Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas sumber daya manusia sangat dibutuhkan oleh setiap negara baik

untuk negara yang sudah maju maupun yang sedang berkembang. Oleh karena itu,

agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas harus

diawali dengan peningkatan terhadap kualitas pendidikan itu.

Pendidikan merupakan sarana utama di dalam membentuk dan

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas baik melalui pendidikan

informal di rumah maupun melalui pendidikan formal di sekolah. Tanpa adanya

pendidikan formal dan informal akan sulit untuk mencetak kualitas sumber daya

manusia yang baik yang dapat menentukan masa depan bangsa. Sekolah sebagai

lembaga pendidikan dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas sesuai dengan

kerangka pendidikan nasional.

Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui

keberhasilan belajar seseorang. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang

dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran

di sekolah (Tu’u, 2004:75). Prestasi belajar sangat penting sekali sebagai indikator

keberhasilan baik bagi seorang guru maupun siswa. Bagi seorang guru, prestasi

belajar siswa dapat dijadikan sebagai pedoman penilaian terhadap keberhasilan

dalam kegiatan membelajarkan siswa. Sedangkan bagi siswa, prestasi belajar

merupakan informasi yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan atau

keberhasilan belajarnya, apakah mengalami perubahan yang bersifat positif

1
2

maupun perubahan yang bersifat negatif.

Setiap siswa yang belajar di sekolah sudah barang tentu akan mengalami

hambatan dalam belajar. Hambatan tersebut dapat berupa faktor internal maupun

faktor eksternal. Hambatan eksternal di antaranya fasilitas belajar, kebiasaan

belajar, aktivitas belajar, motivasi, sikap terhadap sekolah serta kemampuan dasar

lainnya. Dari beberapa faktor tersebut, faktor motivasi merupakan faktor yang

cukup penting dibandingkan dengan beberapa faktor lainnya. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tu’u (2004:75) bahwa:

“Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan dan


prestasi belajar siswa di antaranya adalah siswa sebagai individu, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat”.

Keberadaan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan prestasi

belajar siswa terdapat hubungan yang saling terkait. Dari uraian di atas, maka

dapat dinyatakan bahwa dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa, faktor motivasi dan lingkungan belajar merupakan faktor yang

memegang peranan yang sangat penting.

Motivasi adalah salah satu faktor psikologis yang juga mempengaruhi

prestasi belajar siswa. Karena dalam motivasi tersebut terdapat unsur-unsur yang

bersifat dinamis dalam belajar seperti perasaan, perhatian, kemauan dan lain-lain.

Motivasi belajar ini tidak hanya tumbuh dari dalam diri siswa melainkan motivasi

juga dapat muncul berkat adanya daya penggerak dari orang lain guna menambah

semangat belajar siswa baik di rumah maupun di sekolah. Dalam kegiatan belajar,

motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

(Sardiman, 2006:75). Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
3

intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa

gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik

bagi guru maupun siswa. Bagi guru, mengetahui motivasi belajar siswa sangat

diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi

siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa

terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.

Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong

motivasi. Selama ini, motivasi belajar kebanyakan siswa SMP Negeri 3

Pedamaran Timur masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya perhatian

siswa dalam menerima pelajaran di kelas. Selain itu masih ada siswa yang

terlambat mengerjakan tugas, tidak memiliki kelengkapan belajar, misalnya:

kalkulator, penggaris, dan buku penunjang. Sedangkan faktor dari luar diri siswa

yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor lingkungan belajar.

Lingkungan belajar di sekolah merupakan situasi yang turut serta

mempengaruhi kegiatan belajar individu. Hamalik, (2003: 195) menyatakan

bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna

atau pengaruh tertentu kepada individu. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif

baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah akan menciptakan

ketenangan dan kenyamanan siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih

mudah untuk menguasai materi belajar secara maksimal.

Slameto (2008:72) menyatakan lingkungan yang baik perlu diusahakan

agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga

dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Lingkungan pendidikan dibedakan menjadi


4

tiga bagian yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat (Ahmadi dan Uhbiyanti, 2009:66).

Adapun lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan

belajar yang berada disekitar siswa yaitu rumah (keluarga) dan sekolah. Keadaan

keluarga yang kurang harmonis, orang tua kurang perhatian terhadap prestasi

belajar siswa dan keadaan ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa

menyebabkan turunnya prestasi belajar anak (Hamalik, 2009:194). Cara orang tua

mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan jelas akan

memberikan pengaruh terhadap belajar siswa (Slameto, 2008:60—64).

Selain guru orang tua juga berperan utama dalam pendidikan karakter

anak. Apabila orang tua gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya,

maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (sekolah) untuk

memperbaikinya. Kegagalan orang tua dalam membentuk karakter anak akan

berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu,

setiap orang tua harus memilki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat

tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.

Hasil menjaring data dari dokumentasi yang dilakukan tanggal 14

September 2014 di SMP Negeri 3 Pedamaran Timur Kabupaten Ogan Komering

Ilir, terdapat beberapa permasalahan yang menyangkut prestasi belajar siswa di

antaranya masih rendahnya beberapa nilai mata pelajaran para siswa. Hal ini

diduga diakibatkan lingkungan belajar serta motivasi belajar siswa. Berdasarkan

pengamatan pendahuluan selama 7 hari melakukan pengumpulan data di SMP

Negeri 3 Pedamaran Timur, siswa yang memiliki nilai di atas standar rata-rata
5

berkisar 60%. Hal ini dilihat dari nilai rapor semester kelas VIII. Dari 40 orang

siswa, yang mendapat nilai rata-rata prestasi belajar antara 65—80 hanya 24

orang, sedangkan sisanya mendapat nilai kurang dari 65.

Ditinjau dari tingkat kehadiran para siswa, setiap bulan rata-rata siswa

yang tidak masuk sekolah tanpa izin (membolos) sebanyak 4 orang atau sebesar

3% dari 130 orang siswa perbulan. Belajar pun mereka kurang tertib. Peneliti

melihat masih ada siswa berada di luar kelas, meskipun bel tanda masuk sudah

dibunyikan. Begitu pula pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, peneliti

melihat siswa kurang memanfaatkan fasilitas belajar yang ada di sekolah,

misalnya siswa kurang mengunjungi perpustakaan, buku-buku pelajaran masih

kurang sehingga menghambat proses pembelajaran. Selain itu, kesadaran siswa

dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti pramuka masih

kurang tertib. Para siswa kurang mengikuti aturan yang diberikan oleh kakak

pembinanya.

