Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seorang guru dikatakan sebagai pemegang peran utama, karena gurulah

yang bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasikan lingkungan

yang berhubungan dengan anak didik dan bahan pelajaran. Sehingga

menimbulkan proses belajar pada siswa. Oleh karena itu berhasil tidaknya

pendidikan pada siswa sangat tergantung pada tanggung jawab guru itu. Dari

penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keberadaan seorang guru memiliki peran

yang sangat penting, guru merupakan penggerak dalam KBM di kelas. Karena

pentingnya peran guru, maka ia harus memiliki kompetensi dalam mengajar. Baik

yang bersifat pribadi maupun profesional. Karena hanya guru yang kompeten

akan lebih mampu menciptakkan kegiatan belajar sehingga hasil belajar berada

pada tingkat optimal.

Selanjutnya sehubungan dengan kemajuan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, terjadi perubahan pandangan terhadap KBM, yang

membawa konsekuensi pada guru untuk meningkatkan kompetensi- kompetensi

yang dimilikinya, disesuaikan dengan teori dan praktek yang dianggap lebih tepat

digunakan pada masa sekarang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dari waktu ke waktu makin pesat. Arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari

fenomena ini, maka muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan,

diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapi tantangan berat ini dibutuhkan

1
sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah

melalui peningkatan mutu pendidikan.

Namun pendidikan di Indonesia saat ini tidak lepas dari berbagai

permasalahan, diantaranya masih minimnya sarana-prasarana sekolah, rendahnya

kualitas guru, kesempatan pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan dengan

kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan hingga menurunnya mutu pendidikan.

Pemerintah telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu pendidikan

meningkat, diantaranya dengan perbaikan kurikulum, penataran bagi guru-guru,

penyempurnaan buku-buku pelajaran dan penambahan alat peraga. Namun

demikian mutu yang dicapai belum seperti apa yang diharapkan. Perbaikan yang

telah dilakukan pemerintah tidak ada artinya jika tanpa dukungan dari guru, orang

tua siswa, siswa dan masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan mutu

pendidikan Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan

belajar. Hasil kegiatan belajar yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses

kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang

diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh

peserta didik.

Setiap orang pasti mendambakan prestasi belajar yang tinggi, baik orang

tua, siswa dan terlebih bagi guru. Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal

tidak lepas dari kondisi yang kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan

dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis Memperoleh

prestasi belajar yang baik tidaklah mudah, banyak faktor yang mempengaruhi.

2
Diantara faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah: faktor internal,

yaitu faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan,

mental, tingkat kecerdasan, minat dan sebagainya. Serta faktor eksternal, yaitu

faktor yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara, iklim

sekolah, keluarga, masyarakat, teman, guru, media, sarana dan prasarana belajar.

Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdapat

faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran dan

berdampak pada prestasi belajar siswa yaitu keberadaan guru. Mengingat

keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh,

maka sudah semestinya kompetensi profesional guru harus diperhatikan.

Kebutuhan akan guru profesional yang memiliki kompetensi tinggi

semakin mendesak sejalan dengan tuntutan para guru terhadap kapasitas mereka

untuk menjadi manajer kelas yang profesional. Berarti selain melakukan tugas

pendidikan guru juga melaksanakan tugas manajemen. Kompetensi guru yang

tinggi untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas menjadi salah

satu kemampuan profesional mereka. Apalagi pada era globalisasi yang semakin

maju tanpa didukung oleh manusia yang berkualitas suatu Negara akan tertinggal

jauh, begitu juga dengan lembaga pendidikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan

keseriusan pemerintah berkenaan dengan guru sebagai profesi yang profesional.

Dalam UU No 14 Tahun 2005 dinyatakan bahwa kualifikasi Guru pada

SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik

pendidikan minimum Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) program studi

3
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan diperoleh dari program

studi yang terakreditasi.

Yang menjadi permasalahan baru adalah, guru hanya memahami intruksi

tersebut sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang sifatnya

administratif. Sehingga kompetensi guru profesional dalam hal inti tidak menjadi

prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut, kontribusi untuk siswa menjadi

kurang diperhatikan bahkan terabaikan. Masalah lain yang ditemukan penulis

adalah, minimnya tenaga pengajar dalam suatu lembaga pendidikan juga

memberikan celah seorang guru untuk mengajar yang tidak sesuai dengan

keahliannya. Sehingga yang menjadi imbasnya adalah siswa sebagai anak didik

tidak mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Padahal siswa ini adalah

sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan,

latihan, pengetahuan yang maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang

baik dari seorang guru. Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut

dapat terwujud secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang

menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Dengan demikian, apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap

hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik, maka

akan berakibat ketidakpuasan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Maka dari itu sekolah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar

dalam keberlangsungan pendidikan bagi anak-anak, menjadi kepercayaan

masyarakat terhadap lingkungan sekolah, cerminan dari keberhasilan pendidikan

adalah output (lulusan) pendidikan dari sekolah itu sendiri, semakin output yang

4
dihasilkan semakin baik artinya Sumber daya manusia mampu bersaing dan

bermanfaat bagi masyarakat, maka sekolah tersebut di pandang sekolah

berkualitas. Selain itu mutu sekolah tidak hanya dilihat dari outputnya saja

melainkan lingkungan sekolah, di mulai dari pengelolaan sekolah yaitu kepala

sekolah beserta jajaran dan guru-guru yang harus memberikan kenyamanan

kepada siswa, baik kenyamanan bersifat fisik maupu non fisik, lingkungan

sekolah yang sehat dan di dukung dengan fasilitas yang memadai maka akan

mendukung tumbuh kembangnya anak secara optimal, anak-anak lebih terjaga

kesehatannya, leluasa mengeksplorasi dan mengimplementasikan ilmunya dari

hasil belajar di kelas. Karena itu lingkungan sekolah harus semaksimal mungkin

di rancang agar dapat memberikan kenyamanan kepada peserta didik dalam

proses suasan belajar dan proses pembelajaran.

