Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk SD dan MI atau bentuk

lain yang sederajat. Pendidikan di SD sangatlah penting bagi siswa karena hal

ini merupakan dasar perkembangan pengetahuan yang diperoleh siswa. Pada

satuan pendidikan ini, tujuan yang ingin dicapai adalah meletakkan dasar

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Berbagai macam ilmu pengetahuan diberikan kepada siswa melalui

berbagai macam mata pelajaran. Ilmu pengetahuan diberikan kepada siswa

melalui kegiatan belajar mengajar.Mengajar merupakan suatu usaha

penciptaan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan

memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.Kegiatan belajar

mengajar direncanakan sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan.Tujuan

dari belajar mengajar ialah untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman

konsep, keterampilan dan pembentukan sikap.

Dalam pencapaian tujuan belajar ada beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam dirisiswa,

sedangkan faktor eksternalmerupakan faktor yang berasal dari luar

1
2

siswa.Salah satu faktor internal yang besar pengaruhnya terhadap belajar

adalah motivasi. Sedangkan faktor eksternal yang besar pengaruhnya terhadap

belajar adalah faktor lingkungan belajar, salah satunya yaitu lingkungan

sekolah. Didalam lingkungan sekolah kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar dan tujuan dari

kegiatan tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya motivasi belajar dari siswa.

Saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, tidak semua siswa mampu

mengikuti pembelajaran dengan baik atau telah mengikuti pembelajaran

namun mendapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan. Pihak sekolah

terutama guru kelas harus segera mencari penyebab dari masalah siswa

tersebut. Penyebabnya bisa bermacam-macam,diantaranya siswatersebut

sedang sakit, siswa tersebut tidak tertarik dengan pembelajaran karena

kurangnya variasi yang dilakukan guru atau kurangnya media pembelajaran,

terdapat masalah pribadi seperti masalah keluarga yang di alaminya di rumah.

Berarti didalam diri siswa tersebut tidak terdapat dorongan untuk belajar.

Salah satu upaya untuk mendorong siswabelajar yaitu dengan memberikan

motivasi kepada siswa.

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya

dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Ada beberapa hal

yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat memotivasi siswa dalam

pembelajaran dikelas. Diantaranya yaitu dengan memberikan penghargaan,

pujian ataupun dengan memberikan penguatan kepada siswa. Motivasi belajar


3

peserta didik berkaitan erat dengan lingkungan belajar siswa itu sendiri.

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar salah satunya yaitu

lingkungan sekolah.

Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar siswa, baik lingkungan fisik maupun non fisik. Lingkungan

sekolah non fisik seperti guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas

dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Lingkungan sekolah secara fisik

meliputi keadaan fisik sekolah, sarana dan prasarana di dalam kelas, keadaan

gedung sekolah, dan sebagainya.

Lingkungan sekolah merupakan tempat bagi para siswabelajar

berinteraksi dengan lingkungan baru diluar lingkungan keluarga. Disini

siswaakan berinteraksi dengan semua teman-temannya, guru dan warga

sekolah yang lainnya. Namun terkadang ada beberapa siswa yang kurang

mampu berinteraksi dengan teman sebayanya ataupun gurunya dikarenakan ia

merasa malu ataupun minder. Hal ini tentunya mampu mempengaruhi

motivasi belajar siswa. Apabila hal ini tidak segera ditangani, maka siswaakan

mendapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan.

Selain adanya interaksi antara siswa dengan siswa lain, guru dan warga

sekolah lainnya, motivasi belajar siswa juga dapat dipengaruhi metode

mengajar yang digunakan guru, media yang digunakan, kedisiplinan sekolah,

kebiasaan, kebersihan, kerapian, peraturan sekolah, cara mengajar guru,

perhatian yang diberikan guru. Guru harus mampu menerapkan metode-

metode mengajar yang mampu mengaktifkan siswa. Metode mengajar yang


4

tepat dan variatif akan mampu membantu siswauntuk memahami materi

pelajaran yang disajikan oleh guru. Dalam menerapkan metode mengajar, guru

juga memerlukan alat peraga dalam penyajian materi pelajaran. Penyajian

materi pelajaran yang didukung oleh adanya alat peraga akan memudahkan

siswa untuk memahami materi pelajaran. Alat peraga disekolah berkaitan erat

dengan sarana dan prasarana disekolah seperti alat peraga audio, visual dan

audio visual. Sarana dan prasarana yang kurang memadai akan mempengaruhi

motivasi belajar siswa.

Pada sekolahmasih ditemui adanya masalah yang terjadi mengenai

lingkungan sekolah yang diduga berdampak terhadap motivasi belajar siswa.

Ada siswa yang sudah memiliki motivasi dalam belajarnya, ada juga siswa

yang belum memiliki motivasi dalam belajarnyaseperti yang terjadi di SD

Negeri 17 Ulakan Tapakis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada guru kelas tinggiSD

Negeri 17 Ulakan TapakisSenin06 April 2020, terlihat bahwaguru

memberikan materi pembelajaran tanpa menjelaskan apa tujuan dari materi

pembelajaran tersebut, guru juga kurang memberikan pujian dan perhatian

dalam proses belajar mengajar sehingga menjadikan siswa kurang termotivasi.

Berdasarkan hasil wawancara pada Senin 06 April 2020 dengan

beberapa orang guru kelas tinggi Guru SD Negeri 17 Ulakan Tapakis. Guru

kelas IV Sisriza, S.Pd. GSD, guru kelas V Yuhilma Disvira, S.Pd dan guru

kelas VI Jumiati, S.Pd, diperoleh keterangan bahwa permasalahan yang

dihadapi adalah:
5

1. Kelas IV permasalahanya banyak siswa yang sering keluar masuk

dikarenakan kurang nyaman dikelas disebabkan fasilitas lingkungan

kurang layak seperti sarana belajar banyak yang rusak di lokal belajar

2. Kelas V masalah yang sering timbul pada kelas lima yaitu banyaknya

siswa yang kurang disiplin karena sikap siswa yang kurang sopan serta

disiplin dan menyebabkan siswa sering bertengkar dan banyaknya siswa

yang tidak rapi dalam berpakaian serta sering terlambat datang ke sekolah

3. Kelas VI permasalahan yang timbul siswa yang kurang paham dalam

proses belajar mengajar karena penjelasan dari guru tidak dilengkapi

dengan alat peraga dalam belajar

Motivasi belajar siswa berbeda-beda, ada siswa yang sudah termotivasi

dalam belajar dan ada siswa yang belum termotivasi dalam belajar, hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor lingkungan sekolah seperti, kemampuan

guru dalam menggunakan kurikulum 2013 dalam mengajar belum maksimal,

dalam proses pembelajaran dikelas guru belum menggunakan alat peraga dan

guru juga lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga siswa di dalam

kelas merasa bosan akan materi yang diberikan guru, gedung sekolah sudah

memadai hal ini terlihat dari kondisi gedung yang sudah baik, namun toilet

sekolah belum digunakan sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana

sekolah masih ada yang kurang layak untuk digunakan, serta kurangnya

pepohonan yang ada dilingkungan sekolah.