Menata lingkungan belajar di kelas erat kaitannya dengan keadaan fisik

kelas (suhu, cahaya, kebersihan, sirkulasi udara, pengaturan ruangan, dan

sebagainya.) pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar, sudut

baca/perpustakaan kelas. Berdasarkan uraian tersebut, penulis berasumsi bahwa

motivasi dan lingkungan belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di

sekolah. Untuk membuktikan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dikaji hal-hal

yang berhubungan dengan pengaruh motivasi dan lingkungan belajar terhadap

prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menyusun tesis ini untuk
6

melihat seberapa besar pengaruh motivasi dan lingkungan belajar terhadap

prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah

penelitian ini adalah :

a) Hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur masih rendah.

b) Siswa kurang memanfaatkan lingkungan belajar berupa fasilitas (perpustakaan)

dan buku-buku pelajaran yang ada di sekolah.

c) Motivasi belajar siswa masih rendah.

d) Ketidakhadiran siswa rata-rata perbulan masih tinggi.

1.3 Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan salah satu pokok yang cukup penting dalam

kegiatan penelitian sehinga peneliti merasa perlu dan penting sekali untuk

membuat rumusan-rumusan masalah yang akan diteliti dan dicarikan jawabannya.

Peneliti dalam kegiatan ini merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Apakah motivasi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 3

Pedamaran Timur?

b. Apakah lingkungan belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMP

Negeri 3 Pedamaran Timur?

c. Apakah motivasi dan lingkungan belajar secara simultan berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur?


7

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk membahas masalah tentang seberapa besar

pengaruh motivasi dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMP

Negeri 3 Pedamaran Timur.

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui besarnya pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa SMP

Negeri 3 Pedamaran Timur.

b. Mengetahui besarnya pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar

siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

c. Mengetahui besarnya pengaruh motivasi dan lingkungan belajar terhadap

prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat, baik teoretis maupun praktis.

a. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pada Ilmu Pemerintahan khususnya Tata Kelola

Kependidikan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan, terutama

peningkatan motivasi dan prestasi belajar para siswa, sehingga dapat

memotivasi dan menyediakan lingkungan belajar kepada siswa.

b. Manfaat Praktis

Bagi sekolah, sebagai masukan menjadi bahan informasi dan pertimbangan

dalam usaha meningkatkan prestasi siswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Udiyono (2011:1) dengan judul Pengaruh Motivasi Orang Tua,

Kondisi Lingkungan dan Disiplin belajar terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa

Pendidikan Matematika Universitas Widya Dharma Klaten Semester Gasal. Hasil

analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Tingkat motivasi orang tua

tergolong kategori tinggi; 2) Tingkat kondisi lingkungan kategori baik; 3) Tingkat

disiplin belajar mahasiswa tergolong kategori tinggi; 4) Tingkat prestasi akademik

mahasiswa tergolong kategori tinggi (IPK = 3,039 dibulatkan = 3,04); 5) Terdapat

hubungan positif yang signifikan antara motivasi orang tua dengan prestasi

akademik (r = 0,379); 6) tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara

kondisi lingkungan dengan prestasi akademik (r = 0,043); 7) terdapat hubungan

positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi akademik (r =

0,401); 8) Secara bersama-sama terdapat hubungan positif yang signifikan antara

motivasi orang tua kondisi lingkungan dan disiplin belajar dengan prestasi

akademik (ry(1,2,3) = 0,512) dengan koefisien determinasi (r2 = 0,263) harga

Fregresi = 4,274 signifikan pada taraf signifikansi 5%).

Penelitian Rahayu (2010) dengan judul Pengaruh Lingkungan Belajar dan

Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas

X di SMA Widya Dharma Turen. Berdasarkan hasil penelitian dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan sebagai

berikut: Y = 37,995 + 0,445 X1 + 0,269 X2, sehingga dapat diartikan bahwa

8
9

besarnya pengaruh variabel lingkungan belajar (X1) sebesar 44,5% dan pengaruh

variabel motivasi belajar (X2) sebesar 26,9%. Dari perhitungan tersebut dapat

dilihat bahwa pengaruh motivasi belajar lebih besar dari pada lingkungan belajar.

Kemudian dari perhitungan determinasi diperoleh R square atau koefisien

determinasi sebesar 0,198 artinya bahwa prestasi belajar dapat dijelaskan oleh

lingkungan belajar dan motivasi belajar sebesar 19,8 % dan sisanya sebesar 80,2%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar persamaan. Hipotesis penelitian

dianalisis dengan menggunkan uji t dan uji F.

Hasil penelitian berdasarkan analisis data yang diperoleh dari uji t untuk

variabel X1 menunjukkan bahwa thitung > dari ttabel (2,041 > 1,996) dengan

signifikansi 0,045 (α = 0,05). Sehingga terjadi penolakan Ho dan penerimaan Ha.

Maka dapat disimpulkan bahwasannya ada pengaruh antara lingkungan belajar

terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X SMA Widya

Dharma. Sedangkan pada variabel x2 menunjukkan bahwa thitung > dari ttabel

(2,963 > 1,996) dengan signifikan 0,004 (α = 0,05). Maka dapat disimpulkan

bahwasannya ada pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata

pelajaran ekonomi siswa kelas X SMA Widya Dharma. Kemudian untuk uji F

diperoleh hasil Fhitung > dari Ftabel (8,513 > 3,986) dengan signifikansi 0,000 (α

= 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara lingkungan

belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi

sisiwa kelas X SMA Widya Dharma Turen.


10

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Lingkungan Belajar

2.2.1.1 Pengertian Lingkungan Belajar

Manusia disepanjang hidupnya tidak akan pernah lepas dari apa yang

disebut dengan lingkungan. Lingkungan dalam kehidupan manusia selalu

mengitarinya dan terdapat hubungan timbal balik diantara keduanya. Lingkungan

di satu sisi dapat mempengaruhi manusia, akan tetapi di sisi yang lain manusia

juga dapat mempengaruhi lingkungan. Demikian halnya dalam proses belajar

mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh

terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya.

Perkembangan seseorang dalam hidupnya tidak pernah lepas dari adanya

faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Diantara keduanya terdapat hubungan

yang saling mempengaruhi dalam menjadikan manusia yang berkualitas dan

bercirikan keunggulan serta mempunyai karakter dan kepribadian yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian para pakar psikologi dikatakan bahwa faktor

pembawaan lebih menentukan dalam hal intelegensi, fisik, dan reaksi inderawi.

Sementara itu ”Faktor lingkungan lebih berpengaruh dalam hal pembentukan

kebiasaan, kepribadian, sikap dan nilai” (Rohani, 2004:19).

”Lingkungan adalah Sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki

makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu” (Hamalik, 2003:195).

Sementra itu menurut Rohani (2004:19) lingkungan belajar didefinisikan sebagai

”Segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu sendiri yang dapat

difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar”. Hal ini

mempunyai arti bahwa lingkungan sebagai komponen pembelajaran merupakan


11

faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan

faktor yang berperan penting dalam belajar seorang siswa.

Menurut Hamalik menyatakan bahwa ”Belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Sementara itu inti dari belajar adalah pengalaman dan pengalaman ini diperoleh

melalui interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial”

(Hamalik, 2003:28). Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di luar

diri siswa yang dapat mendukungnya dalam proses belajar.