Fakta sementara yang ada di setiap sekolah-sekolah masih banyak

linkungan sekolah yang kurang sehat dan kurang layak untuk mendukung suasana

proses belajar dan mengajar termasuk di sekolah yang akan diteliti di smp negeri

01, dari hasil observasi pada magang III lingkungan sekolah ini masih terbatas

tidak banyak fasilitas saran dan prasarana (SARPRAS) yang memadai diantaranya

kurangnya ruang kelas, ruang multimedia, laboratorium yang tidak terawat,

perpustakaan yang kurang terkelola, kurangnya pengelolaan kegiatan

ekstrakulikuler dll, begitupun porses belajar dan mengajarnya yang kurang terlihat

menarik. Sehingga menjadi penghambat bagi siswa yang ingin mengeksplorasi,

mengasah ilmu pengetahuannya dan memberikan pengaruh terhadap kurang

minatnya siswa terhadap proses belajar di sekolah. Dalam lingkungan sekolah ada

5
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, dan salah satunya adalah

minat belajar, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar

digolongkan menjadi dua faktor diantaranya adalah faktor intern dan faktor

ekstern.

Minat belajar siswa antara yang satu dengan yang lainnya berbeda maka

sekolah merupakan wahana kedua mereka untuk memperoleh pendidikan setelah

sebelumnya dengan keluarga. Dalam proses keberahasilan belajar disebabakan

oleh banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Dengan

demikian, dalam menanamkan pendidikan pada siswa maka diperlukan proses

pembelajaran yang efektif, sehingga dapat menimbulkan atau menarik siswa

dalam mengikuti pembelajaran, dengan begitu hasil belajar yang baikpun tercapai.

Sementara masih banyak siswa yang kurang minat belajar di sekolah, sehingga

masih banyak siswa yang merasa tidak senang pergi ke sekolah untuk belajar,

termasuk di sekolah yang akan dit eliti, masih banyak siswa yang tidak hadir

dalam poses belajar di kelas, begitupun kurang minat mengikuti kegiatan ekstra

yang diadakan oleh sekolah, lebih asik bermain di luar sana, kumpul-kumpul di

jalanan, bahkan sudah menjadi hal biasa yaitu tawuran antar sekolah.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis

bermaksud untuk meneliti se Cbuah penelitian yang penulis beri judul “Pengaruh

Lingkungan Sekolah Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas VII SMP NEGERI 01

KABUPATEN SORONG ”

6
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat ditentukan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Minat Belajar Siswa?

2. Apakah Ada Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Minat Belajar Siswa?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah tersebut, dapat diketahui tujuan penelitian

sebagai berikut: Mengetahui kondisi Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap

Minat Belajar Siswa Kelas VII SMP NEGERI 01 Kabupaten Sorong..

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat teorestis: Penelitian ini sebagai tambahan informasi dan dapat

pula dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih dalam Membantu siswa

dalam pembelajaran.

Manfaat praktis: Bagi peneliti, Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan

dan kajian keilmuan tentang lingkungan sekolah dan minat belajar. Sebagai

tambahan pengetahuan dan informasi mengenai pengaruh lingkungan sekolah

terhadap minat belajar.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Lingkungan Sekolah

2.1.1.1. Defenisi Lingkungan Sekolah

Sekolah pada dasarnya menjadi tempat menuntut ilmu bagi setiap

orang, dimana sekolah sebagai pendidikan formal harus bisa memenuhi kebutuhan

pendidikan dalam menunjang proses belajar dan mengajar dalam hal ini sekolah

harus memiliki lingkungan sekolah yang sesuai setandar.

(Widiarsih 2017) mengemukakan bahwa Lingkungan Sekolah

merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi prestasi belajar anak.

Lingkungan Sekolah secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut (Idayanti 2015) Secara garis besar lingkungan sekolah

sangatlah berpengaruh terhadap sebuah proses pembelajaran bagi anak didik,

karena bagaimanapun lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai

alat dalam proses pendidikan

(Hermawan 2019) Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam

sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu. Jadi

lingkungan adalah sesuata yang ada diwilayah yang memiliki makna yang dapat

mempengaruhi kepada individu.

8
Menurut (Andriana 2017) Lingkungan dalam pengertian umum

berarti situasi disekitar kita. Dalam pendidikan lingkungan adalah semua faktor

yang terdapat diluar diri anak dan yang mempunyai arti bagi pengembangannya

serta senantiasa memberikan pengaruh terhadap dirinya.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah disebutkan, dapat

disimpulkan bahwa Lingkungan Sekolah yaitu seluruh kondisi yang ada di

lembaga pendidikan formal yang melaksanakan program pendidikan agar dapat

mengembangkan potensi peserta didik. Seluruh kondisi tersebut mencakup

lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial yang berpengaruh dan bermakna bagi

siswa saat menjalani proses belajar mengajar di sekolah.

2.1.1.2. Faktor – Faktor Lingkungan Sekolah

Menurut Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini (2012: 130)

menjelaskan bahwa dalam lingkungan sekolah banyak sekali faktor- faktor yang

mempengaruhi terhadap belajar siswa, yang otomatis juga berimbas pada prestasi

belajar. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Metode Mengajar Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik penyajian

bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan

pelajaran, baik individual maupun secara kelompok, Agar tercapainya

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui

berbagai metode. Dengan demikian guru diharapkan dapat memilih metode

mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi dari siswa. sehingga

metode yang digunakan dapat menarik siswa untuk semangat dalam belajar,

9
dengan begitu suasana pembelajaran yang semula pasif menjadi aktif.

Dengan kelancaran proses belajar mengajar, materi pelajaran dapat

tersampaikan dengan baik.

b. Kurikulum berasal dari bahasa yunani yang semula dalam bidang olah raga,

yaitu curere yang berarti jarak terjauh lari yakni jarak yang harus di tempuh

dalam kegiatan berlari mulai dari start sampai finish. Dalam konteks

pendidikan kurikulum berarti jalan yang dilalui oleh pendidik/guru juga

peserta didik untuk menggabungkan pengetahuan, ketrampilan, sikap serta

nilai-nilai. Menurut Makmun Khairani (2017: 272) kurikulum yang kurang

baik adalah sebagai berikut:

1) Bahan-bahan pelajaran yang terlalu tinggi.

