permasalahan perencanaan
karir peserta didik/warga belajar secara perorangan, dan
3. Konseling/penyuluhan kelompok, untuk mengentaskan permasalahan perencanaan karir
peserta didik secara kelompok.
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individual dapat:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannyan
dimasa mendatang,
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin,
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya,
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan masyarakat maupun lingkungan kerja.
Dengan demikian, bimbingan dan penyuluhan bertujuan untuk membantu peserta
didik/warga belajar agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek
pribadi-sosial belajar (akademik) dan karir. Adapun tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek akademik belajar adalah sebagai berikut:
1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan memabca buku,
disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif
mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
2. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
3. Memliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca
buku, menggunakan kamus, mencatat pelaajran, dan mempersiapkan diri menghadapi
ujian.
4. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti
membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam
memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai
hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
5. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian

Disamping itu, adapun prinsip-prinsip bimbingan penyuluhan, di antaranya :


1. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu
2. Bimbingan bersifat individualisasi
3. Bimbingan menekankan hal yang positif
4. Bimbingan merupakan usaha bersama
5. Pengambil keputusan merupakan hal yang evensial dalam bimbingan
6. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan, pemberian layanan
Adapun Fungsi dari bimbingan dan penyuluhan adalah sebagai fungsi pemahaman,
fungsi preventif, fungsi pengembangan, fungsi perbaikan (penyembuhan), fungsi penyaluran,
fungsi adaptasi dan fungsi penyesuaian. Dengan demikian, tujuan dari bimbingan dan
penyuluhan untuk membentuk manusia yang berkembang seoptimal mungkin, Melalui
konseling maupun penyuluhan yang diberikan secara individualisasi maupun kelompok
diharapkan mampu membentuk manusia yang berkembang dalam segi karirnya.

F. Masalah-Masalah Pribadi Peserta Didik


Menurut Abu Ahmadi (1991:108) masalah-masalah pribadi dalam lingkungan
sekolah umumnya bersumber dari dalam masalah individu yang berhadapan dengan situasi
lingkungan sekitarnya. Peserta didik sekolah menengah khususnya kerap sekali
menghadapi masalah pribadi, mereka dalam masa pubertas dengan adanya perubahan-
perubahan pesat dalam aspek psikis, psikologis dan sosiologis yang mereka hadapi.
Adapun masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik, sebagai berikut.
1) Masalah jasmani, yang terdiri dari faktor
a. Masalah mengenai pancaindera, contohnya kurangnya pendengaran sehingga
mengganggu aktivitas belajar
b. Cacat tubuh, contohnya proses perkembangan saraf otak yang tidak maksimal
2) Masalah psikologis dan mental, yang terdiri dari faktor:
a. Tingkat kecerdasan yang rendah
b. Kurang rasa semangat dalam beraktivitas
3) Masalah Emosional dan kebiasaan sikap yang salah, terdiri dari faktor :
a. Rasa malas untuk belajar
b. Minat yang rendah terhadap kegiatan positif
c. Rasa tidak nyaman yang tinggi (insecurity)
Menurut James Julian & John Alfred (Irham & Novan AW 2014) bahwa,
berkembangnya kepribadian dan bermasalahnya, kepribadian peserta didik tidak lepas dan
beberapa komponen sebagai berikut.
1) Latar belakang, artinya background pertama dan paling utama yang mewamai
karakter atau kepribadian peserta didik yaitu keluarga sebagai lingkungan primer dan
sekolah sebagai lingkungan sekunder. Jika keluarga dan sekolah diarahkan pada tujuan
yang sama, peserta didik tidak harus mengalami permasalahan pribadi dan sosialnya
2) Pergaulatan artinya seseorang dapat dikerall dari tempat pergaulannya Namun
demikan, meskipun teman telak dapat lepas dan dunia peserta didik orangtua harus
dapat membantu memilih teman yang benar-benar teman
3) Lingkungan sekitar artinya segala sesuatu stimulus atau nonmanusia di sekitar
peserta didik. Lingkungan ada yang statis dan ada yang dinamis seperti sekolah,
kampus kantor tempat kerja, dan sebagainya
4) Pengasuhan artinya bagaimana proses pendampingan peserta didik menuju dewasa.
Hal ini tidak lepas dan keharusan peserta didik sejak awal pertu diajar kebaikan dan
nilai-nilai sosial keagamaan kemanusiaan budi pekerti dan sebagainya.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik dapat menjadi penghambat yang
serius dalam proses belajar. Hal ini dapat berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar,
yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Jika masalah-
masalah tersebut tidak segera diatasi, maka peserta didik akan kesulitan dalam memahami
materi yang diajarkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
masalah yang dialami oleh peserta didik juga dapat menyebabkan rendahnya prestasi
belajar, rendahnya minat belajar, atau bahkan berakhir dengan tidak lulus.

