Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP SCHOOL WELL-BEING SISWA SMA

KARTIKA 12 MAKASSAR

Nurrahmi Syahrir1, Andi Nadia Qarirah Rafifah Alisyahbana2, Alfyola DwiYuan Alexander3
1,2,3)
Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar, Jl. Mapala Raya No. 1, Tidung
e-mail: amisyahrir28@gmail.com1, qarirahalisyahbana@gmail.com2, alfiolajuan@gmail.com3

ABSTRAK

School well-being adalah persepsi peserta didik terhadap fasilitas di lingkungan sekolah yang
dibutuhkan untuk perkembangan belajarnya. School well-being yang baik akan meningkatkan
semangat belajar peserta didik. Semangat belajar peserta didik mendorong meningkatnya motivasi
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara
school well-being dengan motivasi belajar. Subjek dalam penelitian ini yaitu 30 orang siswa-siswi
yang sedang menempuh pendidikan di SMA Kartika 12 Makassar pada kelas X dan kelas XI.
Penelitian dilakukan dengan penyebaran formulir Google yang terdiri dari skala kedua variabel
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,547 yang berarti tidak
didapatkan hubungan yang signifikan antara kedua variabel yaitu school well-being dan motivasi
belajar pada siswa SMA Kartika 12 Makassar

Kata Kunci: School Well-being, Motivasi Belajar, Psikologi, Pendidikan

ABSTRACT

School well-being refers to students' facilities in the school environment which are needed for the
development of their learning. School well-being will increase students' eagerness to learn. The
eager to learning of students encourages increased learning motivation to achieve learning goals.
The purpose of this research is to see the relationship between school well-being and learning
motivation. The subjects in this study were 30 students of SMA Kartika 12 Makassar in class X and
class XI. The research was carried out by distributing the Google form which consisted of both
research variable scales. The results showed a significance value of 0.547, which means that there
was no significant relationship between the two variables, namely School well-being and learning
motivation in SMA Kartika 12 Makassar students.

Keywords: School Well-being, Learning Motivation, Psychology, Education

PENDAHULUAN mempengaruhi proses dan hasil belajar


Pendidikan nasional saat ini menyasar peserta didik disebut dengan motivasi belajar
peningkatan mutu pendidikan sebagai upaya (Masni, 2015).
peningkatan kualitas masyarakat Indonesia Motivasi belajar yang terdapat pada
secara menyeluruh (Friskilia & Winata, diri seseorang peserta didik merupakan suatu
2018). Pencapaian sasaran pendidikan dorongan untuk melakukan sesuatu belajar
nasional tersebut dilakukan dengan berbagai dan bekerja secara efektif untuk mencapai
metode. Salah satu metode yang dilakukan tujuan belajar terbaik (Emda, 2017). Motivasi
adalah berfokus untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa
seorang peserta didik. Motivasi merupakan faktor, salah satunya adalah lingkungan
dorongan dasar yang menggerakkan sekolah. Sekolah sebagai lingkungan belajar
seseorang untuk bertindak untuk mencapai merupakan salah satu faktor yang
tujuan yang diinginkan. Dalam kaitannya mempengaruhi motivasi belajar yang dimiliki
dalam pendidikan, motivasi yang mampu peserta didik karena lingkungan belajar yang
2| Psikis : Jurnal Psikologi Islami