Berdasarkan hasil observasiyang dilakukan pada kelas tinggi yang

berjumlah76 orang siswa di SD Negeri 17 Ulakan Tapakisdikatakan bahwa


6

motivasi siswa untuk sekolah masih sangat kurang, terlihat dengan adanya

beberapa siswa yang sering absen, masih terlambat,seringnya siswa keluar

masuk kelas pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung, serta

kurangnya keingintahuan siswa tentang materi yang dipelajari dan seringnya

siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Karwati dan Priansa (2014:268) menyatakan bahwa lingkungan sekolah

adalah semua kondisi disekolah, yang mempengaruhi tingkah laku warga

sekolah, terutama guru dan siswa sebagai ujung tombak proses pembelajaran

di sekolah.Sejalan dengan hal itu terdapat beberapa unsur yang ada di

lingkungan sekolah menurut Slameto (Karwati dan Priansa 2014:268) yaitu

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, dan alat pelajaran. Lingkungan sekolah yang nyaman

memiliki lapangan, perpohonan rindang, toilet yang bersih dan mempunyai

tempat pembuangan sampah.

Terkait dengan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap motivasi

belajar siswa kelas tinggiSD Negeri 17 Ulakan Tapakis”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, yang diambil dari wawancara dengan guru

kelas tinggi terkait dengan judul dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Beberapa guru kurang variasi dalam menerapkan model-model

pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik untuk aktif dalam


7

kegiatan pembelajaran, sehingga motivasi belajar peserta didik menjadi

kurang.

2. Kurangnya motivasi yang diberikan guru kepada siswa dalam belajar di

kelas seperti pemberian pujian, penghargaan dan perhatian kepada siswa.

3. Beberapa siswa masih ada yang belum memiliki motivasi dalam mengikuti

pembelajaran.

4. Belum adanya alat peraga yang digunakan oleh guru dalam proses belajar

mengajar.

5. Belum maksimalnya guru menerapkan metode pembelajaran yang

bervariasi yang mampu mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

6. Toilet yang belum digunakan sesuai fungsinya.

7. Sarana prasarana (bangku, meja dan papan tulis) yang tidak layak untuk

digunakan.

8. Masih kurangnya pepohonan yang ada dilingkungan sekolah

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada

pengaruhlingkungan sekolahterhadap motivasi belajar siswa kelas tinggiSD

Negeri 17 Ulakan TapakisKabupaten Padangpariaman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada pengaruh lingkungan sekolah


8

terhadapmotivasi belajar siswa kelas tinggiSD Negeri 17 Ulakan Tapakis

Kabupaten Padangpariaman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian bertujuan untuk

mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa

kelas tinggiSD Negeri 17 Ulakan Tapakis Kabupaten Padangpariaman.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis berarti bahwa hasil

penelitian bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan objek penelitian. Sedangkan manfaat praktis ialah

manfaat yang bersifat praktik. Secara teoritis penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan dalam dunia pendidikan,

dan sebagai acuan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, agar dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan,

sebagai bekal menjadi pendidik dimasa yang akan datang, dan

memberikan pengalaman belajar dalam menumbuhkan kemampuan

dan keterampilan meneliti.

b. Bagi guru kelas,agar dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi siswa agar


9

siswasemakin termotivasi untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai secara optimal.

c. Bagi Kepala Sekolah, agar dapat digunakan sebagai bahan masukan

agar kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dan

memelihara lingkungan tersebut bagi para siswa.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya, peneliti ini diharapkan mampu menjadi

referensi bagi penelitian selanjutnya dan bisa dikembangkan menjadi

sempurna.
10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Lingkungan Sekolah

a. Pengertian Lingkungan

Lingkungan sebenarnya mencakup segala material dan stimulus

di dalam dan di luar individu, baik bersifat fisiologis, psikologis,

maupun sosial kultural (Dalyono,2009:129). Artinya lingkungan

adalah sesuatu yang mencakup diluar diri seseorang. Sartain (Karwati

dan Priansa, 2014:267) menyatakan bahwa lingkungan atau

environment meliputi semua kondisi dalam dunia yang dengan cara-

cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan perkembangan

atau life processes, kecuali gen-gen. Artinya lingkungan adalah seluruh

suasana yang ada di sekitar diri seseorang yang dapat mempengaruhi

perilaku atau tindakan seseorang.

Sedangkan Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan

(2006:63) lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi

individu, baik yang berasal dari dalam diri individu (internal

environment) maupun yang berasal dari luar diri individu (external

individu). Artinya lingkungan adalah semua yang mampu

mempengaruhi diri seseorang yang berasal dari faktor luar maupun

dari faktor dalam diri seseorang.

10
11

Ismail (2008:80) mengatakan lingkungan dapat berupa hal-hal nyata

yang dapat diamati seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, orang-orang

dan sebagainya. Artinya lingkungan segala hal yang bisa dilihat oleh

mata, dan bisa dirasakan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi

dan memberikan stimulus pada diri seseorang baik diluar dirinya

maupun didalam dirinya.

b. Pengertian Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan segala sesuatu yang ada di

sekitar sekolah, lingkungan ini biasanya digunakan untuk mendukung

kegiatan belajar mengajar. Jika terpelihara dengan baik, lingkungan

sekolah ini dapat menciptakan kenyamanan bagi sekitarnya dan juga

dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih baik.

Para ahli mengemukakan pendapat tentang lingkungan

sekolah.Karwati dan Priansa, (2014:268) menyatakan lingkungan

sekolah adalah semua kondisi disekolah, yang mempengaruhi tingkah

laku warga sekolah, terutama guru dan siswa sebagai ujung tombak

proses pembelajaran di sekolah. Dengan demikian lingkungan sekolah

adalah seluruh situasi sekolah yang mempengaruhi diri seseorang.

Sedangkan Slameto (2013:64) faktor lingkungan sekolah yang

mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi


12

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu

sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

Ismail (2008:89) menyatakan lingkungan sekolah dipahami

sebagai lembaga pendidikan formal, dimana ditempat inilah kegiatan

belajar mengajar berlangsung.Artinya lingkungan sekolah adalah

tempat seseorang bisa belajar dan dimana seseorang bisa

mengembangkan kemampuannya. Sedangkan William (Hamalik,

2015:92), lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga

pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan

pengembangan potensi siswa.Artinya lingkungan sekolah adalah

lingkungan pendidikan jalur formal yang bisa mempengaruhi

perubahan perilaku dan sikap seseorang individu.

Berdasarkan ketiga pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa lingkungan sekolah adalah semua kondisi dan situasi yang

mempengaruhi segala aktivitas dan tingkah laku semua warga sekolah

baik itu guru maupun siswa sebagai pelaksana dalam proses

pembelajaran di suatu sekolah.

Berdasarkan pengertian lingkungan sekolah yang dikemukakan

oleh para ahli diatas maka peneliti menyimpulkan indikator lingkungan

sekolah sebagai berikut:

1. Metode mengajar

2. Kurikulum

3. Relasi guru dengan siswa


13

4. Relasi siswa dengan siswa

5. Disiplin sekolah

6. Waktu sekolah

7. Keadaan gedung

8. Metode belajar

c. Macam-Macam Lingkungan Sekolah

Suryabrata (2006:233) menyatakan lingkungan sekolah seperti

para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas juga dapat

mempengaruhi semangat belajar siswa.Artinya lingkungan sekolah

adalah semua orang yang ada disekolah yang bisa memberikan

pengaruh semangat belajar bagi diri seseorang. Sedangkan Karwati

dan Priansa (2014:270) lingkungan sekolah terdiri dari sejumlah

komponen penting. Komponen lingkungan sekolah tersebut adalah:

1. Lingkungan fisik

a. Sarana sekolah

Surya (2004:80) menyatakan bahwa ketersediaan sarana

belajar yang memadai akan dapat mencapai hasil belajar yang

lebih efisien dibandingkan dengan keadaan fasilitas belajar

yang kurang memadai.Dengan demikian sarana yang baik akan

mampu membuat seseorang individu untuk mendapatkan hasil

belajar yang memuaskan.