2) Pembagian bahan pelajaran tidak seimbang, contoh kelas 1 banyak

pelajaran dan kelas-kelas di atas sedikit pelajaran.

c. Relasi Guru dengan Siswa Hubungan antara guru dengan siswa didalam

proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan, karena

bagaimanapun bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya

metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa

merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka proses belajar mengajar

tidak efektif. Menurut (Siahaan 2017) hubungan guru dengan siswa kurang

baik, bermula pada sifat guru yang tidak disenangi oleh siswa, seperti:

1) Suka marah, suka membentak, tak pernah tersenyum, dan kasar.

2) Tak pandai menerangkan dan sinis.

3) Menjengkelkan, tinggi, dan tak adil.

10
Sikap-sikap guru seperti ini tidak disenangi oleh siswa, hal ini

mengakibatkan hubungan guru dengan siswa tidak baik. Namun jika

hubungan guru dengan siswa harmonis, maka dengan demikian proses

belajar mengajar akan dapat efektif. Sehingga terbina hubungan dan

komunikasi yang baik dan harmonis antara guru dan siswa.

d. Relasi Siswa dengan Siswa Sebagian siswa dapat mempengaruhi sikap dan

tingkah laku siswa lain di sekolah. Bila terjadi relasi yang baik antara siswa

satu dengan siswa yang lainnya, karena dengan adanya relasi yang baik

tersebut maka proses belajar mengajar akan menjadi lancar. Dan guru juga

akan mengandalkan hubungan siswa tersebut untuk mendekati seseorang

siswa yang lainnya.

e. Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam

mengajar dengan melaksanakan tata tertib kedisiplinan pegawai/ karyawan

dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung

sekolah. Dengan menciptakan kedisiplinan di sekolah maka akan tercipta

kondisi belajar mengajar yang kondusif, sehingga proses belajar akan lancar

sehingga prestasi belajar juga ikut berpengaruh

f. Waktu Sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar

mengajar, waktu itu dapat pagi, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah

juga dapat mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk

sekolah di siang atau sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung

jawabkan. Di mana siswa harus beristirahat tetapi terpaksa masuk sekolah

11
sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan

sebagainya.

g. Standar Pelajaran Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai

dengan kemampuan masing-masing siswa. Yang terpenting tujuan yang

telah dirumuskan dapat tercapai.

h. Keadaan Gedung Suasana gedung sekolah dan juga kapasitas gedung juga

mempengaruhi ke efektifan belajar. Misalnya gedung sekolah yang terletak

di dekat jalan raya, dan gedung sekolah yang tidak sesuai dengan jumlah

muridnya, maka akan mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar.

Menurut (Siahaan 2017) keadaam ruangan tempat belajar harus seperti:

1) Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk

ruangan, sinar dapat menerangi ruangan.

2) Dinding harus bersih, dan tidak terlihat kotor.

3) Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian (pasar, bengkel,

pabrik dan lain-lain).

i. Metode Belajar Metode belajar atau cara belajar yang dilakukan siswa

sedikit banyak juga akan mempengaruhi belajar, karena cara belajar yang

benar, seperti siswa yang belajar teratur setiap hari akan berdampak positif

pada hasil belajar, begitu juga sebaliknya siswa yang cara belajarnya salah

seperti belajar hanya ketika akan menghadapi ujian, akan berdampak negatif

terhadap hasil belajarnya.

12
2.1.1.2. Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah

(Martina 2019) mengemukakan bahwa dari penjelasan ruang

lingkup diatas maka dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup sekolah:

a. Lingkungan fisik sekolah: bangunan sekolah, sarana dan prasaran sekolah,

keadaan geografis di sekitar sekolah.

b. Lingkungan budaya sekolah: Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler.

c. Lingkungan sosial sekolah: kelompok belajar siswa, proses belajar mengajar

di dalam kelas, Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler.

Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam

proses pendidikan (pakaian, kedaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat

peraga dan lain-lain) dinamakan lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan

merupakan tempat manusia berinteraksi timbal balik sehingga kemampuannya

dapat terus dikembangkan ke arah yang lebih baik lagi. Terdapat tiga, yang paling

utama, jenis lingkungan pendidikan yang paling besar memberikan pengaruh

terhadap kemampuan dan pengalaman manusia, yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat (biasa disebut sebagai tri pusat pendidikan). Ketiganya merupakan

media bagi manusia untuk melakukan sosialisasi. Dalam sosialisasi indvidu

manusia mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide dan standar tingkah laku dalam

keluarga, sekolah dan masyarakat

2.1.1.3. Sifat dan Ciri Sekolah

(Ayuningtyas 2013) Pada dasarnya penyelenggara pendidikan di

sekolah merupakan bagian dari pendidikan keluarga, yang sekaligus merupakan

13
lanjutan dalam keluarga. Berkenaan dengan perkembangan sekolah terhadap

pendidikan itulah, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut:

a. Tumbuh sesudah keluarga

b. Lembaga pendidikan formal

c. Lembaga pendidikan yang bersifat kodrati Di samping itu, pendidikan

sekolah juga mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :

1) Diselenggarakan secara khusus dan bagi atas jenjang yang memiliki

hubungan hierarkis.

2) Usia siswa (anak didik) disuatu jenjang relatif homogen.

3) Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang

harus diselesaikan.

4) Isi pendidikan (materi) lebih banyak bersifat akademis dan umum.

5) Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan

di masa yang akan datang.

Jadi dari beberapa sifat dan ciri sekolah dapat dipahami bahwa sekolah

memiliki kapabilitas dan peran yang sangat penting bagi penujang pelaksanaan

pendidikan bagi peserta didik yang merupakan lanjutan dari pendidikan di

keluarga dan masyrakat.