baik dapat meningkatkan semangat belajar dapat meningkatkan school well-being dalam
peserta didik (Wlodkowski & Jaynes, 1990). upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
Persepsi peserta didik terhadap
keadaan lingkungan sekolah yang KAJIAN PUSTAKA
dibutuhkannya untuk perkembangan Motivasi Belajar
belajarnya disebut sebagai School Well-being. Motivasi belajar merupakan suatu bentuk
School Well-being peserta didik menilai dorongan baik itu secara internal maupun
fasilitas sekolah seperti penunjang kegiatan eksternal pada siswa yang sedang belajar
belajar belajar-mengajar, hubungan guru dan untuk mengadakan tingkah laku yang
murid, kesempatan peserta didik untuk didukung dengan suatu indikator-indikator
berkembang, dan tingkat kesehatan (Konu & atau unsur-unsur tertentu. Indikator-indikator
Rimpela, 2002). School Well-being tersebut meliputi adanya hasrat dan
mempengaruhi peserta peserta didik dalam keingingan untuk berhasil, adanya dorongan
mengerjakan tugasnya sebagai pelajar untuk dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan
mencapai tujuan belajar. Hal ini dibuktikan dan cita-cita untuk masa depan, adanya
dengan hasil penelitian yang dilakukan pada penghargaan dalam proses belajar, serta
50 siswa Sekolah Menengah Pertama yang terciptanya lingkungan belajar yang kondusif
mengukur hubungan lingkungan belajar dan (Hamzah, 2013). Motivasi belajar merupakan
upaya tenaga pendidik terhadap motivasi keseluruhan daya penggerak psikis yang ada
belajar siswa menunjukkan bahwa lingkungan dalam diri siswa, yang dapat menciptakan
belajar dan upaya tenaga pendidik sebagai kegiatan belajar dalam mencapai suatu tujuan
school well-being yang baik menghasilkan (Winkel, 2005). Beberapa fungsi dari
peserta didik yang sehat, bahagia dan motivasi belajar, antara lain (Hamalik, 2010):
sejahtera dalam pembelajarannya (Rachmah, 1. Sebagai dorongan dalam menciptakan
2016). Sebaliknya, penelitian pada 30 siswa suatu kelakuan/perbuatan
Madrasah Aliyah menemukan bahwa school 2. Sebagai pengarah dalam mencapai suatu
well-being yang rendah karena tidak tujuan
terpenuhinya kebutuhan siswa di sekolah 3. Sebagai penggerak dalam kegiatan belajar
mengurangi ketertarikan dan semangat yang membuat individu itu menentukan
peserta didik dalam belajar (Amanillah & sendiri perbuatan apa yang akan ia lakukan
Rosiana, 2017). untuk mencapai tujuan belajarnya.
Dari paparan di atas, ditunjukkan Terdapat beberapa faktor yang
bahwa beberapa studi tertarik membahas mempengaruhi motivasi belajar peserta didik,
kaitan keadaan sekolah dan motivasi belajar di antaranya adalah cita-cita, aspirasi, kondisi
terhadap motivasi belajar peserta didik. Hal peserta didik, kondisi lingkungan belajar,
ini membuat penyusun tertarik untuk unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, dan
mengkaji hubungan school well-being upaya tenaga pendidik dalam membelajarkan
terhadap motivasi belajar. Penelitian ini peserta didik (Sucianti dan Prasetya. 2001).
penting dilakukan untuk mendapatkan Motivasi belajar terdiri dari dua jenis
pengetahuan mengenai seberapa besar berdasarkan asalnya, yaitu (Arianti, 2018):
hubungan school well-being yang dimiliki 1. Motivasi Intrinsik
peserta didik terhadap motivasi belajarnya. Motivasi intrinsik merupakan motivasi
Dengan mengetahui seberapa besar hubungan yang berasal dari dalam diri seseorang dan