14

b. Prasarana sekolah

Prasarana yang mendukung proses pembelajaran dikelas

yaitu:

1) Perpustakaan

Perpustakaan merupakan penyedia sumber informasi

yang diperlukan siswa, keberadaan sekolah sedikitnya

menentukan tinggi rendahnya mutu pendidikan karena

perpustakaan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam

mengelola dan menyediakan sumber belajar secara efektif

dan efisien. Dengan demikian keberadaan perpustakaan

sangat diperlukan disekolah karna diperpustakaan terdapat

banyak macamnya sumber informasi yang bisa didapatkan

oleh anak, sehingga memberikan pengalaman belajar bagi

anak.

2) Ruang kelas

Keadaan fasilitas fisik tempat belajar disekolah sangat

mempengaruhi proses belajar mengajar. Untuk dapat

belajar dengan efektif, diperlukan lingkungan fisik yang

baik dan teratur. Dengan demikian ruang kelas yang bersih

dan nyaman akan membuat siswa betah untuk berada di

kelas dan bisa mengikuti proses belajar dengan baik

sehingga menghasilkan hasil belajar yang bagus.


15

3) Keadaan gedung

Siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka

masing-masing menuntut keadaan gedung harus memadai

di dalam setiap kelas. Oleh karena itu, ukuran ruangan,

pengaturan cahaya, ventilasi dan suasana tempat belajar

harus diperhatikan.

c. Kelengkapan sekolah

Kelengkapan sarana belajar yang dimiliki siswa secara

umum adalah segala sesuatu (benda) baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat menunjang proses belajar

mengajar. Dengan demikian kelengkapan sarana belajar dapat

mempengaruhi proses belajar mengajar siswa di sekolah.

2. Lingkungan non fisik/sosial

a) Interaksi antara guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi karena adanya interaksi

antara guru dengan siswa. Interaksi belajar mengajar adalah

suatu kegiatan sosial karena antara siswa dengan siswa dan

siswa dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau

pergaulan.

b) Interaksi antara siswa dengan siswa

Meskipun interaksi yang paling fungsional di dalam

kelas adalah interaksi antara guru dengan siswa, namun

interaksi antara siswa dengan siswa tidak kalah pentingnya.


16

Artinya interaksi disekolah sangat mempengaruhi diri

seseorang individu. Segala bentuk interaksi dibutuhkan di

sekolah oleh siswa atau oleh diri seseorang.

Sejalan dengan itu Sukmadinata (2008:79) mengemukakan

bahwa lingkungan sekolah meliputi:

1) Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar,

sumber-sumber belajar dan media belajar. Artinya lingkungan fisik

adalah semua sarana prasarana yang ada disekolah yang digunakan

untuk membantu terjadi proses belajar mengajar.

2) Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-

temannya, guru-gurunya dan staf sekolah yang lain. Artinya

lingkungan sosial adalah suatu bentuk interaksi seseorang individu

dengan lingkungannya atau dengan semua individu yang ada

disekitarnya.

3) Lingkungan akademis yaitu sarana sekolah dan pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar dan sebagai kegiatan korikuler. Artinya

lingkungan akademis adalah suatu bentuk dari proses pelaksanaan

belajar mengajar di sekolah.

Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah,

sarana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan

fasilitas-fasilitas sekolah. Dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono

(2007:132) bahwa dalam prasarana pembelajaran meliputi gedung

sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang


17

kesenian dan peralatan olahraga. Artinya prasarana pembelajaran

adalah semua bentuk fasilitas yang digunakan untuk proses

pembelajaran disekolah.

Dewantara (2007:49)mengemukakan lingkungan pendidikan

mencakup:

1) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh dari

luar terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga.

Dengan demikian lingkungan keluarga adalah segala situasi yang

mempengaruhi diri seseorang di rumah.

2) Linkungan sekolah

Tu’u (2004:54) lingkungan sekolah dipahami sebagai

lembaga pendidikan formal, dimana tempat inilah kegiatan belajar

mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan di ajarkan dan

dikembangkan kepada peserta didik. Dengan demikian di

lingkungan sekolah inilah seseorang belajar langsung dan

mendapatkan ilmu pengetahuan.

3) Lingkungan masyarakat

Soemardjan dalam Gunawan (2004:4) lingkungan masyarakat

adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan

kebudayaan. Artinya di lingkungan masyarakat inilah seseorang

bisa hidup bersosial.


18

Suparlan (2008:71) menyatakan sebuah pendidikan mempunyai

tiga komponen utama yaitu guru, siswa dan kurikulum. Ketiga

komponen itu tidak dapat dipisahkan dan komponen-komponen

tersebut berada di lingkungan sekolah agar proses kegiatan belajar

mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

macam-macam lingkungan sekolah ada dua yaitu lingkungan fisik dan

non fisik. Lingkungan fisik seperti sarana dan prasarana sekolah

sedangkan lingkungan non fisik seperti interaksi siswa dengan guru

dan interaksi siswa dengan siswa.

2. Belajar

a. Pengertian belajar

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang

tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Kegiatan

belajar dapat berlangsung dimana saja, kapan saja dan dengan siapa

saja. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat

menunjukkan perubahan tingkah lakunya.Kompri (2015:218) belajar

adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian

kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan

sebagainya. Artinya belajar merupakan suatu perubahan yang lebih

menekankan pada tingkah laku seseorang.

Sedangkan Hamalik (2001:27) belajar merupakan suatu proses,

suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Artinya belajar
19

merupakan sebuah proses yang tidak menghasilkan sebuah hasil dan

tujuan. Sementara itu, Uno (2015:22) mengemukakan bahwa belajar

merupakan proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang

berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang

dilakukan secara formal, informal, dan nonformal.Dengan demikian

dapat disimpulkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku

seseorang melalui interaksi dengan orang lain dan melalui lingkungan

sekitar melalui sebuah kegiatan.

Kemudian Sardiman (2010:21) belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi

manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan

karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Artinya belajar adalah

sekumpulan kegiatan yang terkait dengan jiwa raga untuk

mengembangkan kepribadian seseorang secara utuh.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku

seorang individu yang didapat dari pengalaman yang dialaminya untuk

mencapai suatu tujuan tertentu yang menyangkut ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik.

b. Ciri-ciri Belajar

Komara (Istarani dan Intan Pulungan, 2015:2) menyatakan ada

beberapa ciri-ciri belajar yaitu:


20

1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of

behavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati

dari tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dan

sebagainya.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar

hanya bisa dilihat dan diamati dari perubahan tingkah laku

seseorang.

2. Perubahan perilaku relative permanen, ini diartikan bahwa

perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu

tertentu akan tetap atau tidak berubah-berubah. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa perilaku hanya bisa berubah kalau

seseorang belajar.

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat

proses belajar berlangsungg, perubahan perilaku tersebut bersifat

potensial Artinya hasil belajar tidak selalu sertamerta terlihat segera

setelah selesai belajar. hasil belajar dapat terus berproses setelah

kegiatan belajar selesai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perubahan tingkah laku dapat dilihat ketika proses belajar mengajar

berlangsung dan perubahannya tidak secepatnya terlihat.