14
2.1.1.4. Syarat-Syarat Lingkungan Sekolah Yang Sehat

(Aturrohm 2017) Selain melakukan proses kegiatan belajar

mengajar sekolah juga memerlukan suasan yang sehat dan nyaman. Adapun

syarat-syarat lingkungan sekolah yang sehat adalah :

a. Lapangan bermain

Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi

kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan dengan

ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu lapangan bermain juga dapat

digunakan untuk kegiatan bermain siswa, kegiatan upacara/apel pagi, dan

kegiatan perayaan/pentas seni yang memerlukan tempat yang luas.

b. Pepohonan rindang

Semakin pesatnya pertumbuhan sebuah daerah menyebabkan pepohonan

rindang habis ditebangi untuk dijadikan bangunan, terlebih jika harga tanah

ikut melonjak naik. Inilah yang menjadikan jumlah oksigen berkurang.

Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang

sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat,

padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh

tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan

pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.

c. Sistem sanitasi dan sumur resapan air

Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah lingkungan layak

untuk ditinggali. Dengan sistem sanitasi yang bersih, maka seluruh warga

sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar.

15
Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan

agar tidak menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor lingkungan

sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik

nyamuk.

d. Tempat pembuangan sampah

Sampah adalah salah satu musuh utama yang mempengaruhi kemajuan suatu

peradaban. Semakin bersih suatu tempat, maka semakin beradab pula orang-

orang di tempat itu. Terbukti dari kesadaran penduduk- penduduk di negara

maju yang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dalam masalah

sampah di sekolah, perlunya ditumbuhkan kesadaran bagi seluruh warga

sekolah untuk turut menjaga lingkungan. Caranya adalah dengan menyediakan

tempat pembuangan sampah berupa tong-tong sampah dan tempat

pengumpulan sampah akhir di sekolah, dan memberikan contoh kepada siswa

untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.

e. Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung

Adanya kasus di beberapa daerah, misalnya lingkungan sekolah yang dekat

dengan pabrik yang bising dan berpolusi udara, atau lingkungan sekolah yang

berada di pinggir jalan raya yang selalu padat, atau bahkan lingkungan sekolah

yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau sungai

yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidaknyamanan akibat bau-

bau tak sedap. Kasus-kasus tersebut adalah kasus yang perlu penanganan

langsung dan serius dari pemerintah. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti

itu akan dapat menyebabkan siswa cenderung tidak nyaman belajar, atau

16
bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut. Karena itulah

sudah saatnya pemerintah memperhatikan generasi penerusnya ini, karena

beberapa kasus terjadi malah diakibatkan pemerintah itu sendiri. Contohnya,

sebuah sekolah yang sudah berada di lingkungan yang mendukung, tapi tiba-

tiba harus merasakan imbas dari pembangunan proyek di sekitar sekolah itu

akibat pemerintah yang tidak mengindahkan sistem tata kota yang sudah ada.

f. Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat

Banyak sekali adanya kasus tentang bangunan sekolah yang roboh di

Indonesia. Entah itu karena bangunannya sudah tua, ataupun bangunan

baru yang dibangun dengan asal-asalan. Ini juga adalah kewajiban

pemerintah untuk mengatasinya. Karena bangunan sekolah sudah

semestinya dibangun dengan kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan

yang sehat, seperti ventilasi yang cukup dan luas masing- masing ruang

kelas yang ideal.

Jadi lingkungan sekolah dikatakan sehat apabila lingkungan disekitarnya memadai

dan memenuhikubutuhan dalam menujang proses belajar di sekolah..

2.1.1.5. Tanggung Jawab Sekolah

(Istiqomah 2009) Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan

anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan

sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, di antaranya adalah sebagai

berikut:

17
a. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik

serta menanamkan budi pekerti yang baik.

b. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam mayarakat yang

sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.

c. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti

membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu- ilmu lain yang

sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.

d. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan

benar atau salah, dan sebaginya.

Sebagai pendidikan yang bersifat formal, sekolah menerima fungsi

pendidikan berdasarkan asas-asas berikut :

a. Tanggung jawab formal kelembagaan, sesuai dengan fungsi dan tujuan yang

ditetapkan menurut ketentuan yang berlaku, Undang- undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.

b. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan, dan tingkat

pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan bangsa.

c. Tanggung jawab fungsional, ialah tanggung jawab profesional, pengelola,

dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasarkan

ketentuan-ketentuan jabatannya.

Jadi Tanggung jawab sekolah sangatlah besar bagi pendidikan anak, orang

tua sudah mempercayakan anaknya pada sekolah, bahwa sekolah bisa

memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik bagi anak, besar harapan

18
perkembangan anak dari segi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan prilaku

(Pisikomotorik) sekolah dapat meberikan perubahan yang baik bagi anak

2.1.1.6. Fungsi dan Peran Sekolah Peranan

Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan

keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan

memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. (Roza 2015)

Sementar itu, dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah

dengan melalui kurikulum, antara lain sabagai berikut :

a. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, anatar guru dengan anak didik,

dan anatara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).

b. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah.

c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna

bagi agama, bangsa dan negara.

Jelasnya bisa dikatakan bahwa sebagai besar pembentukan kecerdasan

(pengertian), sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian,

dilaksankan oleh sekolah. Kenyataan ini menujukan, betapa penting besar

pengaruh dari sekolah. Fungsi sekolah itu, sebagaimana diperinci oleh Suwarno

dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.

b. Spesialisasi Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang

spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

19
c. Efisiensi Pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu dan

sistematis

d. Sosialisasi Proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial,

makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat.

e. Konserfasi dan transmisi kultural. Fungai lain dari sekolah adalah memelihara

warisan budaya yang hidup dalam msyarakat dengan jalan menyampaikan

warisan kebudayaan tadi (transmisi kultural) kepada generasi muda, dalam

hal ini tentunya adalah anak didik.

f. Transisi dari rumah ke masyarakat Ketika berada di keluarga, kehidupan anak

serba menggantungkan diri pada orang tua, maka memasuki sekolah di mana

ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab

sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.