Lingkungan belajar ditandai dengan kenyamanan fisik, saling percaya dan

menghargai, saling membantu, bebas berekspresi, dan menerima perbedaan

- Pembelajar mengusakan kondisi fisik yang nyaman untuk belajar (ruangan,

tempat duduk, sarana dan prasarana belajar) dan kondusif untuk berinteraksi.

- Pembelajar menerima wajib belajar sebagai seseorang yang dihargai dan

dihormati perasaan dan gagasannya

- Pembelajar berupaya membangun hubungan saling percaya dan saling

menghargai, dan saling membantu antar wajib belajar dengan meningkatkan

kegiatan kerja sama dan menahan diri dari kompetisi yang tidak sehat.

- Pembelajar menunjukkan kontribusinya sebagai teman belajar dalam semangat

belajar

2.2.1.2 Faktor-Faktor Lingkungan Belajar

Menurut Walgito (2004:155) apabila kita berbicara tentang lingkungan

belajar, maka kita akan membahas masalah yang berhubungan dengan tempat,
12

alat-alat untuk belajar, suasana, waktu, dan pergaulan. Untuk lebih jelasnya,

secara lebih terperinci hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tempat

Tempat belajar yang baik merupakan tempat yang tersendiri, yang tenang,

mempunyai warna dinding yang tidak menyolok dan di dalam ruangan tidak

terdapat hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Di samping itu juga perlu

diperhatikan mengenai suhu, penerangan dan ventilasi udara dengan baik.

b. Alat-alat untuk belajar

Dalam proses belajar dan mengajar, peralatan dan perlengkapan belajar

merupakan komponen penting yang turut menentukan kualitas pembelajaran.

Proses belajar dan mengajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya

dukungan dari peralatan yang memadai. Dalam proses belajar dan mengajar,

semakin lengkap peralatan yang ada, maka PBM akan dapat berjalan dengan lebih

baik.

c. Suasana

Suasana belajar disini adalah berbagai elemen atau aspek dalam

lingkungan yang ada dalam proses belajar siswa. Suasana disini berkaitan dengan

hal atau peristiwa yang sering terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas belajarnya.

Suasana belajar merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung proses belajar

siswa. Dengan melihat begitu pentingnya aspek suasana belajar dalam proses

belajar siswa, maka perlu diciptakan suasana yang tenang, tenteram dan damai

yang dapat mendukung proses belajar siswa baik di sekolah maupun di sekitar

tempat tinggalnya.
13

d. Waktu

Dalam masalah penetapan waktu belajar, hendaknya dapat diperhatikan

dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di

sekolah sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini dimaksudkan bahwa

diwaktu pagi hari kondisi siswa masih dalam keadaan segar. Masalah waktu

belajar yang sering dihadapi oleh siswa adalah waktu yang ada untuk belajar tidak

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu sorang siswa harus dapat

mengatur waktu belajarnya sendiri dengan cermat. Dalam pengaturan waktu

belajar, seorang harus dapat mencari dan membagi waktu yang ada dengan adil

antara waktu untuk belajar, bermain, aktivitas lain-lain dan juga waktu istirahat.

e. Pergaulan

Pergaulan anak, dalam hal ini adalah dengan siapa anak itu bermain akan

berpengaruh terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih dengan

teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap diri anak, dan sebaliknya

apabila anak bergaul dengan teman yang kurang baik akan membawa pengaruh

tidak baik pada diri anak.

2.2.1.3 Fungsi Lingkungan Belajar

Suatu lingkungan pedidikan pasti mempunyai fungsi. Adapun fungsi dari

lingkungan pendidikan menurut Hamalik (2003:196) adalah sebagai berikut:

a. Fungsi psikologis

Stimulus bersumber atau berasal dari lingkungan yang merupakan

rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang menunjukkan

tingkah laku tertentu.


14

b. Fungsi pedagogis

Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik,

khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga

pedidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembaga-

lembaga sosial.

c. Fungsi Instruksional

Program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran atau

pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan tingkah

laku siswa.

2.2.2 Motivasi

2.2.2.1 Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari kata Latin “Movere” yang berarti

dorongan atau daya penggerak. Selanjutnya diserap dalam bahasa Inggris

motivation berarti pemberian motiv, penimbulan motiv atau hal yang

menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Motivasi

mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah siswa, agar para siswa mau

belajar dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk

mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Vroom mendefinisikan motivasi sebagai

suatu proses yang menentukan pilihan antara beberapa alternatif dari kegiatan

sukarela. Sebagian perilaku dipandang sebagai kegiatan yang dapat dikendalikan

orang secara sukarela, dan karena itu dimotivasi (Djamarah, 2009:185).

Motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses psikologi yang

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang


15

terjadi pada diri sesorang. Proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di

dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsic dan extrinsic. Faktor di

dalam diri seseorang bisa berupa kepribadian , sikap, pengalaman dan pendidikan,

atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan, sedang faktor

dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagi faktor-faktor lain yang sangat

kompleks. Tetapi baik faktor ekstrinsik maupun faktor instrinsik motivasi.

Menurut Davies (2001:214) bahwa, ”motivasi ialah kekuatan tersembunyi

di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan

cara yang khas, misalnya berdasarkan pada naluri, pada suatu keputusan yang

rasional, atau perpaduan dari kedua proses tersebut.” Motivasi menurut Hamalik

(2002:173) yaitu “menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam

stimulasi tindakan ke arah tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju

ke arah tujuan tersebut.” Menurut Djamarah (2009:114), “motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang yang dituangkan dalam

bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan.”

Menurut Sardiman (2005:102), “motivasi berpangkal dari kata ‘motif’

yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.” Dalam

kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak

dalam diri siswa yang menimbulkan dan memberikan arah kegiatan belajar,

sehingga dapat mencapai tujuan.

Gleitman dalam Syah (2004:136) menyatakan bahwa “Motivasi adalah

keadaan internal organisme, yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu.

Dan motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara
16

terarah”. Lebih jauh Sardiman (2005:75) menjelaskan bahwa: “Motivasi sebagai

penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek pembelajar dapat tercapai.”

Mc Donal dalam Sardiman (2005:73) menjelaskan bahwa “Motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan”. Selanjutnya

dijelaskan pula bahwa motivasi itu sendiri dapat dibedakan dalam dua hal yaitu:

1) motivasi intrinsik; yaitu hal-hal yang berasal dari dalam individu yang dapat

mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar, 2) motivasi ekstrinsik adalah

hal-hal yang berdasar dari luar diri individu yang juga mendorongnya untuk

melakukan kegiatan belajar seperti pujian, perhatian dari orang-orang di

sekelilingnya. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi dapat juga dirangsang oleh

faktor yang datangnya dari luar.