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

Artinya belajar itu harus dilakukan secara akti, sengeja, terencana,

bukan karena peristiwa insedental. Dengan demikian dapat


21

disimpulkan bahwa perubahan prilaku didapatkan dari sebuah

pengalaman.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, bahwa ciri-ciri orang

belajar itu bisa dilihat dari perubahan tingkah laku yang bisa dilihat

melalui pengamatan dan merupakan dari hasil pengalaman seseorang.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Kompri (2015:223) menyatakan ada dua faktor yang

mempengaruhi belajar, yaitu:

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri individu

yang sedang belajar. Artinya sesuatu hal yang ada di dalam diri

seseorang yang sedang mengikuti proses belajar mengajar. Faktor

internal meliputi:

a. Faktor jasmaniah

Antara lain: kesehatan dan cacat tubuh. Artinya sesuatu

yang terkait dengan fisik seseorang.

b. Faktor psikologis

Antara lain intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,

kematangan, dan kelelahan. Artinya segala hal yang terkait

dengan psikologi seseorang.


22

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berada diluar diri

individu yang sedang belajar. Artinya segala hal yang berada diluar

diri seseorang yang sedang belajar. Faktor eksternal meliputi:

a) Faktor keluarga

Antara lain: cara orang tua mendidik, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua. Dengan

demikian dapat disimpulkan faktor keluarga sangat

mempengaruhi perubahan tingkah laku individu dan juga

mempengaruhi cara belajar individu.

b) Faktor sekolah

Antara lain: metode mengajar, disiplin sekolah,

pelajaran, waktu standar pelajaran, metode pelajaran, dan tugas

rumah. Dapat disimpulkan faktor sekolah meliputi segala

sesuatu yang ada disekolah tersebut yang terkait dengan proses

belajar mengajar didalam kelas.

c) Faktor masyarakat

Antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman

bergaul, media massa. Dengan demikian dapat disimpulkan

faktor masyarakat meliputi segala hal yang terkait dengan

kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat individu tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi belajar seseorang atau


23

individu yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang bisa

memberikan pengaruh yang sangat besar pada perubahan tingkah laku

diri seseorang.

3. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Mc. Donald, (Sardiman A.M. 2010:73) motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Artinya motivasi adalah sebuah tindakan seseorang untuk melakukan

suatu perubahan di dalam dirinya.

Kompri (2015:4) mengatakan motivasi adalah suatu dorongan

dari dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara

tertentu sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Artinya motivasi lebih

menekankan kepada sebuah kegiatan yang berasal dalam dirinya yang

dilakukan untuk tujuan yang sudah direncanakan.

Sementara itu Sumarni, Gooddan Braphy (Muhammedi dkk,

2017:71) mendefenisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan

pengarah, yang dapat memperkuat mendorong seseorang untuk

bertingkah laku. Artinya motivasi adalah sesuatu kekuatan yang mampu

mengarahkan seseorang untuk bertindak. Sejalan dengan itu Greenberg

dan Baron (Khairani, 2013: 176) mengemukakan bahwa motivasi

adalah suatu proses yang mendorong, mengarahkan dan memelihara

perilaku manusia ke arah pencapaian tujuan dan segala yang ada di


24

dalam diri manusia untuk membentuk motivasi. Artinya motivasi

adalah sebuah proses untuk melakukan suatu hal yang terkait dengan

apa yang ada di dalam dirinya untuk membentuk suatu motivasi.

Berbeda dengan pendapat diatas, Uno (2015:1) motivasi adalah

dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Artinya

motivasi terkait dengan dorongan dari diri seseorang untuk bertingkah

laaku yang lebih baik.

Aunurrahman (2014:114) motivasi merupakan tenaga

pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan untuk

melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Artinya motivasi adalah

suatu kekuatan seseorang dalam melakukan apa yang di inginknnya

dengan energi yang bagus. Sementara itu Hamalik (Anurrahman,

2014:114-115) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan

energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya

afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Artinya motivasi

lebih menekankan pada perubahan yang ada di dalam diri seseorang.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat peneliti

simpulkan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan atau dorongan dalam

diri individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu

untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

b. Pengertian Motivasi Belajar

Karwati dan Priansa (2014:167) menyebutkan bahwa: “Motivasi

belajar adalah perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi


25

siswauntuk berperilaku terhadap proses belajar yang dialaminya”.

Artinya motivasi belajar adalah bentuk perilaku seseorang untuk

berperilaku baik setelah mengalami pembelajaran.

Kompri (2015:231) motivasi belajar merupakan segi kejiwaan

yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi

fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Dengan demikian dapat

disimpulkan motivasi belajar adalah kondisi diri seseorang yang sering

kali berubah-ubah. Sedangkan Muhammedi motivasi belajar adalah

keseluruhan daya pengerak baik dari dalam diri maupun diluar diri

siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan

memberikan arahan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Artinya motivasi

adalah semua yang terkait dengan diri seseorang baik yang di dalam

dirinya maupun diluar dirinya untuk menciptakan suasana yang dapat

membuat seseorang dapat mencapai belajarnya dengan baik.

Berbeda dengan kedua pendapat para ahli di atas, Uno (2015:23)

motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah

lakunya kekuatan yang dapat menjadikan tenaga pendorong bagi siswa

untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada didalam dirinya dan

potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Artinya

motivasi belajar terjadi karena adanya dorongan dari dalam diri dan luar
26

diri seseorang untuk mendorong seseorang mengembangkan

kemampuannya dengan tujuan untuk mewujudkan suatu perilaku yang

baik dalam belajar.Sementara itu Istarani dan Pulungan (2015:28)

motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya

proses belajar. Artinya sebuah kekuatan diri seseorang yang mampu

mendorong terjadinya sebuah tindakan untuk belajar.

Berdasarkan ketiga pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan yang dapat

mempengaruhi siswa untuk berperilaku terhadap pembelajaran yang

dialaminya.

c. Sumber Motivasi Belajar Siswa

Karwati dan Priansa (2014:167) mengemukakan bahwa sumber

motivasi siswa digolongkan menjadi:

1. Motivasi Intrinsik (Rangsangan dari Dalam Diri Siswa)

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang didalamnya aktivitas

dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri

dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Faktor yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah:

a) Minat

Siswa akan merasa terdorong untuk belajar, jika kegiatan

belajar tersebut sesuai dengan minatnya.


27

b) Sikap positif

Siswa yang mempunyai sifat positif terhadap suatu

kegiatan, maka ia akan berusaha sebisa mungkin menyelesaikan

kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya.

c) Kebutuhan

Siswa mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha

melakukan kegiatan apapun sesuai kebutuhannya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

motivasi instrinsik timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya

dorongan dari orang lain dan memang sudah ada di dalam diri setiap

siswa.

2. Motivasi Ekstrinsik (Ransangan dari Luar Diri Siswa)

Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang didalamnya

aktivitas dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang

tidak berkaitan dengan dirinya. Motivasi ini timbul sebagai akibat

pengaruh dari luar diri siswa, apakah karena adanya ajakan, suruhan

atau paksaan dari orang lain, sehingga dengan keadaan demikian

maka siswa mau melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sumber

motivasi belajar adalah motivasi instrinsik timbul dari dalam diri

siswa dan ekstrinsik timbul dari luar diri siswa yang adanya

dorongan dari orang lain.