Dapat dipahami bahwa fungsi dan peran sekolah sangatlah membantu dalam

mendidik anak untuk meberikan pendidikan dan perubahan yang baik, sekolah

haurus bisa meberikan layanan yang baik bagi peserta didik fungsi serta peran

sekolah harus bisa direalsasikan sebaik mungkin sesuai fungsi dan peran sekolah

yang sudah ada.

2.1.2. Minat Belajar

2.1.2.1. Defenisi Minat Belajar

(Aturrohm 2017) menjelaskan bahwa pengertian minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang

20
disertai dengan rasa senang. Jadi, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut

(Andriana 2017) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal

yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga adalah yang sesuai dengan

kebutuhannya. Menurut (Indra 2017) minat adalah pernyataan suatu kebutuhan

yang tidak terpenuhi.

(Rizkiani 2017) Minat belajar merupakan salah satu penggerak

yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu pada anak didik. Kaitannya dengan

minat belajar akan peneliti uraikan satu persatu makna minat dan belajar itu

sendiri. Menurut para ahli makna minat belajar sangat beragam tergantung dari

sudut mana mereka memandangnya.

(Wulanjar 2018) Minat adalah kecenderungan untuk memberikan

perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek

dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.

Berdasarkan pendapat diatas maka penilti dapat disimpulkan bahwa

minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang

ingin dicapai, Minat Belajar dapat didefinisikan sebagai ketertarikan dari dalam

diri siswa sebagai wujud kemauan untuk melaksanakan suatu kegiatan belajar

21
yang diekspresikan melalui partisipasi dalam proses pembelajaran agar mencapai

prestasi yang diharapkan.

2.1.2.2. Jenis – Jenis Minat Belajar

(Yulina 2018) membagi minat dalam enam jenis :

a. Realistis Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik

kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik

dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan medium

komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan

berkomunikasi dengan orang lain.

b. Investigatif Orang investigatif termasuk orang yang berorientasi

keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif,

dan asocial, lebih menyukai memikirkan sesuatu dari pada

melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam,

menyukai tugas tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja

sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan

intelektualnya, menyatakan diri sendiri sebagai analisis, selalu

ingin tahu, bebas, dan bersyarat, dan kurang menyukai pekerjaan

yang berulang.

c. Artistik Orang artistik menyukai hal hal yang tidak terstruktur,

bebas, memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan

suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual,

sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.

22
d. Sosial Tipe ini dapat bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan

sering alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat

perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil

bergaul, menghindari perpecahan masalah secara intelektual, suka

memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan,

menyukai kegiatan menginformasikan, malatih dan mengajar.

e. Enterprising Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang

lain, memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, mamiliki

kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya

diri, dan umumnya sangat aktif.

f. Konvensional Orang konvensional menyukai lingkungan yang

sangat tertib, menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang

berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas

yang berstruktur tetapi patuh, praktis, senang, tertib, efisien;

mereka mengidentifikasi dengan kekuasaan dan materi

2.1.2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Minat belajar

Minat merupakan salah satu pendorong dalam proses belajar tidak

muncul dengan sendirinya. Akan tetapi, banyak faktor yang menimbulkan minat

siswa terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru. Faktor-

faktor tersebut antara lain:

a. Minat dapat juga dipupuk melalui belajar. Dengan bertambahnya

pengetahuan, minat akan timbul dan bahkan menggiatkan untuk mengenali

23
dan mempelajarinya. Minat erat hubungannya dengan dorongan, motif, dan

respon emosional.

b. Minat dapat timbul dari situasi belajar. Minat akan timbul dari suatu yang

telah diketahui, dan kita bisa mengetahui sesuatu itu melalui belajar, karena

itu semakin banyak belajar, semakin luas pula bidang minatnya. Situasi

belajar dan pengajaran yang menarik harus memperhatikan dan

mempertimbangkan minat siswa. Mereka diberi kesempatan untuk dapat giat

sendiri, dan bebas berpartisipasi secara aktif selama proses belajar mengajar

berlangsung. Mereka diberi kebebasan untuk mencari sendiri, berargumen,

dan mencoba untuk memecahkan masalah sendiri. Guru berperan sebagai

pembimbing.

c. Pengalaman merupakan faktor penting dalam pembentukan minat. Dari

pengalaman, dapat diketahui bahwa setiap pekerjaan memerlukan usaha

untuk menyelesaikannya. Minat yang timbul berlandaskan kesanggupan

dalam bidang tertentu akan mendorong ke usaha yang lebih produktif,

ditambah dengan pengalaman, dan pengetahuan akan mencapai sukses dalam

batas kemampuan yang dimiliki. Minat siswa akan bertambah bila ia dapat

melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia akan

mencapai tujuan tertentu.

d. Bahan pelajaran. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa

tidak akan belajar dengan baik apabila dari bahan pelajaran tersebut tidak ada

daya tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. “Bahan

24
pelajaran yang menarik siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan

karena minat menambah kegiatan belajar”.

e. Pelajaran dan sikap guru. Pelajaran akan menjadi menarik bagi siswa, jika

mereka dapat melihat dan mengetahui adanya hubungan antar pelajar dengan

kehidupan yang nyata yang ada di sekitarnya. Sikap guru yang diperlihatkan

kepada siswa ketika mengajar memegang peranan penting dalam

membangkitkan belajar dan perhatian siswa.“Jika siswa membenci gurunya,

ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikan, akibatnya pelajaran

tidak maju”.

f. Cita-cita, suatu dorongan yang besar pengaruhnya dalam belajar, bahkan cita-

cita itu dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam

prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar

dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang mereka mendapat rintangan,

seseorang tetap berusaha untuk mencapainya. Bagi siswa yang memiliki cita-

cita, maka minat belajarnya akan lebih daripada minat siswa yang lain yang

tidak mempunyai cita- cita. Ia akan terdorong terus untuk belajar guna

mencapai cita-cita.

g. Motivasi. Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik

yang bersifat internal maupun eksternal. Minat merupakan panduan antara

keinginan yang dapat berkembang jika ada motivasi, seseorang siswa akan

memperdalam ilmu pengetahuan tentang bahasa Indonesia, tentu akan terarah

minatnya untuk membaca buku-buku tentang bahasa Indonesia,

mendiskusikan, dan sebagainya.