Masih menurut Mc Donald dalam Sardiman (2005:74) menyatakan bahwa

motivasi … is an energy change within the person characterized by affective

arousal an anticipatory goal reaction “. Artinya bahwa motivasi adalah suatu

perubahan energi dalam diri seseorang yang di tandai dengan timbulnya perasaan

dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Di dalam rumusan tersebut mengandung tiga

elemen penting sebagai berikut :

(1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada


17

diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan


membawa beberapa perubahan energi didalam sistem
neurophsycological yang terjadi pada organisme manusia.
(2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling, afeksi
seseorang yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
(3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi
merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.

Dari ketiga elemen diatas dapat dikatakan bahwa motivasi sebagai sesuatu

yang kompleks, motivasi menyebabkan terjadinya perubahan energi yang ada

pada diri manusia untuk berbuat sesuatu. Slameto (2008:174) mengingatkan

demikian pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar. Jadi selain guru di

sekolah orang tua sebagai pendidik utama harus bisa menciptakan kondisi-kondisi

tertentu untuk membangkitkan motivasi belajar anak-anaknya.

Sifat motivasi berdasarkan pengertian dan analisis motivasi memiliki dua

sifat sebagaimana dijelaskan Hamalik (2005:112) adalah sebagai berikut:

(1) Motivasi intrinsik; disebut juga dengan motivasi murni karena


muncul dari diri individu sendiri sebagai siswa.
(2) Motivasi ekstrinsik; motivasi yang muncul dari luar dorongan
siswa.

Antara kedua sifat munculnya motivasi diatas, sulit untuk menentukannya

mana yang lebih baik. Namun sebaiknya motivasi intrinsik yang mesti dapat

dimiliki oleh setiap siswa, tetapi motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu dapat

ditimbulkan. Oleh karena itu orang tua, guru harus bertanggung jawab penuh

dalam membangkitkan motivasi intrinsik agar pembelajaran dapat berhasil dengan

baik.

Dari beberapa pengertian tentang motivasi dapat disimpulkan bahwa

motivasi harus memusatkan pada faktor-faktor yang menimbulkan atau

mendorong aktivitas-aktivitas para individu, faktor-faktor tersebut mencakup


18

kebutuhan, motif-motif, dan drive-drive. Motivasi berorientasi pada proses dan

berhubungan dengan pelaku, arah, tujuan, dan balas jasa perilaku yang diterima

atas kinerja. Dapat juga disimpulkan “Motif dan motivasi dapat mendorong,

menggerakkan aktivitas individu untuk berbuat, bekerja, mengerjakan sesuatu”.

Bahwa yang dimaksud dengan motivasi ialah suatu penggerak atau pendorong,

penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang

menimbulkan dorongan yang tersembunyi pada diri seseorang untuk melakukan

sesuatu kegiatan dengan motif-motif tertentu untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

2.2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Motivasi Belajar

Menurut Dimyati, dkk. (2004: 97-100), faktor-faktor penyebab timbulnya

motivasi belajar dapat diketahui melalui:

(1) Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah

laku/perbuatan dan kesadaran atas tujuan belajar yang ingin dicapai.

(2) Tujuan yang jelas dan bermakna akan menumbuhkan sifat intrinsik, tetapi

jika guru, orang tua lebih menitikberatkan pada rangsangan sepihak maka

yang merangsang siswa untuk berbuat kearah sesuatu dan dominan adalah

sifat ektrinsik.

(3) Pengaruh kelompok, jika pengaruh kelompok lebih kuat maka motivasinya

lebih condong ke sifat ekterinsik.

(4) Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu pada

motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung jawab tentu

lebih merangsang munculnya motivasi intrinsik dibandingkan dengan


19

suasana penuh tekanan dan paksaan.

2.2.2.3 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Secara umum guru sebagai pendidik formal di sekolah mempunyai

kewajiban untuk menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa. Namun

dirumah, orang tua sebagai pendidik informal juga mempunyai kewajiban

menumbuh kembangkan motivasi belajar sebagai perwujudan perhatian di dalam

proses pendidikan. Menurut Sardiman (2005:83 ), ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan:

(1) Menggerakkan motivasi belajar dengan reward (hadiah)

(2) Upaya pemberian harapan, siswa memiliki harapan setelah menyelesaikan

pembelajaran dan tugas. Guru memberikan harapan untuk menggugah

motivasi belajar.

(3) Pemberian Intensif, Intensif adalah objek tujuan atau simbol-simbol yang

digunakan oleh guru untuk meningkatkan kekuatan dan kegiatan siswa, seperti

pemberian hasil tes, pemberian komentar terhadap hasil pekerjaan, persaingan

dan kerjasama.

Dengan demikian motivasi dapat disimpulkan sebagai upaya yang

disengaja untuk menarik, merangsang, mendorong subjek sebagai pelajar agar

dapat lebih giat lagi dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Orang

tua yang bijak sadar bahwa dirinya memegang peranan penting dalam usaha

menimbulkan dan meningkatkan keinginan atau kemauan belajar anak.

2.2.2.4 Fungsi Motivasi dalam Belajar

Sebagaimana dijelaskan pada uraian terdahulu di dalam belajar sangat di


20

perlukan adanya motivasi. Motivation is an essential conditioning of learning

demikian Sardiman (2005:84) menguraikan betapa pentingnya motivasi bagi

individu yang belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi, makin

tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran tersebut dicerna

dan dipahami. Motivasi menurut Hamalik (2005:50) adalah “Dorongan yang

menyebabkan terjadi satu perbuatan atau tindakan tertentu, perbuatan belajar

terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan

perbuatan belajar”. Dorongan tersebut dapat dari dalam diri subjek yang belajar

dan bersumber dari kebutuhan yang ingin mendapat pemuasan atau dorongan

yang timbul karena rangsangan dari luar sehingga subjek melakukan perbuatan

belajar. Jadi kesimpulannya motivasi menentukan intensitas usaha belajar bagi

para siswa. Lebih lanjut perlu di tegaskan bahwa motivasi bertalian erat dengan

suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut motivasi memiliki tiga fungsi

antara lain sebagi berikut :

(1) Motivasi mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi sebagai motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

(2) Motivasi menentukan arah perbuatan, ke arah tujuan yang hendak dicapai.

(3) Motivasi menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

2.2.3 Prestasi Belajar

2.2.3.1 Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Moeliono (2004:21), “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari
21

yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Sementara itu Harahap

(2004:21) mendefinisikan bahwa “Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan

tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan

bahan pelajaran yang sesuai dengan kurikulum.” Sedangkan Poerwadarminta

(1998:700) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan

dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru kepada siswa.” Dari beberapa

pendapat tersebut Tu’u (2004:75) memberikan pengertian prestasi belajar sebagai

berikut:

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika


mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah. Prestasi belajar siswa dinilai dari aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka

nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-

ulangan atau ujian yang ditempuhnya. Berdasarkan pendapat Arikunto

(2010:251), pengukuran prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan angka,

huruf, dan bobot:

80 – 100 = Baik Sekali (A)


66 – 79 = Baik (B)
56 – 65 = Cukup (C)
40 – 55 = Kurang (D)
30 – 39 = Gagal (E)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

penilaian atau evaluasi pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang

dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/keterampilan


22

sesudah penilaian. Dalam penelitian ini prestasi belajar yang dipakai adalah

skoring. Misalnya baik sekali dengan skor 80 – 100, baik dengan skor 66 – 79,

cukup dengan skor 56 – 65, kurang dengan skor 40 – 55, dan gagal dengan skor

30 – 39.