school well-being terhadap motivasi belajar, tidak dipengaruhi oleh hal lain dari luar
akan bermanfaat bagi pihak sekolah untuk dirinya, hal ini dikarenakan dalam diri
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
seseorang telah tercipta sebuah dorongan Adapun beberapa factor yang dapat
untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang mempengaruhi school well-being, yaitu
tingkah lakunya digerakkan dengan (Keyes dan Wakterman dalam Bornstein, dkk,
motivasi intrinsik, akan merasa puas ketika 2003):
tingkah lakunya tersebut berhasil mencapai 1. Hubungan sosial
hasil tingkah laku itu sendiri. Misalnya 2. Teman dan waktu luang
pada orang yang senang membaca, maka ia 3. Volunteering
akan mencari sendiri buku-buku untuk ia 4. Peran sosial
baca. 5. Karakteristik kepribadian
2. Motivasi Ekstrinsik 6. Kontrol diri dan sikap optimis
Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi 7. Tujuan dan aspirasi
yang timbul akibat adanya pengaruh dari
luar diri seseorang, seperti adanya ajakan METODE PENELITIAN
atau paksaan dari orang lain, sehingga Pada penelitian ini peneliti
seseorang tersebut terdorong untuk menggunakan pendekatan kuantitatif atau
non-eksperimental (penelitian survey).
mencapai sesuatu yang diinginkannya.
Misalnya, seorang siswa yang ingin Penelitian survey merupakan jenis penelitian
menyelesaikan tugasnya, ia yang dilakukan oleh peneliti terhadap
menyelesaikannya hanya karena ingin populasi besar ataupun kecil (Sugiyono,
mematuhi peraturan dari gurunya, karena 2014). Penelitian ini menggunakan dua
jika tidak diselesaikan siswa tersebut akan variabel yaitu variabel bebas (School Well-
mendapat hukuman. being) dan variabel terikat (Motivasi belajar).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
School Well-being dalam penelitian ini yaitu probability
School well-being adalah suatu kondisi sampling dengan pendekatan simple random
yang memungkinkan seorang individu untuk sampling.
memenuhi kebutuhan hasratnya. School well- Pengumpulan data dalam penelitian
being merupakan sebuah keadaan di sekolah ini menggunakan Google form dalam
yang dapat memungkinkan suatu individu mengumpulkan data. Penelitian ini
menemukan kebutuhan dasarnya, hal ini menggunakan skala likert, skala likert
meliputi having, loving, being, dan health merupakan skala yang terdiri atas dua jenis
status (Konu & Rimpela, 2002). Dimensi dari yaitu aitem favourable dan unfavourable
school well-being adalah: (Azwar, 2021). Penelitian ini juga
1. Kondisi sekolah (having) yang mencakup menggunakan dua alat ukur yaitu skala school
lingkungan fisik di sekitar sekolah maupun well-being dan motivasi belajar. Adapun
lingkungan dalam sekolah.
Responden dalam penelitian ini adalah siswa
2. Hubungan social (loving) yang mencakup
SMA Kartika 21 Makassar.
hubungan antara guru dan siswa, hubungan
Dalam penelitian ini, peneliti
antara orang tua dan pihak sekolah, dan
dinamika dalam kelompok. melakukan beberapa tahap uji yaitu, pertama
3. Pemenuhan diri (being) yang mencakup peneliti melakukan uji normalitas data untuk
cara sekolah dalam menawarkan sarananya menguji kenormalan data dalam penelitian,
untuk pemenuhan diri. kemudian peneliti melakukan uji linearitas
4. Status kesehatan (health status) yang dengan penjabaran variabel skala school well-
mencakup siswa diharapkan tidak being dan motivasi belajar. Uji linearitas
terjangkit suatu penyakit. berfungsi untuk mengetahui apakah dua