28

d. Jenis-jenis Motivasi Belajar

1. Motivasi Instrinsik

Hamalik (2001:162) motivasi instrinsik adalah motivasi yang

hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang

fungsional. Artinya motivasi instrinsik adalah motivasi yang sudah

ada di dalam diri seseorang dan yang berasal dari dalam dirinya

sendiri. Sedangkan Santrock (Kompri 2015:232) motivasi instrinsik

yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi seseuatu itu

sendiri (tujuan itu sendiri). Artinya motivasi instrinsik adalah suatu

tindakan dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan. Uno (2015:7)

motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam, seperti

minat dan keigintahuan (curiosty), sehingga seseorang tidak

termotivasi oleh bentuk-bentuk insentif atau hukuman. Artinya

motivasi instrinsik ini motivasi yang sudah ada dari dalam dirin,

sehingga tidak perlu lagi suatu bentuk hukuman yang akan mampu

membuatnya termotivasi.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam

diri individu tanpa adanya pengaruh dari luar yang mendorong

seseorang umtuk melakukan suatu kegiatan.

2. Motivasi Ekstrinsik

Hamalik (2001:163) motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Artinya


29

motivasi yang bukan berasal dari dalam diri melainkan dari luar diri

seseorang. Sedangkan Uno (2015:7) motivasi ekstrinsik ialah

motivasi yang disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran

atau menghindari hukuman. Artinya motivasi ekstrinsik adalah suatu

perbuatan atau tindakan yang dilakukan karena ingin mendapatkan

sesuatu. Sementara itu Dimiyati dan Mudjiono (2015:91) motivasi

ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di

luar perbuatan yang dilakukanya. Orang berbuat sesuatu karena

dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan mengindari

hukuman.Artinya sebuah dorongan dari luar yang membuat

seseorang mau melakukan sesuatu atau mau bertindak karena di

suruh atau karena takut akan mendapatkan hukuman.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan

bahwa, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri

individu dan keinginan untuk mencapai sesuatu dengan tujuan untuk

mendapatkan suatu penghargaan atau untuk menghindar dari

hukuman.

e. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Dimyati dan Mudjiyono (Kompri, 2015:231) ada beberapa unsur

yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

1) Cita-Cita dan Aspirasi Siswa

Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar siswa baik

instrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan


30

mewujudkan aktualisasi diri. Artinya cita-cita termasuk sebuah

motivasi siswa yang berasal dari dalam diri maupun dorongan dari

luar atau dari luar diri untuk mencapai suatu yang di inginkan.

2) Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan

atau kecakapan dalam pencapaiannya. Kemampuan akan

memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas

perkembangan. Artinya kemampuan seseorang juga mempengaruhi

motivasinya.

3) Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani

memengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit,

akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seseorang siswa

yang sehat, akan mudah memusatkan perhatian dalam belajar.

Artinya kondisi fisik dan kondisi psikologis seseorang juga ikut

mempengaruhi motivasi seseorang dalam belajar.

4) Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan

tempt tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan bermasyarakat.

Kondisi lingkungan sekolah yang sehat, lingkungan yang aman,

tenteram, tertib, dan indah akan meningkatkan semangat motivasi

belajar yang lebih kuat bagi para siswa. Artinya kondisi lingkungan

yang tentram dan bersih juga mempengaruhi motivasi belajar


31

seseorang. Jika lingkungan bersih dan nyaman akan membuat

seseorang termotivasi untuk belajar dan sebaliknya jika lingkungan

tempat seseorang tidak nyaman dan kotor akan membuat motivasi

seseorang menurun.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa segala

sesuatu yang ada di dalam diri seseorang dan yang ada di sekitar diri

seseorang akan mempengaruhi motivasi seseorang untuk belajar, seperti

cita-cita dan aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa dan

kondisi lingkungan siswa.

f. Fungsi Motivasi

Sardiman (2010:85) mengemukakan bahwa motivasi mempunyai

fungsi sebagai berikut:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisih perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.
32

Mardianto (Kompri, 2015:237) motivasi berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik

dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Artinya untuk

mencapai sebuah prestasi yang baik maka di perlukan motivasi yang

bagus dan baik sehingga hasil belajar yang didapatkan juga baik.

Sementara itu Istarani dan Pulungan (2015:63) mengemukakan

fungsi motivasi dalam belajar adalah:

1) Memberi kekuatan pada daya belajar. Artinya motivasi sebuah

kekuatan yang mampu membuat seseorang berprestasi.

2) Pemberi arah belajar yang jelas. Artinya motivasi sebagai penunjuk

jalan untuk belajar dengan baik.

3) Mampu mengatasi rintangan. Artinya motivasi membuat segala

sesuatuya menjadi mudah.

4) Mewujudkan belajar mandiri. Artinya motivasi membuat seseorang

menjadi pribadi yang mampu mandiri

5) Pendorong belajar secara terus-menerus. Artinya motivasi untuk

mendorong seseorang untuk terus belajar dan tidak mudah bosan.

6) Menumbuhkan keinginan untuk berprestasi. Artinya motivasi

membuat seseorang untuk ingin berprestasi dan menghasilkan nilai

yang baik.

7) Peningkatan kualitas belajar. Artinya motivasi membuat seseorang

untuk terus berusaha sehingga bisa menjadi seseorang yang

berkualitas.
33

Berdasarkan ketiga pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa motivasi berfungsi untuk menggerakan atau mengubah dan

mendorong seseorang agar timbul keinginan untuk melakukan sesuatu

sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.

g. Indikator-Indikator Motivasi Belajar

Beberapa pendapat para ahli mengenai indikator-indikator

motivasi belajar. Uno (2015:23) indikator motivasi belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Adanya keinginan berhasil.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

4. Adanya penghargan dalam belajar.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

siswa belajar dengan baik.

Sedangkan Kompri (2015:247) mengemukakan ada sejumlah

indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses

pembelajaran diantaranya adalah:

1. Memiliki gairah yang tinggi.

2. Penuh semangat.

3. Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi.

4. Mampu jalan sendri ketika guru meminta siswa mengerjakansesuatu.

5. Memiliki rasa percaya diri.


34

6. Memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi.

7. Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang dihadapi.

8. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat peneliti simpulkan

indikator-indikator dalam penelitian ini di ambil menurut Uno

(2015:23) yaitu adanya keinginanuntuk berhasil, adanya dorongan dan

kebutuhan untuk belajar, adanya harapan dan cita-cita untuk masa

depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya keinginan yang

menarik dalam belajar serta adanya lingkungan belajar yang kondusif

sehingga memungkinkan siswa belajar dengan baik.

B. Penelitian Relevan

Untuk mempertegas teori yang telah di kemukakan dalam kajian teoritis

ini, penulis mengambil hasil-hasil penelitan yang penulis anggap relevan

dengan penelitian ini yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan olehSiska Widia Sari (Skripsi, 2016: STKIP

PGRI) dengan judul, Pengaruh Kondisi Siswa, Manajemen Kelas Dan

Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas X SMK

Negeri Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.Hasil penelitiannya

menunjukan terdapat pengaruh antara Kondisi Siswa, Manajemen Kelas

Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas X

SMK Negeri Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.Dapat disimpulkan

bahwa antara keempat variabel tersebut terdapat korelasi positif pada taraf

signifikan 0,05. Hal ini berarti hipotesis alternatif Ha diterima dan


35

hipotesis nol Ho ditolak. Terdapat korelasi dalam kategori sedang, hal ini

dibuktikan dengan nilai thitungsebesar 32,72 dan ttable sebesar2,77.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ira Oktaviana (Skripsi, 2015: Universitas

Negeri Semarang) dengan judul, Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap

Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Daerah Binaan I. Hasil

penelitiannya menunjukkan terdapat Pengaruh Antara Lingkungan Sekolah

Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Daerah

Binaan I.Pengujian hipotesis dengan taraf signifikan 5% diperoleh hasil

yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap

motivasi belajar siswa. Ditunjukkan dengan thitung sebesar 5,66 dan

ttabel sebesar 1,77.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Susanti (Skripsi, 2016: STKIP

Nasional) dengan judul, Hubungan Lingkungan Sekolah Dengan

HasilBelajar Siswa Kelas IV SD Negeri 29 V KotoKampung Dalam

Padangpariaman.Hasil penelitiannya menunjukan terdapat Hubungan

Lingkungan Sekolah Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 29

V Koto Kampung Dalam Padangpariaman.Hasil statistik uji-t diperoleh

thitung = 4,051 dan ttabel = 1,717 (thitung > ttabel), pada taraf nyata 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti

terdapat hubungan lingkungan sekolah dengan indikator keadaan

lingkungan sekolah, suasana sekolah,fasilitas sekolah dan masyarakat

sekolah dengan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 29 V Koto

Kampung Dalam Padangpariaman.