2.2.3.2 Pengertian Belajar

Menurut Hamalik (2005:27), “Belajar merupakan suatu pertumbuhan atau

perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku

yang baru berkat pengalaman dan latihan.” Bertingkah laku yang baru

dimaksudkan itu adalah: dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-

pengertian baru, perubahan dalam sikapnya, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan,

kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial dan emosional serta

perkembangan jasmani.

Menurut pandangan Skinner dalam (Dimyati, 2008:48), belajar adalah

“suatu perilaku.” Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa ketika seseorang

belajar, responsnya menjadi lebih baik. Jika ia tidak belajar, maka responsnya

menurun. Sardiman (2005:2) mengungkapkan pengertian belajar dikaitkan dengan

kegiatan jiwa raga, psikofisik, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagaimana diuraikannya berikut ini.

Belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga, psikofisik menuju ke


perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkukt
unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, efektif dan psikomotor.
Sebagai hasil dari aktivitas belajar ini akan mendapatkan perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Menurut pandangan Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2008:8),

“belajar adalah suatu perilaku.” Ketika seseorang belajar, maka responsnya


23

menjadi lebih baik. Namun, jika ia tidak belajar, maka responsnya menurun. Jadi,

dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:

a. kesempatan terjadi peristiwa yang menimbulkan


respons pebelajar;
b. respons si pebelajar;
c. konsekuensi yang bersifat menguatkan respons
tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan
konseksuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si
pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons
yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Selanjutnya menurut Slameto (2008:2), “Belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungnya.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri individu

sebagai hasil dari pengalaman itu sebenarnya usaha dari individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya, seorang siswa untuk mendapatkan perubahn-

perubahan yang lebih baik dalam bertingkah laku dan sikap serta pengetahuan

siswa tersebut harus mengerti dan memahami arti dari belajar. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kegiatan belajar yang dijalankan oleh siswa mempunyai

arah, tujuan, kontinyu, bersifat tahan lama dan mencakup berbagai aspek didalam

diri siswa tersebut.

2.2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ahmadi (2004:130) berpendapat bahwa sekurang-kurangnya ada dua

faktor faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa, yaitu: faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi

dari dalam diri siswa, sedangkan faktor ekternal adalah faktor yang
24

mempengaruhi dari luar. Yang tergolong faktor internal adalah faktor jasmaniah,

faktor psikologis, faktor kematangan fisik/psikis. Yang tergolong faktor eksternal

adalah faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik. Di bawah ini

diuraikan faktor intern dan faktor ektern adalah sebagai berikut:

1) Faktor Intern

Faktor internal merupakan faktor yang berhubungan dengan individu.

Pertama, faktor jasmani. Faktor ini berhubungan erat dengan keadaan fisik siswa.

Kesempurnaan fisik dapat berpengaruh terhadap siswa. Misalnya siswa yang cacat

pendengaran, penglihatan, dan lain-lain akan memperhambat mereka dalam

proses belajar yang akhirnya memperoleh prestasi belajar rendah. Kedua, faktor

psikologis. Faktor psikologis bersifat pembawaan dan menetap pada diri siswa.

Faktor psikologis berkaitan dengan tingkat kecerdasan, kecakapan, dan

kepribadian seseorang. Ketiga, faktor kematangan fisik/psikis. Kaitan dengan

faktor kematangan fisik/psikis adalah persiapan mental siswa. Siswa yang

mempunyai mental yang kuat, maka ia akan bekerja keras dalam belajar, belajar

dengan sungguh-sungguh, dan tidak mudah frustasi bila mendapat tantangan, dan

tetap kuat melawan berbagai tantangan.

2) Faktor Eksternal

Faktor ekstern berkaitan erat dengan faktor di luar dari individu itu sendiri.

Pertama, faktor sosial. Faktor sosial yang turut berpengaruh terhadap prestasi

belajar terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor

lingkungan keluarga merupakan faktor yang dominan pengaruhnya terhadap

peningkatan prestasi belajar. Keluarga adalah hubungan yang terdekat dengan


25

siswa. Menurut Abdurrahman (2004:106), orang tua yang memberlakukan anak

dengan baik akan membantu proses belajar siswa. Orang tua harus mempunyai

sikap terbuka dan menunjukkan suasana keakraban/harmonis dalam rumah

tangga. Suasana yang tenang dalam keluarga akan membantu anak untuk

berkonsentrasi dalam belajar. Kemudian di sekolah adalah tempat pembinaan

secara formal yang mengembangkan unsur kognitif dan afektif.

Menurut Slameto (2008:64), “faktor sekolah ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa, disiplin sekolah,

pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar,

dan tugas-tugas rumah (PR).” Kedua, faktor budaya. Faktor budaya berkaitan

dengan kultur masyarakat yang berupa persepsi/pandangan, adat istiadat, dan

kebiasaan. Siswa selalu melakukan kontak dengan masyarakat. Pengaruh-

pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut

berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak. Siswa yang bergaul

dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh

dengan mereka. Ketiga, faktor lingkungan fisik. Faktor lingkungan fisik

merupakan bagian dari faktor yang turut serta harus diperhatikan oleh orang tua.

Kaitan dengan faktor lingkungan fisik ini adalah ada tidaknya tempat belajar atau

ruang khusus untuk belajar bagi siswa. Menurut Djamarah (2009:207), siswa

harus mempunyai ruang/tempat belajar sendiri agar ia tidak belajar di sembarang

tempat. Di samping itu, siswa membutuhkan tempat belajar yang tenang agar ia

dapat berkonsentrasi belajar (Slameto, 2008:77). Dengan memiliki tempat belajar

yang khusus, maka siswa dapat belajar tanpa mengganggu orang lain. Atau ia

sebaliknya, ia bisa belajar dengan tenang, dapat berkonsentrasi, dan tidak


26

mengganggu anggota keluarga yang lain. Misalnya, siswa belajar di meja tamu,

ketika ada tamu tamu datang terpaksa ia harus pindah ke tempat lain. Akibatnya,

konsentrasinya terganggu karena ada tamu tadi.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Slameto (2008:54) bahwa

faktor orang tua merupakan faktor yang ada di luar individu yang turut serta

mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang meliputi: dari cara orang tua mendidik,

relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Situasi keluarga yang kurang

menunjang proses belajar seperti: kekacauan rumah tangga (broken home), kurang

perhatian orang tua, cara orang tua mendidik yang kurang baik, kurang

kemampuan orang tua dan kurangnya motivasi terhadap pendidikan anaknya akan

besar pengaruhnya dalam pencapaian prestasi belajar siswa.