P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
4| Psikis : Jurnal Psikologi Islami

variabel mempunyai hubungan yang linear sebesar 0,111 yang berarti bahwa kedua
atau tidak secara signifikan. Setelah variabel mempunyai hubungan yang linear
mendapatkan hasil dari uji linearitas peneliti karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
melakukan tahap selanjutnya yaitu uji Pengujian hipotesis dilakukan untuk
hipotesis menggunakan uji korelasi product menjawab hipotesis apakah dua variabel
moment. Uji hipotesis menggunakan uji mempunyai hubungan atau tidak secara
korelasi product moment berfungsi untuk signifikan. Uji hipotesis yang digunakan
mengetahui apakah dua variabel mempunyai dalam penelitian ini adalah uji product
hubungan atau tidak secara signifikan. moment. Uji korelasi product moment
menggunakan bantuan software SPSS 26 for
HASIL windows.
Responden dalam penelitian ini adalah Correlation
siswa SMA Kartika 12 Makassar kelas X dan Sig. (2-
kelas XI yang berjumlah 30 orang. Uji tailed)
normalitas digunakan sebagai syarat SWB .547
melakukan uji korelasi product moment guna Motivasi .547
mengetahui apakah sebaran data berdistribusi
secara normal atau tidak. Uji normalitas yang Tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil analisis
digunakan adalah uji shapiro-wilk dengan uji korelasi product moment menunjukkan
bantuan software SPSS 26 for windows. nilai signifikansi sebesar 0,547 > 0,05
sehingga uji hipotesis membuktikan bahwa
Test of Normality tidak ada hubungan signifikan antar dua
Sig. variabel yaitu antara variabel school well-
being dan variabel motivasi belajar pada
Shapiro- SWB 0.648
Wilk siswa SMA Kartika 12 Makassar.
Motivasi 0.071
PEMBAHASAN
Terlihat bahwa nilai signifikansi dari Pendidikan akan selalu berkaitan
tes Shapiro-Wilk school well-being sebesar dengan proses belajar dan pembelajaran di
.648 di mana lebih besar dari nilai 0,05 yang sekolah, belajar dan pembelajaran merupakan
berarti data berdistribusi normal. Sedangkan aspek yang perlu diperhatikan agar kualitas
nilai signifikansi pada variabel motivasi pendidikan dapat meningkat. Diener
sebesar .071 di mana lebih besar dari nilai mengemukakan bahwa school well-being
0,05 yang berarti data berdistribusi normal. merupakan konstruk multidimensional yang
Uji linearitas digunakan sebagai syarat memberikan pengaruh pada sikap positif
dalam melakukan uji regresi sederhana guna seperti emosi yang positif dan bersikap dalam
mengetahui apakah dua variabel memiliki keadaan suka maupun duka. Sebaliknya well-
hubungan yang linear atau tidak. Uji linearitas being negatif akan merasakan energi yang
yang dilakukan dengan bantuan software negatif dan kecemasan. Ada beberapa faktor
SPSS 26 for windows. yang dapat mempengaruhi school well-being
Linearitas Sig. yaitu hubungan sosial, teman, kegiatan
Deviation from Linearity 0.111 positif, peran sosial, kepribadian, kontrol diri,
Tabel diatas didapatkan bahwa uji optimis, memiliki tujuan dan aspirasi hidup
linearitas menunjukkan bahwa nilai (Khatimah, 2015).
signifikansi pada deviation from linearity
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Istilah school well-being dipandang well-being terhadap motivasi belajar siswa
oleh Hartanti 2010 mengartikan sebagai SMA Kartika 12 Makassar.