36

Berdasarkan ketiga penelitian yang relevan tersebut dapat disimpulkan

bahwa lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Apabila lingkungan sekolah yang kondusif sangat mendukung bagi

kenyamanan dan kelangsungan proses pembelajaran yang dialami oleh siswa

di kelas.siswa yang nyaman akan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1. Variabel penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu lingkungan

sekolah dan motivasi belajar siswa, Sedangkan penelitian sebelumnya

menggunakan empat variabel yaitu kondisi siswa, manajemen kelas,

lingkungan sekolah dan motivasi belajar siswa.

2. Objek penelitian ini siswa kelas tinggi SD Negeri 17 Ulakan Tapakis,

Sedangkan penelitian sebelumnya yaitu siswa kelas V SD Di Daerah

Binaan I Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.

3. Penelitian ini, mencari ada tidaknya pengaruh lingkungan sekolah

terhadap motivasi belajar siswa. Sedangkan penelitian sebelumnya yaitu

hubungan lingkungan sekolah dengan hasil belajar siswa kelas IV SD

Negeri 29 V Koto Kampung Dalam Padang pariaman.

C. Kerangka Pikir

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 dalam

(Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.


37

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan

antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan

antara variabel independen dan dependen.

Dalam penulisan proposal penelitian ini ada dua variabel yang

digunakan, yaitu:

1. Variabel lingkungan sekolah

Variabel lingkungan sekolah sebagai variabel independen (bebas).

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab terjadinya perubahan/ timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Variabel motivasi belajar

Variabel motivasi belajar sebagai variabel dependen (terikat).

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,

karena adanya variabel independen (bebas)

Berdasarkan hal tersebut, kerangka pikir yang akan digunakan dalam

penelitian ini sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1 di bawah ini :

Gambar 2.1Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar

Lingkungan Motivasi Belajar


Sekolah
(Y)
(X)

Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh beberapa komponen

pendukungnya. Diantara sekian banyak komponen yang mendukung

keberhasilan siswa dalam belajar salah satunya yaitu motivasi belajar siswa.
38

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Faktor dari

luar siswa yang berkaitan erat dengan motivasi belajar adalah lingkungan

belajar siswa. Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap motivasi belajar

salah satunya yaitu lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah merupakan

lingkungan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga. Pendidikan di

lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang cukup penting pada siswa

dalam meraih prestasi belajar. Didalam lingkungan sekolah para siswa di didik

untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti bermaksud untuk

membuktikan bahwa terdapat atau tidak pengaruh antara lingkungan sekolah

terhadap motivasi belajar siswa kelas tinggiSD Negeri 07 Sungaigeringging.

D. Hipotesis

Menurut Albone, dkk (2010:55) hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti,

dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji

kebenarannya.Sejalan dengan Sugiyono (2010:96) hipotesis adalah jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian,dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Senada dengan

Martono (2011:63) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban

sementara yang kebenarannya harus diuji, atau rangkuman kumpulan teoretis

yang diperoleh dari tinjauan pustaka.

Berdasarkan ketiga pernyataan tersebut, dapat disimpulkan hipotesis

berarti dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah sehingga perlu
39

diuji kebenarannya melalui perhitungan statistik. Ada dua bentuk hipotesis

yaitu hipotesis nihil atau disebut Ho dan hipotesis alternatif atau disebut Ha

(Sugiyono, 2010:102). Maksudnya, hipotesis nihil atau Ho ialah apabila tidak

terdapat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.

Sedangkan hipotesis anternatif atau Ha ialah apabila terdapat hubungan antara

variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Dengan demikian dalam

penelitian ini hipotesisnya adalah:

Hipotesis alternatif (Ha) : terdapat pengaruh lingkungan sekolah

terhadap motivasi belajar siswa kelas tinggiSD Negeri 17 Ulakan Tapakis.

Hipotesis nol (Ho) : tidak terdapat pengaruh lingkungan sekolah

terhadap motivasi belajar siswa kelas tinggiSD Negeri 17 Ulakan Tapakis.


40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang telah dikemukakan maka

jenis penelitian ini adalah penelitian Korelasional. Arikunto (2013:313)

penelitian korelasional merupakan penelitian yang menemukan ada tidaknya

hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

hubungan itu. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian korelasional berarti

penelitian yang bertujuan untuk mencari relasi antara variabel yang ada. Serta

menentukan besar kecilnya kontribusi antara variabel X terhadap Y.

Sedangkan Suparno (2010: 146) mengatakan riset korelasional

digunakan untuk meneliti hubungan yang mungkin antara dua atau lebih

variabel tanpa ada usaha untuk mempengaruhi. Maksudnya adalah penelitian

korelasional hanya mengungkap hubungan antar variabel. Senada dengan itu

Sukmadinata (2010: 56) mendefinisikan penelitian korelasional ditunjukan

untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lainnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap pengaruh lingkungan

sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas tinggi SD Negeri 17 Ulakan

Tapakis.

40
41

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Tempat untuk melaksanakan penelitian ini adalah di kelas tinggiSD

Negeri 17 Ulakan Tapakis, tepatnya di Desa Lambeh Nagari Malai III

Koto Kecamatan Sungaigeringging Kabupaten Padangpariaman.

2. Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal

9Bulan Januari 2021 tepatnya pada semester II tahun pelajaran 2020/2021,

di kelas tinggi SD Negeri 17 Ulakan Tapakis.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam

suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Hal ini sejalan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:117) populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian populasi

bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.

Demikian juga Sujarweni (2014:65) menyatakan populasi adalah

keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai

karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Dengan


42

demikian populasi berarti seluruh himpunan yang lengkap dari manusia

atau benda yang karakteristiknya ingin kita ketahui.

Mulyatiningsih (2013:9) populasi adalah sekumpulan orang,

hewan, tumbuhan atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang

akan diteliti. Dengan demikian populasi adalah sekumpulan subjek yang

mau diteliti.

Jadi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas tinggi

di SD Negeri 17 Ulakan TapakisKabupaten Padangpariaman seperti yang

terlihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Populasi

No Kelas Laki-laki Perempua Jumlah

1 IV 12 16 28

2 V 12 14 26

3 VI 13 9 22

Jumlah siswa kelas IV,V,VI 37 39 76

Sumber : Tata Usaha SD Negeri 17 Ulakan Tapakis2020

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti untuk

memperoleh data yang diperlukan. Sampel yang dipilih harus representatif

atau menggambarkan keseluruhan karakteristik dari suatu populasi.

Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan pernyataan


43

tersebut, sampel berarti bagian dari sejumlah populasi. Sedangkan

Mulyatiningsih (2013:10) mendefinisikan sampel adalah cuplikan atau

bagian dari populasi. Dengan demikian sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti.

Sedangkan Sujarweni (2014:65) mendefinisikan sampel adalah

bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang

digunakan untuk penelitian. Dengan kata lain sampel berarti anggota

populasi yang dipilih dengan teknik tertentu sehingga dapat mewakili

populasi.

Oleh karena penelitian ini merupakan penelitian populasi maka

sampelnya adalah keseluruhan populasi. Hal ini didukung oleh pendapat

Arikunto (2006:134). Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik

semua populasi dijadikan sampel sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi.

Sesuai dengan populasi pada penelitian ini, yaitu seluruh siswa

kelas tinggi di SD Negeri 17 Ulakan Tapakis Kabupaten Padangpariaman

maka sampel dari penlitian ini adalah seluruh anggota populasi yaitu siswa

kelas tinggi SD Negeri 17 Ulakan TapakisKabupaten Padangpariaman.

D. Jenis Data Penelitian

Dalam penelitian ini data yang digunakan akan dikumpulkan dari

sumber-sumber yang sudah ada, serta data yang dikumpulkan langsung dari

siswa sebagai sampel. Data yang dikumpulkan dari individu-individu yang

diteliti dinamakan data primer, sedangkan data yang dikumpulkan dari


44

pustaka-pustaka dinamakan data sekunder (Margono, 2010:23). Berdasarkan

pernyataan tersebut data primer merupakan data yang bersumber dari siswa

sebagai sampel sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari

dokumen yang sudah ada.

1. Data Primer

Menurut Margono (2010:23) data primer merupakan data yang

dikumpulkan langsung dari individu-individu yang diselidiki. Berdasarkan

penyataan tersebut data primer berarti data yang diperoleh secara

langsung oleh peneliti.

Data primer dalam penelitian ini melalui angket yang disebarkan

kepada siswa kelas tinggi SD Negeri 17 Ulakan TapakisKabupaten

Padangpariaman.

2. Data Sekunder

Mulyatiningsih, (2013:211) menjelaskan data sekunder adalah data

yang berasal dari database instansi, dokumen data statistik atau laporan

hasil penelitian. Dengan kata lain data sekunder berarti data yang tidak

dikumpulkan peneliti secara langsung melainkan diambil dari berbagai

dokumen.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berupa

dokumen mengenai nama siswa, jumlah siswa, jenis kelamin, dan denah

tempat duduk siswa di SD Negeri 17 Ulakan TapakisKabupaten

Padangpariaman pada kelas tinggi yang di dapat dari guru kelas IV,V dan

VISD Negeri 17 Ulakan TapakisKabupaten Padangpariaman.


45

E. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan dapat dalam penelitian ini

yaitu:

1. Angket

Menurut Sugiyono (2010:199) angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Jadi angket adalah sekumpulan pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya

tertulis yang akan dijawab oleh responden. Adapun pernyataan yang

diberikan berkaitan dengan Lingkungan Sekolah dan Motivasi Belajar

Siswa. Angket disebarkan kepada siswa kelas tinggi.

2. Pengamatan/Observasi

Riduwan (2006:76) teknik pengumpulan data dengan pengamatan

atau observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan apabila objek

penelitian bersifat perilaku, tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-

kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan

responden kecil. Adapun teknik pengumpulan data dengan pengamatan

dalam penelitian ini adalah pengamatan yang dilakukan pada kelas tinggi

SD Negeri 17 Ulakan Tapakis.

3. Dokumentasi
46

Pengambilan data dengan dokumentasi menurut Riduwan (2006:77)

adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,

meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan,

photo-photo, film dokumenter, data yang relevan penelitian. Adapun

dokumentasi pada penelitian ini adalah photo-photo yang diambil saat

siswa kelas tinggi mengisi angket.

F. InstrumenPenelitian

Sangadji dan Sopiah (2010:46) instrumen penelitian adalah alat-alat

yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka

memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian. Instrumen

penelitian dalam penelitian ini adalah angket.

Angket adalah daftar pertanyaan yang dibeikan kepada orang lain

bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan

pengguna. Untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah

dan reponden tanpa mereka khawatir bila responden memberikan jawaban

yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

Berdasarkan pernyataan diatas angket adalah seperangkat pertanyaan

yang diajukan kepada responden selanjutnya dijawab oleh responden secara

tertulis yang bertujuan untuk memperoleh berbagai keterangan yang langsung

dari responden. Dalam Pengisian angket ini peneliti menggunakan skala

Gutman, dimana skala Gutman tersebut mempunyai dua jawaban yaitu ya dan

tidak.
47

Menurut Sugiyono (2010:96), skala Gutman ini akan didapat jawaban

tegas terhaap suatu permasalahan yang ditanyakan yaitu tidak, benar-salah,

pernah-tidak pernah, positif- negatif. Data yang diperoleh terdiri dari dua

interval, yaitu setuju atau tidak setuju. Skala Gutman dapat dibuat dalam

bentuk pilihan ganda dan dalam bentuk checklist. Jawaban responden dapat

berupa skor tertinggi bernilai (1) dan skor terendah (0)

Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Responden

Pernyataan Sikap Sifat Pernyataan


+ -
Ya 0 1
Tidak 1 0
Sumber: Riduwan (2006:87)

Angket ini digunakan untuk mengevaluasi variabel bebas yaitu

lingkungan sekolah kelas tinggi SD Negeri 17 Ulakan TapakisKabupaten

Padangpariaman. Instrumen disusun dan dikembangkan berdasarkan variabel

yang hendak diukur pada lingkungan sekolah. Kemudian variabel tersebut

dikembangkan dalam bentuk indikator-indikator yang akhirnya menjadi butir

pernyataan.

G. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No. Variabel Indikator No. Butir

(+) (-)

1. Lingkungan 1. Metode mengajar 1 2

Sekolah 2. Kurikulum 3 4

3. Keadaan gedung 56 8
48

4. Metode belajar 18-29 1

2. Motivasi 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 31-35 36

Belajar 2. Adanya dorongan dan kebutuhan 37-38 39

dalam belajar

3. Adanya harapan dan cita-cita masa 40-52 53-54

depan

4. Adanya penghargaan dalam belajar 55 56

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam 57-59 60

belajar

6. Adanya lingkungan belajar yang

kondusif sehingga memungkinkan

siswa belajar dengan baik

H. Uji Coba Instrumen

Tujuan diadakan uji coba adalah diperolehnya informasi mengenai

kualitas instrumen sudah atau belum memenuhi persyaratan yang digunakan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:211), “baik buruknya instrumen akan

berpengaruh terhadap benar tidaknya data yang diperoleh, sedangkan benar

tidaknya sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian”.

Instrumen yang baik selain valid juga harus realibel, artinya dapat

diandalkan. Suharsimi Arikunto (2010:211) menyatakan “Instrumen dapat

dikata reliabel jika memberikan hasil yang “tepat” atau “ajeg” walau oleh

siapa dan kapan saja”.


49

1. Uji Validitas

Arikunto (Riduwan, 2006:97) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keandalan dan kesahihan suatu alat ukur. Jika

instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan

untuk mendapatkan data, sehingga data yang digunakan harus valid. Valid

disini berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur.

Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu tes cukup dianalisa

dengan validitas. Dalam penentuan tingkat validitas butir soal digunakan

korelasi product moment Pearson dengan mengkorelasikan antara skor

yang didapat peserta didik pada suatu butir soal dengan skor total yang

didapat (Jihad dan Haris, 2013:179-180). Rumus yang digunakan yaitu:

N ( ∑ XY )−( ∑ X )( ∑ Y )
rxy=
√[ N ∑ X −(∑ X ) ][( N ∑ Y −( ∑ Y ) ]
2 2 2 2

Keterangan:

rxy = nilai koefisien korelasi masing-masing item

N = jumlah sampel yang digunakan

x = skor nilai setiap item

y = skor total setiap sampel

Tabel 3.4 Kriteria Validitas

No Indek Validitas Klasifikasi

1. 0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,60 < rxy ≤ 0,79 Tinggi


50

3. 0 ,40xy ≤ 0,59 Cukup

4. 0,20 < rxy ≤ 0,39 Rendah

5. rxy ≤ 0,19 Sangat rendah

Berdasarkan tabel kriteria validitas diatas, rentang klasifikasi yang

diambil pada uji validitas ini berkisar pada klasifikasi sangat tinggi, tinggi,

dan cukup.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjukkan keterandalan instrumen.

Instrumen dikatakan relaibel, apabila instrumen tersebut digunakan

beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh

hasil yang relatif sama. Uno (2012:153) mengatakan reliabilitas merujuk

pada ketepatan/keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan,

artinya kapanpun alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang

relatif sama.

Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan

Alpha Cronbach (Jihad dan Haris, 2013:180). Rumus yang digunakan,

yaitu:

r 11=
n
[ ][
n−1
Si 2
1− 2
St ]
Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir soal


51

Si2 = jumlah varians skor tiap item

St2 = varians skor total

Rumus mencari varians adalah

(∑ X )
2

2
∑ X −2
n
Si =
n

Interpretasi nilai r11 mengacu pada pendapat Guilford (Ruseffendi

dalam Jihad dan Haris, 2013:181) dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas

No Indeks Reliabilitas Klasifikasi

1. r11 ≤ 0,20 Sangat rendah

2. 0,19 ≤ r11 0,40 Rendah

3. 0,39 ≤ r11 0,70 Sedang

4. 0,69 ≤ r11 0,90 Tinggi

5. 0,89 ≤ r11 1,00 Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel kriteria reliabilitas diatas, rentang klasifikasi yang

diambil pada uji reliabilitas ini berkisar pada klasifikasi sedang, tinggi, dan

sangat tinggi.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Pendeskripsian data dilakukan untuk menentukan kedudukan data

dalam suatu kelompok. Pendeskripsian bertujuan untuk mengungkapkan

nilai maksimum dan minimum, nilai rata-rata (mean), modus, median, dan
52

simpangan baku (standar deviation) serta histogram kurva normal. Hasil

pendeskripsian ini diperoleh dengan menggunakan program Microsoft

Office Excel 2007.

Derajat Persentase:

DP=
∑X x 100 %
Nx ∑ itemxskalatertinggi

Keterangan:

DP : Derajat Pencapaian

∑ X : Lingkungan sekolah dan motivasi belajar

N : Jumlah sampel

Kriteria interpretasi skor untuk derajat pencapaian (DP) dapat dilihat

pada tabel 3.6 sebagai berikut (Sudjana dalam Lubis, 2011:87)

Tabel 3.6 Rentangan Skala DP

No % pencapaian Keterangan

1 0-54 Sangat tidak baik

2 55-64 Tidak baik

3 65-79 Cukup

4 80-89 Baik

5 90-100 Sangat baik

Sumber : syahron (2011:87)

2. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas
53

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian normalitas dianalisis

dengan menggunakan uji Liliefors, dengan bantuan Microsoft Office

Exel 2007. Nana Sudjana merumuskan dengan langkah- langkah sebagai

berikut.

1) Data
X 1 , X 2 , X 3 . .. .. . . X n yang dipeoleh dari data yang terkecil hingga

data yang terbesar.

2) Data
X 1 , X 2 , X 3 . .. .. . . X n dijadikan bilangan baku

X i −X
Z1 ,Z 2 ,Z 3 ......Z n dengan rumus Zi =
S

Keterangan : Xi = skor yang diperoleh siswa ke- i

X = skor rata- rata

S = simpangan baku

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F (Zi) = P ( Z< Zi )

4) Dengan menggunakan proporsi


Z1 ,Z 2 ,Z 3 ......Z n yang lebih kecil atau

sama dengan Zi jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi) maka:

banyaknyaZ 1 , Z 2 , Z 3 .. . Z n yang≤Zi
S( Zi)=
n

5) Menghitung selisih (F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya.

6) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih

tersebut
Lo
54

7) Membandingkan nilai
Lo dengan nilai kritis L yang terdapat pada

taraf nyata α=0 , 05

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

Jika
Lo < L, maka data berdistribusi normal

Jika
Lo > L, maka data tidak berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah

data yang diperoleh berasal dari sampel yang homogen. Dasar

pengambilan keputusan adalah apabila signifikan lingkungan sekolah

(X) dan motivasi belajar (Y) besar dari alpha 0,05 maka penyebaran data

tidak homogen, sebaliknya bila signifikan kecil dari alpha 0,05 maka

penyebaran data homogen.

Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah kedua

data tersebut homogen, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya

(Riduwan, 2006:120).

S 21
F=
S 22
Keterangan: F = Varians kelompok data

S12 = Varians terbesar

S22 = Varians terkecil

Jika Fhitung > Ftabel berarti tidak homogen, dan jika Fhitung < Ftabel berarti

homogen.
55

3. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kedua variabel

digunakan rumus korelasi product moment dari Pearson (Umar,

2011:131).

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
rxy=
√{ N ∑ X −( ∑ X }{ N ∑ Y −( ∑ Y ) }
2 2 2 2

Dimana:

rxy = koefisien korelasi satu item dengan total item

∑X = jumlah skor setiap item

∑Y = jumlah skor seluruh item

N = jumlah responden

∑XY = jumlah hasil kali skor X dan Y

Riduwan (2011:138) menjelaskan bahwa korelasi product moment

dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r

≤ + 1) apabila nilai r = -1, artinya korelasinya negatif sempurna. r = 0,

artinya tidak ada korelasi dan apabila r = 1, berarti korelasi sangat kuat.

Harga r akan dikonsultasikan dengan tabel 3.7 interpretasi nilai r sebagai

berikut:

Tabel 3.7 Interpretasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,800 ‒ 1,000 Sangat kuat
0,600 ‒ 0,799 Kuat
0,400 ‒ 0,599 Cukup kuat
0,200 ‒ 0,399 Rendah
0,000 ‒ 0,199 Sangat rendah
56

Sumber: Riduwan (2011:138)

b. Keberartian Koefisien Korelasi

Untuk menguji keberartian koefisien korelasi r, dapat diuji dengan

menggunakan uji t dengan rumus yang dikemukakan Riduwan

(2011:139):

r ( n  2)
t hitung 
(1  r 2 )

Dimana:

thitung = nilai t hitung

r = koefisien korelasi

n = jumlah responden atau sampel

Jika thitung lebih besar dari pada ttabel dengan taraf signifikan 0,05,

maka hipotesis diterima. Sebaliknya jika t hitung lebih kecil dari pada t tabel

dengan kepercayaan 0,05, maka hipotesis ditolak.

c. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (X)

terhadap variabel terikat (Y) menggunakan rumus koefisien determinasi

yang dikemukakan Riduwan (2011:139), yaitu:

P = r2 x 100%

Dimana:

P = besarnya persentase

r = nilai koefisien korelasi


57

Anda mungkin juga menyukai