25
h. Keluarga. Orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga, karena itu

keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat seseorang siswa

terhadap pelajaran. Tidak semua siswa memulai belajar baru karena faktor

minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap pelajar

tersebut karena pengaruh dari guru, teman sekitar, dan orang tua.

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu “yang bersumber dari dalam diri individu yang

bersangkutan (misal: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu,

kepribadian), dan yang berasal dari luar mencakup lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat”. Faktor lingkungan justru

mempunyai pengaruh lebih besar terhadap timbul dan berkembangnya minat

seseorang.

2.1.2.4. Cara Membangkitkan Minat belajar

(Yulina 2018) Minat merupakan faktor internal yang dapat

mempengaruhi hasil belajar anak didik. Kebanyakan anak didik kurang berminat

untuk belajar, terutama pada mata pelajaran dan guru yang menurut mereka sulit

atau menyulitkan.

Unutk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kualitas

pembelajaran guru dituntut mengembangkan minat belajar anak didik. Wina

Sanjaya menjelaskan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

membangkitkan minat belajar anak didik, di antaranya:

26
a. Hubungan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan anak didik.

Minat akan tumbuh apabila ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu

berguna untuk kehidupan.

b. Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan anak

didik. Biasanya, minat anak didik akan tumbuh kalau ia mendapatkan

kesuksesan dalam belajar.

c. Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi,

misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain

dapat disimpulkan bahwa minat dapat dibangkitkan melalui cara-cara, di

antaranya yaitu penghargaan, karena sebagai manusia sudah kodrat mereka untuk

selalu ingin dihargai, menginginkan keindahan, dan sebagainya. Minat dapat

dibangkitkan melalui pengalaman, yaitu dengan cara mengbuhungkan kejadian

(pengalaman) masa lalu dengan realita saat ini, melalui cara tersebut maka minat

dapat dibangkitkan.

Berbagai upaya peningkatan minat belajar untuk meningkatkan

kualitas belajar mengajar, harus ditunjang dan didukung oleh guru profesional

yang mampu memerankan diri sebagai agen pembelajaran. Guru mempunyai

pesan sangat besar dalam membangkitkan minat belajar peserta didik, agar peserta

didik memiliki minat untuk belajar, guru harus berusaha membangkitkannya agar

proses pembelajaran yang efektif tercipta di dalam kelas dan anak didik mencapai

suatu tujuan sebagai hasil dari belajar. Guru kompeten akan lebih mampu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola

kelas sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat optimal

27
2.1.2.5. Fungsi Minat Dalam Belajar

Menurut (Istiqomah 2009) Minat belajar yang tinggi akan sangat

berpengaruh terhadap cara belajar siswa, misal seorang siswa yang ingin

mendapatkan hasil belajar yang baik ia akan belajar dengan sungguh-sungguh

dengan memusatkan perhatiannya pada pelajaran tersebut. Dengan demikian

minat belajar yang tinggi akan berpengaruh dalam proses keberhasilan kegiatan

belajar mengajar. Secara lebih rinci arti penting minat dalam kaitanya dengan

pelaksanaan belajar adalah.

a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.

b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi.

c. Minat mencegah gangguan perhatian dari luar.

d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran

e. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.

Minat belajar yang tinggi diharapkan siswa dapat memperoleh hasil belajar yang

tinggi pula. Karena dengan minat siswa dapat lebih perhatian tehadap pelajaran,

lebih berkonsentrasi, pelajaran lebih mudah melekat dan tidak cepat bosan saat

belajar.

2.2. Penelitian Relevan

Penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki kajian serupa

dengan hasil yang relevan. Hal tersebut dapat digunkan sebagai pedoman awal

sebagai kerangka pemikiran guna menambah, mengembangkan, dan memperbaiki

penelitian yang telah ada sebelumnya. Adapun hasil penelitian yang relevan

28
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Andriana, Ade. 2017. “Pengaruh Lingkungan Sekolah

Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas Xi Ma Wasilatul Falah

Rangkasbitung.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya pengaruh lingkungan sekolah terhadap minat belajar siswa kelas

XI MA Wasilatul Falah Rangkasbitung. Penelitian ini menggunakan

metode kuatitatif dengan studi korelasional. Sampel yang diambil dari

penelitian ini berjumlah 40 siswa yakni seluruh siswa kelas XI MA

Wasilatul Falah Rangkasbitung, pengambilan sampel ini menggunakan

sampling jenuh

2. Penelitian Zuhri, Ahmad Syaifudin. 2017. “Pengaruh Lingkungan

Sekolah Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas X Ma Ma ’ Arif 06

Seputih Raman Lampung Tengah Institut Agama Islam Negeri ( Iain )

Metro 1438 H / 2017 M Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap

Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas X Ma Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah lingkungan sekolah, sedangkan kedisiplinan belajar sebagai

variabel terikat. Jenis dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif

dengan menggunakan metode kuantitatif yang dalam pengolahan datanya

menggunakan sampel dari populasi. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini berjumlah 90 siswa yang diambil dari populasi yang

berjumlah 117 siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma’arif 06 Seputih Raman

Lampung Tengah dengan menggunakan teknik random sampling. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuisioner

29
(angket) dan metode dokumentasi.”

3. Suryanti, Septa Tri. 2017. “Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan

Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan

Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Man Purwoasri Kabupaten Kediri

Tahun Ajaran 2016/2017.” Metode penelitian ini menggunakan penelitian

kuantitatif, instrument yang digunakan berupa angket dan dokumentasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seswa kelas XI MAN PURWOASRI

jumlahnya 346 siswa dengan mengambil sampel 50 dari populasi yang

terbagi di kelas Akselerasi, Unggulan, dan Regular. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan 2

variabel, determinasi, uji t dan uji F

2.2. Kerangka Berpikir

Proses belajar adalah suatu proses interaksi antara peserta didik

dengan pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran

merupakan bentuk bantuan yang diberikan pendidik supaya bisa terjadi

proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran serta

tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada murid. Dapat dikatakan

bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik supaya

bisa belajar secara baik, Jadi belajar pada intinya bertumpu pada kegiatan

memberi kemungkinan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar yang

efektif atau dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan.