kesejahteraan yang meliputi aspek sosial, Saran untuk peneliti selanjutnya untuk
kognitif, emosi, pribadi, dan fisik (Rachmah, lebih menggali variabel psikologi lainnya
2016). Alladrt menambahkan bahwa aspek- yang mempengaruhi school well-being. Juga
aspek yang perlu ada dalam memuaskan menambah jumlah partisipan dalam penelitian
kebutuhan individu baik secara material agar mendapatkan hasil yang lebih signifikan.
maupun nonmaterial adalah kondisi sekolah,
hubungan sosial, pemenuhan diri, dan DAFTAR PUSTAKA
kesehatan (Khatimah, 2015). Amanillah, S., & Rosiana, D. (2017).
Dari beberapa aspek di atas sangat Hubungan School Well-being dengan
jelas bahwa well-being seseorang sangat Motivasi Belajar pada Siswa Kelas XI
dibutuhkan dalam kesejahteraan siswa MA X. Prosiding Psikologi, 3(2), 542-
disekolah yang mampu memberikan 547. doi:10.29313/.v0i0.7365
dukungan, rasa aman, dan nyaman kepada Bornstein, M.H., Davidson, L., Keyes,
siswa. Hal ini bukan hanya dari lingkungan C.L.M., & Moore, K.A. (2003).
sekolah, namun keadaan rumah siswa dan Dimensions ofWell-Being and Mental
Health in Adulthood. Well-Being:
lingkungan tempat tingga juga tentu
Positive DevelopmentAcross the Life
berpengaruh terhadap well-being siswa. Course. Mahwah, NJ: Lawrence
Keberhasilan siswa dalam proses Erlbaum Associates, Inc.
belajar dan pembelajaran, akan timbul karena Azwar. S. (2021). Penyusunan skala psikologi
diri sendiri dan juga dari pembelajaran yang edisi 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
diberikan. Adanya motivasi yang besar dari Emda, A. (2017). Kedudukan Motivasi
dalam diri sendiri untuk berhasil akan Belajar Siswa dalam Pembelajaran.
membuat siswa semakin semangat dalam Lantanida Jornal, 5(2), 93-196.
belajar, semangat inilah yang dapat disebut doi:10.22373/lj.v5i2.2838
sebagai motivasi dalam (Sadirman, 2014). Friskilia, O., & Winata, H. (2018). Regulasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa Diri (Pengaturan Diri) Sebagai
tidak ada hubungan yang signifikan antara Determinan Hasil Belajar Siswa
school well-being siswa dan motivasi belajar. Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal
Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa ada Pendidikan Manajemen Perkantoran,
aspek lain yang mempengaruhi well-being 1(2), 37-44.
siswa SMA Kartika 12 Makassar. Motivasi Hamalik, O. (2011). Kurikulum dan
belajar pada siswa juga bukan hanya Pembelajar. Jakarta: Bumi Aksara.
ditentukan dari well-being namun ada jenis Hamzah, B. U. (2013). Teori Motivasi dan
motivasi yang mempengaruhi di dalamnya. Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Khatimah, H. (2015). Gambaran school well-
Sehingga dapat dikatakan bahwa well-being
being pada peserta didik program
siswa SMA Kartika 12 Makassar tidak ada
kelas akselerasi di SMA Negeri 8
hubungannya dengan motivasi belajar di
Yogyakarta. Psikopedagogia, 4(1),
sekolah.
20-30.
Konu, A., & Rimpela, M. (2002). Well-being
SIMPULAN
in School: A Conceptual Model.
Berdasarkan hasil penelitian yang
Health Promotion International,
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat tidak ada hubungan signifikan school
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
6| Psikis : Jurnal Psikologi Islami