Selain faktor-faktor internal dan eksternal di atas, yang mempengaruhi

prestasi belajar dapat pula digolongkan ke dalam tiga faktor berikut: (1) faktor

stimuli belajar, (2) faktor metode belajar, dan (3) faktor individual.

1) Faktor-faktor stimuli Belajar, misalnya:


(a) Bahan pelajaran yang panjang
(b) Tingkat kesulitan bahan pelajaran
(c) Bahan pelajaran yang diberikan memberikan arti bagi siswa
(d) Ditinjau dari berat ringannya tugas yang diberikan guru
(e) Lingkungan belajar yang kondusif
2) Faktor-faktor Metode Belajar, misalnya:
(a) Kegiatan berlatih atau praktik yang terukur
(b) Kegiatan menghafal dan latihan yang proporsional
(c) Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi
(d) Melaporkan/memberitahukan hasil-hasil belajar
(e) Ketepatan menggunakan metode
(f) Mengkombinasikan impresi indera
(g) Diperlukan bimbingan yang wajar dalam Belajar
(h) Pemberian insentif sebagai motif dalam mengejar prestasi
3) Faktor-faktor Individual, misalnya:
(a) Tingkat kematangan fisiologis siswa
27

(b) Dipengarui oleh faktor usia


(c) Perbedaan jenis kelamin
(d) Pengalaman-pengalaman yang didapat siswa
(e) Perkembangan mental siswa
(f) Kondisi kesehatan jasmani
(g) Kondisi kesehatan rohani
(h) Motivasi

Dari ketiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di atas jika

disimpulkan sebenarnya terdapat dua faktor yang saling berpengaruh, yaitu: 1)

faktor internal (dari dalam), dan 2) faktor eksternal (dari luar). Faktor yang berasal

dari dalam dapat ditinjau dari psikologis, fisiologis, dan psikis. Faktor yang

berasal dari luar dapat ditinjau dari faktor sosial (lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat), budaya, dan spritual.

Menurut Kartono (2005:1—6) “faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar terdiri dari kecerdasan, bakat, minat, dan perhatian, motif, kesehatan, cara

belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana

pendukung belajar.” Di sisi lain Asy-Syakhs (2003:39) menyebutkan bahwa

faktor keluarga dapat menyebabkan lambannya anak dalam belajar sehingga akan

berakibat pada rendahnya prestasi belajar, seperti:

2) Rusaknya hubungan suami-istri (orang tua), seperti jalan


sendiri-sendiri, bertengkar terus menerus, mengarah pada
perceraian;
3) Kerasnya orang tua dalam memperlakukan anak, membatasi
kemerdekaannya, dan tidak memberi kesempatan untuk bergaul
dengan teman lain;
4) Anak merasa tersingkir dan diabaikan oleh orang tua;
5) Pendapat anak tidak pernah dihargai bahkan diejek dan
usahanya selalu dilarang;
6) Banyaknya sanksi yang tidak mendidik terhadap anak dan tanpa
sebab yang jelas;
7) Orang tua memperlakukan anaknya secara ngawur tanpa dasar
ataupun bentuk yang jelas;
8) Antara anak yang satu dan lainnya dalam keluarga tidak bisa
rukun, sehingga menimbulkan rasa dendam di antara mereka;
28

9) Orang tua terlalu sibuk atau sering tidak di rumah sehingga anak
merasa tidak diperhatikan;
10) Jumlah anak yang terlalu banyak dan sempitnya tempat tinggal
sehingga anak tidak bisa berkonsentrasi saat belajar;
11) Rendahnya tingkat sosial maupun ekonomi dalam keluarga,
sehingga anak selalu kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
pokok untuk sekolah;
12) Kedua orang tuanya tidak bisa baca tulis dan rendah tingkat
kebudayaannya dalamkeluarga;
13) Menetapkan tujuan atau orientasi yang tidak sesuai dengan
kondisi dan kemampuan anak;
14) Mendorong anak untuk belajar sesuatu tanpa memperhatikan
kecenderungannya atau bakat tertentu sehingga menjadi
terbengkalai

Dari kondisi tersebut jelas terlihat bahwa keluarga sangat berperan dalam

membimbing anak belajar dan mencapai apa yang dicita-citakannya. Tanpa peran

serta yang aktif dari keluarga akan menyebabkan hubungan anak dan keluarga

menjadi jauh dan akibatnya anak akan berontak. Sebagai wujudnya adalah anak

tersebut tidak akan mampu mencapai apa yang menjadi tujuannya.

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar

Sekecil apa pun motivasi dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil

belajar siswa. Dalam berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa

motivasi mempengarhi prestasi belajar. Tinggi rendanya motivasi belajar selalu

dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seorang siswa. Para siswa yang

menyenangi pelajaran tertentu akan dengan senang hati mempelajari mata

pelajaran tersebut. Selain memiliki buku, ringkasannya juga rapi dan lengkap.

Setiap ada kesempatan mata pelajaran yang disenangi itu selalu dibacanya.

Wajarlah bila isi mata pelajajaran itu dikuasai dalam waktu yang relatif singkat.
29

Ulangan pun dapat dilewati dengan mulus dengan mendapatkan prestasi yang

gemilang.

Menurut Djamarah (2009:116), di antara dua macam motivasi intrinsik dan

ekstrnsik, motivasi intrinsik lebih berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.

Djamarah menilai apabila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam

dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi ekstrinsik. Hal ini bukanlah berarti motivasi ekstrinsik

tidak diperlukan. Akan tetapi, kadar dorongan atau penggerak seseorang terhadap

sesuatu kegiatan itu terlebih dahulu ditekankan pada motivasi dari dalam diri

(intrinsik), kemudian baru diikuti oleh dorongan dari luar lingkungannya

(ekstrinsik).

Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering

digunakan apabila bahan pelajaran kurang menarik perhatian siswa atau karena

sikap yang kurang baik terhadap pelajaran. Di sinilah diperlukan dorongan dari

luar (guru) agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Pada bagian lain, Djamarah (2009:118) mengungkapkan bentuk motivasi

ekstrinsik, baik positif maupun negatif ialah sebagai berikut:

Pemberian angka, ijazah, pujian, hadiah, dsb. berpengaruh positif


terhadap rangsangan siswa agar giat belajar. Namun, cercaan,
ejekan, hukuman yang menghina, sindiran keras dan kasar sangat
berpengaruh negatif terhadap hubungan guru dengan siswa. Tidak
sedikit ditemui di lapangan bahwa siswa tidak menyukai mata
pelajaran tertentu karena mereka membenci guru tersebut.

Pendapat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa motivasi

membawa efek (dampak positif atu negatif) terhadap kelangsungan proses

pembelajaran yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya prestasi belajar.