30
Kondisi dilapangan Masalah
1. Kurangnya penyediaan ruang Kurangnya Penyediaan
kelas bagi perserta didik dan Penyelenggaraan
untuk belajar Lingkungan Sekolah
2. Kurangnya penyediaan sehingga berpengaruh
fasilitas lapangan terhadap Minat Belajar
3. bermain dan berolahraga Siswa kelas VII SMP N
4. Penyediaan ruang fasilitas 01
belajar seperti labolatorium
yang tidak ada sehingga
dapat mempengaruhi minat Strategi
eksteren siswa dalam 1. Penyediaan Saran dan
melaksanakan proses belajar. Prasaran di sekolah
5. Proses pembalajaran dikelas yang sesuai standarisasi
yang kurang menarik 2. Menciptakan
6. Minat mengikut poreses Lingkungan Sekolah
belajar siswa di SMP N Yang Sehat
masih relatif rendah. 3. Terselanggaranya
7. Kurangnya interaksi antara Kegiatan Intrakurikuler
murid dengan guru, antara dan Ekstarkurikuler
guru dengan sesama guru, 4. Budaya Interakasi
dan antara murid dengan hubungan baik antara
murid sehingga minat belajar siswa dengan temannya,
relatif rendah. Kurangnya hubungan siswa dengan
kehadiran dalam mengikuti guru, hubungan siswa
kegiatan ekstra (di luar jam dengan karyawan dan
belajar di kelas) yang 5. Pengelolaan dan tata
diadakan oleh sekolah tertib serta segala
peraturan sekolah
Hasil
Terciptanya Lingkungan
sekolah yang sehat dan
bermutu sehingga dapat
menyalurkan motivasi minat
belajar siswa di sekolah

Tabel Bagan Kerangka berpikir 2.3

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.
3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian one gruop. Penelitian ini bertujuan

untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap

peserta didik. Di sini dilihat apakan ada pengaruh yang ditimbulkan dari suatu

treatment tertentu terhadap gejala suatu kelas dibandingkan dengan yang tidak

diberikan treatment. Dalam quasi eksperimen design terdapat kelompok kontrol

akan tetapi kelompok kontrol tidak dapat berfungsi sepenuhya untuk mengontrol

variable dari luar yang berpengaruh terhadap penelitian. dilakukan untuk

mengambil data pre test dan post test.

3.2. Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.

Pendekatan Kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara premier

menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

(seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan

pertanyaan spesifik, menggunkan pengukuran observasi, serta pengujian teori),

menggunakan strategi penelitan seperti eksperimen dan survei yang memerlukan

data statistik. Dalam penelitian kuantitatif memiliki berbagai macam jenisnya dan

penulis memilih menggunakan metode kuantitatif dengan penelitian survey.

Menurut (Andriana 2017) metode penelitian survei adalah metode penyelidikan

32
berkaitan dengan pengumpulan data tentang perulangan, kejadian peristiwa, atau

masalah dalam berbagai situasi dan lingkungan.

3.3. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 01 yang berlokasi di Jl. aimas

Kabupaten Sorong. Sasaran dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A

Penelitian diawali dengan adanya observasi pada magang III bulan November

2019 ..

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek dari apa yang akan diteliti atau titik temu

penelitian yang akan menjadi fokus peneliti dalam penelitian. Maka dalam

penelitian ini peneliti menghubungkan antara dua variabel yakni variabel bebas

dan variabel terikat dan disimbolkan dengan X untuk variabel bebas dan Y untuk

variabel terikat. Variabel dalam penelitian yang dilakukan penulis yaitu

Lingkungan Sekolah dan minat belajar siswa. Lingkungan Sekolah sebagai

variabel bebas yang dilambangkan dengan (X) dan minat belajar siswa sebagai

variabel terikat yang dilambangkan dengan (Y).

1.

2.

3.

3.1.

33
3.2.

3.3. Populasi Dan Sampel

a. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMP N 01 aimas yang

berjumlah 42 siswa yang terbagi atas 2 kelas

b. Sampel

Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Sampel penelitian yang diambil dengan menggunakan

teknik pengambilan sampel menggunakan Sampling Purposive, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Karena melihat keadaan siswa

kelas XII sudah fokus pada ujian sekolah sehingga tidak bisa diganggu maka

pertimbangannya siswa kelas VII yang berjumlah 21 siswa di ambil sebagi sampel

penelitian

3.5. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumem Penelitian adalah Suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini

disebut variabel penelitian. Adapun Instrumen penelitian yang digunakan adalah:

a) Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Penelitian ini merupakan penelitian

34
one group tes, sehingga untuk mengetahui minat belajar peserta didik maka

digunakan tes yaitu pre-test dan post-tes. Pre-test digunakan untuk mengukur

kemampuan minat belajar peserta didik sebelum menggunakan pembelajaran

dengan pengaruh lingkungn sekolah.

b) Lembar Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan

pencatatan perilaku subjek penelitian yang dilakukan secara sistematik. Alat yang

digunakan untuk mengobservasi dapat berupa lembar pengamatan atau check list.