17(1), 79–87. 10. Saya kurang senang di sekolah ini


doi:10.1093/heapro/17.1.79 kurang memberikan penghargaan
Masni, H. (2015). Strategi Meningkatkan kepada siswa yang berprestasi
11. Saya senang mendapatkan bimbingan
Motivasi Belajar Mahasiswa. Dikdaya,
dari guru langsung jika kurang
5(1), 34-45. memahami pelajaran
Rachmah, E. N. (2016). Pengaruh School 12. Teman-teman saya sering menghina
Well-being Terhadap Motivasi Belajar ketika ada teman yang sulit memahami
Siswa. Psikosains, 11(2), 99-108. materi
doi:10.30587/psikosains.v11i2.640 13. Saya dan teman-teman saling
Sardiman. (2014). Interaksi dan Motivasi memberikan dorongan semangat
belajar satu sama lain
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
14. Saya tidak mau tahu dengan tugas yang
Pers. diberikan dan aturan di sekolah ini
Sucianti., & Prasetya, I. (2001). Teori Belajar 15. Saya kurang mendapatkan dukungan
dan Motivasi. Jakarta. PAU-PPAI dari guru dan sekolah untuk
Uniersitas Terbuka. mengembangkan bakat
Sugiyono. (2014). Metode penelitian bisnis. 16. Saya sering sakit kepala jika tidak bisa
Bandung: Alfabeta. menjawab tugas yang diberikan
17. Saya takut untuk hadir di sekolah jika
Wlodkowski, R., & Jaynes, J. (1990). Eager tidak mengerjakan tugas
to Learn: Helping Children become
Motivated and Love Learning. San B. Skala Motivasi Belajar
Fransisco: Jossey-Bass Publishers. 1. Saya yakin dapat menjawab semua
pertanyaan yang diberikan guru
2. Saya tidak memiliki gairah untuk
LAMPIRAN
belajar di kelas
A. Skala School Well-being 3. Saya mudah putus asa dalam belajar
1. Guru kurang memperhatikan prestasi jika salah menjawab
siswa dengan memberikan penghargaan 4. Saya selalu membaca buku pelajaran
2. Suasana sekolah membosankan buat sebelum guru datang
saya 5. Ketika belajar dimulai saya merasa
3. Fasilitas belajar di sekolah saya sangat lemas
buruk dan penuh kekurangan 6. Saya berusaha mengoptimalkan setiap
4. Guru saya selalu bersikap akrab dengan kesempatan menjawab yang diberikan
murid-muridnya saat jam pelajaran atau guru
di luar jam pelajaran 7. Saya memiliki semangat tinggi saat
5. Guru saya selalu memberikan belajar dimulai
pengarahan kepada murid yang belum 8. Saya merasa bosan dan diam saja saat
memahami pelajaran dengan cara guru menjelaskan pelajaran
mendatangi murid tersebut 9. Saya akan sering keluar masuk saat
6. Saya selalu dapat bersikap akrab guru sudah memulai pembelajaran
dengan semua teman di sekolah ini 1. 8. Saya merasa bosan dan diam saja
7. Sekolah saya dan para orang tua siswa saat guru menjelaskan pelajaran
bekerja sama dalam memberikan tugas 10. Saya akan sering keluar masuk saat
sekolah guru sudah mulai pembelajaran
8. Teman-teman dan guru menghargai 11. Saya akan selalu bertanya kepada guru
hasil kerja saya dalam setiap pembelajaran
9. Guru saya kurang peduli terhadap 12. Saya tidak memiliki ketertarikan pada
keberhasilan siswa dalam menjawab suatu pelajaran, walaupun disampaikan
tugas oleh guru favorit

P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
13. Saya tidak akan mengerjakan tugas jika
materi yang diajarkan membosankan
14. Saya akan terus mencari tahu informasi
materi yang akan diajarkan
15. Saya akan mengganggu teman jika
kesulitan menjawab
16. Saya tidak percaya dan akan
menyanggah jawaban teman
17. Saya berani menjadi kapten tim
kelompok belajar di kelas
18. Saya yakin setiap tim kelompok belajar
saya akan berhasil
19. Saya lebih senang tidak memperhatikan
guru saat jam pelajaran siang hari
20. Saya akan selalu memperhatikan guru
saat menjelaskan pelajaran
21. Saya akan selalu mengikuti instruksi
guru saat menjelaskan pelajaran
22. Saya akan mengatasi tugas yang sulit
dengan berdiskusi D. Analisis Data
23. Jika jam menjelang pulang, saya akan
mendesak guru untuk mengakhiri
Tests of Normality
pelajaran
24. Saya akan terus berjuang belajar dalam Kolmogorov-
mencapai prestasi tinggi Smirnova Shapiro-Wilk
25. Saya tidak peduli dengan prestasi saya Stati Stati
di sekolah stic df Sig. stic df Sig.
26. Saya akan bersabar jika kegagalan yang
swb ,123 30 ,200* ,974 30 ,648
menghampiri dalam belajar di kelas
motiv ,139 30 ,143 ,936 30 ,071
C. Dokumentasi Pengumpulan Data asi
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468

Anda mungkin juga menyukai