30

Dengan kata lain antara motivasi dengan prestasi belajar siswa memiliki korelasi

yang sangat signifikan.

Hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar juga diperkuat oleh hasil

penelitian beberapa orang ahli, misalnya yang dilakukan oleh Walberg yang

pendapatnya dikutip oleh Suciati (1997:42) bahwa “motivasi mempunyai

kontribusi antara 11% sampai 20% terhadap prestasi belajar.” Di samping itu,

hasil studi yang dilakukan oleh Suciati sendiri dalam Irawan (1997:42) juga

menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi berprestasi (achievement motivation)

mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat dan hasil penelitian di atas dapat penulis

simpulkan bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Dalam arti bahwa prestasi belajar siswa dapat dicapai dengan baik apabila ia

mempunyai motivasi untuk mencapainya. Jadi, dalam belajar siswa harus

mempunyai motivasi. Artinya, motivasi ini harus dimiliki terlebih dahulu oleh

siswa agar dapat prestasi belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

2.3.2 Pengaruh Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa

Siswa yang mengikuti pendidikan tidak terlepas dari lingkungan belajar

dan faktor orang tua. Kedua hal ini memberi dampak bagi kualitas hasil belajar

siswa. Menurut Slameto (2008:60) lingkungan belajar siswa yang berpengaruh

terhadap hasil belajar terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga terdiri dari: cara orang tua

mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Lingkungan sekolah


31

terdiri dari: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplim sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran,

keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan masyarakat terdiri

dari: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk

kehidupan masyarakat.

Sementara itu menurut Aqib (2002:65-67)) lingkungan yang berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga terdiri dari:orang tua,

suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Lingkungan sekolah terdiri dari;

cara penyajian pelajaran yang tidak menarik, hubungan guru dengan murid,

hubungan anak dengan anak, bahan pelajaran yang terlalu tinggi, alat-alat belajar

di sekolah, jam-jam pelajaran yang kurang baik. Lingkungan masyarakat terdiri

dari: media massa, teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan corak

kehidupan tetangga.

Lingkungan belajar sebagai faktor eksternal siswa yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa menurut Syah dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

lingkungan sosial dan ligkungan nonsosial (2003:152). Begitu pula dengan

keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak dan dalam

keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat mempengaruhi

perkembangan anak selanjutnya. Keluarga bertanggung jawab menyediakan dana

untuk kebutuhan pendidikan anak. Keluarga (orang tua) yang keadaan sosial

ekonominya tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua yang keadaan sosial

ekonominya rendah. Contohnya: anak dalam belajar akan sangat memerlukan


32

sarana penunjang belajarnya, yang kadang-kadang harganya mahal. Bila

kebutuhannya tidak terpenuhi maka ini akan menjadi penghambat bagi anak

dalam pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang saling terkait antara motivasi dan lingkungan

belajar terhadap prestasi belajar siswa.

Motivasi
( X1 )

Prestasi Belajar
(Y)

Lingkungan Belajar
( X2 )

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Penelitian ini terdapat tiga hipotesis yaitu sebagai berikut:

1. Ha = Ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 3

Pedamaran Timur.

Ho = Tidak ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa SMP

Negeri 3 Pedamaran Timur.

2. Ha= Ada pengaruh lingkungan belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa

di SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

Ho = Tidak ada pengaruh lingkungan belajar siswa terhadap prestasi belajar


33

siswa di SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

3. Ha = Ada pengaruh motivasi dan lingkungan belajar secara simlutan terhadap

prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

Ho = Tidak ada pengaruh motivasi dan lingkungan belajar secara simlutan

terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif guna mengetahui hubungan

motivasi dan lingkungan belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa di SMP

Negeri 3 Pedamaran Timur. Lubis (2004:40) menjelaskan penelitian kuantitatif

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian

hipotesis, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian diskriptif

melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan (explanatory

researh). Loiselle & McGrath, 2004:65 berkeyakinan bahwa suatu fenomena

tidak terjadi secara kebetulan, namun karena adanya sebab-akibat (Lubis,

2004:41).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Penelitian ini bersifat korelasional karena penelitian berusaha menyelidiki

pengaruh beberapa variabel penelitian yaitu variabel motivasi dan lingkungan

belajar siswa sebagai variabel prediktor dan prestasi belajar siswa sebagai variabel

kriterion. Studi korelasi ini akan menggunakan analisis regresi.

Ruang lingkup penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas, yaitu motivasi

(X1) dan lingkungan belajar (X2), serta satu variabel terikat yaitu prestasi belajar

siswa (Y). Kedua variabel bebas (X1 dan X2) dihubungkan dengan variabel terikat

(variabel Y) dengan pola hubungan: (1) Pengaruh variabel X1 terhadap variabel

Y, (2) Pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y, dan (3) Pengaruh variabel X1

dan variabel X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y. Pola hubungan

34
35

variabel tersebut merupakan konstelasi masalah dalam penelitian ini. Pola

hubungan antarvariabel terlihat pada gambar berikut.

Motivasi
(X1)

Prestasi Belajar Siswa


(Y)

Lingkungan Belajar
(X2)

Gambar 3.2. Pola Hubungan Antarvariabel

3.2 Definisi Konsep Variabel

1) Motivasi

Motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mc

Donald dalam Sardiman, 2005:74)

2) Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah lingkungan belajar didefinisikan sebagai segala

sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu sendiri yang dapat difungsikan

sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar. Yang dimaksud dengan

lingkungan belajar siswa dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar siswa di

rumah atau tempat tinggal siswa dan lingkungan belajar siswa di sekolah.

3) Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika

mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah (Tu’u,

2004:75).
36

3.3 Definisi Operasional Variabel

1) Prestasi Belajar Siswa (Y)

Operasional variabel tentang prestasi belajar siswa adalah perwujudan nilai

hasil belajar yang didapat siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur selama tahun

pelajaran 2014/2015. Nilai hasil belajar tersebut terakumulasi pada nilai ujian

semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 untuk semua mata pelajaran yang

diujikan. Data prestasi belajar ini merupakan data diskrit, yakni prestasi belajar

yang dipakai dalam penelitian ini berupa skor yang mengacu pada ketentuan

Depdiknas (2006:20), misalnya baik sekali dengan skor 80 – 100, baik dengan

skor 66 – 79, cukup dengan skor 56 – 65, kurang dengan skor 40 – 55, dan gagal

dengan skor 30 – 39.