Pada alat tersebut, perilaku yang akan diamati sudah ditulis sehingga pada saat

peneliti melakukan pengamatan, peneliti tinggal memberi tanda cek atau skor

nilaiObservasi ini berupa lembar pedoman pengamatan untuk mengukur respon

pesrta didik terhadap pendekatan inkuiri dengan mengamati semua aktifitas

dikelas selama proses pembelajaran berlangsung, berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan

c) Dokumentasi

Dokumen adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian meliputi data yang relevan peneliltian. Dokumen penelitian ini

digunakan untuk mendapatkan dokumen kelengkapan mengajar pendidik yaitu

RPP, silabus, Program Semester, Program Tahunan. Dokumen ini berupa lembar

dokumentasi atau chek list, lembar dokumen ini digunakan untuk menggali

informasi tentang dokumen sekolah dan lain sebagainya

35
3.6. Teknik Analisis Data

Setelah instrumen disusun, kemudian diuji cobakan untuk dianalisis

validitas, reliabilitas,

a) Uji Validitas Instrumen

Validitas berhubungan dengan ketepatan dari sebuah instrumen penilaian

apakah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sebelum

instrumen digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu instrumen tersebut

harus diuji validitasnya. Untuk pengujian validitas instrumen penelitian dilakukan

dengan menggunakan korelasi product moment dibantu dengan menggunakan alat

analisis SPSS for Windows 17.0. Syarat validitas instrumen adalah jika r lebih

besar dari 0.3. jika korelasi butir soal kurang dari 0.3 maka instrument dinyatakan

tidak valid. Dari 3 instrumen yang diuji cobakan pada 21 peserta didik di SMP

Negeri 01

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r XY =
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{N ∑ Y −(∑ Y ) } (Arikunto, 2012: 87)
2 2 2 2

Dimanarxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan. Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan

membandingkan nilai signifikansi yang terdapat pada output SPSS versi 17.0,

dengan α = 0,05. Dengan kriteria, nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka

36
butir instrumen valid dan nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05, maka butir

instrumen tidak valid.

b) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik.

Reliabilitas instrumen lembar observasi dan rubrik penilaian menggunakan rumus

koefisien korelasi Spearman yaitu sebagai berikut:

6 . ∑ bi
2
'
r =1− 2
Keterangan: n.( n −1 )

r’= reliabilitas instrumen

n= banyaknya butir pernyataan

∑ σ 2i = jumlah selisih antara skor penilai 1 dengan penilai 2


Kriteria pengujian jika r’hitung≥ r’tabel maka H0 ditolak artinyakedua

penilai tidak terjadi perbedaan atau sepakat dengan instrumen yang telah

disusun.

Reliablitas instrumen angket dihitung menggunakan rumus KR-20 yaitu

sebagai berikut:
r 11= ( n
n−1 )( s2 −∑ pq
s2 )
37
Keterangan:

r 11 = reliabilitas instrument

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

s2 = varians tes

c) Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui populasi berdistribusi

normal atau tidak. Hipotesis nihil yang akan diuji mengatakan bahwa data

penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas

dilakukan pada skor hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Untuk keperluan ini digunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov.

Pengolahan data digunakan program SPSS versi 17.0. Dasar pengambilan

keputusan: tolak H0, jika nilai signifikansi (probabilitas) lebih kecil dari α = 0,05

yang berarti data tidak berdistribusi normal, dan terima H0, jika nilai signifikansi

lebih besar dari α = 0,05 yang berarti data berdistribusi normal.

d) Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians data

kedua kelompok yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji

homogenitas varians dilakukan dengan uji-F dengan rumus:

VariansTerbesar
Fhit = (Sudjana, 2005: 250)
Varians Terkecil

38
F<F 1
α (n 1−1,n 2−1)
Kriteria uji homogenitas data adalah jika 2 , maka H0 diterima. Ini

berarti bahwa kedua kelompoksampel yang diselidikimempunyai varians yang

F≥F 1
α ( n1−1 ,n2−1)
homogen. Sebaliknya, jika 2 , maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa

kedua kelompok sampel yang diselidiki mempunyai varians yang tidak homogen.

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Ade. 2017. “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Minat Belajar


Siswa Kelas Xi Ma Wasilatul Falah Rangkasbitung.”
Aturrohm, Istiwasi. 2017. “Pengaruh Lingkungan Pendidikan Terhadap Minat
Belajar Ips Siswa Kelas X Ma Al-Maarif Singosari Malang.”
Ayuningtyas, Tri Mae. 2013. “Pengaruh Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas Viii Smp Muhammadiyah
Tonjong Kabupaten Brebes Tahun Ajaran 2012-2013.”
Hermawan, Imam. 2019. “Pengaruh Intensitas Belajar Dan Lingkungan Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di Madrasah Ibtidaiah Muhammadiyah
Ngembatpadas Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran
2018/2019.”
Idayanti. 2015. “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Lingkungan Sekolah
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Viii Smp
Negeri 40 Semarang.”
Indra, Irfan. 2017. “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Pai Siswa
Smp Negeri 2 Banda Aceh.”
Istiqomah, Laela. 2009. “Pengaruh Minat Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Vii Smp Negeri Se Kabupaten Jepara
Tahun Ajaran 2008/2009.”
Martina. 2019. “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Negeri 9 Tulung
Selapan Kabupaten Oki.” Pai Uin Raden Fatah Palembang.

39
Rizkiani. 2017. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Kelas
Vii Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Mts Fathurrahman Jeringo Kecamatan
Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.”
Roza, Nola. 2015. “Pengaruh Lingkungan Pendidikan Terhadap Minat Belajar
Bahasa Arab Siswa Kelas Viii Mtsn Wonokromo, Bantul, Yogyakarta Tahun
Ajaran 2014/2015.”
Siahaan, Wildan Pratama. 2017. “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap
Pembentukan Karakter Siswa Di Mas Miftahussalam Kecamatan Medan
Petisah Tahun Ajaran 2016/2017.”
Widiarsih, Tasya. 2017. “Pengaruh Minat Belajar Dan Lingkungan Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Perusahaan Jasa Siswa Kelas X
Akuntansi Smk Muhammadiyah Wonosari Tahun Ajaran 2016/2017.”
Wulanjar, Yulia Christyanti. 2018. “Hubungan Antara Minat Belajar, Konsep
Diri, Lingkungan Sekolah, Komunitas Teman Sebaya Dengan Motivasi
Belajar Siswa Sma Negeri Di Kabupaten Sleman Yogyakarta.”
Yulina. 2018. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua, Cara Belajar, Disiplin Belajar
Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ips
Terpadukelas Vii Smp Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.”

40

Anda mungkin juga menyukai