G. Penanggulangan Masalah Pribadi Peserta Didik


Masalah-masalah pribadi peserta didik dapat ditanggulangi salah satunya dengan
pengadaan fasilitas bimbingan dan konseling. Dengan adanya pengadaan fasilitas
bimbingan dan konseling di setiap institusi pendidikan, masalah pribadi yang dialami oleh
peserta didik dapat ditanggulangi dengan lebih efektif. Layanan bimbingan dan konseling
di sekolah memungkinkan pengembangan peserta didik secara individu maupun kelompok,
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, dan peluang-
peluang yang dimilikinya. Hal ini dapat membantu peserta didik dalam mengenali dan
mengatasi kelemahan, hambatan, serta masalah yang mereka alami melalui layanan
bimbingan pribadi.
Pelayanan bimbingan pribadi yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling sangat
penting dalam memberikan peluang dan nilai tambah bagi peserta didik. Dengan
memanfaatkan layanan ini, peserta didik dapat meningkatkan potensi diri, menemukan
solusi untuk masalah yang mereka hadapi, serta meraih kesuksesan secara akademik
maupun non-akademik.Oleh karena itu, pengadaan fasilitas bimbingan dan konseling di
setiap institusi pendidikan merupakan langkah yang sangat penting untuk menangani
masalah pribadi peserta didik secara efektif dan memberikan nilai tambah dalam
peningkatan kualitas pendidikan.