2) Motivasi Belajar

Definisi operasional tentang motivasi belajar merupakan dorongan seorang

siswa untuk berusaha mencapai prestasi belajar karena adanya kebanggan pribadi

yang akan diperolehnya kelak. Motivasi belajar adalah total skor diperoleh dari

jawaban responden terhadap instrumen dengan indikator-indikator berdasarkan

atas:

a) Dorongan untuk mencapai tujuan belajar

b) Dorongan memiliki keyakinan diri

c) Dorongan untuk menghadapi persaingan

d) Dorongan untuk memiliki kebanggaan

e) Berusaha belajar dengan baik

f) Berusaha untuk bertanggunga jawab


37

g) Berusaha untuk melakukan umpan balik

3) Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah sesuatu yang berhubungan dengan tempat, alat-

alat untuk belajar, suasana dan waktu. Adapun indikator untuk mengukur variabel

tersebut adalah sebagai berikut.

a. Tempat

(1) mempunyai warna dinding yang tidak mencolok

(2) di dalam ruangan tidak terdapat hal-hal yang dapat mengganggu perhatian

(3) penerangan memadai

(4) ventilasi udara dengan baik

b. Alat-alat untuk Belajar

(1) kelengkapan alat-alat untuk belajar

(2) dukungan terhadap fasilitas belajar

c. Suasana dan Waktu

(1) Suasana belajar yang kondusif

(2) Nyaman

3.4 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer meliputi data motivasi dan lingkungan belajar siswa yang

diperoleh dari jawaban kuesioner yang dibagikan. Data sekunder meliputi data

prestasi belajar siswa yang diperoleh dari dalam sekolah berkaitan dengan nilai

ujian tertulis siswa yang menjadi responden. Data sekunder yang lain yang

berhubungan dengan penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain
38

dokumen sekolah.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

dan dokumentasi.

3.5.1 Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah daftar pilihan jawaban yang diajukan kepada

responden. Kuesioner digunakan untuk menjaring data motivasi dan lingkungan

belajar. Jumlah pertanyaan masing-masing variabel 10 buah. Kuesioner berbentuk

Skala Likert dengan alternatif 5 jawaban, kemudian diberi skor menurut Riduwan

(2008:45) sebagai berikut.

1. Sangat setuju (SS) : 5


2. Setuju (S) : 4
3. Ragu – ragu (R) : 3
4. Tidak setuju (TS) : 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

3.5.2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah sumber data tertulis yang memuat data-data

perkembangan prestasi belajar siswa. Data prestasi belajar siswa ini dikumpulkan

(diperoleh) dari dokumen sekolah. Prestasi belajar siswa yang dipakai dalam

penelitian ini adalah nilai rata-rata ulangan harian seluruh mata pelajaran.

3.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Pedamaran Timur. Alamatnya

di Desa Pancawarna, Kecamatan Pedamaran Timur, Kabupaten Ogan Komering

Ilir.
39

3.7 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur

yang terdaftar pada tahun pelajaran 2014/2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

tabel berikut.

Tabel 3.1
Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah


1. VII 50
2. VIII 40
3. IX 40
Jumlah 130
Sumber: SMP Negeri 3 Pedamaran Timur, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah populasi penelitian

adalah 130 orang siswa. Penentuan sampel penelitian dengan menggunakan

sampel jenuh (sensus). Sampel jenuh adalah teknik penentuan sample bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011:68). Oleh karena itu,

dari jumlah populasi tersebut peneliti mengambil 110 orang sebagai sampel

sampel penelitian, sisanya dipakai sebagai sampel uji coba.

3.8 Teknik Pengelolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas.

Untuk mengukur uji validitas instrumen prestasi belajar siswa, lingkungan belajar

dan motivasi dilakukan uji coba instrumen dengan menggunakan 20 orang siswa

sebagai responden. Uji validitas dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan

skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor pernyataan

yang dijawab oleh responden dengan menggunakan rumus teknik korelsi item
40

total product moment dalam program SPSS versi 17.00.

Skor setiap pertanyaan yang diuji validitasnya dikorelasikan dengan skor

total item. Jika koefisien korelasi positif, maka item yang bersangkutan adalah

valid, jika negative maka item yang bersangkutan tidak valid dan dikeluarkan dari

kuesioner, dengan kata lain item valid jika koefisien korelasi antar skor item

dengan skor totalnya ositif dan signifikan dengan ρ – value  0,5. Semakin tinggi

nilai koefisien suatu item berarti menunjukkan semakin tinggi validitas item

tersebut.

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan internal consistency dengan

teknik belah dua (split half) yaitu pengujian realibilitas internal yang dilakukan

dengan membelah item–item instrumen menjadi dua kelompok (ganjil dan genap)

kemudian dijumlahkan, dan dicari korelasinya selanjutnya dianalisis dengan

metode Alpha Cronbach dalam SPSS versi 17.00. Instrumen dinyatakan reliabel

apabila nilai Alpha Cronbach  0,6.

3.9 Teknik Analisis Data

Tahap-tahapan analisis data dalam penelitian ini diuraikan adalah sebagai

berikut:

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisi. Statistik ini dapat digunakan bila penelitiannya ingin

mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku
41

untuk populasi dimana sampel diambil. Statistik deskriptif berusaha menjelaskan

atau menggambarkan berbagai karakteristik data. Pengolahan dan analisis data

menggunakan program SPSS for windows versi 17.00.

3.9.2 Analisis Statistik Inferensial

Statistik infersial sering disebut juga statistik induktif atau statistik

probabilitas adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Jadi statistik jenis

memberlakukan populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat

peluang. Berikut adalah hubungan dari berbagai keadaan dari kajian penelitian

berikut ini.

1) Uji t

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 2

a. Pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa

Y = a1 + b1. X1+ ε

b. Pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa.

Y = a2 + b2. X2+ ε

Pengolahan dan penganalisisan data menggunakan program SPSS versi 17.00.

2) Pengaruh motivasi dan lingkungan belajar siswa terhadap prestasi belajar

siswa, persamaannya adalah :

Y = a + b1. X1+ b2. X2+ ε

dimana:
Y = Variabel prestasi belajar siswa
a = Konstanta
X1 = Variabel motivasi
X2 = Variabel lingkungan belajar
b1, b2 = Koefisien regresi variabel motivasi dan motivasi
42

belajar siswa
ε = Error term

3.9.3 Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

a. Hipotesis pertama

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan motivasi terhadap prestasi

belajar siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan motivasi terhadap prestasi belajar

siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

Dengan kriteria :

- H0 diterima apabila P signifikan ≥ 0,05

- H0 ditolak apabila P signifikan < 0,05

b. Hipotesis kedua

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan lingkungan belajar terhadap

prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan lingkungan belajar terhadap

prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

Dengan kriteria :

- H0 diterima apabila P signifikan ≥ 0,05

- H0 ditolak apabila P signifikan < 0,05

c. Hipotesis ketiga

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan motivasi dan lingkungan

belajar siswa secara simultan terhadap prestasi belajar siswa

SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.


43

H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi dan lingkungan

belajar siswa secara simultan terhadap prestasi belajar siswa

SMP Negeri 3 Pedamaran Timur.

Dengan kriteria :

- H0 diterima apabila P signifikan ≥ 0,05

- H0 ditolak apabila P signifikan < 0,05

Anda mungkin juga menyukai