H. Masalah-masalah Sosial pada Peserta Didik Usia Dasar


A. Masalah Sosial Secara Umum
Masalah sosial merupakan suatu kondisi yang selalu ada pada masyarakat,
termasuk peserta didik. Menurut pandangan Lubis masalah sosial adalah suatu bentuk
kecaman terhadap berbagai ketidakadilan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat
yang bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan yang manusiawi dengan citra yang tegas
dan jernih. Sedangkan menurut Berger dan Lucman menyatakah bahwa, masalah sosial
adalah kenyataan yang dibangun secara sosial, kenyataan dengan kualitas mandiri yang tak
tergantung oleh kehendak subjek.
Masalah sosial ini berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-
lembaga kemsyarakatan. Masalah tersebut bersifat sosial karena berkaitan dengan
hubungan antarmanusia dan di dalam bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Kenapa
dinamakan masalah sosial juga karena memiliki sangkut paut dengan gejala-gejala yang
mengganggu ketenangan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Samiudin
(2017) menyebutkan apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-
hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin terjadi kegoyahan dalam kehidupan
kelompok.
B. Masalah Sosial pada Peserta Didik Usia Dasar
Anak dilahirkan belum bersifat sosial, yang artinya anak tersebut belum
memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Agar anak mempunyai hal tersebut,
dapat diperoleh melalui kesempatan ataupun pengalaman bergaul dengan orang-orang di
lingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Menurut
Hurlock perkembangan sosial anak di pengaruhi oleh dua hal yaitu pertama, lingkungan
keluarga dan kedua, lingkungan di luar rumah (Hurlock, 1990). (1) Keluarga; Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Pengalaman sosial awal di lingkungan luar keluarga melengkapi pengalaman di
lingkungan keluarga. Sekolah merupakan salah satu lingkungan di luar keluarga yang
mempengaruhi berkembangnya sikap sosial anak (Hurlock, 1990). Menurut pendapat
Agung Hartono, pendidikan di sekolah merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang
belajar di lembanga pendidikan (sekolah) (Fatimah, 2006).
Proses pengoperasian ilmu yang normatif dalam pendidikan, akan memberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka yang akan datang.
Guru akan mulai memasukkan pengaruh terhadap sosialisasi anak. Kepada peserta didik,
akan dikenalkan norma-norma lingkungan dekat, dikenalkan pula norma-norma kehidupan
bermasyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan aspek sosial anak
usia dini menurut Martini Jamaris (2000) antara lain:
1. Menimbulkan rasa aman pada anak dan menciptakan suasana yang baik di
dalam kelas maupun luar kelas,
2. Menciptakan perilaku positif di dalam dan diluar kelas baik dalam tindakan,
perkataan, atau perilaku lainnya,
3. Memberikan kesempatan pada anak untuk menentukan pilihannya (apabila
pilihan anak tidak tepat atau ditolak maka dijelaskan alasannya),
4. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berani menyatakan pendapatnya
baik bersifat penolakan maupun yang mendukung dengan cara-cara positif,
5. Menyediakan sarana prasarana yang mendukung program pembentukan
perilaku sosial anak.
C. Masalah ataupun Penghambat yang Dialami Peserta Didik
Dalam proses pengembangan aspek sosial, nantinya pasti akan muncul berbagai
macam masalah yang akan dialami oleh anak, yang akan mempengaruhi ataupun
menghambat perkembangan sosialnya. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh 4
(empat) hal yaitu pemberian kesempatan bergaul dengan orang lain di sekitar anak; adanya
minat dan motivasi untuk bergaul; adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang
dianggap model bagi anak, dan adanya kemampuan komunikasi secara baik yang dimiliki
anak (Padi & Supriyono, 105AD). Moh Padil dan Triyo Supriyatno menjelaskan bahwa
perkembangan sosial anak bergantung pada dua hal yaitu pertama, perkembangan biologis
(contoh makanan atau minuman, perlindungan orang tua kepada bayi dan sebagainya); dan
kedua, perkembangan personal sosial meliputi pengalaman dan pengaruh orang lain.
Dari beberapa pendapat yang ada nampaknya faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial seorang anak baik berasal dari dalam diri anak (faktor internal)
maupun dari luar anak (faktor eksternal). Bentuk-bentuk perkembangan kemampuan sosial
anak dapat diamati seperti pada saat anak bermain, anak rela berbagi mainan dengan
temannya, mengikuti peraturan, saling membantu dalam melakukan sesuatu, dan lain-lain.
Masalah sosial yang dialami oleh peserta didik dapat dibagi menjadi dua kategori
utama: masalah internal dan eksternal.
Contoh masalah sosial internal:
1. Rendahnya tingkat percaya diri: Seorang siswa mungkin mengalami masalah
internal seperti rendahnya tingkat percaya diri, yang dapat memengaruhi kinerja
akademisnya dan interaksinya dengan teman sekelas.
2. Gangguan emosi atau kecemasan: Beberapa peserta didik mungkin menghadapi
masalah emosional seperti kecemasan atau depresi, yang dapat memengaruhi
kesejahteraan mental dan keseimbangan emosional mereka.
3. Ketidakmampuan mengelola stres: Seorang siswa mungkin kesulitan dalam
mengelola stres, baik itu terkait dengan tuntutan akademis, masalah pribadi,
atau tekanan sosial.
Contoh masalah sosial eksternal:
1. Bullying: Peserta didik dapat menghadapi tekanan sosial dari teman sekelasnya
dalam bentuk pelecehan, intimidasi, atau tindakan diskriminatif lainnya.
2. Masalah keluarga: Faktor eksternal seperti konflik keluarga, perceraian, atau
ketidakstabilan rumah tangga dapat berdampak negatif pada kesejahteraan
peserta didik dan kinerja mereka di sekolah.
3. Tingkat ekonomi rendah: Keluarga dengan tingkat ekonomi rendah mungkin
menghadapi tantangan finansial yang dapat memengaruhi ketersediaan sumber
daya pendidikan dan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Masalah sosial yang dihadapi oleh peserta didik seringkali bersifat kompleks,
sehingga perlu adanya dukungan dari lingkungan sekolah, keluarga, hingga lingkungan
sekitarnya.
Dalam upaya untuk menghindari hal tersebut kepada peserta didik, perlu adanya
pendekatan dengan melibatkan berbagai pihak untuk menghasilkan sebuah solusi untuk
mencegah hal itu terjadi, seperti:
Solusi untuk masalah sosial internal:
1. Program pembinaan diri dan kesejahteraan emosional:
• Implementasikan program pembinaan diri yang fokus pada peningkatan
kepercayaan diri, manajemen emosi, dan keterampilan interpersonal.
• Sediakan konseling dan dukungan mental bagi siswa yang mengalami
masalah emosional atau kecemasan.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler yang Mendukung Pengembangan Pribadi:
• Dukung keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai
dengan minat dan bakat mereka.
• Bangun komunitas yang positif di sekitar kegiatan tersebut untuk
meningkatkan rasa kepemilikan dan keterlibatan.
3. Pelatihan Manajemen Stres:
• Selenggarakan pelatihan manajemen stres dan keseimbangan hidup untuk
membantu siswa mengatasi tekanan dan tuntutan akademis.
Solusi untuk masalah sosial eksternal:
1. Program Anti-Bullying dan Kesejahteraan Sosial:
• Terapkan program anti-bullying yang melibatkan pendekatan pendidikan,
penegakan aturan, dan dukungan konseling.
• Bangun budaya sekolah yang inklusif dan menjunjung tinggi nilai-nilai
seperti empati dan penghargaan terhadap perbedaan.
2. Dukungan Keluarga:
• Sediakan sumber daya dan dukungan bagi keluarga yang mengalami
masalah, seperti layanan konseling keluarga atau program bantuan finansial.
• Kolaborasi dengan lembaga atau organisasi masyarakat untuk memberikan
dukungan tambahan kepada keluarga.
3. Pendidikan Orang Tua dan Komunitas:
• Selenggarakan program edukasi untuk orang tua, guru, dan masyarakat yang
membahas cara mendukung kesejahteraan sosial dan akademis peserta didik.
• Fasilitasi komunikasi terbuka antara pihak sekolah, orang tua, dan
komunitas untuk mengidentifikasi dan menanggapi masalah sejak dini.
Penting untuk memahami bahwa solusi ini perlu disesuaikan dengan konteks
sekolah dan kondisi peserta didik. Kolaborasi antara pihak sekolah, orang tua, dan
komunitas akan memperkuat upaya pencegahan dan penyelesaian masalah sosial di
kalangan peserta didik.
REFERENSI:

Syahada, N. L., Wulandari, I., & Setyawan, A. (2022). PROBLEMATIKA PESERTA DIDIK
DALAM PEMBELAJARAN DAN ALTERNATIF SOLUSI PADA PESERTA DIDIK
DI SDN KOWEL 3. Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Matematika, 2(2), 224-
236.
Permadi, N. E. (2016). Masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam perencanaan karir
dan implikasinya terhadap pelayanan bimbingan karir. Jurnal Penelitian Bimbingan
dan Konseling, 1(2).
Nofita, N. A. (2013). Hambatan–hambatan warga belajar dalam proses pembelajaran program
paket c di Kecamatan Pancung soal Kabupaten Pesisir Selatan. SPEKTRUM: Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah (PLS), 1(1), 144-160.
Rakhmawati, L., & Purwasih, G. D. (2018). Peranan Bimbingan dan Penyuluhan dalam
Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa. MODELING: Jurnal Program Studi
PGMI, 5(1), 39-56.
Imanuel, S. A., Metah, M., & Yohanes, B. M. (2019). Kecerdasan Emosional Peserta Didik
Sekolah Dasar. Profesi Pendidikan Dasar.
Mahaly, S. (2021). Efektivitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Pribadi Oleh Guru Bimbingan
Konseling. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 4(1), 1-5.
Firosad, A. M. (2019). Peran guru bimbingan dan konseling mengatasi masalah kedisiplinan
siswa. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami, 5(1), 49-61.
Rahmi, S. (2021). Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial. Syiah Kuala University Press.
Kurniasih, N. F., & Ikhsan, F. K. (2019). Masalah Sosial Anak Usia Dasar. At-Ta'lim: Media
Informasi Pendidikan Islam, 18(1), 111-136.

Anda mungkin juga menyukai